laporan tetap 9 tirosin

11
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I. NOMOR PERCOBAAN : VII II. NAMA PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR TIROSINA DALAM KASEIN III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar tirosin dalam kasein serta dapat membuat kurva kalibrasinya. IV. LANDASAN TEORI : Kita dapat memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut dengan protein hewani,sedangkan  protein yang berasal dari tumbuhan disebut dengan protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu , ikan , beras, kacang, kedelai, gandum,  jagung dan buah-buahan. Tumbuh an memben tuk prote in dari CO 2 , H 2 O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila tubuh kita kekurangan karbohidrat atau lemak. Komposisi rata- rata unsur ki mia yang terd apat dalam prot ein ialah seba gai beriku t : Karbon 50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan  berpedoman p ada kada r nitrogen sebesar 16% dapat d ilakukan penentuan kandungan  protein dalam suatu bahan makanan. Unsur nitrogen ditentukan secara kuatitatif, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat  protein yang ditentukan adalah 6,25 kali berat unsur nitrogen. Protein juga memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidro lisi s oleh asam atau oleh enzim, prote in akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lainnya oleh ikatan

Transcript of laporan tetap 9 tirosin

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 1/11

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOKIMIA

I. NOMOR PERCOBAAN : VII

II. NAMA PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR TIROSINA

DALAM KASEIN

III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar tirosin dalam

kasein serta dapat membuat kurva kalibrasinya.

IV. LANDASAN TEORI :

Kita dapat memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau

tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut dengan protein hewani,sedangkan

 protein yang berasal dari tumbuhan disebut dengan protein nabati. Beberapa makanan

sumber protein ialah daging, telur, susu , ikan , beras, kacang, kedelai, gandum,

 jagung dan buah-buahan.

Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan

yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disampingdigunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai

sumber energi bila tubuh kita kekurangan karbohidrat atau lemak. Komposisi rata-

rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai berikut : Karbon 50%,

Hidrogen 7%, Oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan

 berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16% dapat dilakukan penentuan kandungan

 protein dalam suatu bahan makanan. Unsur nitrogen ditentukan secara kuatitatif,

misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat

 protein yang ditentukan adalah 6,25 kali berat unsur nitrogen.

Protein juga memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara

5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan

menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam

molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lainnya oleh ikatan

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 2/11

 peptida. Protein mempunyai sifat yang sangat dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan

 pelarut organik.

Jenis asam amino yang kita gunakan adalah Tirosin dengan rumus :

O

NH2

OH

OH

Tirosin adalah salah satu jenis asam amino dalam protein. Tirosin ini mempunyai

gugus fenol dan bersifat asam lemah. Tirosin dapat diperoleh dari kasein, yaitu

 protein dalam keju atau susu.

Pada percobaan ini kita akan melakukan pemurnian tirosin dari kaseinnya

dengan melarutkan tirosin ke dalam berbagai larutan yang bersifat asam, alcohol,

maupun senyawa yang mengandung logam berat. Dengan demikian, kita harus

memperhatikan sifat-sifat protein antara lain :

1. ionisasi

seperti asam amino, protein juga larut dalam air akan membentuk ion yang

mempunyai muatan positif dan negative. Dalam suasanan asam molekul

 protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan

membentuk ion negative. Pada titik isolistriknya protein mempunyai muatan

 positif dan negative yang sama, sehingga tidak bergerak kea rah elektroda

 positif maupun negative apabila ditempatkan diantara kedua electrode

tersebut. Ionisasi protein dapat digambarkan sebagai berikut :

 protein+ H+ + + protein-

kation ion zwitter  

 protein memiliki titik isolistrik yang berbeda-beda sebagaimana yang tertera

dalam table berikut :

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 3/11

Tabel Titik Isolistrik Berbagai Protein :

Protein Sumber  pH isolistrik 

Albumin telur Telur 4,55 – 4,90Insulin Pancreas 5,3 – 5,35

Albumin serum Darah 4,88

Kasein Susu sapi 4,6

Gelatine Kulit sapi 4,8 – 4,85

Globulin serum Darah 5,4 – 5,5

Fibroin Sutera 2,0 – 2,4

Gliadin Terigu 6,5

Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umunya sifat

fisika, dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik 

isolistrik protein bermuatan negative, sedangkan di bawah titik isolistrik protein

 bermuatan negative.

Oleh karena itu untuk megendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH

larutan diatas titik isolistrik, sedangkan pengendapan oleh ion negative memerlukan

 pH dibawah titik isolistrik. Ion-ion posisitf yang mengendapkan protein antara lain

ialah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, CU++, dan Pb++, sedangkan ion negative yang dapat

mengendapkan protein adalah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan

sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut putih teluratau susu dapat digunakan sebagai

antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat.

2. Denaturasi

Protein akan mengalami koalgulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC atau

lebih. Koagulasi ini hanya terjadi apabila larutan protein berada pada titik 

isolistriknya. Protein yang terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat

alrut pada pH di luar titik isolistrik tersebut. Air ternyata diperlukan untuk 

 proses denaturasi oleh panas. Disamping pH, sushu tinggi dan ion logam

 berat, denaturasi dapat pula terjadi oleh adanya gerakan mekanik, alcohol

aseton, eter dan detergen.

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 4/11

3. Viskositas.

Viskositas adalah tahanan yang timbul karena adanya gesekan antara molekul-

molekul di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air 

mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative besar daripada viskositas

air sebagai pelarutnya.

4. Kristalisasi

Banyak protein yang telah diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun demikian

 proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada

yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula ynag sukar.

5. Sistem Koloid

Molekul protein apabila dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid, yang

tidak dapat menembus membrane atau kertas perkamen.

Pemurnian Protein

Langkah awal yang dalam pemurnian protein ini ialah menentukan bahan

alam yang akan diproses. Penentuan ini didasarkan pada kadar protein yang

terkandung didalamnya. Tentu saja dipilih bahan alam yang mempunyai kadar protein

tinggi dan mudah diperoleh. Analisis terhadap kadar protein dalam bahan alam

tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh data tentang kadar protein yang akan

dimurnikan. Setelah itu protein akan dilarutkan ke dalam air atau pelarut lainnya.

 Namun, disini juga harus diperhatikan sushu dan pH larutan agar tidak merusak 

 protein.

Dalam percobaan ini untuk menentukan kadar atau konsentrasi protein ini kita

menggunakan spectrometer yang berfunsgi untuk menentukan transmittan maupun

adsorbannya.

V. ALAT DAN BAHAN

1. Alat :

- tabung reaksi

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 5/11

- gelas ukur 

-  beker gelas

- spectrometer 

- Erlenmeyer 

- Refluks kondensor 

- Penangas air 

- Statif dan klem

- Pipet tetes

2. Bahan :

- Kasein 1 gram

-  NaOH 6 N 20 ml

- H2SO4 7 N 30 ml

- Larutan Tirosina standard 1 ml

- HgSO4 (5%) 3 ml

- H2SO4 5 N

- H2SO4 7 N 2 ml

-  NaNO2 (0,2%) 2 ml

- 12 ml air 

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

Hidrolisa 1,0 gr Kaseina dengan 20, 0 ml NaOH 6 N pada refluks kondensor 

dalam penangas air selama 4 jam. Tambahkan hati-hati 30 ml H 2SO4 7 N. campur.

Tempatkan 1,0 ml hidrolisat ke dalam tabung yang bersih dan kering. Pada

tabung-tabung lain pipet masing-masing 1,0 ml larutan tirosina standard dengan

lima macam kadar yang berbeda. Tambahkan 3 ml HgSO 4 5 % dalam H2SO4 5 N

 pada semua tabung. Panaskan dalam penangas air yang mendidih selama 10

menit. Dinginkan dan tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 ml H2SO4 7

 N dan 2 ml NaNO2 0,2 %. Campur dan tambahkan 12 ml air ke dalam masing-

masing tabung. Baca ekstingsinya pada spectrometer dengan λ maks = 470 nm.

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 6/11

VII. HASIL PENGAMATAN

Pengukuran % Transmittan larutan Tirosina Standar :

Mg/ml % Transmittan

1 4,2

2 1,8

3 0,6

4 0,6

5 0,6

6 0,4

7 0,2

8 0,1

9 0,1

10 0,1

Dengan % Transmittan sample = 5,1

VIII. REAKSI KIMIA

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 7/11

O

OH

O

NH3+ + NaOH

O

NH2OH

O + Na

+

+ H2O

O

OH

O

NH3

+

+ H2SO4

O

OH

OH

NH3

+

+ SO42

2

O

NH2OH

OH + HgSO4

C O

HO CH2 CH NH2

Hg++

NH2 CH CH2 OH

O C

OO

+ SO4

IX. ANALISA DATA

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 8/11

Mencari adsorban dari % Transmittan yang didapat :

Dimana A = 2 - log (% T)

1. Untuk 1 mg/ml

A = 2 – log (4,2) = 1,38.

2. Untuk 2 mg/ml

A = 2 – log (1,8) = 1,74

3. untuk 3 mg/ml

A = 2 – log (0,6) = 2,22

4. Untuk 4 mg/ml

A = 2 – log (0,6) = 2,22

5. Untuk 5 mg/ml

A = 2 – log (0,6) = 2,22

6. Untuk 6 mg/ml

A = 2 – log (0,4) = 2,39

7. Untuk 7 mg/ml

A = 2 – log (0,2) = 2,69

8. Untuk 8 mg/ml

A = 2 – log (0,1) = 3

9. Untuk 9 mg/ml

A = 2 – log (0,1) = 3

10. Untuk 10 mg/ml

A = 2 – log (0,1) = 3

Adsorban untuk sample = A – 2 log (5,1) = 1,29

Perhitungan regresi linier konsentrasi terhadap adsorbannya :

X = konsentrasi

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 9/11

Y = Adsorban

X Y XY X2

1 1,38 1,38 1

2 1,74 3,48 4

3 2,22 6,66 9

4 2,22 8,88 16

5 2,22 11,1 25

6 2,39 14,34 36

7 2,69 18,83 49

8 3 24 64

9 3 27 81

10 3 30 10055 23,86 145,67 385

Slope = A = 22 )()(

))(()(

 x xn

 y x xyn

Σ−Σ

ΣΣ−Σ

= 2)55()385(10

)86,23)(55()67,145(10

=30253850

)3,1312()7,1456(

= 0,18

Intersept = B = 22

2

)()(

))(())((

 x xn

 xy x y x

Σ−Σ

ΣΣ−ΣΣ

= 2)55()385(10

)67,145)(55()86,23(385(

=825

85,80111,9186 −

= 1,42

Jadi, persamaan regresi liniernya adalah y = 0,18X + 1,42

X. PEMBAHASAN

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 10/11

Percobaan dalam pembuatan tirosin dalam kasein ini adalah untuk menghitung

kadar tirosin yang berada dalam kasein susu. Setelah mendapat kadar tirosin maka

kita juga akan mendapatkan adsorban pada masing-masing konsentrasi. Perhitungan

adsorban didapat dari serapan dalam spectrophotometer.

Pertama-tama larutan kasein dilarutkan dalam larutan NaOH, dengan begitu,

larutan protein dilarutkan ke dalam larutan basa kuat. Sehingga asam amino yang ada

dalam protein tersebut akan terdapat dalam bentuk dibawah ini :

NH2

CH

COO

R

Hal ini disebabkan karena konsentrasi (OH-) yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+

Yang terdapat pada gugus –NH3+.

Kemudian digunakan refluks pada penangas air yaitu pada titik didih air.

Refluks dilakukan pada suhu awal sebesar 24,5oC dan suhu akhir adalah 82oC.

Selama refluks larutan kasein ditambahkan dengan larutan H 2SO4 untuk mengikat

 basa oleh asam dari kasein. Tepat pada 1 jam 40 menit kasein yang semula berwarna

 putih kekuningan tepat menjadi endapan yang sebelumnya menggumpal menjadi

warna putih. Refluks dilakukan selama ± 3 jam. Dari hasil refluks didapatkan larutan

yang berwarna kuning dan berbau. Kemudian larutan tersebut dijadikan larutan

sample yang kemudian akan diukur adsorbannya dan dibandingkan dengan larutan

standarnya.

Dari larutan standar Tirosin dilarutkan dengan HgSO4 dengan kadar yang

 berbeda pada 10 tabung. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan protein dengan ion

logam positif yaitu Hg++. Penambahan H2SO4 pada larutan protein akan menyebabkan

struktur molekul asam amino menjadi :

CH

COOH

R

H3N+

7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 11/11

Ini terjadi karena konsentrasi H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO -,

sehingga membentuk gugus –COOH.

Sedangkan penambahan NaNO2 pada larutan tirosin bertujuan untuk 

memberikan warna. Warna yang terjadi akibat penambahan NaNO2 yaitu terjadinya

warna merah pada larutan protein. Adanya warna pada larutan protein karena kita

akan menghitung adsorban pada larutan protein dengan menggunakan

spektrofotometer. Karena alat ini menggunakan cahaya UV-Vis menggunakan warna

dalam penganalisisannya.

XI. KESIMPULAN

1. Tirosin adalah salah satu asam amino yang terdapat dalam protein yaitu kasein

utama dalam susu. Tirosin ini memiliki gugus Fenol dan bersifat asam lemah.

2. Penambahan asam pada asam amino akan menyebabkan konsentrasi H+

 berikatan dengan ion –COO- membentuk gugus –COOH.

3. Penambahan basa pada asam amino menyebabkan konsentrasi OH- mengikat

ion-ion H+yang terdapat pada gugus –NH3+.

4. Pada perhitungan analisa datanya, semakin besar konsentrasi larutan asam

amino maka semakin besar pula nilai adsorbannya.

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: ERLANGGA

Poedjadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI

Khopkar, S.M, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : UI Press