Post on 24-Dec-2015
description
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
TL 2203
TEKNIK DASAR LABORATURIUM UNTUK ISOLASI, PEMURNIAN DAN KARAKTERISTIK BENTUK KOLONI
Nama (NIM) :Mustika Putri Pertiwi (15313010)
Ephapras Dhika (15313021)
Farrah Meidy Damara (15313063)
Kelompok/Shift : 4/Rabu siang
Tanggal Praktikum : Rabu, 11 Februari 2015
Tanggal Pengumpulan: Jum’at, 20 Februari 2015
PJ Asisten : Laurentia Mutiara S.W.
Asisten : 1. Fadya Syifa Hani
2. Ayu Listiani
3. Amrini Amalia S.
4. Agung Kusumawardhana
Analis : Didit Trihartomo
Teknisi : Oleh
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
PEMBUATAN MEDIA AGAR NUTRISI (DEMO)
A. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan media Agar Nutrisi (NA) dan proses sterilisasinya
2. Mengetahui cara sterilisasi media dengan menggunakan Autoclave
B. PRINSIP DASAR
Kelangsungan hidup dari suatu mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh nutrisi
dan faktor lingkungannya. Bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
mikroorganisme berasal dari senyawa kompleks yang kemudian akan dipecah melalui
proses enzimatik. Pada proses pembuatan Agar Nutrisi (NA) yang didemonstrasikan
pada percobaan, digunakan serbuk Agar Nutrisi yang di dalamnya sudah terkandung
berbagai nutrisi sehingga siap untuk langsung digunakan.
C. TEORI DASAR
Media pembiakan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Melalui media pertumbuhan dapat dilakukan isolasi
mikroorgamisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya. Bakteri memerlukan nutrisi atau makanan untuk dapat tumbuh. Nutrisi
diartikan sebagai material kasar yang dibutuhkan untuk membangun komponen selular
baru dan menghasilkan energi untuk proses-proses dalam kehidupan sebuah mikroba
(Dwiko saputro : 31)
Jenis medium sangat bervariasi bergantung pada apa yang dijadikan dasar
penamaan. Berdasarkan kepada bentuknya dikenal tiga macam medium , yaitu medium
cair, semisolid dan medium padat. Beda utama ketiga medium tersebut adalah bahan
pemadatnya. Medium cair tidak menggunakan bahan pemadat , sedangkan medium
semisolid dan solid menggunakan bahan pemadat . Agar – agar paling umum digunakan
sebagai bahan pemadat, pada medium solid jumlah agarnya 1,5%-1,8% sedangkan pada
medium semi solid agarnya berjumlah < 1%.
Pada media NA digunakan daging karena daging sebagai sumber vitamin B,
mengandung nitrogen organik, dan senyawanya karbon. NA adalah nutrient agar.
Pembuatan media nutrient agar berasal dari bahan ekstrak, daging 0,5 kg direbus dalam
air 1000 ml hingga volume air menjadi setengahnya atau direbus selam 1 – 2 jam disaring
lalu ditambahkan aquades hingga menjadi 1000 ml kemudian dicampurkan dengan
pepton sebanyak pepton 10,0 g , NaCl 5,0 g dan agar-agar 15,0 g. Dipanaskan diatas hot
plate hingga mendidih. Campuran ini selama dipanaskan diaduk setelah itu diukur
pHnya sesuai standardisasinya.media adalah bahan-bahan yang terdiri dari zat-zat hara
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam
media dapat dilakukan isolasi,perbanyakan dan pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikroba (Schlegel 1994).
Pada pembuatan Agar Nutrisi juga melibatkan proses sterilisasi dengan
menggunakan autoclave. Berikut adalah gambar autoclave dan bagian-bagiannya.
Gambar 1.1 Bagian-bagian Autoclave (sebelah kiri) ; Autoclave (sebelah kanan)
Bagian-bagian dari Autoclave :
1. Tombol timer
2. Katup pengeluaran uap
3. Pengukur tekanan
4. Kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10.Batas penambahan air
D. RESUME PEMBUATAN MEDIA AGAR NUTRISI (DEMO)
Pada pembuatan media Agar yang didemokan oleh Pak Didit digunakan Agar
nutrisi serbuk yang sudah siap pakai, jenis media Agar yang akan dibuat adalah plate
count Agar. Ketentuannya untuk membuat Agar padat diperlukan 17.5 gram serbuk PCA
per satu liter air. Pada saat demo pembuatan, digunakan 1.75 gram serbuk PCA dengan
100 ml air. Pada proses pembuatan agar nutrisi, penimbangan serbuk dilakukan dengan
menggunakan neraca analictic, sedangkan untuk pengukuran air digunakan gelas ukur
agar menghasilkan ukuran yang akurat karena dapat memengaruhi kepadatan agar
nantinya. Air yang digunakan adalah aquades lalu dimasukan kedalam gelas kimia. Lalu,
dipanaskan di atas hot plate yang telah dinyalakan dan masukkan juga pengaduk (berupa
magnet) ke dalam gelas kimia tersebut. Setelah itu masukkan agar yang telah ditimbang ,
dan tunggu hingga adukan merata dan agarnya mendidih. Gunakan cawan petri atau
alumunium sebagai penutup untuk mengurangi penguapan. Hati-hati pada proses
pembuatan agar ini harus diperhatikan betul karena saat suhu meningkat agar bisa jadi
berbuih dan bisa tumpah nantinya. Jika buih agar sudah mulai naik, segera angkat gelas
kimia dari hot plate. Setelah itu matikan hot plate nya.
Dalam keadaan masih panas, segera masukkan ke dalam tabung elemenyer.
Setelah itu, tutup bagian atasnya menggunakan penyumbat berupa kapas lemak yang
dibalut dengan kasa, lapisi dengan kertas, lalu gunakan karet gelang untuk
mengencangkan. Setelah itu, gunakan spidol atau kertas label untuk menamai tabung.
Setelah itu tabung siap untuk di sterilisasi menggunakan autoclave.
Pada proses sterilisasi digunakan autoclave, autoclave sendiri adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan media yang digunakan dalam mikrobiologi
menggunakan suhu dan tekanan tinggi. Tekanan yang biasa digunakan adalah 15 lbs
(1,5Kg/cm2) dengan suhu 121˚C. Hal pertama yang dilakukan saat menggunakan alat ini
adalah memasukkan air destilasi sempai batas yang ditentukan (air yang digunakan
adalah aquades), lalu masukkan semua alat yang akan di sterilkan, termasuk PCA yang
telah dibuat tadi, lalu nyalakan autoclavenya dan atur tekanan, suhu dan waktu yang
diperlukan. Tutup autoclave dan kunci dengan rapat, teknik menguncinya harus merata
antara bagian bagian kunci yang bersebrangan. Sementara itu biarkan kelep pengaman
terbuka sampai ada tetesan air keluar. Tetesan air yang keluar menandakan bahwa di
dalam autoclave sudah tidak ada udara lagi. Setelah tetesan air keluar tutp kelep
pengaman. Suhu dan tekanan akan menentukan 15 lbs (1,5Kg/cm2) dan 121˚C. Setelah
itu tunggu hingga timmer berbunyi menandakan proses sterilisasi telah selesai. Lalu
matikan autoclave dan biarkan jarum penunjuk mencapai angka nol dengan sendirinya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.
Pelczar, Michael, 1986, Dasar- Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Label, Caray.,2008, http//Caray label makalah –dan – skripsi pembuatan-media- agar
dan-sterilisasi/htmL (diakses: 16 Februari 2015, pukul 13.48)
MODUL 01 - PERCOBAAN 1
Teknik Transfer Kultur secara Aseptik
A. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami teknik pemindahan / transfer biakan mikroorganisme
untuk subkultur secara aseptik.
2. Mengetahui manfaat dari teknik pemindahan kultur secara aseptik.
B. PRINSIP DASAR
Dalam teknik transfer kultur secara aseptik biakan mikroorganisme dipindahkan
dari satu medium ke medium yang lain dengan teknik subkultur tujuannya agar tidak
terjadi kontaminasi mikroba lain ke dalam kultur. Langkah – langkah yang harus diikuti
dalam melakukan transfer secara aseptik yaitu : disinfeksi daerah bekerja (menggunakan
desinfektan seperti Betadine), menggunakan jarum oose (dengan cara dipijarkan dalam
api pembakar bunsen), pembakaran tabung kultur dan inokulasi (membakar mulut tabung
sebelum dibuka dan sebelum ditutup), pemijaran kembali jarum oose, inokulasi cawan
petri (menggunakan jarum oose), dan disinfeksi terakhir meja kerja.
C. TEORI DASAR
Teknik transfer aseptik adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan
atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat
esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang
yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. (Pelczar, M. J., Chan, 2007)
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan
sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun
praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilisasi.
Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium
mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari
oleh ahli mikrobiologi.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Kekeruhan
dalam kaldu menunjukkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Bila
mikroorganisme menumpuk pada dasar tabung maka akan membentuk
sedimen, sedangkan pada permukaan kaldu pertumbuhan terlihat sebagai partikel.
Inokulasi pada media padat dapat dilakukan ke Agar miring dan Agar padat. Pada media
cair transfer dilakukan ke media kaldu nutrisi. Transfer juga dapat dilakukan ke cawan
petri dengan media Agar nurtisi.
Gambar 1.2 Cara membuka cawan petri yang baik pada saat inokulasi
D. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Jarum penanam 1 buah
2. Pembakar Bunsen 1 buah
3. Desinfektan
4. Label
Bahan : 1. Kultur cair biakan bakteri
2.Kultur Agar miring berisi bakteri
3. Medium Agar plate yang ditumbuhi koloni bakteri
4. Tabung reaksi berisi kaldu nutrisi (NB) steril
5. tabung berisi Agar nutrisi (NA) steril
E. HASIL PENGAMATAN
No.Tanggal
PengamatanHasil Pengamatan Deskripsi
1. 12 Februari
2015 ; pukul
14.10
Transfer :
Medium cair-cair
Biakan :
Kultur Cair
Medium:
Kaldu nutrisi steril
(NB)
Keterangan :
Setelah 1 hari air
terlihat agak keruh
2. 12 Februari
2015
Transfer :
Medium agar
miring- agar miring
Biakan :
Bacillus sp
Medium:
Agar nutrisi steril
(NA)
Keterangan :
Setelah 1 hari sudah
tampak bakteri
tumbuh ditandai
dengan warna putih
susu di permukaan
agar miring yang
membentuk pola
zigzag sesuai ketika
bakteri
diinokulasikan.
3. 12 Februari
2015
Transfer :
Medium agar plate-
agar miring
Biakan :
Bakteri murni
berlabel B
Medium:
Agar nutisi steril
(NA)
Keterangan :
Setelah 1 hari sudah
tampak bakteri
tumbuh ditandai
dengan warna putih
susu di permukaan
agar miring berupa
garis zig-zag.
F. ANALISIS
Pada percobaan pemindahan kultur secara aseptik ini prosesnya selalu dilakukan
dengan cara yang steril yaitu di sekitar pembakar bunsen den selalu dilakukan
pembakaran jarum oose dan mulut tabung sebelum dan sesudah proses inokulasi.
Pada pemindahan medium cair ke cair dilakukan dengan menggunakan medium
kaldu nutrisi (NB). Bakteri yang digunakan adalah bakteri biakan yang berada pada
medium cair juga. Transfer kultur dilakukan dengan membakar terlebih dahulu jarum
oose dan mulut tabung biakan bakteri tujuannya agar jarum dan mulut tabung steril
sehingga dapat menghindari kontaminasi dari mikroba lain, lalu kultur bakteri diambil
dari tabung biakan dan di transfer ke tabung kaldu nutrisi (NB) yang steril. Setelah satu
hari, hasil pengamatan menujukkan adanya perubahan yang terjadi pada kaldu nutrisi.
Ditandai dengan kaldu nutrisi yang berubah warna menjadi agak keruh. Perubahan warna
tersebut menandakan adanya bakteri pada kaldu nutrisi tersebut. Pada medium tidak
didapatkan mikroorganisme dengan warna yang berbeda atau bentuk morfologi yang
berbeda, hal ini mencirikan bahwa pada percobaan ini teknik transfer yang dilakukan
adalah steril dan terbebas dari mikroorganisme luar. Apabila pada medium didapatkan
hasil dengan lebih dari satu warna, maka dapat dikatakan bahwa medium tersebut telah
tercemari atau terkontaminasi oleh mikroorganisme dari luar.
Pada pemindahan kultur dari medium agar miring ke agar miring (NA)
digunakan biakan bakteri Bacillus sp. Transfer kultur dilakukan dengan terlebih dahulu
membakar jarum oose dan mulut tabung biakan bakteri Bacillus. Setelah itu kultur
bakteri diambil menggunakan jarum oose dan di transfer ke tabung media agar miring
(NA) steril. Setelah satu hari dilakukan pengamatan dan terlihat koloni bakteri Bacillus
di permukaan agar miring yang berwarna putih kekuningan dan membentuk pola zig-zag
sesuai dengan pola saat bakteri diinokulasikan. Garis zig-zag tersebut menandakan
adanya mikroorganisme yang tumbuh pada garis zig-zag tersebut. Tebal garis zig-zag
tersebut semakin menipis dari bagian bawah ke atas tabung. Bakteri/mikroorganisme
yang terdapat pada garis zig-zag tebal menandakan bahwa mikroorganisme yang
terdapart pada garis masih terdapat dalam bentuk koloni yang besar dan bercampur.
Bakteri/mikroorganisme yang terdapat pada garis zig-zag yang tipis atau bahkan terpisah
dalam butiran kecil dari garis, menandakan bahwa mikroorganisme tersebut sudah dalam
satu koloni bakteri. Garis zig-zag yang tidak beraturan disebabkan karena pada saat
percobaan ketika melakukan metode gores pada medium yang kurang rapih dan teratur.
Garis zig-zag yang terlalu tebal disebabkan karena pada saat melakukan penggoresan
pada medium, jarum oose yang digunakan terlalu menekan, menempel atau bahkan
mencokel medium sehingga menyebabkan jumlah mikroorganisme yang menempel pada
medium tersebut terlalu banyak. Jikalaupun terdapat kontaminan, maka akan ada
mikroorganisme yang memiliki warna ataupun morfologi yang berbeda daripada bakteri
yang seharusnya. Karena bakteri tumbuh di permukaan media, maka dapat dikatakan
bahwa bekteri Bacillus adalah bakteri aerob (sangat memerlukan oksigen untuk
tumbuh).
Pada transfer kultur media agar plate ke media agar miring digunakan biakan
bakteri murni berlabel B. Transfer kultur dilakukan dengan terlebih dahulu membakar
jarum oose dan mulut tabung biakan murni bakteri berlabel B. Setelah itu bakteri
diinokulasikan ke medium agar miring (NA) steril. Setelah satu hari dilakukan
pengamatan dan hasilnya tampak biakan bakteri tumbuh di permukaan. Tumbuhnya
bakteri pada permukaan menunjukkan bahwa bakteri biakan murni berlabel B adalah
bakteri yang sangat membutuhkan oksigen untuk hidup (aerob).
Dari ketiga percobaan transfer kultur yang telah digunakan terdapat perbedaan
pada jumlah koloni yang didapatkan pada medium transfer, hal ini terjadi dikarenakan
jumlah bakteri yang diambil dari biakan awal dengan jarum oose jumlahnya berbeda.
Perbedaan lainnya yang terjadi seperti warna pada koloni menunjukkan adanya
perbedaan-perbadaan karakteristik setiap bakteri.
G. KESIMPULAN
Teknik transfer kultur secara aseptik digunakan untuk memindahkan bakteri dari
satu medium ke medium lain agar tidak terjadi kontaminasi.Agar steril proses
inokulasi dilakukan di sekitar pembakar bunsen dan menggunakan alat dan bahan
yang telah disterilisasi terlebih dahulu.
Manfaat dari teknik transfer kultur secara aseptik adalah kita hanya akan
mendapat biakan bakteri yang dikehendaki saja tanpa terkontaminasi bakteri atau
mikroorganisme lain yang tidak diharapkan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Jutono. 1996. Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta
Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
MODUL 01 - PERCOBAAN 2
TEKNIK ISOLASI KULTUR MURNI
Bagian A : Isolasi Koloni dari Kultur Campuran
A. TUJUAN
1. Mengetahui cara memisahkan sel-sel dari kultur campuran sehingga koloni terpisah
dapat di isiloasi dengan metode tuang, metode gesek, dan metode sebar.
2. Mengetahui metode mana yang lebih efektif dalam memisahkan kultur bakteri
campuran
B. PRINSIP DASAR
Isolasi koloni digunakan untuk mengisolasi koloni terpisah agar jumlah
mikroorganisme inokulum tereduksi sehingga koloni yang terbentuk lebih terpisah.
Metode gores adalah metode yang paling cepat dari segi waktu dan ekonimis dari segi
harga bahan dan alat. Metode sebar membutuhkan pengenceran kulturbiakan camputan
sebelumnya. Selama inokulasi, sel disebarkan ke seluruh bagian permukaan agar dengan
bantuan batang gelas L yang steril. Metode tuang membutuhkan rangkaian pengenceran
biakan campuran dengan jarum atau pipet.
C. TEORI DASAR
Isolasi adalah suatu teknik mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat. Sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis bakteri dikenal dengan
biakan murni atau biakan aksenik. Biakan yang berisi lebih dari satu macam bakteri
disebut biakan campuran.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengisolasi bakteri, jamur, dan khamir
dengan metode gores, metode tuang, metode sebar, dan mikromanipulator. Dua
diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode tuang dan metode gores. Kedua
metode ini didasarkan pada prinsip yang sama, yaitu mengencerkan organisme
sedemikian rupa sehingga spesies dapat dipisahkan. (Plezar, 2006)
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari bahan
nutrisi. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung pada banyaknya faktor
seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Pembenihan untuk
pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung semua zat
makan yang diperlukan. Faktor lain adalah pH dan suhu. (Buckle, 2007)
Selain untuk tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain, seperti tempat untuk
mengisolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan. Agar tiap-tiap
medium memilki karakteristik yang sesuai dengan tujuan sehingga seringkali digunakan
beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba. (Suriawiria, 2005)
Beberapa indikasi pembiakan pada laboratorium mikrobiologi:
1. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri
2. Menunjukan sifat khas mikroba.
3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu.
4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan
percobaan serologi lainnya.
5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik.
6. Menghitung jumlah kuman
7. Mempertahankan biakan mikroba.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat: 1. Pembakar bunsen
2. Jarum penanam
3. Batang gelas berbentuk L
4. Cawan petri (1 untuk metode gores, 1 untuk metode sebar, dan 3 untuk
metode tuang)
Bahan : 1. Kultur campuran umur 24 – 48 jam biakan 1 bagian bakteri Serratia
marrescens dan tiga bagian sarcina sp. atau campuran 1 bagian E. coli dan
10 bagian Sarcina lutea dalam biakan media cair. Untuk metode sebar,
biakan disiapkan pada OD 0,1 pada 600 µm.
2. Media nutrient Agar (1 untuk metode gores, 1 untuk metode sebar, dan
3 untuk metode tuang)
3. Alkohol 96%
E. HASIL PENGAMATAN
No. Tanggal Pengamatan Hasil Pengamatan Deskripsi
1. 13 Februari 2015 Metode : Streak plate
(Quadran A)
Biakan :
Bakteri campuran
Keterangan :
Setelah 1 hari tampak
bakteri berwarna putih
mengikuti pola goresan
yang dilakukan pada saat
inokulasi dan goresan
menjadi semakin tipis di
bagian akhir.
2. 13 Februari 2015 Metode : Streak plate
(Quadran B)
Biakan :
Bakteri campuran
Keterangan :
tampak biakan bakteri
berwarna putih susu dan
terlihat menipis di bagian
akhir goresan sehingga
biakan bakteri tampak
terputus-putus
3. 12 Februari 2015 Metode :
Streak plate (Radiant)
Biakan :
Bakteri Campuran
Keterangan:
Setelah 1 hari tampak
bakteri berwarna putih
susu mengikuti pola
goresan (radian) yang
dilakukan saat inokulasi
4. 13 Februari 2015 Metode :
Streak plate (continous)
Biakan :
Bakteri campuran
Keterangan :
Setelah 1 hari tampak
bakteri berwarna putih
susu mengikuti pola
goresan (continous) yang
dilakukan saat inokulasi,
goresan tampak tipis di
bagian akhir.
5. 13 Februari 2015 Metode : spread plate
Biakan :
Bakteri Campuran
Keterangan :
Setelah 1 hari hanya
tampak bakteri yang
tumbuh hanya di bagian
tengah cawan dengan
jumlah yang sedikit
6. 13 Februari 2015 Metode : pour plate
(Pengenceran 1)
Biakan :
Bakteri Campuran
Keterangan :
Setelah 1 hari tampak
koloni bakteri berwarna
putih susu tumbuh
seluruh permukaan agar
plate jumlah koloni >300
7. 13 Februari 2015 Metode : Pour plate
(Pengenceran 2)
Biakan :
Bakteri campuran
Keterangan :
Setelah pengenceran ke 2
tampak jumlah koloni
masih >300 namun
jumlah koloninya lebih
sedikit jika dibandingkan
pengenceran yang
pertama.
7. 13 Februari 2015 Metode : Pour plate
(Pengenceran 3)
Biakan :
Bakteri campuran
Keterangan :
Pada pengenceran ke 3
tampak koloni yang
tersebar di permukaan
agar plate lebih sedikit
yaitu 53 koloni.
F. ANALISIS
Proses percobaan isolasi koloni dari kultur campuran dilakukan dengan cara steril,
yaitu di sekitar pembakar bunsen den selalu dilakukan pembakaran jarum oose dan mulut
tabung sebelum dan sesudah proses inokulasi.
Pada metode streak plate dilakukan 4 cara goresan, yaitu Quadran A dan B,
Radian, serta Kontinu. Berdasarkan hasil pengamatan dari masing-masing cara ini
menghasilkan bentukan koloni yang hampir sama. Warna putih susu tersebut adalah
penampakan bakteri yang telah tumbuh. Terlihat di ujung-ujung goresan semakin menipis
disebabkan ketika inokulasi diakhir bakteri telah berkurang.
Pada metode spread plate menghasilkan koloni yang hanya berada di tengah
cawan dan berjumlah sedikit. Hal ini disebabkan bisa karena ketika pemanasan batang L
yang sudah dicelupkan ke alkohol belum terbakar sempurna sehingga ketika batang L
digunakan untuk meratakan biakan di atas media ada sejumlah bakteri yang mati.
Pada metode pour plate butuh 3 kali pengenceran untuk mendapatkan jumlah
koloni yang tepat, yaitu diantara 30 dan 300 koloni. Hal ini disebabkan pada pengenceran
pertama dan kedua masih banyak mengandung koloni.
G. KESIMPULAN
Untuk memisahkan koloni bakteri dari kultur campuran, dapat digunakan tiga jenis
teknik biakan murni, yaitu metode streak plate, spread plate, dan pour plate. Setelah
masa inkubasi, biakan murni akan terlihat secara kasat mata dan dapat diidentifikasi
dengan melihat bentuk, ukuran dan warna koloni serta cembung atau tidaknya
koloni.
Dari ketiga metode untuk pengisolasian koloni dari kultur campuran, Metode spread
plate adalah metode yang paling efektif karena bakteri menyebar dan sehingga tidak
terbentuk koloni yang terlalu banyak.
H. DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
http://fikapuspita.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-mikrobiologi-dasar.html
diakses pukul 00.29, tanggal 14 Februari 2015.
Bagian B : Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A
A. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami teknik isolasi kultur murni.
2. Mengetahui cara menyiapkan kultur stok mikroorganisme dari hasil isolasi biakan
campuran pada bagian A.
3. Mengetahui dan menganalisis perubahan yang terjadi pada biakan
mikroorganisme setelah dilakukan teknik isolasi kultur murni.
B. PRINSIP DASAR
Saat terpisah, koloni berkembang dengan baik pada permukaan nutrien agar, tiap
jenis koloni diambil dengan jarum penanam steril dan dipindahkan ke agar miring. Tiap
biakan agar miring menggambarkan pertumbuhan spesies bakteri tunggal dan disimpan
sebagai biakan murni.
C. TEORI DASAR
Pertumbuhan dan perkembangan mikroba diperlukan substrat yang disebut media.
Sebelum dipergunakan media harus dalam keadaan steril. Medium adalah bahan yang
biasa digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya.
Langkah awal yang dilakukan sebelum menumbuhkan mikroorganisme adalah dengan
memahami kebutuhan dasar lalu mencoba memformulasikan satu media yang
memberikan hasil terbaik. Persyaratan nutrien mikroorganisme-mikroorganisme sangat
beragam, namun sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu
meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuhan.
Dalam pemurnian mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni.
Isolasi mikroba adalah memindahkan mikroba dari lingkungannya dengan mengisolasi
mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang tidak kita butuhkan
segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari
satu sel tunggal, artinya mikroba ditumbuhkembangkan dari bakteri yang dihomogenkan
dengan kata lain bakteri di isolasikan agar didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan
nantinya dalam kegiatan praktikum. Objek yang harus diperhatikan adalah bakteri.
Di dalam mengisolasi mikroorganisme digunakan berbagai cara, antara lain
dengan cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate) cara sebar (spread
plate), cara pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (the
micromanipulator method). Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik
cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama
yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehinga individu spesies individu
spesies dapat dipisahkan dari lainnya.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu
sebagai berikut :
1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup atau asal mikroba tersebut.
3. Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.
4. Cara menginokulasi mikroba.
5. Cara inkubasi mikroba.
6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan sesuai
dengan yang dimaksud.
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Pembakar bunsen
2. Jarum inokulasi
Bahan : 1. Media nutrisi Agar
2. Biakan koloni (Serratia marcescens berwarna merah, Sarcina lutea
berwarna kuning)
E. HASIL PENGAMATAN
No. Tanggal Pengamatan Hasil Pengamatan Deskripsi
1. 13 Februari 2015 Medium :
Media nutrisi agar
Biakan :
Bakteri kultur murni dari
cawan petri bagian A
(streak plate metode
quadran A)
Keterangan :
Tumbuh bakteri berwarna
kekuningan di permukaan
agar miring. Bentuk pola
bakteri yang ada di
permukaan seharusnya
zigzag namun pada
gambar disamping tidak
terlihat pola zigzagnya.
2. 13 Februari 2015 Medium :
Media nutrisi agar
Biakan : Bakteri kultur
murni dari cawan petri
bagian A (streak plate
metode continous)
Keterangan :
Pada permukaan agar
miring terlihat biakan
bakteri berwarna putih
susu yang berpola zigzag.
F. ANALISIS
Dari hasil praktikum ini, mikroorganisme yang kami isolasi dapat tumbuh pada
medium agar yang telah kami siapkan. Hal ini terlihat dengan adanya goresan berwarna
dan timbul pada medium agar yang menandakan mikroorganisme tersebut dapat tumbuh.
Bentuk pertumbuhan koloni dilihat dari penampakan atas warna tepi atau lainnya
adalah sebagai berikut ; bila kita menggunakan teknik menggores yang baik maka pada
suatu area tertentu pada permukan medium yang digores, sel-sel bakteri akan terpisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Sel-sel tunggal yang terpisahkan ini di sebut dengan sel
induk. Pada waktu inkubasi setiap sel induk membelah diri dengan pembelahan biner.
Sel-sel terus terbagi sehingga membentuk koloni. Bila setelah masa inkubasi koloni-
koloni tersebut saling terpisahkan cukup jauh dan tidak bersentuhan, maka diperoleh
koloni-koloni murni sejenis yang akan menunjukkan hal yang sama.
Percobaan ini dilakukan dengan cara menggoreskan secara zig-zag ke permukaan
media agar miring. namun, yang inokulasi berasal dari cawan petri hasil metode streak
plate Quadran A tidak membentuk pola zig-zag dan berwarna putih. Ini mengindikasikan
bahwa bakteri tersebut adalah bakteri E. Coli.
Sedangkan yang menggunakan inokulasi dari cawan petri hasil metode streak
plate continous membentuk pola zig zag dan tampak berwarna kuning. Ini
mengindikasikan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri Sarcina lutea.
G. KESIMPULAN
Teknik isolasi kultur murni adalah memindahkan mikroba dari lingkungannya
dengan mengisolasi mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain
mikroba yang tidak kita butuhkan segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur
murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya
berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal, artinya mikroba
ditumbuhkembangkan dari bakteri yang dihomogenkan dengan kata lain bakteri
diisolasikan agar didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan. Tidak ada
kontaminasi dalam percobaan ini.
Cara menyiapkan kultur bakteri dari hasil isolasi biakan campuran pada bagian 1
adalah dengan menginokulasikan bakteri dari cawan petri ke permukaan media
agar miring.
Pada hasil percobaan menggunakan metode streak plate Quadran A tidak
membentuk pola zig-zag dan berwarna putih. Sedangkan pada hasil percobaan
menggunakan metode streak plate continous membentuk pola zig zag dan tampak
berwarna kuning.
H. DAFTAR PUSTAKA
Jutono. 1996. Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bagian C : Karakteristik Biakan Mikroorganisme ( dari Bagian A)
A. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik biakan mikroorganisme.
2. Mengetahui gejala apa yang ditimbulkan pada media yang telah ditumbuhi suatu
kultur bakteri.
3. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi organisme sesuai kelompok taksonomi.
B. PRINSIP DASAR
Ketika suatu mikroorganisme dibiakkan dan tumbuh pada medium berbeda,
mikroorganisme tersebut akan memperlihatkan penampakan mikroskopis yang berbeda
pula yang disebut dengan karakteristik biakan. Karakteristik biakan ini yang digunakan
sebagai dasar pengklasifikasian mikroorganisme ke dalam kelompok taksonomi.
C. TEORI DASAR
Karakteristik pertumbuhan mikroba dalam medium pertumbuhan menunjukkan
morfologi, mekanisme pembelahan, dan aktivitas metabolismenya. Pertumbuhan antara
medium cair dan medium padat memberikan bentuk dan karakteristik yang berbeda.
Pada biakan di medium cair, karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan
mikroba, yaitu :
1. Terbentuk endapan
Terbentuknya endapan menunjukkan sel mikroba membentuk agregat sehingga berat
dan mengendap, misalnya Staphylococcus aureus.
2. Terbentuk pelikel
Terbentuknya pelikel disebabkan karena mikroba memiliki pili atau glikokaliks yang
menyebabkan sel yang satu melekat dengan yang lain, misalnya Mycobacterium phlei.
3. Terlihat keruh
Terlihatnya kekeruhan menunjukkan bahwa mikroba yang tumbuh tersebar merata
dan biasanya mikrobanya bersifat motil.
Pada biakan di medium padat, karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan
mikroba adalah dengan terbentuknya suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk
koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu
spesies tertentu. Pengamatan mikroba dapat dilakukan secara individual, satu persatu,
maupun secara kelompok dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat diketahui
melalui koloni yang tumbuh di medium permukaannya. Satu koloni bakteri yang terpisah
dengan koloni lainnya dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media,
diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan
koloni.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Pembakar bunsen
2. Jarum inokulasi
Bahan: 1. Agar nutrisi
2. Kaldu nutrisi
3. Gelatin nutrisi
4. Dua koloni berbeda pada percobaan bagian A
E. HASIL PENGAMATAN
No. Tanggal Pengamatan Hasil Pengamatan Deskripsi
1. 16 Februari 2015 Media :
Agar tegak
Keterangan :
Terdapat garis sepanjang
agar tegak dan bakteri
bersifat aerob.
2. 16 Februari 2015 Media :
Kaldu nutrisi
Keterangan :
Pada media kaldu setelah
diinkubasi menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri
dengan tanda air kaldu yang
menjadi berwarna keruh.
3. 16 Februari 2015 Media :
Agar miring
Keterangan :
Pada media agar miring
tampak biakan dari kultur
bakteri berwarna putih susu
di permukaan agar miring
dengan bentuk garis lurus.
4. 16 Februari 2015 Media :
Gelatin nutrisi
Keterangan :
Pada media gelatin tampak
adanya pertumbuhan bakteri
pada permukaan, walaupun
jumlahnya tidak terlalu
banyak. Terdapat endapan
berwarna putih.
F. ANALISIS
Pada percobaan karakteristik biakan mikroorganisme, kami mengambil koloni
dari biakan bakteri pada streak plate. Media berupa agar miring, gelatin, agar tegak, dan
kaldu nurtisi, semuanya diberi biakan bakteri dengan cara yang berbeda-beda. Agar
miring diberi koloni dengan cara zigzag, gelatin dan kaldu nutrisi dengan cara
mengocokkan koloni menggunakan jarum inokulasi, dan agar tegak diberi bakteri
dengan memasukkan jarum inokulasi yang lurus. Setelah proses inokulasi, keempat
media tersebut diinkubasi selama 3 hari, dan setelah masa inkubasi terlihat perubahan
yang terjadi pada masing-masing media.
Agar miring yang telah mengalami masa inkubasi, terlihat ada koloni yang
mengikuti pola garis zigzag setelah dilakukan inokulasi. Namun, koloni ini sangat
menyebar, hal ini dapat terjadi karena ketika proses inokulasi, mulut tabung tidak
didekatkan dengan pembakar Bunsen sehingga mengakibatkan terjadinya kontaminan
dan menimbulkan koloni lain yang menyebar di luar pola garis.
Gelatin yang diinokulasikan bakteri dari streak plate yang semula tidak terlihat
apa-apa dan hanya berupa cairan saja, setelah masa inkubasi terdapat endapan putih
yang mendekati permukaan gelatin, sehingga bakteri ini diklasifikasikan pada bakteri
aerob karena ia mendekati datangnya oksigen dan berada di permukaan.
Pada kaldu nutrisi, cairan berubah menjadi berwarna keruh setelah mengalami
masa inkubasi. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi pertumbuhan bakteri selama
proses inkubasi yang mempunyai temperature 370C. Karena bakteri ini dapat tumbuh
pada suhu ruang, maka bakteri ini termasuk kelompok bakteri mesofilik yaitu kelompok
yang tumbuh pada rentang suhu 10-45oC dan optimum pada 20-40oC. Selain itu, pada
media ini terdapat endapan putih pada dasar tabung dan bakteri ini diklasifikasikan
bakteri anaerob karena endapan tersebut terdapat pada dasar tabung dan tidak naik ke
permukaan tabung.
Pada agar tegak terlihat bahwa bakteri hanya tumbuh di permukaan sehingga
dapat diketahui bahwa bakteri pada percobaan ini adalah Bacillus sp yang bersifat
obligate aerobe yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk mempertahankan
hidupnya.
G. KESIMPULAN
Gejala yang ditimbulkan pada media yang telah ditumbuhi suatu kultur bakteri
diantaranya tampak berubahnya kekeruhan media, seperti pada media kaldu
yang terlihat semakin keruh.
Bakteri dapat tumbuh pada suhu ruang antara rentang suhu 10-45oC dan
optimum pada 20-40oC. Kelompok bakteri jenis ini adalah bakteri mesofilik.
Media yang telah diinokulasikan bakteri dan memiliki endapan di permukaan
menunjukan bakteri tersebut adalah bakteri aerob yang membutuhkan oksigen,
sedangkan jika endapan berada pada dasar cairan, menunjukkan bahwa bakteri
tersebut termasuk bakteri anaerob.
H. DAFTAR PUSTAKA
Jutono. 1996. Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Pelczar, Michael J.Jr dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
Salle, A. J. 1961. Fundamental Principle of Bacteriology. 5th edition. New York:
McGraw-Hill
MODUL 01 - PERCOBAAN 3
TEKNIK ISOLASI DARI LINGKUNGAN
A. TUJUAN
Mengetahui pentingnya bekerja secara aseptik di lingkungan laboratorium
Mengetahui teknik pengisolasian udara, meja, dan kulit.
B. PRINSIP PERCOBAAN
Mikroorganisme dapat dibiakkan di laboratorium menggunakan nutrien yang
disebut medium. Dengan mengisolasikan biakan murni bakteri dari udara,kulit, dan lain-
lain, sel-sel mikroba yang terdapat pada benda-benda tersebut dapat tumbuh pada
medium yang disediakan. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum.
Medium nutrien yang digunakan pada percobaan ini adalah Agar Nutrient (NA) dan
Potato Dextrose Agar (PDA).
C. TEORI DASAR
Mikroorganisme baik bakteri maupun jamur dapat berasosiasi dengan lingkungan
alami seperti tanah, udara, air, tumbuhan dan lain-lain. Bahkan laboratorium tempat kita
melakukan percobaan pun tidak luput dari mikroba. Bakteri dapat berpoliferasi dengan
sangat cepat bila lingkungannya cocok, baik di habitat alami maupun kultur di
laoratorium. Rentang generasi yang pendek dari bakteri mempermudah adaptasi
evolusioner terhadap lingkungan yang berubah. Dikarenakan mikroorganisme yang
terdapat di alam tanpa kita sadari, bekerja secara aseptik di lingkungan laboratorium
sangat diperlukan. Hal ini berfungsi agar biakan yang didapat tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme lain sehingga dapat mengganggu hasil pengamatan dan analisis
percobaan.
Dalam percobaan ini digunakan media Nutrient Agar (NA) yang umumnya
digunakan untuk pertumbuhan bakteri, dan Potato Dextrose Agar (PDA) yang lebih
disukai jamur untuk tumbuh.
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau dikenal dengan
istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketilitian. Oleh karena itu, sebaiknya kita
mengusahakan agar semua alat-alat yang digunakan untuk pengerjaan medium dan
pengerjaan inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya
kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang
tumbuh di dalam medium adalah benar-benar biakan murni.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat: 1. Pembakar bunsen
2. Cawan petri
3. Swab steril
Bahan: 1. Bakteri pada handphone
2. Potato Dextrose Agar (PDA) dan/atau Nutrient Agar (NA)
E. HASIL PENGAMATAN
Tanggal
Pengamatan
Hasil Pengamatan Keterangan
16 Februari 2015 Isolasi Meja
Media :
Nutrient agar (NA)
Keterangan :
Pada inkubasi selama 1 hari,timbul
bercak titik berwarna putih yang
menandakan adanya koloni suatu
mikroorganisme. Ketika diinkubasi
selama 4 hari dan diteliti kembali,
koloni yang tadinya berukuran sedang,
terlihat semakin membesar dan
memperlebar koloninya
16 Februari 2015
16 Februari 2015 Isolasi kulit praktikan
Media :
PDA
Keterangan :
Pada inkubasi selama 1 hari,timbul
bercak titik berwarna putih yang
sangat banyak menandakan adanya
koloni suatu mikroorganisme. Ketika
diinkubasi selama 4 hari dan diteliti
kembali dengan bantuan alat
mikroskop, tidak terlihat adanya
koloni jamur yang terbentuk
16 Februari 2015 Isolasi kulit praktikan
Media :
NA
Jumlah koloni : >300
Kelompok : 11
Keterangan:
Pada inkubasi selama 1 hari, belum
timbul adanya koloni suatu
mikroorganisme yang dapat diamati
dengan mata telanjang. Ketika
diinkubasi selama 4 hari dan diteliti
kembali, timbul bercak koloni
berwarna kuning dengan jumlah yang
sangat banyak (>300)
12 Februari 2015
16 Februari 2015
Isolasi udara TU selama 3 menit
Media : NA
Jumlah koloni : 6
Kelompok : 4
Ket : Pada inkubasi selama 1 hari,
belum timbul bercak apapun yang
menandakan adanya koloni suatu
mikroorganisme. Ketika diinkubasi
selama 4 hari terlihat adanya bercak
bewarna kuning yang menandakan
adanya kontaminasi bakteri.
16 Februari 2015 Isolasi udara TU selama 10 menit
Media :
PDA
Keterangan:
Terdapat banyak bercak putih yang
menandakan adanya koloni suatu
mikroorganisme
16 Februari 2015 Isolasi udara lab air selama 3 menit
Media :
NA
Keterangan:
Setelah dinkubasi selama 4 hari,
tumbuh bercak-bercak putih yang
menunjukkan tumbuhnya bakteri.
16 Februari 2015 Isolasi udara lab air selama 10
menit
Media:
NA
Keterangan:
Setelah diinkubasi selama 4 hari,
timbul bercak-bercak putih yang
jumlahnya sedikit lebih banyak
daripada isolasi selama 3 menit
16 Februari 2015 Isolasi udara toilet selama 3 menit
Media :
NA
Keterangan :
Timbul bercak-bercak putih pada
masa inkubasi hari keempat. Hal ini
menandakan bahwa ada bakteri yang
tumbuh
16 Februari 2015 Isolasi udara toilet selama 10 menit
Media:
PDA
Keterangan:
Setelah diikubasi selama 4 hari,
ternyata tidak hanya bakteri yang
hidup. Ada juga jamur yang hidup
pada media.
F. ANALISIS
1. Isolasi udara 3 menit dan 10 menit
Pada isolasi udara 3 menit, terlihat adanya bakteri yang yang tumbuh ditandai
dengan adanya bercak-bercak bewarna hitam, sedangkan tidak ada indikasi adanya
jamur. Sedangkan pada isolasi udara 10 menit, yang terlihat adalah jamur dan
beberapa koloni bakteri. Hal ini dapat diartikan bahwa pada jangka waktu 3 menit,
mikroorganisme yang terperangkap dalam media NA adalah bakteri, sedangkan pada
10 menit jamurlah yang lebih banyak terperangkap. Secara umum, PDA merupakan
media nutrisi yang lebih disukai oleh jamur, namun tidak menutup kemungkinan
bahwa bakteri dapat tumbuh di dalamnya.
Pada percobaan isolasi udara 3 menit, terlihat adanya kontaminasi udara bewarna
kehitaman, hal ini dapat disebabkan adanya kontaminasi dari udara. Walaupun hanya
dibuka sebentar, kontaminasi dapat terjadi dikarenakan udara yang dari awal
mengandung banyak mikroorganisme. Hal ini menyebabkan adanya bakteri lain yang
mengontaminasi.
2. Isolasi kulit
Dari hasil pengamatan menunjukkan koloni mikroorganisme yang sangat banyak
tumbuh dan berkembang pada media, baik NA maupun PDA. Hal ini dapat
mengindikasikan mikroorganisme yang menyukai lingkungan pada kulit manusia.
3. Isolasi meja
Pada isolasi meja ,terlihat koloni bakteri yang semakin lama diinkubasi semakin
besar pula koloni yang dihasilkan. Sedangkan pada kelompok 23,terlihat koloni
bakteri yang semakin lama diinkubasi semakin banyak koloni yang dihasilkan.
Namun,ketika diteliti dengan bantuan mikroskop, tidak terlihat adanya jamur pada
media PDA yang digunakan kelompok 23. Hal ini mengindikasikan tidak adanya
jamur pada meja praktikan yang diambil sampelnya.
G. KESIMPULAN
Mikroorganisme dapat berada dimanapun walaupun lingkungan kerja sudah
dilakukan secara aseptik dan dapat mengganggu hasil pengamatan
mikroorganisme yang dilakukan.
Pada isolasi udara selama 3 menit, timbul bakteri. Sedangkan pada isolasi udara
selama 10 menit, tumbuh jamur dan beberapa koloni bakteri karena adanya
kontaminasi.
Isolasi lingkungan dapat dilakukan pada apa saja menggunakan media NA dan
PDA. Media NA lebih disukai oleh bakteri untuk tumbh, sedangkan media PDA
lebih disukai oleh jamur untuk tumbuh.
H. DAFTAR PUSTAKA
Jutono. 1996. Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.