Post on 19-Jul-2015
description
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 1/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’
Disusun Oleh:
Dwi Halima Sari
Muh. Kautsar Ashari
Kamelia Malik
Husni Syam
Fardiana Fatha
Aswin Syam
Muh. Yusuf Hadriah
Arfah Hasti
Hidayah Rahman
A. Rahmayanti
Agustina
Fitriah Amalia
Syamriani
Fakultas Ilmu Sosial
Pendidikan Antropologi
Universitas Negeri Makassar
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 2/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 2
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami sehingga Makalah Penelitian di Situs Lemo ini dapat terselesaikan
dengan baik dan insya allah dapat dipahami dengan mudah.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan pengetahuan dan pemahaman
serta pengaplikasian dalam bangunan bersejarah peninggalan nenk moyang orang Toraja
“Lemo”.
Seandainya didalam Makalah ini, masih terdapat kekhilafan atau kekurang sempurnaan,
maka saya dengan segala kerendahan hati menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya. Saran yang konstruktif sangat kami hargai demi penyempurnaan dimasa depan.
Dengan demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan Allah SWT
memberikan Rahmat-Nya berupa pengetahuan. Amin.
Makassar, 25 Desember 2011
Penulis
KATA PENGANTAR
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 3/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 3
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Bab II Pembahasan
A. Latar Belakang Situs Lemo
B. ………
C. ………..
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B.
Saran
Daftar Isi
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 4/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 4
A. Latar Belakang
Nama Toraja, semua orang pasti bakal terlintas dibenaknya kuburan-kuburan di lereng
bukit batu. di Toraja mereka mempunyai kepercayaan dimana masih ada kehidupan setelah mati.
Sehingga mereka akan mengadakan pesta sebesar-besarnya untuk mengantarkan seseorang yang
telah meninggal dunia ke keburannya
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,
Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 600.000 jiwa. Mereka juga menetap di sebagian
dataran Luwu dan Sulawesi Barat.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan dari Luwu. Orang
Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti
"Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan", sedang orang Luwu menyebutnya To
Riajang yang artinya adalah "orang yang berdiam di sebelah barat". Ada juga versi lain bahwa
Kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang
besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti
negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
Wilayah Tanah Toraja juga digelar Tondok Lili'na Lapongan Bulan Tana Matari'allo arti
harfiahnya adalah "Negri yang bulat seperti bulan dan matahari". Wilayah ini dihuni oleh satu
etnis (Etnis Toraja).
Menurut mitos, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos
yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini
menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan "tangga dari
langit" untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan
Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa - dalam bahasa Toraja).
Lain lagi versi dari DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya
menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara
penduduk lokal yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene
adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Tiongkok). Proses akulturasi antara kedua
Bab I
Pendahuluan
P
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 5/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 5
masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indochina dengan jumlah yang cukup
banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para
imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.
Di wilayah Kab. Tana Toraja terdapat dua upacara adat yang amat terkenal , yaitu
upacara adat Rambu Solo' (upacara untuk pemakaman) dengan acara Sapu Randanan, dan Tombi
Saratu', serta Ma'nene', dan upacara adat Rambu Tuka. Upacara-upacara adat tersebut di atas
baik Rambu Tuka' maupun Rambu Solo' diikuti oleh seni tari dan seni musik khas Toraja yang
bermacam-macam ragamnya.
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 6/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 6
A. Latar Belakang Situs Lemo
Kuburan Batu Lemo (Foto: 22 Maret 2012)
Tepatnya di Sulawesi Selatan di Kabupaten Toraja berbagai budaya, tradisi, kepercayaa,
serta wisata yang ada di daerah tersebut. Lemo yang hanya 15 menit ditempuh perjalanan darat
dari kota Rantepao ini berkhas kampung dengan jalan akses yang belum beraspal mulus tetapi
hanya masih tanah yang dilapisi batu-batu sungai, kemudian kita serasa masuk ke kaki-kaki bukit
dan bertemu desa ini.
Nama Kampung dari situs lemo' yaitu kampung Bunten. objek wisata yang ada di lemo'
yaitu kuburan pahat atau biasa disebut tau-tau, berkaitan dengan kuburan pahat itu bahwa sudah
18 generasi dan pemilik pertama lemo' dari generasi pertama yang dikuburkan bernama Songgi
Pattalo.
Bab II
Pembahasan
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 7/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 7
Lemo adalah salah satu kuburan leluhur Toraja, yang merupakan kuburan alam yang
dipahat pada abad XVI atau setempat disebut dengan Liang Paa'. Jumlah liang batu kuno ada 75
buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah Diberi nama Lemo oleh karena model
liang batu ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik. Adat masyarakat Toraja
adalah menyimpan jenazah pada tebing/liang gua, atau dibuatkan sebuah rumah (Pa'tane).
Kuburan Batu Lemo yang terletak di Toraja, Sulawesi Selatan, merupakan kuburan tertua
nomor dua di Toraja setelah Songgi Patalo. Di situs yang dibangun sekitar abad ke-16 tersebut,
terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan 40 patung orang yang telah meninggal, semakin tinggi
lubang kuburan maka semakin dekat dengan Tuhannya atau sebagai lambang-lambang prestise,
status, peran dan kedudukan para bangsawan di Desa Lemo. Tiap-tiap lubang merupakan
kuburan satu keluarga dan setiap orang yang meninggal dikuburkan bersama harta bendanya
seperti uang, emas, dll.
Di pemakaman Lemo kita dapat melihat mayat yanng disimpan di udara terbuka, di
tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian,
seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan
melalui upacara Ma Nene.
kuburan untuk yang meninggal dunia juga lain dari yang lain, kuburannya ada di lereng
bukit dimana dinding bukit dibuat lubang yang bisa dimasukkan peti mati. Proses sebelum
memasukkan peti mati inilah yang dipestakan besar-besaran oleh masyarakat Toraja. Karenapesta besar-besaran, maka tidak heran jika jarak antara pesta dan waktunya yang meninggal
dunia itu bisa jauh sekali bahkan sampai ada yang bertahun-tahun.
karena jika belum dipestakan si peti mati belum bisa dimasukkan ke lerangbukit, maka si
peti mati dismpan dulu sementara di Tongkonan yang berkaki empat seperti di foto dibawah ini:
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 8/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 8
Lemo adalah tempat pekuburan dinding berbatu. Letaknya di Desa Lemo. Disebut Lemo,
karena pekuburan batu utama memiliki dinding yang berkerut-kerut seperti kulit jeruk atau lemo
dalam bahasa setempat.
Di dalam lubang-lubang batu tersebut juga ditemui patung-patung dari mereka yang
sudah meninggal dan dimakamkan di sini (tau-tau). Tidak semua orang bisa dibuatkan tau-tau.Biasanya yang dari kalangan bangsawan sajalah yang dibuatkan tau-tau sesudah memenuhi
persyaratan tertentu.
Di lereng bukit setelah peti mati dimasukkan di depan lobangnya akan dipasang patung
ukiran dari kayu yang mirip dengan wajah yang meninggal dunia. Patung ini disebut juga Tau
Tau oleh orang Toraja.
Tau-tau adalah patung yang menggambarkan almarhum. Pada pemakaman golongan
bangsawan atau penguasa/pemimpin masyarakat salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara
acara adat), ialah pembuatann Tau-tau. Tau-tau dibuat dari kayu nangka yang kuat dan pada saat
penebangannya dilakukan secara adat. Mata dari Tau-tau terbuat dari tulang dan tanduk kerbau.
Pada jaman dahulu kala, Tau-tau dipahat tidak persis menggambarkan roman muka
almarhum namun akhir-akhir ini keahlian pengrajin pahat semakin berkembang hingga mampu
membuat persis roman muka almarhum.
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 9/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 9
Tau-Tau di Lemo (Foto: 22 Maret 2012)
Deretan Tau-Tau (Foto: 22 Maret 2012)
Di sisi pekuburan batu Lemo, dijumpai beberapa pintu yang fungsinya untuk
memasukkan jenazah ke dalam kubur batu tersebut. Pintu tersebut ada yang ditutupi dengan
kayu, ada pula dengan bambu.
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 10/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 1
Pintu Kayu di Dinding Lemo (Foto: 22 Maret 2012)
Pintu Bambu di Kubur Batu Lemo (Foto: 22 Maret 2012)
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 11/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 1
B. Nilai Tradisi Vs Keagamaan
Dalam kepercayaan asli masyarakat Tana Toraja yang disebut Aluk Todolo, kesadaran
bahwa manusia hidup di Bumi ini hanya untuk sementara begitu kuat. Prinsipnya, selama tidak
ada orang yang bisa menahan Matahari terbenam di ufuk barat, kematian pun tak mungkin bisa
ditunda.
Sesuai mitos yang hidup di kalangan pemeluk kepercayaan Aluk Todolo, seseorang yang
telah meninggal dunia pada akhirnya akan menuju ke suatu tempat yang disebut puyo; dunia
arwah, tempat berkumpulnya semua roh. Letaknya di bagian selatan tempat tinggal manusia.
Hanya saja tidak setiap arwah atau roh orang yang meninggal itu dengan sendirinya bisa
langsung masuk ke puyo. Untuk sampai ke sana perlu didahului upacara penguburan sesuai
status sosial semasa ia hidup. Jika tidak diupacarakan atau upacara yang dilangsungkan tidak
sempurna sesuai aluk, yang bersangkutan tidak dapat mencapai puyo dan jiwanya akan tersesat.
"Agar jiwa orang yang ’bepergian’ itu tidak tersesat, tetapi sampai ke tujuan, upacara
yang dilakukan harus sesuai aluk dan mengingat pamali. Ini yang disebut sangka’ atau darma,
yakni mengikuti aturan yang sebenarnya. Kalau ada yang salah atau biasa dikatakan salah aluk
(tomma’ liong-liong), jiwa orang yang ’bepergian’ itu akan tersendat menuju siruga (surga),"
kata Tato’ Denna’, salah satu tokoh adat setempat, yang dalam stratifikasi penganut keperca yaan
Aluk Todolo mendapat sebutan Ne’ Sando.
Selama orang yang meninggal dunia itu belum diupacarakan, ia akan menjadi arwah
dalam wujud setengah dewa. Roh yang merupakan penjelmaan dari jiwa manusia yang telah
meninggal dunia ini mereka sebut tomebali puang. Sambil menunggu korban persembahan
untuknya dari keluarga dan kerabatnya lewat upacara pemakaman, arwah tadi dipercaya tetap
akan memperhatikan dari dekat kehidupan keturunannya.
Oleh karena itu, upacara kematian menjadi penting dan semua aluk yang berkaitan
dengan kematian sedapat mungkin harus dijalankan sesuai ketentuan. Sebelum menetapkan
kapan dan di mana jenazah dimakamkan, pihak keluarga harus berkumpul semua, hewan korban
pun harus disiapkan sesuai ketentuan. Pelaksanaannya pun harus dilangsungkan sebaik mungkin
agar kegiatan tersebut dapat diterima sebagai upacara persembahan bagi tomebali puang mereka
agar bisa mencapai puyo alias surga
Jika ada bagian-bagian yang dilanggar, katakanlah bila yang meninggal dunia itu dari
kaum bangsawan namun diupacarakan tidak sesuai dengan tingkatannya, yang bersangkutan
5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 12/12
Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’ 1
dipercaya tidak akan sampai ke puyo. Rohnya akan tersesat. Sementara bagi yang diupacarakan
sesuai aluk dan berhasil mencapai puyo, dikatakan pula bahwa keberadaannya di sana juga
sangat ditentukan oleh kualitas upacara pemakamannya. Dengan kata lain, semakin sempurna
upacara pemakaman seseorang, maka semakin sempurnalah hidupnya di dunia keabadian yang
mereka sebut puyo tadi.
To na indanriki’ lino
To na pake sangattu’
Kunbai lau’ ri puyo
Pa’ Tondokkan marendeng
Kita ini hanyalah pinjaman dunia yang dipakai untuk sesaat. Sebab, di puyo-lah negeri
kita yang kekal. Di sana pula akhir dari perjalanan hidup yang sesungguhnya.
Bisa dimaklumi bila dalam setiap upacara kematian di Tana Toraja pihak keluarga dan
kerabat almarhum berusaha untuk memberikan yang terbaik. Caranya adalah dengan membekali
jiwa yang akan bepergian itu dengan pemotongan hewan-biasanya berupa kerbau dan babi-
sebanyak mungkin. Para penganut kepercayaan Aluk Todolo percaya bahwa roh binatang yang
ikut dikorbankan dalam upacara kematian tersebut akan mengikuti arwah orang yang meninggal
dunia tadi menuju ke puyo.
Kepercayaan pada Aluk Todolo pada hakikatnya berintikan pada dua hal, yaitu padangan
terhadap kosmos dan kesetiaan pada leluhur. Masing-masing memiliki fungsi dan pengaturannyadalam kehidupan bermasyarakat. Jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, sebutlah seperti
dalam hal "mengurus dan merawat" arwah para leluhur, bencana pun tak dapat dihindari.
Berbagai bentuk tradisi yang dilakukan secara turun-temurun oleh para penganut
kepercayaan Aluk Todolo-termasuk ritus upacara kematian adat Tana Toraja yang sangat dikenal
luas itu-kini pun masih bisa disaksikan. Meski terjadi perubahan di sana-sini, kebiasaan itu kini
tak hanya dijalankan oleh para pemeluk Aluk Todolo, masyarakat Tana Toraja yang sudah
beragama Kristen dan Katolik pun umumnya masih melaksanakannya. Bahkan, dalam tradisi
penyimpanan mayat dan upacara kematian, terjadi semacam "penambahan" dari yang semula
lebih sederhana menjadi kompleks dan terkadang berlebihan.