Post on 23-Jun-2015
LAPORAN PENDAHULUAN
KEGIATAN PENGAMBILAN DATA KONDISI SEBENARNYA RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA PRABUMULIHTAHUN 2010
DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI, DAN LINGKUNGAN HIDUP
KOTA PRABUMULIH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin
Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada tim pelaksana kegiatan, sehingga dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan kegiatan “Pengambilan Data Kondisi Sebenarnya
RTH di Kota Prabumulih Tahun 2010 dengan baik.
Laporan pendahuluan ini dibuat dalam rangka syarat kegiatan di Dinas
Pertambangan, Energi, dan Lingkungan Hidup Kota Prabumulih. Selain itu pula,
laporan pendahuluan ini diharapkan juga dapat menjadi acuan dan referensi tambahan
dalam penataan ruang terbuka hijau di Kota Prabumulih, terlebih lagi menunjang
program adipura.
Pada kesempatan ini, tim pelaksana kegiatan juga ingin menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses kegiatan tersebut.
Besar harapan atas saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
kegiatan ini.
Demikianlah laporan ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi pemerintah dan
masyarakat Kota Prabumulih untuk senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan
di sekitarnya. Semoga apa yang telah dilakukan ini senantiasa mendapatkan rahmat
dan ridho dari Allah SWT. Amin.
Prabumulih, Agustus 2010
Kepala Dinas,
IR.H.DANY FACHRIAL, MT PEMBINA (IV/a) NIP.19611008 199003 1 003
ABSTRAK
Perkembangan dan pertumbuhan disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat
telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan
dalam menopang kehidupan masyarakat, terutama di Kota Prabumulih, sehingga perlu
dilakukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui
penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai. Fokus kegiatan yaitu pengambilan
data sebenarnya kondisi ruang terbuka hijau Kota Prabumulih tahun 2010 sebagai
acuan, gambaran, pedoman, dan pertimbangan dalam program pembangunan ruang
terbuka hijau.
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kota adalah lingkungan binaan di wilayah yang relatif sempit dengan
pemanfaatan ruang yang intensif. Sebuah kota bercirikan dengan adanya hubungan
antara komponen-komponen yang tercakup di dalamnya, baik lingkungan alami
maupun lingkungan buatan yang komponennya selalu bertambah. Lingkungan kota
dapat dikatakan baik apabila hubungan antara komponen kota dengan masyarakat
terorganisasi dengan harmonis dan saling mengisi, dengan kata lain terdapat
hubungan yang sinergis antara kedua komponen tersebut. Sebaliknya, lingkungan
kota dapat dikatakan buruk bila pengorganisasian berlangsung tidak logis dan tata
hubungannya kacau.
Pengertian umum kota adalah tempat terkonsentrasinya berbagai kegiatan dan
pengelompokkan penduduk yang bersifat dinamis dan heterogen yang dicirikan oleh
kegiatan non agraris. Basis ekonomi kota bisa jadi berupa sebuah pusat kegiatan
perdagangan, pemerintahan, industri, pendidikan, hiburan, olah raga, atau gabungan
dari beberapa kegiatan tersebut. Semakin banyak jenis kegiatan yang dapat
dilaksanakan, maka akan semakin menarik kota tersebut bagi para pendatang baik dari
dalam kota maupun dari sekitar kota. Semakin kuat dan luas jangkauan basis
ekonomi, maka kota-kota kecil yang berdekatan yang bertindak sebagai kota satelit
semakin tinggi tingkat ketergantungannya dengan kota tadi. Untuk menjalankan
aktivitas penduduk, kota memiliki sistem jaringan yang menghubungkan antara
bagian wilayah kota yang berbeda fungsi pelayanan maupun untuk menyalurkan
komoditi daerah lain ke pusat-pusat pengolahan dan pusat-pusat distribusi dalam kota.
Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Kadang kota
dibangun sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada
kenyataannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi. Manusia
dapat saja menganalisisnya dari berbagai perspektif seperti moral, sejarah manusia,
hubungan timbal balik antara manusia dengan habitatnya, pusat kegiatan ekonomi,
pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan dari kehidupan manusia.
Kota merupakan sebuah sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial
ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara. Dalam
perkembangannya, kota sukar untuk dikontrol dan sewaktu-waktu dapat menjadi tidak
beraturan. Kota merupakan suatu wilayah berkembangnya kegiatan sosial, budaya,
dan ekonomi perkotaan yang tidak berstatus sebagai kota administratif atau
kotamadya. Aktivitas dan perkembangannya mempengaruhi lingkungan fisik seperti
iklim. Watt (1973) dan Stearns dan Montag (1974) mengemukakan pengertian
sebuah kota sebagai berikut:
1. Suatu tempat dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan
kegiatannya dan merupakan tempat konsentrasi penduduk dan pusat
aktivitas perekonomian (seperti industri, perdagangan dan jasa).
2. Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial ekonomi,
bersifat tidak statis dan sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan dan
susah dikontrol.
3. Mempengaruhi iklim, sejauh mana pengaruhnya sangat tergantung kepada
perencanaannya.
Pembangunan Kota Prabumulih semakin pesat sejak diberlakukannya Undang
Undang Otonomi Daerah mulai 1 Januari 2001. Faktor positif dari penerapan Undang
Undang tersebut adalah kepercayaan dan wewenang yang lebih luas yang dimiliki
oleh daerah, konkrit dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Oleh karena itu Otonomi Daerah harus dipandang sebagai peluang dan
tantangan bagi daerah dalam menyikapi seluruh aspirasi yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Investasi mengalir dengan cepat tak terelakkan terutama karena Kota
Prabumulih berposisi sebagai Kota Transisi sehingga menjadi kota yang harus
tanggap terhadap kebutuhan para pelintas, baik kebutuhan agama maupun fasilitas
umum. Perubahan fisik terlihat sangat jelas dengan berdirinya ruko-ruko baru,
pembangunan dan rehabilitasi kantor-kantor pemerintah, sarana transportasi, tempat
peribadatan, jasa-jasa. Pembangunan di bidang fisik tersebut memakan ruang terbuka
yang ada sehingga ruang terbuka hijau semakin menyempit. Sejalan dengan itu ekses
negatif juga muncul akibat dari pembangunan yang kurang terkoordinasi, antara lain
konversi lahan budidaya menjadi lahan terbangun, sistem drainase yang tidak
memadai lagi, lalu lintas yang padat, dan masalah sosial yang lain seperti peningkatan
angka kriminalitas.
Pembangunan fisik yang tidak diikuti dengan penataan, pengaturan,
pengawasan, penegakan hukum, dan disertai dengan pengetahuan dan visi ke depan
tentang mutu lingkungan akan menyebabkan perubahan pada iklim mikro. Perubahan
nyata terlihat pada hilangnya lahan-lahan yang hijau menjadi bangunan-bangunan
pemerintah, swasta, sarana transportasi, dan lain-lain. Hilangnya lahan terbuka berarti
daerah peresapan air berkurang dan bila tidak disiapkan sistem drainase yang
komprehensif maka, penggenangan air tidak terelakkan.
Aktivitas kota akan mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan yang akan
berkaitan erat dengan kualitas hidup penghuninya. Makin tinggi derajat mutu
lingkungan hidup akan semakin tinggi pula mutu hidup di lingkungan tersebut.
Kebutuhan dasar hidup manusia dan kebutuhan dasar untuk memilih hanya dapat
terpenuhi jika kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup hayati terpenuhi.
Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah adalah kebutuhan dasar untuk memperoleh
udara, air, dan pangan dalam kuantitas dan mutu tertentu. Kebutuhan dasar berikutnya
adalah kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi, seperti kebutuhan akan
pakaian, rumah, energi, agama, lapangan pekerjaan, pendidikan, perlindungan hukum
yang adil, dan estetika. Selain itu kebutuhan dasar lainnya adalah kebutuhan untuk
memilih.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar di atas, kota membutuhkan
vegetasi. Pembangunan yang berjalan pesat di perkotaan sering melupakan
pentingnya kehadiran tumbuhan. Hal ini terjadi bahkan sampai di wilayah pedesaan
dimana terlihat rumah-rumah penduduk tidak berjarak antara satu dengan yang lain.
Jumlah tumbuhan yang ada di pekarangan rumah, perkantoran, ataupun sekolah
semakin berkurang akibat kebutuhan ruang dan fasilitas yang semakin meningkat.
Sebagai akibatnya fungsi tumbuhan sebagai penghasil oksigen berkurang dan
produksi gas karbon dioksida bertambah terutama dari asap kendaraan bermotor,
industri, dan aktivitas penduduk yang lainnya.
Tumbuhan melalui proses fotosintesanya akan menjaring gas CO2 dan
melepaskan gas O2, membentuk zat organik dan karbohidrat. Grey dan Deneke (1978)
mengemukakan bahwa setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi mempersenyawakan
sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dan membebaskan 400.000
juta ton oksigen ke atmosfir dan menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik.
Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekivalen dengan CO2 yang
dihembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama.
Pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalam upaya penanganan krisis lingkungan
terutama di perkotaan harus disadari oleh semua pihak sehingga sangat tepat bila
keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan
perkotaan/hutan kota, pembuatan taman kota, atau pembangunan agrowisata. Ketiga
jenis bentuk ruang terbuka hijau ini juga dapat menjadi tempat pendidikan yang baik.
Oleh karena itu ruang terbuka hijau mutlak dibutuhkan untuk meningkatkan mutu
lingkungan dan selanjutnya dapat berkompetensi untuk ikut mendapatkan piala
Adipura.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Kegiatan pembangunan di kota-kota besar tak terkecuali Kota Prabumulih
disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat telah menimbulkan kerusakan lingkungan
yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat,
terutama di Kota Prabumulih, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas lingkungan. Dampak yang dihasilkan menjadi tanggung jawab
bersama semua elemen pemerintah dan masyarakat.
Kegiatan Pengambilan Data Sebenarnya Kondisi Ruang Terbuka Hijau Di
Kota Prabumulih merupakan proses upaya pemerintah dalam menyediakan RTH
dengan melakukan pengambilan data sebenarnya yang berfungsi sebagai acuan,
gambaran, pedoman dan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Dengan demikian permasalahan yang menjadi acuan dalam kegiatan ini adalah
tidak adanya pemeliharaan, penanganan yang serius dari pemerintah dan swasta serta
perluasan daerah yang mengatur RTH di Kota Prabumulih. Terlebih lagi
pengembangan RTH sebagai sarana kesehatan, pengatur iklim, perlindungan,
pengaturan ketersediaan air tanah, pencegah erosi, penyeimbang alam, keindahan,
kejiwaan, pendidikan, penciptaan lingkungan hidup, dan sosial ekonomi. Sehingga
Piala Adipura yang menjadi kebanggaan setiap Kabupaten/Kota masih belum bias
dicapai.
1.3. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan pengambilan data kondisi sebenarnya ruang terbuka hijau
di kota prabumulih tahun 2010 ini adalah:
1. Menyusun gambaran potensi wilayah Prabumulih untuk pengembangan
RTH.
2. Mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor pendukungnya untuk
dikembangkan menjadi RTH.
3. Menyusun struktur ruang dan pengembangan RTH sebagai tempat wisata
lokal maupun regional.
4. Mendapatkan data kondisi ril (sebenarnya) dan koordinat lokasi Ruang
Terbuka Hijau.
1.4. MANFAAT KEGIATAN
Adapun manfaat dari kegiatan pengambilan data kondisi sebenarnya ruang
terbuka hijau di kota prabumulih tahun 2010 ini adalah:
1. Dipenuhi data kondisi sebenarnya RTH dan koordinat lokasi di Kota
Prabumulih.
2. Untuk membuat peta lokasi RTH dan koordinat lokasi di Kota Prabumulih.
3. Sebagai pedoman dan pertimbangan dalam program pembangunan Ruang
Terbuka Hijau.
4. Sebagai gambaran dan pedoman dalam melanjutkan program Adipura.
1.5. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Adapun ruang lingkup dari kegiatan pengambilan data kondisi sebenarnya
ruang terbuka hijau di kota prabumulih tahun 2010 ini adalah:
1. Pengumpulan data sumber berupa studi literatur, data-data RTH di Kota
Prabumulih.
2. Pengumpulan data primer, melalui pengambilan data langsung ke lokasi
RTH yang ada di Kota Prabumulih.
3. Membuat peta lokasi RTH dan koordinat lokasi RTH.
4. Membuat laporan pendahuluan dan laporan akhir hasil kegiatan.
BAB II. KONDISI UMUM KOTA PRABUMULIH
2.1. Geografi
Kota Prabumulih terletak di perlintasan 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Ilir, memiliki
ketinggian antara 10 m – 100 m dpl dengan kondisi tanah/altitude bergelombang.
Secara geografis Kota Prabumulih terletak antara 3º sampai 4º Lintang Selatan dan
104ºsampai 105º Bujur Timur dengan luas wilayah Kota Prabumulih adalah 434,50
km2.
Kota Prabumulih merupakan kota baru yang dibentuk berdasarkan Undang-
undang Nomor 6 tahun 2001. Prabumulih merupakan kota perdagangan dan jasa yang
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di kedua sektor tersebut, di
samping mata pencaharian lain seperti petani. Sejak Juli 2007, Kota Prabumulih
dimekarkan menjadi 6 kecamatan yang meliputi dua puluh dua kelurahan dan lima
belas desa dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2.1 Daftar Kecamatan di Kota Prabumulih
Rambang Kapak Tengah
Prabumulih Barat Prabumulih Timur Prabumulih Selatan Prabumulih Utara Cambai
1 Kel. Tanjung Rambang Kel. Patih Galung Kel. Karang Raja Kel. Tanjung Raman Kel. Pasar I Kel. Cambai2 Desa Jungai Kel. Gunung Kemala Kel. Krang Jaya Kel. Sukaraja Kel. Pasar II Desa Pangkul3 Desa Talang Batu Kel. Muntang Tapus Kel. Prabu Jaya Kel. Majasari Kel. Wonosari Desa Sindur4 Desa Sinar Rambang Kel. Prabumulih Kel. Tugu Kecil Desa Tanjung Menang Kel. Anak Petai Desa Muara Sungai5 Desa Kemang Tanduk Desa Payu Putat Kel. Gunung Ibul Barat Kel. Mangga Besar Desa Sungai Medang6 Desa Karya Mulya Desa Tanjung Telang Kel. Gunung Ibul 7 Desa Rambang Senuling Kel. Muara Dua8 Desa Karangan Kel. Sukajadi9 Desa Karangan Bindu
NoKecamatan di Kota Prabumulih
Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Prabumulih, per Juli 2007
Berikut perbatasan wilayah Kota Prabumulih jika dilihat dari wilayah
administratif :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Lembak dan kecamatan Tanah
Abang Kabupaten Muara Enim.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lembak dan Kecamatan
Gelumbang Kabupaten Muara Enim.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rambang Lubai Kabupaten
Muara Enim.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten
Muara Enim.
Jarak kecamatan terjauh dari ibukota Prabumulih adalah Kecamatan Rambang
Kapak Tengah yaitu ± 35 km. Sementara jarak kecamatan terdekatnya adalah
Kecamatan Prabumulih Timur yaitu ± 12 km dari ibukota Prabumulih.
2.2. Iklim dan Topografi
Kota Prabumulih memiliki iklim tropika basah. Seperti iklim kebanyakan di
wilayah Indonesia, secara umum terdapat dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan, dimana pengaruh arah angin yang bertiup merupakan faktor yang
paling besar dalam mempengaruhi perubahan musim tersebut.
Pada bulan Juni sampai September, arah angin lebih banyak berasal dari
Australia yang tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim
kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai Maret, angin pada umumnya
bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik, yang melewati beberapa lautan, sehingga
banyak mengandung uap air, dan mengakibatkan terjadinya musim penghujan.
Pola musim seperti itu berganti setiap enam bulan setelah melewati masa
transisi, yaitu pada periode April – Mei dan Oktober – November. Kedua periode
tersebut dipengaruhi oleh iklim global, topografi, dan perputaran arus udara. Suhu
udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 23 - 26ºC.
Suhu udara antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya wilayah tersebut
terhadap permukaan laut. Dilihat dari ketinggian terhadap permukaan laut, maka
wilayah Kota Prabumulih termasuk daerah yang berada di wilayah dataran rendah,
dimana ketinggian rata-rata 34 m dari permukaan laut. Sedangkan sebagian dari
wilayah Kecamatan Prabumulih Barat, Prabumulih Timur dan Rambang Kapak
Tengah mencapai ketinggian 100 m dari permukaan laut. Sementara itu dataran yang
mempunyai ketinggian paling rendah, yaitu mencapai 10 m, berada di wilayah
Kecamatan Cambai dan Prabumulih Timur.
Keadaan lahan terutama rawa-rawa dengan vegetasi utama berupa tumbuhan
palmae dan kayu rawa (kayu gelam) dengan kondisi air rawa mengandung karat
(kadar Fe tinggi). Sebagian lagi terutama untuk lahan di ketinggian 25 – 100 m dpl
memiliki karakteristik vegetasi hutan kerangas dengan dominasi pohon seru (Schima
wallici).
Dilihat dari derajat kemiringan, maka pada umumnya cenderung landai,
dengan derajat kemiringan yang relatif kecil. Sekitar 92,01 % dari luas wilayah Kota
Prabumulih, berada pada wilayah yang mempunyai kemiringan kurang dari 12º, dan
sekitar 7,99% mempunyai kemiringan sedang, yaitu antara 12 – 40º. Sebagian
kecamatan Cambai dan Prabumulih Timur memiliki ketinggian 0 – 10 m dpl.
Kecamatan Prabumulih Barat, Prabumulih Timur dan Rambang Kapak Tengah
sebagian besar wilayahnya memiliki ketinggian 10 – 25 m dpl dan sebagian lagi
memiliki ketinggian antara 25 – 100 m dpl.
2.3. Demografi
Kota Prabumulih memiliki luas wilayah sebesar 434,50 km2 dan jumlah
penduduk Kota Prabumulih per 18 Maret 2008 mencapai 157.071 jiwa.
2.4. Keadaan Tanah dan Lahan
Secara stratigrafi di daerah Prabumulih tersingkap dua formasi yaitu formasi
Muara Enim dan formasi Kasai, dimana di beberapa tempat tertutup oleh endapan
alluvial sungai dan rawa-rawa.
1. Formasi Kasai, sebagian besar tersebar di bagian utara dan timur wilayah
Kota Prabumulih. Terdiri dari tufa, tufa pasran, dan batu pasir yang
mengandung batu apung. Pengendapan pada formasi ini dipengaruhi
aktifitas vulkanik yang diperkirakan berasal dari pengangkatan Bukit
Barisan.
2. Formasi Muara Enim, tersebar di bagian barat dan selatan Kota
Prabumulih yang terdiri dari batu lempung, batu lanau, batu pasir tufan
dengan sisipan batu bara.
2.4.1 Struktur Geologi
Struktur geologi yang ada di daerah Kota Prabumulih adalah struktur lipatan
(fold), sesar (fauld), dan kekar (joint). Daerah Prabumulih merupakan daerah
penunjaman dua antiklinorium yaitu Benuang Prabumulih dan Pendopo Limau yang
menunjam di bagian selatan Prabumulih. Sesar yang terdapat di Prabumulih
diperkirakan sesar turun/normal dengan arah umum relatif sejajar dengan sumbu
lipatan dan sesar geser dengan arah umum relatif tegak lurus sumbu lipatan.
2.4.2 Morfologi
Morfologi daerah Prabumulih dibagi menjadi dua satuan, yaitu:
1. Satuan perbukitan bergelombang yang meliputi wilayah Kecamatan
Rambang Kapak Tengah, Prabumulih Barat, dan Prabumulih Timur.
2. Santuan dataran rendah yang meliputi wilayah Kecamatan Cambai.
Secara genetis terbentuk kondisi morfologi yang berbeda tersebut disebabkan
adanya perbedaan bantuan dan struktur geologi. Daerah perbukitan tersusun oleh
formasi Muara Enim dimana strukturnya berkembang kuat, sedangkan daerah dataran
rendah tersusun batuan dari formasi Kasai yang tidak terlalu dipengaruhi oleh
struktur.
Berdasarkan laporan penelitian dari PT. Titis Sampurna, tanah yang ada di
Prabumulih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tanah Podsolik
Tanah Podsolik merupakan tanah yang telah mengalami pencucian
lanjut dan bereaksi masam. Mempunyai bahan induk tuff masam, batu pasir
dan bahan sedimen berpasir masam. Terbentuk pada topografi bergelombang
hingga berbukit, tekstur yang terdapat berupa tekstur berliat dengan
kandungan liat tinggi.
2. Tanah Alluvial
Tanah ini terdapat pada daerah aliran banjir, merupakan hasil endapan
yang membentuk lapisan-lapisan liat, pasir atau bahan lain yang diangkut
melalui aliran air yang diendapkan di daerah yang paling rendah. Jenis
alluvial ini ditemui di tepi kiri kanan Sungai Lubai dan Sungai Rambang.
3. Tanah Gleisol
Jenis tanah ini dalam proses pembentukan dan perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh air, tekstur beragam mulai dari pasir berlempung
hingga lempung liat berpasir dan lempung berdebu. Jenis ini terdapat pada
kawasan lebak di bagian barat Desa Tanjung Kemala.
Sebagian lahan Kota Prabumulih telah dieksploitasi, berupa penambangan
tanah liat untuk pembuatan batu bara dan genteng, sedangkan sebagian lainnya
merupakan daerah pemukiman, perkebunan dan hutan campuran.
2.4.3 Sistem Hidrologi
Dengan morfologi yang relatif datar dan banyaknya sungai besar dan kecil
yang mengalir di daerah Kota Prabumulih, maka secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) :
1. DAS Lematang berada di bagian Utara yang meliputi Sungai Menangin,
Sungai Sedari, Sungai Modong, Sungai Belida, Air Petai, dll.
2. DAS Kelekar berada di bagian tengah yang meliputi Air Rambai, Air
Manau, dan Air Bungin, dll.
3. DAS Rambang berada di bagian Selatan yang meliputi Air Suban, Air
Embun, Air Keruh, Air Jambu, Air Senuling, Air Bunut, dll.
Tabel 2.3. Sumber Daya Air Permukaan Kota Prabumulih
No Kecamatan Sungai Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Keterangan
1 Cambai Lematang 10000 - 15000 100 - 250 10 - 15 Anak Lematang2 Cambai Air Keruh ± 3000 - 7000 1 - 4 2 - 43 Pbm Barat, Pbm timur, Cambai Kelekar 15000 - 20000 3 - 7 2 - 64 Rambang Kapak Tengah Rambang 3000 - 4500 5 - 20 5 - 155 Rambang Kapak Tengah Senuling 1000 - 2000 5 - 15 1 - 2 Anak Rambang6 Rambang Kapak Tengah Mangus Spandah 1000 - 2000 5 - 7 1 - 2 Anak Rambang7 Rambang Kapak Tengah Selingsing 1000 - 2000 5 - 15 1 - 4 Anak Rambang8 Rambang Kapak Tengah Talang 1000 - 1200 4 - 5 2 - 5 Anak Rambang9 Prabumulih Timur Gambir ± 1500 1 - 4 1 - 2 Anak Kelekar10 Prabumulih Timur Binut ± 3000 5 - 7 1 - 5 Anak Kelekar11 Prabumulih Timur Rambai 10250 5 - 7 2 - 7 Anak Kelekar12 Pbm Barat, Pbm timur Nibung 15000 5 - 10 2 - 5 Anak Kelekar
Sumber : Peta Penggunaan Tanah BPN Lembar 101251 Pbm, 2006
Curah hujan di Wilayah Prabumulih dan sekitarnya sebesar ± 1850 mm/th,
sehingga termasuk daerah curah hujan kurang-sedang. Berdasarkan aspek litologi,
morfologi, struktur geologi, dan sistem hidrologi daerah Prabumulih dan sekitarnya,
menunjukkan dua sistem akuifer air bawah tanah yang berkembang yaitu :
1. Sistem Akuifer Dangkal
Sistem akuifer yang berkaitan langsung dengan air permukaan dan
tergantung oleh musim, misalnya sumur dangkal/sumur gali. Sistem ini
berkembang pada litologi batu pasir tufan, tufa pasiran, dan batu lanau.
2. Sistem Akuifer Dalam
Berdasarkan data pendugaan geolistrik berkisar kedalaman 40 – 110 m,
di bagian selatan wilayah Prabumulih terjadi penebalan dan penipisan
ketebalan akuifer akibat struktur geologi yang mengenai lapisan batuan daerah
tersebut.
Satuan litologi yang berpotensi sebagai lapisan akuifer adalah lapisan batu
pasir tufan berbutir kasar sedang dari formasi Muara Enim dan lapisan batu pasir
tufaan dari formasi Kasai.
BAB III. METODOLOGI KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan
Agustus, September, dan Oktober 2010 di lingkungan Kota Prabumulih. Pengambilan
sampel dilakukan pada lokasi ruang terbuka hijau yang telah ditentukan pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.1. : Lokasi Perbatasan
No Lokasi Gerbang Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Perbatasan Palembang
2 Perbatasan Muara Enim
3 Perbatasan Baturaja
Tabel 3.2. : Lokasi Median Jalan
No Lokasi Median Jalan Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Median Jalan RSUD
2 Median Jalan Pasar
3 Median Jalan Terminal
Tabel 3.3. : Lokasi Pertemuan Jalan
No Lokasi Pertemuan Jalan Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Prabujaya – Lintas Timur
2 Baturaja – Lintas Timur
3 Jalan Lingkar – Lintas Timur
Tabel 3.4. : Lokasi Pemukiman Penduduk
No Lokasi Pemukiman Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Perumnas Kepodang
2 Komplek Pertamina
3
4
Tabel 3.3. : Lokasi Pertemuan Jalan
No Lokasi Pertemuan Jalan Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Prabujaya – Lintas Timur
2 Baturaja – Lintas Timur
3 Jalan Lingkar – Lintas Timur
Tabel 3.4. : Lokasi Pemukiman Penduduk
No Lokasi Pemukiman Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Perumnas Kepodang
2 Komplek Pertamina
3
4
Tabel 3.7. : Lokasi Jalan Kolektor
No Lokasi Jalan Kolektor Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Jl. Angkatan 45 – Bunda
2 Jl. M. Yamin
3 Jl. Sumatera
4
Tabel 3.8. : Lokasi Perkantoran Pemerintah
No Lokasi Perkantoran Pemerintah Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Pemkot
2 DPRD
3 Lurah
4 Camat
5
Tabel 3.9. : Lokasi Perkantoran Swasta
No Lokasi Perkantoran Swasta Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Bank Sumsel
2 Bank BNI
3 Bank Mega
4 Bank Syariah Mandiri
5 Bank Rakyat Indonesia
Tabel 3.10. : Lokasi Sekolah
No Lokasi Sekolah Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 SDN 50 Prabumulih
(calon peraih adiwiyata)
2 SMPN 5 Prabumulih
(calon peraih adiwiyata)
3 SMAN 2 Prabumulih
(calon peraih adiwiyata)
Tabel 3.11. : Lokasi Rumah Sakit dan Klinik
No Lokasi Rumah Sakit/ Klinik Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 RSUD Prabumulih
2 RS. Bunda
3 RS. Pertamina Prabumulih
4 Klinik Raniza
Tabel 3.12. : Lokasi Stasiun, Terminal, dan Pertokoan
No Lokasi Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Stasiun Prabumulih
2 Pasar Prabumulih
3 Terminal Prabumulih
4 Ruko-ruko di Pasar
Tabel 3.13. : Lokasi Sempadan Sungai
No Lokasi Sempadan Sungai Koordinat Lokasi Foto dan Keterangan
1 Sungai Kelekar Gn. Ibul
2 Sungai Kelekar Ds. Pangkul
3 Sungai Jambat Akar (wonosari)
4 Sungai Jambat Akar
5 Sungai Aliran Komperta
6 Sungai Manau (Ds. Tanjung Raman)
7 Sungai Kubu Betung
3.2 Tahapan Kerja
Adapun tahapan kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan ini dari bulan
Agustus hingga Oktober adalah :
Tabel. 3.14. : Rencana Tahapan Kerja
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Persiapan dan Perencanaan
> Pembentukan tim pelaksana kegiatan> Persiapan administrasi kegiatan> Persiapan lokasi RTH dan titik-titik pengambilan sampel> Persiapan peralatan pemantauan
2 Pekerjaan Lapangan> Penentuan / Pemetaan lokasi titik-titik sampel> Pengambilan foto dan koordinat lokasi RTH> Analisa dan Pengolahan Data
3 Pelaporan Pendahuluan4 Pelaporan Akhir
Minggu Minggu MingguNO Jenis Kegiatan
BULANAGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
3.2.1 Tahapan Persiapan dan Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini merupakan awal dari seluruh kegiatan
pengambilan data sebenarnya kondisi RTH di Kota Prabumulih tahun 2010 yang
antara lain :
1. Pembentukan tim pelaksanaan kegiatan
Untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan, maka disusun tim kerja
yang terdiri dari :
a. Ketua Tim
Ketua tim adalah sarjana teknik yang berpengalaman di
bidangnya, bertugas mengkoordinir pelaksanaan kegiatan, pengaturan
tim kerja dan bertanggung jawab terhadap hasil kegiatan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
b. Pelaksana Lapangan
Pelaksana lapangan adalah sarjana teknik kimia dan sarjana
MIPA Biologi, Kimia, dan Matematika yang berpengalaman di
bidangnya untuk kegiatan ini.
c. Operator Komputer dan Administrasi
Adalah orang-orang yang bertugas membantu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan di kantor secara administrasi.
2. Persiapan administrasi kegiatan dalam bentuk surat-menyurat, pembuatan
laporan pendahuluan.
3. Persiapan lokasi RTH dan titik – titik pengambilan sampel sebagai
kelanjutan laporan sebelumnya.
4. Persiapan peralatan pemantauan seperti GPS, kamera digital, alat tulis, dll.
3.4.2 Tahap Pekerjaan Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap
sebelumnya. Kegiatan ini akan dilakukan di lokasi yang telah disebutkan pada sub
bab 3.1. Berikut kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini, antara lain :
1. Penentuan/ pemetaan lokasi titik-titik sampel, dilakukan melalui studi
literatur dari laporan sebelumnya.
2. Pengambilan foto-foto kondisi sebenarnya RTH dan koordinat lokasi di
Kota Prabumulih selama bulan Sepetember.
3. Tahap Analisa Data dan Pengolahan Data
Kegiatan pada tahap ini adalah pengisian tabel-tabel lokasi RTH
yang telah disiapkan dan pengolahan data yaitu pembuatan peta lokasi
RTH di Kota Prabumulih.
3.4.3 Tahap Pelaporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan merupakan laporan tahap persiapan (administrasi)
sebelum pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari Bab Pendahuluan, Bab Tinjauan
Pustaka, dan Bab Metodologi Kegiatan.
3.4.4 Tahap Pelaporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan hasil dari seluruh pelaksanaan kegiatan
yang terdiri dari laporan pendahuluan ditambah dengan Bab Hasil dan Pembahasan,
Bab Penutup, serta lampiran-lampiran yang mendukung laporan tersebut.