Post on 09-Aug-2015
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2009).
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari
interaksi, kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, serta mengalami kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian (Balitbang, 2005).
B. Etiologi
Terjadinya faktor ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan,
keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain.
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain : kurang spontan, apatis
(acuh tak acuh), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi
diri, tidak sadar terhadap lingkungan sekitar, asupan makanan dan minuman
terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energi, rendah diri, dan
postur tubuh berubah misalnya sikap fetus/janin (pada posisi tidur).
Adapun gejala klinis sebagai berikut :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Gangguan hubungan sosial
4. Percaya diri kurang
5. Menciderai diri
D. Rentang respon
Respon Adaptif
Menyendiri
Manipulasi
Otonomi
Respon Maladaptif
Kesepian
Menarik diri
Impulsif
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Sikap yang termasuk
dalam respon adaptif antara lain : menyendiri/respon dalam merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya, otonomi/kemampuan dalam menentukan dan
menyampaikan ide dan pikiran serta perasaan, bekerja sama/kemampuan saling
membutuhkan, dan interdependen/saling ketergantungan dalam hubungan
interpersonal.
2. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Yang termasuk perilaku respon maladaptif antara lain :
Menarik diri (mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain), ketergantungan (gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain), manipulasi (mengganggu orang lain
sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam), dan curiga (gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain).
E. Faktor terjadinya masalah
Menurut (Stuart. G. W ; 2007 ) isolasi sosial di sebabkan oleh beberapa faktor antara
lain :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbang
Tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang menerimapesan
yang saling bertentangan dlm waktu yg bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yg menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, disebabkan norma -
norma yang salah dianut keluarga, seperti : anggota keluarga tidak produktif
( lansia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat) diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
d. Faktor biologis
Gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang
abnormal (atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel–sel dalam limbik dan
daerah kortikal).
2. Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal
Stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya
keluarga.
b. Faktor Internal
Stresor psikologik : stres terjadi akibat ansietas berkepanjangan disertaiakibat
keterbatasan kemampuan mengatasinya.
F. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang
sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping
yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam
keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas
untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan,
(Stuart and sundeen,1998)
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan
maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan
dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik.
Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan
biokimia dalam otak.
Indikasi :
1) Depresi mayor
Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian
lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan
dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon
membaik pada ECT.
Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan
atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
2) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi
lain berbahaya bagi klien.
3) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
4) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
5) Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Tujuannya
adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaptif. Terapi aktivitas kelompok yang digunakan
untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu
untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi
dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.
(Keliat, 2004).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2. Alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
3. Faktor presipitasi/riwayat penyakit sekarang
4. Faktor predisposisi
Gangguan jiwa sebelumnya, anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan, riwayat gangguan tumbuh
kembang.
5. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
6. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan.
7. Aspek psikososial
a. Konsep diri
1) Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai
dan tidak disukai.
2) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki/perempuan.
3) Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
4) Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
5) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
b. Genogram
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
8. Aktifitas sehari-hari
a. Makan
b. BAB / BAK
c. Mandi
d. Berpakaian/berhias
e. Istirahat & tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Aktivitas di dlm rumah
i. Aktivitas di luar rumah
B. Analisa data
1. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data subjektif
Klien mengatakan bingung dalam memulai pembicaraan karena menurut klien
tidak ada bahan pembicaraan untuk berinteraksi.
b. Data objektif
Klien lebih banyak berdiam diri, kontak mata kurang, klien sering menyendiri,
klien tidak pernah memulai pembicaraan, maupun perkenalan, afek tumpul
(hanya mampu tertawa saat ada simuluus perawat tertawa)
2. Gangguan konsep diri
a. Data subjektif
Klien mengatakan dirinya jelek, badannya terlalu kurus. Klien mengatakan malu
bila bertemu dengan orang yang baru dikenal. Klien mengatkan takut berbicara
banyak karena takut menyakiti hati orang lain.
b. Data objektif
Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. Klien jarang
memulai pembicaraan dengan orang lain. Klien tidak mau menatap wajah lawan
bicara.
3. Koping individu tidak efektif
a. Data subjektif
Klien mengatakan bila dia marah di lebih memilih untuk menyendiri dan
berdiam diri tidak ingin berbicara degan orang lain atau terkadang dia memarahi
orng tuanya.
b. Data objektif
Klien tampak selalu menyendiri. Klien terlihat jarang berbicara dengan orang
lain. Klien selalu diam.
C. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
D. Intervensi keperawatan
1. Isolasi sosial
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus :
a. Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
1) klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada/terhadap perawat wajah
cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia menceritakan
perasaan, bersedia mengungkapkan masalahnya, bersedia mengungkapkan
masalahnya.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan:
Beri salam setiap berinteraksi.
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi kllien
Buat kontrak interaksi yang jelas
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
b. Tuk 2 : Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria evaluasi :
1) klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Intervensi :
1) Tanyakan pada klien tentang:
Orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien
Orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di ruang perawatan
Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan
Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
3) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
c. Tuk 3 : Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
Kriteria evaluasi :
1) interaksi dengan klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial,
misalnya banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong, dan
kerugian menarik diri, misalnya : sendiri, kesepian dan tidak bisa diskusi.
Intervensi :
1) Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial, Kerugian menarik
diri.
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
3) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
d. Tuk 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria evaluasi :
1) klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan perawat,
perawat lain, klien lain dan kelompok.
Intervensi :
1) Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial .
2) Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan
perawat lain, klien lain dan kelompok.
3) Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
4) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
5) Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
6) Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
e. Tuk 5 : Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
Kriteria evaluasi :
1) klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan
orang lain dan kelompok.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial
dengan orang lain dan kelompok.
2) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
f. Tuk 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
Kriteria evaluasi :
1) keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian menarik diri, tanda dan gejala
menarik diri, penyebab dan akibat menarik diri, cara merawat klien menarik
diri.
2) keluarga dapat mempraktekkan cara merawat klien menarik diri.
Intervensi :
1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi prilaku menarik diri.
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku
menarik diri
3) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian menarik diri, tanda dan gejala
menarik diri, penyebab dan akibat menarik diri, cara merawat klien menarik
diri.
4) Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.
5) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
6) Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi.
7) Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit.
g. Tuk 7 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
1) klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat,
nama,warna,dosis, efek terapi dan efek samping obat.
2) klien mendemontrasikan penggunaan obat dgn benar
3) klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat
2) Pantau klien saat penggunaan obat
3) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5) Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Farida dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Fitria, Nita. 2008. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Townsend, M. C. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri : Rencana Asuhan
dan Medikasi Psikotropik. Terjemahan dari Nursing Diagnosas in Psychotropic
Medications, oleh Devi Yulianti dan Ayura Yosef. 5th ed. Jakarta : EGC.
Doenges, M. E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta : EGC.