Post on 03-Jan-2016
description
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPARATOMY DENGAN COLOSTOMY
1. LAPARATOMY
PENGERTIAN
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong,
1997).Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus, yang mana tujuan prosedur
tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen adalah untuk eksplorasi
(Arif Mansjoer, 2000).Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut
dengan operasi (Lakaman:2000;194). Pembedahan perut sampai membuka selaput
perut.
Ada 4 cara pembedahan laparatomy yaitu;
a. Midline incision
b. Paramedian, yaitu 2,5 cm), panjang (12,5 cm).; sedikit ke tepi dari
garis tengah
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower 4 cm diabdomen incision, yaitu; insisi melintang di
bagian bawah atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy.
ETIOLOGI
Etiologi sehingga di lakukan laparatomy adalah karena di sebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2001) yaitu;
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
1
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang
dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau
sabuk pengaman (sit-belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis
primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon
(paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan
penyebab peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus
halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat
berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen),
Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang
ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang
mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi),
hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen
usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).
4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
2
obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding
2. STOMA
2.1. Definisi
Stoma dalam bahasa Yunani adalah mulut. Stoma adalah : usus yang
dikeluarkan dari dinding abdomen melalui proses operasi dan biasanya dilakukan
karena ada kelainan baik bawaan maupun ditemukan saat terjadi kecelakaan
atau bahkan karena ada penyakit dibagian saluran pencernaan ataupun
disaluran perkemihan. (Gibyanto,2011)
Pada umumnya dibuat untuk ileum (ileostomy) atau colon (colostomy).
Tedapat 2 jenis gastrointestinal Stoma :
1. Temporary (de-functioning) stomas : meliputi ileostomy atau colostomy yang
dibuat untuk melindungi suatu anastomosis atau dekompresi atau
penyembuhan segmen usus bagian distalnya. Stoma mempunyai 2 lubang
yaitu lubang proksimal adalah tempat keluarnya faeces dan lubang distal
tempat keluarnya mukus dari usus bagian distalnya.
3
2. Permanent stomas : lubang dinding abdomen yang dibuat secara permanen
tempat menempelkan bagian akhir dari usus pada permukaan kulit. Terdapat
beberapa bentuk permanent stoma antara lain:
a. Panproctocolectomy : ileostomy permanent yang dibuat dari ileum
terminalis, seluruh colon rectum dan anus diangkat.
b. Total colectomy: ileostomy dibuat tetapi ujung rectum tetap dan
disalurkan ke dinding abdomen sebagai mucus fistula.
c. Abdomenoperineal (A-P) excision : colostoly pada fossa iliaca sinistra,
rectum dan anus diangkat, sering disertai dengan pengangkatan 1/3
bagian atas dinding posterior vagina
d. Hartmarn’s procedure, eksisi dari sigmoid atau atas rectum colostomy
dibuat dan ujung rectum ditutup dan dibiarkan didalam pelvis.
e. Pelvis exenteration: operasi radikal untuk pengangkatan organ pelvis;
dibuat colostoly dan urostomy.
Kelainan pada organ Pencernaan yang menimbulkan indikasi tindakan
gastrointestinal Stoma :
Esafagus : Kanker pada bagian ini akan menyebabkan gangguan
menelan, dimulai sulit menelan dan bila tidak cepat diangkat akan
tersumbat total sehingga tidak bisa menelan sama sekali.
Lambung : Seperti di Esophagus kanker di lambung juga akan
menyebabkan tersumbatnya saluran cerna, tetapi tergantung lokasi,
kanker pada lokasi tertentu tidak akan menyebabkan tersumbatnya
saluran cerna sampai pada stadium lanjut.
Usus Besar : Kanker usus besar awalnya menimbulkan gejala gangguan
pola defikasi artinya secara berangsur angsur penderita merasa tidak
nyaman diperut kemudian mulas yang sukar diterangkan sebabnya
dilanjutkan dengan diare / mencret berak darah lender ini terutama untuk
kanker rectum dan obstruksi saluran cerna karena tersumbatnya usus
besar akhirnya perut kembung karena kotoran menumpuk dalam usus
karena tidak bisa keluar.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh
jarak kanker ini dari anus dan seberapa dalam dia tumbuh ke dalam
dinding rektum. Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan
penderita menjalani kolostomi menetap (pembuatan hubungan antara
4
dinding perut dengan kolon). Dengan kolostomi, isi usus besar
dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke dalam suatu kantung,
yang disebut kantung kolostomi.
Usus Halus : Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak. Kebanyakan
tumor jinak tidak menyebabkan gejala. Tetapi tumor yang berukuran
besar bisa menyebabkan terdapatnya darah dalam tinja, penyumbatan
usus (sebagian atau total), atau penjeratan usus bila satu bagian usus
masuk ke usus yang berada di depannya (intususepsi).
Pangkreas : Kanker pangkreas karena letaknya sangat sulit terdiagnosis,
biasanya diketahui setelah ada komplikasi ikterus atau penyumbatan
pada usus 12 jari.
Hati : Kanker primer yang terletak ditepi pada keadaan dini bila cepat
diketahui dan segera diambil tindakan operasi akan menyembuhkan
penyakitnya. Pada hati sering dijumpai kanker sekunder yang berasal dari
penyebaran kanker alat tubuh lain seperti usus, paru, payudara, genitalia,
interna (Benbow Maureen, 2007)
2.2. Kolostomi
Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang artinya mulut
diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih dikenal
sebagai anus buatan. Letak kolostomi pada abdomen bisa dimana saja
sepanjang letak kolon, namun biasanya dilakukan pada bagian kiri bawah, di
daerah kolon sigmoid. Namun dapat pula dibuat dilokasi kolon asendens,
transversum, dan desendens. Letak kolostomi sebaiknya dipilih dengan hati-hati
sebelum tindakan operasi. Sebaiknya hindari lokasi yang memiliki jaringan lemak
yang tebal dan terdapat skar (Kathleen Osborn, 2003).
Jenis jenis kolostomi
- Ascending kolostomi
Kolostomi ascending terletak di bagian kanan atas dari perut. Pada jenis
ini sudah jarang dilakukan sejak ditemukan bahwa ileostomi ,hal ini
dikarenakan ileostomi lebih efektif dibandingkan dengan kolostomi ascending
5
- Transverse Colostomy
Kolostomi transverse terletak dibagian atas dari perut baik di tengah
maupun di sebelah kanan. Pada pemasangan kolostomi jenis transverse ini
dilakukan dengan indikasi seperti dibawah ini
- Descending or Sigmoid Colostomy
Lolostomi descending / sigmoid ini terletak dibawah perut dan paling
sering dilakukan dibandingkn dengan jenis kolostomi lainnya. indikasi
pemasangan pada kolostomi sigmoid ini adalah seperti dibawah ini
2.3. Teknik Laparotomi
Insisi Laparotomi
Midline Epigastric Insision (irisan median atas): Insisi dilakukan persis pada
garis tengah dimulai dari ujung Proc. Xiphoideus hingga 1 cm diatas umbilikus.
6
Indikasi :
1. Diverticulitis 2. Trauma (cedera) 3. Cacat lahir 4. Kanker / descending atau
usus sigmoid 5. Obstruksi usus 6. Kelumpuhan
Indikasi :
1. Kanker rektum atau
sigmoid kolon.
2. Diverticulitis
3. Trauma (cedera)
4. Cacat bawaan
5. Obstruksi usus
6. Kelumpuhan
Kulit, fat subcutan, linea alba, fat extraperitoneal, dan peritoneum dipisahkan
satu persatu. Membuka peritoneum dari bawah.
Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah): Irisan dari umbilikus
sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan median atas dan
bawah dapat disambung dengan melingkari umbilikus. Peritoneum harus
dibuka dengan sangat hati-hati. Cara yang paling aman adalah membukany
adengan menggunakan dua klem artery, yang dijepitkan dengan sangat hati-
hati pada peritoneum. Kemudian peritoneum diangkat dan sedikit diggoyang-
goyang untuk memastikan tidak adanya struktur dibawahnya yang ikut terjepit.
Kemudian peritoneum diinsisi dengan menggunakan gunting. Insisi diperlebar
dengan memasukkan 2 jari kita yang akan dipergunakan untuk melindungi
struktur dibawahnya sewaktu kita membuka seluruh peritoneum. Bila penderita
pernah mengalami laparotomi dengan irisan median, sebaiknya irisan
ditambahkan keatas atau bawah dan membuka peritoneum diatas atau
dibawah irisan lama. Setelah peritoneum terbuka organ abdomen dipisahkan
dengan hati-hati dari peritoneum. Pada kasus emerjensi, lebih baik melakukan
irisan median.
Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional): Insisi ini dapat dibuat baik
di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-kira 2,5-5 cm dari garis
tengah. Insisi dilakukan vertical, diatas sampai bawah umbilkikus, m.rectus
abdominis didorng ke lateral dan peritoneum dibuka juga 2.5 cm lateral dari
garis tengah. Pada irisan dibawah umbilikus diperhatikan epigastrica inferior
yang harus dipisahkan dan diikat.
Lateral Paramedian Insision: Adalah modifikasi dari Paramedian Insision
yang dikenalkan oleh Guillou et al. Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang
konvensional Secara teoritis, teknik ini akan memperkecil kemungkinan
terjadinya wound dehiscence dan insisional hernia dan lebih baik dari yang
konvensional.
Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect): Insisi ini sama
dengan paramedian insision konvensional, hanya otot rectus pada insisi ini
dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada 1/3 tengahnya, atau jika
mungkin pada 1/6 tengahnya. Insisi ini berguna untuk membuka scar yang
berasal dari insisi paramedian sebelumnya. Kemungkinan hernia sikatrikalis
lebih besar.
7
Kocher Subcostal Insision: Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan
untuk pembedahan empedu dan saluran empedu. Insisi dilakukan mulai dari
garis tengah, 2,5-5 cm di bawah Proc. Xiphoideus dan diperluas menyusuri
batas costa kira-kira 2,5 cm dibawahnya, dengan memotong muskulus rektus
dan otot dinding abdomen lateral.
Irisan McBurney Gridiron – Irisan oblique: Dilakukan untuk kasus Apendisitis
Akut Dan diperkenalkan oleh Charles McBurney pada tahun 1894, otot-otot
dipisahkan secara tumpul.
Irisan Rocky Davis : Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse
skin crease, irisan ini lebih kosmetik.
Pfannenstiel Insision: Insisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga
dapat memberikan akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan
extraperitoneal retropubic prostatectomy. Insisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas
symphisis Pubis skin crease sepanjang ± 12 cm. Fascia diiris transversal,
muskulus rektus dipisahkan ke lateral dan peritoneum dibuka secara vertikal.
Insisi Thoracoabdominal: Insisi Thoracoabdominal, baik kanan maupun kiri,
akan membuat cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu. Dimana insisi
ini akan membuat akses operasi yang sangat baik. Insisi thorakoabdominal
kanan biasanya dilakukan untuk melakukan emergensi ataupun elektif reseksi
hepar Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan reseksi
dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari lambung. Penderita
berada dalam posisi “cork-screw”. Abdomen diposisikan kira-kira 45° dari garis
horizontal, sedangkan thorax berada dalam posisi yang sepenuhnya lateral.
Insisi pada bagian abdomen dapat merupakan midline insision ataupun upper
paramedian insision. Insisi ini dilanjutkan dengan insisi oke spasi interkostal VIII
sampai ujung scapula. Setelah abdomen dibuka, insisi pada dada diperdalam
dengan menembus m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus externus
dan aponeurosisnya. Insisi pada abdomen tadi dilanjutkan hingga mencapai
batas costa. M.Intercostal 8 dipisahkan untuk mencapai cavum pleura.
Finochietto chest retractor dimasukkan pada intercostal 8 dan pelan-pelan di
buka. Dan biasanya kita tidak perlu untuk memotong costa. Diphragma
dipotong melingkar 2 – 3 cm dari tepi dinding lateral toraks sampai hiatus
esofagus untuk menghindari perlukaan n.phrenicus. Pada akhir operasi
dipasang drain toraks lewat irisan lain. Penutupan dari insisi ini adalah dimulai
8
dengan menjahit diaphragma secara matras 2 lapis dengan benang non
absorbabel, otot dada dan dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2.4. Komplikasi
Stitch abscess
Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum
jahitan insisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam.
Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika
di raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan sendirinya,
walaupun untuk yang superficial dapat kita lakukan insisi pada abses tersebut.
Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini.
Infeksi luka operasi
Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses
inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli,
Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami
demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan
membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan penggunaan
antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi
yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat
dilakukan.
Gas Gangrene
Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam
setelah operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m),
shock yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan debridement luka
di ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah,
penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8 jam.
Hematoma
Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang
dengan sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan
aspirasi.
Keloid Scars
Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian
orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain.
Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam
9
keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum
menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka
operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat dilakukan.
Abdominal wound Disruption and Evisceration
Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3
%. Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih
muda. Laki-laki dibanding wanita 4 : 1
Etiologi :
1. Tekhnikal error
2. Material error
3. Tissue error, misalnya karena faktor jaundice, uremia, protein depletion, atau
yang paling penting sepsis.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN FOKUS
I. BIODATA
a. Identitas secara Umum
b. Riwayat Kesehatan
– Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus ,
psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan
dermatosiss atopik , limfoblastoma.
– Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit,
– Riwayat penyakit keluarga
c. Riwayat Lingkungan
d. Pola Aktivitas-Latihan
Apakah pemasangan stoma mengganggu aktivitas klien
Apakah klien membutuhkan bantuan dalam melaksanakan aktivitasnya
e. Pola Nutrisi
Bagaimana nafsu makan klien
BB normal atau tidak
Bagaimana kebiasaan makan pasien
10
Makanan yang menyebabkan diarhe
Makanan yang menyebabkan konstipasi
f. Pola Eliminasi
Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
Konsistensi, bau, warna feces
Apakah ada konstipasi / diare
Apakah feces tertampung dengan baik
Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri
g. Pola Tidur-Istirahat
Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
Tidur nyenyak/tidak
Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
Adakah faktor psikologis mempersulit tidur
h. Pola Kebersihan Diri
Berapa kali mandi dalam sehari
Penggunaan sabun untuk mandi
Apakah ganti baju apa tidak
Bagaimana klien cara klien menjaga kebersihan area disekitar stoma
i. Pola peran & Hubungan
Apakah peran klien dalam keluarga
Apakah ada system pendukung yang mampu mensupport klien
Bagaimana klien memenuhi tugas/perannya
Apakah ada kesulitan menentukan dalam menjalankan peran atau dalam
keluarga
Apakah ada masalah peran yang dihadapi klien ketika klien menjalani
perawatan stoma
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
11
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
Fase Adaptasi Psikologis klien post operasi stoma
Shock/panic
Biasanya terjadi segera setelah operasi. Pasien tidak dapat memproses
informasi dan mungkin menangis, cemas dan pelupa. Fase ini bisa
berlangsung dari hari ke minggu.
Denial (penolakan) atau defense (pertahanan)
Fase ini bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bulan dan
penundaan proses adaptasi. Selama fase ini, individu menyangkal atau
menghindar. Sehingga klien mungkin berfikir tentang angan angan :
seandainya saya tidak…
Pengakuan
Pada fase ini klien mulai menghadapi kenyataan dari situasi. Dan sudah
berfikir mengenai realita/keadaan yang telah terjadi.
Adaptation/Resolution Adaptasi / Resolusi
Selama fase ini, kesedihan akut mulai mereda. Pasien mulai cara yang
konstruktif dan mulai untuk membangun struktur baru. Mereka
mengembangkan rasa baru senilai. Fase ini dapat berlangsung satu hingga
dua tahun.
k. Pola Komunikasi
Apakah ada kesulitan bagi klien dalam mengungkapkan apa yang dirasakan
Apakah ada pantangan atau larangan yang mempersulit
penyembuhan/perawatan stoma
l. Konsep diri
Gambaran diri
Perubahan permanen dan signifikan dalam penampilan tubuh dan
kemampuan fungsional dapat mengubah cara orang menginternalisasi citra
tubuh dan konsep diri.
Identitas diri
Pemasangan stoma yang dilakukan apakah mempengaruhi identitas klien
sebagai seorang wanita atau pria.
Ideal diri
12
Rasa takut kehilangan adalah normal akan tetapi apakah klien
menganggap hal tersebut merupakan hal yang sangat berarti dan tak bisa
dirubah?apa yang klien inginkan dan bagaimana klien dapat
memenuhinya/merubahnya
Harga diri
Apakah pikiran tersebut membuat klien malu, menangis, perasaan
ditolak(tidak diterima), atau bahkan depresi
Peran
Apakah klien merasa peran sosialnya akan berubah dan bahwa orang
lain tidak dapat menerima mereka seperti di masa lalu
Dalam proses rehabilitasi ada saat bahwa pasien harus memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan atau menyangkal perasaan mereka,
tentang operasi mereka, perubahan dalam tubuh mereka atau citra diri mereka.
m. Pola Nilai & Kepercayaan
Apakah pemasangan stoma mengganggu proses ibadah klien
Kegiatan keagamaan seperti apa yang tidak dapat dilakukan ketika klien
terpasang stoma
n. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh
obat.
e. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, integritas kulit (pigmentasi, lesi, striae, scar,
umbilikus)
Palpasi : adanya massa, adanya distensi abdomen
Perkusi : untuk mengetahui adanya cairan/massa drongga abdomen
Auskiltasi : dengarkan suara bising usus dan catat jumlahnya dalam 1 menit.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
13
Untuk inspeksi yang akurat
Tanyakan pada klien tentang adanya lesi,kemerahan, memar.
Apakah klien memperhatikan adanya perubahan warna kulit
Tanyakan apakah terjadi trauma kulit akhir- akhir ini.
Tanyakan apakah klien punya riwayat alergi yang menyebabkan
kemerahan atau bintik-bintik Merah dan gatal.
Tanyakan apakah klien menggunakan obat- obatan topical atau ramuan
sendiri.
Tanyakan apakh klien pergi ke salon perawatan kulit, menggunakan
lampu pemanas, pil perawatan kulit.
Tanyakan apakah klien punya riwayat keluarga dengan gangguanm kulit
yang serius
1. Inspeksi :
Inspeksi warna dan pigmentasi kulit
Hasil normal : pigentasi normal pada kulit warna putih berkisar antara
Merah muda sampai kemerahan, sedang pada kulit gelap adalah
Coklat samar sampai Coklat gelap.
Perhatikan bila kulit pucat atau gelap lebih dari biasanya.
Perhatikan dimana terjadi variasi warna
Inspeksi warna bibir, kuku, telapak tangan dan konjungtiva.( hasil
normal warna teran)
Inspeksi sclera untuk adanya jaundis.
Perhatikan lebih pada daerah traksi, amputasi, dan balutan
Pengkajian lesi
Letak anatomi : setempat.
Susunan : garis, berkelompok, dermatomal.
Jenis : lesi primer / sekunder.
Warna : Merah. Putih, Coklat dll.
2. Palpasi
Menggunakan ujung jari palpasi permukaan Kulit untuk Merasakan
kelembabanya.( lebab, kering, berminyak ).
Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal/ punggung tangan,
bandingkan bagian tubuh yang simetris.( hangat atau
dingin ).Bandingkan antara atas dan bawah.
14
Tekan ringan kulit untuk menentukan teksturnya ( halus atau kasar ),
kelembutan, ketegangan kedalaman lesi permukaan. ( hasil normal
pada anak – anak dan dewasa adalah halus, lembut dan lentur ).
Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan dan lengan
bawah dan lepaskan.
Kaji mobilitas kulit ( menurun pada edema ).
Pengkajian pitting edema
Cara : tekan kulit area edema selama 5 detik danb lepaskan ukur
kedalaman dengan millimeter.
Perubahan – perubahan warna pada kulit
NO WARNA PENYEBAB LOKASI
Coklat Peningkatan melanin ; terpajan sinar UV , kehamilan, penyakit
Addison. Wajah, areola mamae, putting susu, lengan tangan bawah.
NO WARNA PENYEBAB LOKASI
Sianosis Peningkatan deoksihemoglobin abnormal, hipoksi Perifer,/
penurunana aliran darah ke kulit, penurunan oksihemoglobin.
( lingkungan yang dingin, PJK, peny. Paru, edema syndrome nefrotik,
syok ). Punggung kuku, bibir, mulut, kulit untuk sisnosis sentral yang
kuat.
. Pucat Penurunan warna / melanin, anemia, albinisme, virtilligo,
edema, Kulit. konjungtiva, bibir, punggung kuku.
Merah Peningkatan visibilitas oksihemoglobin krn dilatasi p.darah
superfisial, atau peningkatan aliran darah ke kulit, Demam, ruam kulit,
masukan alkohol, trauma langsung, inflamasi setempat.
Jaundise/ Kuning, ikterik, Peningkatan penyimpanan bilirubin dalam
jaringan.( penyakit hepar, ginjal, pancreas, hemolisis sel – sel darah
Merah, peningkata
masukan karoten. Sclera, membran mukosa , kulit
Kehitaman/ kebiruan. Ekstravasasi darah ke jaringan subcutan
( ekimosis), Ekstremitas, kepala, area yang mudah terluka atau
trauma.
Dari beberapa komplikasi pemasangan stoma dapat dirumuskan beberapa
kemungkinan diagnose keperawatan antara lain:
15
Diagnosa untuk komplikasi stoma
a. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
b. Nyeri akut b.d adanya destruksi jaringan
c. Resiko infeksi yang beresiko karena kerusakan jaringan, prosedur invasive,
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
d. Gangguan citra tubuh b.d pembedahan
Perencanaan Keperawatan
NO. Diagnosa kep. Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional1. Resiko tinggi
terhadap kerusakan integritas kulit b/d aliran feses/flatusdari stoma .
Mempertahankan integritas kulit dgn. Kriteria :*Kulit sekitar stoma tidak eritema
*Observasi area kulit peristomal setiap penggantian kantong, besihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi, kemarahan, ( warna gelap atau kebiru-biruan )
Ukur stoma secara periodik ,selama 6 minggu pertama dan sebulan selama 6 bulan.
* Berikan pelindung kulit yang efektif
*Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong ,lakukan dgn. perlahan, kemudian cuci dgn. Baik.
*Observasi keluhan nyeri, rasa terbakar, gatal,melepuh disekitar stoma.
Memantau proses penyembuhan mengidentifikasi masalah dan mencegah kerusakan kulit.
Sesuai dengan penyembuhan edema pasca 0perasi, ukuran kantong harus tepat, shg.feses terkumpul dan kontak dgn. Kulit dpt.dicegah.Melindungi kulit dari perekat kantong.Mencegah iritasi jaringan/kerusakan
Antisipasi terhadap infeksi kandida yang memerlukan intervensi.
2 Gangguan citra tubuh b/d
psikososial gangguan
struktur tubuh ( stoma )
Dapat menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa disertai harga diri yang negatif..Kriteria;Menunjukan penerimaan dengan melihat, menyentuh stoma.
Kontak dengan klien secara sering, perlakukan klien dengan hangat dan sikap yang positif
Dorong [pasien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang stoma.
Berikan kesempatan kepada pasien/orang terdekat untuk melihat dan
Membina saling percaya.
Membantu pasien untuk mengenali perasaan sebelum dapat menerima dengan efektif..
Membantui pasien dalam proses
16
Berpartisipasi dalam perawatan diri.Menyatakan perasaan tentang stoma .
menyentuh stoma
Berikan kesempatan kepada pasien untuk menerima illeostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.
Rencanakan/jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien
penerimaan.
* MDgn. Mencoba merawat didi sendiri, dapat membantu meningktkan kepercayaan diri * Meyakinkan klien bahwa dia dapat menangani hal tsb.dan meningkatkan harga diri.
3 Nyeri akut b/.d kerusakan kulit (insisi/drain),aktivitas proses penyakit,( kanker,trauma),takut atau ansietas.
Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol Kriteria :
Menyatakan nyeri hilang,
*Mampu tidur/istirahat dengan tepat
Pasien dapat rileks.
Kaji nyeri, karakteristik, catat lokasi, dannnnnnnn intensitas.
Berikan tindakan kenyamanan mis.pwt. mulu, pijatan punggung, atau ubah posisi.
Dorong pasien untuk menyatakan masalah, dengarkan dengan aktifdan berikan dudkungan dengan penerimaanKolaborasi :berikan obat analgesia s/d program therapi..
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan kefektifan analgesikMencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan, menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan relakasasi.Menurunkan ansietas.sehingga dapat meningkatkan Relaksasi.
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
4 Kerusakan jaringan integritas kulit b/d reseksi perineal, tertahannya sekresi/drainase, gg. Sirkulasi, edema dan nutrisi.
Penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda-tanda infeksi. Kriteria :Luka sembuh tanpa komplikasi:
Observasi lkua dan catat karakteristik drainase.
Ganti balutan sesyuai dengan kebutuhan dan gunakan tehnik aseptik dan aniseptika.Rubah posisi tidur,anjurkan untuk tidur miring, atau setengan dudukKolaborasi: Irigasi luka sesuai dengan indikasi gunakan cairan garam faal atau cairan lain.
Perdarahan post operasi sering terjadi pada 48 jam pertama an infeksi dapat terjadi kapan saja.Menurunkan iritasi kulit dan mencegah terjadinya infeksi
Menurunkan resiko. Pengumpulan dan meningkatkan drainage.Diperlukan untuk mengobati inflamasi .
17
DAFTAR RUJUKAN
Cronin E (2008c) Sebuah panduan untuk penggunaan yang tepat dari produk
perawatan stoma cembung Keperawatan gastrointestinal; 6:. 2, 12-16.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Volume
2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Evanjh. 21 Mei 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Stoma :
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-pasien.dengan-stoma, diakses
tanggal 7 November 2011, jam 15:54 WIB
Butler DL (2009) komplikasi pasca operasi dini setelah operasi ostomy Jurnal
Keperawatan luka, ostomy dan kontinensia; 36:. 5, 513-519.
Dukes S (2010) Pertimbangan saat merawat orang dengan stoma prolaps British
Journal of Nursing; 19:. 17, S21-S26.
Thompson MJ, Trainor B (2007) Pencegahan hernia parastomal: perbandingan hasil 3
tahun tentang Keperawatan gastrointestinal; 5:. 3, 22-28.
Patricia, B. Practical stoma wound and continence management. second
edition, USA: 2004
Giovanna Bosio, at. all. A Proposal for Classifying Peristomal Skin Disorders:
Results of a Multicenter Observational Study. 53 (9). Sep 01.2007. (cited Nov
03.2008). Available from: http//www.Ostomy medical supplies.com Perry and
Potter Fundamental of nursing:concept, process and practice fourth edisien
mosby-Year Book inc.
18