Post on 12-May-2019
LAPORAN HASIL PENELITIAN
D-LPPM Nomor 019
PERAN PRE DEPLOYMENT TRAINING DI PUSAT MISI
PEMELIHARA PERDAMAIAN (PMPP) TNI DALAM
MENDUKUNG TUGAS PASUKAN PERDAMAIAN INDONESIA
Peneliti:
DR. M. ADNAN MADJID, SH, M.HUM
DR. I GEDE SUMERTHA KY, PSC, M.SC
DR. ERI R. HIDAYAT, MBA, MHRMC
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PERTAHANAN
BOGOR,
NOPEMBER 2017
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 ii
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Peran Pre Deployment Training Di Pusat Misi Pemelihara Perdamaian
(PMPP) TNI Dalam Mendukung Tugas
Pasukan Perdamaian Indonesia
2. Kode/Nama rumpun ilmu :
3. Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap : Dr. M. Adnan Madjid, SH, M.Hum
b. NIDN : 4710116201
c. Jabatan Fungsional : Wakil Dekan FKN Unhan
d. Program studi : Damai dan Resolusi Konflik
e. Nomor Telepon/HP/FaX : 0821 8780 0666
f. Alamat surel (E-mail) : madjnun_8788@yahoo.com
4. Anggota Peneliti (1):
a. Nama Lengkap : Dr. I Gede Sumertha KY, PSC, M.Sc
b. NIDN : 4716115801
c. Perguruan Tinggi : Universitas Pertahanan
5 Anggota Peneliti (2):
a. Nama Lengkap : Dr. Eri R. Hidayat, MBA, MHRMC
b. NIDN : 4702126201
c. Perguruan Tinggi : Universitas Pertahanan
6. Lama penelitian keseluruhan : 3 bulan
7. Penelitian tahun ke : 1
8. Biaya Penelitian keseluruhan : Rp 30.000.000,-
a. Internal Unhan : Rp 30.000.000,-
b. Sumber Lain (tuliskan) : Rp 0
Mengetahui: Bogor, Nopember 2017
Ketua LPPM Unhan
Tjuk Agus Minahasa, S.IP
Mayor Jenderal TNI
LetkolCzi
Kapuslit Strategi Pertahanan
G. Eko Sunarto, S.Pd., M.Si
Kolonel Czi 1920044710870
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 iii
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, Laporan Hasil Penelitian ini
Dosen Program Studi Damai dan Resolusi Konflik dengan judul “Peran Pre
Deployment Training Di Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI
Dalam Mendukung Tugas Pasukan Perdamaian Indonesia” ini telah dapat
dilaksanakan dan diselesaikan pada waktunya.
Oleh karenanya pada kesempatan yang baik ini, dengan segala
kerendahan hati peneliti menghaturkan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Letnan Jenderal TNI Dr. I Wayan Midhio, M.Phil selaku Rektor
Universitas Pertahanan.
2. Mayjen TNI Tjuk Minahasa, S.IP selaku Kepala Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pertahanan.
3. Laksda TNI Dr. Siswo Hadi Sumantri, S.T., M.MT selaku Dekan
Fakultas Keamanan Nasional Universitas Pertahanan.
4. Para narasumber yang telah ikut berkontriubusi dalam penelitian ini.
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam Laporan Hasil Penelitian ini
masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu demi kesempurnaan penelitian
ini, diharapkan adanya kritik yang membangun untuk penyempurnaan
penelitian selanjutnya. Akhirnya tim peneliti berharap semoga penelitian ini
dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu damai dan resolusi konflik.
Tim Peneliti
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 iv
ABSTRAK
Peran Pre Deployment Training Di Pusat Misi Pemelihara Perdamaian
(PMPP) TNI Dalam Mendukung Tugas Pasukan Perdamaian Indonesia
Keterlibatan Indonesia melalui TNI dalam menjaga perdamaian melalui
pasukan perdamaian tidak terlepas dari kebijakan politik luar negeri Indonesia
yang bebas aktif. Sebagai prajurit TNI yang telah dipersiapkan dengan
matang, didalam melaksanakan tugas apapun akan dilaksananakan semua
sesuai perintah yang dibebankan dipundaknya, berlandaskan UU Nomor 34
Tahun 2004 tentang TNI, yang mengamanatkan bahwa tugas pokok TNI
selain perang adalah melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri. Tentunya pelaksanaan tugas pasukan
perdamaian TNI diharapkan dapat berjalan dengan baik dan maksimal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis
deksriptif. Data diperoleh melalui wawancara ke instansi terkait seperti Pusat
Misi Pemeligara Perdamaian TNI dan melalui studi literatur. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Training Needs Analysis
Theory, konsep Pre Deployment Training, konsep Sistem Pembinaan Latihan,
dan konsep Materi Pokok CPTM (Core Pre Deployment Training. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pre Deployment Training
merupakanpembelajaran yang menjadi pegangan atau acuan dalam
berkomunikasi lintas budaya dengan masyarakat lokal. Dari pelaksanaan Pre
Deployment Training personel mendapatkan peningkatan pengetahuan dan
sikap serta keterampilan. Kemudian melalui Pre Deployment Training
kompetensi dari personel yang akan bertugas dapat meningkat.
Kata kunci : Pre Deployment Training, PMPP, Misi Perdamaian, Pelatihan.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 v
ABSTRACT
The Role of Pre Deployment Training at the Peace Maintenance Mission Center of the Indonesian Army in Supporting the Task of Indonesian
Peacekeeper.
The involvement of Indonesia through the Indonesian Army in maintaining
peace through peacekeeping forces is inseparable from Indonesia's free and
active foreign policy. As a well-prepared Indonesian Army soldier, in carrying
out any task will be executed all according to the orders imposed
dipundaknya, based on Law No. 34 of 2004 on the Indonesia Army, which
mandates that the main task of the Indonesian Army in addition to war is to
carry out the task of world peace in accordance with foreign policy . The
implementation of Indonesian Army peacekeeping duties is expected to run
properly and maximally. This research uses qualitative research method with
descriptive analysis. Data were obtained through interviews to relevant
agencies such as the peace maintenance mission center and through
literature studies. The data obtained are then analyzed by using Training
Needs Analysis Theory, Pre Deployment Training concept, the concept of
Exercise Training System, and the concept of Main Material of CPTM (Core
Pre Deployment Training) The results show that the implementation of Pre
Deployment Training is a learning that becomes the handle or reference in
communicating cross culture with the local community From the
implementation of Pre Deployment Training personnel gain knowledge and
attitude and skills.Through the Pre Deployment Training the competence of
personnel who will be on duty can be increased.
Keyword: Pre Deployment Training, PMPP, Mission of Peace, Training.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ ix
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian ............................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 9
1.5 Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian ................... 10
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 10
1.5.2 Sistematika Penulisan.............................................................. 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........................................ 12
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
2.1.1 Training Needs Analysis Theory ......................................... 12
2.1.2 Pre Deployment Training .................................................... 16
2.1.3 Sistem Pembinaan Latihan ................................................. 22
2.1.4 Materi Pokok CPTM (Core Pre Deployment Training) ….... 22
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................ 25
2.3 Kerangka Pemikiran............................................................. 27
BAB 3. METODE PENELITIAN........................................................................................... 29
3.1 Desain Penelitian ................................................................. 29
3.2 Sumber Data, Obyek dan Subjek Penelitian ........................ 30
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 30
3.4 Teknik Analisis Data............................................................. 31
3.5 Prosedur Penelitian.............................................................. 32
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 vii
3.5.1 Instrumen Penelitian ........................................................... 32
3.5.2 Data Primer ......................................................................... 32
3.5.3 Data Sekunder .................................................................... 32
3.5.4 Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data ................... 33
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 33
BAB 4. GAMBARAN DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ........ 34
4.1 Gambaran Data Penelitian................................................... 34
4.1.1 PMPP TNI ............................................................................ 36
4.1.2 Peacekeeping Operations.................................................... 40
4.1.3 Materi Pelatihan ................................................................... 42
4.2 Analisis Hasil Penelitian ....................................................... 44
4.2.1 Perencanaan dan Penyiapan Materi Utama Pelatihan
SGTM serta CPTM bagi Calon Peacekeeper
Di PMPP TNI......................................................................... 44
4.2.2 Pre Deployment Training PKO Indonesia ............................. 58
4.2.2.1 Pembelajaran yang diperoleh dalam
Pre Deployment Training ....................................................... 59
4.2.2.2 Peningkatan Pengetahuan..................................................... 59
4.2.2.3 Sikap dan Keterampilan ......................................................... 60
4.2.2.4 Meningkatkan Kompetensi ..................................................... 60
4.3 Pembahasan ........................................................................... 61
4.3.1 Pre Deployment Training Pasukan Peacekeeper...................... 61
4.3.2 Hasil Pemberian Materi Inti PDT bagi Peacekeeper ................ 67
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 74
5.1 Simpulan ................................................................................ 74
5.2 Saran .................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 76
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jumlah Konflik Bersenjata Berdasarkan Jenis
(1975-2015) ................................................................. 2
Gambar 1.2 Data Misi PBB dan Personnel TNI yang terlibat
Sampai Juli 2015.......................................................... 4
Gambar 2.1 Dimensi Keberagaman.................................................. 25
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran...................................................... 28
Gambar 4.1 Grafik Kontribusi Pelibatan Prajurit TNI dalam OPP
PBB............................................................................... 35
Gambar 4.2 Tahapan Kegiatan PMPP TNI ....................................... 36
Gambar 4.3 Tahapan Kegiatan PMPP TNI ....................................... 37
Gambar 4.4 Struktur PMPP TNI........................................................ 39
Gambar 4.5 Deployment Pasukan TNI selama OPPD..................... 42
Gambar 4.6 Ilustrasi Prosedur dan Mekanisme Pelibatan TNI
Dalam Misi PBB ............................................................ 46
Gambar 4.7 Profil Pasukan Penjaga Perdamaian............................. 62
Gambar 4.8 The Ideal Activities for a UN Infantry Battalion PDT...... 68
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Bidang- Bidang Program Kerja PMPP TNI.................... 48
Tabel 4.2 Perencanaan dan Penyiapan PDT................................ 56
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik merupakan salah satu karakteristik universal yang dimiliki oleh
masyarakat manusia. Konflik dapat terjadi karena adanya ketimpangan
ekonomi, perubahan sosial, pembentukan budaya, perkembangan
psikologis, serta pembentukan organisasi-organisasi dari kelompok-kelompok
yang berkonflik. Dalam perkembangannya, konflik bersifat dinamis. Sebab,
konflik mengalami peningkatan (eskalasi) dan penurunan (de-eskalasi).
Konflik internasional meliputi tindakan ancaman dan hukuman yang bersifat
diplomatik, propaganda, komersial, atau militer yang diambil oleh pihak yang
menentang terhadap pihak yang lain. Para pihak yang terlibat dalam suatu
konflik internasional biasanya adalah pemerintah suatu negara Bangsa.
Menurut K. J. Holsti, konflik-konflik internasional juga memiliki bidang
isu yang menimbulkan konfrontasi dan perang. Berdasarkan studi atas konflik
internasional, bidang-bidang isu tersebut ialah (1) Konflik Wilayah Terbatas;
(2) Konflik Komposisi Wilayah; (3) Konflik Kehormatan Nasional; (4)
Imperalisme Regional; (5) Konflik Pembebasan; (6) Konflik Unifikasi Nasional.
Konflik-konflik yang terjadi dibelahan dunia seperti Eropa, Afrika, Asia
dan Amerika belakangan ini cenderung meningkat, sehingga menjadi bukti
bahwa Pasca Perang Dingin ternyata tidak mengurangi intensitas konflik.
Riset Uppsala Conflict Data Program (2015) menunjukkan bagaimana pada
rentang waktu tersebut terjadi konflik yang terus berulang.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 2
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 3
Gambar 1.1 Jumlah Konflik Bersenjata Berdasarkan Jenis (1975-2015)
Sumber: Armed Conflicts, 1975-2015
Peningkatan intensitas konflik pada beberapa tahun terakhir tersebut
menarik untuk ditelaah lebih lanjut agar dapat diketahui apa yang
menyebabkan konflik-konflik tersebut terjadi. Coicaud, (2008); Weiss &
Kalbacher, (2008) menyebutkan bahwa meningkatnya konflik disebabkan
karena pengaruh globalisasi sebagai faktor utamanya. Bagi Samuel P.
Huntington dalam The Clash of Civilizations and the Remaking of World
Order (1998) disebutkan bahwa penyebab suatu konflik adalah adanya
pertentangan yang timbul dalam sebuah kelompok maupun antar kelompok
di suatu wilayah yang mengarah pada pertentangan antar budaya.
Namun demikian, meningkatnya intensitas konflik menjadi ancaman dan
tantangan yang serius bagi setiap negara yang dilanda konflik, sehingga
diperlukan keterlibatan institusi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) melalui pengiriman pasukan pemelihara perdamaian
(peacekeeper). Kebutuhan akan pasukan pemelihara perdamaian untuk
menangani konflik sangat meningkat, dikarenakan jalan utama untuk
menyelesaikan konflik tersebut adalah dengan menggelar operasi
pemeliharaan perdamaian (Stock, 2011).
Indonesia sebagai negara yang terlibat aktif dalam menjalankan misi
perdamaian dunia menunjukkan keseriusannya dengan membentuk Pusat
Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI pada tahun 2007. Pembentukan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 4
lembaga tersebut sebagai sebuah tindakan nyata bahwa Indonesia mampu
memainkan peranannya dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia,
sebagaimana juga telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
ke-4 yaitu “Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”....
Keterlibatan Indonesia melalui TNI dalam menjaga perdamaian melalui
pasukan perdamaian tidak terlepas dari kebijakan politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif. Sebagai prajurit TNI yang telah dipersiapkan
dengan matang, didalam melaksanakan tugas apapun akan dilaksananakan
semua sesuai perintah yang dibebankan dipundaknya, berlandaskan UU
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI,yang mengamanatkan bahwa tugas
pokok TNI selain perang adalah melaksanakan tugas perdamaian dunia
sesuai dengan kebijakan politik luar negeri. Tentunya pelaksanaan tugas
pasukan perdamaian TNI diharapkan dapat berjalan dengan baik dan
maksimal. Pelaksanaan tugas yang sesuai dengan ketentuan PBB sebagai
pemberi mandat dan TNI sebagai organisasi tentunya menjadi harapan
bersama. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada citra Indonesia yang
baik dimata dunia.
Dalam pelaksanaan tugas pasukan perdamaian PBB maka ada harapan
dari pelaksanaan tugas pasukan perdamaian TNI. Harapan tersebut tentunya
dilihat dari beberapa pihak yang berkepentingan atas pelaksanaan operasi
militer selain perang TNI sebagai pasukan perdamaian. Tentunya harapan
pelaksanaan operasi militer selain perang TNI sebagai pasukan perdamaian
PBB yaitu proses yang baik dan sesuai dengan protap dan standar operasi
prosedur dari PBB serta panduan dari TNI. Dari hasil diharapkan tercapainya
pelaksanaan tugas yang sesuai dengan target dan efektif dalam
pelaksanaannya. Dari sisi dampak diharapkan pencapaian operasi militer
selain perang TNI sebagai pasukan perdamaian adalah kondisi keamanan
dan keberlangsungan hidup rakyat didaerah konflik atau penugasan.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 5
Langkah konkret yang diambil Indonesia dengan pengiriman pasukan
misi perdamaian tergambar pada data PMPP pada tahun 2015, yang
menunjukkan jumlah pasukan yang dikirim ke daerah misi perdamaian.
Gambar 1.2 Data misi PBB dan Personel TNI yang terlibat sampai Juli 2015
Sumber : PMPP TNI 2015
Pada operasi-operasi pemeliharaan perdamaian PBB dapat
dikategorikan sebagai traditional peacekeeping operation atau operasi
pemeliharaan perdamaian tradisional (Durch, Vicetoria K. Holt, and Moira K.
Shanahan, 2003), yaitu model operasi pemeliharaan perdamaian untuk
menyelesaikan konflik bersenjata, yang melibatkan personel militer
bersenjata ataupun tidak untuk memisahkan pihak-pihak yang berkonflik,
memonitor pelaksanaan perdamaian serta melaporkan dan menginvestigasi
pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian, yang tertuang
dalam 16 misi peacekeeping operation (University of New York, 2009). Hal
tersebut dijelaskan dalam materi “A Strategic Level Overview Of United
Nations Peacekeeping” yang menyebutkan bahwa:
“Unlike transitional authorities or multidimensional peacekeeping
operations, traditional peacekeeping operations do not carry out functions of the State, nordo they engage in governance or capacity
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 6
building activities. Therefore, these types of activities will not be
reflected in the text of the mandate. (UN Peacekeeping PDT Standards, Core Pre-Deployment Training Materials, 1st ed, 2009:31).
Dalam materi tersebut dijelaskan bahwa peacekeeping operation yang
bersifat tradisional tidak melaksanakan tugas-tugas administratif pada negara
yang terlibat konflik serta tidak turut serta dalam pengembangan kapasitas
negara tersebut (peace support). Oleh sebab itu, jenis kegiatan ini tidak akan
tercermin dalam mandat peacekeeping operation yang bersifat tradisional.
Namun seiring dengan perkembangan konflik yang terjadi, operasi tradisional
perlu melakukan perubahan, mengingat dalam penanganan konflik selalu
mengalami dinamika dalam bentuknya yang multidimensional.
Untuk peacekeeping multidimensional (11 misi perdamaian) mandatnya
lebih kompleks dibandingkan dengan misi peacekeeping tradisional. Pada
konteks multidimensional lebih melibatkan organisasi-organisasi yang
bernaung dibawah PBB, NGO (Non Goverment Organization) maupun
sukarelawan-sukarelawan yang turut serta dalam usaha pemulihan keadaan
semasa dan pasca konflik. Oleh karenanya dalam misi ini tidak hanya
menuntut koordinasi namun juga sinergi yang lebih baik serta lebih
komprehensif diantara unsur-unsur operasi termasuk Kontingen militer
sebagai “the backbone of the mission” (United Nations Center, 2013),
sebagaimana dinyatakan dalam naskah CPTM (Core Pre-Deployment
Training Materials):
“These missions are deployed as part of a broader international effort to
help countries emerging from conflict make the transition to a
sustainable peace. Sometimes this means that the peace-keeping
operation will work with other actors inside or outside the UN to support or actively promote national dialogue and reconciliation between
different groups to make sure the peace agreement holds.” (UN
Peacekeeping PDT Standards, Core Pre-Deployment Training
Materials, 1st ed, 2009:34).
Pelaksanaan misi-misi tersebut dimaksudkan sebagai upaya
internasional agar lebih terfokus dalam membantu negara-negara yang
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 7
terlibat konflik sehingga dapat bangkit serta dapat mengikuti tahapan-tahapan
yang pada akhirnya bermuara pada perdamaian berkelanjutan dan abadi.
Selain itu, peacekeeping operation yang bersifat multidimensional juga
bertugas memfasilitasi terjadinya proses politik melalui berbagai upaya
dengan tetap mengedepankan dialog dan rekonsiliasi, perlindungan
masyarakat sipil, bantuan pemusnahan senjata, pengembalian IDP,
reintegrasi mantan kombatan, membantu mengawal proses pemilihan umum
agar berjalan aman, perlindungan dan meningkatkan pengertian tentang hak
asasi manusia serta membantu penegakan ketertiban dan hukum dan
ketertiban bahkan dalam beberapa kasus juga membangun karakter bangsa.
(Handbook on UN Multidimensional Peacekeeping Operation, 2003).
Hal yang menarik untuk diketahui bahwa tidak semua operasi
pemeliharaan perdamaian yang dilakukan selalu mencapai keberhasilan.
Karena terdapat beberapa misi perdamaian yang justru mengalami
kegagalan, seperti yang terjadi di Bosnia, Somalia, Angola, dan Sierra Leone
(Oliver, 2002). Kegagalan juga terjadi di Darfur (UNAMID) yang disebabkan
kurangnya kesiapan personil dalam menghadapi misi.
... “Most of the countries are simply not ready to send more personnel
who meet the U.N. peacekeeping standards for training and equipment....”
(Sarwar, 2008), yaitu kebanyakan negara yang mengirimkan personel untuk
misi pemeliharaan perdamaian tidak siap untuk menyesuaian standard yang
telah ditetapkan PBB baik untuk standard pelatihan personelnya maupun
perlengkapan yang digunakan.
Le Roy menurut hasil penelitian Hough (2007) menjelaskan penyebab
kegagalan operasi pemeliharaan perdamaian adalah pelatihan yang kurang
memadai sebelum pemberangkatan ke daerah operasi serta tingkat
kemutakhirannya diragukan bila pendidikan dan pemberian materi
dilaksanakan semasa pendidikan pertama. Karena untuk mendapatkan
pasukan pemelihara perdamaian yang profesional perlu pelatihan spesifik
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 8
dan sistematis yang dihadapkan langsung dengan kebutuhan yang sifatnya
teknis dan strategis dalam lingkup operasi pemeliharaan perdamaian.
Indonesia melalui PMPP TNI berperan untuk mewujudkan perdamaian
dunia, disamping juga bertugas sebagai organisasi yang menyiapkan
pasukan pemelihara perdamaian profesional melalui proses yang selektif
melaui pre-deployment training, seperti pemberian materi pelatihan SGTM
(Standardized Generic Training Modules) dan CPTM (Core Pre-Deployment
Training Modules) kepada anggota TNI aktif yang telah memiliki kemampuan
dasar kemiliteran. Oleh karena itu, PMPP TNI mewujudkannya dengan
perencanaan, penyiapan dan pelatihan terhadap pasukan pemeliharaan
perdamaian sebelum deployment ke daerah misi yang penuh ketidakpastian
atau dinamis.
Kesiapan untuk bertindak dalam situasi berbahaya tergantung pada
pengalaman personel, pelatihan profesional serta keadaan psikologis. Hal ini
merupakan sesuatu yang sangat penting dan mutlak diperlukan untuk
memberikan pelatihan yang tepat, termasuk studi tentang spesifikasi misi dan
isu-isu khusus daerah misi. Untuk itu, pelatihan yang bersifat
multidimensional harus dioptimalkan melalui penggunaan alat-alat modern,
termasuk teknologi informasi dan komunikasi guna pembelajaran, pelatihan,
dan penilaian agar dapat meminimalisir kegagalan misi.
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa keterampilan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan mandat sudah dilaksanakan di pusat
pelatihan pemelihara perdamaian tetapi memasukkan keterampilan tersebut
lebih efektif dilakukan kedalam pelatihan militer inti agar pasukan yang dikirim
dapat mengambil sikap atau tindakan atas kondisi yang dihadapi, sehingga
dapat menyelesaikan misi perdamaian dengan baik.
Berdasarkan perkembangan daerah misi yang beragam, sehingga
menuntut pentingnya kemampuan pasukan yang akan dikirim dalam misi
perdamaian dalam merespon isu yang kompleks dan tantangan yang
dihadapi, terlebih terkait dengan kemampuan pasukan dalam menjalankan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 9
operasi perdamaian internasional di masa depan melalui pemberian materi
utama dalam pelatihan yang memadai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
menunjukkan konflik bersenjata yang semakin kompleks dan meningkat
menuntut langkah strategis, salah satunya dengan mempekuat pertahanan
melalui penyiapan pasukan misi perdamaian yang kompeten. Dalam
perkembangannya kemampuan pasukan pemelihara perdamaian harus
ditingkatkan guna menjawab tantangan operasi pemeliharaan perdamaian
yang multidimensional. Proses peningkatan profesionalisme diantaranya
melalui penyiapan dan pelatihan tertentu dengan pemberian materi.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diformulasikan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana pengaruh Pre-Deployment Training di PMPP TNI
dalam mendukung tugas Pasukan Perdamaian Indonesia?
1.2.2 Bagaimana hasil pemberian materi dalam Pre-Deployment
Training di PMPP TNI dalam mendukung tugas Pasukan Perdamaian
Indonesia?
1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.3.1 Menganalisis pengaruh Pre-Deployment Training di PMPP TNI
dalam mendukung tugas Pasukan Perdamaian Indonesia.
1.3.2 Menganalisis hasil pemberian materi dalam Pre-Deployment
Training di PMPP TNI dalam mendukung tugas Pasukan Perdamaian
Indonesia.
Penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan mengingat kuantitas
maupun kualitas pasukan pemelihara perdamaian TNI saat ini masih dapat
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 10
ditingkatkan bila diberikan pelatihan yang tepat dalam rangka menghadapi
penugasan di daerah misi sehingga dapat memenuhi kriteria yang
dikeluarkan oleh PBB dalam melaksanakan tugas operasi pemeliharaan
perdamaian.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfat dalam hal penerapan teori atau
konsep yang di Universitas Pertahanan. Oleh sebab itu, penelitian ini secara
khusus diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
materi utama yang disempurnakan dalam konteks peace and conflict
resolution, utamanya untuk implementasinya pada latihan PDT sehingga
dapat memaksimalkan kualitas personil yang akan bertugas.
1.4.2 Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis,
diantaranya:
1. Bagi PMPP TNI, sebagai pelaksana latihan untuk menyiapkan calon
peacekeeper yang profesional.
2. Bagi Kementrian Pertahanan, sebagai sumbangan pemikiran
berbentuk rekomendasi tentang pembuatan rumusan kebijakan
terkait penyiapan dan pelatihan pasukan pemelihara perdamaian
yang bersifat strategis sehingga Indonesia mampu memenuhi
persyaratan PBB yang didasarkan pada kepentingan nasional untuk
aktif dalam usaha perdamaian dunia.
3. Bagi United Nations Departement of Peacekeeping Operations,
sebagai sumbangan pemikiran berupa teori baru yang dapat
diaplikasikan oleh UN ITS (Integrated Training Service) dalam
mengevaluasi dan memperkaya materi yang akan diberikan kepada
para calon peacekeeper.
4. Bagi peneliti, untuk memperkuat keilmuan dalam melaksanakan
tugas pekerjaan, penelitian selanjutnya, dan studi lanjut ke jenjang
yang lebih tinggi.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 11
1.5 Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang materi utama dalam pelatihan
sebelum penempatan bagi pasukan pemelihara perdamaian TNI untuk misi
PBB dengan ruang lingkup yang mencakup pemberian dan perbandingan
antar materi utama yang pernah dan sedang diberikan yang dilaksanakan
oleh PMPP TNI.
1.5.2 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini terbagi kepada 5 (lima) bab utama dan disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran yang bersifat umum yang terdiri dari
latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan gambaran desain penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari penelitian
terdahulu, uraian teori-teori yang relevan dengan penelitian, dan kerangka
pemikiran yang menjadi acuan dalam penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan cara yang digunakan dalam mengumpulkan data
penelitian yang diperlukan dalam menganalisis masalah penelitian. Selain itu,
pada bagian ini dijelaskan pula teknik dalam menganalisis hasil penelitian
serta lokasi dan jadwal penelitian.
BAB 4 HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan gambaran umum subjek yang akan diteliti, analisis data
hasil penelitian dan pembahasan atas masalah penelitian dengan merujuk
pada teori dan konsep yang dijelaskan pada Bab 2.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 12
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan hasil analisis yang berupa jawaban atas pertanyaan
penelitian. Selanjutnya, rekomendasi dalam penelitian dituangkan dalam
saran teoretis dan saran praktis.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Training Needs Analysis Theory
Secara umum analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai suatu
proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi
bidang-bidang atau faktor-faktor yang ada di dalam suatu misi (organisasi)
dan perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja peacekeeper menjadi
meningkat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data yang
akurat untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ketika nanti
akan menyelenggarakan pelatihan.
Secara definisi, Training Need Analysis (TNA) adalah proses analisa
dan identifikasi kebutuhan training dengan mengacu kepada standar yang
diperlukan dan kondisi aktual saat ini. Komponen utama TNA diantaranya
pertama, kondisi ideal (I) adalah sebuah kondisi atau standar yang telah
ditetapkan, baik bersifat pekerjaan, organisasi, atau individual. Kedua, kondisi
aktual (A) adalah sebuah kondisi yang ada pada saat ini, apa adanya.
Terakhir, kondisi defisiensi (D) adalah sebuah ‘jarak’ yang muncul sebagai
akibat pembandingan antara Kondisi Ideal dengan Aktual. Terkait dengan
pelatihan untuk peningkatan profesionalisme, Tippe dalam teori Model
Pengembangan Organisasi Militer Indonesia (2012), menyatakan bahwa
profesionalisme militer secara umum termasuk profesionalisme TNI akan
sangat bergantung kepada tiga dimensi, yaitu sistem, sumber daya manusia
(SDM) dan alat (alutsista). Tippe menambahkan bahwa dari ketiga dimensi
tersebut, kualitas SDM TNI merupakan dimensi terpenting operasional dalam
menentukan eksistensi dua dimensi lainnya, yaitu manusia di belakang mesin
dan manusia di belakang sistem. Artinya, mutu profesionalisme sangat
bergantung pada kualitas SDM.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 14
Selaras dengan hal tersebut, Amos Perlmutter (seperti dikutip Tippe,
2012) menyatakan bahwa profesionalisme militer dalam menjalankan tugas
memiliki dua variable kunci yaitu skills (keterampilan) dan control (kendali).
Keterampilan, disamping kedisiplinan dan keberanian, profesional modern
menuntut adanya keterampilan dalam manajemen dan strategi, sedangkan
kendali yang bersifat internal dijalankan oleh rekan sekerja, sementara yang
bersifat eksternal sesuai hirarki otoritas dari atas ke bawah (Tippe, 2012).
Untuk penggunaan Training Needs Analysis atau TNA (2014) menjadi
langkah pertama yang dilakukan sebuah organisasi untuk melakukan
perubahan. Hal ini disebabkan TNA mencoba mendefinisikan kesenjangan
atau gap yang terjadi saat ini terkait dengan kinerja individu dan tuntutan
organisasi. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan mengumpulkan
beberapa informasi berdasarkan tiga hal yaitu masalah performance atau
kinerja, antisipasi adanya sistem, tugas, atau teknologi baru, serta adanya
keinginan organisasi untuk mendapatkan keuntungan dari berbagai peluang
atau kesempatan. Ketiga hal tersebut merupakan titik awal untuk membuat
perubahan. Untuk pasukan pemelihara perdamaian merupakan subyek yang
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan dalam operasi pemeliharaan
perdamaian multidimensional. Tanpa eksistensi dan kapabilitas yang
memadai operasi tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga
pelatihan yang efektif untuk mereka mutlak dilaksanakan.
Perlu diingat, faktor perubahan akan menimbulkan resistensi dari
peacekeeper sendiri sehingga kurang serius dalam melakukan pelatihan.
Kendala lain, pasukan perdamaian yang dilatih tidak dapat mentransfer
keterampilan atau pelatihan yang baru diperoleh di wilayah operasinya. TNA
seringkali mengungkap kebutuhan yang sesuai dan tepat sasaran. Kendati
training tidak selalu merupakan cara terbaik untuk menutup celah tertentu
antara tujuan organisasi dengan kemampuan dari pasukan perdamaian yang
sesungguhnya, namun TNA diharapkan dapat melihat semua permasalahan
dan mencari solusi sebanyak mungkin sebelum diputuskan solusi yang
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 15
terbaik. Ketika dilakukan dengan benar, TNA menjadi investasi yang bijak
bagi organisasi. Karena hal tersebut dapat menghemat waktu, biaya, dan
tenaga serta bisa melancarkan ap yang menjadi tujuan dalam operasi
peacekeeping sendiri (2014).
Kebutuhan pelatihan setiap pasukan perdamaian akan berbeda
berdasarkan latar belakang atau basic masing-masing, untuk dilatih, dan
status saat melaksanakan operasi peacekeeping. Pada dasarnya, keahlian
akan bisa dipertahankan dan ‘di-upgrade’ jika dapat benar-benar diketahui
kebutuhan yang diperlukan. Selanjutnya, TNA ini bertujuan untuk
peningkatan profesionalisme SDM seperti apa yang diperlukan, harus
dikaitkan dengan sistem organisasi operasi yang akan dituju maupun sistem
organisasi pasukan pemelihara perdamaian yang akan dikirim, serta sistem
terkait perencanaan dan penyiapan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan
pelatihan dan juga sistem pelatihan itu sendiri. Berbagai sistem tersebut
sangat berpengaruh pada proses penyiapan pasukan pemelihara
perdamaian sehingga kemudian timbul kebijakan terkait penyiapan dan
pelatihannya.
Beberapa cara yang sangat umum digunakan dalam melaksanakan
TNA, diantaranya melalui:
1. Pengamatan
Dalam pendekatan ini, kemampuan dari setiap pasukan itu sendiri
adalah sumber informasi penting, sehingga bisa dilakukan evaluasi untuk
menjadi catatan dalam melakukan pelatihan. Diperlukan sebuah catatan
untuk mengingat tentang apa yang harus dicari dan diperlukan dari kegiatan
evaluasi tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang
terkait untuk membangun kekuatan dan mengatasi kekurangan pasukan
yang akan di training.
2. Wawancara
Wawancara diperlukan jika kebutuhan pelatihan sudah sangat
mendesak. Tujuan utama dari wawancara yaitu memastikan data yang terima
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 16
sesuai dengan data yang terima dari berbagai sumber. Pada umumnya,
organisasi tidak ingin mendapatkan informasi setengah-setengah.
Wawancara memungkinkan untuk bertemu langsung dengan pasukan
perdamaian dan mendiskusikan kesan-kesan terhadap kinerjanya.
3. Kuesioner
Salah satu metode yang dianggap paling efektif, untuk mengetahui apa
yang menjadi kebutuhan dalam pelatihan. Hal ini berguna untuk melakukan
pendataan dan mengkalkulasi agar pelatihan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pada saat bertugas di daerah operasi.
4. Job Description
Sebelum membuat deskripsi tugas di daerah operasi, perlu dilakukan
analisa terlebih dahulu terhadap bentuk misi yang harus dijalankan. Analisis
setiap jabatan termasuk semua tanggung jawab yang relevan. Setelah tahap
analisis misi selesai, selanjutnya dibuat uraian pekerjaan dan analisa
kebutuhan sehingga memudahkan untuk mengukur jarak antara kemampuan
pasukan perdamaian yang dimiliki sekarang dengan keterampilan yang harus
dimiliki pasukan berdasarkan keinginan organisasi.
5. Analisis Kesulitan dan Problem Solving
Hal yang perlu dilakukan adalah analisa kesulitan yang kelak akan
muncul dalam tugas. Tujuannya agar permasalahan yang ada dapat
dipahami secara baik sehingga mampu menghasilkan pemecahan yang
terbaik.
6. Penilaian (Appraisal Review)
Penilaian diperlukan setelah mendapatkan semua informasi, kebutuhan,
dan bagaimana penyelesaiannya. Masukan yang diberikan selama
wawancara biasanya dapat membantu dalam menetapkan kebutuhan.
Umpan balik pada saat penilaian wawancara menjadi berharga karena
merupakan informasi yang tepat waktu. Kebutuhan pelatihan bisa saja
berbeda dari kebutuhan pada saat misi dilakukan, dan pada sesi penilaian ini
memungkinkan untuk mengungkap penyebab atau kelemahan dari pasukan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 17
dalam melaksanakan misi. Kekurangan-kekurangan inilah yang harus
digarisbawahi, sehingga menjadi pertimbangan dalam pemberian pelatihan.
7. Analisis Kebijakan Organisasi
Kebijakan organisasi akan mempengaruhi jumlah pelatihan yang
ditawarkan. Penjelasan tentang berbagai kebijakan harus tercantum dalam
program pelatihan agar mempunyai kejelasan dan tepat sasaran.
Untuk saat ini telah ada kebijakan pemerintah melalui Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 85 tahun 2011 tertanggal 29 November 2011 yaitu
membentuk Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian (TKMPP) yang
bertugas menyiapkan perumusan kebijakan dan mengkoordinasikan langkah-
langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan partisipasi Indonesia pada misi-
misi perdamaian dunia berdasarkan kepentingan nasional. Sementara itu, di
bidang pelatihan untuk peningkatan profesionalisme telah ada kebijakan
berupa Rencana Garis Besar Latihan Pratugas, yang didalamnya juga
mengatur bahwa materi pelatihan terdiri atas materi pembekalan, Core
Predeployment Training Modules sebagai pengganti Standardized Training
Modules sejak 2009, Bahasa Inggris, militer umum, militer teknis dan
pendukung. Beberapa materi dasar tersebut tidak dengan mudah dipahami
dan dimengerti sehingga diperlukan personel yang berkualitas untuk
mengerti, memahami, dan mengimplementasikan materi pelatihan yang
diberikan. Maka dapat dikatakan bahwa dalam melakukan pelatihan
diperlukan kualitas SDM yang baik, karena sangat penting demi keberhasilan
pelatihan dan operasi pemeliharaan perdamaian yang multidimensional.
2.1.2 Pre Deployment Training
Pre deployment training dapat diartikan sebagai pelatihan bagi para
calon Peacekeepers mengenai aturan dan tata cara pelibatan serta
penanganan terhadap suatu persoalan sebelum peserta pelatihan tersebut
(Calon Peacekeepers) melaksanakan tugas yang diemban kedaerah misi
yang ditentukan oleh PBB. Para calon Peacekeepers selama melaksanakan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 18
Pre Deployment Training akan menerima materi-materi yang telah ditetapkan
oleh PBB yaitu Core Pre-Deployment Training Material (CPTM). Para ahli
berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Secara prinsip
berbagai pendapat tersebut tidak jauh berbeda. Sikula mengartikan pelatihan
sebagai: “proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan
prosedur yang sistematis dan terorganisir (Sumantri, 2000, p.2). Para peserta
pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya
praktis untuk tujuan tertentu”. Menurut Good, 1973 pelatihan adalah suatu
proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan
(M.Saleh Marzuki, 1992, p.5). Sedangkan Michael J. Jucius menjelaskan
istilah latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan
bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan tertentu (Moekijat, 1991, p.2). Sedangkan Rivai
menegaskan bahwa “pelatihan adalah proses sistematis mengubah tingkah
laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (Veithzal Rivai, 2004, p.226).
Center for Development Management and Productivity mendefenisikan
pelatihan sebagai belajar untuk mengubah tingkah laku orang dalam
melaksanakan pekerjaan mereka. Pelatihan pada dasarnya adalah suatu
proses memberikan bantuan bagi para karyawan atau pekerja untuk
menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki
kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Dalam operasi pemeliharaan perdamaian yang bersifat
Multidimensional, salah satu kriteria yang harus dipenuhi oleh Peacekeepers
adalah memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang baik
mengenai tugas dan tanggungjawab sebagai Peacekeepers. Oleh karena itu,
melalui PMPP TNI, para calon Peacekeepers yang akan berangkat ke daerah
misi dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai tugas dan
tanggungjawab yang harus dilakukan sebagai seorang pasukan penjaga
perdamaian dunia melalui pelatihan Pre Deployment Training. Dalam
pelatihan ini harus mampu menjawab semua kemungkinan yang mungkin
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 19
timbul di medan operasi, sehingga pelatihan tersebut dapat dirasakan
manfaatnya oleh peserta Pre Deployment Training dalam menghadapi situasi
yang mungkin terjadi ketika melaksanakan tugas didaerah misi. Dengan
demikian maka kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan yang
ditulis Jennifer V. Chdanler (2005) berjudul Why Culture Matters: An
Empirically-Based Pre-Deployment Training Program , menyatakan bahwa
ada tujuh pertimbangan yang dapat dijadikan dasar untuk penyiapan suatu
latihan pratugas (pre-deployment training) bagi pasukan yang akan berangkat
ke medan tugas, yakni:
1. When designing and presenting a pre-deployment training program, it
is important set realistic expectations, artinya bahwa dalam merancang
dan menyiapkan suatu program latihan PDT bagi militer yang
ditugaskan dalam suatu tugas operasi harus realistik dengan tujuan
yang diharapkan.
2. To identify the mission of those units, the geographical scope of their
operational environment, and if possible, the commander’s intent,
artinya untuk dapat mengidentifikasi dari unit yang akan diterjunkan,
lingkungan geografis dari penugasan, dan apabila memungkinkan
maksud dan keinginan dari komandan.
3. To know what interaction or impact a unit will have in the day-today
mission operations or interaction dengan the local population, untuk
mengetahui interaksi atau dampak dari satuan tersebut terkait dengan
keseharian dari misi tersebut, atau interaksi dengan penduduk di
wilayah penugasan tersebut.
4. Presenting an analysis of the operational environment based on
military doctrine and needs, memaparkan tentang suatu analisa
daerah operasi berdasarkan doktrin dan kepentingan dari misi
tersebut.
5. To incorporate cross-cultural communication (CCC) training, untuk
memasukkan latihan komunikasi lintas budaya dalam latihan pratugas.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 20
6. To tie the training program to the appropriate educational level of
learning, menyesuaikan program latihan dengan tingkatannya.
7. Depending on the mission and the audience, tergantung pada misi dan
para pesertanya.
Adapun materi pelatihan PDT ini harus disiapkan sedini mungkin oleh
para pelatih dengan berpedoman pada Core Pre-Deployment Training
(CPTM) dan diaplikasikan dengan pengalaman para pelatih yang mana para
pelatih tersebut merupakan para pelatih yang sudah berpengalaman
didaerah misi dalam Operasi Pemeliharaan Perdamaian Dunia di Lebanon
Selatan. Dengan kata lain, panduan pelatihan multidimensional memberikan
banyak fleksibilitas bagi pelatih untuk membuat latihan sebaik mungkin
seperti di daerah operasi dan dikarenakan tiap daerah misi mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Operasi pemeliharaan perdamaian multidimensional menuntut pelatih
harus menggunakan semua bahan tambahan yang tersedia seperti Piagam
PBB, pedoman Standar Operasi dan Prosedur untuk PKO, serial video
instruksional untuk pelatihan perdamaian, informasi tentang resolusi Dewan
Keamanan PBB dan mandat untuk misi pemeliharaan perdamaian, tugas
untuk pasukan pemelihara perdamaian serta informasi tentang daerah misi
yang terbaru.
Pelatihan untuk operasi pemeliharaan perdamaian yang bersifat
multidimensional dilaksanakan secara paralel (bersama-sama) di PMPP TNI
yang memiliki fasilitas akomodasi untuk para pelatih dan peserta PDT, kelas
besar dan kelas kecil dengan fasilitas proyektor untuk transparansi dan video,
komunikasi dan fasilitas pengajaran bahasa, akses ke daerah latihan utama
yang menyerupai daerah misi, pos pemeriksaan dan pos pengamatan,
simulasi ranjau latihan dan latihan mengemudi jarak jauh di Driving Skill Area,
serta latihan menembak dengan menggunakan peluru tajam yang
dilaksanakan dilapangan tembak PMPP TNI. Pelatihan semacam ini akan
melatih dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan pasukan dalam
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 21
berkomunikasi, berkoordinasi, profesionalisme, ketepatan membuat
keputusan dan kecepatan bertindak di daerah operasi.
Dari berbagai pengertian dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya
ada proses pembelajaran dilaksanakan dalam jangka pendek, bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu
meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi pekerjaan di dalam
organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian
dapat simpulkan bahwa “pelatihan sebagai suatu kegiatan untuk
meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja mendatang”.
Indonesia sebagai negara yang turut terlibat aktif dalam upaya
terciptanya perdamaian dunia telah diwujudkan dalam keseriusannya
membentuk suatu pusat pelatihan bagi para calon personel Penjaga
Perdamaian Dunia yaitu Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI
pada tahun 2007. Pembentukan PMPP TNI ini sebagai wujud tindakan nyata
bahwa Bangsa Indonesia berperan aktif dalam upaya menciptakan
perdamaian dunia sebagaimana seperti yang diamanatkan dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia,
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Peran PMPP TNI sendiri sebagai organisasi yang menyiapkan
pasukan pemelihara perdamaian dunia yang profesional melalui proses yang
selektif dari proses perencanaan pemilihan personel, pelatihan di PMPP TNI
melaui Pre-Deployment Training (PDT) seperti pemberian materi pelatihan
CPTM (Core Pre-Deployment Training Modules) kepada anggota TNI aktif
yang telah memiliki kemampuan dasar kemiliteran yang telah melalui tahap
seleksi personel sampai dengan pemberangkatan kedaerah misi.
Dalam memberikan pelatihan Pre Deployment Training (PDT) yang
dilaksanakan oleh PMPP TNI diberikan oleh pelatih-pelatih yang profesional
dibidangnya serta memiliki sumber daya manusia (SDM) yang sangat baik
dan juga memiliki pengalaman dalam melaksanakan tugas dan misi
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 22
perdamaian dunia sehingga dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan
dapat dengan mudah diterima dan bersifat aplikatif bagi para peserta
pelatihan Pre Deployment Training (PDT). Para pelatih (Trainers) sebelum
memberikan pelatihan Pre Deployment Training kepada peserta pelatihan
juga telah dibekali dan diberikan berbagai kursus dan keterampilan sesuai
dengan standar yang ditetapkan badan PBB yang berkaitan dengan
perdamaian dunia yang dilaksanakan oleh badan PBB seperti UN-Civil
Military Course (UN-CIMIC Course), Train the Trainers for UN Peacekeepers
(T-3 Course), UN-Logistic Peacekeepers Operation Course dan lain
sebagainya. Selain itu, para pelatih/Trainers yang terlibat dalam Pre
Deployment Training adalah para personel yang minimal pernah satu kali
melaksanakan misi PBB, sehingga dalam memberikan pelatihan selain
memberikan ilmu pelajaran yang terkain dengan materi Peacekeeping
Operation, para pelatih juga memberikan pengalaman-pengalaman mereka
selama mereka bertugas didaerah misi termasuk kelebihan dan kekurangan
mereka selama melaksanakan misi tersebut. Tentu saja dalam memberikan
gambaran dan pengalaman pelatih tersebut mengikuti perkembangan situasi
daerah operasi dan dapat menyesuaikan dengan realitas politik regional serta
kebutuhan misi di area konflik. Materi Pre Deployment Training yang
diberikan dalam pelatihan ini tidak terlepas dari materi CPTM (Core Pre-
Deployment Training Module) yang merupakan materi pokok standar PBB
yang harus dikuasai oleh seluruh personel yang akan melaksanakan tugas
pada misi PBB sesuai dengan tugas operasi pemeliharaan perdamaian
tertentu. Selain materi pokok tersebut, para peserta pelatihan juga menerima
materi pendukung dimana materi pendukung ini merupakan materi-materi
yang berisikan kemampuan dan keterampilan militer umum tertentu yang
mendukung pelaksanaan tugas pokok satuan/personel didaerah misi tertentu
seperti keterampilan mengemudi, keterampilan GPS, keterampilan
penggunaan alat komunikasi dan lain sebagainya termasuk didalam materi
pendukung ini adalah tentang materi pengenalan kebudayaan (Culture
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 23
Awareness) pada daerah misi yang akan ditempatkan. Untuk melengkapi
materi pokok dan materi pendukung dalam Pre Deployment Training ini,
PMPP TNI juga memberikan materi-materi yang bersifat teknis seperti cara
berpatroli, cara bernegosiasi, cara melaksanakan prosedur yang sesuai
standar internasional baik dalam pelaksanaan dalam bidang administrasi
maupun aplikasi dilapangan serta pemberian materi-materi yang bersifat
pembekalan melalui ceramah yang diberikan oleh pejabat TNI maupun oleh
pakar atau praktisi dari instansi terkait yang mendukung penugasan pada
misi pemeliharaan perdamaian. Akhir dari Pre Deployment Training ini ditutup
dengan materi pelatihan yang bersifat aplikatif yaitu berupa materi praktik
aplikasi yang mengimplementasikan materi teori dan praktek yang telah
diberikan sebelumnya agar peserta latihan mendapat gambaran yang lebih
realistis.
2.1.3 Sistim Pembinaan Latihan
Salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan tugas sangat
ditentukan oleh kualitas dan kemampuan satuan itu sendiri baik kemampuan
teknik maupun taktik yang dimilikinya. Untuk dapat memiliki kemampuan
satuan yang efektif, maka pembinaan latihan harus dilaksanakan secara
terus menerus dan sesuai dengan manajemen latihan yaitu bertahap,
bertingkat dan berlanjut.
Dalam buku petunjuk tentang Sistim Pembinaan Latihan yang
diterbitkan pada tahun 2010 menyatakan bahwa Sistem Pembinaan Latihan
merupakan suatu usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam merencanakan dan
menyusun suatu program latihan, mengelola sumber daya latihan dan
mengatur serta mengendalikan kegiatan latihan oleh para pembina latihan
(Trainers) sehingga para prajurit memiliki kemampuan handal sampai pada
tingkat operasional dan mampu melaksanakan tugas yang diemban dengan
baik. Pembinaan latihan ini meliputi kegiatan
melaksanaakan/menyelenggarakan peraturan sesuatu supaya dapat
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 24
dilakukan dan dikerjakan dengan baik, tertib, teratur, rapi dan seksama
menurut rencana program pelaksanaan secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan dan memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.
Implementasi pembinaan latihan ini harus terintegrasi mulai dari
tingkat kebijakan, tingkat operasional sampai dengan tingkat pelaksanaan
melalui kegiatan pemrograman meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, pencatatan dan evaluasi
latihan. Adapun prinsip dari sistim pembinaan latihan adalah:
1. Merupakan fungsi Komando.
Yaitu mengorientasi dan mendasarkan setiap latihan disatuan pada
tugas pokok yang telah distandarkan serta dapat mengembangkan
dan melaksanakan rencana latihan sehingga menghasilkan prajurit
yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik.
2. Berkesinambungan.
Pemrograman latihan dilaksanakan secara berkesinambungan dengan
program latihan sebelumnya.
3. Terintegrasi.
Dalam pelaksanaan pemrograman latihan dikoordinasikan dan
diselaraskan dengan tugas-tugas lain serta dengan melibatkan semua
tingkat tataran kewenangan pembinaan latihan
4. Efektif dan Efisien.
Pemrograman latihan harus dapat dilaksanakan tepat sasaran dengan
hasil yang maksimal.
5. Realistis.
Pemrograman latihan harus mengacu pada kondisi nyata kekuatan
dan kemampuan yang ada dengan berpedoman pada Sistem Latihan
yang telah ditetapkan.
6. Fleksibel.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 25
Pemrograman latihan harus dapat dilaksanakan oleh semua fungsi
sesuai situasi dan kondisi.
7. Sesuai dengan pentahapan latihan.
Perencanaan pemrograman dan penyusuna pemrograman latihan
harus disesuiakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
8. Sederhana.
Pemrograman latihan harus mudah dimengerti, mudah
diterapkan/dilaksanakan oleh suatu pelaksana.
2.1.4 Materi Pokok CPTM (Core Pre Deployment Training)
CPTM (Core Pre Deployment Training) merupakan materi pokok
standar PBB yang dikeluarkan oleh UNDPKO (United Nations Departement
of Peacekeeping Operations) pada tahun 2009 yang juga merupakan materi
pokok pembaharuan dari materi standar sebelumnya yang telah dikeluarkan
oleh UNDPKO yaitu pembaharuan dari materi SGTM (Standardized Generic
Training Modules) yang harus dipahami dan dikuasai oleh seluruh personel
Satgas Garuda yang akan berangkat kedaerah misi. Materi standar CPTM
merupakan panduan dasar bagi Prajurit Satgas yang telah disesuaikan
dengan perubahan lingkungan geostrategis agar personel satgas tersebut
memiliki pedoman dalam mengenal dan memahami tugas pokoknya
dilingkungan daerah operasi yang bersifat multidimensi tersebut. Materi
CPTM terdiri dari 15 materi pokok diantaranya adalah materi Culture
Awareness dan Respect for Diversity yang membahas tentang bagaimana
Prajurit Kontingen Garuda dalam berkomunikasi, bersikap dan berprilaku
serta menghargai keberagaman yang ada yang terdiri dari berbagai macam
suku, agama, ras dan golongan. Adapun dimensi keberagaman ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 26
Gambar 2.1
Dimensi Keberagaman Sumber : UN Pre Deployment Training Standart CPTM 2009
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB
berjudul Implementasi Pre-Deployment Training Dalam Mendukung Kinerja
Peacekeepers TNI Pada Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB yang
membahas tentang efektivitas implementasi Pre-Deployment Training dari
tahun 2006 sampai dengan 2011 (Agapitus 2012) merupakan kajian tentang
pelatihan pasukan perdamaian untuk mendukung penugasan operasi dalam
kurun waktu tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kinerja
Peacekeepers TNI sebagai suatu prestasi dan berkonstribusi terhadap peran
TNI pada operasi pemeliharaan perdamaian PBB yang diperoleh melalui
efektifitas pelaksanaan Pre Deployment Training. Keterkaitan penelitian yang
telah dilakukan peneliti tersebut dengan penelitian yang akan dilaksanakan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 27
oleh peneliti adalah adanya kesamaan pembahasan tentang pasukan
pemelihara perdamaian PBB dan obyek penelitian adalah PMPP TNI.
Tri Ambar Nugroho, 2014 dengan judul Analisis Kebutuhan Pre-
Deployment Training Di PMPP TNI Dalam Menjawab Tantangan
Multidimensional Peacekeeping Operation yang menjelaskan terkait dengan
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan Pre-Deployment Training di PMPP
TNI dalam menjawab tantangan PKO multidimensional. Hasil dari penelitian
ini yaitu adanya permasalahan pada piranti lunak dan SDM, dimana
walaupun Pre Deployment Training berjalan dengan baiknamun ditemukan
ketiadaan hal-hal berikut Perpres universal untuk semua PKO, grand strategy
PMPP TNI, pembekalan bahasa lokal, materi psikologi khusus PKO, kajian
tentang efektifitas durasi, tahapan dan realisme latihan, efektifitas rekrutmen,
serta keberadaan tim recconaissance.
Prasetyo Hadi, 2016 dengan judul Optimalisasi Materi Utama Pre-
Deployment Training Di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI
Dalam Menunjang Tugas Peacekeepers yang menjelaskan tentang
optimalisasi materi utama (SGTM dan CPTM) dalam pelatihan sebelum
penempatan bagi pasukan pemelihara perdamaian TNI untuk misi PBB
dengan ruang lingkup yang mencakup pemberian dan perbandingan antar
materi utama yang pernah dan sedang diberikan yang dilaksanakan oleh
PMPP TNI.
Viliala Romadhon, 2015 dengan judul Pengaruh Komunikasi Budaya
Satgas Indobatt-23/I Terhadap Keberhasilan Tugas Misi Perdamaian Di Desa
Adchit Al-Qusayr Lebanon. Dalam penelitian tersebut berbicara tentang
komunikasi budaya dalam mendukung keberhasilan tugas misi perdamaian di
Desa Adchit Al-Qusayr. Dari temuan pada penelitian didapatkan bahwa
belum optimalnya komunikasi budaya yang dilakukan oleh Indobatt-23/I pada
masyarakat di desa Adchit Al-Qusayr Lebanon, dan adanya pengaruh antara
komunikasi budaya dengan pelaksanaan tugas pemeliharaan perdamaian di
desa Adchit Al-Qusayr Lebanon oleh pasukan perdamaian TNI. Untuk
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 28
mewujudkan komunikasi budaya Indobatt-23/I yang optimal, maka diperlukan
adanya langkah-langkah untuk mengoptimalikan komunikasi budaya
Indobatt-23/I. Dimana langkah-langkah tersebut diantaranya : pertama,
adanya peningkatan simbolik; Kedua, adanya peningkatan pertukaran
sistem; Ketiga, peningkatan intepretasi; Keempat, transaksional; Kelima,
adanya kontekstual; Keenam, adanya memperhatikan kepentingan; ketujuh,
adanya peningkatan harapan; kedelapan, peningkatan perilaku yang baik.
Jika dikaitkan dengan penelitian terdahulu, perbedaan pada penelitian
ini adalah untuk menganalisis tentang pendekatan komunikasi lintas budaya
dalam Pre Deployment Training Satuan Tugas Garuda XXIII-J/UNIFIL,
sehingga dapat diketahui bagaimana pelaksanaan dan upaya yang dilakukan
oleh PMPP TNI dalam pendekatan komunikasi lintas budaya tersebut ketika
memberikan pelatihan untuk menyiapkan personel yang akan berangkat
kedaerah misi PBB.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam kaitannya dengan upaya penyiapan pasukan penjaga
perdamaian, diperlukan adanya persiapan dan perencanaan pre-deployment
training di PMPP TNI, serta mengkaji materi utama CPTM dan SGTM
utamanya menghadapi tantangan untuk misi multidimensional. Adapun logika
penelitian ini adalah bahwa dengan intensitas konflik bersenjata yang
semakin meningkat, maka kebutuhan akan operasi pemeliharaan
perdamaian sangat diperlukan. Pasukan pemelihara perdamaian sebagai
faktor utama dalam operasi tersebut juga semakin dibutuhkan sehingga
diperlukan penyiapan untuk dapat memenuhi kebutuhan terhadapnya.
Mengingat perdamaian yang akan dicapai cenderung hanya dapat melalui
jalan operasi pemeliharaan perdamaian multidimensional maka penyiapan
harus mempelajari tuntutan apa dari jenis operasi ini, sehingga melalui
analisis terhadap faktor-faktor yang kebutuhan terhadap materi utama dalam
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 29
PDT akan dapat diformulasikan pelatihan seperti apa Materi Utama yang
diperlukan dalam pre-deployment training di PMPP TNI.
Perubahan
Lingkungan
Strategis
UN POLICY
PMPP TNI
Materi Utama PDT - Training Needs Analysis Theory - Konsep PDT
- Konsep Sistim
Pembinaan
Latihan
- Materi Pokok
CPTM
Output
materi utama yang
disesuaikan Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam desain penelitian ini menggunakan serangkaian rencana dan
prosedur penelitian dalam pengumpulan, analisis atau interpretasi data
(Creswell, 2007). Pemilihan desain atau strategi penelitian dilakukan dengan
memperhatikan sifat-sifat objek penelitian dan jenis informasi yang
dibutuhkan untuk menjawab masalah.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pragmatisme,
sebagaimana dijelaskan oleh Creswell (2007) dengan melihat tindakan-
tindakan, situasi-situasi, dan konsekuensi-konsekuensi yang sudah ada, dan
bukan dari kondisi sebelumnya. Rosman dan Wilson (dalam Creswell, 2009),
paradigma pragmatik lebih menekankan pada pemecahan masalah dan
menggunakan semua pendekatan yang ada untuk memahami masalah
tersebut..
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bertujuan
untuk menganalisis fenomena empirik berdasarkan kondisi yang terjadi
secara alamiah. Sebagaimana dijelaskan oleh Martono (2015) bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis
kehidupan sosial dengan cara menggambarkan dunia sosial daei sudut
pandang interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah.
Penelitian kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata atau
kalimat dari individu, buku dan sumber lain. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan wawancara dan observasi sebagai metode pengumpulan data
agar peneliti mampu menggali informasi lebih mengenai intepretasi objek
yang ditelitinya. Sebagian penelitian kualitatif berpijak pada pendekatan
interpretif, dalam arti bahwa makna peristiwa, tindakan dan ekspresi bukan
diambil sebagai sesuatu yang sudah jelas, melainkan masih memerlukan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 31
berbagai interpretasi kontekstual (Creswell, 2007). Dalam proses ini, seorang
peneliti hanya bertugas menggambarkan kondisi sosial yang terjadi yaitu
terkait dengan kondisi peran materi utama pre-deployment training dalam
pelaksanaan tugas pokok peacekeepeer.
3.2 Sumber Data , Obyek dan Subjek Penelitian
Sumber data penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu data primer dan
sekunder. Data primer adalah data diperoleh langsung di lapangan untuk
memperoleh data tentang peran materi utama pre-deployment training dalam
pelaksanaan tugas pokok peacekeeper. Data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung seperti melalui studi pustaka. Objek
penelitian dalam penlitian ini yaitu peran materi utama pre-deployment
training dalam pelaksanaan tugas pokok peacekeeper. Sedangkan, subyek
dalam penelitian ini terdiri dari responden yang meliputi para aktor/pemangku
kepentingan (stakeholder) yang memiliki kapasitas dan kewenangan dalam
pelaksanaan OPP yang meliputi PMPP TNI, serta beberapa narasumber baik
akademisi dan praktisi OPP.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Observasi Partisipan
Metode observasi pada dasarnya merupakan metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan. Namun lebih lanjut dalam penelitian ini peneliti menjadi
observasi partisipan (participant observation) dengan menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau
peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Bungin, 2009).
Dalam observasi partisipan peneliti memperhatikan secara akurat,
mencatat yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek-
aspek yang ada dengan cara berpartisipasi langsung dalam aktivitas dari
objek yang sedang diteliti. Hal ini dilakukan guna untuk mengamati dan
mencatat kondisi objek dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung
mengenai peran materi utama pre-deployment training dalam pelaksanaan
tugas pokok peacekeeper.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 32
2. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
menggunakan pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2009). Wawancara
yang digunakan yaitu jenis wawancara mendalam (in-depth interview).
Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada informan untuk
mendapatkan data yang relevan dengan masalah penelitian. Informan dalam
penelitian ini ditentukan secara purposif yaitu ditentukan berdasarkan kriteria
tertentu sesuai dengan kebutuhan data penelitian.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan proses mencari, membaca, memahami,
dan menganalisis berbagai literature, hasil kajian(hasil penelitian) atau sudi
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan (Martono, 2015).
Pada peneltiian, studi kepustakaan dilakukan dalam mengumpulkan data
melalui buku, jurnal, artikel, media elektronik dan dokumen tentang peran
materi utama pre-deployment training dalam pelaksanaan tugas pokok
peacekeeper. Studi kepustakaan ini bermanfaat untuk memperkaya peneliti
dalam memberikan analisis dengan konsep atau teori yang akan digunakan
dalam penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengolahan, penyajian, dan analisis
data yang diperoleh dari lapngan dengan tujuan agar data yang disajikan
mempunyai makna sehingga pembaca dapat mengetahui hasil peneltiian.
Pada penelitian ini, teknik analisis yang akan digunakan yaitu teknik analisis
dari Miles and Huberman (2014). Secara umum, proses analisis data kualitatif
melibatkan empat proses, sebagai berikut:
1. reduksi data; dalam penelitian ini peneliti melakukan proses pemilihan,
penyederhanaan, pengabstrakan, dan pengubahan data kasar yang
muncul dari catatan tertulis yang dihasilkan ketika berada di lapangan
dan dilakukan secara terus-menerus hingga mendapatkan kesatuan
data.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 33
2. display atau penyajian data; peneliti menyajikan data dalam bentuk
kata-kata, kalimat, gambar, simbol, skema, bagan, grafik, tabel dan
matriks dengan memfokuskan pada optimalisasi materi utama pre-
deployment training dalam pelaksanaan tugas pokok peacekeepeer,
dan
3. verifikasi data; pada tahap ini peneliti merumuskan simpulan
berdasarkan dua aktivitas sebelumnya.
Dalam konteks penelitian ini, kejadian yang akan dideskripsikan adalah
mengenai perencanaan, penyiapan, pelaksanaan pelatihan terhadap
peacekeeper di PMPP TNI serta evaluasi terkait dengan materi PDT sebagai
upaya PMPP TNI dalam mewujudkan kesiapan TNI melaksanakan OPP
masa depan.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian yang
utama. Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan sendiri data penelitian melalui
observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Dalam mengumpulkan data
penelitian, peneliti didukung pula dengan instrumen pendukung seperti
pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini berfungsi untuk memudahkan
peneliti dalam memperoleh data yang relevan dengan masalah penelitian.
3.5.2 Data Primer
Data primer dalam proses penelitian didefinisikan sebagai sekumpulan
informasi yang diperoleh peneliti langsung dari lokasi penelitian melalui
sumber pertama yaitu informan melalui pengamatan dan wawancara yang
dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada penelitian ini, data primer diperoleh
melalui observasi dan wawancara dengan merujuk pada pedoman
wawancara tentang peran materi utama pre-deployment training dalam
pelaksanaan tugas pokok peacekeeper.
3.5.3 Data Sekunder
Data sekunder dimaknai sebagai data yang tidak diperoleh dari sumber
pertama. Data sekunder telah diolah, dikemas, dan disusun menjadi artikel
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 34
yang bernas. Data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal atau media
massa, dokumen, dan lain-lain. Data yang dikumpulkan melalui data
sekunder yaitu data tentang peran materi utama pre-deployment training
dalam pelaksanaan tugas pokok peacekeeper.
3.5.4 Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data
Keabsahan (validitas) dalam penelitian kualitatif bukan dimaknai
sebagai validitas instrumen penelitian. Hal ini disebabkan dalam penelitian
kualitatif, peranan instrumen penelitian merupakan peneliti sendiri. Dengan
kata lain, peneliti berposisi sebagai instrumen penelitian. Pleh karena itu,
pencapaian keabsahan data dalam penelitian kualitatif ditujukan pada upaya
untuk mendapatkan data yang valid (sahih) yang sesuai dengan rumusan
masalah dan konsep penelitian (Martono, 2015). Pada penelitian ini,
pengujian keabsahan data merujuk pada salah satu teknik pengujian
keabsahan data yang dijelaskan oleh Creswell (2007), yaitu triangulasi.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan langkah multimetode yang dilakukan
peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dalam penelitian
ini, triangulasi akan digunakan terhadap sumber data dan informan.
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PMPP TNI dengan rencana waktu
pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2017.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 35
BAB 4
GAMBARAN DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Gambaran Data Penelitian
Peran aktif Indonesia dan prospek misi Pemeliharaan Perdamaian TNI
ke depan sejalan dengan salah satu tujuan bangsa yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu “Ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial” yang
kemudian dijabarkan pada pasal 7 ayat 2 (b) butir 6 Undang-undang Nomor
34 tahun 2004 tentan TNI yang berbunyi “melaksanakan tugas perdamaian
dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri”.
Regulasi tersebut mempertegas bahwa secara legitimasi peranan TNI
dalam misi perdamaian telah mendapat dukungan politik dari pemerintah. Ini
menjadi dasar dan meneguhkan komitmen TNI untuk senantiasa berperan
aktif dalam misi PBB. Bukti keseriusan tersebut terlihat dengan meningkatnya
kontribusi Indonesia dalam pengiriman pasukan pemelihara perdamaian
(peacekeeping force) yang dimulai sejak tahun 1957 seperti pada misi United
Nation Emergency Force (UNEF) di Sinai.
Pengiriman Kontingen Garuda I/UNEF di Sinai sampai dengan
pengiriman Kontingen Garuda XXXII di Haiti (MINUSTAH) pada awal Oktober
2011, telah mencatatkan Indonesia sebagai salah satu negara penyedia
pasukan pemelihara perdamaian di bawah payung PBB paling aktif yang
disebut ‟the most active troop countributing country‟. Hal tersebut ditandai
dengan peningkatan jumlah personel TNI yang dikirim sebagai peacekeeper
untuk melaksanakan operasi pemeliharaan perdamaian (OPP) PBB sejak
tahun 2007 sampai dengan 2011 dengan perincian sebagai berikut:
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 36
Gambar 4.1.
Grafik Kontribusi Pelibatan Prajurit TNI dalam OPP PBB (Sumber : PMPP TNI, 2016)
Menyadari pentingnya OPP PBB dan seiring dengan semakin
meningkatnya permintaan PBB untuk memenuhi misi-misi di daerah konflik
dan untuk mengantisipasi tantangan tugas dalam operasi perdamaian ke
depan yang semakin kompleks, maka dibutuhkan kesiapan pasukan agar
memiliki kemampuan dalam menjalankan misinya (Makmur, 2016).
Sebagaimana juga dijelaskan visi PMPP TNI yaitu menciptakan personel TNI
yang profesional dalam mengemban tugas-tugas misi pemeliharaan
perdamaian. Dengan misi yang diemban adalah berperan aktif dalam
mendukung misi pemeliharaan dunia melalui penyelenggaraan kegiatan
pembekalan, pelatihan dan pendidikan serta pertukaran informasi dalam
rangka meningkatkan SDM personel TNI (Skep Panglima TNI No:
Kep/4/I/2007). Terkait dengan keberadaan pasukan perdamaian maka
selanjutnya Panglima TNI membentuk suatu badan khusus yang menangani
OPP, yaitu Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI melalui
Keputusan Panglima TNI No: Kep/4/I/2007 dan No: Kep/5/I/2007 tanggal 29
Januari 2007, dimana sebelumnya pengelolaan OPP dilaksanakan oleh Staf
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 37
Operasi Panglima TNI (Mabes TNI, 2007) dengan kegiatan yang tergambar
sebagai berikut :
Gambar 4.2
Tahapan Kegiatan PMPP TNI (Sumber : PMPP TNI 2016)
4.1.1 PMPP TNI
Sejarah pembentukan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI
(PMPP) tidak terlepas dari semakin meningkatnya keterlibatan TNI dan
tantangan dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB, dirasakan kebutuhan
akan adanya sebuah institusi yang khusus bertugas untuk menangani segala
aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan operasi pemeliharaan
perdamaian PBB, selain itu diharapkan bahwa institusi tersebut mampu untuk
bekerjasama dengan institusi lainnya yang berhubungan dalam pelaksanaan
tugasnya. Oleh sebab itu, pada tahun 2007 Pusat Misi Pemeliharaan
Perdamaian TNI (PMPP TNI) resmi didirikan dengan tugas pokok untuk
melaksanakan perencanaan dan penyiapan personel TNI dalam penugasan,
pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan tugas pemeliharaan
perdamaian PBB, baik di dalam maupun di luar negeri.
Visi PMPP TNI yaitu menciptakan personel TNI yang profesional
dalam mengemban tugas-tugas misi pemeliharaan perdamaian. Dengan misi
yang diemban adalah berperan aktif dalam mendukung misi pemeliharaan
dunia melalui penyelenggaraan kegiatan pembekalan, pelatihan dan
pendidikan serta pertukaran informasi dalam rangka meningkatkan SDM
personel TNI (Skep Panglima TNI No: Kep/4/I/2007). Terkait dengan
keberadaan pasukan perdamaian maka selanjutnya Panglima TNI
membentuk suatu badan khusus yang menanganinya yaitu Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI melalui Keputusan Panglima TNI No:
Kep/4/I/2007 dan No: Kep/5/I/2007 tanggal 29 Januari 2007, dimana
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 38
sebelumnya pengelolaannya dilaksanakan oleh Staf Operasi Panglima TNI
(Mabes TNI, 2007) dengan kegiatan yang tergambar sebagai berikut :
Planning Recrutment &
Personel Training Equipment &
Administratio Deployment
Gambar 4.3
Tahapan Kegiatan PMPP TNI Sumber : PMPP TNI 2016
Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia atau
(PMPP TNI) adalah satuan yang berada di bawah kendali Markas Besar
Tentara Nasional Indonesia yang diperuntukan bagi calon Pasukan
Perdamaian Indonesia, alias Kontingen Garuda yang akan bertugas ke luar
negeri. Karena Indonesia dikenal sebagai negara kontributor Pasukan
Perdamaian PBB. Dengan tugas pokok untuk melaksanakan perencanaan
dan penyiapan personel TNI dalam penugasan, pelatihan dan pendidikan
yang berkaitan dengan tugas pemeliharaan perdamaian PBB, baik di dalam
maupun di luar negeri. PMPP TNI dibentuk pada pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Sekjen PBB Ban Ki Moon juga pernah
mengunjungi PMPP TNI yang bermarkas di Bogor, Jawa Barat dengan luas
lahan 250 Ha.
Tugas PMPP TNI adalah menyelenggarakan perencanaan organisasi,
menyelenggarakan seleksi, pemberangkatan, penerimaan, evaluasi,
pelatihan, perencanaan dukungan,administrasi dan logistik operasi untuk
Satgas TNI yang tergabung dalam kontingen Garuda, Pengamat Militer
(Milobs), Staf Militer (Milstaff), dan penugasan lainnya, membina kesiapan
operasi serta kerjasama internasional yang berkaitan dengan tugas operasi
pemeliharaan perdamaian dunia. Dan fungsi PMPP TNI sesuai dengan
Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 4 Tahun 2014
tentang Pengesahan Validasi Organisasi dan Tugas Pusat Misi Pemeliharaan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 39
Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) pada pasal 4 adalah
sebagai berikut:
1. Merencanakan organisasi, menyelenggarakan kegiatan seleksi,
pemberangkatan, penerimaan, purna tugas, dan evaluasi pelaksanaan
tugas Satgas TNI yang tergabung dalam kontingen Garuda, pengamat
Militer (Milobs), Staf Militer (Milstaff) dan penugasan lainnya pada
operasi pemeliharaan perdamaian dunia.
2. Merencanakan dan mengevaluasi kurikulum, materi dan pembekalan
latihan penyiapan serta menyelenggarakan kegiatan latihan bersama
tentang operasipemeliharaan perdamaian dunia dengan negara lain.
3. Menyelenggarakan kegiatan latihan serta meningkatkan kemampuan
perorangan dan satuan yang dipersiapkan untuk tugas operasi
pemeliharaan perdamaian dunia.
4. Merencanakan, menyiapkan, menginvebtarisisasi dan
mendistribusikan dukungan administrasi dan logistic untuk
pelaksanaan seleksi, pelatihan, pengiriman dan penerimaan
personel/kontingen serta dukungan administrasi dan logistik selama
tugas operasi pemeliharaan dunia.
5. Menyelenggarakan pengolahan data dan informasi serta kerja sama
internasional dalam bidang pemeliharaan perdamaian dunia.
6. Melaksanakan pembinaan kesiapan operasi Pasukan Siaga Operasi
Pemeliharaan Perdamaian.
Struktur Organisasi PMPP TNI dapat dilihat pada gambar berikut :
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 40
KOMANDAN
WADAN
ESELON PIMPINAN
DIRBIN RENOPS
DIRBIN LAT
DIRBIN MINLOG
DIRBIN KERSINFO
KABAG
REN KABAG
OPS KABAG RENLAT
KABAG EVLAT
KABAG MIN
KABAG LOG
KABAG KERSIN
KABAG INFOTEK
DANDENMA KAURSET
ESELON PEMBANTU PIMPINAN
ESELON PELAYANAN
ESELON PELAKSANA
DAN PSOPP DANSATLAT DANKI DEMLAT
Gambar 4.4
Struktur PMPP TNI
Sumber : Peraturan Panglima TNI No 4 Tahun 2014
Keterangan :
1. Eselon Pimpinan terdiri dari Komandan dan Wakil Komandan
(Wadan).
2. Eselon Pembantu Pimpinan terdiri dari Ditbinrenops, Ditbinlat,
Ditbinminlog dan Ditbinkersinfo.
3. Eselon Pelayanan terdiri dari Denma dan Urset
4. Eselon Pelaksana terdiri dari PSOPP, Satlat dan Kidemlat.
Jumlah personel PMPP TNI berdasarkan DSP sebanyak 314 orang
dan Nyata 250 orang. Dimana terdiri dari 67 orang perwira, 91 orang Bintara,
90 orang Tamtama dan 2 orang PNS.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 41
4.1.2 Peacekeeping Operations
Pengiriman pasukan perdamaian Indonesia tidak terlepas dari kebijakan luar
negeri Indonesia bebas aktif. Dimana Indonesia tidak terlibat dalam aliansi
salah satu blok dan ikut secara aktif atas usaha perdamaian dunia. Berikut
peran serta aktif Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia.
1. Pasukan Garuda I dibawah pimpinan Letkol Inf Hartoyo
diberangkatkan ke Mesir pada tanggal 08 Januari 1957 untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi Mesir, bertugas hingga 29
September 1957.
2. Pasukan Garuda II di bawah pimpinan Kolonel Priyanto
diberangkatkan ke Kongo 10 September 1960 untuk bergabung
dengan pasukan perdamaian PBB dengan United Nations Operation
for the Congo (UNOC), bertugas hingga bulan Mei 1961.
3. Pasukan Garuda III di bawah pimpinan Brigjen Kemal juga bertugas di
Kongo dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
4. Pasukan Garuda IV di bawah pimpinan Brigjen TNI Wivono, bertugas
di Vietnam mulai bulan Januari 1973 sampai Juli 1972.
5. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Kolonel Rudini dan wakilnya
Mayor Basofi Sudirman dikirim ke Timur Tengah pada tanggal 3
Desember 1973.
6. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Brigjen Sukemi Sumantrio
bertugas di Vietnam dari bulan AF 1974 sampai November 1974,
kemudian digantikan Pasukan Garuda VlIi di bawah pimpinan Brigjen
T, Bambang Sumantri dari bulan November 1974 sampai bulan Juni
1975. Pada tahun ini pula pasuka perdamaian PBB untuk Vietnam
ICCS (Intemasional Commision for Control and Supervision) ditarik
mendadak. setelah seluruh Vietnam jatuh ke tangan Vietnam Utara
atau Vietkong yang berhaluan komunis.
7. Pasukan Garuda VIII di bawah pimpinan Kolonel Gunawan Wibisono,
Kontingen Garuda VI dan V bergabung dalam pasukan perdamaian
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 42
PBB yang diberi nama United Nations Emergency Force (UNIEF).
Kemudian pengiriman pasukan perdamaian terus dilakukan sampai
pada Kontingen Garuda XXIII-K/UNIFIL yang bertugas di Lebanon
Selatan pada tahun 2016 - 2017 di bawah pimpinan Letkol Inf Yudi
Gumilar dengan kekuatan personel satgas 850 orang personel yang
terdiri dari: 541 personel dari TNI-AD, 242 personel dari TNI- AL dan
63 personel dari TNI- AU.
Pengiriman Pasukan Penjaga Pemeliharaan Perdamaian Dunia
Kontingen Garuda baik Satgas, Military Observer (Milobs) maupun Military
Staff (Milstaff) yang dilakukan oleh Indonesia sejak tahun 1957 sampai
dengan sekarang sudah mencakup di 27 (Dua puluh tujuh) daerah misi yang
berada di 27 (Dua puluh tujuh) negara didunia dengan jumlah total personel
36.930 orang yang dapat tergambar sebagai berikut :
Gambar 4.5
Deployment Pasukan TNI Selama OPPD Sumber PMPP TNI, 2017
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 43
4.1.3 Materi Pelatihan
1. Komunikasi Lintas Budaya. Salah satu materi standar yang
diberikan kepada para calon Peacekeepers adalah materi Culture
Awareness dan Respect for Diversity yang mana secara umum materi
tersebut memberikan pembekalan kepada para calon Peacekeepers
untuk memahami tentang situasi dan kondisi adat istiadat dan budaya
didaerah misi serta bagaimana sikap dan perilaku para calon
Peacekeepers dalam bersosialisasi dan menghormati keberagaman
budaya dengan masyarakat setempat. Materi yang diberikan dalam
Culture Awareness dan Respect for Diversity ini sifatnya masih sangat
umum dan waktu yang diberikan sangatlah singkat yaitu diberikan
dalam waktu 100 menit saja. Hal-hal yang diajarkan dalam materi ini
mencakup tentang Integritas, Profesionalisme dalam bertugas dan
bersosialisasi dan penghormatan terhadap keberagaman budaya. Hal
tersebut sangat diperlukan bagi para calon Peacekeepers dikarenakan
dalam suatu daerah misi PBB, Satgas Indonesia bekerja dan
bersosialisasi dalam suatu lingkungan yang beragam dan multidimensi
yang memiliki budaya, norma dan tradisi sendiri. Tentunya banyak hal
yang perlu diketahui untuk memahami kebudayaan didaerah misi baik
budaya lokal maupun budaya dalam lingkungan kerja. Hal ini tentunya
sangatlah kurang bagi para calon Peacekeepers untuk memahami
secara mendalam mengenai adat budaya di daerah misi tersebut.
Oleh karena itu tentunya diperlukan terobosan dan kerja keras untuk
memahami dan membuat strategi dalam menerapkan Culture
Awareness ini salah satunya dengan menerapkan komunikasi lintas
budaya secara efektif, efisien dan tepat sasaran dalam merebut dan
memenangkan hati dan pikiran masyarakat didaerah misi agar
masyarakat didaerah operasi (Area of Operation/AOR) dapat
menerima kehadiran kontingen Indonesia.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 44
2. Pre Deployment Training. Secara umum pelaksanaan Pre
Deployment Training di PMPP TNI dilaksanakan selama 1 bulan atau
30 hari dimana setiap harinya diberikan pembekalan sebanyak 400
menit (6 jam 40 menit) dengan berpedoman pada materi Core-Pre
Deployment Training Module (CPTM) yang merupakan materi pokok
standar PBB yang wajib dipahami dan dikuasai oleh seluruh personel
yang akan melaksanakan tugas pada misi PBB. Jumlah materi
pembekalan disetiap pelatihan pada Pre Deployment Training
mencakup materi pengantar (11 materi), Materi pokok (15 materi),
Materi pendukung (24 materi), Materi teknis (15 materi) dan Latihan
Aplikasi. Pelatihan Pre Deployment Training ini wajib diikuti oleh
seluruh peserta yang akan ditugaskan ke daerah misi PBB
dikarenakan pelatihan PDT merupakan persyaratan mutlak bagi para
calon Peacekeepers untuk bertugas didaerah misi yang bersifat
multidimensional. Tujuan dari pelaksanaan pelatihan PDT sebelum
para calon Peacekeepers bertugas tidak lain adalah agar personel
tersebut memiliki standar kemampuan yang sama dengan prajurit
Peacekeepers dari negara lain dalam menangani permasalahan yang
terjadi didaerah operasi PBB.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Perencanaan dan Penyiapan Materi Utama Pelatihan SGTM serta
CPTM bagi Calon Peacekeeper di PMPP TNI
PDT untuk PKO PBB merupakan sebuah satu kesatuan dari sebuah
prosedur yang dimulai dari tahap perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran (Prosedur dan Mekanisme Kerja PMPP TNI, 2008). Tahapan
perencanaan dikategorikan sebagai tingkat strategis pada Buku Petunjuk
Pelaksanaan (Bujuklak) Prosedur Perencanaan Umum Pelibatan TNI Dalam
Misi PBB (2010). Tahap ini menjelaskan bahwa prosedur dan mekanisme
(Prosmek) penawaran terhadap pasukan TNI untuk misi perdamaian
internasional disampaikan oleh PBB kepada pemerintah Indonesia melalui
Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 45
Diawali penawaran oleh PBB kepada Indonesia untuk berpartisipasi
dalam misi PBB, permintaan pasukan pemelihara perdamaian dari PBB
diteruskan oleh PTRI kepada Kemlu. Secara paralel Penmil PTRI juga
mengirimkan kepada Menhan, Panglima TNI dan Kabais TNI. Kemudian
ditindaklanjuti oleh pemerintah RI dengan mengumpulkan informasi dan
menilai kondisi konflik yang sedang berlangsung berdasarkan Undang-
undang RI, kebijakan politik luar negeri RI dan mandat yang akan
dilaksanakan.
Kemlu dalam kapasitas sebagai pelaksana harian ketua TKMPP
mengkoordinir pelaksanaan rapat di tingkat Dirjen untuk penentuan
keikutsertaan Indonesia dalam pengambilan keputusan guna menerima
tawaran PBB. Dari hasil pengumpulan informasi, penilaian kondisi konflik
dikaitkan dengan UU dan kebijakan politik luar negeri RI, maka diambil
keputusan tentang keikutsertaan RI dalam misi PKO PBB tersebut. Bila
diputuskan ikut, maka untuk melegalkan kontribusi tersebut disusun
Memorandum of Understanding (MoU) antara PBB dan Pemerintah RI yang
difasilitasi oleh PTRI. Secara keorganisasian PTRI merupakan lembaga
negara yang mewakili kepentingan Indonesia secara keseluruhan pada PBB,
yang di dalamnya juga memiliki staf Penasehat Militer (Penmil) Perwira Tinggi
TNI berpangkat Bintang satu.
Berdasarkan MoU diatas, TNI merencanakan pelibatan dalam PKO PBB
dengan menentukan komposisi pasukan termasuk didalamnya komponen
pendukung dihadapkan pada mandat PBB yang akan dilaksanakan. Kegiatan
perencanaan dimulai setelah Panglima TNI mengeluarkan keputusan tentang
pelibatan TNI dalam misi PBB melalui persetujuan Pemerintah RI. Kemudian
melalui Direktif Panglima TNI, staf terkait di PMPP TNI dibawah supervisi Staf
Operasi (Sops) TNI untuk merencanakan, menyusun, menyeleksi serta
menyiapkan komposisi dan kekuatan personel, serta perlengkapan beserta
alat utama sistem senjata (alutsista) sesuai permintaan dan persyaratan yang
telah ditentukan PBB.
Prosedur dan mekanisme tersebut berpengaruh terhadap proses
perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan penilaian PDT. Perencanaan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 46
PDT untuk menjamin tidak terjadi duplikasi tugas dan tanggung jawab antar
TCC. Konsep operasi yang digunakan pada PDT peacekeeper TNI
disesuaikan dengan SOP dan RoE yang ditetapkan dalam mandat. Mandat
misi PBB benar-benar harus dimengerti, dipahami dan dikuasai oleh pasukan
pemelihara perdamaian sebelum mereka dikirim ke daerah operasi.
Keputusan dari proses yang dijalankan TKMPP tentang kontribusi
pasukan pemelihara perdamaian TNI baik jenis dan jumlah beserta faktor
pendukungnya merupakan bagian dari perencanaan dan penyiapan PDT.
Koordinasi terkait perencanaan PDT di PMPP TNI pada mekanisme pelibatan
TNI dalam rangka PKO PBB dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 4.6 Ilustrasi Prosedur dan Mekanisme Pelibatan TNI dalam Misi PBB
Sumber: Bujuklak Prosedur Renlibat TNI Dalam Misi PBB, 2010
Guna mengimplementasikan tahapan seperti yang digambarkan ilustrasi
di atas, dari tahap strategis hingga tahap operasional dan teknis sangat
dibutuhkan koordinasi intensif antar pemangku kepentingan yang terkait
dengan misi pemeliharaan perdamaian. Dalam melaksanakan tanggung
jawab sebagai satuan perencanaan, penyiapan dan pelaksana PDT pasukan
pemelihara perdamaian TNI, PMPP TNI melaksanakan koordinasi secara
internal dengan MABES TNI beserta ketiga matra TNI. Adapun koordinasi
secara eksternal dilaksanakan oleh PMPP TNI dengan Kemlu, Kemhan serta
PTRI.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 47
Selanjutnya dalam mendukung perencanaan, penyiapan, dan
pelaksanaan PDT, sasaran pembangunan PMPP TNI saat ini adalah
terlaksananya program kerja dan anggaran secara efektif dan efisien,
sehingga tugas maupun fungsi yang dilaksanakannya dapat mendukung
keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI di bidang Operasi Pemeliharaan
Perdamaian. Adapun kebijakan pembangunan PMPP TNI dalam mendukung
perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan penilaian PDT meliputi:
1. Penggunaan anggaran PDT berdasarkan prinsip efektifitas dan
efisiensi sesuai skala prioritas, berpedoman pada pagu anggaran,
serta mengedepankan transparansi dan akuntabilitas;
2. Peningkatan kegiatan pendataan dan mengoptimalkan seleksi
personel TNI guna menjamin kualitas SDM calon peserta PDT;
3. Peningkatan kualitas penyelenggaraan PDT dengan menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai dalam rangka mendukung
kesiapan pasukan TNI untuk dikirim pada misi pemeliharaan
perdamaian di bawah bendera PBB atau organisasi Internasional
lainnya;
4. Penyelenggaraan kerja sama internasional bidang PKO dan
kerjasama dengan PKTC negara sahabat melalui seminar,
kepelatihan dan peninjauan ke PKTC mereka dalam rangka
peningkatan kualitas instruktur PDT;
5. Pemenuhan personel dan materiil PMPP TNI sesuai DSPP hasil
validasi Organisasi dengan Peraturan Panglima TNI Nomor
Perpang/91/I/2011 tanggal 16 November 2011 tentang Validasi
Organisasi PMPP TNI untuk meningkatkan kinerja PMPP TNI.
Penjelasan yang telah dijabarkan diatas pada dasarnya merupakan
pembahasan sasaran dan kebijakan pembangunan pada tingkat kebijakan di
PMPP TNI, sementara pada tingkat operasional dibahas melalui penjabaran
Program Kerja PMPP TNI.
Dalam perkembangannya Program Kerja PMPP TNI merupakan hasil
penjabaran sasaran dan kebijakan pembangunan PMPP TNI dalam
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 48
Tabel 4.1 Bidang-bidang Program Kerja PMPP TNI
mendukung perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan penilaian PDT saat
ini. Program kerja PMPP TNI terdiri atas 6 bidang yaitu Perencanaan dan
Operasi, Pembinaan Pelatihan, Administrasi dan Logistik, Kerjasama
Internasional, Satuan Latihan serta Detasemen Markas (Denma) PMPP TNI.
Untuk itu perlu dipahami secara mendalam Program Kerja dan Anggaran
PMPP TNI yang disusun berdasarkan kebutuhan tugas sebagai pelaksana
Pusat kepelatihan penugasan perdamaian dunia. Hasil dari proses
Pemahaman tersebut mengungkapkan bahwa setiap bidang di PMPP TNI
berperan aktif, saling terkait dan mendukung untuk proses perencanaan,
penyiapan pelaksanaan dan penilaian PDT. Peran tiap-tiap bidang dijelaskan
sebagai berikut :
Bidang Perencanaan dan
Operasi
Dalam mendukung penyiapan, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian PDT di PMPP TNI,
Direktorat pembinaan perencanaan dan operasi
PMPP TNI menyusun program kerja dan
anggaran bidang perencanaan dan operasi.
Terkait hal tersebut, Ditbinreops merencanakan
dan menyusun kegiatan umum PMPP TNI secara
sistematis agar pelaksanaan PDT berjalan lancar.
Kegiatan seleksi personel untuk PKO
dilaksanakan ditbinrenops seoptimal mungkin
untuk memperoleh calon peacekeeper TNI yang
berkualitas. Ditbinrenops juga menyelenggarakan
analisis dan evaluasi kegiatan seleksi, pelatihan
dan penugasan peacekeeper TNI sebagai bahan
masukan untuk evaluasi PDT periode selanjutnya
Bidang Pembinaan Latihan
Direktorat pembinaan latihan (Ditbinlat) PMPP
TNI adalah the back-bone (bagian paling penting)
dari perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 49
penilaian PDT. Dirbinlat menyusun program kerja
dan anggaran bidang perencanaan, pembinaan
dan evaluasi latihan. Secara spesifik Dirbinlat
memberikan saran dan pertimbangan kepada
Komandan PMPP TNI dalam hal perencanaan
dan evaluasi PDT. Selanjutnya Ditbinlat
menyiapkan kurikulum PDT dan bahan ajaran
PDT sesuai kriteria/standar PBB serta
merencanakan program PDT bagi
personel/kontingen yang akan melaksanakan
tugas operasi pemeliharaan perdamaian dunia.
Hal penting lain yang dilaksanakan Ditbinlat
adalah menyelenggarakan kegiatan evaluasi
kurikulum, materi, perencanaan dan pelaksanaan
program PDT yang lalu untuk Satuan Latihan
PMPP TNI. Sasaran dari program kerja bidang
pembinaan latihan PMPP TNI adalah
terpenuhinya dukungan piranti lunak dalam
mendukung perencanaan, penyiapan,
pelaksanaan dan penilaian PDT agar
menghasilkan peacekeeper TNI berkemampuan
sesuai standar PBB dalam melaksanakan misi
pemeliharaan perdamaian.
Bidang Satuan Latihan
Komandan satuan latihan (Dansatlat) PMPP TNI
menyusun program kerja dan anggaran Satlat
dalam rangka mendukung perencanaan,
persiapan dan pelaksanaan PDT di PMPP TNI.
Sebagai pelaksana dan penanggung jawab
tingkat operasional PDT di PMPP TNI,
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 50
perencanaan dan segala piranti lunak dari
Ditbinlat dipahami dan diupayakan untuk di
implementasikan dalam PDT. Selain hal tersebut,
secara teknis Dansatlat PMPP TNI secara paralel
dengan kegiatan Ditbinlat merencanakan dan
menyiapkan kebutuhan sarana latihan PDT
berkoordinasi dengan Komandan Denma PMPP
TNI. Setelah semua siap, Dansatlat
menyelenggarakan PDT bagi personel dan
kontingen TNI yang akan melaksanakan tugas
operasi pemeliharaan perdamaian dunia.
Dansatlat berwenang penuh melaksanakan
komando dan mengendalikan PDTatas perintah
Komandan PMPP TNI. Pada saat PDT selesai,
Dansatlat membuat laporan dan mengevaluasi
penyelenggaraan PDT. Sasaran dari program
kerja bidang Satlat PMPP TNI adalah
terwujudnya penyelenggaraan PDT secara
efektif, efisien dan professional yang
menghasilkan personel TNI berkemampuan
standar PBB dalam melaksanakan misi
pemeliharaan perdamaian.
Bidang Administrasi Dan
Logistik
Direktur pembinaan administrasi dan logistik
(Dirbinminlog) PMPP TNI menyusun program
kerja dan anggaran Ditbinminlog dalam rangka
mendukung perencanaan, penyiapan,
pelaksanaan dan penilaian PDT di PMPP TNI.
Secara spesifik Dirbinminlog memberikan saran
dan pertimbangan kepada Komandan PMPP TNI
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 51
terkait dukungan Adminlog terhadap proses
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan PDT di
PMPP TNI. Demi kelancaran PDT, Ditbinminlog
merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan
menyiapkan data/informasi tentang administrasi
dan dukungan logistik bagi personel/ kontingen
yang disesuaikan dengan kondisi daerah operasi.
Dirbinminlog juga menginventarisasi dukungan
logistik bagi personel/kontingen selama
pelaksanaan PDT hingga kembali dari tugas
operasi. Sasaran dari program kerja bidang
administrasi dan logistik PMPP TNI adalah
terpenuhinya kebutuhan administrasi personel
dan dukungan logistik serta terdukungnya
legalitas aspek hukum untuk pelaksanaan PDT
dan misi pemeliharaan perdamaian.
Bidang Kerjasama International
dan Teknologi Informasi
Dirbinkersinfo PMPP TNI menyusun program
kerja dan anggaran Direktorat Pembinaan
Kerjasama International dan Teknologi Informasi
dalam rangka mendukung perencanaan,
penyiapan, pelaksanaan dan penilaian PDT di
PMPP TNI. Secara teknis, Ditbinkersinfo
memberikan saran dan pertimbangan kepada
Komandan PMPP TNI dalam penyiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan PDT sesuai
dengan bidangnya. Disamping itu, menjalin
kerjasama dengan PKTC negara sahabat guna
pertukaran instruktur untuk PDT. Ditbinkersinfo
juga menyelenggarakan pengiriman personel
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 52
untuk mengikuti kegiatan kursus, seminar,
konferensi maupun Workshop yang berkaitan
dengan tugas PKO guna meningkatkan kualitas
instruktur. Sasaran dari program kerja bidang
kerjasama internasional dan teknologi informasi
PMPP TNI adalah terwujudnya pelaksanaan
tugas bidang kerjasama international dan
teknologi informasi PMPP TNI secara efektif dan
efisien dalam rangka mendukung perencanaan,
persiapan dan pelaksanaan PDT di PMPP TNI.
Bidang Detasemen Markas
Komandan detasemen markas (Denma) PMPP
TNI menyusun program kerja dan anggaran
Denma PMPP TNI dalam rangka mendukung
perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan
penilaian PDT di PMPP TNI. Kelancaran
perencanaan dan persiapan maupun
pelaksanaannya banyak terdukung oleh
pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawab Denma PMPP TNI. Tugas ini diantaranya
menyelenggarakan fungsi kemarkasan,
mengawasi, mengevaluasi dan mengembangkan
pelaksanaan prosedur kerja guna kelancaran
PDT. Selain itu, mengajukan pemenuhan
pengawakan organisasi PMPP TNI untuk
kebutuhan instruktur PDT dan tenaga pelaksana
lain serta menyiapkan dan memelihara kesiapan
fasilitas PMPP TNI guna keperluan PDT. Sasaran
proja bidang Denma adalah terwujudnya
pelaksanaan tugas bidang Denma dalam rangka
mendukung perencanaan, penyiapan dan
pelaksanaan PDT di PMPP TNI secara efektif
dan efisien.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 53
Perencanaan dan penyiapan materi pelatihan yang dilakukan PMPP
TNI secara tidak langsung telah mendorong dan mendukung pengembangan
peran serta partisipasi Indonesia untuk perdamaian dunia. Terkait visi
tersebut, PMPP TNI telah menyusun misi yaitu membentuk pasukan
pemelihara perdamaian Indonesia yang mampu melakukan tugas dan
tanggung jawab secara profesional sesuai dengan standar dan aturan PBB
serta mendukung PKO yang melibatkan pasukan pemelihara perdamaian
Indonesia didalamnya hingga mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan
misi dan waktu yang ditentukan oleh mandat Dewan Keamanan PBB.
Kebutuhan akan pasukan pemelihara perdamaian TNI untuk PKO PBB
dalam jumlah besar memberikan konsekuensi penyiapan personel yang tidak
hanya secara kuantitas tapi juga kualitas. Peran PMPP TNI melalui PDT
sangat signifikan dalam program pengembangan kapasitas (kemampuan),
untuk menciptakan pasukan pemelihara perdamaian Indonesia yang
memenuhi standar PBB dan profesional dalam melaksanakan tugas PKO
multidimensional PBB di daerah operasi.
Hal itu dikuatkan dengan pernyataan salah seorang (I-1) yang pernah
bertugas di UN Mission in Democratic Republic of Congo (MONUC) tentang
perencanaan PDT yang membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan
kebutuhan PKO yang bersifat multidimensional:
“...perencanaan PDT di PMPP TNI pada awalnya mengacu pada
Standardized GenericTraining Module atau SGTM, seiring dengan
perkembangan dan sifat kebutuhannya, kemudian menggunakan Core
Predeployment Training Module atau CPTM untuk materi pokoknya. PDT ya sudahlah cukuplah! Kalaupun mau nambah lebih kepada
perwiranya. Kontigen kita tidak bisa menuntut terlalu banyak. Karena
mereka sudah beragam dan jumlahnya lebih besar dan tidak mungkin
dilatih dalam sesaat. Tapi kalau perwira itu harus minimal bahasa inggrisnya, kemudian ya otomatis pengetahuan tentang ini ya harus. Kemudian ya itu lebih kepada kesiapan personelnya lebih kepada
rekruitmennnya. Ya kalau personel mah kita bisa ya ship-ship-an dan ini juga tidak ada keluhan. Ya lebih meningkatkan kemampuan bahasa
inggrisnya. Karena kalau bahasa inggrisnya memadai pada saat diskusi bisa inform dan nalar banyak, tetapi kalau kita datang cuma diam saja
kan dapatnya dikit gitu loh!....”. (4 Oktober 2016).
Keterangan tersebut secara umum menunjukkan mengenai langkah
PMPP TNI terhadap kebutuhan PDT berupa penyesuaian perencanaan
pelatihan bagi semua personel pasukan pemelihara perdamaian militer mulai
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 54
dari Milobs, Milstaf, Komandan satuan hingga anak buah sebagai pelaksana.
Beberapa pelatihan menunjukkan terkait dengan PDT yang pernah
diberikan, seperti Satgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-K dari tanggal 26
September hingga 26 Oktober 2016, PMPP TNI tengah berupaya menjawab
tantangan multidimensional PKO. Peran lembaga lain sebagai aktor dalam
PKO seperti ICRC (International Committee of the Red Cross) telah dilibatkan
aktif untuk membantu memberikan latar belakang pengetahuan khususnya
Hukum Humaniter Internasional (IHL) dan Undang-Undang Hak Asasi
Manusia. Kerjasama dengan aktor PKO lain tersebut bertujuan untuk
meningkatkan pembangunan kapasitas pasukan pemelihara perdamaian TNI
di bidang multidimensional PKO. Pentingnya interaksi antar aktor yang
bersama-sama bertugas di daerah misi PBB seperti ICRC adalah untuk
menjawab tantangan Pasukan pemelihara Perdamaian untuk
Multidimensional PKO. Salah satunya adalah kebutuhan koordinasi antar
pribadi dan antar kelompok. Interaksi antar aktor di lapangan tidak dapat
dihindari dan justru perlu digunakan sebagai peluang untuk mencapai
keberhasilan misi. Atau juga interaksi antara penduduk lokal demi
keberhasilan misi, seperti yang penulis lakukan selama di daerah misi
Lebanon Selatan, tanpa interaksi dengan masyarakat lokal mustahil
keberadaan misi PBB diterima oleh masyarakat lokal, seperti yang
dikemukakan anggota Civil Defense sebuah organisasi yang berafiliasi
dengan Hezbollah, Abbas Awada “After i hospitalize i went back to At taybe,
and found the valley change into crater (UNP 7-1 Mako Kontingen Garuda
adalah yang dimaksud) Spanish Askar stay there, but they make many
problem with people, Garuda come in November 2006, and saya like
Garuda”.
Sejak diresmikan PMPP TNI selalu melihat berbagai tantangan kedepan
dan melanjutkan ke arah perubahan secara bertahap untuk memenuhi
persyaratan tugas. Beberapa perubahan yang dilakukan meliputi validasi
organisasi dan up-dating metode pelatihan yang disesuaikan dengan
kebutuhan misi multidimensi. Selain itu, PMPP TNI telah melakukan berbagai
pelatihan PDT sampai sekarang bersama dengan mitra misi lainnya seperti
ICRC dan UNHCR. Pihak-pihak tersebut selalu dilibatkan dalam pemberian
pembekalan bagi pasukan pemelihara perdamaian TNI yang akan dikirim ke
misi PKO PBB. Alhasil, manfaat dari pembekalan ini dapat dirasakan oleh
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 55
pasukan pemelihara perdamaian pada saat berada di daerah operasi, di
mana semua personel pasukan pemelihara perdamaian memahami apa yang
perlu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya.
Salah satu contoh dalam misi PBB yang menunjukkan nilai positif dari
kontribusi pelaksanaan PDT di PMPP TNI dalam peningkatan kemampuan
pasukan pemelihara perdamaian adalah kasus di Kongo. Personel Kompi
Zeni KONGA XX-H/MONUSCO berhasil menghentikan upaya perampokan
bersenjata di jalan raya dari Dungu-Faradje pada tanggal 25 dan 26 April
2011. Insiden tersebut adalah contoh dari peningkatan kualitas pasukan
pemelihara perdamaian TNI (Laporan khusus dari Kompi Zeni KONGA XX-
H/MONUSCO tanggal 26 April 2011). Pencapaian prestasi tersebut membuat
kepercayaan internasional kepada Indonesia meningkat. Hal ini ditandai
dengan penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Regional PBB
bulan Maret 2011 dan Asia Pacific PKC Commander Conference di Jakarta
Juli 2011. Prestasi tersebut bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan,
melainkan melalui proses yang dipersiapkan sebelumnya. Keberhasilan
pasukan TNI di Kongo merupakan hasil dari profesionalisme para prajurit
yang telah menerima materi pembekalan dari PDT, sehingga mereka
mengerti apa yang perlu dilakukan ketika dihadapkan dengan masalah yang
rumit seperti yang disebutkan di atas. Pentingnya penyampaian materi aturan
pelibatan (ROE) dan Hukum Konflik Bersenjata (Law of Arm Conflict) yang
disampaikan selama PDT oleh PMPP TNI bersama ICRC terlihat pada
pelaksanaan perlindungan terhadap warga sipil dan penerapan hukum
seperti kedua kejadian diatas. Berikut tabel yang menggambarkan lingkup
dalam perencanaan dan penyiapan PDT:
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 56
Tabel 4.2 Perencanaan dan Penyiapan PDT
NO SATKER KEGIATAN
TINGKAT STRATEGIS
1. KEMHAN - Menyusun konsep Perpres, konsep Keppres, dan konsep
Permenhan, serta konsep Dukungan Anggaran penyiapan
(baik pengadaan peralatan maupun pelatihannya/PDT)
untuk setiap pengiriman Satgas baru PKO TNI NO SATKER KEGIATAN
2. KEMLU - Menyusun konsep dan mengusulkan kebijakan pemerintah
terkait peran Indonesia pada perdamaian internasional untuk dibicarakan pada pertemuan tingkat Dirjen di TKMPP. Hasil pertemuan ini sebagai gambaran untuk
perencanaan awal PDT di PMPP TNI.
3. Mabes
TNI
- Memberikan saran pada pertemuan tingkat Dirjen di
TKMPP terkait kesiapan TNI untuk dilibatkan pada PKO
PBB. Hasil pertemuan ini digunakan sebagai gambaran
untuk perencanaan awal PDT di PMPP TNI.
TINGKAT OPERASIONAL
1. Mabes
TNI - Menindaklanjuti hasil keputusan Pemerintah tentang
pelibatan TNI pada PKO PBB
- Menginstruksikan kepada PMPP TNI dan ketiga matra
untuk menyiapkan segala sesuatu yang terkait dengan
persiapan PDT guna peningkatan kemampuan perorangan
maupun satuan secara profesional dalam menghadapi tugas PKO PBB.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 57
2. Ditbinren
ops
PMPP
TNI
- Mempelajari keputusan pemerintah dan intruksi Mabes TNI tentang pelibatan TNI dalam misi PKO PBB. - Merencanakan dan menyusun jadual kegiatan umum
PMPP TNI secara sistematis agar pelaksanaan PDT
berjalan lancar. - Melaksanakan seleksi calon pasukan pemelihara
perdamaian TNI
3. Ditbinlat PMPP
TNI
- Mempelajari keputusan tentang pelibatan TNI dalam misi PBB melalui persetujuan Pemerintah RI. - Mempelajari mekanisme PKO misi tujuan
- Mempelajari Mandat PBB untuk misi tujuan
- Mempelajari SOP dan RoE misi tujuan
- Menyelenggarakan kegiatan evaluasi kurikulum, materi, perencanaan dan pelaksanaan program PDT yang lalu
- Memberi saran dan pertimbangan kepada Komandan
PMPP TNI atas evaluasi PDT yang telah dilaksanakan. - Menyusun program kerja dan anggaran untuk
perencanaan, pembinaan dan evaluasi latihan PDT
selanjutnya
- Menyiapkan kurikulum PDT
- Menyiapkan bahan ajaran PDT sesuai kriteria/standar PBB
- Merencanakan program/jadual PDT bagi personel/ kontingen yang akan melaksanakan tugas operasi pemeliharaan perdamaian dunia
- Menyiapkan personel instruktur dan pendukung latihan. NO SATKER KEGIATAN
4. Satlat PMPP
TNI
- Mempelajari dan memahami perencanaan dan segala
piranti lunak yang telah disusun Ditbinlat untuk persiapan
PDT
- Secara paralel dengan kegiatan Ditbinlat merencanakan
dan menyiapkan kebutuhan sarana latihan PDT
berkoordinasi dengan Komandan Denma PMPP TNI.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 58
Sumber: diolah peneliti
Deployment Training PKO Indonesia
Pre Deployment Training yang dilaksanakan di PMPP TNI ini harus
mampu menjawab semua kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang
akan dihadapi dilapangan selama melaksanankan tugas operasi di Lebanon
Selatan. Oleh karena itu, materi yang diberikan oleh para pelatih di PMPP
TNI, selain berpedoman pada Core Pre Deployment Training (CPTM) yang
telah menjadi standar dalam pelatihan Pre Deployment Training
5. Ditbinmin
log
PMPP
TNI
- Mempelajari keputusan pemerintah dan intruksi Mabes TNI tentang pelibatan TNI dalam misi PKO PBB. - Mempelajari dan memahami perencanaan dan segala
piranti lunak yang telah disusun Ditbinlat untuk persiapan
PDT
- Merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan
menyiapkan data/informasi tentang kebutuhan administrasi dan dukungan logistik bagi personel/ kontingen sesuai dengan kondisi daerah operasi. - Menyusun program kerja dan anggaran dalam mendukung
perencanaan & persiapan PDT
- Menyiapkan dukungan legalitas aspek hukum untuk
perencanaan penyiapan PDT dan misi pemeliharaan
perdamaian. - Menyiapkan segala dukungan administrasi dan logistik
untuk PDT
6. Ditbin
kersinfo
PMPP
TNI
- Mempelajari dan memahami perencanaan dan segala
piranti lunak yang telah disusun Ditbinlat untuk persiapan
PDT
- Memberikan saran dan pertimbangan kepada Komandan
PMPP TNI dalam perencanaan dan persiapan PDT (terkait kerjasama dengan PKTC negara sahabat guna pertukaran
instruktur untuk PDT)
7. Denma
PMPP
TNI
- Mempelajari serta memahami perencanaan dan segala
piranti lunak yang telah disusun Ditbinlat untuk persiapan
PDT
- Menyiapkan dukungan terkait perencanaan PDT di PMPP
TNI - Mengajukan pemenuhan pengawakan organisasi PMPP
TNI (kebutuhan instruktur PDT dan tenaga pelaksana lain)
- Menyiapkan dan memelihara kesiapan fasilitas PMPP TNI guna keperluan PDT.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 59
dilingkungan PBB, perlu juga diaplikasikan dengan pengalaman pengalaman
yang diberikan para pelatih yang seluruhnya sudah pernah melaksanakan
misi di Lebanon Selatan. Sehingga diharapkan seluruh materi yang diberikan
bersifat aplikatif yang disesuaikan dengan situasi terakhir/ Current Situation
yang telah di Update serta pengalaman para pelatih yang merupakan prajurit
Veteran Garuda selama mereka melaksanakan tugas operasi sebagai
pasukan Garuda di daerah Lebanon, sehingga para peserta Pre Deployment
Training dapat mengetahui setiap perkembangan situasi dan langkah yang
harus diambil tanpa keluar dari aturan PBB.
4.2.2.1 Pembelajaran yang diperoleh dalam Pre Deployment Training
Pelaksanaan Pre Deployment Training memiliki dampak yang
signifikan dalam pelaksanaan tugas. Artinya personel mendapat
pembelajaran dalam berkomunikasi yang baik dan efektif dengan gaya yang
dapat diterapkan. Pembelajaran yang didapat adalah mulai dari pembelajaran
tentang bahasa baik bahasa Inggris maupun bahasa Arab, budaya lokal dan
internasional walaupun didalam pelaksanaannya masih dirasa masih sangat
kurang. Pelaksanaan Pre Deployment Training yang berdampak pada
pembelajaran yang masih dirasa kurang tidak terlepas pada anggaran, waktu
penugasan dengan melihat kebijakan TNI akan alokasi penempatan personel
dan kebijakan politik dari dalam dan luar negeri.
Pelatihan yang dilakukan di PMPP TNI berdasaran sistem dan
mekanisme yang mengacu pada kebijakan PBB. Pembelajaran yang
dilakukan akan sama dengan pasukan perdamaian dari negara lain. Artinya
dalam pembelajaran di PMPP TNI berdasarkan sistem, materi dan waktu
yang ditentukan oleh PBB yang diharapkan dapat diterapkan pada lapangan
penugasan.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 60
Pembelajaran yang diperoleh pada Pre Deployment Training diyakini
sangat berguna bagi personel Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia, tetapi
hal tersebut dirasa perlu perlu ditingkatkan untuk signifikan hasilnya. Hal
tersebut didukung dengan peningkatan dari Pre Deployment Training yang
dilaksanakan.
4.2.2.2 Peningkatan Pengetahuan
Dari pelaksanaan Pre Deployment Training yang dilakukan maka
diperoleh pengetahuan dalam menjalankan tugas dilokasi tugas dan
berinteraksi dengan pasukan perdamaian dari negara lain.Wujud peningkatan
pengetahuan tersebut seperti beberapa kata atau kalimat dari bahasa lokal,
internasional. Mengingat berkomunikasi menggunakan bahasa maka
pengetahuan akan bahasa lokal tempat bertugas atau interaksi dengan
pasukan perdamaian dari negara lain.
4.2.2.3 Sikap dan Keterampilan
Personel dalam Pre Deployment Training mendapatkan peningkatan
dalam bersikap dan keterampilan dalam berkomunikasi lintas budaya. Sikap
yang baik dan keterampilan sebagai pasukan perdamaian dibutuhkan dalam
pencapaian pelakasanaan tugas perdamaian melalui komunikasi lintas
budaya. Hal nyata yang menjadi fakta bahwa sikap dan keterampilan dalam
berkomunikasi lintas budaya tersebut belum maksimal didasarkan pada
pengetahuan yang dimiliki oleh personel masih dirasa kurang. Tentu hal
tersebut berkaitan dengan penyelenggaraan dari Pre Deployment Training
yang dilakukan. Penyelenggaraan Pre Deployment Training dirasa kurang
maksimal secara materi dan waktu hal-hal tersebut tidak terlepas dari
keterbatasan anggaran dan waktu program yang ditetapkan oleh PBB.
Salah satu tolak ukur dari pelaksanaan Pre Deployment Training
dalam mendukung keterampilan komunikasi lintas budaya dari personel
dimana dalam pelaksanaan tugas masih menggunakan jasa interpreter yang
cukup banyak. Artinya keterampilan yang belum maksimal dari personel
Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL belum mampu menekan penggunaan jasa
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 61
intepreter secara jumlah. Keterbatasan keterampilan berkomunikasi lintas
budaya tersebut dapat disiasati atau di solusikan dengan sikap berinteraksi
dari personel yang mendapat pengakuan ramah dan lebih interaktif sehingga
berdampak padda penerimaan masyarakat Lebanon.
4.2.2.4 Meningkatkan Kompetensi
Dari peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan dari personel
dalam pelaksanaan Pre Deployment Training berdampak pada peningkatan
kompetensi yang dimiliki oleh personel secara individu dan TNI secara
organisasi. Peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh personel secara
individu dan satuan berdampak pada kepercayaan diri dalam menjalankan
tugas. Kepercayaan diri tersebut tentunya akan berdampak dan dapat
menunjang motivasi personel dan satuan untuk menampilkan performa kerja
dalam menjalankan tugas. Kepercayaan diri dan motivasi tersebut akan
menunjang kembali kompetensi TNI sebaga pasukan perdamaian dunia
berdasarkan profesionalisme dan kemampuan.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pre Deployment Training Pasukan Peacekeeper
Menurut UN Peacekeeping Training Manual (1997), pemahaman
tentang Pre Deployment Training atau pelatihan sebelum penempatan ke
daerah operasi bagi pasukan pemelihara perdamaian adalah sebagai berikut:
Certain specialized training will be required to be completed by military
personnel, ideally before commencing service with a PKO. This type of
training may not always be possible during predeployment training due
to lack of relevant equipment/ facilities in the contributing country. In
this situation some training will be possible after arrival in the PKO’s
area of operations but it is emphasized that this will be the exception
rather than the rule.(hal.68).
Selain itu profil dasar bagi Prajurit Penjaga Perdamaian Dunia yang
akan melaksanakan misi sebelum melaksanakan pelatihan atau training
adalah sebagai berikut:
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 62
“A peacekeeper should capable of interoperating in a conflict or post-
conflict area within a multinational and multidisciplinary environment,
respectful of different cultures and guided by deep understanding of
UN principles and of professional ethics, able to avoid conflict-
escalation while ready to cope with it, and have a capacity for de
escalation. In addition, as pointed out by General VP Malik at the New
Delhi Seminar, a peacekeeper should have certain personality traits
such as high morale, flexibility, autonomy, and initiative, tact, patience
and diplomacy.” (Eldaners Gorab.2002).
Dengan melihat penjelasan dari data-data diatas, maka profil dari
Pasukan Penjaga Perdamaian (Peacekeepers) dapat digambarkan dalam
tabel sebagai berikut:
Gambar 4.7
Profil Pasukan Penjaga Perdamaian
Sumber : Concluding Report 1997-2002, Challenges of Peace Operations into the 21 st
Century, Eldaners Gorab, Stockholm, Sweden, 2002
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 63
Melalui Profil ideal Pasukan Penjaga Perdamaian yang telah
digambarkan diatas, maka sangat diharapkan setiap Prajurit Penjaga
Perdamaian dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan tepat sasaran.
Selain itu, tingkat efektivitas komunikasi lintas budaya yang dilakukan
oleh Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL tidak terlepas dari pelaksanaan Pre
Deployment Training. Artinya sejauh mana pelaksanaan Pre Deployment
Training mempengaruhi komunikasi lintas budaya yang dilakukan oleh
personel Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL. Tingkat efektivitas komunikasi lintas
budaya yang secara garis besar telah baik seharusnya dapat dioptimalkan
lagi. Pengoptimalan pelaksanaan juga dilakukan pada pelaksanaan Pre
Deployment Training tetapi pengoptimalan tersebut terganjal dengan
kendala-kendala yang dihadapi seperti kualitas personel dari sisi tingkat
pendidikan, keterbatasan waktu dan keterbatasan penyampain materi. Harus
diakui tingkat pendidikan yang ada pada prajurit masih rendah sehingga
berdampak pada tingkat penyerapan ilmu dalam transfer knowledge yang
dilakukan didalam proses belajar mengajar. Tingkat pendidikan rendah
sedikit banyak akan menghambat terjadinya peningkatan pengetahuan dari
prajurit. Jika kita mengeyampingkan faktor tingkat pendidikan maka apakah
pelaksanaan Pre Deployment Training dapat dengan cepat mengakselarasi
kemampuan personel dalam melakukan komunikasi lintas budaya. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa internasional. Kemudian
keterbatasan waktu juga menjadi kendala atau hambatan yang dihadapi
selama ini. Jadwal yang begitu padat sehingga memadatkan kegiatan
khususnya dalam materi komunikasi lintas budaya. Sebagai contoh pelatihan
bahasa asing yang dirasa relatif singkat pelajarannya yaitu dua jam dalam
sekali pertemuan dan seminggu hanya dua kali pertemuan. Penyampaian
materi didalam pelatihan juga terkesan tergesa-gesa dan lompat-lompat
tanpa fase-fase yang harus dilalui. Hal ini akan memadatkan materi yang
dilakukan dalam proses latihan dan hal ini akan sulit diikuti dengan latar
belakang pendidikan personel yang rendah.
Maka dalam pelaksanaan Pre Deployment Training ada beberapa poin
yang didapatkan gambaran, yaitu:
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 64
1. Proses pembelajaran yang tidak maksimal sehingga tidak mendukung
optimalisasi komunikasi lintas budaya yang dilakukan oleh personel
Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL. Proses belajar terkendala faktor
pendidikan personel yang rendah, waktu dan pemadatan materi.
2. Pre Deployment Training memang meningkatkan pengetahuan tetapi
tidak mencapai pada hasil yang maksimal.
3. Penunjukkan sikap dari personel Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL tidak
hanya sumbangsih dari Pre Deployment Training tetapi latar budaya
Indonesia yang ramah sehingga penerimaan dari mayarakat Lebanon
Selatan tidak menjadi masalah. Sikap budaya yang telah dimiliki oleh
personel Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL mendapatkan peningkatan
dari Pre Deployment Training. Dan berbicara keterampilan sama
dengan pepegetahuan dimana tidak mencapai pada hasil yang
maksimal.
4. Pre Deployment training memang meningkatkan kompetensi personel
Satgas Garuda XXIII-J/UNIFIL tetapi pada tingkat sejauhmana. Artinya
kompetensi seharusnya dapat ditingkatkan kembali jika ada solusi atas
kendala-kendala yang dihadapi.
Jika sasaran dilaksanakannya Pre Deployment Training adalah
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan personel Satgas Garuda XXIII-
J/UNIFIL meliputi materi pengantar, materi pokok (CPTM), materi teknis dan
materi pendukung serta mampu mengaplikasikannya di daerah operasi,
sebagai berikut: pertama, pengetahuan, dimana terdiri dari menguasai materi
pengantar, menguasai materi pokok, menguasai materi teknis dan
menguasai materi pendukung. Kedua, keterampilan, terdiri dari mahir
mengaplikasikan materi pokok, mahir mengaplikasikan materi teknis dan
mahir mengaplikasikan materi pendukung. Maka pendekatan komunikasi
lintas budaya pada Pre Deployment Training juga merupakan bagian dari
tujuan peningkatan dan keterampilan yang ingin dicapai. Selain itu juga
pendekatan komunikasi lintas budaya sebagai suksesi pelaksanaan tugas
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 65
pokok yang dilatihkan sebelumnya. Artinya pendekatan komunikasi lintas
budaya memiliki peran sebagai substansi materi dan suksesi pelaksanaan
tugas yang dilatih sebelumnya.
Pre Deployment Training dalam menjalankan tugas misi perdamaian
dimana sudah mengadopsi atau berorientasi pada prinsip umum resolusi
konflik yaitu ”Don’t fight, solve the problem”. Maka metode mengakhiri konflik,
yakni:
1. Menghindari konflik adalah menawarkan sebuah kemungkinan pilihan
sebagai jawaban terbaik.
2. Menaklukkan atau mengeliminasi konflik adalah proses pengerahan
semua kekuatan untuk mengaplikasikan strategi perlawanan terhadap
konflik yang terjadi dalam komunitas, dengan mengajukan program
penyelesaian baru yang belum pasti diakui oleh satu pihak.
3. Mengakhiri konflik melalui prosedur rekonsiliasi atau kompromi adalah
metode umum yang terbaik dan paling cepat untuk mengakhiri konflik.
Dalam pelaksanaan Pre Deployment Training sudah mengindentifikasi,
menganalisa dan mencari solusi atas beberapa hambatan dalam
berkomunikasi dengan berbagai pihak di lokasi penugasan. Hambatan-
Hambatan dalam Komunikasi Antar budaya terjadi karena alasan yang
bermacam-macam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan
sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka hambatan-
hambatan tersebut dapat terjadi dari semua pihak antara lain :
1. Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi. Masalah komunikasi
sering terjadi karena alasan dan motivasi untuk berkomunikasi yang
berbeda-beda, dalam situasi antarbudaya perbedaan ini dapat
menimbulkan masalah.
2. Etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan
persepsi terhadap hal-hal disekelilingnya adalah satu-satunya yang
paling tepat dan benar, padahal harus disadari bahwa setiap orang
memiliki sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa yang dianggapnya
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 66
baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang lain. Etnosentrisme
cenderung menganggap rendah orang-orang yang dianggap asing dan
memandang budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri karena
etnosentrisme biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan
diwujudkan pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal
usulnya.
3. Tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus, komunikasi
antarbudaya merupakan peristiwa pertukaran informasi yang peka
terhadap kemungkinan terdapatnya ketidak percayaan antara pihak-
pihak yang terlibat.
4. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak
secara psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi.
Ada dugaan bahwa macam-macam perkembangan saat ini antara lain
perasaan-perasaan orang untuk menarik diri dan apatis semakin
banyak pula.
5. Tidak adanya empati, beberapa hal yang menghambat empati antara
lain:
a. Fokus terhadap diri sendiri secara terus menerus, sulit untuk
memusatkan perhatian pada orang lain kalau kita berpikir tentang
diri kita secara terus menerus dan bagaimana orang menyukai
kita.
b. Pandangan-pandangan stereotype mengenai ras dan
kebudayaan
c. Kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang
tertentu.
d. Tingkah laku yang menjauhkan orang mengungkapakan
informasi
e. Tindakan atau ucapan yang seolah-olah menilai orang lain
f. Sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau
mengungkapkan diri
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 67
g. Sikap superior
h. Sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok
tahu atau bersikap seolah-olah serba tahu maka kemungkinan
orang akan bersikap defensif terhadapnya
i. Kekuasaan-kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau
menentukan tindakan orang lain
j. Hambatan derajat kesamaan atau ketidaksamaan (homofily atau
heterofily), hambatan komunikasi antarbudaya dapat ditimbulkan
oleh masalah prinsip-prinsip komunikasi yang ditetapkan pada
konteks kebudayaan yaitu tidak memahami, menyadari atau
memanfaatkan derajat kesamaan atau perbedaan kepercayaan,
nilai-nilai, sikap, pendidikan, status sosial anatara komunikator
dan komunikan.
Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya, hambatan ini
terjadi dalam suatu proses akulturasi yang berlangsung antara imigran
dengan masyarakat pribumi. Masalah umum yang sering timbul adalah
hambatan stereotype dan prasangka yang biasanya berkembang sejak
semula pada saat kita melalui komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi
massa.
4.3.2. Hasil Pemberian Materi Inti PDT bagi Peacekeeper
Terkait dengan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka dapat
diketahui bahwa dalam rangka proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan
dan hasil pemberian materi bagi peacekeeper PMPP TNI membutuhkan
berbagai aspek pendukungnya agar tujuan dari pelatihan dapat tercapai
secara optimal. Lalu dalam rangka mencapai keberhasilan operasinya, PBB
melalui UN ITS telah merancang, menyusun dan mensosialisasikan The Four
Steps United Nations Pre-deployment Training Theory yang berisi tahap-
tahap seperti gambar berikut :
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 68
Gambar 4.8
The Ideal Activities for a UN Infantry Battalion PDT
Pertama, “the greening phase”, yaitu masa untuk “menghijaukan”
personel peacekeeper TNI yang akan mengikuti PDT. Kebijakan di Indonesia
bahwa tahap ini bukan menjadi tanggung jawab PMPP TNI, namun lebih
merupakan tanggung jawab Satuan Pasukan Induk (Main Body) dari
kontingen pasukan pemelihara perdamaian TNI. Seluruh personel
peacekeeper TNI mengikuti pelatihan refreshing di kesatuannya tentang
teknik dasar dan keterampilan taktis infanteri sebagai militer yang dapat
diaplikasikan untuk misi PKO. Seluruh peacekeeper TNI yang mengikuti
pelatihan tahap pertama ini diharapkan personel yang memenuhi syarat dan
telah lulus rekrutmen/seleksi peacekeeper TNI yang dilaksanakan oleh PMPP
TNI berdasarkan standar PBB.
Kendala yang ditemui PMPP TNI bahwa kemampuan para peacekeeper
TNI variatif karena main body pasukan pemelihara perdamaian TNI bukan
hasil seleksi perorangan namun lebih merupakan hasil seleksi satuan
setingkat batalyon TNI AD (pemenang lomba Binsat). Kondisi demikian pada
satu sisi kurang menguntungkan karena semua personel disamakan
statusnya, sementara pada kenyataannya memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, sehingga berakibat pada pelaksanaan PDT tidak optimal.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 69
Terlebih lagi bahwa dalam pelaksanaan tugas dapat menimbulkan persepsi
yang berbeda dan beresiko menurunkan kapabilitas satuan tersebut.
Kedua, “the blueing phase”, yaitu masa untuk “membirukan” personel
peacekeeper TNI yang mengikuti PDT di PMPP TNI. Pada tahap ini materi
pembekalan dan latihan mengenai kemampuan dan keterampilan dasar
sebagai pasukan pemelihara perdamaian TNI untuk misi PKO PBB diberikan.
Komandan batalyon, perwira staf dan pelatih menghadiri Training of Trainer
(ToT) yang dilakukan oleh PMPP TNI. Materi dalam ToT termasuk di
dalamnya adalah UN CPTM untuk Komandan, Perwira Staf Batalyon Infanteri
Mekanis. Hingga saat ini ToT sudah rutin diselenggarakan di PMPP TNI
karena sudah termasuk dalam program kerja sehingga sudah tersedia
anggarannya. Namun dalam pelaksanaan ToT juga belum optimal karena
bentuk kontingen pasukan yang komposit (tersusun atas tiga matra) sehingga
masih terpencar untuk kembali ke satuan masing-masing setelah
pelaksanaan ToT. Namun demikian, pelaksanaan ToT tetap memberi
manfaat kepada para perwira yang akan bertugas untuk mengarahkan
anggotanya pada CPX nanti sebelum berangkat ke daerah operasi. Mereka
mengetahui lebih dahulu tentang misi PKO daripada anggotanya sehingga
dapat mempelajari secara mandiri dan fokus. Diharapkan mereka mampu
menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada para anggotanya tentang
misi yang akan dilaksanakan bersama mereka.
Setelah mengetahui secara baik atas semua materi ToT, para
Komandan dan perwira staf selanjutnya dibekali kembali dengan Command
Post Exercise (CPX/pelatihan gladi posko) untuk membiasakan mereka
dalam bertindak dan menghadapi berbagai situasi yang sewaktu-waktu
muncul di lapangan. Semua unsur kelompok komando dan perwira staf
Batalyon Infanteri mekanis TNI wajib berpartisipasi dalam CPX di PMPP TNI.
Pelaksanaan CPX di PMPP TNI belum optimal karena kebijakan yang
menyebutkan hanya diikuti oleh personel TNI yang berdomisili di Jakarta dan
Bandung. Selain itu, kembali lagi permasalahan komunikasi dalam bahasa
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 70
official misi (bahasa Inggris), bahwa tidak semua perwira Batalyon memiliki
kemampuan berbahasa Inggris yang merata. Fakta di lapangan membuktikan
bahwa kelancaran dalam berkomunikasi merupakan salah satu kunci utama
keberhasilan misi. Tanpa kemampuan komunikasi yang baik, peacekeeper
TNI tidak dapat menangkap maksud perintah dari komando atas, apalagi
untuk mengutarakan maksudnya dalam bahasa official misi.
Terkait pelaksanaan CPX di PMPP TNI, pihak penyelenggara PDT telah
berusaha mencari dan menugaskan para instruktur yang profesional dan
berpengalaman untuk membekali dan melatih para calon peacekeeper
barunya. Materi yang diberikan para instruktur terdapat dalam naskah “UN
training to all personnel” (didalamnya termasuk CPTM dan United Nations
Infantry Battalion Manual/UNIBAM). Namun demikian, kembali terdapat
instruktur dan cadangannya yang mendapatkan tugas mendadak dari
satuannya sehingga perlu waktu untuk mendapatkan instruktur pengganti.
Selanjutnya setelah CPX di PMPP TNI selesai, para peserta kembali ke
kesatuannya masing-masing. Mereka diharapkan dapat memberikan materi
CPX yang diperoleh kepada para anak buahnya agar mengetahui,
mempelajari dan memahaminya. Hal itu hanya terjadi untuk peacekeeper dari
Matra Darat, sedangkan untuk peacekeeper matra Laut dan Udara tidak
mendapatkannya karena posisi yang menyebar dan terpisah-pisah.
Diperlukan pemikiran strategis untuk membuat kebijakan terkait hal ini,
karena tanpa kebijakan baru tentang pelaksanaan PDT menjadi kurang
optimal.
Hal-hal diatas merupakan pelaksanaan ToT dan CPX yang sedang
berjalan saat ini beserta kendala yang dihadapi. Kendala-kendala tersebut
mengurangi performa dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evalusai di
PMPP TNI sehingga menjadi kurang optimal. Pada akhirnya pelaksanaan
ToT dan CPX dapat berjalan sesuai rencana namun hasilnya tidak sesuai
dengan target yag diharapkan.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 71
Ketiga, bentuk pelatihan dan materi STM yang diberikan. STM
merupakan materi yang secara spesifik sudah terfokus untuk semua hal yang
akan ditemui di daerah tujuan operasi. Pembekalan dan pelatihan
dikhususkan untuk peningkatan semua bentuk kemampuan dan keterampilan
yang dibutuhkan peacekeeper TNI di daerah penugasan. Pembekalan dan
pelatihan berbasis skenario untuk unit dan sub-sub unit di bawahnya
merupakan bentuk pelatihan yang sangat efektif.
Salah satu contoh bentuk skenario yang diberikan dan dilatihkan adalah
contoh bentuk skenario yang diberikan dan dilatihkan adalah misi PKO
tradisional United Nations Mission Force Interim in Lebanon (UNIFIL). Dalam
skenario misi tersebut, berbagai kasus/kejadian dibuat oleh para pelatih yang
profesional dan berpengalaman. Setelah semua materi pelatihan terkait misi
termasuk situasi terakhir UNIFIL, UNIFIL ROE, UNIFIL Operation Order dan
Fragmentation Order harus dikuasai, kemudian dilanjutkan kembali dengan
pemberian skenario UNIFIL CPX, serta misi PKO multidimensional United
Nations Mission in Darfur (UNAMID). Dalam skenario misi tersebut, berbagai
kasus/kejadian dibuat oleh para pelatih yang profesional dan berpengalaman.
Setelah semua materi pelatihan terkait misi termasuk situasi terakhir
UNAMID, UNAMID ROE, UNAMID Force Commander Directives dikuasai,
kemudian dilanjutkan kembali dengan pemberian skenario UNAMID CPX.
Para komandan, perwira staf dan personel kunci dilatih untuk memahami
situasi, bereaksi dan bertindak sesuai ketentuan misi yang berlaku. Materi
CPX pada tahap kedua diulang kembali sehingga pada tahap ketiga ini
merupakan refreshing ataupun untuk melatih refleks berpikir terhadap setiap
kejadian di lapangan.
Kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam CPX ini adalah
kemampuan komunikasi dan ketepatan dalam mengambil keputusan maupun
memberikan instruksi yang tepat dan cepat. Fakta di lapangan
menggambarkan bahwa masih diperlukan peningkatan signifikan terhadap
kemampuan para peacekeeper TNI sebelum mereka diterjunkan ke daerah
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 72
misi. Kemampuan memahami perintah maupun dokumen tertulis dalam
bahasa Inggris masih menjadi domain dalam kebutuhan pokok sebuah misi
PKO.
Keempat, pengujian. Setelah semua selesai diberikan maka unsur-
unsur peserta PDT mulai dari Komandan hingga pelaksana diuji dalam
bentuk Field Training Exercise (FTX) berdasarkan modul spesifik tentang misi
yang dituju. Pada umumnya pelaku memiliki semangat tinggi dalam
melaksanakan latihan. Hal tersebut tampak melalui pengamatan dengan
melihat kekompakan dan antusias dalam menerima pelajaran.
Hal yang perlu mendapat perhatian selama FTX berlangsung, pertama
adalah kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris para
peacekeeper TNI rata-rata masih rendah terutama Bintara dan Tamtama
serta sebagian Perwira, ditambah antusiasme peacekeeper TNI dihadapkan
dengan materi berliteratur bahasa Inggris (CPTM dan STM) berbanding
terbalik dengan kemampuan bahasa Inggris rata-rata peacekeeper, sehingga
tingkat pemahaman pelaku terhadap materi masih rendah. Hal ini
menyebabkan kedinamisan FTX menjadi kurang optimal.
Selanjutnya, dalam penyelenggaraan FTX Satgas Batalyon Infanteri
Mekanis, kompetensi peacekeeper terutama yang menjabat sebagai
pengendara kendaraan tempur (Ranpur) perlu dipertanyakan, karena
perbedaan jenis Ranpur dengan yang digunakan di Satuan asal. Hal ini tentu
membutuhkan waktu untuk dapat dengan lancar mengendarai Ranpur jenis
baru di daerah misi. Selain itu kondisi cuaca yang ekstrim dan medan yang
berat (terjal dan curam) di daerah operasi dapat membahayakan keamanan
dan keselamatan perorangan maupun satuan.
Ketidaktersediaan alat instruksi dan alat penolong instruksi yang sesuai
dengan kebutuhan realisme latihan dan kebutuhan Satgas seperti Bendera-
bendera negara TCC serta investigation kit yang diantaranya terdiri dari Roll
Meter, Police Line, papan landasan dan lain-lain. Peralatan tersebut
diperlukan untuk mendukung realisme latihan dan tugas-tugas operasional
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 73
Satgas terutama dalam mengubah mindset dari prajurit militer menjadi
peacekeeper membentuk refleks tindakan dari peacekeeper TNI. Kebutuhan
alongins seperti munisi bekas (UXO, IED, dll) diperlukan untuk memberikan
contoh alat peraga secara visual yang mudah dipahami serta dapat
dipergunakan pada FTX. Begitupun kendaraan yang dipergunakan untuk
latihan seperti kedatangan Ranpur menjelang aplikasi yang seharusnya
datang pada saat latihan drill teknis dan taktis sehingga memudahkan dalam
pemberian instruksi dan efektifitas waktu
Dengan demikian, dari keempat tahap analisis tersebut diketahui bahwa
PMPP TNI tidak melaksanakan tahap pertama. Tahap kedua, ketiga dan
keempat dilaksanakan di PMPP TNI namun dengan beberapa pengecualian
karena pertimbangan efektifitas dan efisiensi sumber daya. Idealnya,
keempat tahap tersebut secara kolektif memerlukan durasi waktu yang lebih
lama daripada pelaksanaan PDT saat ini. Panjangnya waktu tersebut karena
esensi materi pembekalan banyak yang merupakan hal baru bagi prajurit.
Dalam mempelajari beberapa materi baru, diperlukan pendalaman dan
pemahaman materi yang membutuhkan waktu tidak sebentar agar
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Adapun penjelasan di atas.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 74
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pre Deployment Training merupakanpembelajaran yang
menjadi pegangan atau acuan dalam berkomunikasi lintas budaya
dengan masyarakat lokal. Dari pelaksanaan Pre Deployment Training
personel mendapatkan peningkatan pengetahuan dan sikap serta
keterampilan. Kemudian melalui Pre Deployment Training kompetensi
dari personel yang akan bertugas dapat meningkat.
2. Pelaksanaan pemberian materi dalam Pre Deployment Training
diberikan secara efektif oleh nara sumber yang pernah secara
langsung terjun di daerah misi dan terbagi dalam beberapa
spesialisasi dengan tujuan peacekeeper mempunyai kemampuan
dalam menjalankan misi yang bersifat multidimensional.
5.2 Saran
Dengan melihat permasalahan yang ada, untuk dapat mengoptimalkan
kemampuan personel yang akan bertugas dalam misi perdamaian melalui
Pre Deployment Training maka berikut beberapa saran dan rekomendasi:
1. Dalam pelaksanaan Pre Deployment Training ke depannya agar
menggunakan jasa pengajar asing guna meningkatkan akurasi dan
pengetahuan yang diperoleh personel Satgas dalam menggunakan
bahasa internasional (Inggris) dan bahasa lokal.
2. Agar dilaksanakan pelatihan kepribadian sebagai pendukung dalam
komunikasi personel dengan masyarakat lokal sehingga dapat
meningkatkan sikap dan perilaku personel yang dapat diterima oleh
masyarakat lokal.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 75
DAFTAR PUSTAKA
Agapitus, E. (2012). Efektifitas Predeployment Training di PMPP TNI
2007-2011. Universitas Pertahanan. Jakarta
Boot, M. (2000, Maret/April). Books & Review. Diambil 23 Desember 2011,
Bungin, M. Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Kencana: Jakarta.
Coicaud, J.M. (2008, December 28). The Future of Peacekeeping.
Diakses pada 5 September 2011, dari FPIP (Foreign Policy In
Focus): http://www.fpif.org/articles/the_future_of_peacekeeping dari
Foreign Affairs: http://www.foreignaffairs.com/articles/55875/max-
boot/paving-the-road-to-hell-the-failure-of-u-n-peacekeeping
Creswell, J. W. (2010). Research Design, Pendekaan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Diehl, F. P,. (2008). Peace Operations. Cambridge: Polity Press.
Diehl, Paul F. (1994). International Peacekeeping: Perspectiveson
Security. The John Hopkins University Press.
Durch, William, Vicetoria K. Holt, and Moira K. Shanahan (2003). The
Brahimi Report and the Future of UN Peace Operations. The Henry
L. Stimson Center. Washington, DC.
Eldaners, Gorab. (2002). Concluding Report 1997-2002, Challenges of
Peace Operations into the 21st Century, Stockholm, Sweden
Getso, Robert. Preparing Warriors to be
Peacekeepers.http://www.class.uidaho.edu/martin_archives/peace_j
ournal/Peacekeeping/Peacekeeping1.doc. diakses 17 April 2016
pukul 15.20 WIB
Handbook on UN Multidimensional Peacekeeping Operation (2007).
Hough, Leslie. (2007). A Study of Peacekeeping, Peaceenforcement and
Private Military Companies in Sierra Leone. Institute for Security
Studies. South Africa.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 76
http://www.campusadr.org/Training_Center/content/UN_Peacekeeping_St
andardized_Generic_Training_Modules_SGTM/&prev=search
diakses tanggal 2 Maret 2016
http://www.ispi.org/pdf/suggestedReading/Miller_Osinski.pdf diakses 13
Januari 2016
http://www.pcr.uu.se/research/UCDP/ diakses 20 Januari 2016
Huntington, Samuel P. (1998). The Clash of Civilizations and the
Remaking of World Order. New York: Rockerfeller Center.
Imam Edy Mulyono, M.Sc (Komandan PMPP TNI). 2012 dengan judul
“PENYELENGGARAAN LATIHAN PRATUGAS TNI DALAM
RANGKA MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN” dalam majalah
Jurnal Yudhagama. Vol 32 nomor 3 september 2012.
Ivashchenko, A. & Synytsya K. (2004). Advanced Distance learning
Information & Security. An international Journal, Vol. 14. Ukraine.
Jennifer V. Chdanler. (2005). Why Culture Matters: An Empirically-Based
Pre-Deployment Training Program, California: Naval Postgraduate
School Monterey.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia.
Kismono Hadi, Bambang dan Machmud Syafrudin. 2009. Pasukan
Penjaga Perdamaian dan Reformasi Sektor Keamanan. Jakarta:
IDSPS Press
Le Roy, Alain. (2011). The Contribution Of United Nations Peacekeeping
To Early Peacebuilding: A DPKO/DFS Strategy For Peacekeepers.
New York: UN DPKO.
Mabes TNI, (2007). Keputusan Panglima TNI No: Kep/4/I/2007 tanggal 29
Januari 2007. Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI (PMPP
TNI).
MacQueen, Norrie. (2006). Peacekeeping and the International System,
London: Routledge.
Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian Sosial: Konsep-konsep
Kunci. Jakarta : Rajawali Pers
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 77
Michael E.Brown (ed),. (1996). The International Dimension of Internal
Conflict. Cambridge: The MIT Press.
Miles, MB. & Huberman, AM. (2014). Qualitative Data Analysis. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications
Oliver, George F. (2002). The Other Side of Peacekeeping: Peace
Enforcement and Who Should Do It?. International Peacekeeping:
The Yearbook of International Peace Operations, Volume 8. New
York.
Parker Nealin J. (2009). Robust Peacekeeping: The Politics of Force. New
York, US: Center on International Cooperartion New York University.
S. Rao, Singiresu. (2009). Engineering Optimazation: Theory and
Practice. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Salmon P. M., et al. (2009) Distributed SITUATION AWARENESS:
Theory, Measurement and Application to Teamwork. Great Britain:
MPG Books Group UK.
SGTM 5 B: Cultural Awareness, www.un.org/depts/dpko/training
Stock, Christian. (2011). A Mandate Is Not Enough. The Security Council
and Peacekeeping. Berlin: Global Policy and Development.
Thakur, Ramesh. (2006) The United Nations, Peace and Security: From
Collective Security to the Responsibility to Protect. Cambridge/New
York.
The Charter of the United Nations, http://www.un.org/aboutun/charter/
diakses 25 April 2016
Tippe, Syarifudin. 2016. Ilmu Pertahanan: Sejarah, Konsep, Teori, dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Humanika.
UN Department of Public Information. Peacekeeping. New York.
UN DPKO. (2003). Handbook on United Nations Multidimensional
Peacekeeping Operations, Peacekeeping Best Practices Unit,
Department of Peacekeeping Operations. New York: UN DPKO.
UN DPKO. (2003). SGTM Standardized Generic Training Modules,
Department of Peacekeeping Operations. New York: UN DPKO.
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 78
UN PKO. (2013). Peacekeeping Fact Sheet. Diunduh dari
http://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/factsheet.s
html pada tanggal 22 Oktober 2015
UN. (2011). Charter of The United Nations. United Nations Peace and
Security, http://www.un.org/en/documents/charter/chapter1.shtml.
Diunduh tanggal 19 Juni 2016
Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara.
Undang-undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2004 tentang TNI.
United Nations Department of Peace Keeping Operations (UNDPKO) and
UN Department of Field Support (DFS). (2008). United Nations
Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines. New York:
United Nations.
United Nations. (1990). The Blue Helmets : A Review of United Nations
United Nations. (2009). UNDPKO/OMA/2009/116.
Weiss, T. G., & Kalbacher, D. Z. (2008). The United Nation. In P. D.
Williams, Security Studies : An Introduction. London and New York:
Routledge.
Winardi. (1999). Pengantar Manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
www.un.org/depts/dpko/training diakses 26 Juni 2016
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 79
Dst s.d. Hal 4...
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 80
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 81
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 82
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 83
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 84
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 85
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 86
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 87
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 88
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 89
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 90
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 91
Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 92