MONOGRAF

MONOGRAF

KEDAULATAN MARITIM DI NANGROE ACEH

DARUSSALAMPerpektif Budaya dan Pariwisata

DR. MARSETIONIDN 4703125601

UNIVERSITAS PERTAHANANSentul - Bogor, 2018

MONOGRAF KEDAULATAN DI NANGROE ACEH DARUSSALAMPerspektif Budaya dan Pariwisata

Penulis Dr. Marsetio

ISBN: ...........

Penerbit Universitas PertahananKawasan IPSC, Sentul – SukahatiCitereup – Bogor 16810Jawa BaratCetakan Pertama, April 2018

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ vi

Kedaulatan Maritim di Nangroe Aceh Darussalam:

Perpektif Budaya dan Pariwata .................................................................. 1

Abstrak ......................................................................................................... 1

1. Pendahuluan ............................................................................................. 3

2. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 6

3. Metode Penelitian .................................................................................... 22

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................... 23

5. Kesimpulan ................................................................................................. 36

Daftar Pustaka .................................................................................................. 37

Curriculum Vitae .............................................................................................. 41

vii

KATA PENGANTAR

SYUKUR Alhamdulillah pada akhirnya monograf dengan judul “Kedaulatan Maritim di Nangroe Aceh Darussalam:

Perpektif Budaya dan Pariwata” ini dapat diselesaikan pada waktunya. Sebagai hasil penelitian, monograf ini membahas kedaulatan maritim di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dilihat dari perspektif budaya dan pariwisata dengan menghadapkannya pada posisi strategis Provinsi NAD sebagai pintu masuk dari barat ke Selat Malaka. Pariwisata maritim di NAD belum tergarap maksimal sementara budaya maritim belum mampu menggerakkan minat masyarakat untuk beraktifitas di bidang kemaritiman meskipun tradisi maritim telah terbangun sejak lama di NAD.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tataran analisis deskriptif untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Kesimpulan penelitian ini adalah, pertama, keterpaduan antara jajaran pemerintah pusat dan daerah, tokoh agama, tokoh adat dan akademisi diperlukan untuk mengembangkan potensi wisata daerah. Kedua, letak strategis Sabang dan Banda Aceh dengan potensi wisata religi muslim, wisata bahari, wisata bentang laut dan wisata bawah laut memerlukan inovasi baru agar potensi tersebut dapat dikelola dengan baik. Ketiga, untuk mengoptimalkan

viii

kekhususan Sabang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) perlu dukungan yang memadai seperti tersedianya sarana dan prasarana, transportasi darat/laut serta perhotelan (homestay). Keempat, keterlibatan para pemuda/pemudi di Aceh termasuk mahasiswa/mahasiswi untuk mengembalikan kedaulatan maritim di bumi Serambi Mekah sangat diperlukan dalam membangun budaya maritim di NAD.

Monograf ini juga menguraikan potensi maritim dan kedaulatan maritim Indonesia yang dapat digunakan sebagai modal dalam wewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Hal itu menjadi topik bahasan karena potensi maritim dan kedaulatan maritim Indonesia saat ini belum maksimal. Padahal, potensi maritim dan kedaulatan maritim Indonesia tersebut merupakan modal dasaar yang dapat digunakan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sebagaimana dicanangkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus deskriptif dengan menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif tentang potensi dan kedaulatan maritim Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber dan diperoleh melalui observasi di lapangan, studi literatur, dan dokumentasi dari berbagai sumber.

Sesuai namanya, monograf ini menyimpan harapan agar Indonesia dapat kembali berjaya di bidang maritim sebagaimana pernah diraih di masa lalu. Hal itu adalah sebuah kewajaran mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.499 pulau dan luas wilayah hampir 6,5 juta km², serta garis pantai sekitar 99.149 kilometer. Selain itu posisinya sangat trategis, menjadi Sea Lines of Communications (SLOCs) dan Sea Lines of Trade (SLOT) perekonomian dunia. Harapan Indonesia kembali berjaya di dunia maritim bukanlah sebuah utopia, mengingat

ix

Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah memiliki visi pembangunan di bidang ini melalui Poros Maritim Dunia. Lebih dari itu Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 16 tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) sebagai salah satu pedoman untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai visi pembangunan kemaritiman diulas dalam mongraf ini, termasuk juga menghadirkan sejarah kema-ritiman Indonesia, serta berubahnya paradigma maritim menjadi agraris yang dilakukan oleh penjajah agar mereka dapat terus menguasai Nusantara. Sayangnya, meski sudah 72 tahun merdeka, cara pandang pembangunan ekonomi kita juga masih lebih condong ke land based socio-economic daripada marine based socio-economic.

Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana diamanatkan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; melak sanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, sesungguhnya dapat diwujudkan dengan “menoleh” ke laut. Masa depan Indonesia yang sejahtera sebenarnya ada di laut, karena siapa yang menguasai laut maka dia akan menguasai dunia.

Selamat membaca.

Jakarta, April 2018 Dr. Marsetio, M.M

1

KEDAULATAN MARITIM DI NANGROE ACEH

DARUSSALAMPerpektif Budaya dan Pariwisata

Abstrak

Penelitian ini membahas kedaulatan maritim di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dilihat dari perspektif budaya dan pariwisata dengan menghadapkannya pada posisi strategis Provinsi NAD sebagai pintu masuk dari barat ke Selat Malaka. Pariwisata maritim di NAD belum tergarap maksimal sementara budaya maritim belum mampu menggerakkan minat masyarakat untuk beraktifitas di bidang kemaritiman meskipun tradisi maritim telah terbangun sejak lama di NAD. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tataran analisis deskriptif untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi pada suatu konteks khusus

2

D R . M A R S E T I O

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Kesimpulan penelitian ini adalah, pertama, keterpaduan antara jajaran pemerintah pusat dan daerah, tokoh agama, tokoh adat dan akademisi diperlukan untuk mengembangkan potensi wisata daerah. Kedua, letak strategis Sabang dan Banda Aceh dengan potensi wisata religi muslim, wisata bahari, wisata bentang laut dan wisata bawah laut memerlukan inovasi baru agar potensi tersebut dapat dikelola dengan baik. Ketiga, untuk mengoptimalkan kekhususan Sabang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) perlu dukungan yang memadai seperti tersedianya sarana dan prasarana, transportasi darat/laut serta perhotelan (homestay). Keempat, keterlibatan para pemuda/pemudi di Aceh termasuk mahasiswa/mahasiswi untuk mengembalikan kedaulatan maritim di bumi Serambi Mekah sangat diperlukan dalam membangun budaya maritim di NAD.

Kata Kunci: Budaya maritim, Kedaulatan Maritim, Pariwisata Maritim

3

M O N O G R A F

1. Pendahuluan

Lagu ”Pelaut-Pelaut Menuju Samudera” dan ”Nenek Moyangku Orang Pelaut” ciptaan Ibu Sudibyo tahun 1950-an, merupakan lirik-lirik lagu kebanggaan anak-anak Sekolah Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah saat itu. Semangat membangun jiwa pelaut, sebagai ungkapan kaum muda dari bangsa yang baru bebas dan merdeka dari penjajahan.

Belajar dari pengalaman sejarah maritim Indo-nesia, di mana pada masa lalu Indonesia me miliki pengaruh dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan maritim yang besar di bawah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Wilayah laut Indonesia yang merupakan duapertiga wilayah Nusantara mengakibatkan sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai dinamika kehidupan di laut.

Dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah menguasai lautan Nusantara, bahkan mampu menga rungi samudera luas hingga ke pesisir Mada gaskar dan Afrika Selatan. Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan

4

D R . M A R S E T I O

Bugis, Kerajaan Samudera Pasai maupun Kerajaan Makassar, bukan hanya penguasaan secara de facto, namun lebih dari pada itu adalah penguasaan atas suatu konsepsi kewilayahan maupun hukum. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu dan sebagai masyarakat bahari, oleh penjajah kolonial didesak menuju ke darat, yang mengakibatkan hilangnya atau menurunnya jiwa bahari masyarakat Indonesia.

Nenek moyang bangsa Indonesia telah mema-hami dan menghayati arti dan kegunaan laut sebagai sarana untuk menjamin berbagai kepentingan antar bangsa, seperti transportasi dan perdagangan.

Pada abad ke-XIV dan permulaan abad ke-XV terdapat lima jaringan perdagangan, yang pertama jaringan perdagangan di Teluk Bengal, meliputi wilayah pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Lanka, Burma (Myanmar) serta pesisir Utara dan Barat Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan perdagangan yang meliputi wilayah pesisir Timur Semenanjung Malaka, Thailand dan Vietnam Selatan. Jaringan ini juga dikenal sebagai jaringan perdagangan Laut Cina Selatan. Keempat, jaringan perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir Barat Luzon, Mindoro,

5

M O N O G R A F

Ilustrasi peta Aceh lawas. (Tropen Museum)

Cebu, Mindanao (Philippina) dan pesisir Utara Pulau Kalimantan (Brunei Darussalam). Kelima, jaringan perdagangan di Laut Jawa, yang meliputi kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pesisir Barat Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan bagian Selatan Pulau Sumatera.

Seluruh jaringan perdagangan ini berada di bawah hegemoni Kerajaan Majapahit. Kita mengetahui strategi besar Majapahit mempersatukan wilayah Indonesia melalui Sumpah Amukti Palapa dari Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Majapahit telah

6

D R . M A R S E T I O

banyak mengilhami perkembangan nilai-nilai luhur dari kebudayaan bangsa Indonesia sebagai manifestasi sebuah bangsa bahari yang besar.

2. Kerangka Teoritis

Posisi strategis Provinsi NAD yang merupakan pintu masuk dari barat ke selat Malaka memiliki Kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Raja pertama atau pendiri Kerajaan Samudra Pasai bernama Meurah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267. Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan Malik Tahir, kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional. Kondisi pelabuhan dipenuhi dengan para pedagang dari berbagai penjuru dunia seperti Asia, Eropa, Cina bahkan Afrika. Kejayaan Samudra Pasai diperoleh dari hasil penggabungan beberapa kerajaan kecil di sekitar daerah tersebut. Tercatat selama abad 13 sampai abad 16, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai pelabuhan yang sangat sibuk. Saat itu, Samudra Pasai dapat mengekspor lada sekitar 8 ribu sampai 10 ribu bhara setiap tahunnya. Komoditas lain juga demikian seperti sutera, emas dan kapur barus yang mereka datang kan dari daerah pedalaman.

7

M O N O G R A F

Kemajuan juga ditandai dengan mata uang yang mereka gunakan sebagai alat pembayaran.  Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan Pulau Jawa. Mereka melakukan tukar menukar hasil komoditas pertanian maupun perkebunan, seperti beras ditukar dengan lada. Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pusat per-kembangan agama Islam di Nusantara1.

J.H.A. Logemann mengatakan, kedaulatan ada-lah kekuasaan mutlak atau kekuasaaan tertinggi atas penduduk dan wilayah bumi beserta isinya yang dipunyai oleh suatu sistem negara nasional yang berdaulat2. Dalam kehidupan bernegara, kedaulatan adalah kekuasaan penuh dan tertinggi dalam suatu negara untuk mengatur seluruh wila-yahnya tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan merupakan salah satu syarat beridirinya suatu negara. Salah satu unsur dari negara ialah pemerintah yang berkedaulatan. Pemerintah dalam suatu negara harus memiliki kewibawaan (authority) yang tertinggi (supreme) dan tidak terbatas.

1 http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-samudra-pasai.html

2 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia.

8

D R . M A R S E T I O

Tanggal 13 Desember 1957 adalah tonggak sejarah kedaulatan bumi, air dan udara di Indo-nesia dengan lahirnya Deklarasi Djuanda yang mendeklarasikan kepada dunia bahwa “Laut Indo-nesia di antara dan di dalam kepulauan Indo nesia menjadi satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Konsep negara kepulauan (Archiphelagic State) yang di deklarasikan itu men-dapat pertentangan dari beberapa negara. Tahun 1960 Pemerintah menge luarkan UU Nomor 4/PRP/1960 dalam mendukung Deklarasi Djuanda.

Perjuangan atas pengakuan internasional pun berlanjut sampai pada akhirnya konsepsi tentang negara kepulauan dapat diterima oleh dunia internasional. Tahun 1982 Persatuan Bangsa Bangsa menetapkan konvensi hukum laut internasional (United Nations Convention on the Law Of the Sea/UNCLOS) yang mengakui kesatuan kedaulatan darat laut Indonesia. Indonesia harus membangun Kedaulatan Maritim sebab 75 persen wilayah Indonesia adalah lautan3. Kedaulatan maritim ini digunakan untuk menjaga potensi sumber daya alam sebagai sumber utama pembangunan di masa mendatang.

3 http://ekonomi.kompas.com/read/2016/11/17/140000226/bangun.kedaulatan.maritim. indonesia.harus.lakukan.revolusi.mental

9

M O N O G R A F

Ada empat hal yang menjadi fokus utama pem bangunan di bidang maritim, yaitu pem-bangunan kedaulatan maritim, penguatan hukum dan perjanjian maritim, pembangunan perbatasan maritim serta peningkatan ketahanan dan kea-manan wilayah maritim. Untuk melak sanakan pembangunan tersebut, harus dilaksanakan revo-lusi mental kemaritiman.

Pertama, harus diubah land based oriented menjadi maritime based oriented. Mindset kita yang terbiasa berfokus kepada sumber daya di darat harus mulai diarahkan kepada sumber daya di laut karena daerah kita 75 persen adalah lautan.

Kedua, Indonesia harus memanfaatkan laut secara politik, ekonomi maupun keamanan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang mandiri, maju, dan kuat dalam bidang kemaritiman. Jika ditinjau dari aspek geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-strategis Indonesia seharusnya mampu menjadi negara maritim besar, mandiri dan berkepribadian sesuai dengan yang tercantum dalam Nawa Cita Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Implementasinya dalam konteks tata ruang juga harus berwawasan maritim.

10

D R . M A R S E T I O

Ketiga, meningkatkan minat dan kesadaran akan potensi kemaritiman Indonesia serta me-ningkatkan semangat untuk membangun kema-ritiman Indonesia. Presiden Joko Widodo telah menetapkan visi dan misi maritim bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Lima Pilar Maritim yaitu Budaya Maritim, Sumber Daya Maritim, Infra Struktur dan Konektifitas Maritim, Diplomasi Maritim dan Pertahanan Maritim. Lima Pilar tersebut telah dijabarkan secara rinci menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (Indonesia Maritime Fulcrum) dan telah dibakukan dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 sebagai Indonesian Ocean Policy (Kebijakan Kelautan Indonesia/KKI). Dalam mengimplementasikan Kebijakan kelautan tersebut telah ditetapkan 7 langkah strategis membangun Indonesia sebagai negara maritim.

Kebesaran dan kemaskulan tanah Aceh telah dibuktikan sejak masa perjuangan melawan pen-jajah dan Aceh tak pernah menyerahkan kedau-latannya kepada Belanda. Dalam catatan sampai kini Belanda tidak bisa menunjukkan penyerahan kekuasaan Sultan Aceh. Mengenai kedaulatan Aceh dijelaskan dalam sarakata (dokumen kerajaan) yang masih tersimpan sampai sekarang. Adalah Said Abdullah Teungku Di Meulek selaku Wazir

11

M O N O G R A F

Rama Setia (Sekretaris Kerajaan) yang menyiapkan dan menyimpannya. Sarakata tersebut diantaranya seperti sumpah dan khutbah kerajaan dalam meng hadapi ancaman penyerangan Belanda. Para ulama, uleebalang dan seluruh rakyat Aceh dise-rukan untuk berjihad melawan agresi tersebut.

Kegigihan rakyat Aceh dalam menghadapi dan melawan angresi Belanda itu digambarkan oleh penulis Belanda HC Zentrgaaff sebagai perjuangan yang luar biasa. Ia menulis: “…De waartheid is dad de Atjehers mannen en vrouwen in het elgemeen schitteren hebben gevochten voor wat zij zaggen als hun nationaal of religieus ideal. Er is onder die strijders cen zeer groot aantal mannen an vrouwen die den trots van elk volk zouden uitmaken.” (Rakyat Aceh, baik pria maupun wanita berjuang secara luar biasa. Mereka merasakan sebagai satu bangsa yang bertugas membela agama, bangsa dan wilayahnya dengan perjuangan suci. Mereka terdiri dari pahlawan-pahlawan, baik pria maupun wanita yang memiliki kebanggaan atas kebenaran perjuangannya).

Sejumlah sejarawan dan pelaku sejarah Belanda mengakui perang melawan Aceh sejak 1873 adalah perang yang paling menyedot biaya dan tenaga. Perlawanan muncul dari delapan penjuru angin.

12

D R . M A R S E T I O

Dari pergerakan berkelompok, hingga serangan tiba-tiba yang dilakukan orang per orang. Serangan oleh individu ini melahirkan istilah Atjeh Moorden atau Aceh Pungo (Aceh Gila). Atjeh Moorden secara harfiah bermakna pembunuhan Aceh.

Untuk mengapresiasi perjuangan memper-juangkan kemerdekaan, pemerintah menobatkan mereka yang berjasa sebagai Pahlawan Nasional. Dari total 163 Pahlawan Nasional yang ditetapkan dari 1959 hingga hingga 2016, sebanyak tujuh diantaranya berasal dari Aceh4.

Sultan Iskandar Muda (1593-1636). Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja yang membawa Aceh ke zaman keemasan. Pada masanya, Aceh menguasai Sumatera dan sebagian daerah yang saat ini masuk sebagai wilayah Malaysia seperti Johor dan Kedah. Pada masanya pula Aceh menyerang Portugis di Malaka. Iskandar Muda mendapat gelar pahlawan nasional pada 1993.

Teungku Chik Di Tiro (1836-1891). Teungku Chik Di Tiro adalah Ulama sekaligus Panglima Besar Perang Aceh. Nama aslinya Teungku Muham-mad Saman. Teungku Chik Di Tiro tampil sebagai pemimpin perang ketika perlawanan terhadap

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_tokoh_suku_Aceh

13

M O N O G R A F

Belanda kian meredup pada 1881, delapan tahun setelah Belanda menyatakan maklumat perang terhadap Aceh.

Bersama Teungku Chik Pante Kulu, Teungku Chik Di Tiro mengobarkan semangat perang sabil, perang di jalan Allah. Dari Lamlo, Pidie, Teungku Chik Di Tiro hijrah ke Aceh Besar dan menjadikan Desa Meureu, Indrapuri, sebagai basis gerilyawan. Pada 1881, pasukan Teungku Chik Di Tiro merebut satu per satu benteng Belanda seperti di Lambaro dan Aneuk Galong. Masa perlawanan Teungku Chik Di Tiro, Belanda dibuat kalang kabut. Setidaknya, Belanda empat kali mengganti gubernurnya saat menghadapi Teungku Chik Di Tiro. Teungku Chik Di Tiro meninggal bukan karena peluru Belanda, melainkan lantaran diracun lewat makanan yang disajikan oleh seorang perempuan Aceh pada 1891. Jasadnya dimakamkan di Desa Meureu, Indrapuri, atas jasa-jasanya, pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional pada 1973.

Cut Nyak Dhien (1850–1908). Cut Nyak Dhien adalah istri Teuku Umar. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak melanjutkan perjuangan mela -wan pasukan kolonial Belanda di pedalaman Meulaboh, Aceh Barat. Ketika ditangkap Belanda atas laporan seorang pengikutnya. Untuk memu-

14

D R . M A R S E T I O

tus pengaruhnya bagi gerilyawan, Belanda meng-asingkan Cut Nyak Dhien ke Sumedang, Jawa Barat. Pada 6 November 1908, wafat dan jasadnya dimakamkan di Sumedang. Dan mendapat Gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1964.

Teuku Umar (1854-1899). Teuku Umar adalah salah satu pemimpin pasukan di bawah Panglima Besar Teungku Chik Di Tiro. Teuku Umar sempat bergabung dengan Belanda, kemudian berbalik arah melawan Belanda. Teuku Umar menyusup ke pasukan Belanda sebagai strategi perang. Pada September 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kembali kepada Belanda bersama 13 pengikutnya. Belanda kemudian memberinya gelar Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Netherland. Cut Nyak Dhien dibuat malu oleh keputusannya. Tiga tahun bergabung dengan Belanda untuk kedua kalinya, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda pada 30 Maret 1896 dengan membawa lari senjata dan amunisi. Teuku Umar tertembak dalam pertempuran dinihari 11 Februari 1899. Peme-rintah memberinya gelar pahlawan nasional pada 1973 bersamaan dengan Teungku Chik Di Tiro.

Cut Nyak Meutia (1870 - 1910). Cut Nyak Meu-tia memimpin perlawanan di Aceh Utara. Seperti Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia juga melanjutkan

15

M O N O G R A F

Foto Cut Nyak Dhien (1848-1908), istri dari Teuku Umar (1840-1899). Setelah kematian suaminya, dia melanjutkan perjuangan melawan Belanda di Aceh, tertangkap pada tahun 1905 dan meninggal di pengasingan di Sumedang. (Foto Tropen Museum)

Perlawanan orang Aceh pada kolonial Belanda.

16

D R . M A R S E T I O

perjuangan suami. Ketika suami pertamanya yang juga pemimpan pasukan gerilyawan, Teungku Chik Tunong meninggal dunia, Cut Meutia melan-jutkan perjuangan bersama suami keduanya, Pang Nanggroe. Ketika Pang Nanggroe gugur pada 26 September 1910, Cut Meutia melanjutkan perjuangan dengan pasukan yang tersisa.

Pada 24 Oktober 1910, Cut Meutia bersama pasukannya bentrok dengan pasukan Marsose di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Cut Nyak Meutia gugur. Cut Nyak Meutia mendapat gelar pahlawan nasional bersamaan dengan Cut Nyak Dhien pada 1964.

Teuku Nyak Arif (1899-1946). Teuku Nyak Arief adalah residen/gubernur Aceh pertama periode 1945-1946. Lahir di Ulee Lheue, Banda Aceh. Dikenal sebagai orator ulung, banyak terlibat di organisasi pergerakan kemerdekaan. Tahun 1919, sebagai ketua National Indische Partij cabang Kutaraja. Ia salah satu anggota Dewan Rakyat Volksraad sampai dengan tahun 1931. Sejak tahun 1932 Teuku Nyak Arif memimpin gerakan dibawah tanah menentang penjajahan Belanda di Aceh.

Teuku Nyak Arief juga banyak bergiat di bidang peningkatan pendidikan. Pada 11 Juli 1937, men dirikan Perguruan Taman Siswa di Kutaraja

17

M O N O G R A F

(sekarang Banda Aceh) yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara. Teuku Nyak Arief ditangkap oleh Tentara Perlawanan Rakyat (TPR) yang mendu-kung kaum ulama pada Januari 1946. Ia ditawan di Takengon dan meninggal pada 4 Mei 1946. Gelar pahlawan nasional diberikan pada tahun 1974.

Teuku Muhammad Hasan (1906-1997). Teuku Muhammad Hasan adalah aktivis kemerdekaan dan gubernur Sumatera pertama. Lahir di Sigli pada 4 April 1906, Teuku Muhammad Hasan dikenal sebagai tokoh yang peduli pendidikan. Pada usia 25 tahun, ia bersekolah di Leiden University, Belanda. Di sana, ia bergabung dengan sejumlah tokoh per-gerakan nasional seperti Muhammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo. Perannya yang paling menonjol adalah ketika terpilih sebagai salah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai Ir. Soekarno. Tim inilah yang merumuskan dasar-dasar negara Indonesia, termasuk Piagam Jakarta.

Ketika ageresi militer Belanda II berhasil merebut Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Indonesia, Teuku Muhammad Hasan bersama Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang bermarkas di Bukit Tinggi yang dipimpin oleh Syafruddin

18

D R . M A R S E T I O

Prawiranegara, Teuku Muhammad Hasan sebagai Wakil Ketua sekaligus Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama.

Teuku Muhammad Hasan dikenal sebagai tokoh peduli pendidikan. Ia mendirikan Universitas Serambi Mekah yang masih berdiri hingga saat ini. Namanya juga tercatat sebagai tokoh yang meme lopori nasionalisasi perminyakan dan per-tam bangan. Pada 1956, Hasan mengetuai tim nasionalisasi sejumlah perusahaan minyak asing menjadi Pertamina pada 1957 dan Pertamin pada 1961. Kedua perusahaan ini kemudian menjadi Pertamina pada 1968. Teuku Muhammad Hasan meninggal pada 21 September 1997 dalam usia 91 tahun dan pemerintah memberi gelar pahlawan nasional pada tahun 2006.

Laksamana Malahayati (1606). Laksamana Mala hayati merupakan Laksamana perempuan pertama di dunia. Malahayati tampil sebagai sosok yang menakutkan bagi pasukan Belanda dan Portugis saat mereka berupaya menancapkan kekuasaannya di Tanah Rencong. Malahayati meru pakan keluarga kesultanan Aceh. Dia adalah cicit dari Sultan Salahuddin Syah (1530-1539). Suaminya juga termasuk seorang pahlawan yang begitu gigih berjuang mengusir Belanda dari tanah

19

M O N O G R A F

Aceh, hingga akhirnya meninggal ditembak musuh bersama ribuan pejuang Aceh lainnya.

Malahayati tidak ingin hanya tinggal diam melihat situasi itu. Ia kemudian membentuk pasukan khusus Inong Balee. Berkali-kali perang antara pasukan Inong Balee berkobar melawan pasukan penjajah Belanda. Dari sekian banyak cerita Heroik tentang Malahayati, salah satunya adalah cerita pertarungannya melawan komandan pasukan Belanda yaitu Jenderal Cornelis de Hout-man. Pertarungan itu berakhir dengan tewas nya de Houtman di ujung pedang Malahayati pada pertempuran satu lawan satu di geladak kapal pada 11 September 1599. Peristiwa itu sempat membuat geger negara-negara Eropa, khususnya Kerajaan Belanda. Akibatnya, Malahayati menjadi orang yang paling diburu oleh pasukan penjajah itu.

Perjuangan Laksamana Malahayati terhenti pada tahun 1606, setelah ia gugur saat bertempur melawan pasukan portugis di Perairan Selat Malaka. Ia dimakamkan di lereng Bukit Lamkuta, sebuah desa nelayan yang berjarak 34 kilometer dari Banda Aceh. Atas keberaniannya Malahayati mendapat gelar Laksamana. Pada tanggal 3 Agustus 2017 telah dilaksanakan seminar di Banda Aceh untuk mengusung/menyarankan ke Pemerintah

20

D R . M A R S E T I O

Pusat agar Laksamana Malahayati diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Perjuangan rakyat Aceh yang tidak kenal menye rah melawan penjajah dan sikap rela berkorban terhadap bangsa dan negara dibuktikan dengan sumbangan pesawat Dakota R-001 Seula-wah. Sumbangan ini merupakan bukti pa triot-isme rakyat Aceh dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pesa -wat Seulawah  yang dikenal RI-1 dan RI-2 meru-pakan bukti nyata dukungan yang diberikan masyarakat Aceh dalam proses perjalanan Repu-blik Indonesia dalam mempertahankan ke-merdekaannya, Pesawat Seulawah yang menjadi cikal bakal Maskapai Garuda Indonesia Airways disumbangkan melalui pengumpulan harta pribadi masyarakat dan saudagar Aceh sehingga Presiden Soekarno menyebut “Daerah Aceh adalah Daerah Modal bagi Republik Indonesia, dan melalui perjuangan rakyat aceh seluruh Wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali”.

Pesawat ini sangat besar jasanya dalam per-juangan awal pembentukan negara Indonesia, dan merupakan sejarah berdirinya perusahaan pener-bangan niaga pertama, Indonesian Airways.

Kebesaran nama Pahlawan Aceh yang telah

21

M O N O G R A F

mendapat gelar pahlawan nasional sebagian telah diabadikan untuk digunakan dalam nama beberapa kapal perang di Indonesia, sebagai wujud dari apresiasi jajaran TNI AL dan sebagai pengakuan akan kejayaan maritim Aceh. Beberapa nama Kapal Perang tersebut antara lain : KRI Malahayati, KRI Teuku Umar, KRI Cut Nyak Dien, KRI Sultan Iskandar Muda demikian juga dengan beberapa nama pulau dan kota di Aceh telah digunakan pada beberapa nama kapal perang antara lain : KRI Banda Aceh, KRI Teluk Sabang, KRI Pulau Rondo juga KAL Bireun.

Pesawat RI-001 Seulawah sumbangan rakyat Aceh kepada peme-rintah Republik Indonesia.

22

D R . M A R S E T I O

3. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tataran analisis des-kriptif. Menurut Moleong (2004:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Pendapat Patton (dalam Ruslan 2003:205) menekankan bahwa dalam penelitian ini, reali-tasnya bersifat ganda dan kompleks, satu sama lainnya saling berhubungan sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat atau holistik. Selanjutnya, penggunaan tataran deskripsi bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan obyek tertentu (Kriyantono 2006:67).

Tujuan penelitian kualitatif ini untuk menda-patkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan (Ruslan 2003:203). Guna mencapai tujuan tersebut, data yang dibutuhkan dikumpulkan dengan cara

23

M O N O G R A F

wawancara, memeriksa dokumentasi dan studi literatur.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Secara umum Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu tulang punggung nasional penerimaan devisa negara. Indonesia memiliki potensi yang sangat berlimpah dalam pengembangan industri pariwisata, karena keunggulan sektor pariwisata Indonesia tidak dimiliki oleh negara lain5. Keung-gulan tersebut antara lain Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dan memiliki luas perairan hampir 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia. Luasnya perairan tersebut menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.

Letak Indonesia berada di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik serta terletak diantara dua benua yaitu Benua Australia dan Asia, kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, Indonesia termasuk negara berpenduduk keempat terbesar

5 http://bisnis.liputan6.com/read/2501121/ini-keunggulan-dan-kekurangan-pariwisata-indonesia

24

D R . M A R S E T I O

di dunia (256 juta)6. Jumlah penduduk Indonesia berada di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam.

Keberagaman tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan, pembangunan infra-struktur sedang gencar dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendukung sektor pariwisata menjadi fokus utama penerimaan devisa negara pada tahun 2019 (dengan ditetapkannya 10 Destinasi Utama/10 Bali Baru dalam menarik wisatawan mancanegara, yaitu Danau Toba, Belitung/Babel, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung/Banten, Candi Borobudur, Pegunungan Bromo Tengger Semeru, Labuan Bajo, Mandalika/Lombok, Wakatobi dan Morotai)

Pembangunan sektor pariwisata dijadikan sebagai core ekonomi utama dalam menghasilkan devisa negara. Kelangkaan sumber daya alam yang semakin menipis di muka bumi termasuk di Indonesia telah mendorong Pemerintah men-jadikan pariwisata sebagai sektor yang paling mudah untuk menghasilkan devisa7.

6 BPS Tahun 20167 Pernyataan Menteri Pariwisata RI, Dr. Arief Yahya.

25

M O N O G R A F

Pariwisata Indonesia memiliki banyak keung-gulan kompetitif dan komparatif, yaitu Pertama, pariwisata adalah penghasil devisa terbesar di tahun 20198. Industri pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia, melampaui sektor Migas (oil and gas), Batubara (coal) dan Minyak Kelapa Sawit (CPO) yang belakangan kondisinya terus menurun. Kedua, pari wisata juga terbaik di regional. Tahun 2019, Pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN.

Pesaing utama Indonesia adalah Thailand, Malaysia dan Singapura. Ketiga, Country Branding Wonderful Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding di dunia, tahun 2015 melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47. Branding Wonderful Indonesia mengalahkan country branding Truly Asia Malaysia (ranking 96) dan country branding Amazing Thailand (ranking 83). Country branding Wonderful Indonesia men-cerminkan Positioning dan Differentiating Pari wisata Indonesia. Keempat, spirit Indonesia Incorporated. Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila

8 http://www.kemenpar.go.id/asp/ringkasan.asp?c=117

26

D R . M A R S E T I O

seluruh Kementerian/Lembaga yang ada bersatu padu untuk fokus mendukung Core Business yang telah ditetapkan. Dan kelima, Indo nesia sebagai Tourism Hub Country. Untuk langsung menjadi Trade dan Investment Hub tentu tidak terlalu sulit bagi Indonesia, apalagi harus mengalahkan negara seperti Singapura.

Di lain pihak, Indonesia dapat dengan mudah menjadi destinasi utama pariwisata dunia, sekaligus Tourism Hub. Dengan menjadi Tourism Hub, yang pada prinsipnya menciptakan people-to-people relationship, maka diyakini Trade dan Investment akan ikut tumbuh dengan pesat.

Pariwisata di Aceh9, memiliki potensi besar yang belum tergarap dengan optimal. Persoalan Sadar Wisata dan pengembangan usaha bagi masyarakat Destinasi Wisata juga belum dengan baik dikembangkan. Aceh memiliki potensi wisata yang sangat besar, mulai di pantai timur, pantai barat, wilayah dataran tinggi Gayo dan wilayah kepulauan utamanya Pulau Sabang, masih banyak yang belum terkelola.

Sektor pariwisata memiliki peran penting bagi pembangun negeri ini karena merupakan sumber

9 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, http://disbudpar.acehprov.go.id/

27

M O N O G R A F

Danau Laut Air Tawar lokasinya di daerah Takengon, Tanah Gayo, tidak jauh dari Kota Bireun.(http://triptrus.com)

Pantai Lhok Mee dengan pantai pasir putih dan pepohonan dalam air ini terletak di Desa Lamreh, Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. (https://ksmtour.com)

28

D R . M A R S E T I O

devisa terbesar ke dua setelah CPO (Crude Palm Oil)10. Besarnya sumber devisa ini tentu didu-kung oleh kekayaan potensi yang sangat luas dan beragam, mulai dari Aceh (Sabang) hingga ke Papua (Raja Ampat). Sementara sektor wisata juga dianggap sebagai alat efektif dalam pengembangan wilayah dan ekonomi lokal terutama masyarakat di wilayah destinasi wisata tersebut.

Dengan potensi geografi, demografi dan sumber daya alam yang kompetitif Indonesia akan menjadi ultimate and diverity dalam bidang pari-wisata. Begitu juga dengan keragaman budaya, bahasa, etnik, adat, tradisi dan berbagai keunikan layak dijual sebagai daya tarik atau pesona bagi para penikmat wisata di berbagai belahan dunia.

Wilayah administratif Kota Sabang yang me-miliki lima pulau, yakni Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo memiliki potensi wisata yang sangat beragam mulai dari wisata religi muslim, wisata pantai, wisata bentang laut dan wisata bawah laut. Pada tahun 2000 telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 37 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Perangkat aturan ini memiliki status hukum yang kuat untuk Sabang

10 Data Kemenpar RI Semester I 2017.

29

M O N O G R A F

sebagai daerah pengembangan ekonomi khusus.

Untuk pengembangan kawasan, Sabang me-miliki badan otonom yakni Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) yang mendapatkan ang-garan langsung dari pemerintah pusat (APBN). Dalam kunjungan kerja Presiden Joko Widodo pada Maret 2015, Presiden bertekad mengem balikan kejayaan Sabang sebagai kota pelabuhan inter-nasional, sehingga menjadi pelabuhan penghubung (transhipment) yang terintegrasi dengan jalur pelayaran regional dan internasional11.

Posisi perairan Sabang sangat strategik, tempat bertemunya Samudra Hindia dan Selat Malaka dan sebagai choke point/pintu masuk SLOC (Sea Line of Communication) /SLOT (Sea Lane on Trade). Para penyelam dunia menjadikan Sabang sebagai salah satu destinasi yang menarik karena keindahan alam bawah lautnya.

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pre-siden No. 21 Tahun 2016 Tentang Bebas Visa Kunjungan dan Peraturan Presiden No 105/2015 tentang Kemudahan Yacht Asing Memasuki Indonesia serta Permenhub No 171/2015 tentang Pengaturan Yacht Asing Masuk ke Indonesia di 18

11 Disampaikan oleh Presiden RI Ir. Djoko Widodo pada kunjungan kerja ke Sabang tanggal 10 April 2015

30

D R . M A R S E T I O

Pelabuhan, telah menjadikan Sabang menjadi salah satu destinasi utama bagi kapal cruise dan kapal yacht di paling barat Indonesia.

Dalam Sail Sabang tahun 2017, yang dihadiri oleh Presiden RI pada tanggal 2 Desember 2017 menjadikan Sabang semakin terbuka bagi kun-jungan wisatawan luar negeri dan dalam negeri. Pada saat Sail Sabang 2017 hadir 120 yacth dari berbagai negara di dunia termasuk pada akhir bulan November 2017 Sabang dan Banda Aceh kedatangan kapal cruise terbesar yang membawa 2000 wisatawan mancanegara yang melaksanakan wisata religi muslim yang akan disusul dengan paket-paket wisata manca negara lainnya.

Dampak dari terbitnya Perpres dan Permenhub diatas telah memberikan harapan besar bagi keda-tangan kapal cruise dan kapal yacht termasuk para yachter dunia yang berpangkalan di Singapura, Langkawi dan Phuket telah menjadikan Sabang sebagai destinasi utama. Kegiatan Sail Sabang 2017 harus menjadi momentum bagi rakyat Aceh dalam mempromosikan potensi wisata yang ada dan belum tereksploitasi secara masif di Pulau Sabang dan dataran Aceh.

Jajaran pemerintahan Provinsi, BPKS, Kabu-paten dan Walikota bersama dengan para stakeholder

31

M O N O G R A F

terkait diharapkan meningkatkan sinergitas dalam penyiapan sarana/ prasarana/infrastruktur di laut maupun di darat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan mancanegara.

Pemerintah pusat terus mengkampanyekan industri pariwisata dan jika potensi ini mampu dikelola degan optimal akan menyerap banyak tenaga kerja dan ekonomi masyarakat pun akan

32

D R . M A R S E T I O

meningkat. Untuk mengembangkan potensi wisata didaerah, pemerintah Indonesia telah melak -sanakan beberapa kali Sail.

Sail Indonesia sebelumnya diadakan di Bunaken tahun 2009; Banda tahun 2010; Wakatobi/Belitong tahun 2011; Morotai, Maluku Utara tahun 2012; Komodo, Nusa Tenggara Timur tahun 2013; Raja Ampat, Papua Barat tahun 2014; Sail Tomini, Sulawesi Tengah tahun 2015 dan Sail Karimata tahun 2016; serta Sail Sabang yang dilaksanakan pada tanggal 28 November - 5 Desember 2017.

Untuk membangun Aceh dari Persfektif Budaya dan Pariwisata, Pulau Sabang sebagai dae rah kawasan ekonomi khusus/KEK memiliki potensi daya Tarik wisata yang sangat unik dan perlu dikembangkan secara masif dan gradual. Momen-tum Sail Sabang 2017 merupakan ajang promosi wisata besar-besaran rakyat Aceh tidak hanya untuk wisatawan dalam negeri namun juga utamanya untuk dapat menarik datangnya wisatawan dari mancanegara, setidaknya hadir 100 Yacth dari berbagai negara dunia antara lain dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Italia, Negara-negara Skandanavia, Australia, New Zealand, Singapura, Malaysia, Thailand yang meramaikan dan memeriahkan Sail Sabang 2017.

33

M O N O G R A F

Dalam event Sail Sabang tersebut juga diha-dirkan KRI Dewa Ruci sebagai Kapal Latih Tiang Tinggi Kadet AAL dan dihadiri pula oleh KRI Bima Suci sebagai Kapal Latih terbaru TNI AL yang baru saja di komisioning di Spanyol.

Letak Sabang dan Banda Aceh yang strategis sebagai pintu masuk di Selat Malaka menjadikan Banda Aceh sebagai Pusat Wisata Islami Dunia. Berbagai objek wisata religi, tsunami, heritage, dan adat istiadat yang kaya, Aceh menjadi salah satu tujuan wisata Nusantara dan mancanegara. Banda Aceh sebagai branding yang bisa diangkat oleh PATA sebagai destinasi wisata Islami dunia. Sektor agama dan budaya Aceh memiliki koneksi kuat untuk dijual sebagai wisata.

Bila dibandingkan dengan Bali dengan filosofi kekuatan ajaran agama, budaya, dan pariwisata yang bersatu. Aceh juga kuat daya tariknya dengan produk wisata alam dan proses ajaran kebudayaan religi Syariat Islam. Kementerian Pariwisata akan membantu promosi destinasi wisata Banda Aceh melalui branding Banda Aceh sebagai kota wisata Islami dunia. Banda Aceh memiliki visi sebagai kota madani di Indonesia dan merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia yang diberi amanat

34

D R . M A R S E T I O

Syariat Islam12. Kota Banda Aceh telah memenuhi kebutuhan dasar wisatawan muslim. Dilihat dari pengalaman wisata yang Islami, banyaknya kuliner yang diolah dan disajikan secara halal, murah, aman, dan memadai, serta keramahtamahan penduduk dalam menyambut wisatawan.

Pasca Sail Sabang 2017 diharapkan wisata di Aceh lebih bervariatif dan meningkat dengan men-ciptakan paket-paket wisata spesifik berciri religi muslim. Sebagai contoh pembanding, pari wisata di Banyuwangi dikembangkan dengan konsep Wisata

12 http://www.mltazam.com/2014/07/banda-aceh-ibu-kota-serambi-mekah-model.html

KRI Dewa Ruci dan KRI Bima Suci hadir dalam acar Sail Sabang 2017. (cnn imdonesia)

35

M O N O G R A F

MICE (Meeting, Insentive, Conference, Exhibition)13 untuk melengkapi wisata alam dan budaya yang telah dikembangkan. Sektor MICE sudah saatnya dilirik mengingat potensinya yang sangat besar. Sektor MICE memiliki multiplier effect, mulai dari event organizer, katering, transportasi, properti, hotel, UMKM suvenir, florist, pelaku kesenian, hingga biro perjalanan wisata. Konsep wisata semacam ini sangat menarik bila bisa dikembangkan di Aceh maupun Sabang mengingat potensi di wilayah ini sangat besar.

Hasil akhir dari sektor wisata yang diharapkan adalah terciptanya lapangan kerja baru serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat termasuk mengurangi angka pengangguran di daerah. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan inisiatif dan pengembangan model-model paket wisata serta kegiatan festival dengan mengangkat budaya/kearifan lokal masyarakat Aceh yang dipromosikan melalui berbagai media elektronik bekerja sama dengan berbagai travel agent, maskapai pener-bangan, perhubungan baik didalam maupun diluar negeri.

13 http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2017/09/10/bisnis-mice-di-banyuwangi-terus-berkembang-409115

36

D R . M A R S E T I O

5. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah, pertama, keterpaduan antara jajaran pemerintah pusat dan daerah, tokoh agama, tokoh adat dan akademisi diperlukan untuk mengembangkan potensi wisa-ta daerah. Kedua, letak strategis Sabang dan Banda Aceh dengan potensi wisata religi muslim, wisata bahari, wisata bentang laut dan wisata bawah laut memerlukan inovasi baru agar potensi tersebut dapat dikelola dengan baik. Ketiga, untuk mengoptimalkan kekhususan Sabang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) perlu dukungan yang memadai seperti tersedianya sarana dan prasarana, transportasi darat/laut serta perhotelan (homestay). Keempat, keterlibatan para pemuda/pemudi di Aceh termasuk mahasiswa/mahasiswi untuk mengembalikan kedaulatan maritim di bumi Serambi Mekah sangat diperlukan.

37

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa, P., Heddy, S. 1997. “Antropologi Koentjaraningrat, Sebuah Tafsir Epistmologis” dalam E.K.M. Masinam-bow (Ed.) Koentjaraningrat dan Antropologi di Indo-nesia. Jakarta: AA1-Yayasan Obor Indonesia.

Bantarto, Bandoro. 2005. Perspektif Baru Keamanan Nasi-onal, Centre for Strategic and International Studies. Jakarta

Bebler, Ales. 1963. Pantulan Zaman Bahari Indonesia. Ter-jemahan. Jakarta: Djambatan.

Booth, Kent. 1977. Navies and Foreign Policy. New York: Crane, Russak & Company Inc.

BPS. 2016. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indo-nesia, Jakarta.

Campo, A. 1992. The Accommodation of Dutch, British and German Maritime Interest in Indonesia, 1890-1910”, dalam International Journal of Maritime History (vol. 4) Chauduri, K.N. 1989. Trade and Civiliazation in Indian Ocean : An Economic History from the Rise of Islam to 1750, Cambridge University Press

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. diakses pada tanggal 8 September 2017, pukul 17.00

38

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, http://disbudpar.acehprov.go.id/, diakses pada tanggal 8 September 2017, pukul 15.00

Dishidros TNI AL, 2014. Batas Wilayah Maritim Indonesia, Jakarta.

Haviland, William H. 2010. Cultural Anthropology: The human challenge , 13th ed. And evolution and prehis-tory: the human challenge, 9th ed. Wadsworth.

Hersusanto, Begi, 2009. Makna Negara Kepulauan, Jakarta: Bakorkamla.

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kera-jaan-samudra-pasai.html, diakses pada tanggal 8 Sep-tember 2017, pukul 16.00

http://ekonomi.kompas.com/read/2016/11/17/140000226/bangun.kedaulatan.maritim. indonesia.harus.laku-kan.revolusi.mental, diakses pada tanggal 10 Septem-ber 2017, pukul 14.00

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_tokoh_suku_Aceh, diakses pada tanggal 10 September 2017, pukul 11.00

http://bisnis.liputan6.com/read/2501121/ini-keunggulan-dan-kekurangan-pariwisata-indonesia, diakses pada tanggal 10 September 2017, pukul 15.30

http://www.kemenpar.go.id/asp/ringkasan.asp?c=117, diakses pada tanggal 10 September 2017, pukul 17.00

http://www.mltazam.com/2014/07/banda-aceh-ibu-ko-ta-serambi-mekah-model.html, diakses pada tanggal 10 September 2017, pukul 3.00

39

Ibrahim, Idi Subandi. 2005. Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam masyarakat Komoditas Indonesia. Edisi Kedua, Yogyakarta, Jalasutra.

Keliat, Makmur. 2009. “Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia. “Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 12, Nomor 1. Jakarta.

Konvensi PP tentang Hukum Laut Tahun 1982. UNCLOS (United Convention on the Law of the Sea).

Markas Besar TNI Angkatan Laut. 2006. Doktrin TNI Ang-katan Laut Eka Sasana Jaya. Jakarta

Marsetio (2014), Sea Power Indonesia, Cetakan Kedua

V.J.H., Houben, H.M.J., Maier and W., van der Molen. 1992. Looking in Odd Mirrors: The Java Sea. Leiden: Vak-groep Talen en Culturen van Zuidaost-Asie. Oceanie Leiden Universiteit.

40

41

CURRICULUM VITAE

Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio

Jabatan

• Utusan Khusus pada International Maritime Organization (IMO) di London

• Penasehat Menteri Pariwisata

Pangkat Akademik: Lektor Kepala (Assosiate Professor)Pendidikan Umum : S-3 UGM Pendidikan Militer

• Akabri Laut Angkatan 26 /81 (Adhi Makayasa)• Operation School (Belanda 86)• ISC Royal Naval College (Inggris 91)• Seskoal Dikreg XXXIV/96 (Dharma Wiratama)• Sesko TNI Susreg XXVIII/2001 (Prestasi Terbaik)• Naval Operation Course (Italia 02)• Lemhannas KRA 37/2004 (Wibawa Seroja Nugraha)• Senior Executive Course/APCSS (Hawaii, USA 07)• Harvard Kennedy School, Boston, USA, 2014

42

Pengalaman Jabatan

• Pangkolinlamil• Pangarmabar• Wakasal• Kasal

Pengalaman Akademik

• Visiting Professor di Naval Post Graduated School, Monterey, USA

• Nara Sumber Tetap dan Dosen Lemhannas RI• Pengajar di Sesko TNI, Sesko Angkatan dan Susparlu

Kemlu• Dosen Tetap Universitas Pertahanan Jakarta• Pengajar di berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan

Swasta.

Publikasi Buku/Ilmiah

• Sea Power Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)

• Paradigma Baru TNI AL Berkelas Dunia (Edisi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)

• Kesadaran Baru Maritim (Biografi Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio)

• Publikasi di Jurnal Internasional terindeks Scopus (7 paper)