Post on 01-Feb-2021
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MELATI RSUD
BANGIL PASURUAN
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
(Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh :
NOR ASLINA
NIM 1601024
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO 2019
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nor Aslina
NIM : 1601024
Tempat, TanggalLahir : Lumajang, 08 Maret 1998
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul: “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI
RUANG MELATI RSUD BANGIL” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang
lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, 20 Juni 2019
Yang Menyatakan,
Nor Aslina
NIM. 1601024
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep
NIDN. 0724098402 NPP. 89060022
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Nor Aslina
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis
Paru Di Ruang Melati RSUD Bangil
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal: 20 Juni 2019
Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep
NIDN. 0724098402 NPP. 89060022
Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes
NIDN. 0703087801
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3
Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : 20 Juni 2019
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Ketua : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS (............................... )
Anggota : Meli Diana, S.Kep.Ns, M.Kes
(............................... )
: Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep (............................... )
Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowaty, S.Kep., M.Kes
NIDN. 0703087801
v
MOTTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha....................
vi
PERSEMBAHAN
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain engkau ya Allah..
syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan ridhomu ya Allah, saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ku ini akan ku
persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Suyono dan Ibu Rumani terima kasih
yang tak terhingga atas semua dukungan, doa, semangat dan dukungan
materil selama ini, terimah kasih atas kesabaran mengadapi segala
keluhanku dan perjuangan menemaniku sampai lulus maaf belum bisa
membuat bangga.
2. Untuk kedua Dosen Pembimbing Ibu Meli Diana, S.Kep.Ns, M.Kes dan
Ibu Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep terima kasih atas bimbingan,
doa dan motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan lancar tanpa satu halangan apapun.
3. Terima kasih untuk para Dosen dan Staf Akademi Akper Kerta Cendekia
Sidoarjo yang telah memberi saya banyak ilmu yang bermanfaat untuk
kedepannya nanti dan memberi banyak pengalaman yang tak terlupakan
selama saya menempuh pendidikan dikampus kita tercinta ini.
4. Terimakasih untuk kakakku tercinta Roni yang telah memberiku semangat
dan motivasinya untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik.
5. Untuk para sahabat-sahabatku Feni, Meilinda dan Putri M terimah kasih
atas semangat, dukungan, do’a, serta motivasinya selama ini untuk
senantiasa mengingatkanku ke dalam hal kebaikan, yang selalu ada dalam
vii
suka dan duka ku tanpa melihat latar belakangku, terimah kasih banyak
atas pengertian dan kesabaran kalian menghadapi segala sifat dan sikapku
selama ini semoga persahabatan kita sampai syurga.
6. Untuk teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu tetap
semangat karena kehidupan yang sesungguhnya baru kita mulai.
Almamaterku tercinta terima kasih, akan ku bawa nama baik Akper
Kerta Cendekia !!!
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan
akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik 2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga
semua bisa berjalan lancar 3. Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia Sidoarjo 4. Meli Diana, S.Kep.Ns, M.Kes selaku pembimbing 1 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah 5. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing 2 dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah 6. Hj. Muniroh Mursan, Lc selaku petugas perpustakaan yang telah
membantu dalam kelengkapan literature yang dibutuhkan 7. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penuli sakan berterima kasih apabila para
pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun
saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiahini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi keperawatan.
Sidoarjo, 20 Juni 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan .......................................................................................................
Lembar Judul ......................................................................................................... Lembar Pernyataan................................................................................................
Lembar Persetujuan ............................................................................................... Halaman Pengesahan ............................................................................................
Motto ..................................................................................................................... Persembahan ......................................................................................................... Kata pengantar ......................................................................................................
Datar Isi ................................................................................................................. Daftar Tabel ..........................................................................................................
Daftar Gambar .......................................................................................................
Daftar Lampiran ....................................................................................................
i ii iii iv v vi vii ix x xii xiii xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 4
1.5 Metode Penulisan ............................................................................................ 5
1.5.1 Metode.................................................................................................... 5
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 5
1.5.3 Sumber Data ........................................................................................... 6
1.5.4 Studi Kepustakaan .................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penulisan Metode ........................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
2.1 Konsep Dasar Penyakit ................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian ............................................................................................... 8
2.1.2 Etiologi ................................................................................................... 9
2.1.3 Manifestasi klinik ................................................................................... 9
2.1.4 Klasifikasi .............................................................................................. 10
2.1.5 Patofisiologi ........................................................................................... 13
2.1.6 Penatalaksanaan ..................................................................................... 14
2.1.6 Komplikasi ............................................................................................. 15
2.1.7 Diagnosa Banding .................................................................................. 16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 17
2.2 Dampak Masalah ............................................................................................ 19
2.3 Konsep Solusi dan Pencegahan ....................................................................... 21
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................................... 22
x
2.4.1 Pengkajian ................................................................................................................ 22 2.4.2 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................... 25 2.4.3 Konsep Analisa Data ............................................................................................. 27 2.4.4 Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 28 2.4.5 Intervensi Keperawatan ........................................................................................ 29 2.4.6 Implementasi Keperawatan ................................................................................. 34 2.4.7 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 37
BAB 3 TINJAUAN KASUS ................................................................................................ 40
3.1 Pengkajian ............................................................................................................................ 40 3.1.1 Identitas .............................................................................................................................. 40
3.1.2 Riwayat Keperawatan .................................................................................................... 40
3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang ...................................................................... 40
3.1.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya ................................................................ 41
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ............................................................................ 41
3.1.2.4 Genogram ............................................................................................................... 42
3.1.2.5 Status Cairan dan Nutrisi ................................................................................... 42
3.1.2.6 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................ 43
3.2 Analisa Data ......................................................................................................................... 49
3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................... 51
3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................................................... 53
3.5 Implementasi Perkembangan .......................................................................................... 57
3.6 Catatan Perkembangan...................................................................................................... 66
3.7 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................................... 70
3.8 Discharge Planning ............................................................................................................ 71
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................................ 72
4.1 Pengkajian keperawatan ................................................................................................... 72 4 2 Pemeriksaan Fisik .............................................................................................................. 74
4.3 Diagnosa keperawatan ...................................................................................................... 79 4.4 Intervensi keperawatan ..................................................................................................... 80
4.5 Implementasi keperawatan .............................................................................................. 81
4.6 Evaluasi keperawatan ........................................................................................................ 82
BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................................... 84
5.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 84
5.2 Saran ........................................................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 88
xi
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 3.1 Laboratrorium ............................................................................................. 47
Tabel 3.2 Analisa data ................................................................................................ 49
Tabel 3.3 Intervensi ketidakefektifan bersihan jalan nafas ............................. 53
Tabel 3.4 Intervensi resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ................................................................................................................................. 55
Tabel 3.5 Intervensi nyeri akut ................................................................................. 56
Tabel 3.6 Implementasi tanggal 21-12-2018 ........................................................ 57
Tabel 3.7 Implementasi tanggal 22-12-2018 ........................................................ 61
Tabel 3.8 Implementasi tanggal 23-12-2018 ........................................................ 63
Tabel 3.9 Catatan Perkembangan tanggal 21-12-2018 ...................................... 66
Tabel 3.10 Catatan Perkembangan tanggal 22-12-2018 ................................... 68
Tabel 3.11 Evaluasi ....................................................................................................... 70
xii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Hal
2.1 Kerangka Masalah ................................................................................................. 39
3.1 Genogram ................................................................................................................. 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Studi Kasus ............................................... 90
Lampiran 2 Informed Consent ................................................................................. 91
Lampiran 3 Lembar Konsultasi ................................................................................ 92
Lampiran 4 SAP Tuberkulosis Paru ........................................................................ 93
Lampiran 5 Leaflet Tuberkulosis Paru ................................................................... 97
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian yang lain (Indriani, 2013). Zaman dahulu
penyakit Tuberkulosis menyerang pada siapa saja, baik pria maupun wanita, tua atau
muda. Penyakit paru ini diidentifikasikan sebagi penyakit yang paling luas
melibatkan batuk darah dan demam yang hampir selalu fatal penyakit Tuberkulosis
paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin,
atau kaya) (Yunita, 2012). Karena pengobatan tbc memakan waktu yang cukup lama
sekitar 6-8 bulan sering kali masyarakat mengabaikannya karena 2 bulan saat
pengobatan sudah tidak ada gejala sehingga mereka menganggap sudah sembuh,tetapi
sebenarnya penyakit mereka belum sembuh sehingga akan terjadi kekambuhan yang
disebut Tuberkulosis berulang (Pradana, 2014).
Data Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) menyatakan
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Tuberkulosis (TBC atau TB). India
menempati urutan pertama dengan persentase kasus 23 persen terhadap yang ada di
seluruh dunia. Dalam laporan Tuberkulosis Global 2015 yang dirilis Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka 460.000
kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut sudah
1
2
direvisi berdasarkan survei sejak 2016, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per
tahun. Penyakit ini merupakan penyebab kematian urutan ke tiga, setelah penyakit
jantung dan penyakit saluran pernafasan. Berdasarkan data dinas kesehatan jawa
timur (2015), menjelaskan bahwa jumlah kasus baru sebanyak 41.472 penderita, dan
BTA positif baru sebayak 25.618 kasus. Surabaya mendudukki peringkat pertama
jumlah penderita Tuberkulosis paru terbesar di jawa timur sebanyak 3.957 jiwa
(Suherni,2013). Berdasarkan laporan WHO Insiden Tuberkulosis paru tahun 2017 ada
1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru dilaporkan ke Kementrian Kesehatan
sebanyak 420.000 kasus. Penyakit ini banyak ditemukan di permukiman padat
penduduk dengan sanitasi yang kurang baik, kurangnya ventilasi dan pencahayaan
matahari dan kurangnya istirahat.
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Mikroorganisme ini tidak tahan terhadap
sinar UV, karena itu penularannya terutama pada malam hari. Mikroorganisme ini
adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu
Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
penyakit Tuberkulosis. Biasanya sering ditandai dengan batuk, batuk berdahak, nyeri
dada, sesak, batuk darah serta keringat malam. Komplikasi pada penderita
Tuberkulosis Paru adalah kerusakan jaringan paru yang masif, gagal napas,
pneumothoraks, efusi pleura, pneumonia, bronkioektasis, infeksi organ tubuh lain
oleh fokus primer, penyakit hati sekunder (Aryanto,2015).
3
Tatalaksana Tuberkulosis terdiri dari : tindakan pencegahan dengan promosi
kesehatan/ Health Education tentang Tuberkulosis, pengobatan dan rehabilitasi
pasien Tuberkulosis. Tindakan pencegahan dapat berupa pemeriksaan kontak
terhadap individu yang dekat dengan penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif. Mass
chest X-Ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok populasi tertentu.
Vaksinasi BCG, Salah satu penanggulangan penyakit Tuberkulosis dengan strategis
DOTS adalah dengan penemuan kasus sedini mungkin. Hal ini maksutkan untuk
mengefektifkan pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang kontak
yang termasuk subclinical infection. Dengan pencegahan, gunakan masker untuk
menutup mulut, mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke
dalam tempat tidur, makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein, serta pola
hidup sehat dapat di biasakan dengan mengkonsumsi makanan yang di berikan
bergizi dan menjaga kebersihan diri. Sebagai perawat kita dapat mengajarkan cara
untuk batuk efektif dengan cara nafas dalam dan mengeluarkan dahaknya dengan cara
dibatukkan. Namun beritahu klien untuk tidak batuk, bersin dan meludah
sembarangan. Menganjurkan klien untuk menghirup uap air hangat untuk
mengencerkan dahak, anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan klien sedikit
tapi sering dan mencuci tangan enam langkah setiap sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas (Depkes RI,2015).
1.2 Rumusan masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan Tuberkulosis
4
Paru dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan
keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil?”
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis
Paru di RSUD Bangil.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji pasien dengan diagnosa Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis
Paru di RSUD Bangil.
1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa
Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.
1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa
Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.
1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan Tn. S dengan diagnosa Tuberkulosis
Paru di RSUD Bangil.
1.3.2.6 Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa
Tuberkulosis Paru di RSUD Bangil.
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.
5
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :
1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah
sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis
Paru dengan baik.
1.4.2.2 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada
pasien Tuberkulosis Paru.
1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang baik tentang asuahan keperawatan pada pasien dengan
Tuberkulosis Paru.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau
gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses
keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
1.5.2.1 Wawancara
Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga
maupun tim kesehatan lain
1.5.2.2 Obsevasi
Data yang diambil melalui pengamatan kepada
klien 1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang
menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya
1.5.3 Sumber Data
1.5.3.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.
1.5.3.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
klien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.
1.5.3.3 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan
judul studi kasus dan masalah yang dibahas.
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi
kasus ini, secara kesuluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
7
1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan,
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab
berikut ini :
Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat
penelitian, sistematika penuisan studi kasus
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Tuberkulosis Paru serta kerangka
masalah
Bab 3 : Tinjauan kasus tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan
kenyataan yang ada di lapangan
Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
asuhan keperawatan Tuberkulosis. Konsep penyakit akan diuraikan definisi,
etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diraikan
masalah-masalah yang muncul pada penyakit Tuberkulosis dengan melakukan
asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi.
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian yang lain
(Indriani, 2014). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar infeksi
Tuberkulosis menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nucleus droplet
yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang yang terinfeksi
(Sylfia A. price & Lorraine M. Willson, 2013).
Tuberkulosis paru yaitu penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru, tuberculosis dapat juga di tularkan kebagian
tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Brunner dan Suddart, 2013).
8
9
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Jenis
kuman ini berbentuk basil dengan ukuran 1-4 mmdengan tebal 0.3-0.6
mm. Mikroorganisme ini tidak tahan terhadap Sinar UV, karena itu
penularannya terutama pada malam hari. Pada waktu batuk dan bersin
pasien menyebarkan kuman, percikan dari droplet. Pertumbuhan bakteri
tuberkulosis dengan suhu pertumbuhan 30-40 ºC dan suhu optimum 37-
38ºC. Dan akan mati pada pemanasan dengan suhu 60ºC selama 15-20
menit. Basil Tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam
keadaan dormant (tidur) (Amin dan Hardhi,2015).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala utama Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu, dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurn, berat badan
menurun (Depkes, 2014).
Gejala lain yang sering timbul adalah :
2.1.3.1 Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40-41ºC. Biasanya sering
timbul pada waktu sore dan malam hari.
2.1.3.2 Batuk darah, batuk yang disertai bercak darah atau gumpalan darah dalam
jumlah yang banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah.
10
2.1.3.3 Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada kondisi yang sudah lanjut yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
2.1.3.4 Nyeri dada, nyeri pada Tuberkulosis Paru merupakan nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila bagian persyarafan di pleura terkena.
2.1.3.5 Anoreksia. Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi
toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses
progresif.
2.1.3.6 Keringat malam. Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis
untuk penyakit Tuberkulosis Paru. Keringat malam umumnya baru timbul
bila proses telah lanjut.
2.1.3.7 Gejala sistemik lainnya : malaise, lemah badan, dan penurunan berat
badan.
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis menurut Pedoman Nasional Penganggulangan
Tuberkulosis (2014).
Pasien Tuberkulosis juga diklasifikasikan menurut: Lokasi anatomi
dari penyakit, Riwayat pengobatan sebelumnya, Hasil pemeriksaan uji
kepekaan obat dan hasil pemeriksaan dahak mikroskopik.
2.1.4.1 Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:
Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada parenkim
(jaringan) paru Milier Tuberkulosis dianggap sebagai Tuberkulosis paru
karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis Tuberkulosis dirongga
dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
11
gambaran radiologis yang mendukung Tuberkulosis pada paru, dinyatakan
sebagai Tuberkulosis ekstra paru. Pasien yang menderita Tuberkulosis paru
dan sekaligus juga menderita Tuberkulosis ekstra paru, diklasifikasikan
sebagai pasien Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis ekstra paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada
organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran
kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis Tuberkulosis
ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
atau klinis. Diagnosis Tuberkulosis ekstra paru harus diupayakan
berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien Tuberkulosis
ekstra paru yang menderita Tuberkulosis pada beberapa organ,
diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis ekstra paru pada organ
menunjukkan gambaran Tuberkulosis yang terberat.
2.1.4.2 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
1) Pasien baru Tuberkulosis: adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan Tuberkulosis sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (dari 28 dosis).
2) Pasien yang pernah diobati Tuberkulosis: adalah pasien yang
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (dari 28
dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil
pengobatan Tuberkulosis terakhir.
3) Pasien kambuh: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis Tuberkulosis
12
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena
benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
4) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien Tuberkulosis
yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
5) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up
(klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah
putus berobat /default).
6) Lain-lain: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
2.1.4.3 Klasifikasi pasien Tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis yaitu :
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
(1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
(2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorak dada
menunjukkan tuberkulosis.
(3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
Tuberkulosis positif.
(4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS yang pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
13
2) Tuberkulosis BTA Negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru BTA
positif. Kriteria diagnostik Tuberkulosis paru BTA negatif harus
meliputi:
(1) spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
(2) Foto thorak abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
(3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
(4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
2.1.5 Patofisiologi (Doenges, 2014)
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar
ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan
berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan
menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa
sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula
keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah ke bagian
paru-paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain. Setelah itu infeksi akan
menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase,
yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage. Berkurang
tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena
fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini
14
berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya
tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan
bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkeln(biji-biji kecil
sebesar kepala jarum). Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.
Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang
menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
2.1.6 Penatalaksanaan (Harjana, 2013)
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4 atau 7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
2.1.6.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Tabel 2.1 Nama Obat anti Tuberkulosis Paru (Yunita, 2013)
Nama OAT Potensi Efek Samping Dosis
(mg/kgbb)
Isoniazid (INH) Tinggi Neuropati perifer, 5 10 15
gangguan fungsi
hati, kejang
Rifampisisn (R) Tinggi Demam, anemia 10 10 10
hemolitik, urine
warna merah,
sesak napas,
trombositopenia
Pirazinamid (Z) Rendah Gangguan GI, 25 35 50
gangguan fungsi
hati, gout atritis
Streptomisin (S) Rendah Nyeri ditempat 15 15 5
suntikan, gangguan
keseimbangan
pendengaran,
anemia,
15
trombositopenia
Etambutol (E) Rendah Gangguan 15 30 45
penglihatan, buta
warna, neuritis
perifer
2.1.6.2 Pengobatan Supportif/ Simptomatik
1) Makan makanan yang bergizi
2) Bila demam berikan obat penurun panas
3) Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi batuk, sesak napas
dan keluhan lainnya.
1) Diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
2) Hindari merokok dan minuman alkohol
3) Istirahat yang cukup
4) Mengajarkan batuk efektif
5) Olahraga
6) Pengawasan minum obat
2.1.7 Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat
terjadi pada klien dengan Tuberculosis Paru, yaitu :
2.1.7.1 Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran
getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah
saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau columna
vertebralis.
16
2.1.7.2 Efusi pleura
Keluarnya cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe ke
dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan
material masuk ke rongga pleura. Material mengandung bakteri dengan
cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan eksudat pleura yang kaya akan
protein.
2.1.7.3 Empisema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas
pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
2.1.7.4 Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan
laryngitis tuberculosis.
2.1.7.5 Tuberkulosis Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di
dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang
yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat melalaui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium
tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak,
ginjal, dan saluran pencernaan.
2.1.7.6 Keruskan parennkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi
parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan
lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
17
2.1.7.7 Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas,
menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk
mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
2.1.8 Diagnosa Banding (Abdul Mukty, 2013)
2.1.8.1 Pneumonia
2.1.8.2 Abses paru
2.1.8.3 Kanker paru
2.1.8.4 Bronkiektasis
2.1.8.5 Pneumonia aspirasi
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang (Supyan Maulana, 2012)
2.1.9.1 Pemeriksaan Laboratorium
LED (Laju Endap Darah) sebagai indikator atau respon terhadap
pengobatan dan prediksi tingkat penyembuhan; meningkat pada fase aktif.
Leukosit/ limfosit menggambarkan status imunitas penderita.
2.1.9.2 Tes kulit tuberkulin
Tes Mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan
individu terinfeksi basil Tuberkulosis. Ekstrak basil tuberkulin ada 2
macam, yaitu : OT (Old Tuberkulin) dan PPD (Purified Protein
Derivative). Disuntikkan secara IC sebanyak 3-5 kali TU (Tuberculin
Unit), membentuk benjolan pada kulit, dan reaksi lokal seperti edema dan
infiltrasi seluler. Area suntikkan diinspeksi dalam waktu 48-72 jam dan
diukur indurasinya. Ukuran indurasi menentukan apakah Negatif (0-4
mm)natau Positif (5-10 mm), dan dapat bertahan selama beberapa hari.
18
2.1.9.3 Rontgen Thoraks
Karakteristik kelainan terlihat sebagai daerah garis opaque yang
ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas dilokasi sekitar
hilus. Tidak jarang kelainan ini tampak kurang jelas bibagian atas maupun
bawah, memanjang di daerah clavicula atau satu bagian lengan atas.
Pasien dengan kelainan sering kali tidak dapat terdeteksi hingga mencapai
stadium lanjut, sehingga tampak gambaran kavitas dan penyebaran
brokhogenik ke paru lain maupun lobus bawah pada parus yang sama.
Pemeriksaan toraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan
dan bergantung juga pada tipe kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT.
2.1.9.4 CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan
kasus Tuberkulosis yang inaktif dengan hasil kultur sputum. Ditunjukkan
dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal,
kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas
bronkhovaskular, bronkhiektasis, dan emfisema perisikatriksial. Pada
pasien Tuberkulosis ditemukan adanya gambaran kavitas yang membentuk
lingkaran nyata atau bentuk oval dengan dinding yang cukup tipis.
2.1.9.5 Pemeriksaan Mikrobiologi
Hasil pemeriksaan mikroskopik dilaporkan sebabgai berikut
+1 : Bila setelah 10 menit tidak ditemukan BTA, maka BTA Negatif
+2 : Bila ditemukan BTA 1-3 batang pada seluruh sediaan, maka sediaan
diulang
+3 : Bila ditemukan bakteri tersebut, maka BTA +
19
Bahan pemeriksaan dapat berupa :
1) Sputum.
Sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama
keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum dikumpulkan
selama 24 jam. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis
dilakukan dengan mengumpulkan 3 bahan dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa, yang dikenal dengan konsep sewaktu- pagi sewaktu
(SPS) : Diagnosis tuberkolusi paru pada orang dewasa di
tegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkolusis (BTA).
2) Urine.
Urine yang pertama di pagi hari atau yang dikumpulkan
selama 12-24 jam. Jika pasien menggunakan kateter maka urine
yang tertampung didalam urine bag dapat diambil.
3) Cairan kumbah lambung.
Umumnya bahan pemeriksaan ini digunakan jika anak-
anak atau penderita tidak dapat mengeluarkan sputum. Bahan
pemeriksaan diambil pagi hari sebelum sarapan.
4) Bahan lain : pus, cairan cerebrospinal (sumsum
tulangbelakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses dan swab
tenggorok.
2.1.9.6 Tes faal paru
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen
20
sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural.
2.2 Dampak Masalah Tuberkulosis Paru Menurut Bruner dan Sudart (2012)
2.2.1 Dampak Ekonomi
Sakit selalu memiliki dampak ekonomi karena untuk sembuh
dibutuhkan biaya yaitu biaya untuk perawatan dan obat. Terlebih jika
penyakit yang diderita butuh proses panjang untuk bisa sembuh, seperti
Tuberkulosis yang membutuhkan waktu hingga enam bulan mengonsumsi
obat.. waktu penyembuhan bisa lebih panjang jika Tuberkulosis yang
diidap adalah Tuberkulosis resisten atau Tuberkulosis MDR (Multi Drug
Resisten). Tuberkulosis MDR, yaitu Tuberkulosis paru dengan kuman
tidak sensitive lagi dengan obat-anti Tuberkulosis (OAT) minimal dengan
jenis obat rifampisin dan INH, dimana pasien harus menjalani pengobatan
dua tahun lamanya.
Perlu diketahui, Indnesia sekarang berada pada ranking kelima
Negara dengan beban Tuberkulosis tertinggi di dunia. Menurut hasil
Riskesdas 2013, prevalensi Tuberkulosis berdasarkan diagnosis sebesar
0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap seratus ribu
penduduk Indonesia terdapat 400 0rang yang didiagnosa kasus
Tuberkulosis oleh tenaga kesehatan.
Bagi pasien yang mampu atau bahkan sudah pension tidak terlalu
bermasalah, akan tetapi bagi pasien dengan umur muda, masih bekerja
atau bahkan tulang punggung rumah tangga, sangat menimbulkan masalah
21
dan penderitaan bukan saja terhadap diri sendiri yang sedang sakit tetapi
juga keluarga terutama istri dan anak-anak
2.2.2 Dampak Fisik
1) Kerusakan jantung
2) Resistens kuman
3) Kerusakan hati dan ginjal
4) Gangguan mata
5) Ateletaksis
6) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak dan tulang persendian.
2.3Konsep solusi dan pencegahan (Soemantri, 2012)
2.3.1 Minum obat Tuberkulosis secara lengkap dan teratur sampai sembuh
2.3.2 Pasien Tuberkulosis harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk
karena pada saat bersin dan batuk ribuan hingga jutaan kuman
Tuberkulosis keluar melalui percikan dahak. Kuman Tuberkulosis yang
keluar bersama percikan dahak yang dikeluarkan pasien Tuberkulosis saat
: bersin, batuk.
2.3.3 Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat
khusus dan tertutup. Misalnya dengan menggunakan wadah/kaleng
tertutup yang sudah diberi karbol/antiseptik atau pasir. Kemudian
timbunlah kedalam tanah.
2.3.4 Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain :
2.3.5 Menjemur peralatan tidur.
2.3.6 Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari
masuk.
22
2.3.7 Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat mengurangi
jumlah kuman di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman.
2.3.8 Makan makanan bergizi.
2.3.9 Tidak merokok dan minum-minuman keras.
2.3.10 Lakukan aktivitas fisik/olahraga secara teratur.
2.3.11 Mencuci peralatan makan dan minuman dengan airbersih mengalir dan
memakai sabun.
2.3.12 Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
2.4.1.1 Identitas
1) Usia : Yang mudah terpapar bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis
adalah usia 15-50 tahun, karena penyakit Tuberkulosis Paru paling
sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15-50) tahun.
Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari
55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit Tuberkulosis Paru,
bahkan juga tidak menutup kemungkinan pada usia produktif atau pada
anak (Nurarif dan Kusuma, 2015).
2) Jenis kelamin : laki-laki, karena jenis kelamin cukup berperan dalam
menentukan apakah seseorang lebih rentan terkena Tuberkulosis atau
tidak. Jumlah penderita pria yang lebih banyak diduga disebabkan
mobilitas dan aktivitasnya yang lebih tinggi daripada perempuan.
23
Terlalu banyak merokok tembakau dan minum alcohol sehingga dapat
menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar
dengan agen penyebab Tuberkulosis Paru. Dengan faktor tersebut, pria
diyakini lebih mudah terpapar bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis
(Hiswani, 2009).
3) Pekerjaan : pasiean yang mempunyai pekerjaan yang tidak sesuai
standart K3 seperti di pabrik , pekerja diruangan tertutup tanpa adanya
ventilasi yang memadai hingga kurangnya paparan sinar matahari yang
dapat menimbulkan kuman Tuberkulosis dapat menetap disana.
Pekerja tambang khususnya tambang logam, peleburan dan konstruksi
yang rentan terpapar debu silika yang jika dibiarkan terus menerus bisa
menyebabkan sesak nafas dan terjangkit Tuberkulosis paru (Irman
Somantri, 2009).
2.4.1.2 Keluhan utama
Gejala umum biasanya lemah dan demam. Keluhan Tuberkulosis
dibagi menjadi gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri
dada), dan gejala sistemik(demam, anoreksia, keringat malam, penurunan
berat badan, dan malaise) (Somantri, 2008).
2.4.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Bagian ini untuk melengkapi keluhan utama. Biasanya batuk lebih
dari tiga minggu dengan dahak berwarna kuning yang bisa bercampur
dengan darah. Berkeringat di malam hari yang dimulai dengan demam dan
akhirnya menyebabkan keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.
Kehilangan nafsu makan pada penderita biasanya disebabkan oleh rasa
24
mual yang dirasakan, dan terjadi penurunan berat badan karena pengaruh
hormone leptin dalam tubuh (Naga, 2014).
2.4.1.4 Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita/ didiagnosa Tuberkulosis sebelumnya,
mengalami keluhan atau gejala yang sama, pernah mendapatkan OAT.
Jika iya, bagaiman keteraturan meminum obat dan efek yang dirasa.
Riwayat penyakit lain, seperti Diabetes, pembesaran getah bening, riwayat
operasi, diet, alergi obat, dan obat-obat yang biasa diminum pada masa
lalu (Arif Muttaqin, 2009)
2.4.1.5 Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi Tuberkulosis tidak diturunkan, tetapi riwayat
Tuberkulosis pada anggota keluarga lain perlu ditanyakan sebagai faktor
presdiposisi penularan didalam rumah.
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan yaitu, merokok, penyalahgunaan
obat-obatan dan alkohol, dan kurangnya olahraga, kurang istirahat,
terpapar polusi setiap hari tanpa menggunakan masker, besar kemungkinan
untuk tertular penyakit Tuberkulosis Paru (Helmia, 2010).
Lingkungan tempat tinggal pasien kumuh, udara yang kotor, rumah yang
kurang terpapar sinar matahari, lembab dan berdebu punya resiko tinggi
terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis (Ahmad, 2008).
25
2.4.2 Pemeriksaan Fisik Menurut Arif Mutaqin (2012)
2.4.2.1 Breath (B1)
Pada inspeksi didapatkan bentuk dada. Sekilas pasien Tuberkulosis
terlihat kurus sehingga tampak penurunan proporsi diameter bentuk dada
anterior-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Pada
Tuberkulosis dengan efusi pleura yang masif, terlihat adanya
ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran ICS pada sisi yang sakit. Pada
Tuberkulosis dengan atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi
asimetris, penyempitan ICS pada sisi yang sakit. Gerakan napas pada
Tuberkulosis minimal tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan
tidak mengalami perubahan. Jika terdapat komplikasi yang melibatkan
kerusakan luas pada parenkim paru, biasanya pasien terlihat sesak napas,
peningkatan frekuensi napas, dan menggunakan otot bantu napas. Batuk
dan sputum. Pasien Tuberkulosis biasanya didapatkan batuk yang
produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen. Tuberkulosis Paru dengan atelektasis mengalami
peningkatan produksi sputum yang banyak. Produksi sputum seperti
konsistensi, jumlah, warna, darah, dan kemampuan mengeluarkan perlu
diukur sebagai penunjang evaluasi.
Pada palpasi didapatkan adanya pergeseran trakhea menunjukkan
penyakit dari lobus atas paru. Pada Tuberkulosis paru dengan efusi pleura
masif dan pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea ke arah
berlawanan dari arah sakit. Gerakan dinding thoraks Tuberkulosis Paru
26
tanpa komplikasi, gerakan dada biasanya normal. Adanya penurunan
gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada pasien Tuberkulosis
dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi pada pasien Tuberkulosis paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya didapatkan bunyi resonan pada seluruh lapang paru. Pada
Tuberkulosis Paru dengan efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai
pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan dirongga
pleura. Apabila disertai pneumothoraks, didapatkan bunyi hiperresonan.
Pada auskultasi didapatkan bunyi napas tambahan Ronchi pada sisi
yang sakit. Catat diarea paru mana terdengar suara ronchi. Bunyi yang
terdengar melalui stetoskop ketika pasien berbicara pada Tuberkulosis
Paru dengan efusi pleura akan didapatkan penurunan pada sisi yang sakit.
2.4.2.2 Blood (B2)
Inspeksi adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan fisik.
Denyut nadi perifer terpalpasi lemah. Saat diperkusi pada Tuberkulosis
Paru dengan efusi pleura masif, batas jantung mengalami pergeseran
mendorong ke sisi sehat. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
2.4.2.3 Brain (B3)
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, reflek, fungsi
saraf kranial dan fungsi saraf serebral. Pada Tuberkulosis Paru telah
mengalami Tuberkulosis miliralis maka akan terjadi komplikasi meningitis
yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus
27
kranial, tanda kernig dan brudinsky serta kaku kuduk yang positif (Arif
Muttaqin, 2009).
2.4.2.4 Bladder (B4)
Pasien Tuberkulosis paru akan menemukan urine berwarna jingga
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai
ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.
2.4.2.5 Bowel (B5)
Pasien mungkin mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan.
2.4.2.6 Bone (B6)
Aktivitas sehari-hari mungkin berkurang pada pasien Tuberkulosis Paru.
Gejala kelemahan, keletihan, insomnia, jadwal olahraga tidak teratur.
2.4.3 Konsep Analisa Data
Merupakan informasi yang dilakukan secara sistematis dan
kontinyu tentang status kesehatan klien untuk menentukan masalah-
masalah serta kebutuhan-kebutuhan kesehatan klien. Informasi yang
diperlukan adalah segala sesuatu penyimpangan tentang klien sebagai
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual, kemampuan dalam mengatasi masalah
sehari-hari, masalah kesehatan dan keperawatan yang mengganggu
kemampuan klien dan keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana
asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.
Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data
objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan
yang disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien, perasaan, nilai-nilai,
28
kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan
situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual, sakit kepala, rasa khawatir,
cemas dan lain-lain. Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh
melalui suatu pengamatan, pengukuran, pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui (berlaku), misalnya: perubahan warna
kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku dan lain-lain (Patricia
A. Dan Perry Anne Griffin, 2008).
2.4.4 Diagnosa Keperawatan
Berikut ini merupakan diagnosa keperawatan menurut Nurarif dan
Kusuma, 2015:
2.4.4.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
penumpukan sekret
2.4.4.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
paru,penurunan perifer, dan penurunan curah jantung
dengan
kongesti
2.4.4.3 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya
ekspasi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura
2.4.4.4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
2.4.4.5 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan batuk produktif
29
2.4.5 Intervensi Keperawatan
Berikut ini merupakan intervensi keperawatan menurut Doengoes, 2012 :
2.4.5.1 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada suara ronkhi
2) Mengeluarkan secret tanpa bantuan
3) Mempertahankan jalan nafas
4) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
(1) Observasi dan pantau fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, dan
penggunaan otot bantu napas)
R/ Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi
menunjukkan akumulasi sekret, dan adanya penggunaan otot bantu
napas serta peningkatan kerja napas
(2) Observasi dan pantau kemampuan mengeluarkan sekresi dan
karakteristiknya
R/ Sputum yang kental akan menyulitkan untuk mengeluarkannya,
sputum kental juga menunjukkan efek infeksi dan hidrasi yang tidak
adekuat, sputum berdarah bila ada kerusakan atau luka bronkhial
(3) Berikan posisi semifowler/ fowler
R/ Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas
(4) Ajarkan batuk efektif
30
R/ Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan
gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan
(5) Bersihkan sekret, lakukan suction bila perlu
R/ Mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan dilakukan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan.
(6) Lakukan oksigenasi bila perlu
R/ Memberikan transpor oksigen yang adekuat, meringankan upaya
bernapas
(7) Kolaborasi pemberian OAT, agen mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid
R/ Perlu memantau minum OAT pada pasien. Agen mukolitik untuk
menurunkan kekentalan sekret sehingga mudah dikeluarkan dengan
mudah. Bronkodilator untuk meningkatkan diameter lumen
percabangan trakeobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara. Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada
hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan
2.4.5.2 Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapakan oksigenasi adekuat dengan criteria hasil :
1) Tidak ada keluhan sesak
2) Tidak tampak tarikan dinding dada
3) Klien bisa istirahat pada malam hari
4) TTV dalam batas normal (RR 20-24 x/menit)
31
5) Analisis gas darah dalam batas normal
Intervensi :
(1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya alergi
R/ Menyatakan adanya kongestif paru / pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut
(2) Anjurkan klien untuk batuk efektif dan nafas dalam
R/ Membersihkan jalan nafas dan memudahkan oksigenasi
(3) Dorong klien untuk perubahan posisi sering
R/ Membantu untuk mencegah ateletaksis dan pneumonia
(4) Berikan tambahan O2 6 liter /menit
R/ Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas
(5) Kolaborasi pemberian digoxin
R/ Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat
mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan
pertukaran gas
2.4.5.3 Diagnosa 3 :Ketidakefektifan pola napas
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam diharapkan ketidakefektifan pola nafas kembali efektif dengan kriteria
hasil :
1) Jalan nafas kembali normal
2) Respirasi rate dalam batas normal
3) Tidak ada retraksi intercosta
4) Tidak ada pernafasan cuping hidung
32
Intervensi :
(1) Observasi dan pantau fungsi pernapasan
R/ Distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok
akibat hipoksia. Bunyi napas dapat menurun/ tidak ada pada area
kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru atau seluruh area paru
(2) Berikan posisi semifowler/ fowler tinggi dan miring pada sisi yang
sakit
R/ Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
bernapas
(3) Bantu pasien untuk melakukan napas dalam dan batuk efektif
R/ Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkat kan
gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan
(4) Lakukan oksigenasi bila perlu
R/ Memberikan transpor oksigen yang adekuat, meringankan upaya
bernapas
(5) Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau WSD, jika perlu
R/ Sebagai evakuasi cairan atau udara dan memudahkan ekspansi paru
secara maksimal
2.4.5.4 Diagnosa 4 :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam diharapkan klien ada peningkatan nutrisi dengan kriteria hasil :
1) Menunjukan berat badan meningkat
2) Melakukan pola makan untuk mempertahankan berat badan yang tepat
33
Intervensi :
(1) Observasi dan pantau status nutrisi pasien (BB, intake, output, turgor
kulit, integritas mukosa bibir, kemampuan menelan, anoreksia, diare)
R/ Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah nutrisi sebagai
evaluasi
(2) Ajarkan perawatan kebersihan mulut
R/ Menurunkan rasa tidak enak pada mulut karena sisa makanan, sisa
sputum atau sisa obat, dan menurunkan rangsangan muntah
(3) Kolaborasi dan fasilitasi pasien untuk memperoleh diet yang sesuai
indikasi dan disukai, diet tinggi kalori tinggi protein, porsi sedikit tapi
sering
R/ Memaksimalkan pemberian intake gizi, mengurangi kelelahan dan
iritasi saluran cerna. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai dengan status hipermetabolik pasien
(4) Kolaborasi pemeriksaan BUN, protein serum, dan albumin
R/ Menilai kemajuan terapi nutrisi dan sebagai evaluasi
(5) Kolaborasi pemberian multivitamin, jika perlu
R/ Multivitamin berguna untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang
tinggi sekunder dari peningkatan metabolisme
2.4.5.5 Diagnosa 5 : Gangguan pola istirahat tidur
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kebutuhan tidur klie terpenuhi dengan criteria hasil :
1) Klien tidak mengeluh susah tidur
34
2) Sklera tidak tampak merah
3) Frekuensi tidur 7-8 jam / hari
Intervensi :
(1) Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien
R/ Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan
memperlancar pereedaran O2 dan CO2
(2) Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan
kebiasaan pasien sebelum sakit
R/ Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur
akan mengganggu proses tidur
(3) Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur R/
Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur
(4) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
R/ Dengan lingkungan yang nyaman dan tenang ditunjukkan
sepaya klien dapat tidur dengan nyenyak
(5) Jelaskan tentang pentingnya istirahat tidur
R/ Melalui penjelasan tentang pentingnya istirahat tidur diharapkan
klien dapat beristirahat dengan teratur dan tepat waktu sehinga
sklera mata tidak tampak merah
2.4.6 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan penerapan dari perencanaan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan, kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan –
mengobservasi respon sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan. Tujuan
35
tahap pelaksanaan ini adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan yang mencakup kesehatan dan pencegahan penyakit (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2013).
Terkait dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas,
tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu : Mengobservasi dan
memantau fungsi pernapasan (suara napas ronchi (+), kecepatan 24-
30x/menit, dan adanya penggunaan otot bantu napas). Mengobservasi dan
memantau kemampuan mengeluarkan sekret dan karakteristiknya (jika
sekret berwarna merah muda maka dicurigai adanya edema paru).
Memberikan posisi semi fowler (posisi kepala lebih tinggi daripada kaki)
dapa mengurangi potensi sesak nafas pada pasien. Mengajarkan batuk
efektif dengan cara nafas dalam dan mengeluarkan sekret dengan cara
dibatukkan. Membersihkan sekret dengan menggunakan alat suction untuk
mempermudah pasien jika tidak bisa melakukan batu efektif. Melakukan
oksigenasi bila pasien membutuhkan (gunakan O2 nasal untuk 1-5 lpm dan
O2 masker untuk 6-10 lpm). Berkolaborasi dalam pemberian mukolitik
(untuk mengurangi kekentalan dahak).
Pada diagnosa gangguan pertukaran gas dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut: Auskultasi bunyi nafas (terdapat wheezing),
menganjurkan klien untuk nafas dalam dengan cara tarik nafas melalui
hidung dan menhembuskannya melalui mulut, mendorong klien untuk
perubahan posisi sering (miring kanan miring kiri bila memungkinkan bagi
klien), memberikan tambahan O2 6 liter / menit dengan masker,
berkolaborasi pemberian digoxin (untuk meningkatkan kontraktilitas otot
36
jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya edema dan mencegah
gangguan pertukaran gas).
Dari diagnosa ketidakefektifan pola napas, tindakan keperawatan
yang bisa dilakukan ialah: Mengobservasi dan memantau fungsi pernapasan
(kecepatan 24-30x/menit, dan adanya penggunaan otot bantu napas).
Memberikan posisi semi fowler (posisi kepala lebih tinggi daripada kaki
untuk mengurangi potensi sesak nafas). Membantu pasien untuk melakukan
nafas dalam dengan cara mengambil nafas melalui hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut. Melakukan oksigenasi sesuai kebutuhan
pasien.
Untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan,
tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu: Mengobservasi dan
memantau status nutrisi pasien (berat badan terjadi penurunan, intake dan
output tidak seimbang, turgor kulit tidak elastis, integritas mukosa bibir
kering, sulit menelan, adanya anoreksia). Mengajarkan perawatan
kebersihan mulut (menggosok gigi 2x sehari), berkolaborasi dan fasilitasi
pasien untuk memperoleh diet yang sesuai dengan indikasi dan disukai (diet
tinggi kalori tinggi protein, porsi sedikit tapi sering). Berkolaborasi
pemberian multivitamin.
Dari diagnosa gangguan pola istirahat tidur bisa dilakukan tindakan
keperawatan seperti: Menjelaskan tentang pentignya istirahat tidur (bahwa
tidur sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
waktu 7-8 jam sehari), memberikan posisi senyaman mungkin bagi pasien
untuk memudahkan pasien tertidur, menentukan kebiasaan motivasi
37
sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum dirawat
(misalnya sebelum tidur pasien membaca buku terlebih dulu),
menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur dengan cara
melatih pernafasan (bisa dengan nafas dalam) dan mendengarkan musik,
menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (jauh dari krbisingan
untuk mempermudah terlelapnya pasien,
2.4.7 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan kondisi klien sejauh mana masalah klien dapat teratasi,
disamping itu perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai maka dalam hal
ini proses keperawatan yang dimodifikasi (A. Aziz Alimul Hidayat, 2014).
Pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan penumpukan sekret, evaluasi yang didapatkan adalah jalan nafas
pasien kembali efektif tanpa adanya ronchi, pasien mampu mengeluarkan
sekret dengan teknik batuk efektif tanpa bantuan, tanda-tanda vital dalam
batas normal (RR 16-20 x/menit, nadi 80-100x /menit, suhu 36,5-37,5 C).
Dari diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kongesti paru, penurunan nadi perifer dan penurunan curah jantung,
evaluasi yang diperoleh adalah pasien menunjukkan ventilasi adekuat
RR16-20 /menit, tidak ada suara mengi pada pernafasan pasien, pasien
mendapatkan terapi oksigen O2 masker 6 liter / menit.
38
Diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
menurunnya ekspasi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam
rongga pleura, evaluasi yang didapat adalah fungsi pernapasan pasien baik
(suara nafas vesikuler, RR 16-20 x/ menit), pasien mampu untuk
melakukan napas dalam tanpa bantuan, pasien mendapatkan terapi
oksigenasi O2 nasal 4 liter / menit.
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan nafsu makan evaluasi yang dihasilkan
adalah berat badan pasien dapat meningkat, tidak ada anoreksia, pasien
melakukan pola makan yang teratur (3x sehari).
Diagnosa gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan batuk
produktif, diperoleh evaluasi istirahat tidur pasien terpenuhi (7-8 jam /hari)
pasien mampu melakukan latihan relaksasi sebelum tidur (nafas dalam dan
mendengarkan musik), frekuensi tidur pasien tercukupi.
2.5 Kerangka Masalah
Bakteri tuberkulosis
Infeksi primer Sembuh
Sembuh dengan Fokus Gohn
Bakteri Dorman
Infeksi primer
(reaktivasi)
Bakteri muncul beberapa bulan
kemudian
Sembuh dengan fibrotik
Reaksi infeksi & merusak parenkim paru
Produksi sekret meningkat Kerusakan membran Perubahan cairan Reaksi
Pecahnya pembuluh darah alveolar-kapilar intrapleura sistematis
merusak pleura
sesak, sianosis anoreksia
Batuk berdahak, batuk penggunaan otot
terus menerus Sesak napas, napas
ekspansi thorax
Ketidak efektifan
bersihan jalan napas
Gangguan
Pola nafas
BB menurun
Pertukaran gas tidak efektif
Gangguan pola Ketidakseimbangan
Istirahat tidur
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gambar 2.1 Pohon masalah klien dengan TB Paru (Harjana, 2013)
39
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Tuberkulosis Paru, maka penulis menyajikan suatu kasus yang
penulis amati mulai tanggal 20 Desember 2018 sampai dengan 23 Desember 2018
dengan data pengkajian pada tanggal 20 Desember 2018 jam 18.00 WIB. Anamnesa
diperoleh dari klien, keluarga dan file No.Register 00324xxx sebagai berikut :
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Pasien adalah seorang laki-laki bernama “Tn. S” usia 61 tahun, beragama
islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa, dan bekerja sebagai tukang
becak. Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama istri
dan anak terakhirnya bernama “Sdr. S” usia 33 tahun, beragama islam dan pekerjaan
wiraswasta. Klien tinggal di Kejayan Pasuruan. Pasien masuk rumah sakit pada
tanggal 19 Desember 2018 jam 10.00 WIB.
3.1.2 Riwayat Keperawatan
3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien mengatakan batuk selama kurang lebih tujuh bulan. Pasien sudah
periksa ke Puskesmas dan menganggapnya sembuh. Pada tanggal 19 Desember 2018
40
41
pasien batuk disertai darah dan dibawa ke IGD RSUD Bangil jam 10.00 WIB. Pada
jam 12.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang Melati. Pada saat pengkajian, pasien
mengatakan batuk berdahak dan gatal di tenggorokannya sehingga sering terbangun
saat tidur. Pasien juga mengatakan masih bingung dan tidak mengetahui lebih jelas
tentang penyakit paru dan cara penularannya. Pada saat pengkajian, pasien dan
keluarga seringkali tidak memakai masker.
3.1.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1) Penyakit yang pernah diderita
Pasien tidak pernah menderita penyakit menular paru-paru sebelumnya.
2) Operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi.
3) Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi
1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Pasien mengatakan bahwa ibunya pernah menderita penyakit paru-paru.
2) Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan rumah bersih, namun kurang ventilasi udara, rumah pasien dekat
dengan jalan raya.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan saat bekerja tidak menggunakan masker dan pasien adalah
perokok.
42
3.1.2.5 Status Cairan dan Nutrisi
Sebelum MRS nafsu makan baik, klien makan 3x1 porsi habis. Pasien
menyukai semua jenis makanan. Pasien minum air putih sebanyak kurang lebih 1500
cc per hari. Pada saat di rumah sakit nafsu makan pasien menurun. Pasien makan 3x
setengah porsi per hari dengan diet lunak 2100 kkal dan putih telur. Berat badan
sebelum sakit 63 kg dan berat badan sekarang 60 kg.
Pasien mengatakan tidak tahu tentang manfaat diet yang diberikan. Pasien
tampak bingung saat ditanya tentang makanan apa yang harus dikonsumsi dan
makanan yang harus dihindari sehubungan dengan penyakitnya. Pasien tampak
lemas.
43
Masalah keperawatan:
- Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Defisit pengetahuan
1) Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis dengan GCS 4 5 6.
Terpasang infus futrolit 20 tetes per menit di tangan kiri.
2) Tanda Vital
Tanda – tanda vital observasi pasien, tekanan darah diperoleh 110/80 mmHg,
suhu : 36,0 °C (Lokasi pengukuran : Axilla), nadi : 95 x/menit (Lokasi
perhitungan : Arteri Radialis), respirasi : 22 x/menit.
3) Respirasi (B1)
Pada inspeksi bentuk dada pasien nampak normal, susunan ruas tulang
belakang normal, pola nafas tidak teratur, jenis kusmaul. Terdapat retraksi
otot bantu nafas intercostae dan suprasternalis. Perkusi thorax redup pada
thorax kanan atas. Alat bantu napas O2 nasal kanul 4 liter per menit. Vokal
fremitus antara kanan dan kiri sama. Suara nafas ronchi pada lobus kanan atas,
bawah dan pada lobus kiri bawah. Pasien batuk berdahak dengan produksi
sekret warna putih kental. Adanya nyeri dada sebelah kiri, rasanya seperti
tertindih, pasien tampak menyeringai, nyeri timbul saat bernafas dengan skala
6. Nyerinya hilang timbul dan bertambah ketika pasien batuk. Masalah
keperawatan : - Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Nyeri akut
44
4) Kardiovaskuler (B2)
Pada inspeksi pasien tidak terdapat sianosis, clubbing finger tidak ada.
Pada palpasi ictus cordis tidak teraba, tidak terdapat nyeri dada. CRT dapat
kembali ≤ 3 detik. Pada auskultasi di dapatkan irama jantung reguler, bunyi
jantung S1 S2 tunggal, tidak ada suara tambahan murmur. Masalah
keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5) Persyarafan (B3)
Kesadaran pasien composmentis (GCS 4-5-6), orientasi pasien baik.
Pasien tidak mengalami kejang, kaku kuduk, dan brudzinsky. Tidak terdapat
kelainan nervus cranialis. Lain-lain : saat di rumah sakit pasien tidur mulai
jam 21.00-05.00 WIB. Saat di rumah pasien tidur mulai jam 22-05 WIB.
Masalah keperawatan : - Tidak ada masalah keperawatan
6) Genetourinaria (B4)
Pada inspeksi didapatkan bentuk alat kelamin normal, tidak ada
massa/benjolan, kebersihan alat kelamin bersih. Frekuensi berkemih 3-4 kali
per hari. Bau khas amonia, warna kuning jernih dan tempat yang digunakan
klien adalah pispot, dengan jumlah 1500 cc/hr.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7) Pencernaan (B5)
Pada inspeksi mukosa bibir pasien kering, mulut bersih. Bentuk bibir
normal. Gigi caries, selama sakit pasien tidak menggosok gigi. Tidak ada
kesulitan menelan. Abdomen supel tidak terdapat benjolan ataupun asites.
45
Pada auskultasi peristaltik usus 15 kali per menit. Kebiasaan BAB 1 kali per
hari dengan konsistensi lembek.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
8) Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Pada pasien tidak terdapat fraktur. Kemampuan pergerakan sendi dan
tungkai bebas. Pada inspeksi kulit kurang bersih. Pada palpasi akral hangat,
turgor kulit dapat kembali ≤ 3 detik. Kekuatan otot tangan dan kaki kanan (5
5) sedangkan tangan dan kaki kiri (5 5). Pasien tampak lemas ketika berjalan
pasien dibantu oleh keluarga saat turun dari tempat tidur. Pasien mengatakan
badannya lemah karena tidak beraktivitas seperti biasanya.
Masalah keperawatan : Keletihan
9) Penginderaan (B7)
Pada pemeriksaan mata, pupil pasien isokor, konjungtiva anemis,
sklera putih, palpebra normal. Ketajaman penglihatan pasien normal. Pasien
tidak menggunakan alat bantu untuk melihat. Pasien tidak ada kesulitan
membuka mata. Bentuk hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada
sekret, ketajaman penciuman normal. Bentuk telinga simetris antara kanan
dan kiri, ketajaman pendengaran baik. Tidak ada keluhan pada
pendengarannya dan pasien tidak menggunakan alat bantu apapun untuk
mendengar.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
46
10) Endokrin (B8)
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar parotis pada pasien. Pasien tidak memiliki luka gangren.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11) Data psikososial
Pasien bersyukur mempunyai anggota tubuh yang lengkap, pasien
menyukai semua bagian tubuhnya. Pasien berperan sebagai seorang suami dan
ayah. Pasien merasa puas menjadi seorang laki-laki. Pasien merasa senang
terhadap perannya sebagai seorang suami dan ayah. Pasien merasa mampu
melakukan perannya dengan baik. Pasien berharap agar cepat sembuh dan
dapat melakukan perannya dengan baik. Pasien berharap keluarganya selalu
mendukung dalam proses penyembuhan. Pasien berharap masyarakat mau
menerima kondisinya. Pasien tidak malu dengan kondisinya saat ini.
Hubungan pasien dengan keluarga baik. Keluarga mendukung sepenuh hati.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
47
12) Pemeriksaan penunjang
(1) Laboratorium
Tabel 3.1 Data laboratorium Tn.S pada tanggal 20-12-2018 jam : 15.18
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Leokosit (WBC) 10,47 3,70-10,1
Eritrosit (RBC) L 3,633 10 L/UL 4,6 - 6,2
Hemoglobin (HGB) L 11,01 g/DL 13,5 – 18,0
(2) X-Ray
Foto thorax Ap : kesan suspect Tuberkulosis paru tanggal 20 Desember
2018 jam : 15.31.
13) Terapi
(1) Infus futrolit 1500 cc/24 jam 20 tpm
Futrolit merupakan cairan yang digunakan untuk membantu mengatasi
kebutuhan karbohidrat, cairan dan elektrolit dalam tubuh.
(2) Injeksi ambacin 3x1 mg
Obat ini bekerja dengan cara menekan pertumbuhan bakteri didalam
tubuh.
(3) Per oral NAC (N-acetylcysteine) 3x1 gr
N-acetylcysteine adalah golongan mukolitik yang berfungsi untuk
mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernafasan.
48
(4) Nebul combivent 2,5 mg /8 jam
Combivent memiliki cara kerja dengan membuka saluran udara ke paru-
paru serta melakukan relaksasi atau menegndurkan otot-otot pada saluran
nafas.
(5) Terapi OAT
(1)) Rifampisin 400 mg adalah obat antibiotik yang digunakan untuk
mengobati beberapa infeksi kibat bakteri.
(2)) Isoniazid 350 mg adalah antibiotik dengan fungsi melawan bakteri.
Isoniazid digunakan untuk mengobati dan mencegah Tuberkulosis.
(3)) Pirazinamid 950 mg merupakan obat antibiotik yang bekerja
menghentikan pertumbuhan bakteri.
(4)) Etambutol 600 mg merupakan obat antibiotik dengan fungsi untuk
menghentikan pertumbuhan bakteri.
49
ANALISA DATA
Tabel 3.2 Analisa data pada Tn.S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di ruangan Melati RSUD Bangil
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan Penumpukan sekret Ketidak efektifan
sesak nafas dan bersihan jalan
batuk nafas
DO:-Px tampak batuk
-Terdapat sekret putih
kental
-Ronchi pada lobus
kanan atas, bawah
dan lobus kiri bawah
-Alat bantuu O2 nasal
kanul 4 lpm
- TTV :
TD : 110/80 mmhg
N : 95 x /menit
S : 36 ºC
RR : 22x/menit
-Pola nafas tidak
teratur
Jenis : kusmaul
-Terdapat retraksi otot
bantu nafas
2. DS : - Anoreksia Resiko
DO: ketidakseimbangan
• Pasien tampak lemas nutrisi kurang dari
• Berat badan sebelum kebutuhan tubuh
50
sakit 63 kg berat
badan sekarang 60 kg
• Porsi makan saat di
rumah sakit 3x ½
porsi
• Porsi makan sebelum
masuk rumah sakit
3x1 porsi habis
• Diet lunak 2100 kkal
dan putih telur
3. DS: Pasien mengatakan Kurangnya akses Defisit
tidak tahu tentang terhadap informasi pengetahuan
manfaat tentang diet yang
diberikan
DO:
• Pasien tampak
bingung saat ditanya
tentang makanan apa
yang harus dikonsumsi
dan makanan
yangharus dihindari
sehubungan dengan
penyakitnya.
4. DS : Pasien mengatakan Peningkatan kelelahan Keletihan
badannya lemah karena fisik sekunder terhadap
tidak beraktifitas seperti proses infeksi
biasanya
DO : Pasien tampak
lemas saat berjalan dan
51
dibantu keluarga saat
turun dari tempat tidur
Kemapuan melakukan
ADL : Parsial
5. DS : Pasien mengatakan Inflamasi paru dan batuk Nyeri akut
nyeri dada sebelah kiri menetap
P : Nyeri timbul saat
bernafas
Q : Rasanya seperti
tertindih
R : Dada sebelah kiri
S : Skala 6
T : Nyeri hilang timbul
dan bertambah ketika
pasien batuk
DO : Pasien tampak
menyeringai
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 95 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36 C
3.3 Diagnosa Keperawatan
3.3.1 Daftar Masalah Keperawatan
3.3.1.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3.3.1.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.3.1.3 Defisit pengetahuan
3.3.1.4 Keletihan
52
3.3.1.5 Nyeri akut
3.3.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
3.3.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubngan dengan penumpukan secret
3.3.2.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan
dengan anoreksia
3.3.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap
3.3.2.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya akses terhadap informasi
3.3.2.5 Keletihan berhubungan dengan peningakatan kelelahan fisik sekunder
terhadap proses infeksi
53
3.4 Intervensi Keperawatan
3.4.1 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret di ruang Melati RSUD Bangil
Tujuan/ Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil
Setelah di lakukan 1. Jelaskan cara mudah 1. Teknik yang benar
tindakan keperawatan mengeluarkan dahak. dapat mempermudah
3x24 jam di harapkan mengeluarkan sekret.
bersihan nafas kembali
efektif dengan KH : 2. Ajarkan pasien batuk 2. Untuk mempermudah
-P