Post on 16-Jul-2019
PEMBERITAAN SURAT KABAR WARTA KOTA SEBAGAI MEDIA
INFORMASI BAGI MAHASISWA
Hadi Surantio
Universitas Nasional, Program Studi Ilmu Komunikasi
Jl. Sawo Manila, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
ABSTRAKPerkembangan teknologi komunikasi sebagai konsekuensi dari era globalisasi, ditandai dengan tersedianya cukup banyak media informasi, apakah media elektronik maupun media cetak. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menyajikan banyak informasi yang relatif banyak dikonsumsi masyarakat. Berbagai jenis informasi yang disajikan oleh surat kabar, menurut masalah yang dikandungnya ada informasi ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, dan lain sebagainya. Namun demikian apakah semua informasi itu dibaca oleh mahasiswa. Jenis informasi apa saja yang mereka baca, dan apakah setelah membaca mereka puas. Metode yang digunakan adalah survei, dengan instrument kuesioner sebagai alat ukur yang digunakan. Populasinya adalah mahasiswa prodi ilmu komunikasi di enam universitas yaitu : Universitas Nasional, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Universitas Mercu Buana, Universitas Satya Negara Indonesia, Universitas Bhayangkara dan Politeknik Negeri Jakarta. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (85%) membaca surat kabar lima kali seminggu yaitu sebesar 17,50%, dan yang enam kali seminggu 30,84% sedangkan yang membaca rutin tujuh kali seminggu 42,50%. Adapun jenis informasi yang dibaca adalah informasi teknologi 16,66%, informasi bencana alam 15,83%, dan informasi mengenai pendidikan dan kriminalitas sama banyak yaitu 11,66%. Sedangkan informasi yang memuaskan bagi responden adalah teknologi 15,83% informasi bencana alam 15,00% dan informasi pendidikan sebesar 13,33%. Kata Kunci: Media, Mahasiswa, Pemberitaan Surat Kabar
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi yang
sedang kita nikmati saat ini salah
satunya ditandai dengan eksplosi
informasi yang begitu banyak, baik
yang disampaikan media elektronik
maupun media cetak. Setiap hari
kedua media massa ini seolah
saling berlomba memproduksi dan
mendistribusikan informasi kepada
khalayaknya. Sedemikian banyaknya
informasi kadangkala justru
membuat kita bingung untuk
menentukan alternative informasi
mana yang relevan dengan
kepentingan kita.
Surat kabar sebagai salah satu
media massa cetak juga memainkan
peranan yang strategis dalam
mewarnai akan kebutuhan informasi
kita. Menurut jenis informasi yang
dikandungnya antara lain, ada
informasi ekonomi, politik, sosial
budaya, pendidikan, olah raga,
kriminalitas, dan lain sebagainya.
Timbul persoalan sebagai berikut.
Apakah semua jenis informasi yang
dipublikasikan dibaca oleh
khalayak?. Jenis informasi apa
sebenarnya yang dicari khalayak ?.
Setelah memperolehnya, apakah
mereka merasa puas ?
Untuk menjawab pertanyaan di
atas, tentu perlu dilakukan suatu
penelitian mahasiswa sebagai salah
satu segmen pembaca surat kabar,
tentu menghadapi persoalan yang
relative sama dengan apa yang
dirasakan oleh khalayak pembaca
lainnya. Sementara yang menjadi
objek penelitian adalah Mahasiswa
Ilmu Komunikasi (Survei Terhadap
Surat Kabar Yang Dibaca
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi
UNAS, UPN, UMB, USNI,
UBHARA, PNJ).
PERTANYAAN PENELITIAN
1. Jenis informasi apa yang
dikonsumsi oleh Mahasiswa Ilmu
Komunikasi, ketika membaca
media cetak surat kabar?
2. Apakah setelah mengkonsumsi
jenis informasi tersebut mereka
merasa puas ?
3. Penelitian ini mencoba menguji
apakah konsep-konsep studi
pendekatan Use and
Gratification, apakah juga
berlaku bagi Mahasiswa Ilmu
Komunikasi ?
TINJAUAN PUSTAKA
Uses and Gratification
Pendekatan Use and
Gratification merupakan suatu
pendekatan yang boleh di kata
banyak digunakan para peneliti
dalam menelaah khalayak media. Hal
ini bermula dari banyaknya hasil
penelitian yang gagal membuktikan
prowerful-nya media masa dalam
mempengaruhi khalayaknya, yang
merupakan asumsi teori efek media.
Kegagalan ini disebabkan karena
kurang diperhitungkannya faktor-
faktor yang berpengaruh dalam
menentukan efek media.
Perspektif yang agak menonjol
saat ini adalah bahwa khalayak aktif
dan selektif dalam mengkonsumsi
informasi dari media masa untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal ini
dimungkinkan karena tersedianya
banyak alternative, dimana media
saling berkompetisi satu sama lain.
Dengan kata lain, pemilihan dan
penggunaan media sepenuhnya
ditentukan oleh khalayak.
McQuail dan Windhall juga
mengamati bahwa pendekatan uses
and gratification merupakan
pendekatan yang lain dari teori-teori
tentang efek. Walaupun hanya
menjelaskan tentang proses
penerimaan saja, tidak mencakup
keseluruhan proses, pendekatan ini
memiliki kelebihan yaitu membantu
peneliti memahami arti penting
penggunaan media (Dennis McQuail,
1985).
Pendekatan uses and
gratification itu sebenarnya tidak lain
adalah gabungan dari teori-teori yang
mempunyai perspektif atau
penekanan pada hal yang sama,
yaitu keaktifan dari audiens. Seperti
apa yang dikatakan oleh Melvin
DeFleur (1982) bahwa uses and
gratifications adalah nama umum
untuk sekumpulan pandangan-
pandangan teoritis tertentu yaitu
tidak sistematis yang dihubungkan
oleh penekanan yang terbagi pada
audiens media yang aktif.
Secara keseluruhan pendekatan
ini pada dasarnya memiliki asumsi
bahwa audiens dipandang aktif,
memiliki kebutuhan-kebutuhan
tertentu, tersedianya beberapa
alternatif komunikasi, dan secara
sadar audiens memilih saluran
komunikasi dan pesan-pesan yang
paling memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian, pendekatan uses
and gratifications merupakan
kebalikan dari perspektif teori-teori
terdahulu. Dalam pendekatan ini
audiens tidak lagi dianggap pasif,
akan tetapi mempunyai harapan-
harapan dan kebutuhan-kebutuhan
tertentu.
Dalam menggunakan media,
audiens mempunyai motif-motif
tertentu yaitu mencari informasi
yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Itulah sebabnya audiens aktif dan
selektif dalam memilih dan
menggunakan media.
Sehubungan dengan penelitian
penulis yang ingin mengetahui
motif-motif apa sebenarnya yang
melatar-belakangi mahasiswa
komunikasi FISIP UNAS membaca
media cetak surat kabar, dan
bagaimana kepuasan yang mereka
peroleh. Maka dalam hal ini, model
surat kabar, dan bagaimana kepuasan
yang mereka peroleh. Maka dalam
hal ini, model pendekatan yang diuji
adalah uses and gratifications.
Pendekatan ini tidak tertarik pada
apa yang dilakukan media massa
pada diri orang, tetapi tertarik pada
apa yang dilakukan orang terhadap
media. Khalayak dianggap aktif
dalam menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya. Konsep ini
bertolak belakang dengan hypodemic
needle model ataupun the bullet
theory, dimana khalayak dianggap
pasif bagaikan pasien yang disuntik.
KOMUNIKASI MASSA
Seperti dikatakan Blumer
(1979) sebagaimana dikutif oleh
Jalaluddin Rakhmat, bahwa
komunikasi masa berguna (utility),
konsumsi media diarahkan oleh
motif (intentionality), dan khalayak
sebenarnya kepala batu (stubborn).
Maka jelaslah bahwa khalayak
mengkonsumsi media didasarkan
oleh motif-motif tertentu, di mana
khalayak aktif bahkan selektif
mencari informasi yang bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasannya. Hal ini sekaligus
menjustifikasi pendekatan uses and
gratifications yang mengatakan
bahwa khalayak itu aktif.
Penggunaan media (media use)
hanyalah salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan psikologinya,
dan efek media dianggap sebagai
situasi ketika kebutuhan itu
terpenuhi. Hal lain yang menarik dari
pendekatan uses and gratifications
adalah bahwa khalayak tidak lagi
dipandang semata-mata sebagai
objek komunikasi yang pasif
menerima apa saja yang disuntikkan
sebagaimana hypodemic needle
model. Tetapi khalayak menyaring
informasi yang dibutuhkannya
melalui proses terpaan selektif
(selective exposure) dan persepsi
selektif (selective perception).
Secara keseluruhan pendekatan
ini pada dasarnya memiliki asumsi
bahwa selain khalayak itu aktif,
khalayak juga memiliki kebutuhan
tertentu dimana tersedia beberapa
alternatif komunikasi dan secara
sadar memilih saluran komunikasi
dan pesan-pesan yang dapat
memenuhi kebutuhannya (Katz et.al
1974 : 205). Berdasarkan hal ini,
pada saat mengkonsumsi khalayak
mempunyai motif-motif tertentu,
yaitu mencari segala sesuatu yang
dapat memenuhi dan memuaskan
kebutuhannya. Oleh karena itu,
khalayak aktif dan selektif dalam
memilih dan menggunakan media.
Aktifitas dan selektifitas
khalayak biasanya dipengaruhi oleh
predisposisi sosialnya, dengan
memilih informasi yang cenderung
memperkokoh keyakinannya dan
menolak informasi yang tidak sesuai
atau bertentangan dengan kebutuhan
dirinya.
Untuk memenuhi kebutuhan
tertentu, terdapat kecenderungan
individu menggunakan media massa.
Ini berarti media masa melakukan
fungsi-fungsi tertentu, apakah to
inform, to educate, to entertain, atau
to advertise produk/jasa. Menurut
Laswell dan Charles Wright. Ada
empat fungsi dan media massa,
yaitu: a. Surveillance, b. Corelation,
c. Socialization, d. Entertainment dan
cultural transmission.
Individu, sebagaimana halnya
mahasiswa mempunyai sejumlah
kebutuhan. Salah satu diantaranya
adalah kebutuhan akan informasi.
Individu berharap dengan membaca
surat kabar akan memenuhi sebagian
dari kebutuhannya. Dalam beberapa
hal, kegiatan ini akan menghasilkan
pemuasan kebutuhan, akan tetapi
dapat pula mengakibatkan
ketergantungan dan perubahan
kebiasaan pada diri individu. Oleh
karena itu, aspek-aspek yang
mendorong seseorang menggunakan
media adalah untuk mencari dan
memenuhi kebutuhan akan
informasi, dan bila ditemukan maka
individu akan merasa puas.
Dalam kaitannya dengan
penggunaan media, berbagai jenis
kebutuhan itu dikategorikan oleh
Katz sebagai berikut :
1. Cognitive Needs :
Kebutuhan yang berkaitan
dengan penambahan
informasi, pengetahuan dan
pemahaman atas
lingkungan kita. Kebutuhan
itu didasari oleh dorongan
untuk memahami dan
menguasai lingkungan dan
memenuhi rasa ingin tahu.
2. Affective Needs :
Kebutuhan yang berkaitan
dengan menambah
pengalaman estetika,
kesenangan, dan
emosional.
3. Personal integrative needs :
kebutuhan yang berkaitan
dengan penambahan
kredibilitas, kepercayaan,
dan status individu.
Kebutuhan-kebutuhan itu
berasal dari dorongan akan
harga diri (self esteem).
4. Social integrative needs :
kebutuhan yang berkaitan
dengan penambahan kontak
dengan keluarga, teman,
dan dunia. Hal ini
didasarkan atas dorongan
afiliasi individu.
5. Escapist needs : Kebutuhan
yang berkaitan dengan
pelarian diri, mengurangi
ketergantungan, dan
dorongan untuk mencari
hiburan.
PEMANFAATAN MEDIA
Penggunaan media dalam
hubungan dengan pemuasan
kebutuhan itu meliputi jenis media
dan isi media yang dikonsumsi,
terpaan media, dan kontek sosial dari
terpaan media. Selanjutnya,
kebutuhan-kebutuhan yang benar-
benar terpenuhi oleh terpaan media
menunjukkan sebagai kepuasan yang
dicari dan diperoleh (Alexis Tan :
1981). Bahwa motif mengkonsumsi
media atau gratifikasi yang
diperoleh. Khalayak mengkonsumsi
media untuk mencari informasi yang
dapat memenuhi kebutuhannya.
Gratififikasi yang dicari dan
gratifikasi yang diperoleh sangat
dipengaruhi oleh konsumsi media
dan efek pengukuran. Gratifikasi
yang dicari dan gratifikasi yang
diperoleh berkorelasi dengan
variabel terpaan, jenis isi,
ketergantungan media, belief, dan
evaluasi atau penilaian kita terhadap
media.
Berbicara mengenai pemuasan
akan kebutuhan yang dicari dan
diperoleh, tidak bisa lepas dari
konsep need yang dalam psikologi
menggunakan padanan kata motive.
Motive ataupun need seseorang
mengkonsumsi didasarkan pada dua
faktor yaitu : relevansi atau
keterkaitan informasi itu sendiri
dengan diri individu, dan tingkat
ketidakpastian pesan yang
berhubungan dengan diri subjek.
Semakin besar hubungan informasi
dan semakin besar ketidakpastian
dengan diri subjek, maka semakin
besar kebutuhan individu
berorientasi pada informasi suatu
media (Wener, 1992).
Asumsi pendekatan uses and
gratications bahwa perilaku
penggunaan media dilandasi oleh
kebutuhan-kebutuhan tertentu
khalayak. Namun demikian, bukan
hanya kebutuhan yang menyebabkan
perilaku penggunaan media,
melainkan masih ada faktor lain yang
terlihat di dalamnya. Salah satunya
adalah tersedianya (availability)
media turut mempengaruhi perilaku
penggunaan media oleh khalayak.
Beberapa penelitian yang
menggunakan model ini
menunjukkan keragaman, baik
mengenai jenis informasi dan jumlah
media yang diukur, maupun cara
pengukurannya. Di satu pihak ada
yang mengukur terpaan terhadap
beberapa jenis isi media dan isinya.
Di pihak lain, ada yang hanya
mengukur terapan terhadap suatu
jenis media tertentu dan isi tertentu.
Tentang aspek-aspek terpaan
media yang diukur pada umumnya
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Waktu yang digunakan
(time spent) dalam
mengkonsumsi media
2. Jenis isi informasi yang
dikonsumsi
3. Frekuensi penggunaan
media dalam kurun waktu
tertentu (per
minggu/bulan).
4. Berbagai hubungan antara
individu yang
mengkonsumsi, baik
dengan isi media maupun
dengan media pada
umumnya (Rosengren,
1985).
Studi Berelson “what missing
the newspaper means” yang
mewancarai khalayak, di mana
selama dua minggu loper koran tidak
mengantar koran mereka, ditemukan
bahwa para pembaca terpaksa
mencari sumber lain dan merasa
sangat kehilangan segalanya dari
surat kabar. Surat kabar dianggap
sesuatu yang telah memasyarakat
dan sebagai media untuk mengetahui
dunia luar, mencari pelarian diri,
santai, hiburan, dan prestise sosial.
Masyarakat pembaca sadar bahwa
mengetahui dunia luar dari surat
kabar merupakan nilai tersendiri
dalam percakapan sehari-hari.
Mereka merasa tertolong kehidupan
sehari-hari dari membaca isi dan
informasi yang dimuat oleh surat
kabar (Wener, 1992 : 270).
Lebih lanjut dikatakan, bahwa
individu mengetahui persoalan
negara dan masyarakat adalah
sesuatu yang penting bagi mereka,
dan hal ini memenuhi kebutuhan
mereka secara konsisten terutama
bagi mereka yang berpendidikan
tinggi. Surat kabar merupakan media
terpenting yang kemudian disusul
radio dan televisi. Sementara buku
dan film berada di urutan terakhir.
Surat kabar merupakan pusat
pengetahuan dan integrasi dalam
arena sosial politik yang tidak dapat
dibantal keberadaannya. Surat kabar
memberi kontribusi regulasi diri dan
kepercayaan diri bagi pembacanya.
Studi yang dilakukan Ellot dan
Rosenberg (1987) yang meneliti
pembaca surat kabar di Philadelpia,
terlihat hubungan antara kepuasan
yang diperoleh dari surat kabar
dengan penggunaan media. Surat
kabar memenuhi fungsi : surveliance,
social contact, mengisi waktu luang,
dan hiburan. Hasil riset juga
menunjukkan kecenderungan
pembaca mencari fungsi pengawasan
dan kontak sosial dari Surat kabar.
Meskipun sebagian besar
masyarakat secara rutin
menggunakan televisi dan Surat
kabar, namun pada hari-hari tertentu
orang lebih suka membaca Surat
kabar daripada memirsa televisi.
Televisi secara umum lebih
berfungsi untuk hiburan, sedangkan
Surat kabar mengarahkan pembaca
pada pencarian informasi yang lebih
khusus sifatnya untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
Surat kabar lebih efektif dari pada
televisi dalam meningkatkan
pengetahuan tentang isu apa yang
sedang concern dibicarakan.
Sementara itu, tajuk rencana
memberikan subsidi tersendiri bagi
calon politikus dalam pengumpulan
suara pemilihan umum, ketimbang
apa yang dilakukan oleh televisi.
Juga kesadaran akan tegaknya
hukum lebih mengena bagi pembaca
Surat kabar dari pada pemirsa
televisi. Pembaca Surat kabar dapat
membentuk sikap tentang topik yang
dibaca. Terpaan Surat kabar dapat
memberikan pengetahuan yang lebih
luas bagi pembaca, karena Surat
kabar menyajikan informasi secara
mendetail dari pada yang dilakukan
televisi (David H. Heaver, 1980 :
371).
Untuk kalangan mahasiswa,
Atkin menemukan bahwa hasil
membaca Surat kabar berkolerasi
positif dengan kelompok diskusi
mahasiswa terhadap berita yang
dipublikasikan. Menurutnya 92%
informasi baru berisi berbagai hal
diperoleh responden dari surat kabar
dan majalah umum. Mereka yang
berpendidikan tinggi sebanyak 90%
di antara mereka membaca Surat
kabar, dan hanya 6% di antara
mereka yang memirsa televisi, itu
tidak lebih tiga jam sehari. Bahkan
mereka complain akan
kekurangrincian berita dari televisi.
Ditemukan juga bahwa terpaan Surat
kabar berkorelasi dengan dunia
realitas pengetahuan mereka,
sedangkan televisi digunakan hanya
untuk hiburan dan pelarian diri.
Pesan media cetak lebih
menghasilkan perubahan pendapa
(opinion) mahasiswa dari pada pesan
yang dikemas televisi untuk pesan
yang sama. Pesan media cetak lebih
diingat mendalam dari pada televisi.
Dalam hubungannya dengan problem
solving, pesan media cetak membuat
orang menjadi lebih kreatif untuk
memecahkan masalah dari pada
solusi yang diperoleh dari televisi
(Peter M.Sandman, 1982 : 262).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian
survei dengan pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian survei adalah
penelitian yang mengambil sampel
dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebaai alat pengumpul data
yang pokok.
Sedangkan pendekatan
kuantitatif menekankan analisisnya
pada data-data numerical atau angka
yang disajikan dalam bentuk tabel-
tabel menunjukkan frekuensi dan
angka prosentase.
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kelompok
subjek yang akan dikenai
generalisasi dari hasil penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa prodi ilmu komunikasi
dari beberapa universitas.
Sampel merupakan sebagai
bagian dari populasi yang menjadi
sumber data sebenarnya dalam suatu
penelitian. Adapun teknik
pengambilan sampel dalam
penelitian ini akan menggunakan
accidental sampling, yaitu
mengambil beberapa mahasiswa
yang mewakili prodinya dengan juga
mempertimbangkan keterwakilan
dari masing-masing semester yang
ada.
Bahan Penelitian
Sebagai bahan penelitian yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Variabel X adalah jenis informasi
yang dikonsumsi / dibaca
mahasiswa
Variabel Y adalah kepuasan yang
diperoleh mahasiswa setelah
membaca isi surat kabar.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan yaitu dengan cara
menyebarkan kuesioner, dimana
pertanyaan yang dimiliki jawaban
yang telah tersedia. Dengan kata lain,
pertanyaan kuesioner bersifat
tertutup. Dalam hal ini peneliti
memberikan kuesioner secara
langsung kepada responden untuk
mereka isi sendiri dan mengambilnya
setelah responden mengisi semua
pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner.
Teknik Analisis Data
Untuk identitas responden :
Variab
el
Alat
Ukur
Skala Hasil
Ukur
Jenis
kelami
n
Kuesio
ner
Nomi
nal
a. Laki-
laki
b. Pere
mpua
n
Usia
respon
den
Kuesio
ner
Nomi
nal
a. 18
tahun
b. 19
tahun
c. 20
tahun
d. 21
tahun
e. 22
tahun
f. 23
tahun
g. 24
tahun
Semes
ter
Kuesio
ner
Nomi
nal
a. Sem
II
b. Sem
IV
c. Sem
VI
d. Sem
VIII
Untuk jenis informasi dan
kepuasan :
Jenis
inform
asi
Bob
ot
Kepuas
an
Bob
ot
Pentin
g
3 Terpen
uhi
3
Kurang
penting
2 Kurang
terpenu
hi
2
Tidak
penting
1 Tidak
terpenu
hi
1
Dalam menganalisa dan
penelitian menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan
menyajikannya dalam tabel-tabel
dalam bentuk frekuensi dan
prosentase. Yang dilihat adalah
angka kecenderungan tertinggi
dari masing-masing item-item
variabel yang ditanyakan pada
kuesioner.
Tempat Penelitian
Adapun tempat dilakukannya
penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Prodi ilmu komunikasi
UNAS
2. Prodi ilmu komunikasi UPN
3. Prodi ilmu komunikasi UMB
4. Prodi ilmu komunikasi USNI
5. Prodi ilmu komunikasi
UBHARA
6. Prodi ilmu jurnalistik PNJ
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Setelah melakukan
pengumpulan data pada enam
universitas tempat dilakukannya
penelitian, maka data tersebar dalam
tabel frekuensi dan prosentase
sebagai mana terlihat di bawah ini :
Tabel 1
Jenis Kelamin
n = 120
Jenis
kelamin
Frekuensi Prosentase
Laki-laki 62 51,67
Perempuan 58 48,33
Jumlah 120 100
Dari tabel di atas terlihat
bahwa jumlah responden laki-laki
(51,67%) sedikit lebih banyak
dibanding perempuan (48,33%).
Tabel 2
Usia Responden
n = 120
Jenis
kelamin
Frekuensi Prosentase
18 tahun 12 10,00
19 tahun 9 7,50
20 tahun 31 25,82
21 tahun 28 23,83
22 tahun 21 17,51
23 tahun 8 6,67
24 tahun 10 8,33
25 tahun 1 0,83
Jumlah 120 100
Dari tabel di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa paling
banyak responden berusia 20 tahun
yaitu sebesar 25,83% dan disusul
mereka yang berusia 21 tahun yaitu
sebanyak 23,33%. Sedangkan yang
berusia 25 tahun hanya satu orang
dengan 0,83%.
Tabel 3
Semester Responden
n = 120
Semester Frekuensi Prosentase
II 32 26,67
IV 34 28,34
VI 31 25,83
VIII 23 19,16
Jumlah 120 100
Dari hasil tabulasi di atas,
maka dapat dikatakan bahwa sebaran
jumlah responden dari berbagai
semester relatif sama. Namun
responden yang berasal dari semester
IV sedikit lebih banyak 28,34%
dibanding semester yang lain.
Tabel 4
Jenis Kelamin
n = 120
Program
Studi
Frekuensi Prosentase
Jurnalistik 30 25,00
Humas 34 28,34
Periklanan 30 25,00
Broadcast 26 21,66
Jumlah 120 100
Dari tabel di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa responden
terbanyak berasal dari program studi
Humas yaitu 28,34% kemudian
disusul dari program studi jurnalistik
dan pernikahan masing-masing
sebanyak 25% dan yang paling
sedikit berasal dari jurusan Broadcast
yaitu 21,66%.
Tabel 5
Membaca Surat Kabar
n = 120
Membaca
Surat
Kabar
Frekuensi Prosentase
Secara
teratur
102 85,00
Tidak
teratur
18 15,00
Jumlah 120 100
Dari tabel dapat diambil
kesimpulan bahwa sebagian besar
responden membaca Surat kabar
teratur yaitu 85%. Sedang responden
yang membaca surat kabar secara
tidak teratur hanya 15%.
Tabel 6
Frekuensi Membaca
n = 120
Frekuensi
Membaca
Frekuensi Prosentase
1 x
seminggu
0 0,00
2 x
seminggu
3 2,50
3 x
seminggu
3 2,50
4 x
seminggu
5 4,16
5 x
seminggu
21 17,50
6 x
seminggu
37 30,84
7 x
seminggu
51 42,50
Jumlah 120 100
Dari tabel di atas dapat
dikatakan bahwa paling banyak
responden yang membaca surat
kabar tujuh kali dalam seminggu
sebanyak 42,50%. Kemudian disusul
mereka yang membaca enam kali
dalam seminggu sebanyak 30,84%.
Tabel 7
Jenis Informasi
n = 120
Jenis Informa
si
Penting Kurang penting
Tidak penting
Frek
Prosen
Frek
Prosen
Frek
Prosen
Ekonomi
3 2,50 8 6,66 10 8,33
Politik 2 1,66 9 7,50 14 11,66
Sosial budaya
12 10,00
3 2,50 7 5,83
Olahraga
9 7,50 4 3,33 9 7,50
Kriminalitas
14 11,66
6 5,00 8 6,66
Hukum 13 10,8 7 5,83 11 9,16
3Pertanian
1 0,83 12 10,00
15 12,50
Kehormatan
1 0,83 18 15,00
12 10,00
Bencana alam
19 15,83
6 5,00 5 4,16
Teknologi
20 16,66
8 6,66 3 2,50
Industri 3 2,50 7 5,83 6 5,00Agama 2 1,66 8 6,66 3 2,50Pendidikan
14 11,66
6 5,00 6 5,00
Pemerintahan
5 4,16 8 6,66 8 6,66
Iklan 2 1,66 10 8,33 3 2,50Jumlah 12
0100 12
0100 12
0100
Dari tabel di atas dapat
digambarkan bahwa informasi
tentang teknologi dianggap penting
yaitu 16,66. Kemudian disusul
informasi mengenai bencana alam
yaitu sebesar 15,83% dan informasi
tentang pendidikan dan kriminalitas
sama banyak yang menganggap
penting yaitu sebesar 11,60%.
Sedangkan informasi yang dianggap
tidak penting adalah informasi
tentang pertanian sebesar 12,50%
dan politik 11,66 serta informasi
tentang kehutanan sebesar 10%.
Tabel 8
Kepuasan Informasi
n = 120
Kepuas Penting Kurang Tidak
an Informa
si
penting pentingFrek
Prosen
Frek
Prosen
Frek
Prosen
Ekonomi
4 3,33 7 8 8 6,66
Politik 3 2,50 8 9 9 7,50Sosial budaya
11 9,16 5 8 8 6,66
Olahraga
8 6,66 5 10 10 8,33
Kriminalitas
12 10,00
8 7 7 5,83
Hukum 11 9,16 9 8 8 6,66Pertanian
2 1,66 4 3 3 2,50
Kehormatan
1 0,83 3 2 2 1,66
Bencana alam
18 15,00
16 14 14 11,66
Teknologi
19 15,83
20 17 17 14,16
Industri 4 3,33 5 6 6 5,00Agama 5 4,16 7 9 9 7,50Pendidikan
16 13,33
13 12 12 10,00
Pemerintahan
5 4,16 8 6 6 5,00
Iklan 1 0,83 2 1 1 0,83Jumlah 12
0100 12
0100 12
0100
Dari tabel di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa kepuasan
informasi yang diperoleh ada pada
informasi teknologi yaitu sebesar
15,83 dan bencana alam sebesar
15%, dan disusul informasi tentang
pendidikan sebesar 13,33%.
Sedangkan informasi yang tidak
terpuaskan ada pada informasi
teknologi yaitu sebesar 14,6% dan
disusul informasi mengenai bencana
alam yaitu 11,66% dan informasi
mengenai pendidikan yaitu sebesar
10%.
DAFTAR PUSTAKA
Elihu Katz, Jay G. Blunder, Utilization of Mass Communication, Current Perspective on Gratification Research, Sage Publication, London, 1974.
Furkonulhakim Kokon, Penelitian dan Komunikasi Pembangunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Penerangan, Deppen RI, 1986.
Fisher Aubrey, Penyunting : Jalaluddin Rakhmat, Teori – Teori Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1986.
Malo Manase, Sri Trisnoningtias, Metode Penelitian Masyarakat, Pusat Antar Universitas Indonesia, 1990.
McQuil, Dennis, Alihbahasa Agus Darma dan Aminuddin, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1989.
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1984.