Post on 06-Mar-2019
1
PERANCANGAN DESAIN KEMASAN SEBAGAI MEDIA
UNTUK MENARIK MINAT BELI KONSUMEN
BIR PLETOK ( SETU BABAKAN )
Imam Jayadi, SE, MM
2
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk merancang desain kemasan sebagai media
meningkatkan daya tarik Bir Pletok Setu Babakan terhadap minat konsumen serta
membentuk citra merek UKM Bir Pletok Setu Babakan. Untuk menarik minat
konsumen ada 2 faktor yang yang jadi penunjang yaitu desain kemasan dan brand
image/merek. Dan kajian penelitian yang releven sebagai acuan atau landasan
penguat teori dalam penelitian ini Model pengembangan dalam penelitian ini
adalah alat dan instrument yang digunakan dalam pencarian data serta strategi
kreatif. Prosedur Pengembangan yaitu proses perancangan desain kemasan dari
mulai perundingan dengan klien hingga final proses serta konsep media dituju.
Desain penelitian adalah analisis data dengan teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian desain kemasan Bir
Pletok Setu Babakan menggunakan strategi verbal dan visual yang bertujuan
untuk membuat desain kemasan yang baik secara visual maupu secara verbal.
Hasil pengembangan desain kemasan meliputi logo, label dan kemasan yang
menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS5. Hasil karya semuanya di
depenelitiankan dan di analisis, meliputi spesifikasi karya yang membahas
menggunakan cara apa untuk membuat desain dan analisis estetis membahas
bentuk visual. Pemabahasan produk akhir pada penelitian ini adalah menunjukan
peningkatan nilai penjual Bir Pletok Setu Babakan setelah penggunaan desain
kemasan yang baru. Menunjukan bahwa adanya peranan desain kemasan dalam
peningkatan penjualan. Simpulan penelitian ini, perlu adanya perancangan desain
kemasan untuk membentuk citra merek serta meningkatkan daya tarik produk
terhadap konsumen. Inovasi pada kemasan memang perlu dilakukan dimulai dari
sekarang hingga seterusnya yang bersifat berkelanjutan, akan tetapi pembaharuan
desain kemasan harus tetap mempertahankan beberapa unsur lama. Penelitian ini
menunjukan adanya kontribusi desain kemasan Bir Pletok Setu Babakan terhadap
peningkatan penjualan
Kata kunci: Desain Kemasan dan Minat Konsumen
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bir pletok adalah minuman tradisional ini dikenal di kalangan etnis
Betawi. Saat ini bir pletok sudah mulai dilupakan masyarakat karena kalah
bersaing dengan brand atau merek minuman lain. Kurangnya minat
masyarakat terhadap minuman bir pletok menjadi masalah utama bagi
produsen minuman bir pletok yang pada umumnya adalah pengusaha usaha
kecil menengah (UKM) seperti bir pletok setu babakan yang di kelola oleh
Endang Suratman.
Endang Suratman biasa dipanggil Bang UU sebagai pemilik usaha bir
pletok setu babakan memiki misi untuk kembali menaikan citra dan nilai
jual bir pletok di masyarakat. Dan bahkan memiliki impian untuk
memproduksi sampai ke mancanegara. Usaha yang sudah dijalani bang uu
mulai tahun 1997 ini, selaku peneliti dan peneliti menilai salah satu
penyebab atau masalah kurang tertariknya masyarakat terhadap bir pletok
adalah tidak adanya kemasan sebagai pelindung dan nilai jual serta daya
tarik konsumen.
Usaha Kecil Menengah (UKM) saat ini seperti di kelola oleh bang uu,
kurang memperhatikan kemasan yang mereka gunakan untuk mengemas
produk mereka. Karena selama ini para pengusaha usaha kecil menengah
(UKM) menganggap kemasan bukanlah bagian dari penting untuk menarik
minat konsumen dan pengusaha usaha kecil menengah menganggap
kemasan hanya sebagai penutup saja. Selain itu kurangnya pengetahuan
tentang arti dan tujuan dari kemasan menjadi masalah utama.
Seringkali mereka menggunakan kemasan seadanya dan kurang
menarik, sehingga konsumen cenderung kurang menyukai produk tersebut
dan lebih memilih produk lain yang dikemas lebih bagus. Selain itu
seringkali kemasan-kemasan tersebut dirasa kurang berfungsi optimal dalam
segi proteksi, karena material-material yang mereka gunakan cenderung
memilih material dengan harga lebih murah. Karena hal inilah masyarkat
4
menilai dan menganggap minuman bir pletok tidak baik atau tidak memliki
khasiat dan lain sebagainya. Hal ini justru merugikan para pengusaha usaha
kecil menengah.
Usaha kecil menengah bir pletok setu babakan yang di kelola oleh
Bang UU memang sudah cukup terkenal di daerah Setu Babakan, akan
tetapi dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai oleh Bang UU dalam
menaikan citra merek dan nilai jual ke masyarakat jakarta dan Indonesia
serta mancanegara perlu adanya inovasi dalam bentuk kemasan yang dapat
menarik minat konsumen. Sampai saat ini bir pletok setu babakan belum
memiliki kemasan ataupun label sebagai brand atau citra merek dari produk
yang mereka jual.
Idealnya sebuah bir pletok setu babakan memiliki kemasan yang tidak
hanya difungsikan sebagai wadah atau pembungkus saja, tetapi dapat juga
difungsikan sebagai media identitas dan upaya peningkatan nilai suatu
produk. Kemasan juga harus disesuaikan dengan produk yang dikemasnya,
agar kemasan tidak merusak produk sesuai dengan arti kemasan sebagai
pelindung keutuhan dan keamanan produk. Singkatnya sebuah kemasan
dapat mewakili identitas suatu perusahaan dengan desain yang sesuai
identitasnya dan konsisten dalam pengaplikasian desainnya serta memiliki
nilai ergonomis. Kemasan memiliki pengaruh dalam pencitraan minuman
yang dikemasnya yang secara tidak langsung dapat mengkomunikasikan apa
yang terdapat didalamanya, seperti rasa maupun bahan yang
dikomunikasikan melalui bentuk, warna, tipografi serta gambar yang
terdapat dalam sebuah kemasan, selain itu kemasan juga diusahakan dapat
mempengaruhi konsumen dalam membeli sebuah produk. Desain kemasan
pada suatu produk harus memiliki ciri khas dan karakteristik agar tidak
tersilap oleh produk-produk selain bir pletok setu babakan selain itu agar
konsumen langsung mengetahui bahwa suatu produk berasal dari hanya
dengan melihat kemasannya saja
Guna menunjang visi dan misi agar semakin dikenal sekaligus upaya
mencitrakan diri dan meningkatkan omzet penjualan, Bang UU akan
5
melakukan perancangan desain kemasan produk yang lebih segar dan
menarik berupa kemasan sekunder dan label yang cukup menambah minat
konsumen Sehubungan dengan hal tersebut, Bang UU secara terbuka
bersedia bekerjasama dengan peneliti dalam serangkaian proses pengerjaan
karya desain untuk mata kuliah tugas akhir ini berupa perancangan kemasan
untuk menaikan citra dan nilai jual bir pletok. Kerjasama dilakukan dengan
prinsip simbiosis mutualisme yang mana kedua belah pihak nantinya akan
sama – sama diuntungkuan dengan perancangan ini. Pihak peneliti
diuntungkan dengan akses data serta riset produk, sedangkan bagi pihak
Bang UU, kemasan yang dihasilkan dari perancangan ini bisa mereka
pergunakan sesuai dengan tujuan perancangan ini.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan merancang serangkaian
kemasan sebagai bagian dari promo Bang UU sebagai upaya untuk mem-
perbarui citra merek sekaligus agar meningkatkan omzet penjualan.
Semestinya kemasan dapat melindungi, menarik perhatian dan
mencerminkan kualitas serta isi produk yang dimuatnya. Peran desain
komunikasi visual diperlukan dalam menunjang perancangan desain
kemasan.
Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seorang pelaku
usaha tidak hanya melihat secara umum desain kemasan suatu produk,
melainkan terdapat dimensi-dimensi yang perlu diperhatikan dalam desain
kemasan, seperti dimensi desain grafis, struktur desain, dan informasi
produk. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
1. Mengapa perlu adanya perancangan desain kemasan bir pletok untuk
menarik minat beli konsumen?
2. Kapan desain kemasan bir pletok perlu pembaharuan (update) desain?
3. Sejauh mana desain kemasan untuk menarik minat beli konsumen?
6
LANDASAN TEORI
Pengertian Desain Komunikasi Visual
Wilbur Schramm seorang pakar komunikasi “http://www.definisi-
pengertian.com/2015/08/pengertian-komunikasi-definisi-menurut-ahli.html”
menyatakan bahwa kata communication itu berasal dari kata Latin
“communis” yang berarti “common” (sama). Dengan demikian apabila
seseorang akan mengadakan komunikasi maka seseorang tersebut harus
mewujudkan persamaannya dengan orang lain. Kemudian kata komunikasi
yang berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator kepada
komunikan melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi
sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa
Latin “communis” yang berarti “sama”.
Komunikasi dianggap sebagai proses mencipta suatu kesamaan
(commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dan penerima.
Sementara kata visual sendiri bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat
dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Visual berasal dari
kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian masuk ke dalam
bahasa Inggris yang berbunyi visual.
Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan
mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui
berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual
dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar,
tatanan huruf, serta komposisi warna dan layout (tata letak/perwajahan).
Dengan demikian gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang
menjadi sasaran penerima pesan, Adi Kusrianto,“Pengantar Desain
Komunikasi Visual”, ANDI, (2009:2).
Desain komunikasi visual adalah desain yang mengkomunikasikan
informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual. Desainer komunikasi
visual berusaha untuk mempengaruhi sekelompok pengamat. Mereka
7
berusaha agar kebanyakan orang dalam target group (sasaran) tersebut
memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Oleh karena itu
desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan
dimengerti oleh target group tersebut, menurut Jurnal Christine Suharto
Cenadi,“Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual”, Unversitas
Kristen Petra, 2008.
Desain merupakan sebuah kata dengan banyak makna. Dalam konteks
komunikasi visual, ‘desain’ sudah menjadi bagian dari tim dalam industri
komunikasi. Dunia advertising, publikasi majalah dan suratkabar,
pemasaran dan public relations, dan yang pasti ‘desain’ juga sudah menjadi
salah satu aspek yang berpengaruh dalam membentuk perilaku suatu
masyarakat dan perkembangan ekonominya hal ini diungkapan dalam
Jurnal Bagus Limandoko,“Desain Komunikasi Visual dan Perilaku
Konsumen”, Unversitas Kristen Petra, 2009.
Menurut Rakhmad Supriyono,”Desain Komunikasi Visual”, ANDI,
(2010:5), Desain komunikasi (communication design) merupakan
subdisiplin dari desain yang menitikberatkan pada penyampaian informasi
kepada publik melalui media. Ruang lingkup Desain Komunikasi Visual
Meliputi:
1. Advertising (periklanan)
2. Animasi
3. Desain identitas Usaha (corporate identity)
4. Desain Marka lingkungan
5. Multimedia.
6. Desain Grafis Industri (promosi)
7. Desain Grafis Media (buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
8. Cergam (komik, karikatur, poster)
9. Fotografi, tipografi dan ilustrasi.
Menurut Penelitian Sebelumnya karya Dwi Arum Sri
Lestari,“Redesain Produk Makanan Ringan Aneka Gorengan Super 2R”,
Universitas Negeri Semarang, 2013, mengatakan Design atau desain dalam
8
bahasa Indonesia adalah gagasan awal, rancangan, perancangan,
perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, produksi,
membuat, mencipta, menyiapkan, menyusun, meningkatkan, pikiran,
maksud, kejelasan dan seterusnya. Desain juga merupakan bidang lintasan
dari seni, desain dan teknologi. Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang
mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media
untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk audio
dengan mengolah elemen desain grafis berupa bentuk gambar, huruf dan
warna, serta tata letaknya, sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh
sasarannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia desain dapat berarti kerangka
bentuk, membuat desain, membuat rangkaian pola, dan sebagainya. Desain
secara umum juga berarti suatu kegiatan merancang, dan menciptakan suatu
karya seni. Dilihat dari asal-usul katanya (etimologis) deskomvis merupakan
akronim dari desain komunikasi visual. Kata “desain” menunjuk pada
kegiatan merancang sesuatu, yang bertujuan untuk kepentingan komunikasi
visual. Sesuatu yang dirancang adalah karya komunikasi visual yang
merupakan jenis karya seni rupa terapan (applied art), diterapkan untuk
suatu kepentingan non seni rupa (diluar kepentingan estetis). Meskipun
difungsikan untuk kepentingan diluar kepentingan estetis, deskomvis masih
harus menerapkan kaidah-kaidah estetik dalam proses perancanganya.
Meminjam disiplin Ilmu Komunikasi, maka komunikasi visual merupakan
bagian dari komunikasi nirujar (non verbal). Secara umum “komunikasi”
diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari sumber, disampaikan oleh
pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan hal ini diungkapan dalam
Penelitian Sebelumnya Dwi Budi Harto,“Redesain Identitas Perusahaan”,
FakultasI lmu Komputer UDINUS, 2006.
Menurut Penelitian Terdahulu Dwi Arum Sri Lestari,“ Redesain
Produk Makanan Ringan Aneka Gorengan Super 2R”, Universitas Negeri
Semarang, 2013, mengatakan Desain Komunikasi Visual atau yang lebih
dikenal Desain Grafis merupakan salah satu cabang keilmuan dari Desain,
9
seperti halnya desain yang merupakan bagian dari dunia seni. Desain
Komunikasi Visual juga sering disamakan dengan seni terapan. Sebagai
sebuah hasil karya seni, sebuah desain juga tidak terlepas dari kaidah-kaidah
seni dalam proses penciptaanya. Selain harus bias dipertanggungjawabkan
dan berdayaguna sebuah karya desain juga harus membawa sebuah inovasi.
Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud desain adalah kegiatan
manusia untuk merancang dan menciptakan suatu karya seni yang baru,
melalui perencanaan yang baik dan melalui beberapa proses. Dan suatu
desain harus memiliki kebutuhan terhadapnya atau manfaat dirinya sehingga
dapat menjadi problem solving.
Unsur - Unsur Desain
Menurut Rakhmad Supriyono,”Desain Komunikasi Visual”, ANDI,
(2010:57), ada enam unsur – unsur desain yang diterapkan, yaitu:
1. Titik
Titik merupakan salah satu unsur visual yang wujudnya relative kecil,
di mana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti.
Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok dengan variasi
jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu
Titik merupakan bagian kecil dari garis,karena pada dasrnya suatu
garis dibentuk oleh adanya hubungan titik-titik yang sangat dekat,
Penelitian Terdahulu Tony Aries Wijaya,”Pembuatan Logo dan
Kemasan Produk UKM Dengan Metode Cetak Sablon di Unit
Pelaksana Teknis Industri Makanan Minuman dan Kemasan
Disperindag Provinsi Jawa Timur”, Institute Bisnis dan Informatika
STIKOM Surabaya, 2014.
2. Garis
Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap
pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan
atau coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri
10
khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi yang memanjang.
Garis dapat ditampilkan dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang,
zigzag, dan lainnya.
3. Bidang
Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar.
Ditinjau dari bentuknya bidang bias dikelompokan menjadi dua, yaitu
bidang geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak
beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relative mudah diukur
keluasannya, sedangkan bidang non-geometri merupakan budang yang
relative sukar diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan
menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula
dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis
atau lebih.
4. Ruang
Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau
jarak antar objek berunsur titk, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih
mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi
menjadi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai
salah satu unsur visual sebenarnya.
5. Warna
Warna merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan
penglihatan sehingga mampu menstimuli perasaan, perhatian dan minat
seseorang. Dalam pembagian warna warna, kita menggunakan
lingkaran warna (color wheel).
Prinsip Desain
Menurut Adi Kusrianto,”Pengantar Desain Komunikasi Visual”,
ANDI, (2009:35-43), mengelompokkan prinsip-prinsip desain menjadi:
kesatuan, keberagaman, keseimbangan, ritme, keserasian, proporsi, skala,
dan penekanan.
1. Kesatuan
11
merupakan sebuah upaya untuk menggabungkan unsur-unsur desain
menjadi suatu bentuk yang proporsional dan menyatu satu sama lain ke
dalam sebuah media.
Menurut Penelitian Terdahulu Tony Aries Wijaya,”Pembuatan Logo
dan Kemasan Produk UKM Dengan Metode Cetak Sablon di Unit
Pelaksana Teknis Industri Makanan Minuman dan Kemasan
Disperindag Provinsi Jawa Timur”, Institute Bisnis dan Informatika
STIKOM Surabaya, 2014, kesatuan dalam hal ini adalah suatu bentuk
yang unsur-unsurnya mempunyai saling hubungan. Bentuk yang kita
maksud dapat di capai dengan cara sbb :
a. Di dalam bentuk tersebut harus ada kontras, berlaku untuk semua
unsur (goresan, irama, warna, teksture, dsb)
b. Peralihan di harapkan di dalam bentuk itu juga ada peralihan dari
unsur – unsur bentuknya supaya tidak tampak kaku.
c. Selingan /variasi di samping ada pengulangan – pengulangan supaya
tidak menjemukan harus ada selingan / variasi.
2. Keberagaman
Keberagaman dalam desain bertujuan untuk menghindari suatu desain
yang monoton. Adanya perbedaan besar kecil, tebal tipis pada huruf,
pemanfaatan pada gambar, perbedaan warna yang serasi, dan
keragaman unsur-unsur lain yang serasi akan menimbulkan variasi yang
harmonis.
3. Keseimbangan
Keseimbangan dapat tercapai dari dua bagian, yaitu secara simetris
yang terkesan resmi/formal yang tercipta dari sebuah paduan bentuk
dan ukuran tata letak yang sama, sedangkan keseimbangan asimetris
memberi kesan informal, tapi dapat terlihat lebih dinamis yang
terbentuk dari paduan garis, bentuk, ukuran, maupun tata letak yang
tidak sama namun tetap seimbang.
4. Ritme
12
Ritme suatu gerak yang dijadikan sebagai dasar suatu irama dan gerak
yang menyiratkan mata pada tampilan yang nyaman dan berirama.
Keserasian adalah keteraturan di antara bagian-bagian suatu karya yang
disusun secara seimbang dalam suatu komposisi utuh.
5. Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan antara suatu bilangan dari suatu
obyek atau komposisi. Bisa dikatakan bahwa proporsi merupakan
kesesuaian ukuran dan bentuk hingga tercipta keselarasan dalam sebuah
bidang.
6. Skala
Skala adalah ukuran relatif dari suatu obyek, jika dibandingkan
terhadap obyek atau elemen lain yang telah diketahui ukurannya. Skala
juga sangat berguna bagi terciptanya kesesuaian bentuk atau obyek
dalam suatu desain.
7. Penekanan
Penekanan dalam desain merupakan hal yang penting untuk
menghindari kesan monoton. Penekanan dapat dilakukan pada jenis
huruf, ruang kosong, warna, maupun yang lainnya akan menjadikan
desain menjadi menarik bila dilakukan dalam proporsi yang cukup dan
tidak berlebihan.
Fungsi Desain Komunikasi Visual
Dalam “http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ditpcbm/ 2015 / 08 / 25 /
fungsi- dan - peran - desain - komunikasi - visual - dalam - kontek-museum/,
dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual
menurut mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi,
sebagai sarana informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai sarana
presentasi dan promosi.
1. Desain komunikasi visual sebagai sarana identifikasi.
Fungsi dasar yang utama dari desain komunikasi visual sebagai sarana
identifikasi. Identitas seseorang dapat mengutamakan tentang siapa
13
orang itu, atau darimana asalnya. Desain komunikasi visual sebagai
sarana informasi dan intruksi.
2. Sebagai sarana informasi dan intruksi
Desain komunikasi visual bertujuan untuk menunjukan hubungan
antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi, dan
skala contohnya peta, diagram, simbol dan petunjuk arah. Informsi akan
berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu
dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan
dipresentasikan secara logis dan konsisten.
3. Desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi
Tujuan adalah menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi)
dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat;
contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan
sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya,
untuk mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan
bersifat persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual
suatu produk atau jasa.
Elemen-elemen Desain Komunikasi Visual
Menurut Jurnal Christine Suharto Cenadi,“Elemen-elemen dalam
Desain Komunikasi Visual”, Unversitas Kristen Petra, 2008, menyebutkan
bahwa elemen - elemen desain komunikasi visual diantaranya adalah
tipografi, ilustrasi, dan simbolis. Elemen-elemen ini dapat berkembangan
seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media sebagai
berikut :
1. Tata Letak Perwajahan (Layout)
Layout adalah merupakan pengaturan yang dilakukan pada buku,
majalah, atau bentuk publikasi lainnya, sehingga teks dan ilustrasi
sesuai dengan bentuk yang diharapkan.
14
layout adalah salah satu proses atau tahapan kerja dalam desain. Dapat
dikatakan bahwa desain merupakan arsiteknya, sedangkan layout
pekerjaanya yang dinyatakan oleh Surianto Rustan “Layout dan Dasar
Penerapannya”, Gramedia Pusaka, (2014:1).
Gambar 2.1 contoh desain layout
2. Tipografi
Tipografi merupakan: “Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah
rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya
dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang
sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses
typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda.
Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan
desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau
menjadi karakteristik subjek yang diiklankan.
Tipografi adalah salah satu bahasan dalam desain grafis yang tidak
berdiri sendiri secara eksklusif, ia sangat erat terkait dengan bidang
keilmuan lain seperti komunikasi, teknologi, psikologi, dan lainnya,
Surianto Rustan “Font dan Tipografi”, Gramedia Pusaka, (2014:2).
Gambar 2.2 contoh tipografi
3. Ilustrasi
Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua,
yaitu ilustrasi yang dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi
yang dihasilkan oleh kamera atau fotografi. Ilustrasi dapat
15
mengungkapkan sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada
tekas.
Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan
dalam komunikasi sebuah kemasan, karena sering dianggap sebagai
bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditumbulkan
oleh perbedaan bahasa manapun, Penelitian Terdahulu karya Yuliawan
Andri,” Packaging Take Away Box pada UKM Bakpao Kapas”,
Institute Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2012
4. Simbol
Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk
menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan karena sifatnya yang
universal dibanding kata-kata atau bahasa. Bentuk yang lebih kompleks
dari simbol adalah logo. Logo merupakan identifitas dari sebuah
perusahaan karena logo harus mampu mencerminkan citra, tujuan,
jenis, serta objektivitasnya agar berbeda dari yang lainnya.
5. Warna
Warna merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi sebuah
desain. Pemilihan warna dan pengolahan atau penggabungan satu
dengan lainnya akan dapat memberikan suatu kesan atau image yang
khas dan memiliki karakter yang unik, karena setiap warna memiliki
sifat yang berbeda-beda.
Pengertian Kemasan
Pengemasan (packaging) sebagai semua kegiatan merancang dan
memproduksi wadah untuk sebuah produk. kemasan adalah suatu aktivitas
yang dilakukan perusahaan untuk melindungi isi produk dimana kemasan
tersebut sebagai identitas tersendiri dibanding produk perusahaan yang lain,
pendapat ini dinyatakan dalam Penelitian Terdahulu Muchammad Chusnul
Akrom, “Pengaruh Kemasan, Harga dan Promosi Terhadap Proses
Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru UMKM Sukorejo Kendal”,
Universitas Negeri Semarang, 2013. Secara hakiki packaging merupakan
16
upaya manusia untuk mengumpulakan sesuatu yang berantakan kedalam
satu wadah serta melindunginya dari gangguan cuaca pernyataan ini
diungkapkan oleh Widiatmoko “Majalah Concept Vol 03.Edisi 18”,
(2007:20).
Desain kemasan adalah bisnis kreaftif yang mengaitkan bentuk,
struktural, material warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain
dengan informasi produk agar produk dapat dapat dipasarkan dan berlaku
untuk pembungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, dan
membedakan sebuah produk yang pada akhirnya dapat mengkomunikasikan
kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik, yang diungkapkan
Rosner Klimchuk, Sandra Krasovec,“Desain Kemasan”, Erlangga,
(2007:33).
Menurut Jurnal Listia Natadjaja,“Pengaruh Komunikasi Visual Antar
Budaya Terhadap Pemasaran Produk Pada Pasar Ekspor Ditinjau dari
Warna dan Illustrasi Desain Kemasan”, Unversitas Kristen Petra, 2008,
kemasan seharusnya merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin
disampaikan oleh pabrik, dan kemasan tersebut haruslah terpadu dengan
fungsi produk. Desain kemasan memerlukan banyak pemikiran dan tentu
saja bukan suatu hal yang mudah. Yang paling penting, kemasan tersebut
harus menunjukkan identitas sebuah produk. Dalam banyak hal kemasan
menggambarkan merek di mata konsumen, dan bila orang mengingat merek
tersebut mereka menghayalkan kemasan tersebut dalam hal seperti ini
kemasanlah yang menghasilkan penjualan.
Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa kemasan adalah
suatu benda yang dapat digunakan untuk tempat/wadah yang dikemas dan
dapat memberikan perlindungan bagi produk di dalamnya sesuai dengan
tujuanya. Berdasarkan uraian tentang grafis dan kemasan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa definisi grafis kemasan adalah presentasi visual
dalam bentuk kombinasi teks, ilustrasi dan warna pada suatu benda yang
digunakan untuk tempat/wadah dan dikemas serta dapat memberikan
17
perlindungan bagi produk di dalamnya sesuai dengan tujuanya serta dapat
menarik minat konsumen untuk membeli.
Macam – Macam Kemasan
Menurut Jaswin,“Packaging Materials and its Applications”,
Indonesian Packaging Federation, (2008:15), cara-cara pengemasan sangat
erat berhubungan dengan kondisi komoditas atau produk yang dikemas serta
cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan suatu
kondisi. Yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan
perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan maupun
bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan
beberapa hal antara lain:
a. Kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian
Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung
dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus
permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
1. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), seperti
beberapa jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap.Wadah-
wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan
tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian
dimanfaatkan ulang oleh pabrik.
2. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini
biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen
setelah dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai
jenis botol. Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan
bumbu, kopi, gula, dan sebagainya.
b. Kemasan berdasarkan Struktur Sistem Kemasan:
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan
pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe)
18
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya
melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak
karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-
buahan yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier, yaitu kemasan yang banyak diperuntukkan
sebagai kemasan transport. Umumnya digunakan sebagai
pelindung selama pengangkutan. Contoh: kontainer dan kotak
karton gelombang.
c. Kemasan berdasarkan bahan kemasan:
1. Kemasan Logam
Kemasan logam (kaleng) adalah kemasan yang paling aman karena
kemasan ini dapat melindungi produk dari sinar matahari, uap air,
dan oksigen. Masalah utama pada kemasan kaleng ialah mahal dan
pembelian harus dalam jumlah besar. Selain itu, untuk aplikasinya
juga harus menggunakan alat penutup kaleng khusus yang
harganya juga cukup mahal. Di samping itu, teknologi pembuatan
kemasan saat ini berkembang dengan pesat sehingga kemasan
dapat dibuat dengan bermacam–macam bahan. Kemasan logam
dapat dibuat dari aluminium dan plat besi lapis timah putih.
2. Kemasan Gelas
Kemasan gelas sifatnya tidak berekasi dengan bahan yang dikemas,
tahan terhadap produk yang bersifat asam dan basa.
Kekurangannya mudah pecah jika terkena benturan dan beratnya
yang cukup berat dibandingkan dengan bahan lainnya seperti
logam atau kertas. Kemasan gelas ini banyak digunakan untuk
kemasan makanan dan minuman. Untuk mencegah pecah pada
waktu transportasi dan memudahkan penanganan, biasanya
dikombinasikandengan kemasan sekunder seperti karton
bergelombang, krat kayu, maupun krat plastik.
3. Kemasan Plastik
19
Kemasan plastik sifatnya ringan, relatif murah, namun masa
simpan relatifsingkat dibandingkan dengan kaleng. Kemasan
plastik dapat berbentuk plastik lembaran, kantong plastik, wadah
plastik dengan bentuk tertentu, botol maupun gelas plastik. Tidak
semua jenis plastik dapat digunakan sebagai kemasan makanan dan
minuman. Ada jenis-jenis plastik yang tidak dapat digunakan untuk
kemasan makanan dan minuman karena mengandung zat kimia
yang tidak baik untuk kesehatan manusia.
4. Kemasan Kertas
Kemasan kertas dan karton banyak digunakan untuk kotak karton
lipat (KKL) dan kotak karton gelombang (KKG) mudah dicetak.
Bahan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain:
1. kertas: hvs, kraft, tisu, kertas yang di-coating (art paper, cast
coated paper),
2. karton: duplex, ivory, art carton, cast coated carton,
3. karton gelombang: kertas kraft dan kertas medium.
5. Kemasan Fleksibel
Kemasan fleksibel merupakan suatu revolusi dari teknologi
pembuatan kemasan, bentuknya eksibel sesuai sifat produk yang
dikandungnya. Bentuknya berubah jika diberi tekanan atau
sentuhan. Kemasan fleksibel dapat diproduksi dalam bentuk rol
atau kantong (sachet).
d. Kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :
1. Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat
dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.
2. Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat
transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini
cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin
yang tinggi, serta makanan yang difermentasi.
20
3. Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan
pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau
pasteurisasi. Contoh : logam dan gelas
e. Kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai
1. Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan
bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya
adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
2. Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan
yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian,
misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel,
wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastic
Merek
Menurut Harsono dalam “http://www.pengertianpakar.com/ 2015 /04
/pengertian-merek–menurut–pakar.html”, Merek adalah tanda pengenal
yang membedakan milik seseorang dengan orang lain, seperti pada
pemilikan ternak dengan memberi cap pada punggung sapi yang kemudian
dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap tersebut itu
memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang
bersangkutan tersebut telah ada pemiliknya. Biasanya dalam membedakan
tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda
pembedaan.
Menurut Sunyoto,”Manajemen Sumber Daya Manusia”, CAPS,
(2012:60), mengatakan bahwa merek mempunyai tiga manfaat utama:
identifikasi produk, penjualan berulang dan penjualan produk baru. Dan
tujuan yang paling utamanya adalah identifikasi produk. Merek
memperbolehkan para pemasar membedakan produk mereka dari semua
produk lainnya. Manfaat merek menurut antara lain :
1. Bagi konsumen
Manfaat nama merek suatu produk bagi konsumen diantaranya :
a. Mempermudah konsumen meneliti produk atau jasa.
21
b. Membantu konsumen atau pembeli dalam memperoleh kualitas
barang yang sama, jika mereka membeli ulang serta dalam harga.
c. Bagi penjual
Manfaat nama merek suatu produk bagi penjual diantaranya :
a. Nama merek menggunakan penjualan untuk mengolah pesanan-
pesanan dan menekan permasalahan
b. Merek juga akan membantu penjual mengawasi pasar mereka karena
pembeli tidak akan menjadi bingung
c. Merek memberi penjual peluang kesetujuan konsumen pada produk
d. Merek juga dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar
kedalam sekmen-sekmen
e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik
f. Dengan merek akan melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri
produk tersebut.
Menurut Alma,”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Alfabeta,
(2011:110), suatu merek yang dilancarkan oleh produsen merupakan suatu
janji produsen yang sifatnya spesifik, dan benefit yang ditawarkan kepada
konsumen. Merek yang baik dan terkenal menjamin adanya tingkatan mutu
atau kualitas. Terdapat 5 unsur – unsur merek yaitu:
1. Kesadaran nama
Kesadaran nama brand yang dibicarakan termasuk dalam huruf, kata
dan angka .
2. Kesan kualitas
Sebuah merek akan dikaitkan dengan presepsi kualitas tanpa perlu
mendasarkan pengetahuan terinci mengenai spesifikasinya .
3. Asosiasi-asosiasi merek sebagai tambahan terhadap kesan kualitas
Nilai yang menyadari merek sering sekali didasarkan pada asosiasi khas
khususnya yang berkaitan dengannya ,yang bisa menciptakan sikap atau
perasaan positif yang berkaitan dengan suatu merek.
4. Loyalitas merek
22
Sikap positif konsumen terhadap suatu merek dan kemungkinan dalam
pembeliannya .
5. Asset – asset merek lainnya :paten, cap, saluran hubungan dan lainnya .
Asset-asset ini akan sangat bernilai jika asset itu menghalangi atau
mencegah para competitor menggerogoti loyalitas konsumen dan bisa
mengambil banyak bentuk. Sebagai contoh cap dagang akan
melindungi ekuitas merek dari competitor yang mungkin ingin
membuat bingung para konsumen dengan mengunakan nama, symbol,
dan kemasan yang sama.
Keputusan Pembelian
Perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian akhir dari
konsumen, baik individual maupun rumah tangga yang membeli
barangbarangdan jasa untuk konsumsi pribadi, secara umum konsumen
mengikuti suatu proses atau tahapan dalam pengambilan keputusan, Kotler
dan Amstrong,”Prinsip-prinsip Pemasaran”, Erlangga, (2008:178).
Alma,”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Alfabeta,
(2011:140), keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen,
dipengaruhi oleh banyak hal. Demikian pola konsumen-konsumen,
terbentuk karena pengaruh lingkungan seperti yang dijelaskan di bawah
ini:
1. Kebudayaan (Culture)
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai dan pola perilaku
seseorang anggota kebudayaan tertentu. Kebudayaan ini diwariskan
dari generai ke generasi berikutnya.
2. Kelas Sosial (Social Class)
Orang-orang dalam kelas sosial tertentu cenderung memiliki perilaku,
kebiasaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Penglompokan
seseorang termasuk dalam kelas sosial tertentu dapat dilihat dari:
a. Prestise jabatannya
b. Penampilannya didalam kelompok sendiri
23
c. Kepemilikannya
d. Orientasi nilai-nilai yang dianutnya
Namun banyak pula yang menggunakan indeks status untuk melihat
status sosial. Indeks of Status Characteristic (ISC) yang sering
digunakan ialah penilaian terhadap faktor-faktor jabatan, sumber
penghasilan, tipe rumah, lokasi tempat tinggal.
3. Keluarga (Family)
Keluarga adalah lingkungan terdekat dengan individu dan sangat
mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku seseorang dalam
mengkonsumsi barang tertentu.
4. Klub-klub (Referensi Group)
Klub-klub seperti ini ialah klub arisan ibu-ibu, klub olahraga, klub
rekreasi, klub profesi, dsb. Individu ini sering menerima advice,
pengarahan, pemikiran dari anggota kelompok ini yang
mempengaruhi pola konsumsi mereka.
Proses Keputusan Pembelian
Kotler dan Amstrong ,“Prinsip-prinsip Pemasaran”, Erlangga,
(2008:150), melihat bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian,
bahwa proses keputusan membeli terdiri dari lima tahap yaitu:
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli
menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu
oleh rangsangan internal, ketika salah satu kebutuhan normal
seseorang rasa lapar ataupun haus timbul pada tingkat yang cukup
tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh
rangsangan eksternal, contohnya suatu iklan atau diskusi dengan
teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau
mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang
24
memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan
membelinya. Jika tidak konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu
dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan.
3. Evaluasi Alternatif
Kita telah melihat cara konsumen menggunakan informasi untuk
sampai pada sejumlah pilihan akhir. Pemasar harus tahu tentang
evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi
untuk sampai pada pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak
menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan tunggal dalam
situasi pembelian. Sebagai gantinya, beberapa proses evaluasi
dilaksanakan.
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen mmenentukan peringkat merek dan
membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan membeli
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua
faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor
situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk
niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga,
dan manfaat produk yang diharapkan.
5. Perilaku Pascapembelian
Pekerjaan pemasar tidak berakhir ketiika produk telah dibeli. Setelah
membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan
terlibat dala Perilaku Pascapembelian yang harus diperhatikan oleh
pemasar. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa,
jika produk memenuhi ekspatasi, konsumen puas; jika produk
melebihi ekspektasi, konsumen sangat puas.
25
Kerangka Berfikir
Model Konseptual Desain Kemasan
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
26
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Rumah Industri (UKM) Bir Pletok Setu Babakan adalah salah satu
produsen bir pletok yang berada di Jakarta tepatnya di kawasan
perkampungan Betawi Setu Babakan. Rumah Industri (UKM) Bir Pletok
Setu Babakan sudah berdiri sejak tahun 1997. Usaha rumah industri yang
sudah bertahan belasan tahun ini kini dipimpin oleh Bpk Endang Suratman.
Endang Suratman menjadi penerus usaha turun temurun sejak tahun 2015
hingga saat ini.
Dibawah kepemimpinan Bpk Endang Suratman usaha bir pletok yang
masih bertahan hingga saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Dibawah kepemimpinannya struktur organisasi perusahaan semakin
membaik dan tingkat penjualan yang cenderung menanjak sejak beliau
memimpin. Setiap hari UKM Bir Pletok Setu Babakan memproduksi
minuman bir pletok 200 hingga 300 botol. Bir Pletok Setu Babakan sudah
mensuplai sebanyak 90% ke penjual bir pletok yang berada di kawasan
kampong Betawi, Setu Babakan. Bahkan hingga saat ini Bir Pletok Setu
Babakan sudah mensuplai ke beberapa daerah diluar Jakarta seperti
Bandung, Bogor, dan lain – lain.
Pada Tahun 2005 UKM Bir Pletok Setu Babakan memiliki
kebanggaan tersendiri karena pada saat itu Bir Pletok Setu Babakan menjadi
oleh – oleh yang dibawa setiap perwakilan negara yang sedang mengadakan
pertemuan wakil – wakil negara di kawasan Asia Pasifik.
Endang Suratman selaku penerus dan pemimpin usaha Bir Pletok Setu
Babakan memiliki impian untuk membuat bir pletok menjadi minuman yang
berkelas yang dapat bersaing dengan minuman yang sudah memiliki nama
besar. Serta menjadikan bir pletok terkenal di Indonesia hingga
mancanegara.
27
Alat recorder, bolpoin, buku :
Proses pencarian data/wawancara
Hasil Pencarian data
Hasil Pencarian data
Komputer, pensil, buku, scaner
Proses Pengolahan data/ desain
Flowchart Alat dan Instrument Proses Perancangan Desain
Kemasan
Gambar 3.2 Flowchart Alat dan Instrument Proses Perancangan Desain
.Tahapan Prosedur Pengembangan Desain Kemasan
Gambar 3.2 Tahapan Prosedur Pengembangan
28
Desain Penelitian
1. Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi
informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat
dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-
masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
Menurut Sugiyono,“Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)”, Alfabeta, (2009: 335-336), analisis
data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Sugiyono,“Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)”, Alfabeta, (2009: 337-338),
mengemukakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan lagi sampai tahap tertentu hingga diperoleh data yang
dianggap kredibel. Selain itu, aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
29
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan langsung di tempat penelitian untuk
memperoleh data yang akan digunakan.
Pada penelitian proses perancangan desain kemasan, observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan area – area
pemasaran Bir Pletok Setu Babakan dan tempat produksi yang berada
di Setu Babakan, Jakarta.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan
data dari hasil wawancara kepada responder. Teknik wawancara
digunakan untuk mendapatkan data verbal untuk kepentingan
perancangan.
Pada saat penelitian dilaksanakan, proses wawancara untuk
mengumpulkan data – data yang akan diolah dan dimuat kedalam
desain kemasan sebagai sarana informasi produk. Peneliti melakukan
wawancara dengan pemilik usaha yaitu Bpk Endang Surat.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data menggunakan
teori-teori yang didapat dari buku, penelitian sebelumnya maupun
jurnal yang sudah dijelaskan pada penelitian ini di bab sebelumnya.
30
.Tahapan Proses Desain Kemasan
Gambar 3.3 Tahapan Proses Desain
31
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Strategi Pesan (Pendekatan Verbal)
Bir pletok dikenal dengan minuman yang hangat oleh konsumen, hal ini
dikarenakan bir pletok memang memiliki efek hangat pada tenggorokan
ketika diminum sehingga terasa menyejukkan serta menyehatkan untuk
tubuh. Maka dengan demikian pesan atau bahasa verbal yang akan
digunakan bersifat membujuk / persuasif dengan suatu tingkat
kepercayaan yang tinggi dan bersifat sedikit serius, karena produk
minuman ini sangat memperhatikan detail dari penjelasan produk,
dengan begitu target market akan berfikir logis dan percaya untuk
membeli minuman ini. Sedangkan pesan dan informasi produk akan
dibuat apa adanya sesuai dengan informasi yang di dapat peneliti dari
wawancara dengan pemilik Bir Pletok Setu Babakan.
2. Strategi Visual
Agar desain dapat sesuai dengan target market maka perlu di perhatikan
elemen desain serta unsur desain yang sesuai dan dapat menarik minat
konsumen. Dengan menampilkan image atau gambar pada kemasan akan
membuat desain kemasan menjadi lebih menarik. Berikut ini strategi
visual secara umum yang dirancang peneliti:
a. Menampilkan desain yang menarik dan mudah diingat, agar mudah
diterima oleh khalayak sasaran.
b. Warna yang digunakan pada kemasan adalah merah, orange, dan
coklat. Karena ketiga warna ini dapat mewakili unsur-unsur alami
yang terdapat pada minuman bir pletok dan warna orange merupakan
warna yang menjadi ciri khas dari kebudayaan betawi Betawi.
c. Menampilkan unsur – unsur budaya betawi dalam bentuk vektor
yang dapat membuat kemasan terlihat lebih menarik
d. Menciptakan identitas atau karakteristik yang mempunyai ciri khas
tersendiri baik dalam layout, warna, slogan ilustrasi dan tipografi
32
yang bagus agar menarik sehingga dapat menanamkan kepercayaan
konsumen.
Hasil Pengembangan
Pada tahap ini peneliti akan menjelaskan proses-proses penelitian
desain kemasan. Peneliti juga merancang desain logo dan label dengan
beberapa rekomendasi desain yang diajukan. Berikut ini adalah gambaran
tahap-tahap proses penelitian dari mulai sketsa kasar dan hasil desain hingga
desain yang terpilih.
Desain Logo
Logo berfungsi sebagai tanda atau ciri/pembeda suatu perusahaan atau
dapat didaya gunakan untuk sarana informasi, membangun citra/image
positif di mata publik. Logo yang baik mempunyai beberapa karakteristik
diantaranya adalah logo harus mempunyai nilai keterbacaan tinggi
meskipun
diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda,
sederhana, mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu singkat, mudah
diingat, mudah diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra perusahaan,
aplikasi logo yang baik dari warna, bentuk, konfigurasi logo pada beberapa
media grafis.
Logo dari UKM bir pletok Setu Babakan awalnya sederhana sekali
berupa tulisan “Bir Pletok Setu Babakan” saja. Logo ini pun dirancang
kembali agar masyarakat mudah mengingat “Bir Pletok Setu Babakan”.
Peneliti menyediakan 2 desain logo sebagai alternatif yang akan dipilih oleh
Bang Endang Suratman sebagai pemilik UKM bir pletok Setu Babakan:
1. Logo Karya I
A. Sketsa Kasar Logo Karya I
33
Gambar 4.1 Sketsa logo Karya I
B. Hasil Desain Logo Karya I
34
Gambar 4.2 Hasil Desain logo Karya I
Gambar 4.3 Scale Logo Karya I
2. Configurasi
Gambar 4.4 Configurasi Logo Karya I
35
3. Clear Area
Gambar 4.5 Clear Area Logo Karya I
36
Gambar 4.7 Sketsa Kasar Logo Karya II
A. Hasil Desain Logo Karya II
1. Scale Logo
37
Gambar 4.9 Scale Logo Karya II
2. Configurasi Logo
Gambar 4.10 Configurasi Logo Karya II
3. Clear Area
Gambar 4.11 Clear Area Logo Karya II
38
Gambar 4.12 Color Guide Logo Karya II
2. Desain Logo Terpilih
Gambar 4.13 Desain Logo Terpilih
Desain logo karya 1 yang dipilih oleh pemilik UKM Bir Pletok Setu
Babakan karena di logo karya 1 unik dan dapat menggambarkan ciri khas
budaya Betawi dan unsur – unsur alama yang terdapat pada minuman bir
pletok
Desain Label
Label dari UKM bir pletok Setu Babakan awalnya sederhana sekali hanya
berupa print kertas dengan gambar yang kurang beraturan yang terlihat
kurang menarik. Peneliti mendesain label kembali agar masyarakat label
terlihat lebih menarik dan terdapat informasi produk yang jelas. Peneliti
menyediakan 2 desain label sebagai alternatif yang akan dipilih oleh Bang
Endang Suratman sebagai pemilik UKM bir pletok Setu Babakan:
39
1. Karya I
A. Sketsa Kasar Label Karya I
Gambar 4.14 Sketsa Label Karya I
40
B. Hasil Desain Label Karya I
Gambar 4.15 Hasil Desain Label Karya I
2. Karya II
A. Sketsa Kasar Label Karya II
Gambar 4.16 Sketsa Label Karya II
Hasil Desain Label Karya II
41
Gambar 4.17 Hasil Desain Karya II
1. Desain Label Terpilih
Gambar 4.18 Desain Label Terpilih
Desain ini terpilih karena memiliki bentuk yang unik dan menarik.
Bentuk label karya 2 jarang sekali merupakan salah satu bentuk inovasi
yang ingin ditampilkan pada label bir pletok. Warna yang ditampilkan
42
pada desain label karya II ini lebih menarik dibandingkan dengan desain
label karya I. Lingkaran yang berada ditengah label membuat logo
menjadi pusat perhatian dari desain ini.
Desain Kemasan
Peneliti menyediakan 2 desain label sebagai alternatif yang akan dipilih oleh
Bang Endang Suratman sebagai pemilik UKM bir pletok Setu Babakan:
1. Karya I
A. Sketsa Kasar Kemasan Karya I
43
Gambar 4.19 Sketsa Kasar Kemasan Karya I
B. Kerangka Kemasan Karya I
Gambar 4.20 Kerangka Kemasan Karya I
44
C. Hasil Desain Kemasan Karya I
Gambar 4.21 Hasil Desain Kemasan Karya I
45
2. Karya II
A. Sketsa Kasar Kemasan Karya II
Gambar 4.22 Sketsa Kasar Kemasan Karya II
46
B. Kerangka Kemasan Karya II
Gambar 4.23 Kerangka Kemasan Karya II
47
C. Hasil Desain Kemasan Karya II
Gambar 4.24 Hasil Desain Kemasan Karya IIDesain Kemasan Terpilih
48
Gambar 4.25 Desain Kemasan Terpilih
Desain kemasan karya II dipilih oleh Bpk Endang Suratman karena
desain kemasan karya II ini lebih terlihat menarik apabila dibandingkan
dengan desain karya I. Perbaduan antara font, warna dan gambar terlihat
lebih hidup dan menarik. Dan desain kemasan karya II lebih cocok
dengan desain label yang sudah terpilih.
Selain itu untuk mengetahui apakah kemasan dapat mempengaruhi
minat konsumen untuk membeli, untuk itu dilakukan pengolahan data
penjualan Bir Pletok Setu Babakan dalam periode 6 bulan pendapatan
sebelum penggunaan kemasan dan 6 bulan sesudah penggunaan kemasan.
Berikut dibawah ini adalah tabelnya:
49
NO Bulan Penjualan
1 Januari 2015 3.750
2 Febuari 2015 3.865
3 Maret 2015 4.035
4 April 2015 3.786
5 Mei 2015 3.300
6 Juni 2015 3.580
7 Juli 2015 3.620
8 Agustus 2015 3.702
9 September 2015 3.250
10 Oktober 2015 3.980
11 November 2015 2.930
12 Desember 2015 3.910
Tabel 4.1 Data penjualan sebelum penggunaan kemasan
Tabel 4.2 Grafik Data penjualan sebelum penggunaan kemasan
Table data dan grafik penjualan diatas adalah gambaran data
pendapatan sebelum penggunaan desain kemasan yang baru. Terlihat data
yang didapatkan menurun namun cukup stabil. Pada table diatas
menunjukan angka tetinggi penjualan pada tahun 2015 adalah pada bulan
maret dengan presentasi penjualan mencapai 4035 botol habis terjual dan
50
pada tahun 2015 sekitar 43.708 botol yang berhasil terjual.Kemudian
berikut ini adalah data pendapatan perusahaan setelah menggunakan media
promosi booklet:
NO Bulan Penjualan
1 Januari 2016 4.110
2 Febuari 2016 3.991
3 Maret 2016 4.170
4 April 2016 4.030
5 Mei 2016 4.115
6 Juni 2016 4.350
Tabel 4.3 Data penjualan sesudah penggunaan kemasan
Tabel 4.4 Grafik Data penjualan sesudah penggunaan kemasan
Table dan grafik diatas merupakan data penjualan Bir Pletok Setu
Babakan periode enam bulan setelah menggunakan desain kemasan terbaru.
Data yang didapatkan terlihat lebih meningkat apabila dibandingkan dengan
data pendapatan periode sebelum menggunakan desain kemasan. Pada tahun
ini rata – rata penjualan bir pletok mencapai 4.000 botol per bulan dan
selam 6 bulan pertam tahun ini sudah terjual sekitar 24.766 botol. Untuk
melihat hasil perbandingan data penjualan Bir Pletok Setu Babakan pada
51
periode sebelum dan sesudah menggunakan kemasan, peneliti akan
menampilkan grafik perbandingan pada halaman berikutnya yaitu:
Tabel 4.5 Grafik Data Penjualan Sebelum dan Sesudah Menggunakan Kemasan
Melihat hasil data diatas menunjukkan bahwa penggunaan kemasan
pada minuman bir pletok dapat membantu meningkatkan nilai penjualan Bir
Pletok Setu Babakan. Pada tahun 2016 harga bir pletok dinaikan sebesar Rp
4000 yang bertujuan untuk biaya produksi cetak kemasan dan juga label.
Semua data tersebut didapatkan langsung dari pihak perusahaan sendiri.
Walaupun kenaikan penjualan tidak begitu signifikan, dan banyak faktor
lain yang dapat meningkatkan penjualan Bir Pletok Setu Babakan, akan
tetapi hasil yang didapatkan adalah positif.
Bulan Tahun 2015 Tahun 2016 Persentase
Kenaikan (%)
Januari Rp 48.750.000 Rp 69.870.000 43 %
Febuari Rp 50.245.000 Rp 67.847.000 35 %
Maret Rp 52.455.000 Rp 70.890.000 35 %
52
April Rp 49.218.000 Rp 68.510.000 39 %
Mei Rp 42.900.000 Rp 69.955.000 63 %
Juni Rp 46.540.000 Rp 73.950.000 58 %
Tabel 4.6 Presentase Kenaikan Penjualan Bir Pletok Setu Babakan
Dengan begitu menandakan bahwa adanya dampak atau peranan
desain kemasan dalam peningkatan penjualan Bir Pletok Setu Babakan serta
berhasil memberi pengaruh kepada minat beli konsumen. Pesan dan
informasi serta desain kemasan yang baik dan menarik mampu mencuri
perhatian serta menarik minat konsumen. dapat dikatakan Bir Pletok Setu
Babakan sudah mempunyai brand image atau citra merek tersendiri yang
sudah mulai dikenal oleh masyarakat walaupun masih membutuhkan proses
yang lebih panjang untuk mencapai impian dari pemilik usaha Bir Pletok
Setu Babakan. Dengan demikian dapat dikatakan saat ini kemasan adalah
salah satu bagian penting yang harus diperhatikan untuk memasarkan suatu
produk.
53
SIMPULAN
Simpulan
Kesimpulan dari Perancangan Desain Kemasan Sebagai Media Untuk
Menarik Minat Konsumen Bir Pletok (Setu Bababkan) adalah sebagai
berikut:
1. Perancangan desain kemasan Bir Pletok Setu Babakan diperlukan untuk
membentuk citra merek Bir Pletok Setu Babakan serta meningkatkan
daya tarik produk terhadap minat konsumen. Dan inovasi desain
kemasan pada Bir Pletok Setu Babakan bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, karena produk yang
telah ada rentan terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen,
teknologi, siklus hidup produk yang lebih singkat, serta meningkatnya
daya saing dengan brand minuman yang lain. Perancangan desain
kemasan ini diharapkan mampu menigkatkan nilai jual serta minuman
Bir Pletok Setu Babakan dapat dikenal oleh masyarakat dan tentunya
dapat melestarikan minuman khas rakyat Betawi dan Indonesia.
2. Inovasi pada kemasan Bir Pletok Setu Babakan memang perlu dilakukan
dimulai dari sekarang hingga seterusnya yang bersifat berkelanjutan,
akan tetapi pembaharuan desain kemasan harus tetap mempertahankan
beberapa unsur lama. Dengan kata lain, perubahan desain kemasan
memang perlu digulirkan agar kemasan terkesan tetap menarik dan
menjual. Tidak ada jarak atau waktu tertentu yang untuk melakukan
pembaharuan pada desain kemasan hal ini dikarenakan inovasi atau
perubahan desain kemasan yang terlalu sering dapat mengakibatkan
meredupkan citra merek Bir Pletok Setu Babakan. Beberapa
pertimbangan yang haruus di perhatikan pemilik Bir Pletok Setu
Babakan dalam melakukan perubahan pada kemasan :
a. Turunnya penjualan
b. Perubahan sikap konsumen
c. Perubahan kondisi pasar
54
d. Kemasan pesaing lebih unggul
e. Perkembangan bahan dan teknologi
3. Pada penelitian ini menunjukan bahwa desain logo, label dan kemasan
memberikan kontribusi kenaikan penjualan Bir Pletok Setu Babakan,
yang dapat dilihat dari data pembanding sebelum dan sesudah dilakukan
desain.
55
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kusrianto, “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Andi, Yogyakarta, 2009
Anne Dameria, “Color Basic Panduan Dasar Warna untuk Designer dan
Industri Grafika ", Link Match Graphic, Jakarta 2007
Buchari Alma, “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Penerbit
Alfabeta, Bandung, 2011
Jaswin M, “Packaging Material and Its Applications”, Indonesian Packaging
Federation, Jakarta, 2007
Klimchuk, Marianne Rosner., Krasovec, Sandra. A., “Desain Kemasan”,
Erlangga, Jakarta, 2007
Surianto Rustan, “Layout Dasar & Penerapan”, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2014
Surianto Rustan, “Huruf Font Tipograpi”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2014
Philip Kotler., Garry Armstrong, “Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 12”,
Erlangga, Jakarta, 2008
Rangkuti Freddy, “The Power of Brand”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2009
Rakhmad Supriyono, “Desain Komunikasi Visual”, ANDI, Yogyakarta, 2010
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)”, Alfabeta , Bandung 2015
Sunyoto, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, CAPS, Yogyakarta, 2012
Widiatmoko, “Majalah Concept Vol 03.Edisi 18”, Jakarta, 2007
56
DAFTAR JURNAL
Bagus Limandoko, “Desain Komunikasi Visual dan Perilaku Konsumen”,
Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra Surabaya, 2009
Bayu Widiyatno,“Pengaruh Atribut Produk Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Studi Kasus Konsumen Pada Sentra Industry Jeans di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang”, Jurnal Jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, 2012
Cenadi, Christine Suharto, “Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual”,
Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra Surabaya, 2008
Cenadi, Christine Suharto, “Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia
Pemasaran”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan
Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2010
Cahyono, Yohanes Budi, “Kondisi Desain Kemasan Produk Makanan Ringan
dan Minuman Instant pada Industri Kecil Skala Rumah Tangga (Micro
Industry) di Kabupaten Kediri”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2008
Listia Natadjaja, “Pengaruh Komunikasi Visual Antar Budaya Terhadap
Pemasaran Produk Pada Pasar Ekspor Ditinjau dari Warna dan Illustrasi
Desain Kemasan”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni
dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2011
Listia Natadjaja, “Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng
Pasar Lokal dan Ekspor”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2009
Nento, Ahmad Zuhdi, “Pengaruh Merek dan Kemasan Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen (Studi kasus pada Toko Pia Saronde)”, Jurnal
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri
Gorontalo, 2013
Nina Nurviana, “Kajian Label Kemasan Makanan Ringan UMKM di Tiga
Kelurahan Kota Bandung”, Jurnal Program Studi Desain Komunikasi
Visual Fakultas, Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha, 2016
57
Nuryanti, B. Lena, “Pengaruh Variasi dam Kemasan Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Teh Kotak Ultrajaya”, Jurnal Pendidikan
Manajemen Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2008
Shinda Rosandi, Tri Sudarwanto, “Pengaruh Citra Merek dan Desain Kemasan
Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Susu Ultra”, Jurnal Jurusan
Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2014
Stephanny Lupita, “Perancangan Desain Kemasan dan Promosi Mr. Froniez
Surabaya”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa
dan Desain Universitas Negeri Solo, 2010
Yessy Rosalina, “Desain Kemasan Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Madu
Bunga Kopi Sebagai Produk Unggulan Daerah”, Jurnal Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, 2010
58
DAFTAR PENELITIANSEBELUMNYA
Akrom, Muchammad Chusnul, “Pengaruh Kemasan, Harga dan Promosi
Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru UMKM
Sukorejo Kendal”, Universitas Negeri Semarang, 2013
Harto, Dwi Budi, “Redesain Identitas Perusahaan”, FakultasI lmu Komputer
UDINUS, 2006
Halim Tinton, “Redesain Kemasan Galendo Merk Kusuka”, Universitas Kristen
Maranatha Bandung, 2010
Lestari, Dwi Arum Sri, “Redesain Produk Makanan Ringan Aneka Gorengan
Super 2R”, Universitas Negeri Semarang, 2013
Manda Talitha, “Analisis Desain Kemasan Dilihat dari Perceived Quality (Studi
Pada : Kemasan Pouch Susu Kental Manis Frisian Flag Gold Di
Jakarta)”, Universitas Indonesia, 2012
Mardiah Velanisa, “Perancangan Kemasan Karupuak Padeh pada Usaha Dio
Bersaudara di Kota Payakumbuh”, Universitas Negeri Padang, 2008
Maula Rifada, “Perancangan Desain Kemasan Sebagai Daya Tarik Komsumen
Oleh – Oleh Khas Solo (RISKA)”, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2012
Merryl, Gilbert Melissa, “Rebranding dan Perancangan Kemasan Minuman
Tradisional Khas Priangan (Hanjuang)”, Universitas Kristen Maranatha
Bandung, 2012
Satrio, Muharam Ashari, “Analisis Pengaruh Desain Kemasan Produk dan
Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness dan Dampak Pada Minat
Beli Konsumen (Studi Pada Konsumen Susu Kental Manis Frisian Flag
di Kota Semarang)”, Universitas Diponegoro, 2011
Surya, Wijaya Ade, “Proses Perancangan Kemasan dan Media Promosi Produk
Jamu Galenik”, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2008
Wijaya, Tony Aries, ”Pembuatan Logo dan Kemasan Produk UKM Dengan
Metode Cetak Sablon di Unit Pelaksana Teknis Industri Makanan
Minuman dan Kemasan Disperindag Provinsi Jawa Timur”, Institute
Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2014
Yuliawan Andri, “Packaging Take Away Box pada UKM Bakpao Kapas”,
Institute Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2012
59
DAFTAR WEB
“Fungsi dan Peran Desain Komunikasi Visual dalam Kontek Museum” sumber :
http:// kebudayaan.kemdikbud.go.id /ditpcbm/2015/08/25/ fungsi-dan-
peran-desain-komunikasi-visual-dalam-kontek-museum/. Diakses tanggal 1
Juni 2016.
“Pengertian Komunikasi serta Definisi Komunikasi menurut ahli” sumber:
http://www.definisi-pengertian.com/2015/08/pengertian-komunikasi-
definisi-menurut-ahli.html. Diakses tanggal 31 mei 2016.
“Pengertian Merek Menurut Pakar” sumber: http://www.pengertianpakar.com
/2015/04/pengertian-merek-menurut-pakar.html. Diakses tanggal 6 Juni
2016
“Sejarah Perkembangan Teknik Kemasaan” sumber: http:
//dosen.polimedia.ac.id/nova/2013/11/11/sejarah-perkembangan-teknik-
kemasaan/. Diakses tanggal 5 Juni 2016.