Post on 05-Oct-2021
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN
DENGAN PENGALAMAN KARIES DAN BMI (BODY
MASS INDEX) ANAK USIA 12-13 TAHUN DI
KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN
MEDAN TUNTUNGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memenuhi gelar Sarjana Kedokteran Gigi
ELITA ELISABET SIHOMBING
NIM : 150600088
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2019
Elita Elisabet Sihombing
Hubungan Persepsi Rasa Pengecapan dengan Pengalaman Karies dan BMI (Body
Mass Index) Anak Usia 12-13 Tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan.
x + 56 halaman
Karies gigi merupakan masalah gigi yang utama khususnya pada kelompok anak
usia sekolah yang dapat berdampak pada pola makan dan tumbuh kembang anak.
Persepsi rasa pengecapan dapat menjadi salah faktor yang menentukan sikap anak
dalam pemilihan jenis makanan sehingga berdampak pada kondisi rongga mulut serta
BMI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi rasa pengecapan
dengan pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Tuntungan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Teknik pemilihan sampel penelitian menggunakan metode random sampling dan
purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada
152 anak. Penelitian meliputi pemeriksaan karies gigi permanen dengan indeks Klein,
persepsi rasa pahit dengan menggunakan lembaran PROP (6-n propylthiouracil), dan
persepsi rasa manis menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,625% sampai
40%. Penilaian BMI dilakukan dengan menggunakan stadiometer untuk mengukur
tinggi badan dan timbangan untuk mengukur berat badan anak.
Variabel-variabel penelitian diuji dengan statistik non-parametrik. Berdasarkan
hasil uji analisis Kruskal-Wallis ditemukan perbedaan bermakna antara persepsi rasa
pahit dengan karies (p = 0,003) dan persepsi rasa manis dengan karies (p = 0,001).
Berdasarkan hasil uji analisis Chi-Square tidak ditemukan perbedaan signifikan antara
persepsi rasa pahit dengan BMI (p = 0,757) sama halnya dengan persepsi rasa manis
dengan BMI (p = 1,131).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dapat disimpulkan bahwa persepsi rasa pahit dan manis mempunyai pengaruh
akan kejadian karies gigi tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap pola BMI anak.
Anak kategori super taster memiliki tingkat ambang rasa yang lebih peka dan memiliki
indeks karies yang lebih rendah dibandingkan dengan anak kategori medium taster dan
non taster.
Daftar Rujukan : 44 (2003 – 2018)
Kata Kunci : karies, persepsi rasa, BMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Juli 2019
Pembimbing: Tanda Tangan
Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA., MSc
NIP. 19780426 200312 2 002 .............................
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
pada tanggal 23 Juli 2019
TIM PENGUJI
Ketua : Essie Octiara, drg., Sp.KGA
Anggota : 1. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA
2. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan berkat-Nya skripsi
ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi. Penulis mendapat banyak pertolongan dan dorongan semangat
selama penyusunan skripsi. Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya
kepada orang tua penulis, Ayahanda Alm. Eksaudi Sihombing dan Ibunda Yuliana
Roreng br Silaban, yang telah memberikan kasih sayang serta membesarkan,
mendidik, menjaga, membimbing penulis baik secara moral maupun materil. Terima
kasih kepada abang – adik penulis, Bripda Esthon Mark Sihombing, S.H dan Erico
Endra Sihombing yang juga telah memberikan kasih sayang serta dukungan yang
begitu besar.
Bimbingan, bantuan, arahan, didikan, motivasi, dukungan serta doa juga penulis
dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Essie Octiara, drg., Sp.KGA selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji,
atas kesediaannya memberikan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
3. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA selaku dosen penguji, atas kesediaannya
memberikan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
4. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan perhatian yang besar dan banyak meluangkan waktu, pikiran,
tenaga, saran, dan dukungan yang sangat berharga untuk membimbing penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
5. Seluruh staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya
staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan kepada penulis
6. Sahabat-sahabat dan teman-teman sejawat angkatan 2015 terkhusus buat
bocah buaya (Reny, Trifena, Yessi), girls squad (Masdalila, Elkana, Rahma, Ghina),
julid (Ruth, Desy, Stepaninta), Youth Anugrah (Octa, kak Siska, bg Darwin, Eka, bg
Boby, kak Nibe, Jeni, kak Esna, bg Putra, bg Niko, bg Daniel, Jeni dll), Kelompok
Kecil Nathania Leonora (Kak Laura, Meita, Mutiara, Siska, dan teman-teman
seperjuangan skripsi (Anita, Tania, Shabrina) yang senantiasa mendukung, membantu,
dan mendoakan proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari di dalam kerendahan hati bahwa skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak untuk semakin menyempurnakan penulisan ini.
Akhirnya, penulis sangat berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat serta
sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 23 Juli 2019
Penulis,
(Elita Elisabet Sihombing)
NIM: 150600088
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies ......................................................................................... 6
2.1.1 Etiologi Karies ........................................................................... 6
2.1.2 Patofisiologis Karies .................................................................. 9
2.1.3 Faktor Risiko Karies ................................................................... 10
2.2 Lidah ........................................................................................... 13
2.2.1 Anatomi Lidah ........................................................................... 13
2.2.2 Papila Lidah ............................................................................... 14
2.2.3 Taste Buds .................................................................................. 15
2.2.4 Persepsi dan Mekanisme Rasa ................................................... 16
2.3 Body Mass Index (BMI) ................................................................ 19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
2.4 Hubungan antara Persepsi Rasa dengan Pengalaman Karies ........ 20
2.5 Hubungan antara Persepsi rasa dengan BMI ................................. 22
2.6 Kerangka Teori .............................................................................. 24
2.7 Kerangka Konsep .......................................................................... 24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 25
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 25
3.4 Variabel dan definisi Operasional ............................................... 27
3.5 Alur Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ......................... 31
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 31
3.6.1 Pengolahan Data ......................................................................... 32
3.6.2 Analisis Data .............................................................................. 32
3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 33
BAB 4 HASIL
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Demografi Sampel Penelitian .................................................... 34
4.1.2 Distribusi Kategori Persepsi Rasa Pahit .................................... 35
4.1.3 Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis .................................. 36
4.1.4 Distribusi Pengalaman Karies ................................................... 37
4.1.5 Distribusi Kategori BMI ............................................................ 38
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies 39
4.2.2 Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies 41
4.2.3 Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan BMI .................. 42
4.2.4 Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan BMI ................ 43
BAB 5 PEMBAHASAN
BAB 6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 52
6.2. Saran ............................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keterangan Status Berat Badan Kemenkes RI 2010 .............................. 20
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 27
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Medan Petisah dan Medan Tuntungan .................................................. 35
4. Distribusi Kategori Rasa Pahit ............................................................... 36
5. Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis ............................................... 37
6. Distribusi Pengalaman Karies................................................................. 37
7. Distribusi Kategori BMI ........................................................................ 38
8. Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies ....... 39
9. Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Indeks Karies ................. 40
10. Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies ...... 41
11. Hubungan antara Persepsi Rasa Manis dengan Indeks Karies ............... 42
12. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI .......................................... 43
13. Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan BMI ........................................ 43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Etiologi Karies ........................................................................................ 8
2. Makroskopik Lidah ................................................................................. 14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Pemeriksaan
2. Penjelasan Kepada Orang tua/Wali Subjek
3. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent)
4. Tabel Z Score Usia 12-13 Tahun
5. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
Kesehatan
6. Surat Persetujuan Sekolah Lingkar Dalam SMPS Kalam Kudus di Kecamatan
Medan Petisah dan Sekolah Lingkar Luar SMPN 21 di Kecamatan Medan
Tuntungan.
7. Data Sampel Anak
8. Hasil Uji Statistik
9. Foto Dokumentasi Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering
dijumpai di dunia. Karies gigi dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang
umum di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dengan dampak sosial yang
signifikan.1 Karies pada anak berdampak pada pola makan, tumbuh kembang anak dan
konsentrasi belajar. World Health Organization (WHO) melaporkan 60%- 90% anak
sekolah di seluruh dunia mengalami karies dan banyak ditemukan di Asia dan Amerika
Latin.2
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
rata-rata penduduk Indonesia yang mengalami masalah gigi dan mulut sebesar 25,9%.
Prevalensi karies dihitung melalui indeks decayed, missing, dan filling-teeth (DMFT)
di Indonesia adalah 4,6% sehingga dikatakan rata-rata penduduk Indonesia mengalami
karies sebanyak 4-5 buah gigi per orang. Karies disebabkan oleh empat faktor utama
yang saling berinteraksi yaitu host, substrat atau diet, mikroorganisme yang
terakumulasi pada gigi, dan durasi waktu untuk proses demineralisasi pada host.3
Salah satu faktor yang berhubungan sehingga terjadinya karies adalah Body Mass
Index (BMI). BMI telah menjadi standar di dunia medis untuk mendefinisikan keadaan
status gizi anak salah satunya adalah obesitas.4 Berat badan berlebih dan obesitas
merupakan keadaan tidak normal berupa akumulasi lemak berlebih dalam tubuh yang
disebabkan karena tidak seimbangnya asupan makanan dan pemakaian energi.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi obesitas yaitu faktor genetik, lingkungan,
gaya hidup, dan psikososial.5 Kesehatan rongga mulut memiliki efek terhadap
pemilihan makanan yang dapat berpengaruh terhadap berat badan.6 Keadaan ekonomi,
sosial, budaya, dan faktor perilaku merupakan hal yang dikaitkan dalam pemilihan
asupan makanan.7 Makanan merupakan simbol hubungan dalam sosial dan budaya
pada kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh pilihan dan kebiasaan makan.8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Pemilihan makanan juga erat kaitannya dengan indera pengecapan.7 Pengecapan
adalah salah satu dari lima indera pada manusia. Hal ini memainkan peran penting
dalam tubuh manusia dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Kemampuan
untuk memilih makanan yang aman dan enak membutuhkan kemampuan kerja
chemosensory yaitu indera penciuman dan indera perasa serta kemampuan kerja
somatosensory yaitu tekstur permukaan, nosisepsi, dan iritasi. Selain dirasakan oleh
indera pengecapan sensasi pengecapan juga dipengaruhi oleh rangsangan suhu, bentuk,
ukuran tekstur, elastisitas, kualitas, intensitas bahan kimia, fungsi indera pembau, dan
gaya kinestetika rahang beserta otot-otot yang mendukung. Selain itu terdapat juga
hubungan antara sistem pencernaan dengan sentra oblongata yang mengatur aktivitas
kelenjar saliva dan sistem pencernaan untuk mempersiapkan saliva dan asam sebelum
menerima makanan.9
Hal lain yang memengaruhi persepsi rasa terhadap pengecapan adalah
dibutuhkan hubungan taste buds dengan sistem limbik. Sistem saraf pusat juga
mempunyai peran penting dalam memungkinkan individu untuk mengenali rasa yang
berbeda dari diet yang dikonsumsi yaitu sebagi memori terhadap makanan, sedangkan
sistem saraf perifer berfungsi untuk menentukan reseptor indera pengecapan. Reseptor-
reseptor tersebut berada di dalam rongga mulut terutama pada lidah digambarkan
dalam bentuk dan struktur anatomi yang berbeda.9
Ada lima jenis rasa yaitu pahit, asin, asam, manis, dan umami serta berbagai rasa
lainnya misalnya rasa air, rasa logam, dan rasa kalsium.9 Kegemaran terhadap rasa
manis adalah naluri yang dimulai saat usia dini dan dapat berubah sepanjang waktu
dengan angka kegemaran tertinggi terjadi pada saat kanak-kanak dan akan menurun
sesuai dengan bertambahnya usia. Sensitivitas rasa memiliki peran yang penting ketika
memilih makanan dan untuk melihat efek yang ditimbulkan dari pola makan yang
salah. Jika pola makan yang salah terus dibiarkan, dapat berdampak pada kesehatan
khususnya kesehatan rongga mulut.10
Kesehatan rongga mulut yang buruk akibat karies gigi dapat memberikan efek
jangka panjang terhadap status gizi anak dan kemampuan anak untuk menikmati
makanan dikemudian hari.9 Begitu banyak penelitian yang meneliti tentang pengaruh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
persepsi rasa pengecapan tetapi belum ada penelitian yang di lakukan di Kota Medan.
Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
persepsi rasa pengecapan dengan pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun.
Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dari 2 (dua) sekolah yang
berdomisil di satu sekolah kecamatan lingkar dalam dan satu kecamatan lingkar luar.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan Umum :
Apakah ada hubungan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan
pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan ?
Rumusan Khusus :
1. Bagaimanakah status persepsi rasa pengecapan manis dan pahit anak usia 12-
13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan?
2. Berapa rerata pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Tuntungan?
3. Bagaimanakah kategori BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Tuntungan?
4. Bagaimanakah hubungan antara persepsi rasa manis dan pahit dengan
pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan?
5. Bagimanakah hubungan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan
BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perbedaan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit
dengan pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Tuntungan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui status persepsi rasa pengecapan manis dan pahit anak usia 12-13
tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
2. Mengetahui rerata pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan
Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
3. Mengetahui kategori BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Tuntungan.
4. Mengetahui hubungan antara persepsi rasa manis dan pahit dengan
pengalaman karies anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan
5. Mengetahui hubungan persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan BMI
anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan
1.5 Hipotesis Penelitian
Mayor :
Ada hubungan antara persepsi rasa pengecapan manis dan pahit dengan
pengalaman karies dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan
Medan Tuntungan.
Minor :
1. Ada hubungan antara karies dengan persepsi rasa pengecapan anak usia 12-
13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
2. Ada hubungan antara BMI dengan persepsi rasa pengecapan anak usia 12-13
tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis :
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk anak dan orang tua
anak mengenai persepsi rasa pengecapan manis dan pahit.
2. Memberikan informasi untuk anak dan orang tua anak mengenai karies dan
faktor risiko penyebab karies.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
3. Memberikan informasi untuk anak dan orang tua anak mengenai kategori
BMI anak.
4. Memberikan informasi mengenai hubungan antara persepsi rasa pengecapan
manis dan pahit dengan pengalaman karies anak usia 12-13 tahun.
Manfaat Teoritis :
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya
mengenai persepsi rasa pengecapan.
2. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan persepsi rasa
pengecapan dengan pengalaman karies dan BMI anak serta memberikan edukasi
kepada anak serta orang tua anak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi yaitu
email, dentin dan sementum dengan penyebab yang multifaktorial.11,12 Karies gigi
terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan
diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak
menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat. Tanda terjadinya karies adalah adanya
demineralisasi bagian anorganik gigi diikuti oleh kerusakan bahan organik gigi akibat
terganggunya keseimbangan enamel dan sekelilingnya yang menyebabkan terjadinya
invasi bakteri serta kematian pulpa.11,13
2.1.1 Etiologi Karies
Kejadian karies memerlukan beberapa faktor di dalam rongga mulut yang
berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor tersebut adalah host, agent, substrat, diet,
dan waktu.11 Digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Karies
dapat terjadi jika faktor-faktor tersebut saling mendukung yaitu host yang rentan
terhadap karies, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan lama waktu
yang dibutuhkan untuk terjadi karies. Kapasitas setiap faktor dalam kejadian karies
berbeda pada setiap individu maupun kelompok. Ditandai dengan adanya perbedaan
struktur gigi, jenis bakteri yang dominanan dalam rongga mulut, dan kualitas maupun
kuantitas makanan yang berbeda secara individual.13
a. Faktor host atau tuan rumah
Proses terjadinya karies pada gigi dimulai dengan adanya faktor host yaitu gigi,
saliva. Gigi yang mendukung terjadinya karies dihubungkan dengan morfologi gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan kristalografis. Bagian gigi
yang lebih rentan terhadap risiko karies yaitu kawasan pit dan fisur, karena adanya
perbedaan kandungan mineral terutama fluoride.13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Saliva memiliki peran penting dalam rongga mulut karena berbagai
kandungannnya.14 Saliva bertindak sebagai self cleansing sehingga dapat
membersihkan sisa-sisa makanan dan mikroorganisme yang tidak melekat pada
permukaan gigi. Saliva juga memiliki kapasitas buffer yang tinggi, sehingga cenderung
dapat menetralisir asam yang dihasilkan oleh plak bakteri pada permukaan gigi. Saliva
bersifat jenuh dengan adanya ion kalsium dan fosfor yang berperan penting dalam
proses remineralisasi untuk menghambat pembentukan lesi menjadi white spot.
Bertindak sebagai perantara untuk mendistribusikan fluoride pada setiap gigi yang ada
di rongga mulut.13 Individu yang fungsi salivanya berkurang, maka aktvitas karies akan
meningkat secara signifikan.15
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Faktor agen atau mikroorganisme yaitu adanya bakteri plak gigi. Biofilm pada
permukaan gigi sering disebut sebagai dental plak. Dental plak merupakan sekumpulan
beranekaragam mikroorganisme pada permukaan gigi, yang melekat kuat pada matriks
ekstraseluler host dan polimer mikroba.16 Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda.
Awal pembentukan plak, bakteri kokus gram positif merupakan jenis yang paling
banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus
mitis, dan Streptococcus salivarius serta Lactobaccilus pada plak gigi.17 Bakteri
Streptococcus mutans merupakan penyebab utama terjadinya karies karena
Streptococcus mutans mempunyai sifat asidogenik (memproduksi asam) dan asidurik
(resisten terhadap asam).17
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat memengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Substrat dapat memengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan aktif lainnya sehingga menyebabkan karies gigi. Karbohidrat memiliki peran
penting dalam pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.16
Sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dari pada glukosa, fruktosa, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
laktosa. Gula yang bersifat paling kariogenik adalah sukrosa. Sukrosa bersifat sangat
larut dan mudah berdifusi menjadi plak kemudian berperan sebagai substrat untuk
memproduksi polisakarida ekstraseluler dan asam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies
gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan
penting dalam terjadinya karies.13,17
d. Faktor waktu
Karies dianggap sebagai penyakit kronis progresif pada manusia yang
berkembang dalam beberapa bulan atau tahun tergantung pada frekuensi dan intensitas
paparan asam. Hal ini berarti bahwa di dalam rongga mulut terjadi siklus proses
demineralisasi dan remineralisasi dan apabila demineralisasi terjadi lebih sering
dibandingkan remineralisasi akan terbentuk karies. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan
membutuhkan waktu 6-48 bulan.17
Skema yang menunjukkan
karies sebagai penyakit
multifaktorial yang disebabkan
oleh faktor host, agen, substrat,
dan waktu17
Gambar 1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
2.1.2 Patofisiologis Karies
Karies gigi merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan siklus kehilangan
mineral (demineralisasi) dan perolehan mineral (remineralisasi). Faktor protektif dan
faktor-faktor patologi saling berhubungan yang mengontrol keseimbangan kesehatan
atau penyakit. Permukaan gigi yang sehat didukung oleh dynamic equilibrium dengan
kondisi lingkungan rongga mulut dimana demineralisasi dan remineraslisasi seimbang.
Proses karies mengarah pada kondisi rongga mulut yang lebih dominan terhadap proses
demineralisasi daripada hasil remineralisasi kehilangan mineral. Fase demineralisasi
dimulai dengan pembentukan asam organik, terutama asam laktat, sebagai hasil akhir
dari metabolisme gula.19
Asam yang menumpuk di biofilm menyebabkan pH rongga mulut menjadi turun
ke fase dimana mineral gigi yang tersusun dari hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2)
mulai larut. Proses ini terjadi ketika kondisinya cukup tidak stabil terhadap mineral gigi
dan menyebabkan terjadi difusi mineral keluar dari gigi. Nilai pH yang rendah akibat
kerusakan gigi, mengakibatkan kondisi rongga mulut menjadi asam sehingga
terjadinya proses demineralisasi.18,20
Saat pH rongga mulut turun, ion asam akan bereaksi dengan fosfat pada saliva
dan plak. Demineralisasi enamel gigi dimulai saat pH berkisar 5-6 dengan nilai rata-
rata pH 5,5 dan secara umum disebut pH kritis yang menyebabkan larutnya enamel
gigi. Namun, hal tersebut tidak selalu dianggap sebagai nilai mutlak, karena pH kritis
setiap individu bervariasi bergantung pada konsentrasi ion fluorida, kalsium, dan fosfat
serta sifat kelarutan mineral pada gigi tersebut. Nilai pH kritis pada dentin dianggap
lebih tinggi, nilai pH 6.18,21
Permukaan enamel menerima ion-ion dari kalsium dan konsentrasi fosfat
dibangun diatas biofilm sebagai reaksi produksi difusi dari permukaan bawah enamel
(dentin). Hal ini dapat menjelaskan, mengapa proses demineralisasi lebih besar terjadi
pada dentin daripada permukaan enamel. Perubahan kondisi permukaan enamel dari
yang tidak stabil menjadi stabil, asam yang berdifusi dari biofilm tidak dapat bereaksi
dengan kristal-kristal pada lapisan permukaan enamel dan selanjutnya masuk ke bagian
lebih dalam di bawah permukaan enamel yaitu dentin yang kondisinya tidak stabil.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Dengan demikian, demineralisasi dan remineralisasi dapat terjadi di lokasi lesi yang
berbeda tetapi pada waktu yang sama.16 Lesi awal yang tampak sebagai sebagai hasil
dari hilangnya kalsium, fosfat, dan karbonat akan membentuk lesi demineralisasi di
permukaan bawah enamel sering disebut sebagai white spot, terutama pada daerah yang
terakumulasi plak. Jika terjadi ketidakseimbangan antara demineralisasi dan
remineralisasi maka akan terbentuk lesi atau kavitas.20
Ketika proses metabolisme gula tidak terjadi, pH biofilm cenderung pada kondisi
netral dan fase fluida dari biofilm cukup stabil. Proses remineralisasi terjadi jika
terdapat ion Ca2+ dan PO43- dalam jumlah yang cukup. Kelarutan flouroapatite dapat
menjadi netral akibat adanya sistem buffer, dengan kata lain Ca2+ dan PO43+ pada saliva
dapat mencegah proses kelarutan tersebut. Proses tersebut dapat membangun kembali
bagian-bagian dari kristal apatit yang larut sehingga terjadi proses rediposisi mineral
yang disebut remineralisasi. Kandungan fluor yang rendah dapat mengurangi mineral
selama adanya rangsangan asam dan dapat meningkatkan proses pengendapan sebagai
mekanisme kerja utama fluoride.15,18
Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
2.1.3 Faktor Risiko Karies
Faktor risiko karies gigi adalah faktor-faktor yang memiliki hubungan sebab
akibat terjadinya karies gigi atau faktor yang mempermudah terjadinya karies gigi.
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies gigi,
kurangnya penggunaan fluor, OH yang buruk, jumlah bakteri, saliva, umur, jenis
kelamin, dan pola makan. Adanya hubungan sebab akibat antara faktor risiko dengan
terjadinya karies.17
a. Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah memberikan bukti adanya hubungan antara
pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Prevalensi karies
pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanen.17
Ca10 ( PO4 )6 + ( OH )2 + 14H+ 10 Ca2+ + 6HPO4- + H2O
Hidroksiapatit ion Hidrogen Calsium Hidrogen phospat Air
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
b. Kurangnya Penggunaan Fluor
Ada berbagai macam konsep mengenai mekanisme kerja fluor berkaitan dengan
pengaruhnya pada gigi, salah satunya adalah pemberian fluor secara teratur dapat
mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi. Tetapi jumlah
18 kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu
memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemasukan fluor yang berlebihan
dapat menyebabkan fluorosis.17
c. Oral hygiene buruk
Kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi.
Untuk mengukur indeks status kebersihan mulut, digunakan Oral Hygiene Index
Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermillon. Indeks ini merupakan gabungan yang
menentukan skor debris dan deposit kalkulus baik untuk semua atau hanya untuk
permukaan gigi yang terpilih saja. Debris rongga mulut dan kalkulus dapat diberi skor
secara terpisah. Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada
gigi.17
Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor dapat mencegah terjadinya karies.
Pemeriksaan gigi yang teratur dapat membantu mengontrol kesehatan gigi dan sebagai
deteksi dini pada gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan
pembersihan gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya
sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak terjadi.17
d. Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir, terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Bayi yang telah memiliki Streptoccus mutans dalam jumlah yang banyak saat
berumur 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi untuk mengalami
karies pada gigi desidui.17
e. Saliva
Selain memiliki efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut. Aliran rata-rata saliva meningkat pada anak sampai umur 10
tahun. Namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada individu yang
berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
f. Usia
Peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang
paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies karena sulitnya membersihkan gigi
yang sedang erupsi. Anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies pada
bagian akar. Penelitian Tarigan membagi faktor umur menjadi 3 fase yaitu (a) periode
gigi bercampur, molar 1 paling sering terkena karies; (b) periode pubertas, berkisar
antara umur 14-20 tahun terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan
pembengkakan gingiva dan kurang terjaganya kebersihan mulut sehingga dapat
meningkatkan risiko terbentuknya karies; dan (c) periode pada umur 40-50 tahun,
akibat terjadi retraksi atau menurunnya fungsi dari mukosa mulut dan papila lidah yang
menyebabkan sisa-sisa makanan lebih sulit untuk dibersihkan.17
g. Jenis Kelamin
Nilai DMFT wanita pada masa kanak-kanak dan remaja jauh lebih tinggi
dibandingkan pria. Komponen gigi yang hilang (M atau missing) lebih sedikit dari pada
pria umumnya karena oral higiene wanita lebih baik. Sebaliknya, pria mempunyai
komponen tumpatan pada gigi (F atau filling) yang lebih banyak dalam indeks
DMFT.17
h. Pola Makan
Nutrisi dalam pola makan dapat berhubungan dengan asimilasi makanan dan
pengaruhnya terhadap proses metabolisme tubuh.22 Pengaruh pola makan dalam proses
karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi
mengonsumsi makanan. Kadar kariogenik dalam makanan tergantung pada komponen-
kompnennya dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Karbohidrat akan
dimetabolisme oleh bakteri plak menjadi asam dengan kadar yang berbeda. Seseorang
dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada
giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan protein.17
Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat yang diragikan, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut
akan memulai untuk memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
berlangsung selama 20- 30 menit setelah makan. Diantara periode jam makan, saliva
akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Apabila makanan
dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga
terjadi karies.17
Konsistensi makanan juga dapat memengaruhi kecepatan pembentukan plak.
Jenis makanan yang lengket akan mudah melekat ke gigi seperti coklat dan permen.
Terjadinya karies akibat lamanya makanan tersebut melekat pada gigi. Mengonsumsi
makanan yang mengandung gula bukan hanya terdapat pada makanan saja, tetapi juga
terdapat pada minuman. Minuman yang mengandung gula seperti jus dan soft drink
dapat berpotensi menyebabkan demineralisasi enamel yang menyebabkan nilai pH
menjadi rendah, sehingga memengaruhi perkembangan bakteri di rongga mulut.17
2.2 Lidah
Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang yang sering
membantu dalam diagnosis dini dan gangguan penyakit.24 Lidah merupakan salah satu
organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam
tubuh. Permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan
keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum.23
Fungsi lidah berhubungan dengan proses indera pengecap, alat berbicara,
mengatur letak makanan, membantu menelan, dll. Fungsi utamanya adalah untuk
proses penelanan dan membentuk kata-kata saat berbicara.24 Sebagian besar lidah
berada di dalam kavum oris dan sebagiannya lagi berada di dalam orofaring. Letak
lidah ideal untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut karena anatomi lidah dekat dengan
sistem gastrointestinal dan sistem pernapasan.24,25
2.2.1 Anatomi lidah
Mukosa normal pada lidah berwarna merah muda dan lembab. Dasar lidah
melekat pada tulang hyoid dan tulang mandibula diantaranya ada kontak inferior
dengan geniohyoid dan otot-otot mylohyoid.24 Dorsum lidah terbagi oleh sulkus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
terminal yang berbentuk huruf V menjadi pars oral yang terletak di anterior dan pars
faringeal di posteriornya. Apeks berbentuk huruf V yang mengarah ke posterior dan
letaknya di bidang median sedangkan kedua kakinya mengarah ke anterior secara
divergen. Pars oral lingual membentuk kira-kira 2/3 bagian anterior dorsum lingua,
sedangkan pars faringeal atau radiks meliputi kira-kira 1/3 bagian posterior. Apeks
sulkus terminal terdapat foramen sekum, yaitu suatu cekungan kecil di bidang median
yang merupakan sisa dari muara duktus tiroglosus pada masa embrional.23,26
2.2.2 Papila Lidah
Permukaan dorsal dari bagian anterior sampai ke sulkus terminalis terdapat corak
mukosa yang iregular dan tonjolan yang disebut papila lidah. Papila lidah dan taste
buds menyusun organ indera pengecap di kavum oris. Terdapat empat jenis papila
lidah, yaitu papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata, dan papila
foliata. Papila filiformis ialah papila terkecil tetapi papila yang paling banyak
dibandingkan dengan papila lainnya.9,27 Terletak diatas dorsum lidah anteror dan
posterior.27 Papila ini merupakan tonjolan jaringan ikat berbentuk kerucut, kecil, tinggi
2-3 mm, dan dilapisi oleh epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang cukup
keras, tetapi tidak mempunyai kuncup kecap. Papila ini berfungsi mekanis dan
terdistribusi pada bagian anterior permukaan dorsal lidah dengan ujung menghadap ke
posterior.27
Gambar 2. Makroskopik lidah34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Papila fungiformis berbentuk jamur terletak pada permukaan dorsal lidah,
tersebar di antara papila filiformis dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah.
Bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek dengan bagian atas yang lebih lebar.
Jaringan ikat di tengah-tengah papil berbentuk papil sekunder, sedangkan epitel
diatasnya tipis sehingga pleksus pembuluh darah di dalam lamina propia menyebabkan
papil berwarna merah atau merah muda. Papila fungiformis mengandung satu atau
lebih taste buds di dalam epitel dengan jumlah lima taste buds per papila fungiformis
dan teletak pada puncak papila.9,27
Papila sirkumvalata pada manusia berjumlah 10-14 papila dan terletak di
sepanjang sulkus terminalis. Setiap papila lidah menonjol sedikit ke atas permukaan
dan dibatasi oleh suatu saluran melingkar dengan banyak taste buds pada epitel
dinding lateral. Kelenjar serosa terletak pada lapisan yang lebih dalam. Dan bermuara
pada dasar saluran. Sekret serosa yang cair dapat membersihkan permukaan lidah dari
sisa bahan makanan, sehingga memungkinkan penerimaan rangsang yang baru oleh
taste buds. Papila foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk
lipatan-lipatan mirip daun. Taste buds berada di dalam lekukan epitel yang terdapat
pada lipatan. Sama seperti pada papila sirkumvalata kelenjar-kelenjar serosa bermuara
pada dasar saluran dan taste buds terdapat pada semua papila, kecuali pada papila
filiformis.9
2.2.3 Taste Buds
Taste buds merupakan struktur yang berbentuk goblet seperti bawang, pada
bagian apeks terdapat prosesus mikrovili yang menonjol melaui taset pore masuk ke
dalam rongga mulut. Setiap taste buds memiliki 50-150 sel pengecapan berbentuk
spindel yang dapat berubah bentuk, bermodifikasi, dan meluas dari membran basal
sampai ke epitel permukaan.9,27
Taste buds berfungsi membantu proses pengecapan di dalam rongga mulut dan
masing–masing taste buds memiliki diantaranya precursor cells, supporting cells, dan
taste receptor cells (TRCs). Mikrovili dianggap sebagai permukaan reseptor indera
pengecapan. Dasar taste buds terdapat akson aferen yang masuk ke dalam buds dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
membentuk ramifikasi secara ekstensif. Setiap serabut secara khusus bersinaps dengan
reseptor multipel ke dalam taste buds. Reseptor indera rasa pengecapan membentuk
sinaps dengan dendrit neuron sensoris yang membawa informasi ke otak.9
Taste buds pada papila dalam rongga mulut menurun jumlahnya sesuai
peningkatan usia, semakin tua akan semakin banyak penurunan jumlah papila dan
semakin menurun kepekaannya akibat proses penuaan. Keadaan hiposmia (penurunan
kepekaan indera rasa pembau) terjadi penurunan kepekaan terhadap rasa makanan. Hal
ini dipengaruhi oleh penurunan kinerja impuls saraf untuk menerima informasi dari
indera pembau dan indera pengecap pada korteks orbito frontalis.9
2.2.4 Persepsi dan Mekanisme Rasa
Persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh
individu melalui alat indera yang diinterpretasikan sehingga individu dapat mengerti
tentang stimulus yang diterimanya. Mekanisme rasa merupakan proses cara kerja untuk
merasakan stimulus yang diterima.
a. Persepsi Rasa Manis
Rasa manis merupakan salah satu dari lima rasa dasar dan lebih dianggap sebagai
suatu rasa yang menyenangkan. Nilai ambang rasa manis dinilai menggunakan metode
dari Nilsson dan Holm.28 Proses pengecapan manis dapat terdeteksi melalui reseptor
matabotropik. Sebagian senyawa kimia seperti aldehid dan keton dapat menyebabkan
rasa manis. Diantara bahan substansi biologi yang umum, semua karbohidrat sederhana
memberikan rasa manis beberapa derajat. Respon terhadap rasa manis adalah bersifat
unimodal yang berarti dapat dirasakan oleh semua orang, meskipun rasa manis tersebut
terbuat dari bahan struktur substansi kimia baik manis alami maupun buatan. Sukrosa
adalah contoh prototipikal suatu zat manis. Sukrosa dalam larutan memiliki persepsi
peringkat manis yang digunakan sebagai patokan atau standar dan zat lainnya dinilai
relatif terhadap ini.9 Beberapa asam amino juga memberikan rasa manis seperti alanin,
glisin, dan serin yang merupakan asam amino termanis. Hampir semua zat kimia
organik dapat menimbulkan rasa manis. Beberapa zat kimia anorganik juga dapat
menyebabkan rasa manis yaitu dari garam - garam, timah hitam, dan berilium.9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
b. Mekanisme Rasa Manis
Berbagai zat kimia yang dikenal menyebakan rasa manis dan kemampuan
merasakan rasa manis harus berada dalam pengecapan di lidah, mekanisme
biomolekuler proses pengecapan rasa manis itu cukup sulit dipahami. Mekanisme
biomolekuler proses pengecapan rasa manis ini disebut metabotropik. Diawali dengan
pengikatan substansi rasa manis tersebut oleh gen protein reseptor rasa manis T1R3
dan T1R2 untuk membentuk suatu GPCR. T1R termasuk anggota dari superfamili
GPCRs. Subunit T1R terdapat di dalam taste buds, bergabung untuk membentuk
reseptor heterodimer (T1R2+T1R3) dan dibentuk dalam sel HEK293. Homodimer
T1R3 (T1R3+T1R3) juga berfungsi sebagi reseptor rasa manis.9,10
Proses penghantaran implus rasa manis ini dimulai dengan adanya bahan manis
yang terdapat di dalam rongga mulut selanjutnya dirasakan dan di terima oleh resptor
gen yang berperan terhadap rasa manis yang mengaktivasi G-Protein. Setelah G-
Protein teraktivasi akan memediasi perubahan dari ATP menjadi cAMP yang
kemudian mengaktivasi phospokinase A sehingga memediasi fosforilasi dan inhibisi
K+ channels yang dapat menyebabab depolarisasi membran yang merangsang
pelepasan Ca2+. Pelepasan Ca2+ menyebabkan kenaikan Ca2 intraseluler yang
menyebabkan masuknya kation (Na+), depolarisasi membran, dan mengarah pada
pelepasan neurotransmitter. Serat aferen dalam saraf pengecapan mempunyai kontak
sinaptik dengan sel pengecapan yang ditransfer ke area gustatory pada lobus parietal,
hipotalamus, dan sistem batang otak. Bagian otak tersebut berfungsi mempersepsikan
rasa manis sehingga individu dapat membedakan rasa manis dengan rasa yang lain,
serta dapat mengukur kadar rasa manis yang dikecap.9
c. Persepsi Rasa Pahit
Pengecapan rasa pahit memiliki fungsi sebagai proteksi diri namun rasa pahit
sering ditolak karena rasanya yang tidak enak. Proses pengecapan rasa pahit dapat
melalui reseptor metabotropik. Rasa pahit secara alami banyak ditemukan pada kopi
dan ibuprofen sebagai pemati rasa nyeri dan juga di dapat pada buah anggur. Bahan
pahit berinteraksi dengan reseptor indera pahit yang diperankan oleh taste buds yang
terlektak pada papila lidah. Papila yang mengandung taste buds ini yaitu papila
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
sirkumvalata dan papila fungiformis. Selain itu saliva mempunyai peran penting untuk
melarutkan makanan agar dapat dirasakan oleh lidah. Bila saliva berkurang karena
berbagai hal, maka oksigen juga berkurang.9,10
Kurangnya oksigen, akan memicu pertumbuhan bakteri anaerob yang menjadi
penyebab timbulnya sensasi pahit pada lidah. Rasa pahit disebabkan oleh dua kelas zat
yaitu nitrogen dan alkaloid yang merupakan zat bahan organik rantai panjang yang
cenderung menimbulkan sensasi rasa pahit. Alkaloid terdapat pada banyak obat-obatan
yang digunakan seperti kina, kafein, stychnini, dan nikotin.9
d. Mekanisme Rasa Pahit
Rasa pahit timbul akibat adanya ikatan antara bahan kimia dimulai dengan
adanya bahan perangsang pengecapan rasa pahit pada reseptor indera rasa pahit yang
menyebabkan ikatan dengan enzim serta IP3 (inositol trifosfat). Reaksi ini
mengakibatkan G-protein melepas unit alpa, khusus pada reseptor indera pengecap
rasa pahit disebut Gustducin. Gustducin mengaktivasi enzim sehingga pada keadaan
ini menyebabkan tertutupnya saluran K+ pada saat ini Ca2+ic dikeluarkan dari
endoplasmik retikum sehingga timbul depolarisasi.9
Peningkatan konsentrasi Ca2+ di dalam sel reseptor rasa pengecap pahit
menyebabkan peningkatan rasa pahit yang diteruskan ke memori di dalam otak. Bila
ada rangsangan bahan pahit (quinine, iso-a acid, L-triptopan, dan L-fenilalanine) maka
bahan tersebut akan direspon lebih kuat oleh Nervus Glossofaringeus dibandingkan
dengan chorda tymphani. Bahan pahit lainnya termasuk kation divalen, menghambat
apikal saluran K+. Transduksi rasa pahit dapat dihambat dengan cara memberikan
bahan gula, garam, dan lemak melalui beberapa proses pembuatan makanan dan
minuman.9
2. 3 Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) merupakan salah satu indeks pengukuran status gizi
yang biasa digunakan untuk mengukur status gizi usia remaja dan dewasa.29 Penilaian
status gizi dengan BMI adalah nilai dari perhitungan antara berat badan (dalam
kilogram) dan tinggi badan (dalam meter) seseorang atau diukur dari persentil tubuh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
berdasarkan usia dan jenis kelamin.7,30,31 Interpretasi BMI tergantung pada umur dan
jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang
berbeda. Berbeda dengan orang dewasa, BMI pada anak berubah sesuai umur dan
sesuai dengan peningkatan panjang dan berat badan. BMI digunakan untuk penilaian
obesitas akan tetapi bukan merupakan indeks adipositas karena tidak membedakan
jaringan tanpa lemak (lean tissue) dan tulang dari jaringan lemak.4,7
World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National
Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical
Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran
obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. BMI merupakan petunjuk untuk
menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).32
Body Mass Index (BMI) dapat diperoleh dengan perhitungan rumus sebagai
berikut:
Keterangan : BMI = Body Mass Index; BB = Berat Badan; TB = Tinggi Badan.7
Perhitungan hasil BMI yang didapat, disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia
terlebih dahulu. Hasil BMI lalu dimasukkan ke rumus Z-score dengan rumus umum
sebagai berikut.
Z-score =
Keterangan : Z-score = Ambang Batas
BB (kg)
TB x TB (m2)
BMI =
BMI Subjek-Nilai Median Buku
Rujukan
Nilai Simpang Buku Rujukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Hasil Z-score yang didapat kemudian disesuaikan dengan kategori dan ambang
batas status gizi anak berdasarkan indeks. Kategori Body Mass Index (BMI) dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Keterangan Status Berat Badan Kemenkes RI 2010.35
Kategori status berat badan Z-score
Sangat Kurus Lebih kecil dari -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk Lebih dari 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas Lebih dari 2 SD
Penelitian Markam et al. mengkategorikan BMI menjadi empat yaitu BMI
kurang dari 5 persentil termasuk dalam kategori kurus, BMI antara 5 - 85 persentil
termasuk kategori normal, BMI diatas 85 persentil dan kurang dari 95 persentil
termasuk kategori gemuk, dan BMI diatas 95 persentil termasuk kategori obesitas.7
Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini juga membagi BMI menjadi empat
kategori yaitu kurus, normal, gemuk, dan obesitas.
2.4 Hubungan antara Persepsi Rasa dengan Pengalaman Karies
Karies dental adalah salah satu dari dua penyakit infeksi utama yang secara
langsung dipengaruhi oleh diet dan gizi. Persepsi rasa dapat memengaruhi pola makan
sehingga subjek mempertimbangkan rasa sebagai faktor yang penting dalam pemilihan
makanan, khususnya makanan yang mengandung rasa manis dan cemilan dengan
kandungan lemak gula yang tinggi. Diet karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, dan
sukrosa serta beberapa pati dicerna oleh amilase pada saliva. Kemudian bakteri dalam
rongga mulut mulai melakukan proses metabolisme. Inilah yang menyebabkan
mengapa beberapa diet karbohidrat dianggap sebagai karbohidrat terfermentasi.9
Penelitian telah menemukan bahwa risiko karies gigi terkait dengan peningkatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
asupan gula. Selain menjadi salah satu sumber bahan utama yang disukai bakteri dalam
rongga mulut, gula juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian
menurut Wan, melaporkan bahwa kolonisasi gigi oleh Streptoccus mutans didukung
dengan adanya sukrosa. Kandungan gula terdapat secara alami dalam makanan seperti
buah, madu, produk susu, dan gula dapat ditambahkan ke dalam makanan selama
proses pembuatan suatu makanan. Contoh gula yang dibuat dalam proses pembuatan
makanan yaitu gula putih atau coklat dan sirup jagung tinggi fruktosa.9
Secara luas dapat diterima bahwa asupan makanan dari gula dan fermentasi
karbohidrat dikaitkan dengan peningkatan risiko karies gigi. Asupan karbohidrat
dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk mengonsumsi makanan khususnya
makanan dengan rasa manis. Banyak penelitian yang meneliti tentang pengaruh status
pengecapan pada asupan makanan dan minuman yang mengandung gula atau sukrosa.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, individu PROP taster yang memiliki
penurunan persepsi pengecapan terhadap makanan dan minuman manis menyebabkan
terjadinya penurunan konsumsi dari makanan yang mengandung bahan tersebut.
Hanya ada satu penelitian sampai saat ini yang sudah meneliti hubungan antara
sensitivitas PROP dan karies gigi pada anak.9
Hasil penelitian tersebut mendukung hubungan positif antara status PROP non
taster dan karies gigi. Menunjukkan bahwa anak dengan kategori non taster memiliki
lebih banyak karies gigi dibandingan dengan anak kategori super taster. Namun, data
pemilihan makanan tidak dikumpulkan sehingga, perbedaaan yang diamati tidak dapat
membedakan prevalensi karies gigi pada individu super taster dan non taster sebagai
perannya dalam mengonsumsi asupan gula atau frekuensi makanan yang mengandung
gula dan pati. Hubungan antara prevalensi karies super taster dan non taster dalam
pemilihan makanan dan konsumsi bahan makanan yang mengandung gula memiliki
peran yang penting karena dapat berfungsi untuk mengidentifikasi individu tersebut
tergolong dalam risiko karies tinggi atau rendah. Skrining dini untuk mengidentifikasi
individu berisiko tinggi dan pengembangan strategi intervensi, ditargetkan dapat
berguna untuk mengurangi prevalensi karies pada masa remaja dan dewasa.9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
2.5 Hubungan antara Persepsi Rasa dengan BMI
Individu yang tergolong kategori super taster dan non taster, PROP
menunjukkan kategori super taster lebih peka terhadap rasa pahit dan kategori non
taster kurang peka terhadap rasa pahit.7,10 Gen mempunyai pengaruh terhadap banyak
aspek mengenai kebiasaan pola makan termasuk sensivitas terhadap rasa, pilihan
makanan, dan asupan makanan. Memiliki sensitivitas tinggi, PROP menunjukkan ada
hubungan yang tinggi terhadap BMI. Terbukti dari kemampuan individu untuk dapat
merasakan rasa pahit yang kemungkinan dapat dikaitkan dengan status BMI.33
Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan adanya hubungan yang signifikan
anatara BMI dengan kelompok super taster dan kelompok non taster. Penelitian
menurut Markam et al. melaporkan, adanya hubungan yang signifikan antara BMI dan
persepsi rasa. Kategori kelebihan berat badan memiliki persentase yang tinggi pada
individu non taster sebesar 73,30% dan persentase yang lebih rendah dari non taster
terdapat pada individu yang kekurangan berat badan. Jumlah individu super taster
lebih tinggi pada kategori kekurangan berat badan dan nilai yang lebih rendah dari non
taster terdapat pada individu yang kelebihan berat badan.7 Berat badan normal
memiliki kategori pengecapan yang normal disebut medium taster atau tingkat
sensitivitas rasanya sedang.7,10
Penelitian menurut Markam et al. menunjukkan hasil signifikan yang kurang
jelas antara persepsi rasa dengan berat badan tetapi menunjukkan ada pengaruh sebab
akibat dari konsumsi makanan yang mengandung lemak atau yang tidak mengandung
lemak. Kegemaran individu terhadap makanan yang berlemak dapat menyebabkan
individu tersebut berisiko tinggi terkena obesitas. Jumlah taste buds yang sedikit pada
kategori non taster dapat berpengaruh terhadap sinyal yang diberikan ke saraf
trigeminal dan kemampuannya mengonsumsi makanan berlemak dalam porsi yang
besar untuk dapat menyeimbangi level pengecapan yang sama dengan kategori super
taster.32
Penelitian Hedge dan Sharma menunjukkan bahwa kebanyakan anak obesitas
dan gemuk tergolong dalam kategori non taster dan individu tersebut lebih suka
mengonsumi makanan yang manis dan berlemak.33 Penelitian Keller, menemukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
bahwa anak kategori non taster memiliki peningkatan nilai BMI dibanding dengan
kategori super taster.32 Asupan makanan lemak yang tinggi adalah faktor risiko
terjadinya obesitas. Penelitian Markam et al. menyatakan bahwa kategori non taster
cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak yang
menyebabkan peningkatan nilai BMI pada kondisi gemuk dan obesitas sedangkan pada
kategori kurus kebanyakan anak adalah super taster. Penelitian sebelumnya juga
menunjukkan bahwa kategori non taster memiliki lebih banyak jumlah papila
fungiformis dan memiliki nilai ambang rasa yang rendah terhadap persepsi rasa yang
menyebabkan terjadinya perbedaan individu dalam memilih tipe atau jenis makanan.7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
2.6 Kerangka Teori
2.7 Kerangka Konsep
Umami
Karies Asam
Manis
Pahit
Asin
BMI
Persepsi Rasa
Manis
Pahit
BMI
Lidah
Papila
Lidah
Persepsi
Rasa
Taste Buds
Persepsi Rasa
Manis
Pahit
Pengalaman Karies
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan penelitian cross-sectional dengan menggunakan kuesioner dan lembaran
pemeriksaan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII dan VIII
di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Proposal penelitian dilaksanakan pada September 2018 – Desember 2018.
Penelitian dilaksanakan pada Januari 2019 – Februari 2019. Penyusunan hasil
penelitian dilaksanakan pada Maret 2019 – Juli 2019.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 12 – 13 tahun di Kota Medan.
Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah anak sekolah berusia 12 – 13 tahun di
Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan yang memenuhi kriteria inklusi.
Penentuan kecamatan dan sekolah menggunakan metode purposive sampling dan
random sampling. Penentuan besar sampel menggunakan uji hipotesis beda rata-rata
dua kelompok independen karena data dari penelitian sebelumnya dalam skala
pengukuran numerikal berupa mean dan standar deviasi (SD). Besar sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel yang didapat dari perhitungan data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
penelitian sebelumnya antara persepsi rasa dengan BMI.
Rumus :
𝛿2 = (n1-1)S12 + (n2-1)S2
2
= (93-1)1,32 + (8-1)1,62
= 1,75
n = 2 𝛿2(Z1-α/2 + Z1-β)2
= 2 . 1,75 (1,96 + 1,28 )2
= 45,36
= 46
Besar sampel = 3 x n = 138
= ( 3 x n ) + 10% = 152
Keterangan :
𝛿2 : varians gabungan
n1 : jumlah pada kelompok 1
n2 : jumlah pada kelompok 2
S1 : varians pada kelompok 1
S2 : varians pada kelompok 2
Z1-α/2 : nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2 (α = 95%)
Z1-β : nilai z pada kekuatan uji ( power) 1-β (β = 90%)
μ1 : estimasi rata-rata kelompok 1
μ2 : estimasi rata-rata kelompok 2
Mengantisipasi adanya sampel yang drop-out maka ditambahkan dari 10% besar
sampel yang didapat. Jumlah sampel minimum pada penelitian ini adalah 152 orang.
Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing - masing
(93-1) + (8-1)
( 𝜇1 −𝜇2)2
(2,9 – 2 )2
(n1-1) + (n2-1)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
sekolah yang dipilih yaitu 76 anak di Kecamatan Medan Petisah dan 76 anak di Medan
Tuntungan.
3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi kelompok sampel ini :
1. Anak berusia 12-13 tahun
2. Status fisik ASA I
3. Tidak mempunyai alergi ataupun reaksi terhadap PROP
4. Tidak sedang menggunakan obat-obatan sistemik seperti antibiotik
5. Tidak sedang mengonsumsi NSAID yang dapat menurunkan produksi saliva
6. Tidak menggunakan perawatan orthodonti
7. Anak memberikan informed consent untuk mengikuti prosedur penelitian
8. Tidak menggunakan obat kumur minimal 2 jam sebelumnya
9. Tidak mengonsumsi makanan 2 jam sebelum penelitian.
3.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi kelompok sampel ini :
1. Anak menolak untuk diperiksa
2. Anak tidak ada informed consent
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel bebas pada penelitian ini adalah persepsi rasa pengecapan.Variabel
terikat pada peneltian ini adalah pengalaman karies dan BMI
Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi
Operasional
Cara Pemeriksaan Hasil Ukur Skala
Persepsi
Rasa
Persepsi adalah
proses
memasukkan
stimulus berupa
pengalaman
Pengukuran persepsi
- Rasa manis :
menggunakan sukrosa
dengan berbagai
konsentrasi mulai dari
Persepsi rasa
manis dan pahit
terbagi menjadi
3 kategori:
Rasa manis
Ordinal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Variabel Defenisi
Operasional
Cara Pemeriksaan
Hasil Ukur Skala
sensori ke dalam
otak untuk
menentukan
respon yang
diberikan
kepada stimulus
tersebut.
Menentukan
persepsi
pengecapan rasa
manis
menggunakan
larutan sukrosa
dengan berbagai
konsentrasi
0,625%, 1,25%,
2,5 %, 5%, 10%,
20%, dan 40%.
Rasa pahit
diukur
menggunakan
PROP (6-n-
propyltiouracil)
0,625%, 1,25%, 2,5
%, 5%, 10%, 20%,
dan 40 %.
Gunting kertas
Whatman dengan
ukuran 2x2 cm.
Teteskan larutan
sukrosa mulai dari
konsentrasi terendah
0,625% pada kertas
Whatman dan
letakkan pada apeks
lidah. Apabila subjek
tidak merasakan rasa
manis, intruksikan
untuk berkumur
dengan air lalu
lakukan prosedur
yang sama untuk
konsentrasi 1,25%,
2,5 %, 5%, 10%,
20%, dan 40%.
Lakukan pencatatan
pada konsentrasi
manis pertama yang
dirasakan subjek.
- Rasa pahit:
menggunakan
lembaran PROP yang
diletakkan pada
dorsal lidah (2/3
anterior lidah) selama
30 detik. Pada saat
subjek merasakan
intensitas paling
pahit, subjek
melakukan penilaian
pada facial 7- point
hedonic scale.
1. Super taster
apabila subjek
Merasakan
manis pada
konsentrasi
0,625% - 1,25%
2. Medium
taster apabila
subjek
merasakan
manis pada
konsentrasi
2,5% - 5 %
3. Non taster
apabila subjek
merasakan
manis pada
konsentrasi 10%
- 40)%
- Rasa pahit:
1. Super taster
apabila subjek
menilai PROP
sangat pahit
2. 2. Medium taster
apabila subjek
menilai PROP
pahit dan biasa
saja
3. Non taster
apabila subjek
menilai PROP
tidak berasa dan
ragu – ragu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Variabel Defenisi
Operasional
Cara Pemeriksaan Hasil Ukur Skala
Pengalaman
karies
Ditentukan
berdasarkan
kriteria Klein
dengan melihat
jumlah gigi
yang tergolong
kategori
decayed,
missing, dan
filling (DMFT)
Pemeriksaan
menggunakan kaca
mulut, pinset, sonde,
dan probe pada semua
gigi. Pemeriksaan
dilakukan dengan
penerangan yang
memadai.
Dinilai dengan
kriteria:
1. D (decayed) = gigi
yang mengalami
karies dan belum
ditambal; sisa akar
2. M (missing) = gigi
yang dicabut karena
karies
3. F (filling) = gigi
yang direstorasi
karena karies
Perhitungan
DMFT yaitu
penjumlahan D,
M, dan F pada
gigi permanen
Rasio
Kategori
Massa
Tubuh
BMI adalah
hasil
perhitungan
berat badan (kg)
dibagi kuadrat
tinggi badan
(m), yang
kemudian
dibandingkan
dengan diagram
BMI sesuai jenis
kelamin dan
usia anak.
a. Pengukuran tinggi
badan anak
menggunakan
stadiometer
b. Pengukuran berat
badan anak
menggunakan
timbangan badan
Pengukuran BMI :
berat badan (kg)
tinggi badan (m2)
1. Kurus : (BMI
< -2 SD)
2. Normal :
(BMI -2 s.d 1
SD)
3. Gemuk :BMI
≥ 1 − 2 SD)
4. Obesitas :
(BMI ≥ 2 SD)
Ordinal
Jenis
Kelamin
Tanda fisik (sex)
yang
teridentifikasi
dan dibawa
sejak lahir.
Melalui lembar
pemeriksaan
(kuesioner)
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Usia
Usia dihitung
dari ulang tahun
sampai
Melalui lembar
pemeriksaan
(kuesioner)
1. 12 tahun
2. 13 tahun
Nominal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Variabel Definisi
Operasional
Cara Pemeriksaan Hasil Ukur Skala
pencatatan
terakhir
responden
Kuesioner Kuesioner
sebagai alat
bantu
pemeriksaan
meliputi
pemeriksaan
persepsi rasa
pengecapan,
pengalaman
karies dan BMI.
Sebelum
melakukan
pemeriksaan
terlebih dahulu
perlu didapat
informed
consent dari
orang tua
subjek. Subjek
yang mengikuti
penelitian
adalah sampel
yang memenuhi
kriteria inklusi.
Pemeriksaan langsung
di rongga mulut
subjek. Pemeriksaan
persepsi rasa manis
dengan larutan
sukrosa dan rasa pahit
dengan PROP.
Pemeriksaan karies
dengan kriteria Klein.
Hasil ukur
dikategorikan
untuk
memudahkan
pemindahan
data.
Nominal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
3.5 Alur Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Alur penelitian dan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini :
1. Kecamatan yang diteliti adalah Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan
2. Pendataan sekolah berdasarkan kecamatan
3. Kalibrasi sebanyak dua kali yang diawasi oleh dosen pembimbing untuk
menyamakan persepsi
4. Peneliti mendapatkan surat keterangan dari pihak Fakultas Kedokteran Gigi
USU.
5. Peneliti mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan
dari Fakultas Kedokteran USU
6. SMP Swasta Kalam Kudus dan SMP Negeri 21 merupakan pemilihan sekolah
berdasarkan purposive sampling
7. Peneliti mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian dari pihak
sekolah
8. Persetujuan telah diperoleh dari orang tua
9. Pendataan subjek setelah mengembalikan informed consent dan data diri
orang tua
10. Pemeriksaan dengan alat bantu kuesioner pada subjek yang memenuhi
kriteria inklusi
11. Pencatatan hasil pemeriksaan
12. Penginputan data, pengolahan data, dan analisis data.
13. Penyusunan hasil penelitian.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
3.6.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian akan diolah secara komputerisasi.
Pengolahan data secara komputerisasi meliputi :
1. Editing (Penyuntingan Data)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan lembaran pemeriksaan.
2. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)
Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul dalam bentuk yang
lebih ringkas dengan menggunakan kode. Proses pengkodean dilakukan berdasarkan
komponen – komponen yang ada pada lembaran pemeriksaan.
3. Memasukkan data (Data Entry)
Memasukkan data lembaran pemeriksaan dan perawatan gigi anak yang lengkap
ke Microsoft Excel.
4. Saving
Merupakan proses penyimpanan data sebelum data dianalisis.
5. Tabulasi
Merupakan proses penyusunan data dalam bentuk tabel dan selanjutnya diolah
dengan komputer.
6. Cleaning
Kegiatan pengetikan kembali data yang sudah dimasukkan untuk mengetahui ada
kesalahan atau tidak
3.6.2 Analisis Data
Data diolah secara deskriptif dan analitik. Data deskriptif yaitu data univariat
yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dan dihitung dalam bentuk
tabel dan persentase. Data analitik yaitu data bivariat yang juga disajikan dalam bentuk
tabel berupa ada tidaknya hubungan terhadap tiap variabel. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan software SPSS versi 22. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan data yang diperoleh tidak terdistribusi sempurna. Analisis data kategorik
dengan kategorik menggunakan uji analisis Chi-Square. Analisis data kategorik
dengan numerik menggunakan uji analisis Kruskal-Wallis dan post hoc Mann-Whitney.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
3.7 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan pelaksanaan penelitian. Setelah itu
peneliti memberikan lembar persetujuan kepada orang tua /wali dari responden yang
akan ditanda tangani.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang telah dilakukan pada sekolah SMP Swasta Kalam Kudus dan
SMP Negeri 21 mendapatkan berbagai data. Data tersebut akan dilakukan berbagai
analisis seperti analisis univariat dan bivariat.
4.1 Analisa Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi dari setiap
variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti meliputi karateristik demografi responden
(usia dan jenis kelamin) dan karateristik klinis (persepsi rasa pengecapan, karies, dan
BMI) pada dua kecamatan.
4.1.1 Demografi Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah anak berusia 12 - 13 tahun di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Tuntungan dengan jumlah sampel 152 anak. Gambaran demografis
sampel penelitian meliputi usia dan jenis kelamin di Kecamatan Medan Petisah dan
Medan Tuntungan.
Tabel 3 memperlihatkan jumlah anak yang berusia 12 tahun 86 anak (56,6%) dan
yang berusia 13 tahun sebanyak 66 anak (43,4%). Anak berusia 12 tahun jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan usia 13 tahun karena sampel penelitian lebih banyak
pada anak kelas VII yang rata – rata berusia 12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62 anak (40,8%) dan berjenis
kelamin perempuan sebanyak 90 anak (59,2%). Anak berjenis kelamin perempuan
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan anak berjenis kelamin laki - laki karena
mayoritas anak pada sekolah yang diteliti kebanyakan adalah perempuan. Berdasarkan
kecamatan, anak yang berasal dari Kecamatan Medan Petisah sebanyak 72 anak
(47,4%) dan yang berasal dari Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 80 orang
(52,6%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Medan Petisah dan Medan Tuntungan
No. Karateristik
n %
1 Usia
12 tahun
13 tahun
86
66
56,6
43,4
2 Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
62
90
40,8
59,2
3 Kecamatan
Medan Petisah
Medan Tuntungan
72
80
47,4
52,6
Total 152 100
4.1.2 Distribusi kategori persepsi rasa pahit
Penilaian persepsi rasa pahit dibagi menjadi lima yaitu sangat pahit, pahit, ragu-
ragu, biasa saja, dan tidak berasa berdasarkan penggunaan Linkert Scale. Berdasarkan
Tabel 4, penilaian persepsi rasa pahit terhadap PROP, 59 anak (38,8%) merasakan pahit
diikuti dengan penilaian sangat pahit 47 anak (30,9%), biasa saja dan tidak berasa
memiliki jumlah yang sama 17 anak (11,2%). Penilaian ragu-ragu merupakan penilaian
paling sedikit diberikan oleh 12 anak (7,9%).
Berdasarkan penilaian rasa pahit pada Tabel 4, penilaian rasa pahit dikategorikan
menjadi tiga yaitu super taster, medium taster, dan non taster. Kategori super taster
adalah kategori untuk penilaian persepsi rasa yang menyatakan bahwa PROP berasa
sangat pahit karena anak merasakan rasa pahit yang tak tertahankan dan membuat anak
mual sehingga ada reaksi spontan untuk memuntahkan PROP tersebut. Kategori
medium taster untuk penilaian persepsi rasa yang menyatakan PROP berasa pahit dan
biasa saja karena rasanya sama seperti minum obat. Kategori non taster untuk penilaian
persepsi rasa menyatakan PROP tidak berasa atau ragu – ragu terhadap rasa karena
anak kesulitan untuk mendeteksi rasa PROP tersebut. Berdasarkan Tabel 4, persepsi
rasa pahit kategori medium taster merupakan kategori yang paling banyak dengan
jumlah 76 anak (50%) dan kategori non taster merupakan kategori paling sedikit
dengan jumlah 29 anak (19,1%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Tabel 4. Distribusi Kategori Rasa Pahit
No Rasa pahit n %
1 Penilaian
Sangat pahit
Pahit
Ragu-ragu
Biasa saja
Tidak berasa
47
59
12
17
17
30,9
38,8
7,9
11,2
11,2
Total 152 100
2 Kategori
Super taster
Medium taster
Non taster
47
76
29
30,9
50
19,1
Total 152 100
4.1.3 Distribusi kategori persepsi rasa manis
Distribusi persepsi rasa manis diukur berdasarkan nilai ambang rasa (taste
threshold) manis dengan menggunakan tujuh konsentrasi manis yaitu 0,625; 1,25; 2,5;
5;10; 20; dan 40%. Berdasarkan Tabel 4, pada konsentrasi dapat disimpulkan dengan
konsentrasi 1,25% sampel sudah bisa merasakan manis walaupun kebanyakan 32,9%
merasakan ambang rasa manis dengan konsentrasi 10% diikuti oleh konsentrasi
2,5(27,0%); 1,25(20,4%); 5(19,1%) dan 20(0,7%). Pada konsentrasi 0,625%
disimpulkan bahwa anak atau sampel belum bisa merasakan manis.
Berdasarkan tujuh konsentrasi tersebut, dikategorikan menjadi tiga kategori
persepsi manis yaitu super taster, medium taster, dan non taster. Kategori super taster
terdiri dari konsentrasi manis 0,625 dan 1,25%. Kategori medium taster terdiri dari
konsentrasi manis 2,5 dan 5%. Kategori non taster terdiri dari konsentrasi manis 10,20,
dan 40%. Berdasarkan Tabel 5, kategori manis medium taster merupakan kategori
paling banyak dengan jumlah 70 anak (46,1%). Diikuti dengan kategori non taster
memiliki jumlah yaitu 51 anak (33,6%) dan kategori super taster memliki jumlah yaitu
31 anak (20,4%. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ambang rasa konsentrasi
manis berada pada konsentrasi 1,25-10%.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Tabel 5. Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis
No Rasa Manis n
%
1
Penilaian
0,625
1,25
2,5
5
10
20
40
0
31
41
29
50
1
0
0
20,4
27,0
19,1
32,9
0,7
0
Total 152 100
2 Kategori
Super taster
Medium taster
Non taster
31
70
51
20,4
46,1
33,6
Total 152 100
4.1.4 Distribusi Pengalaman Karies
Berdasarkan Tabel 6, distribusi pengalaman karies (DMFT > 0) memiliki nilai
mean sebesar 2,35 ± 2,58, dengan nilai minumum sebesar 0 gigi dan nilai maksimum
sebesar 14 gigi. Jumlah karies merupakan hasil dari pertumbuhan DMFT pada gigi
permanen. Indeks karies anak dibagi menjadi enam kelompok yaitu bebas karies,
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil rata-rata indeks karies
berada pada kategori rendah. Penelitian ini menemukan bahwa jumlah indeks karies
terbesar merupakan anak bebas karies sebanyak 44 anak (28,9%) dan jumlah indeks
karies paling sedikit merupakan anak kategori sangat tinggi sebanyak 10 anak (6,6%).
Tabel 6. Distribusi Pengalaman Karies
No Pengalaman Karies n
%
1
Jumlah
0
1
2
3
4
44
27
25
20
10
28,9
17,8
16,4
13,2
6,6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
No Pengalaman Karies n
%
5
6
7
8
9
10
11
14
7
9
4
1
1
1
2
1
4,6
5,9
2,6
0,7
0,7
0,7
1,3
0,7
Total 152 100
2 Indeks Karies (Skor)
Bebas Karies (0)
Sangat Rendah (0,1 – 1,1)
Rendah (1,2 – 2,6)
Sedang (2,7 – 4,4)
Tinggi (4,5 – 6,5)
Sangat Tinggi (> 6,5)
44
27
25
30
16
10
28,9
17,8
16,4
19,7
10,5
6,6
Total 152 100
4.1.5 Distribusi Kategori BMI
Berdasarkan Tabel 7, distribusi kategori BMI dibagi menjadi tiga yaitu normal,
gemuk, dan obesitas dengan nilai mean BMI sebesar 21,53 ± 5,06 kg. Nilai minimum
sebesar 15,13 kg dan nilai maksimum sebesar 34,97 kg. Kategori BMI dengan
frekuensi terbanyak yaitu kategori normal 99 anak (65,1%) diikuti kategori gemuk 33
anak (21,7%) dan kategori obesitas 20 anak (13,2%). Tidak dijumpai kriteria kurus
pada BMI.
Tabel 7. Distribusi Kategori BMI
No Kategori BMI
n %
1 Normal 99 65,1
2 Gemuk 33 21,7
3 Obesitas 20 13,2
Total 152 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
4.2 Analisa Bivariat
Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mencari adanya hubungan antara dua
faktor. Sebelum melakukan uji tersebut uji normalitas dapat dilakukan uji Kolmogorov-
Smirnov. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi <0,05 sehingga data
tidak terdistribusi normal.
4.2.1 Hubungan antara Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies
Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh
nilai p sebesar 0,003 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara
persepsi rasa pahit dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori
super taster berada pada rata-rata indeks karies rendah (1,51 ± 1,89) sama halnya
dengan kategori medium taster (2,50 ± 2,78). Berbeda halnya dengan kategori non
taster yang berada pada indeks karies sedang (3,31 ± 2,66). Hasil uji lanjutan (post
hoc) antara ketiga kelompok kategori pahit menggunakan Mann-Whitney test dengan
derajat α= 0,05 untuk menentukan perbedaan signifikan antara ketiga kelompok
kategori pahit. Didapatkan hasil bahwa kelompok kategori super taster dan medium
taster memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,044) sama halnya
dengan kelompok kategori super taster dan non taster juga menunjukkan perbedaan
yang signifikan (p = 0,000). Berbeda halnya dengan kelompok kategori medium taster
dan non taster diperoleh hasil yang tidak signifikan (p = 0,078).
Tabel 8. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan Pengalaman Karies
Kategori Pahit
(n = 152)
n DMFT
Mean
p*
Super taster 47 1,51 ± 1,89
0,003 Medium taster 76 2,50 ± 2,78
Non taster 29 3,31 ± 2,66
* p < 0,05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh
nilai p sebesar 0,003 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara
persepsi rasa pahit dengan indeks karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori super
taster paling banyak tergolong dalam indeks bebas karies sebanyak 19 anak (40,4 %)
diikuti oleh indeks karies sangat rendah 11 anak (23,4 %), indeks karies rendah 7 anak
(14,9%), dan paling sedikit indeks karies tinggi dan sangat tinggi yaitu 2 anak (4,3%).
Kategori medium taster paling banyak tergolong dalam indeks bebas karies sebanyak
23 anak (30,3%), diikuti oleh indeks karies sedang 14 anak (20%), indeks karies rendah
dan tinggi yaitu 11 anak (14,5%), indeks karies rendah 10 anak (13,2%), dan paling
sedikit indeks karies sangat tinggi 4 anak (5,3%). Kategori non taster paling banyak
tergolong dalam indeks karies sedang sebanyak 8 anak (27,6%), diikuti oleh indeks
karies sedang 7 anak (24,1%), indeks karies sangat rendah 5 anak (17,2%), indeks
karies sangat tinggi 4 anak (13,8%), indeks karies tinggi 3 anak (10,3%), dan paling
sedikit indeks bebas karies 2 anak (6,9%). Pada kelompok kategori super taster dengan
medium taster dan non taster terlihat signifikan dilihat dari kategori super taster
memiliki banyak anak bebas karies yaitu 19 anak (40,4%) sedangkan pada kategori non
taster sedikit anak yang mempunyai bebas karies yaitu 2 anak (6,9%). Walaupun
kategori medium taster terlihat kurang signifikan pada jumlah anak bebas karies yang
lebih banyak dari super taster yaitu 23 anak (30,3%) tetapi terlihat signifikan pada
indeks karies kategori tinggi dimana medium taster memiliki jumlah 11 anak (14,5%)
sedangkan super taster hanya memiliki 2 anak (4,3%)
Tabel 9. Hubungan Kategori Rasa Pahit dengan Indeks Karies
Kategori
Pahit
Indeks Karies
n
p*
Bebas
karies
n(%)
Sangat
rendah
n(%)
Rendah
n(%)
Sedang
n(%)
Tinggi
n(%)
Sangat
tinggi
n(%)
Super taster
Medium
Non taster
19(40,4)
23(30,3)
2 (6,9)
11 (23,4)
11 (14,5)
5 (17,2)
7 (14,9)
10 (13,2)
8 (27,6)
6 (12,8)
17 (22,4)
7 (24,1)
2 (4,3)
11 (14,5)
3 (10,3)
2 (4,3)
4 (5,3)
4 (13,8)
47
76
29
0,003
Total 44(28,9) 27 (17,8) 25 (16,4) 30 (19,7) 16 (10,5) 10 (6,6) 152
* p < 0,05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
4.2.2 Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis
memperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
antara persepsi rasa manis dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa
kategori super taster berada pada rata-rata indeks karies sangat rendah (1,13 ± 1,45).
Berbeda halnya dengan kategori medium taster yang berada pada indeks karies sedang
(3,06 ± 2,85) dan kategori non taster yang berada pada indeks karies rendah (2,12 ±
2,43). Hasil uji lanjutan (post hoc) antara ketiga kelompok kategori manis
menggunakan Mann-Whitney test dengan derajat α= 0,05 untuk menentukan perbedaan
signifikan antara ketiga kelompok kategori pahit. Didapatkan hasil bahwa kelompok
kategori super taster dan medium taster memiliki perbedaan yang bermakna secara
statistik (p = 0,000) sama halnya dengan kelompok kategori super taster dan non taster
yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,048) dan kelompok kategori
medium taster dan non taster juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,039).
Tabel 10. Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan Pengalaman Karies
Kategori Manis
(n = 152)
n DMFT
Mean
p*
Super taster 31 1,13 ± 1,45
0,001 Medium taster 70 3,06 ± 2,85
Non taster 51 2,12 ± 2,43
* p < 0,05
Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis
memperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
antara persepsi rasa manis dengan indeks karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori
super taster paling banyak tergolong dalam indeks bebas karies sebanyak 15 anak (48,4
%) diikuti oleh indeks karies sangat rendah dan rendah yaitu 6 anak (19,4 %), indeks
karies sedang 3 anak (9,7%), dan indeks karies tinggi 1 anak (3,2%). Tidak ada anak
kategori super taster yang tergolong indeks karies sangat tinggi. Kategori medium
taster paling banyak tergolong dalam indeks karies sedang sebanyak 17 anak (24,3%),
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
diikuti oleh indeks bebas karies 14 anak (20%), indeks karies rendah dan tinggi yaitu
11 anak (15,7%), indeks karies sangat rendah memiliki jumlah 10 anak (14,3%), dan
indeks karies sangat tinggi 7 anak (10%). Kategori non taster paling banyak tergolong
dalam indeks bebas karies 15 anak (29,4%), diikuti oleh indeks karies sangat rendah
11 anak (21,6%), indeks karies sedang 10 anak (19,6%), indeks karies rendah 8 anak
(15,7%), indeks karies tinggi 4 anak (7,8%), dan indeks karies sangat tinggi 3 anak
(5,9%). Pada kategori super taster, medium taster, dan non taster terlihat perbedaan
yang signifikan. Anak super taster sedikit yang memiliki indeks karies sedang sampai
tinggi (9,7% – 3,2%) dan tidak ada anak dengan indeks karies sangat tinggi sedangkan
anak medium taster dan non taster memiliki jumlah yang lebih banyak walaupun pada
ketiga kategori jumlah anak bebas karies sama.
Tabel 11. Hubungan Kategori Rasa Manis dengan Indeks Karies
Kategori
Manis
(n = 152)
Indeks Karies
n
p*
Bebas
karies
n(%)
Sangat
rendah
n(%)
Rendah
n(%)
Sedang
n(%)
Tinggi
n(%)
Sangat
tinggi
n(%)
Super taster
Medium
Non taster
15 (48,4)
14 (20,0)
15 (29,4)
6 (19,4)
10 (14,3)
11 (21,6)
6 (19,4)
11 (15,7)
8 (15,7)
3 (9,7)
17 (24,3)
10 (19,6)
1 (3,2)
11 (15,7)
4 (7,8)
0 (0)
7 (10)
3 (5,9)
31
70
51
0,001
Total 44 (28,9) 27 (17,8) 25 (16,4) 30 (19,7) 16 (10,5) 10(6,6) 152
* p < 0,05
4.2.3 Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI
Berdasarkan Tabel 12, anak dengan persepsi rasa pahit kategori super taster
paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 31 anak (66,0%) diikuti
dengan kategori BMI gemuk 10 anak (21,3%) dan kategori BMI obesitas 6 anak
(12,8%). Anak dengan persepsi rasa pahit kategori medium taster paling banyak
terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 49 anak (64,8%) diikuti dengan kategori
BMI gemuk 15 anak (20,5%) dan kategori BMI obesitas 12 anak (14,8%).
Anak dengan persepsi rasa pahit kategori non taster paling banyak terdapat
dalam kategori BMI yaitu normal 19 anak (64,7%) diikuti dengan kategori BMI gemuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
8 anak (29,4%) dan kategori BMI obesitas 2 anak (5,9%). Hubungan antara persepsi
rasa pahit tidak dijumpai, dengan nilai (p = 0,757).
Tabel 12. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI
Kategori Pahit
Kategori BMI
Total
p Normal
n(%)
Gemuk
n(%)
Obesitas
n(%)
Super taster 31(66,0) 49(64,5) 19(65,5) 99
0,757 Medium 10(21,3) 15(19,7) 8(27,6) 33
Non taster 6(12,8) 12(15,8) 2(6,9) 20
p > 0,05
4.2.4 Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan BMI
Berdasarkan Tabel 13, anak dengan persepsi rasa manis kategori super taster
paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 18 anak (58,1%) diikuti
dengan kategori BMI gemuk 10 anak (32,3%) dan kategori BMI obesitas 3 anak
(9,7%). Anak dengan persepsi rasa manis kategori medium taster paling banyak
terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 52 anak (74,3%) diikuti dengan kategori
BMI gemuk 9 anak (12,9%) dan kategori BMI obesitas 9 anak (12,9%).
Anak dengan persepsi rasa manis kategori non taster paling banyak terdapat
dalam kategori BMI yaitu normal 29 anak (56,9%) diikuti dengan kategori BMI gemuk
14 anak (27,5%) dan kategori BMI obesitas 8 anak (15,7%). Hubungan antara persepsi
rasa manis tidak dijumpai, dengan nilai (p = 0,131).
Tabel 13. Hubungan Persepsi Rasa Manis dengan BMI
Kategori Manis
Kategori BMI
Total
p Normal
n(%)
Gemuk
n(%)
Obesitas
n(%)
Super taster 18(58,1) 52(74,3) 29(56,9) 99
0,131 Medium 10(32,3) 9(12,9) 14(27,5) 33
Non taster 3(9,7) 9(12,9) 8(15,7) 20
p > 0,05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persepsi rasa pengecapan, pengalaman
karies, dan BMI anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 152 orang dengan distribusi
berdasarkan usia dan jenis kelamin di dua kecamatan. Sebanyak 86(56,6%) anak
berusia 12 tahun dan 66(43,4%) anak berusia 13 tahun. Penelitian ini dilakukan pada
anak SMP dengan rata-rata berusia 12-13 tahun karena menurut WHO usia tersebut
dapat memantau kondisi kesehatan anak secara global. Secara epidemiologis
menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies seiring bertambahnya usia
khususnya usia 12-13 tahun saat gigi permanen molar kedua rahang atas dan rahang
bawah akan erupsi. Menurut hasil penelitian sebelumnya menunjukkan peningkatan
rerata indeks DMFT usia 12 tahun lebih tinggi dibandingkan pada usia 13 dan 14 tahun.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi keadaan tersebut diantaranya jenis kelamin
dengan keadaan hormonal, tingkat kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut pada
usia yang lebih dewasa, maupun keadaan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan serta
pendidikan orang tua anak.
Pemilihan dua kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Tuntungan merupakan kecamatan lingkar dalam dan lingkar luar yang dipilih
berdasarkan random sampling. Pemilihan SMP Swasta Kalam Kudus di Kecamaan
Medan Petisah dan SMP Negeri 21 di Kecamatan Medan Tuntungan dipilih
berdasarkan purposive sampling. Distribusi anak perempuan 90(59,2%) lebih banyak
dibandingkan dengan anak laki-laki 61(40,8%) karena disekolah tersebut murid
berjenis kelamin perempuan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki
(Tabel 3).
Penelitian ini melakukan penilaian terhadap persepsi rasa pengecapan,
pengalaman karies, dan BMI. Persepsi rasa pengecapan meliputi persepsi rasa pahit
dan persepsi rasa manis. Penilaian persepsi rasa pahit menggunakan bahan PROP yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
sudah tervalidasi dan digunakan sebagai bahan untuk test persepsi rasa pahit. PROP
sudah digunakan pada berbagai penelitian termasuk penelitian Karmakar yang
menyatakan bahwa PROP dapat digunakan untuk menentukan threshold rasa pahit.36
Berdasarkan hal tersebut maka diputuskan penelitian ini juga menggunakan PROP
sebagai test persepsi rasa pahit. Selain dapat digunakan untuk menentukan threshold
rasa pahit, PROP juga mudah dibawa, tidak memerlukan bahan yang spesifik, tidak
memerlukan tempat penyimpanan yang khusus, dan bisa diaplikasikan pada anak
berusia 12-13 tahun. Namun, pada sampel penelitian ini dikesimpulankan bahwa PROP
hanya bisa untuk menilai persepsi rasa pahit bukan threshold karena rata-rata sampel
menyatakan bahwa PROP itu pahit dan rasanya seperti minum obat. Penilaian persepsi
rasa pahit dibagi menjadi lima berdasarkan Linkert Scale yaitu sangat pahit, pahit, ragu-
ragu, biasa saja, dan tidak berasa. Kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu
super taster, medium taster, dan non taster. Reaksi anak kategori super taster
merasakan PROP sangat pahit karena rasanya membuat mual, reaksi anak kategori
medium taster merasakan PROP pahit dan biasa saja karena menyebut rasanya sama
seperti minum obat, sedangkan reaksi anak kategori non taster merasakan PROP tidak
berasa karena anak ragu-ragu atau tidak dapat mendeteksi rasa PROP tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi rasa pahit kategori medium
taster merupakan kategori yang paling banyak dengan jumlah 72 anak (50%), diikuti
dengan super taster sebanyak 47 anak (30,9%) dan kategori non taster sebanyak 29
anak (19,1%). Anak paling banyak tergolong dalam kategori medium taster karena
anak mengatakan PROP berasa pahit dengan ekspresi wajah tidak menyukai rasa
tersebut tetapi tidak ada reaksi membuang atau memuntahkan PROP secara spontan
(Tabel 4). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian menurut Rupes dan
Nayak di India dengan jumlah kategori medium taster 109(32%) lebih banyak
dibanding dengan kategori super taster 109(32%) dan non taster 63(19%). Kategori
super taster berjumlah sekitar sepertiga dari populasi sampel dan kategori medium
taster berjumlah sekitar setengah dari populasi sampel.37 Hasil penelitian menurut Lin
di New York City menunjukkan hal yang sama bahwa kategori medium taster adalah
kategori paling banyak dengan jumlah anak 87(58%), diikuti dengan kategori super
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
taster dengan jumlah anak 47(31%) dan kategori non taster dengan jumlah anak
16(11%).38
Penilaian persepsi rasa manis menggunakan kertas Whatman dengan ukuran
2x2 cm menggunakan berbagai konsentrasi yaitu 5%, 10%, 20%, dan 40%. Penilaian
persepsi rasa manis awalnya menggunakan konsentrasi terendah yaitu 5% berdasarkan
Laboratorium Biologi Oral FKG USU yang biasa digunakan untuk orang dewasa.
Setelah melakukan uji coba di beberapa sekolah, didapatkan hasil bahwa konsentrasi
manis 5% sudah bisa dirasakan oleh anak sehingga konsentrasi tersebut diubah menjadi
tiga konsentrasi baru yang berasal dari pembagian kelipatan dua konsentrasi terendah
yaitu 2,5%; 1,25%; dan 0,625%. Pada akhirnya konsentrasi manis yang digunakan
yaitu 0,625; 1,25; 2,5; 5; 10; 20; dan 40%. Konsentrasi tersebut dikategorikan menjadi
tiga kategori yaitu super taster dengan konsentrasi 0,625% dan 1,25%, kategori
medium taster dengan konsentrasi 2,5% dan 5%, dan kategori non taster dengan
konsentrasi 10% - 40%. Konsentrasi 0,625% belum dapat dirasakan anak oleh sebab
itu test threshold persepsi rasa adalah 1,25% karena pada konsentrasi tersebut anak
dapat merasakan ambang rasa manis. Hasilnya hampir sama dengan penelitian Firquim
et al. menggunakan konsentrasi paling encer yaitu (3,91 mmol/l) atau sama dengan
konsentrasi 1,6%.28 Kategori manis medium taster merupakan kategori paling banyak
dengan jumlah 70 anak (46,1%) diikuti dengan kategori non taster dengan jumlah 51
anak (33,6%) dan kategori super taster dengan jumlah yaitu 31 anak (20,4%) (Tabel
5). Hasil penelitian menurut Borazon et al. di Filipina menunjukkan hal yang sama
bahwa kategori medium taster adalah kategori paling banyak dengan jumlah anak (n =
71) diikuti dengan kategori super taster dengan jumlah anak (n = 41) dan kategori non
taster taster dengan jumlah anak (n = 8). Penelitian persepsi rasa manis tersebut
mayoritas non taster adalah anak yang menyukai rasa manis dengan konsentrasi tinggi
pada produk makanan cemilan sementara mayoritas super taster kurang menyukai
makanan manis dengan konsentrasi tinggi.39
Penilaian pengalaman karies diperoleh berdasarkan pemeriksaan subyek
dengan menggunakan alat yaitu tiga serangkai (pinset, sonde, dan kaca mulut), senter
penerangan, dan lembar pemeriksaan dengan menggunakan kriteria menurut Klein.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Tingkat pengalaman seseorang mengenai karies gigi dapat diketahui dengan
menggunakan indeks DMFT pada gigi permanen. Pada pemeriksaan rata-rata anak
memiliki jumlah (D = decayed) yang lebih banyak dari pada jumlah kehilangan gigi
(M = missing) dan adanya tambalan (F = filling). Penilaian pengalaman karies menurut
Klein, decayed ditunjukkan untuk seluruh gigi yang mengalami karies, adanya karies
sekunder pada tumpatan permanen, gigi dengan tumpatan sementara, kavitas dalam
dengan kemungkinan keterlibatan pulpa kemudian missing ditunjukkan untuk adanya
kehilangan gigi yang disebabkan oleh karies serta filling ditunjukkan untuk gigi yang
sudah dilakukan perawatan penambalan karena karies gigi. Indeks DMFT memiliki
kelebihan dibandingkan dengan indeks karies lainnya yaitu lebih sederhana, mudah,
dan akurat digunakan dalam penelitian. Indeks karies dibagi menjadi enam kelompok
yaitu bebas karies, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil
pengalaman karies memiliki nilai mean sebesar (2,35 ± 2,58), yang artinya klasifikasi
tingkat indeks karies gigi menurut WHO pada anak tergolong rendah. Jumlah subjek
yang bebas karies sebanyak 44 anak (28,9%) sedangkan jumlah subjek yang memiliki
riwayat karies sebanyak 108 anak (71,1%) (Tabel 6). Indeks karies pada penelitian
sama dengan penelitian Subendi et al. pada anak usia 12-13 tahun di wilayah Lalitpur
dan Kritipur, Nepal tetapi memiliki nilai mean karies yang lebih rendah yaitu (1,6 ±
0,14) yang tergolong dalam kategori rendah.40
Penilaian BMI didapat dari hasil perhitungan berat badan (kilogram) dibagi
kuadrat tinggi badan (meter), yang kemudian dibandingkan dengan tabel Indeks Massa
Tubuh atau BMI menurut RISKESDAS tahun 2013 sesuai dengan jenis kelamin dan
usia anak. Pengukuran tinggi badan anak menggunakan stadiometer dan pengukuran
berat berat badan anak menggunakan timbangan manual. Sama halnya dengan
penelitian Vanda M et al. penelitian ini membagi BMI menjadi empat kategori dan
dilakukan penilaian sesuai dengan tabel IMT/BMI RISKESDAS tahun 2013 sehingga
pembagian kategori BMI yang diteliti yaitu kurus (BMI < -2 SD), normal (BMI -2 s.d
1 SD), gemuk (BMI ≥ 1 – 2 SD), dan obesitas (BMI ≥ 2 SD).3 Hasil penelitian ini
mendapatkan nilai mean BMI sebesar 21,53 ± 5,06 kg. Nilai minimum sebesar 15,13
kg dan nilai maksimum sebesar 34,97 kg. Kategori BMI dengan frekuensi terbanyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
yaitu kategori normal 99 anak (65,1%) diikuti kategori gemuk 33 anak (21,7%) dan
kategori obesitas 20 anak (13,2%). Jumlah anak kategori obesitas cukup banyak
kemungkin karena pola makan dan aktivitas anak yang belum seimbang, akses aktivitas
anak bermain diluar rumah kurang dan terbatas sehingga anak cenderung melakukan
aktivitas didalam rumah contohnya menonton TV dan bermain games (Tabel 7). Hasil
penelitian menurut Ashi et al. di tiga negara yaitu Italia, Meksiko, dan Arab Saudi
menunjukkan hasil yang sama bahwa kategori BMI terbanyak adalah normal. Anak di
Italia paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 168 (76,4%) diikuti
oleh anak kategori gemuk sebanyak 31 (14,1%) dan anak kategori obesitas sebanyak
15 (16,8%). Di Meksiko anak anak paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu
normal 131 (58,5%) diikuti oleh anak kategori gemuk sebanyak 47 (21%) dan anak
kategori obesitas sebanyak 46 (20,5%). Di Arab Saudi anak paling banyak terdapat
dalam kategori BMI yaitu normal 113(50,2%) diikuti oleh anak kategori obesitas
sebanyak 73 (32,4%) dan anak kategori gemuk sebanyak 31(13,8%).41
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi rasa pahit
dengan pengalaman karies. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh nilai p
sebesar 0,003 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori pahit
dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori super taster berada
pada rata-rata indeks karies rendah (1,51 ± 1,89) sama halnya dengan kategori medium
taster (2,50 ± 2,78). Berbeda halnya dengan kategori non taster yang berada pada
indeks karies sedang (3,31 ± 2,66) (Tabel 8). Hasil uji lanjutan (post hoc) antara ketiga
kelompok kategori pahit menggunakan Mann-Whitney test dengan derajat α= 0,05
untuk menentukan perbedaan signifikan antara ketiga kelompok kategori pahit.
Didapatkan hasil bahwa kelompok kategori super taster dan medium taster memiliki
perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,044) sama halnya dengan kelompok
kategori super taster dan non taster juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p =
0,000). Berbeda halnya dengan kelompok kategori medium taster dan non taster
diperoleh hasil yang tidak signifikan (p = 0,078). Perbedaan yang signifikan terlihat
pada pada kelompok kategori super taster dengan medium taster dan non taster tetapi
antara kelompok kategori medium taster dengan non taster tidak terlihat perbedaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
yang bermakna. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh nilai p sebesar 0,003 <
0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi rasa pahit dengan
indeks karies. Hasil menunjukkan bahwa kelompok kategori super taster dengan
medium taster dan non taster terlihat signifikan dilihat dari kategori super taster
memiliki banyak anak bebas karies yaitu 19 anak (40,4%) sedangkan pada kategori non
taster sedikit anak yang mempunyai bebas karies yaitu 2 anak (6,9%). Walaupun
kategori medium taster terlihat kurang signifikan pada jumlah anak bebas karies yang
lebih banyak dari super taster yaitu 23 anak (30,3%) tetapi terlihat signifikan pada
indeks karies kategori tinggi dimana medium taster memiliki jumlah 11 anak (14,5%)
sedangkan super taster hanya memiliki 2 anak (4,3%) (Tabel 9). Sama halnya dengan
penelitian menurut Firquim et al. di Brazil menunjukkan bahwa hasil penelitiannya
distribusi anak yang tinggal didaerah pedalaman dan perkotaan memiliki perbedaan
hubungan sensitivitas pahit terhadap karies. Pada daerah perkotaan menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan (p = 0.005) sedangkan pada daerah pedalaman
menunjukkan tidak adanya hubungan persepsi rasa pahit dengan karies (p = 0,180).28
Sama halnya dengan penelitian Rupesh dan Nayak secara umum menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara pengalaman karies yang lebih tinggi pada non taster
dibanding dengan medium taster dan medium taster dibanding dengan super taster.37
Penelitian menurut Lin pada kelompok 150 anak (6 – 12 tahun) hasil keseluruhannya
juga menunjukkan pengalaman karies yang secara signifikan lebih tinggi pada non
taster dibanding dengan tasters.38
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara persepsi rasa manis dengan
pengalaman karies. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi
rasa manis dengan pengalaman karies. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis memperoleh
nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara
kategori manis dengan pengalaman karies. Hasil menunjukkan bahwa kategori super
taster berada pada rata-rata indeks karies sangat rendah (1,13 ± 1,45). Berbeda halnya
dengan kategori medium taster yang berada pada indeks karies sedang (3,06 ± 2,85)
dan kategori non taster yang berada pada indeks karies rendah (2,12 ± 2,43) (Tabel
10). Hasil menunjukkan Hasil uji lanjutan (post hoc) antara ketiga kelompok kategori
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
manis menggunakan Mann-Whitney test dengan derajat α= 0,05 untuk menentukan
perbedaan signifikan antara ketiga kelompok kategori manis. Didapatkan hasil bahwa
kelompok kategori super taster dan medium taster memiliki perbedaan yang bermakna
secara statistik (p = 0,000) sama halnya dengan kelompok kategori super taster dan
non taster juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,048) dan kelompok
kategori medium taster dan non taster diperoleh hasil yang signifikan (p = 0,039). Pada
kategori super taster, medium taster, dan non taster terlihat perbedaan yang signifikan
walaupun pada ketiga kategori jumlah anak bebas karies sama. Hasil uji statistik
Kruskal-Wallis memperoleh nilai p sebesar 0,001 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan
yang signifikan antara persepsi rasa manis dengan indeks karies. Hasil menunjukkan
bahwa kategori super taster sedikit anak yang memiliki indeks karies sedang sampai
tinggi (9,7% - 3,2%) dan tidak ada anak yang mempunyai indeks karies sangat tinggi,
sedangkan kategori medium taster dan non taster memiliki jumlah anak yang lebih
banyak (Tabel 11). Sama halnya dengan penelitian Ahmed et al. di Baghdad, Irak
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi asupan gula dengan
pengalaman karies dengan nilai (p = 0,001). Setelah lima tahun ketersediaan gula yang
rendah pada negara tersebut, DMFT berkurang secara signifikan pada anak sekolah
yang berusia 12 tahun.42 Hal yang sama juga terlihat pada penelitian Ceylan et al. di
Turki menyatakan bahwa ada ada hubungan positif yang kuat antara konsumsi makan
dan minuman yang mengandung gula atau preferensi manis dengan nilai DMFT (r =
0.565, p = < 0.01).43
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan persepsi rasa pahit
dengan BMI. Hasil uji statistik Chi-Square memperoleh nilai p sebesar 0,757 > 0,05
sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori pahit dengan BMI.
Pada penelitian ini terlihat bahwa anak dengan persepsi rasa pahit kategori super taster
paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 31 (66,0%) diikuti dengan
kategori BMI gemuk 10 (21,3%) dan kategori BMI obesitas 6 (12,8%). Anak dengan
persepsi rasa pahit kategori medium taster paling banyak terdapat dalam kategori BMI
yaitu normal 49 (64,8%) diikuti dengan kategori BMI gemuk 15 (20,5%) dan kategori
BMI obesitas 12 (14,8%). Anak dengan persepsi rasa pahit kategori non taster paling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 19 (64,7%) diikuti dengan kategori
BMI gemuk 8 (29,4%) dan kategori BMI obesitas 2 (5,9%) (Tabel 12). Sama halnya
dengan penelitian menurut Borazon, Campos, dan Pinto menunjukkan hal yang sama
bahwa secara statistik tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara status
PROP taster dengan BMI.39,44
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan persepsi rasa manis dengan
BMI. Hasil uji statistik Chi-Square memperoleh nilai p sebesar 0,131 > 0,05 sehingga
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori manis dengan BMI. Anak
dengan persepsi rasa manis kategori super taster paling banyak terdapat dalam kategori
BMI yaitu normal 18 (58,1%) diikuti dengan kategori BMI gemuk 10 (32,3%) dan
kategori BMI obesitas 3 (9,7%). Anak dengan persepsi rasa manis kategori medium
taster paling banyak terdapat dalam kategori BMI yaitu normal 52 (74,3%) diikuti
dengan kategori BMI gemuk 9 (12,9%) dan kategori BMI obesitas 9 (12,9%). Anak
dengan persepsi rasa manis kategori non taster paling banyak terdapat dalam kategori
BMI yaitu normal 29 (56,9%) diikuti dengan kategori BMI gemuk 14 (27,5%) dan
kategori BMI obesitas 8 (15.7%) (Tabel 13). Sama halnya dengan dua penelitian
menurut Ashi et al. di Swedia, Arab Saudi, dan Italia menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara BMI dengan ambang rasa manis atau preferensi manis
dan karies gigi. Data untuk masing-masing negara diuji secara terpisah. Korelasi
terkuat ditemukan pada preferensi rasa untuk anak di Italia (p = 0,322).41 Selain itu,
penelitian menurut Ashi et al. di Arab Saudi tentang pengaruh persepsi rasa manis pada
diet dalam hubungan dengan karies gigi dan BMI anak usia 12-15 tahun menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan BMI (p = > 0,05).10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Persepsi rasa pahit dan manis anak kategori super taster memiliki tingkat
ambang rasa yang lebih peka dibandingkan dengan kategori medium taster dan non
taster.
2. Anak kategori super taster memiliki indeks karies yang lebih rendah
dibandingkan dengan kategori medium taster dan non taster.
3. Persepsi rasa pahit dan manis mempunyai pengaruh akan kejadian karies anak
berusia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
4. Persepsi rasa pahit dan manis tidak mempunyai pengaruh dengan pola BMI
anak berusia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Tuntungan.
6.2 Saran
1. Merupakan penelitian Pilot Study, penambahan sampel penelitian untuk
mendapatkan hasil yang lebih signifikan
2. Penggunaan PROP sudah tervalidasi oleh beberapa jurnal, tetapi pada
penelitian ini PROP taster lebih sesuai digunakan untuk melihat persepsi rasa atau taste
preference bukan untuk melihat nilai ambang rasa atau taste threshold. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih signifikan dapat dilakukan dengan metode yang berbeda
misalnya penggunaan bahan quinine hydrochloride dengan berbagai macam
konsentrasi.
3. Jumlah anak pada kategori super taster, medium taster, dan non taster perlu
mendekati atau sama agar data dapat terdistribusi dengan normal atau parametrik.
4. Sensitivitas terhadap rasa pahit pada PROP merupakan sifat bawaan atau
dipengaruhi oleh gen sehingga perlu adanya pemeriksaan gen anak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Dixit LP, Shakya A, Shrestha M, Shrestha A. Dental caries prevalence,oral health
knowledge and practice among indegenous Chepang school children of Nepal.
BMC Oral Health 2013; 13 (20): 1-5.
2. Guo E, Ma N, Yang F, Yu J, Yuan X, Zhang Y, et al. Caries experience and its
association with weight status among 8-year-old children in Qingdao, China. J
Int Soc Prev Community Dent 2015; 5 (1): 52-8.
3. Kemenkes RI. Riset kesahatan dasar tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI 2013;
209-20.
4. Roth RA. Diet and weight control. In: Garza D. Nutrition and diet therapy, 10th
ed., New York: Cengage Learning., 2011: 295-301.
5. Dharmalaksana D, Rahaswanti LW, Ani LS. Gambaran kejadian karies gigi
berdasarkan Body Mass Index pada anak usia 48-60 bulan di TK Negeri Pembina
Denpasar. Bali Dent J 2017; 1 (1): 18-22.
6. Wijaksana I. Peran dokter gigi dalam penanganan berat badan berlebihan dan
obestas. J K G Unej 2016; 13 (1): 17-21.
7. Markam V, Banda NR, Singh G, Chakravarthy K, Gupta M. Does taste
perception effect Body Mass Index in preschool children? J Clin Diagn Res 2015;
9 (12): 1-4.
8. Baharuddin AR, Sharifudin MS. The impact of geographial location on taste
sensitivity and preference. Int Food Res J 2015; 22 (2): 731-8.
9. Sunariani J. Indera rasa pengecapan di dalam rongga mulut., Sidoarjo: Dwiputra
Pustaka Jaya, 2014: 1-50.
10. Ashi H, Campus G, Forslund HB. The influence of sweet taste perception on
dietary intake in relation to dental caries and bmi in Saudi Arabian
schoolchlidren. Int J Dent 2017: 1-8.
11. Wardani PK, Supartina A, Titien I, Rantina SB, Lukito E, Utomo RB, dkk. Faktor
risiko terjadinya keries baru dengan pendekatan kariogram pada pasien anak di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
klinik kedokteran gigi anak RSGMP Prof Soedomo. Maj Ked 2012; 19(2): 107-
9.
12. Rengkuan RY, Wowor PM, Mintjelungan CN. Gambaran status karies dan status
gizi pada murid TK Kartika XX-16. J eG 2017; 5 (2): 177-82.
13. Ozdemir D. Dental caries and preventive strategies. J Ed Instruc Stud 2014; 4(2):
20-4.
14. Tanumihardja M, Rehatta DD. Gambaran status karies pada anak usia 12-15
tahun yang mengonsumsi air minum kemasan di SMP Nusantara tahun 2016.
Makassar Dent J 2017; 6 (3): 149-56.
15. Rahayu YC. Peran agen remineralisasi pada lesi karies dini. J Dent Unej 2013;
10 (1): 25-30.
16. Fatmawati DW. Hubungan biofilm Streptococcus mutans terhadap risiko
terjadinya karies gigi. J K G Unej 2011; 8 (3): 127-30.
17. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan
pemeliharaan. 3rd ed., Medan: USU Press. 2015: 5-9.
18. Pits N, Zero D. Aetiology and pathogenesis (what causes caries and what is the
caries process?) In: White paper on dental caries prevention and management.,
Switzerland: FDI Colgate., 2016: 11-4.
19. Takahashi N, Nyvad B. Caries ecology revisted: Microbial dynamics and the
caries process. Caries Res 2008; 42 (6): 409-19.
20. Adhani R, Widodo, Sukman BI, Suhartono E. Effect ph on demineralization
dental erosion inside dentistry. Int J Che Eng App 2015; 6 (2): 138-41.
21. Cury JA, Tenuta LM. Enamel remineralization: Controlling the caries disease or
treting eraly caries lesions. Braz Oral Res 2009; 23 (1): 23-30.
22. Chouan S, Sinha NK, Khan MA, Chouan SK, Chouan R. Malnutriotion and oral
health. Nat J Mul Res and Dev 2017; 2 (2): 1-6.
23. Mandalas H, Widya. Perawatan pada pasien ankyloglossia. ODONTO Dent J
2017; 4 (1): 67-71.
24. Stone M, Woo J, Lee J, Poole T, Seagraves A, Chung M, et al. Structure and
variability in human tongue muscle anatomy. Baltimore 2016: 1-9.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
25. Tanudjajaa GN. Persarafan Lidah. J BM 2013; 5 (3): 36.
26. Srinivas K, Gupta J, Ratnakar P, Sachdev AS, Saxrena V, Bashir T. Anatomy of
tongue. Int J Mul Res Dev 2014; 1 (7): 124-5.
27. Aeran H, Seth J, Saxena S, Sharma G. Taste perception- a matter of sensation.
Int J O Hea Dent 2015; 1 (2): 88-93.
28. Firquim TR, Frederico RC, Maciel SM, Junior AG, Walter LR. Senstivity to
bitter and sweet taste perception in schoolchildren and their relation to dental
caries. Oral Healt Prev Dent 2010; 8: 253-9.
29. Matin SS, Veria VA. Body Mass Index (BMI) sebagai salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap prestasi belajar remaja. J Visikes 2013; 12 (2): 163-9.
30. Nuttal, Frank Q. Body Mass Index: Obesity, BMI, and health acritical review.
Nutrition Res 2015; 50 (3): 117-28.
31. Esposito L, Fisher JO, Mennella JA, Hoelscher DM, Huang TT. Developmental
perpective on nutrition and obesity from gestation to adolescence. Prev Chronic
Dis 2009; 6 (3): 1-11.
32. Keller K, Reid A, MacDougall MC, Cassano H, Song JL, Deng L, et al. Sex
differences in the effects of inherited bitter thiourea sensitivity in body weight in
4-6 year-old children. Obesity (Silver Spring) 2010; 18: 1194-200.
33. Lumeng JC, Cardinal TM, Sitto JR,. Ability to taste 6-n-propylthiouracil and
BMI un low-income presschool-agen children. Obesity; 16: 1522-7
34. Mulyana K. <http://google.co.id/amp/s/sains.me/begini-cara-lidah-merasakan-
sensasi-pedas/amp/html. (20 November 2018).
35. Standar atropometri penilaian status gizi anak, <http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/11/buku - sk - antropometri 2010. pdf. (22 Novemember
2018).
36. Karmakar P, Arora R, Patel C, Sarvaiya B, Singh A, Patel M. Caries risk in
children of Undaipur city, India using genetic taste sensitivity to 6-n-
propylthiouracil. J Int Soc Prev 2016; 6(6): 523-8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
37. Rupesh S dan Nayak U. Genetic sensitivity to the bitter taste of 6-n
propylthioracil: A new risk determinant for dental caries in children. J Indian Soc
pedod Prev Dent 2006; 63-8.
38. Lin BP. Caries experience in children with various genetic sensitivity levels to
the bitter taste of 6-n-propylthiouracil (PROP): a pilot study. Ped Dent 2003;
25(1): 37-41
39. Borazon EQ, Villarino BJ, Magbuhat RM, Sabandal ML. Relationship of PROP
(6-n-propylthiouracil) taster status with Body Mass Index, food preference, and
consumtion of filipino adolescents. Food Res Int 2012; 47: 229-35
40. Subendi B, Shakya P, KC U, Jnawali M, Paudyal BD, Acharya A et al.
Prevalence of dental caries in 5-6 years and 12-13 years age group of school
children of Kathmandu valley. J Nepal Med Assoc 2011; 51(184): 176-81
41. Ashi H, Campus G, Klingberg G, Forslund HB, Lingstrom P. Childhood obesity
in relation to sweet taste perception and dental caries – a cross-sectional
multicenter study. Food and Nut Res 2019; 63: 1-7
42. Ahmed N, Astrom A, Bergeb NS. Dental caries prevalence and risk factors
among 12-year old schoolchildren in Baghdad, Iraq: a post-war survey. Int Dent
J 2007; 57: 36-44
43. Ceylan S, Han C, Murat K, Killic S, Tekbas F, Ortakoglu K. Evaluation of the
dental health of the young adult male population in Turkey. Military Med 2004;
169: 885-9
44. Campos MC dan Pinto ME. 6-n-propylthiouracil (PROP) taster status in
Brazilian adults. Campinas 2012; 32(4): 673-8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tanggal
Lampiran 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPATERMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RASA PENGECAPAN DENGAN
PENGALAMAN KARIES DAN BMI (BODY MASS INDEX) ANAK
USIA 12-13 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN
MEDAN TUNTUNGAN
Tanggal
LEMBAR PEMERIKSAAN
Nama : (L/P) (1) 1.
Usia : 1. 12 tahun (2) 2.
2. 13 tahun
No Telepon/HP :
Penyikatan gigi/hari : 1. 1 kali/hari (3) 3.
2. 2 kali/hari
Penggunaan pasta gigi berfluoride : 1. Ya (4) 4.
2. Tidak
Nomor Nomor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERHITUNGAN BMI (BODY MASS INDEX)
Tinggi Badan : (5) 5.
Berat Badan : (6) 6.
Berat badan (kg)
BMI = = ................... (7) 7.
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
Kategori BMI (Body Mass Index)
No. Z-score Interpretasi
1 -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD Kurus
2 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal
3 Lebih dari 1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk
4 Lebih dari 2 SD Obesitas
Kategori BMI = (8) 8
PEMERIKSAAN KARIES
,
,
,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sangat
pahit
Pahit Ragu-ragu Biasa
saja Tidak
berasa
D = (9) 9.
M = (10) 10.
F = (11) 11.
DMFT = (12) 12.
Keterangan:
D (Decayed) : gigi yang mengalami karies
M (Missing) : gigi yang dicabut karena karies
F (Filling) : gigi yang ditambal karena karies
PEMERIKSAAN PERSEPSI RASA
Rasa pahit (17) 17.
Cara pemeriksaan: Letakkan lembaran PROP pada dorsal lidah (2/3 anterior lidah)
selama 30 detik. Subjek melakukan penilaian pada skala
Keterangan :
Sangat pahit : super taster
Pahit dan biasa saja : medium taster
Ragu-ragu dan tidak berasa : non taster
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rasa manis (18) 18.
Cara pemeriksaan : Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan kertas Whatman yang
telah ditetesi dengan berbagai konsentrasi sukrosa pada apeks lidah dimulai dari
konsentrasi terendah yaitu 0,625%. Apabila pasien tidak dapat merasakan rasa manis
maka instruksikan untuk berkumur dan lakukan prosedur sama untuk konsentrasi 1,25;
2,5; 5; 10; 20; dan 40%. Peneliti mencatat pada konsentrasi sukrosa pertama yang dapat
dirasakan subjek beserta waktunya
Konsentrasi
larutan
sukrosa
Terdapat rasa Tidak terdapat
rasa spontan < 1 menit 1-2 menit
0,625%
1,25%
2,5%
5%
10%
20%
40%
Keterangan :
0,625 – 1,25% : super taster
2,5% - 5% : medium taster
10% - 40% : non taster
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON ORANG TUA / WALI SUBJEK
Kepada Yth
Bapak/Ibu/Wali
Di tempat
Nama saya Elita Elisabet Sihombing mahasiswa yang sedang menjalani Pendidikan
Kedokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian saya
yang berjudul: “Hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan pengalaman karies
dan BMI (Body Mass Index) anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan
Medan Tuntungan”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi
rasa pengecapan dengan pengalaman karies dan Body Mass Index atau indeks massa
tubuh anak usia 12-13 tahun. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan kesehatan gigi
anak dan berat badan anak.
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Anak diperiksa Body Mass Index dengan menimbang berat badan dengan
timbangan manuall dan tinggi badan menggunakan stadiometer
2. Anak diperiksa tingkat keparahan lubang gigi menggunakan indeks
dmft/DMFT, alat yang digunakan kaca mulut, sonde, dan senter
3. Anak diperiksa persepsi pengecapan pahit dengan lembaran PROP (6-n
propylthiouracil) dan rasa manis dengan berbagai konsentrasi larutan sukrosa.
Bapak/Ibu mengetahui bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu
komponen dari kesehatan secara umum dan juga merupakan faktor yang penting dalam
pertumbuhan normal dari anak. Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyak gigi rusak
atau tidak dirawat akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memengaruhi status gizi dan pada masa anak-anak kondisi tersebut akan mempunyai
dampak pada pertumbuhan anak.
Keuntungan dari penelitian ini adalah orang tua dapat mengetahui seberapa parah
kerusakan dari gigi anak, selain itu orang tua juga dapat mengetahui apakah ada
hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan kerusakan gigi anak dan berat badan
anak serta tinggi badan anak dalam kategori BMI. Penelitian ini tidak memiliki efek
samping karena tidak menggunakan alat/bahan yang berbahaya. Adapun kerugian dari
penelitian ini bagi anak yaitu mengambil waktu anak dan kemungkinan anak sedikit
lelah akibat membuka mulut pada saat pemeriksaan.
Partisipasi anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan subjek tidak
dikenakan biaya apapun selama penelitian dilaksanakan. Identitas anak juga
disamarkan sehingga kerahasiaan data akan terjamin. Apabila Bapak/Ibu bersedia,
maka lembaran persetujuan menjadi subjek penelitian yang terlampir harap
ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Jika terdapat keluhan ataupun untuk
informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan peneliti ini,
Bapak/Ibu dapat menghubungi saya.
Demikianlah penjelasan saya tentang penelitian ini, semoga keterangan di atas
dapat di mengerti. Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terima
kasih.
Medan,.................................2018
Elita Elisabet Sihombing
(No. HP 081268572053)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED
CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
No. Telp/HP :
Nama Orang tua :
Sekolah :
Setelah mendapat penjelasan mengani penelitian yang akan dilakukan, maka
secara sadar tanpa paksaan saya mengizinkan anak saya ikut serta dalam penelitian
yang dilakukan oleh Elita Elisabet Sihombing sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara sebagi subjek penelitian yang berjudul :
“Hubungan antara persepsi rasa pengecapan dengan pengalaman karies dan
BMI (Body Mass Index) anak usia 12-13 tahun di Kecamatan Medan Petisah dan
Medan Tuntungan”
Mahasiswa Peneliti Medan,........................2018
Orang tua/ Wali subjek
(Elita Elisabet Sihombing) (.........................................)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
Standar BMI Anak Laki-laki Usia 12-13 Tahun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
Standar BMI Anak Perempuan Usia 12-13 Tahun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7
Data Sampel Anak
Nama JK Usia TB BB BMI Kat_BMI D M F T DMFT Per_pahit Kat_pahit Per_manis Kat_manis Indeks_DMFT
PH 2 1 150 46 20.4 2 3 0 1 28 4 2 2 2 1 3 LGYS 2 1 156 50 20.54 2 1 0 0 28 1 1 1 3 2 1 COP 2 1 150.5 43 18.98 2 1 0 0 28 1 4 2 2 1 1 WG 1 2 150.5 60 26.48 4 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0
EMM 2 2 156.4 48 19.62 2 0 1 1 27 2 2 2 2 1 2 JO 1 1 141.5 38 18.97 2 2 0 0 28 2 2 2 3 2 2
RSAP 2 1 151.5 50 21.78 3 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 TTTM 2 1 155.5 44 18.19 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1 MCDP 2 2 156.5 78 31.84 4 0 0 2 28 2 5 3 4 2 2 PAT 2 1 149 48 21.62 2 4 0 0 28 4 1 1 3 2 3
MGDS 2 1 148 50 22.82 3 0 0 0 28 0 4 2 4 2 0 CCL 2 1 158.9 64 25.34 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 KOM 2 1 149.19 51 22.91 3 3 0 0 28 3 2 2 5 3 3 RM 2 1 161 67 25.84 3 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0
SNPT 2 1 136 30 16.21 2 7 0 0 28 7 1 1 5 3 5 GKM 2 1 146.5 49 22.83 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 AAS 2 1 143.5 42 20.39 2 1 0 0 28 1 1 1 2 1 1
SNRS 2 1 152 61 26.4 4 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 RMJS 1 1 157 49 19.87 2 1 0 0 28 1 2 2 5 3 1 LPS 1 1 154.69 44 18.38 2 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0 ZLM 2 2 153.19 55 20.65 2 2 0 0 28 2 1 1 2 1 2
CASG 1 1 165 45 16.52 2 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 HJNP 2 2 157.5 68 27.41 4 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FANS 2 2 151.5 60 26.14 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 FMS 1 2 140.8 59 29.76 4 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 WA 1 2 146 50 23.92 3 1 0 0 28 1 2 2 5 3 1 AY 1 1 153.5 56 23.76 3 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0
ALL 1 1 159.5 46 18.07 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 AC 2 2 153 56 23.9 3 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1
ATS 1 2 156.19 49 20.07 2 0 0 0 28 1 1 1 5 3 1 SPAP 2 2 150 48 21.33 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1
JP 1 2 155 41 17.05 2 1 1 1 27 3 5 3 5 3 3 MAS 1 2 159 77 30.45 4 0 0 0 28 0 2 2 3 2 0 CWS 1 1 142 39 19.34 2 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0
AETG 2 1 153.19 56 23.86 3 0 0 0 28 0 4 2 5 3 0 AHG 2 1 149.69 41 18.29 2 3 0 0 28 3 2 2 5 3 3 DT 1 2 151 60 26.31 3 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0
BALS 1 2 171 55 18.8 2 0 0 0 28 0 1 1 4 2 0 JE 2 2 152 41 17.73 2 5 0 0 28 5 1 1 5 3 4 DA 2 2 158.80 47 18.63 2 3 0 0 28 3 1 1 5 3 3 RP 2 2 159.5 89 34.97 4 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 YU 2 2 165 55 20.2 2 2 0 0 28 2 2 2 5 3 2 JG 2 1 149 52 22.97 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0 TL 2 1 152.19 52 22.01 3 2 0 0 28 2 1 1 5 3 2
YFM 1 2 157 77 31.23 4 2 0 0 28 2 2 2 5 3 2 ZHHJ 1 2 144.5 43 20.59 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1
JI 2 2 146 40 18.76 2 3 0 0 28 3 1 1 5 3 3 FW 2 1 148.8 43 19.42 2 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1 SLS 2 2 156 53 21.77 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0
AEVS 2 2 157.5 53 21.36 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 BAIS 1 2 163.9 49 18.32 2 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 GE 2 2 165 56 20.56 2 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MVC 2 1 147.5 49 22.52 3 1 0 2 28 3 5 3 3 2 3 RGBS 2 2 157 62 25.15 3 1 1 0 27 2 1 1 2 1 2
KL 1 2 157.5 68 27.41 4 1 2 0 26 3 2 2 5 3 3 OMP 2 2 156 51 20.95 2 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 CH 1 2 156.5 40 16.32 2 0 0 0 28 0 2 2 4 2 0
MCNS 2 2 152.8 44 18.84 2 0 0 0 28 0 1 1 5 3 0 LS 2 2 152.5 55 23.64 3 5 1 0 27 6 1 1 4 2 4
OPP 2 2 147 70 32.39 4 1 0 0 28 1 1 1 3 2 1 RNS 2 2 146.1 58 27.13 3 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0 HCT 1 2 160 45 17.57 2 0 0 0 28 0 2 2 3 2 0
JMKP 1 1 157 65 26.37 4 0 0 0 28 0 2 2 4 2 0 EGG 2 2 156 49 20.13 2 1 0 0 28 1 5 3 5 3 1 ST 2 1 156 48 19.72 2 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0
AHCW 1 2 164 52 19.32 2 0 0 0 28 0 1 1 3 2 0 EMTP 2 2 157 49 19.87 2 3 0 0 28 3 2 2 4 2 3 YKL 1 2 156 47 19.30 2 2 0 0 28 2 1 1 3 2 2 PYB 2 1 152 45 19.47 2 1 0 0 28 1 2 2 3 2 1 DW 2 1 146 39 18.29 2 2 1 0 27 3 4 2 5 3 3 GB 1 1 149 45 20.26 2 1 0 0 28 0 1 1 3 2 0 CE 1 2 162 63 24 3 0 0 0 28 0 1 1 2 1 0
SECS 2 1 150 73 32.44 4 4 0 0 28 4 2 2 4 2 3 YELM 2 1 145 45 21.44 2 3 0 0 28 3 3 3 3 2 3
EEP 2 1 141 51 25.65 4 1 0 0 28 1 1 1 5 3 1 NUR 1 1 140 41 20.91 2 7 0 0 28 7 2 2 4 2 5 MCB 2 1 143 49 23.96 3 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0 PAG 1 2 136 50 27.03 4 0 0 0 28 0 4 2 2 1 0 JMG 1 1 142 40 19.82 2 7 0 0 28 7 3 3 4 2 5 RS 1 2 131 42 24.47 3 2 0 0 28 2 3 3 5 3 2
KSM 2 2 146 57 26.74 3 6 0 0 28 6 3 3 5 3 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MCS 2 1 149 42 18.91 2 2 0 0 28 2 2 2 2 1 2 SN 2 1 139 34 17.59 2 5 0 0 28 5 2 2 3 2 4
TSGM 2 1 149 42 18.91 2 1 0 0 28 1 4 2 2 1 1 TPS 2 1 127 28 17.36 2 4 0 0 28 4 2 2 4 2 3
VAM 2 1 133 34 19.22 2 5 0 0 28 5 4 2 2 1 4 SAP 2 1 136.5 36 19.32 2 2 0 0 28 2 5 3 6 3 2 WFY 2 1 137.5 33 17.45 2 2 0 0 28 2 5 3 4 2 2 DA 2 1 153 47 20.07 2 3 0 0 28 3 5 3 3 2 3
YOG 1 1 138 36 18.89 2 2 0 0 28 2 1 1 3 2 2 RAS 1 1 141 44 22.13 3 1 0 0 28 1 2 2 3 2 1 AF 1 1 133.5 40 22.44 3 4 0 0 28 4 5 3 4 2 3 SS 1 2 148 44 20.07 2 1 0 0 28 1 4 2 3 2 1
MH 1 1 145 51 24.25 3 2 0 0 28 2 5 3 5 3 2 SAP 2 1 149 46 20.71 2 4 0 0 28 4 1 1 2 1 3 SE 2 1 147 47 21.75 3 2 0 0 28 2 5 3 2 1 2 IAS 2 1 134 35.6 19.82 2 2 0 0 28 2 3 3 3 2 2 AOS 2 1 139.5 40 20.55 2 6 0 0 26 6 3 3 4 2 4 MS 1 1 136 28 15.13 2 1 0 0 28 1 3 3 2 1 1
DCM 1 1 148 55 25.1 4 0 0 0 28 0 2 2 5 3 0 AKM 1 1 140 44 22.44 3 1 0 0 28 1 2 2 4 2 1 MR 1 2 146 42 19.7 2 4 0 0 28 4 2 2 3 2 3 MFS 1 2 148 36 16.43 2 5 0 0 28 5 2 2 3 2 4 MP 1 1 140 37 18.87 2 5 0 0 28 5 2 2 3 2 4 SP 1 1 139 34 17.59 2 2 0 0 28 2 2 2 2 1 2 SB 1 2 135 36 19.75 2 0 0 0 28 0 2 2 2 1 0
KAM 2 1 149 52 23.42 3 6 0 0 28 6 2 2 4 2 4 NBH 2 1 149 41 18.46 2 2 0 0 28 2 5 3 5 3 2 JJPG 1 2 140 40 20.91 2 3 0 0 26 3 2 2 5 3 3 AB 1 2 138.19 31 16.23 2 4 0 0 28 4 2 2 3 2 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NR 2 1 139 34 17.59 2 2 0 0 28 2 1 1 5 3 2 ECS 1 1 128 31 18.92 2 6 0 0 28 6 4 2 4 2 4 AJPC 2 2 145 60 28.53 4 3 0 0 28 3 4 2 4 2 3 MIV 1 2 152 62 26,83 4 0 0 0 28 0 4 2 3 2 0 DPS 1 2 146 34 15.95 2 0 0 0 28 0 3 3 3 2 0 DJB 1 1 143 60 29.34 4 3 0 0 28 3 2 2 4 2 3 PRH 2 1 143 42 20.53 2 0 0 0 28 0 5 3 5 3 0 JALG 2 1 144 39 18.8 2 3 0 0 28 3 2 2 3 2 3
CN 2 2 153.8 42 17.75 2 9 1 0 25 10 5 3 4 2 5 AAF 2 1 133 35 19.78 2 6 0 0 28 6 2 2 3 2 4 HAP 1 2 143 35 22 3 0 0 0 28 0 2 2 3 2 0 WDT 2 2 139 44 22.27 3 0 0 0 28 0 4 2 2 1 0 AVM 1 2 142.3 35 17.28 2 2 0 0 28 2 2 2 3 2 2 SSUB 2 1 145.8 38 17.87 2 13 1 0 27 14 2 2 4 2 5
DZ 1 1 131.4 34 19.69 2 6 0 0 26 6 2 2 4 2 4 BGS 1 2 149 41 18.46 2 4 0 0 28 4 5 3 5 3 3 EEG 1 2 140 66 33.67 4 1 0 0 28 1 3 3 5 3 1 RH 1 1 130 33 19.52 2 2 0 0 24 2 2 2 3 2 2 MJ 2 1 153 59 25.2 3 6 0 0 28 6 5 3 5 3 4
LDTT 1 2 142 35 17.35 2 3 2 0 26 5 2 2 3 2 4 HHG 1 2 144 39 18.8 2 4 0 0 28 4 1 1 2 1 3
JS 1 2 141 31 15.59 2 1 0 0 28 1 2 2 3 2 1 MASS 1 1 139 335 18.11 2 1 0 0 28 1 5 3 4 2 1
ISP 1 1 147.3 40 18.43 2 8 0 0 28 8 5 3 4 2 5 CRMS 2 1 148 45 20.54 2 11 0 0 26 11 4 2 4 2 5 ADY 2 2 136 36 19.46 2 3 0 0 28 3 2 2 3 2 3 TAM 1 1 147 44 20.36 2 3 0 0 28 3 2 2 3 2 3 JBS 2 2 152 49 21.2 2 5 0 0 28 5 2 2 4 2 4 SSP 2 1 133.5 28 15.71 2 1 0 0 28 1 4 2 3 2 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FPT 2 2 150.3 57 25.23 3 9 0 0 28 9 3 3 5 3 5 VBG 2 2 150.1 60 26.59 4 11 0 0 28 11 2 2 5 3 5
SABM 2 1 130.3 34 20.02 2 1 0 0 28 1 1 1 2 1 1 AMBS 2 2 143.4 35 17.02 2 2 0 0 28 2 4 2 3 2 2
MR 1 1 144 41 19.77 2 3 0 0 28 3 4 2 5 3 3 SRK 2 1 139 43 22.25 3 6 0 0 28 6 4 2 5 3 4 LAH 2 1 144 36 17.36 2 1 0 0 28 1 2 2 2 1 1 AN 2 1 131.5 29 16.77 2 2 0 0 28 2 2 2 3 2 2 TS 2 1 146.5 35 16.3 2 1 0 0 28 1 3 3 4 2 1 JA 2 1 133.8 35 19.55 2 3 0 0 28 3 3 3 3 2 3 KN 2 1 149 44 19.8 2 7 0 0 28 7 1 1 4 2 5 GSS 2 1 141.3 34 17.02 2 3 0 0 28 3 1 1 4 2 3 KPM 2 1 153 45 19.22 2 2 0 0 28 2 1 1 3 2 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8
HASIL UJI SPSS
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Usia Anak
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
12 86 56.6 56.6 56.6
13 66 43.4 43.4 100.0
Total 152 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 62 40.8 40.8 40.8
Perempuan 90 59.2 59.2 100.0
Total 152 100.0 100.0
Kecamatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Medan Petisah 72 47,4 47,4 47,4
Medan Tuntungan 80 52,6 52,6 100,0
Total 152 100,0 100,0
Tabel 4. Distribusi Kategori Rasa Pahit
Statistics
TT_pahit
N Valid 152
Missing 0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5. Distribusi Kategori Persepsi Rasa Manis
Statistics
Kategori Manis
N Valid 152
Missing 0
Percentiles
25 2.00
50 2.00
75 3.00
Persepsi_manis
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
1.25 31 20.4 20.4 20.4
2.5 41 27.0 27.0 47.4
5 29 19.1 19.1 66.4
10 50 32.9 32.9 99.3
20 1 .7 .7 100.0
Total 152 100.0 100.0
persepsi_pahit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat pahit 47 30,9 30,9 30,9
Pahit 59 38,8 38,8 69,7
Ragu-ragu 12 7,9 7,9 77,6
Biasa saja 17 11,2 11,2 88,8
Tidak berasa 17 11,2 11,2 100,0
Total 152 100,0 100,0
kat_pahit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
super taster 47 30,9 30,9 30,9
medium taster 76 50,0 50,0 80,9
non taster 29 19,1 19,1 100,0
Total 152 100,0 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kategori Manis
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Valid
Super taster 31 20.4 20.4 20.4
Medium taster 70 46.1 46.1 66.4
Non taster 51 33.6 33.6 100.0
Total 152 100.0 100.0
Tabel 6. Distribusi Pengalaman Karies
Statistics
indeks_DMFT
N Valid 152
Missing 0
Mean 1,85
Std. Deviation 1,594
indeks_DMFT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
bebas karies 44 28,9 28,9 28,9
sangat rendah 27 17,8 17,8 46,7
rendah 25 16,4 16,4 63,2
sedang 30 19,7 19,7 82,9
tinggi 16 10,5 10,5 93,4
sangat tinggi 10 6,6 6,6 100,0
Total 152 100,0 100,0
Statistics
DMFT
N Valid 152
Missing 0
Mean 2,35
Std. Deviation 2,582
Minimum 0
Maximum 14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DMFT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 44 28,9 28,9 28,9
1 27 17,8 17,8 46,7
2 25 16,4 16,4 63,2
3 20 13,2 13,2 76,3
4 10 6,6 6,6 82,9
5 7 4,6 4,6 87,5
6 9 5,9 5,9 93,4
7 4 2,6 2,6 96,1
8 1 ,7 ,7 96,7
9 1 ,7 ,7 97,4
10 1 ,7 ,7 98,0
11 2 1,3 1,3 99,3
14 1 ,7 ,7 100,0
Total 152 100,0 100,0
Tabel 7. Distribusi Kategori BMI
Statistics
Kat_BMI
N Valid 152
Missing 0
Kat_BMI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Normal 99 65.1 65.1 65.1
Gemuk 33 21.7 21.7 86.8
Obesitas 20 13,2 13.2 100.0
Total 152 100.0 100.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 8. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan Karies
Report
DMFT
Kat_pahit Mean N Std. Deviation
super taster 1,51 47 1,898
medium taster 2,50 76 2,783
non taster 3,31 29 2,661
Total 2,35 152 2,582
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kat_pahit N Mean Rank
DMFT
super taster 47 61,59
medium taster 76 78,27
non taster 29 96,03
Total 152
Test Statisticsa,b
DMFT
Chi-Square 11,661
df 2
Asymp. Sig. ,003
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kat_pahit
Ranks
Kat_pahit N Mean Rank
indeks_DMFT
super taster 47 61,41
medium taster 76 78,43
non taster 29 95,90
Total 152
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kat_pahit * indeksDMFT Crosstabulation
indeksDMFT Total
bebas
karies
sangat
rendah
rendah sedang tinggi sangat
tinggi
Kat_pah
it
super taster
Count 19 11 7 6 2 2 47
Expected
Count 13,6 8,3 7,7 9,3 4,9 3,1 47,0
% within
Kat_pahit 40,4% 23,4% 14,9% 12,8% 4,3% 4,3% 100,0%
medium
taster
Count 23 11 10 17 11 4 76
Expected
Count 22,0 13,5 12,5 15,0 8,0 5,0 76,0
% within
Kat_pahit 30,3% 14,5% 13,2% 22,4% 14,5% 5,3% 100,0%
non taster
Count 2 5 8 7 3 4 29
Expected
Count 8,4 5,2 4,8 5,7 3,1 1,9 29,0
% within
Kat_pahit 6,9% 17,2% 27,6% 24,1% 10,3% 13,8% 100,0%
Total
Count 44 27 25 30 16 10 152
Expected
Count 44,0 27,0 25,0 30,0 16,0 10,0 152,0
% within
Kat_pahit 28,9% 17,8% 16,4% 19,7% 10,5% 6,6% 100,0%
Test Statisticsa,b
indeks_DMFT
Chi-Square 11,807
df 2
Asymp. Sig. ,003
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kat_pahit
Mann-Whitney Test
Ranks
Kat_pahit N Mean Rank Sum of Ranks
DMFT
super taster 47 53,98 2537,00
medium taster 76 66,96 5089,00
Total 123
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kat_pahit N Mean Rank Sum of Ranks
DMFT
medium taster 76 49,81 3785,50
non taster 29 61,36 1779,50
Total 105
Test Statisticsa
DMFT
Mann-Whitney U 859,500
Wilcoxon W 3785,500
Z -1,762
Asymp. Sig. (2-tailed) ,078
a. Grouping Variable: Kat_pahit
Test Statisticsa
DMFT
Mann-Whitney U 1409,000
Wilcoxon W 2537,000
Z -2,014
Asymp. Sig. (2-tailed) ,044
a. Grouping Variable: Kat_pahit
Ranks
Kat_pahit N Mean Rank Sum of Ranks
DMFT
super taster 47 31,61 1485,50
non taster 29 49,67 1440,50
Total 76
Test Statisticsa
DMFT
Mann-Whitney U 357,500
Wilcoxon W 1485,500
Z -3,535
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Grouping Variable: Kat_pahit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 10. Hubungan persepsi rasa manis dengan karies
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kat_pahit N Mean Rank
DMFT
super taster 47 61,59
medium taster 76 78,27
non taster 29 96,03
Total 152
Test Statisticsa,b
DMFT
Chi-Square 11,661
Df 2
Asymp. Sig. ,003
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kat_pahit
Ranks
Kat_manis N Mean Rank
indeks_DMFT
super taster 31 53,50
medium taster 70 88,95
non taster 51 73,39
Total 152
Report
DMFT
Kat_manis Mean N Std. Deviation
super taster 1,13 31 1,455
medium taster 3,06 70 2,858
non taster 2,12 51 2,430
Total 2,35 152 2,582
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Test Statisticsa,b
indeks_DMFT
Chi-Square 14,964
df 2
Asymp. Sig. ,001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kat_manis
Mann-Whitney Test
Ranks
Kat_manis N Mean Rank Sum of Ranks
DMFT
super taster 31 35,27 1093,50
medium taster 70 57,96 4057,50
Total 101
Kat_manis * indeksDMFT Crosstabulation
indeksDMFT Total
bebas
karies
sangat
rendah
rendah sedang tinggi sangat
tinggi
Kat_ma
nis
super taster
Count 15 6 6 3 1 0 31
Expected
Count 9,0 5,5 5,1 6,1 3,3 2,0 31,0
% within
Kat_manis 48,4% 19,4% 19,4% 9,7% 3,2% 0,0%
100,0
%
medium
taster
Count 14 10 11 17 11 7 70
Expected
Count 20,3 12,4 11,5 13,8 7,4 4,6 70,0
% within
Kat_manis 20,0% 14,3% 15,7% 24,3% 15,7% 10,0%
100,0
%
non taster
Count 15 11 8 10 4 3 51
Expected
Count 14,8 9,1 8,4 10,1 5,4 3,4 51,0
% within
Kat_manis 29,4% 21,6% 15,7% 19,6% 7,8% 5,9%
100,0
%
Total
Count 44 27 25 30 16 10 152
Expected
Count 44,0 27,0 25,0 30,0 16,0 10,0 152,0
% within
Kat_manis 28,9% 17,8% 16,4% 19,7% 10,5% 6,6%
100,0
%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ranks
Kat_manis N Mean Rank Sum of Ranks
DMFT
super taster 31 35,05 1086,50
non taster 51 45,42 2316,50
Total 82
Test Statisticsa
DMFT
Mann-Whitney U 590,500
Wilcoxon W 1086,500
Z -1,977
Asymp. Sig. (2-tailed) ,048
a. Grouping Variable: Kat_manis
Ranks
Kat_manis N Mean Rank Sum of Ranks
DMFT
medium taster 70 66,53 4657,00
non taster 51 53,41 2724,00
Total 121
Test Statisticsa
DMFT
Mann-Whitney U 1398,000
Wilcoxon W 2724,000
Z -2,061
Asymp. Sig. (2-tailed) ,039
a. Grouping Variable: Kat_manis
Test Statisticsa
DMFT
Mann-Whitney U 597,500
Wilcoxon W 1093,500
Z -3,654
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Grouping Variable: Kat_manis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 12. Hubungan Persepsi Rasa Pahit dengan BMI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategri pahit II *
Kategori BMI
152 100.0% 0 0.0% 152 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.882a 4 .757
Likelihood Ratio 2.009 4 .734
Kat_pahit * Kat_BMI Crosstabulation
Kat_BMI Total
normal gemuk obesitas
Kat_pahit
super taster
Count 31 10 6 47
Expected Count 30,6 10,2 6,2 47,0
% within Kat_pahit 66,0% 21,3% 12,8% 100,0%
medium taster
Count 49 15 12 76
Expected Count 49,5 16,5 10,0 76,0
% within Kat_pahit 64,5% 19,7% 15,8% 100,0%
non taster
Count 19 8 2 29
Expected Count 18,9 6,3 3,8 29,0
% within Kat_pahit 65,5% 27,6% 6,9% 100,0%
Total
Count 99 33 20 152
Expected Count 99,0 33,0 20,0 152,0
% within Kat_pahit 65,1% 21,7% 13,2% 100,0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Linear-by-Linear
Association
.048 1 .826
N of Valid Cases 152
a. 1 cells (11,1%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 3,82.
Directional Measures
Value
Nominal by
Interval Eta
Kategri pahit II
Dependent
.057
Kategori BMI
Dependent
.053
Tabel 13. Hubungan persepsi rasa manis dengan BMI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Manis *
Kategori BMI
152 100.0% 0 0.0% 152 100.0%
Kategori Manis * Kategori BMI Crosstabulation
Kategori BMI Total
Normal Gemuk Obese
Kategori Manis
Super taster
Count 18 10 3 31
Expected Count 20.2 6.7 4.1 31.0
% within Kategori
Manis
58.1% 32.3% 9.7% 100.0%
Medium taster
Count 52 9 9 70
Expected Count 45.6 15.2 9.2 70.0
% within Kategori
Manis
74.3% 12.9% 12.9% 100.0%
Non taster Count 29 14 8 51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Expected Count 33.2 11.1 6.7 51.0
% within Kategori
Manis
56.9% 27.5% 15.7% 100.0%
Total
Count 99 33 20 152
Expected Count 99.0 33.0 20.0 152.0
% within Kategori
Manis
65.1% 21.7% 13.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp.
Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.102a 4 .131
Likelihood Ratio 7.278 4 .122
Linear-by-Linear
Association
.471 1 .492
N of Valid Cases 152
a. 1 cells (11,1%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 4,08.
Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta
Kategori Manis
Dependent
.064
Kategori BMI
Dependent
.127
Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta
Kategori Manis
Dependent
.064
Kategori BMI
Dependent
.127
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9 Foto Dokumentasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA