Post on 10-Aug-2015
Ners UMS 2010
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan JiwaTgl 4 November 2011
Muh Akbar Nugroho J230103032Ria Mahardini J230103036
Eviyati Sariningrum J230103044 Thomas Ari Wibowo J230103048
Budi Setiawan J230103056Suci Ambarwati J230103060Robbi Arsyadani J230103076
Mengetahui dan Menyetujui,
Pembimbing Akademis, Pembimbing Klinis,
(Arum Pratiwi S. Kp, M. Kes.) (Joko Sri Pujiyanto, S.Kep, Ns.)
KUNJUNGAN RUMAH
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr. M
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Gumuk Rt : 03/Rw : 02, Giriroto, Ngemplak, Boyolali
Pendidikan : SD
B. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang terkonstribusi pada fungsi yang
terintergrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawat
psikiatri memberikan asuhan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini termasuk
intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan
kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Memperkuat
dukungan sosial adalah cara untuk menahan atau menghancurkan pengaruh dari
peristiwa yang potensial menimbulkan keadaan stress.
C. Tujuan Kunjungan Rumah
1. Tujuan Umum
Untuk mengimplementasikan intervensi lanjutan kepada keluarga klien dalam
melibatkan peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk memvalidasi data – data klien / informasi tentang klien
b) Melakukan implementasi yaitu penyuluhan kesehatan kepada keluarga klien.
c) Memotivasi peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.
D. Data Fokus
Klien dirawat dirumah sakit sejak tanggal 15 September 2011 dengan diagnose
Skizofrenia Paronoid. Klien pulang pada hari rabu tanggal 26 oktober 2011. Klien
masuk RSJ dengan alasan 1,5 bulan yang lalu klien bingung gelisah mundar mandir
ngluyur, sering berkata jorok pada ibunya, dan sering ngamuk, Riwayat penyakit
dahulu pernah dirawat 1 kali. Pengkajian yang dilakukan tanggal 25 Oktober 2011
didapatkan data bahwa klien mengetahui jika berada dirumah sakit jiwa, klien
mendengar suara aneh yang menyuruhnya untuk mencari batu bata untuk membangun
masjid.
E. Rencana Intervensi Keperawatan
1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien
2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien
4. Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
5. Beri reinforcement pada keluarga
F. Rencana Interaksi
No Rencana InteraksiDilakukan
Hasil/ModifikasiY T
1 Tahap Pre Interaksi
Eksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan diri perawat.
Mengumpulkan data klien
Membuat rencana interaksi, waktu : 30
menit
Tempat : rumah keluarga klien
Topik :
Membina hubungan saling percaya
Klarifikasi masalah klien
Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang perawatan klien
Memberi penyuluhan kesehatan jiwa
tentang perawatan dan pencegahan
kekambuhan
2 Tahap Orientasi
“Selamat Pagi pak/bu….. maaf mengganggu
waktu istirahat bp/ Ibu, apa benar ini
rumahnya keluarga Sdr M?”
Iya benar..
“Perkenalkan kami Mahasiswa keperawatan
UMS, nama saya Muh Akbar Nugroho. Saya
datang bersama teman-teman saya. Kami
adalah perawat yang saat ini sedang dinas di
RSJD Surakarta, di ruangan dimana Sdr M
di rawat.
“Sore ini kami ingin berdiskusi mengenai
perawatan yang sebaiknya dilakukan oleh
keluarga setelah Sdr M pulang dari RSJ.
Demikian maksud kedatangan kami, jadi
apakah bapak/ibu bersedia berbincang-
bincang dengan kami? Apabila nanti ada
yang bersifat rahasia kami akan menjamin
kerahasiaannya kecuali demi kepentingan
perawatan dan pengobatan”
Oh..iya, kita sepakati waktu pembicaraan
kita berapa menit bp/ibu? Bagaimana kalau
sekitar 30 menit?... kita bicaranya disini saja
di rumah bp/ibu.
3. Tahap Kerja
“Sebelum kita mulai pembicaraan, mungkin
ada yang bp/ibu tanyakan atau sampaikan ?”
“Baiklah bisa kita mulai saja ya ?”
“Siapakah anggota keluarga yang paling
dipercaya Sdr S jika punya masalah?”
“Bagaimana perawatan keluarga terhadap
Sdr M selama ini? Apakah dia masih sering
mengamuk dirumah?”
“Apa harapan bapak/ibu… setelah Sdr M
berada di rumah?”
“Baiklah, saya akan sedikit menjelaskan
kondisi yangSdr M alami dan hal-hal yang
bisa keluarga lakukan untuk membantu
meningkatkan pemulihan dan mencegah
kekambuhan Sdr M!”
Mulai Penyuluhan sesuai SAP
4. Tahap Terminasi
“Terima kasih bapak/ibu atas bincang-
bincangnya semoga pertemuan kita ini
membawa manfaat untuk kita bersama.”
“Dari pembicaraan tadi bisa saya simpulkan
bahwa ……
“Baik, karena sudah Siang kami mau
pamitan dulu, terima kasih atas waktunya
…. Permisi. Assalamu’alaikum.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Skizofrenia Paranoid
Sub Pokok Bahasan : Halusinasi dan Perilaku Kekerasan
Sasaran : Keluarga klien Sdr M
Tempat : Rumah keluarga klien Sdr M
Waktu : 30 menit
I. PENDAHULUAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia / WHO (World Health Organitation), masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO
menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental,
diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
(Prasetyo, 2006). The Indonesian Psychiatric Epidemiologic Network menyatakan bahwa di
11 kota di Indonesia ditemukan 18,5% dari penduduk dewasa menderita gangguan jiwa
(Prasetyo, 2006).
Berdasarkan Riskesdas (2007) disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental
emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas
mencapai 11,6%, dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang
mengalami gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat,
sebesar 0,46%. Untuk gangguan jiwa ringan banyak diderita kaum perempuan, yaitu dua kali
lebih banyak dibanding laki laki. Sedangkan gangguan jiwa berat pada perempuan lebih
ringan dibanding laki-laki. Gangguan jiwa ringan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat dan menimbulkan
disorganisasi personal yang terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara
bertahap akan menuju kearah kronisitas, Menurut Kaplan dan Sadock (2008), skzizofrenia
merupakan gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun timbul hilang dengan
manifestasi klonis yang amat luas variasinya. Penyesuaian premorbid, gejala dan perjalanan
penyakit yang amat bervariasi sesungguhnya skizofrenia merupakan satu kelompok gangguan
yang heterogen. Klien dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) karena hebatnya, gejala,
ketidakmampuan klien untuk merawat dirinya sendiri, tiada daya tilik diri dan keruntuhan
social yang lambat laun terjadi serta menjauhnya klien dari lingkungannya.
Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd (tidak ada
pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti halusinasi dengan
akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat
diduga, dan kadang-kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini
memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema tentang
penyiksaan dan kebesaran (toernry, 1995, Susan Nolen Hoeksema, 2004).
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat
tadi membicarakan mengenai keadaan klien sedih atau yang dialamatkan pada klien itu.
Akibatnya klien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula klien
terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau berbicara keras-keras seperti saat ia menjawab
pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang klien menganggap
halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang
menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar,
dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran,
pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar itu
dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missinterpretation). Salah tafsir
tersebut terjadi antara lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut,
excited (tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau
perubahan persepsi (Triwahono, 2004).
Berdasarkan data rekam medik RSJD Surakarta, setiap bulan terdapat paling tidak 200
klien baru yang memeriksakan diri di poli rawat jalan. Hal ini menunjukkan masih banyak
masyarakat daerah Surakarta dan sekitarnya yang mengalami gangguan jiwa. Sedangkan klien
lama yang memeriksakan diri pada bulan Juli sampai September 2011 adalah sebanyak 4.711
orang (Juli sebanyak 1.711, Agustus sebanyak 1.588, dan September sebanyak 1.412). Tidak
sedikit dari klien tersebut yang harus dirawat inap kembali karena kambuh. Hal ini
disebabkan ada kemungkinan support system yang diberikan keluarga saat di rumah tidak
cukup dalam perawatan klien di rumah. Oleh karena itu diperlukan suatu kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan guna memberikan pengertian dan motivasi kepada keluarga dalam
perawatan klien yang mengalami gangguan jiwa.
II. TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa di rumah keluarga klien
selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu merawat Sdr M selama di rumah
dan keluarga mampu memahami tentang halusinasi pendengaran.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 1x30 menit diharapkan
keluarga klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan
2. Menyebutkan penyebab halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan
3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran dan perilaku kekerasan
4. Menyebutkan tingkatan halusinasi
5. Menjelaskan penanganan/perawatan klien dengan halusinasi pendengaran dan
perilaku kekerasan dirumah.
III.WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/ Tanggal : Selasa, 4 November 2011
b. Pukul : 09.00 WIB
c. Tempat : Rumah keluarga klien Sdr M
Gumuk Rt 05/Rw 02, Giriroto, Ngemplak, Boyolali
IV. MATERI
Terlampir
V. MEDIA DAN SUMBER BAHAN
Leaflet
LCD
VI. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan
tanya jawab.
VII. RENCANA PENYULUHAN
No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Peserta1. Orientasi
2.
3.
a. Salamb. Memperkenalkan diric. Menjelaskan tujuanKerja/Tindakan keperawatana. Broadstormingb. Menjelaskan materi tentang
halusinasi:- Pengertian halusinasi
pendengaran- Penyebab halusinasi
pendengaran- Tanda dan gejala halusinasi
pendengaran- Tingkatan halusinasi- Penanganan dan perawatan
halusinasic. Materi tentang PK
- Pengertian PK- Penyebab PK- Tanda dan gejala PK
d. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
e.Menjawab pertanyaan yang terkait dengan pertanyaan keluarga klien
Penutup dan salama. relaksasi progresifb. Salam
3 menit
3 menit
14 menit
4 menit
4 menit
2 menit
Menjawab salam
Menjawab
Mendengarkan danMemperhatikan
Menanyakan hal-hal yang belum dimengertiMerespon
Merespon
Menjawab salam
VIII. PENILAIAN KEBERHASILAN
Penilaian keberhasilan dari penyuluhan adalah jika keluarga mampu:
1. Menyebutkan pengertian halusinasi pendengaran.
2. Menyebutkan 3 penyebab halusinasi pendengaran.
3. Menyebutkan 5 tanda gejala halusinasi pendengaran.
4. Menyebutkan 4 tingkatan halusinasi.
5. Menyebutkan 3 cara penanganan dan perawatan klien dengan halusinasi.
Lampiran : Materi
HALUSINASI PENDENGARAN
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) pancaidera yang muncul tanpa adanya
rangsangan dari luar atau eksternal. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan
klien sedih atau yang dialamatkan pada klien itu.
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000)
Halusinasi pedengaran adalah persepsi sensori yang salah terhadap stimulus
dengar eksternal yang tidak mampu diidentifikasi (Beck and William, 2000).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin,
barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun
(Maramis, 2008).
Halusinasi pendengaran merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran
individu tanpa adanya stimulus eksterna yang nyata (Stuart and Sundeen, 2008).
B. PENYEBAB
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada klien yang megalami halusinasi menurut Tim Direktorat
Kesehatan Jiwa Bandung (2006) dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Aspek fisik
a. Penampilan diri kurang.
b. Tidur kurang
c. Keberanian kurang
2. Aspek Emosi
a. Bicara tidak jelas.
b. Merasa malu.
c. Mudah panik.
3. Aspek sosial
a. Duduk menyendiri.
b. Tampak melamun
c. Tidak peduli lingkungan
d. Menghindar dari orang lain.
4. Aspek Intelektual
a. Merasa putus asa
b. Kurang percaya diri.
D. TINGKATAN HALUSINASI
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1) Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2) Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3) Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
4) Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
E. PERAN SERTA KELUARGA DALAM MERAWAT HALUSINASI
1. Bantu Mengenal Halusinasi.
a. Bina saling percaya.
b. Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan
frekwensi.
2. Meningkatkan Kontak Dengan Realita.
a. Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi.
b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat.
c. Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian.
d. Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi.
e. Diskusikan hasil observasi anda.
3. Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan.
a. Temani, cegah isolasi dan menarik diri.
b. Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: “Saya
percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar”.
c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan.
d. Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.
4. Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain.
a. Lakukan perlindungan.
b. Kontak yang sering secara personal.
5. Tingkatkan Harga diri.
a. Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai.
b. Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien.
c. Dorong berespon pada situasi nyata.
6. Beri pengawasan minum obat, missalnya 3x1 berarti setiap 8 jam obat tersebut
diminum, bila 2x1 berarti setiap 12 jam obat tersebut diminum.
7. Ciptakan lingkungan yang aman (menjauhkan benda-benda yang berbahaya)
8. Beri rencana kegiatan sehari-hari
9. Mencari pelayana kesehatan segera bila dibutuhkan
10. Bantu klien untuk mengusir halusinasi dengan cara :
a. Menolak datangnya halusinasi
b. Bercakap-cakap untuk mengalihkan adanya halusinasi
c. Melakukan kegiatan yang positif
d. Minum obat dengan teratur
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. 2000. Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI.
Friedman, Marilyn M., 2008. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Terjemahan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Keliat Budi, Anna. 1995. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat Budi Anna, dkk. 1987. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. 2008. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Erlangga Universitas Press.
Prasetyo, Sulung, 2006. Penderita Gangguan Jiwa Masih Diperlakukan Salah. http://www.sinarharapan.co.id. Tanggal Akses: 01 Oktober 2011.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: CV. Sagung Seto
Stuart dan Laraia. 2001. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart & Sunden. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta: EGC.
Tim Direktorat Kesehatan Jiwa Bandung. 2006. Ilmu Kesehatan Jiwa. Bandung: Direktorat Kesehatan Jiwa.
Townsend, Mary C., 2005. Essential of Psychiatric Mental Health Nursing. Third Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Tgl Kunjungan : 4 November 2011
LAPORAN HASIL VISIT / KUNJUNGAN RUMAH
Nama : Sdr. Mus’ab Abdullah (pria)
Bangsa / suku : Indonesia / Jawa
Tgl. Lahir / umur : Boyolali, 12 February 1997
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Pekerjaan premorbid : -
Alamat / asal : Gumuk Rt : 03/Rw : 02, Giriroto, Ngemplak, Boyolali
Lamanya dirawat : 1,5 bulan
Pengasuh dalam keluarga : Bp. Jamin
Keterangan diperoleh : keluarga dan Ketua RT
Tujuan kunjungan rumah : Checking keluarga, penyuluhan dan perkembangan klien
Diagnose : Schizoprenia Paranoid
I. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
a. Kondisi demografi
- Rumah terletak di daerah pedesaan
- Rumah terbuat dari dinding kayu blabak dan kayu triplek, lantai semen, ventilasi
kurang, rumah terlalu gelap.
b. Struktur keluarga
Penderita merupakan anak 3 dari 6 bersaudara. Klien dirumah sering marah marah
Karena klien merasa benci sama ibunya selama ini. Pengambilan keputusan dilakukan
oleh ayah dan ibunya. Penderita masih lajang. Hubungan masing-masing anggota
keluarga terjalin dengan baik dan saling mengerti.
c. Observasi ekonomi keluarga
Menurut ketua RT keadaan ekonomi sebelum klien sakit termasuk orang tidak
mampu. Sebelumnya klien tidak diobatkan setelah tahu ada jamkesmas klien mulai di
obatkan secara gratis. Keluarga kemudian mengontrak di sebuah rumah kecil
dibelakang kuburan. Menurut pengamatan petugas keluarga ini hidup dalam standar
ekonomi kurang. Biaya hidup penderita ditanggung oleh ibu yang bekerja di
kateringan sedangkan ayahnya sakit stroke sehingga tidak mampu mencari nafkah.
Tempat tinggal keluarga masih menempati rumah kontrakan dengan dinding dari, atap
genting, ukuran 5 x 4 meter.
d. Observasi lingkungan sosial / masyarakat
Lingkungan sekitarnya mayoritas bekerja sebagai karyawan pabrik atau buruh
pembuatan kaos. Ada beberapa penduduk sebagiai pedagang kecil. Pegawai negri
hanya satu dua saja. Keadaan kampung : letak rumah satu dengan yang lainnya saling
berdekatan ( berhimpitan ). Lingkungan masyarakat sekitar sebagian mengerti akan
sakit penderita karena keluarga merupakan pendatang baru di desa tersebut.
II. HASIL INTERVIEW
Petugas diterima oleh keluarga. Pada saat dilakukan interview kepada ibu kandung
penderita, menyatakan bahwa klien sebelumnya bila melihat berita mengenai narkoba
klien sedikit marah. Dalam satu keluarga klien dan adiknya yang pertama juga memiliki
kelainan kejiwaan sejak kecil. Penderita sejak kecil tidak memiliki kelainanpada
kepribadiannya, namun sejak pulang dari Jakarta klien mulai linglung, dan mengamuk bila
tidak di penuhi permintaannya.
Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Surakarta selama 2 x.
III.KESIMPULAN
Penderita belum pernah menikah
Keluarga ini hidup dalam standar ekonomi kurang.
Lingkungan masyarakat sekitar sedikit yang mengerti akan sakit penderita
Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Surakarta selama 2 kali.
IV. SARAN – SARAN
Mengharapkan keluarga untuk member perhatian lebih kepada penderita
Mengharapkan keluarga mampu member motivasi kepada penderita untuk selalu
menemani atau member kegiatan.
Mengharapkan keluarga untuk memperhatikan pentingnya minum obat dan kontrol
teratur
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHANNo. Nama peserta Tanda tangan
Mengetahui, Surakarta, Jumat, 14 Oktober 2011Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinis,
(Arum Pratiwi, S.Kp. M. Kes) (Joko Witoyo, S. Kep, Ns)
KEGIATAN
NO JAM KEGIATAN TGL
1 05.00 Sholat 2 06.30 Makan 3 07.00 Ke sawah4 10.00 Mencari pakan ternak5 12.00 Makan siang6 12.30 Istirahat, sholat7 13.00 Mencari pakan8 15.00 Sholat9 16.00 Mandi10 17.00 Bercengkeerama dengan
keluarga11 18.00-19.00 Sholat, pengajian, makan
12 19.30-21.00 Berkumpul dengan keluarga13 21.00 Tidur 1415