Gizi Buruk

Post on 19-Jan-2016

54 views 0 download

description

g

Transcript of Gizi Buruk

GIZI BURUK makronutrienAnnisa Putri1110211038

Gizi buruk Keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3bulan berturut-turut tidak naik) Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya penurunan gizi menahun

Kurang energi dan protein (KEP)Gizi kurang: RInganBB 60-80 % standar tanpa edemaGangguan tumbuh dan tampak kurus

Gizi buruk :Berat- Kwashiokor : BB 60-80% standar dengan edema- Marasmus : BB < 60% standar tanpa edema- Marasmik- kwashiokor : BB < 60% standar dengan edemaGizi kurang + kelainan biokim

A) KwashiokorAdalah

salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi

Etiologi dari kwashiorkor adalah 1. Kekurangan intake protein 2. Gangguan penyerapan protein 3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksi kronik 4. Gangguan sintesis protein

Fx resiko1. Pola makan2. Fx sosial dan Fx ekonomi3. Fx infeksi dan penyakit lain

Kwarshiokor

Gejala1. Wujud Umum Pucat Atrofi ekstremitasEdema pedis Muka moon face (edema)Anak gemuk (sugar baby)

2. Retardasi Pertumbuhan Pertumbuhan terganggu (penurunan bb dan t b)

3. Perubahan Mental Cengeng , kesadaran menurun

4. Edema Sifat pitting (kaki dan tungkai bawah)

5. Kelainan Rambut Texture dan warna Rambut mudah tercabut tanpa rasa sakit Kusam kering

6. Kelainan Kulit Kulit kering (xirosis)

7. Kelainan Gigi dan Tulang DekalsifikasiHambatan pertumbuhanCaries gigi

8. Kelainan Hati : perlemakan, fibrosis, 9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang : infeksi (anemia)10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain : atrofi sel asinus11. Kelainan Jantung : miodegenarasi jantung 12. Atrofi Otot : penurunan massa di otot

Px fisik

1. Perubahan mental2. Anemia 3. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut / rontok 4. Pembesaran hati 5. Atrofi otot 6. Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh

Px lab

1. Pemeriksaan laboratorium: Kadar protein total Feses Elektrolit2. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru. 3. Tes mantoux 4. EKG

Penyakit penyerta dan kompilkasi

1. Gangguan mata 2. Gangguan kulit 3. Diare persisten 4. Anemia berat 5. Parasit/cacing 6. Tuberkulosis 7. Malaria 8. HIV

Diagnosis banding

1. Trauma 2. Sindroma nefrotik 3. Payah jantung kongestif

Px penunjang Albumin serum

Albumin serum yang merendah merupakan kelainan yang sering dianggap spesifik dan sudah ditemukan pada tingkat dini

Globulin serum Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun

akan tetapi tidak sebanyak menurunnya albumin serum

marasmus

KEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein.

etiologi

Primer ; inadekuat food in take fx resiko1. Pola makan2. Fx sosial dan Fx ekonomi3. Fx infeksi dan penyakit lain

Gejala

cengeng dan sering merasa lapar.

Iga gambang dan perut cekung

Otot paha mengendor (baggy pant)

Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.

- Oedema (bengkak) jarang terjadi. - Warna rambut tidak berubah. - Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi pertumbuhan, berat

badan dibanding usianya sampai kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan adipose pada marasmus berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor yang menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive

- Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan

komplikasi Defisiensi Vitamin A cacingan diare kronis tuberculosis Mudah fraktur

Marasmik kwashikor Salah satu kondisi dari kurang gizi berat

yang gejala klinisnya merupakan gabungan dari marasmus, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi, dan kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein sehingga gejalanya disertai edema.

Penatalaksanaan1 . Atasi/cegah hipoglikemi GDA < 50 mg/dl -> D10% bolus IV -> evaluasi tiap 2 jam beri makanan tiap 2 jam

2. Atasi/cegah hipotermi Suhu < 36° -> hangatkan, berikan makanan tiap 2 jam

3. Atasi/cegah dehidrasi Penilaian dehidrasi -> denyut nadi, pernafasan, frekuensi kencing, air mata. Cairan resomal peroral 5 ml/kgbb

Resep ReSoMal (Rehidrasi oral khas malntrisi) ReSoMal mengandung 37,5 mmol Na, 40 mmol K, 3

mmol Mg per literBahan Oralit WHO 1 sachet (200ml) Gula pasir 10 gr Larutan elektrolit 8 ml Ditambah air sampai menjadi 400 ml

(*2,6 g NaCl; 2,9 g trisodium citrate dehydrate, 1.5 g KCl, 13.5 g glukosa dalam 1L )

4. Atasi/cegah dehidrasi Penilaian dehidrasi denyut nadi, pernafasan, frekuensi kencing, air mata. Cairan resomal peroral 5 ml/kgbb

5. Atasi gangguan elektrolitBeri cairan rendah Na Makanan rendah garam

6. Antibiotika sebagai pengobatan pencegahan infeksi: a. Bila tidak jelas ada infeksi, berikan kotrimoksasol 120 mg selama 5 hari b. Bila infeksi nyata: Ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai 7 hari, ditambah dengan gentamisin IM selama 7 hari

7. Memperbaiki kekurangan zat mikro Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg per hari.

Vitamin A (dosis sesuai usia, yaitu <6 bulan : 50.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI, >1 tahun : 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke-15 atau sebelum pulang

8. Mulai pemberian makanan Fase awal faali hemostasis kurang jadi harus hati-hati Pemberian porsi kecil, sering, rendah laktosa oral nasogastrik Kalori 80-100 kal/Kgbb/ hari, cairan 130 ml/hari

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional Pada anak gizi buruk terjadi perkembangan mental dan

perilaku karenanya harus diberikan: 1. Kasih sayang 2. Lingkungan yang ceria 3. Terapi bermain terstuktur selama 15 – 30 menit/hari

(permainan ci luk ba, dl) 4. Aktifitas Fisik segera setelah sembuh 5. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain

dan sebagainya

10. Tindak lanjut di rumah Beri makanan sering -> energi dan protein padat

Atasi penyakit penyerta yang ada sesuai pedoman

a. Bila ada ulkus di mata diberikan: i. Tetes mata chloramphenicol atau salep mata tetracycline, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari ii. Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari iii. Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

b. Dermatosis Dermatosis ditandai adanya hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida. Tatalaksana: i. Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO (kalium-permanganat) 1% selama 10 menit ii. Beri salep atau krim (Zn dengan minyak katsor)

c. Parasit/cacing Beri Mebendazole 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antelmintik.

d. Diare melanjut Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidazole 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

e. Tuberkulosis Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

Kriteria Pemulangan Balita Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap 1. Balita: a. Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan b. Ada perbaikan kondisi mental c. Balita sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan, sesuai dengan umurnya d. Suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,5 °C e. Tidak ada muntah atau diare f. Tidak ada edema g. Terdapat kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr selama 3 hari berturut-turut atau kenaikan sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut h. Sudah berada di kondisi gizi kurang (sudah tidak gizi buruk)

2. Ibu / Pengasuh: a. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di rumah b. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar kepada balita

3. Institusi Lapangan: Institusi lapangan telah siap untuk menerima rujukan pasca perawatan

Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk

1. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB ≥-2 SD dapat dikatakan anak sembuh 2. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjukan di rumah setelah penderita dipulangkan

Beri contoh kepada orang tua: 1. Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat, sesuai dengan umur, berat badan anak. 2. Terapi bermain terstuktur

Sarankan: 1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak 2. Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur: Bulan I : 1x/minggu Bulan II : 1x/2 minggu Bulan III-IV : 1x/bulan 3. Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster) 4. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur)

Langkah Promotif/Preventif a. Pola Makan Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah

karbonhidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan)

b. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali pada tahun pertama)

c. Faktor sosial Mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan

tertentu yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan terjadinya MEP.

d. Faktor ekonomi meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan

bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutannya. Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya.

e. Faktor infeksi Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.