Post on 02-Jan-2016
description
Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya. Filsafat Sosial dewasa ini sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia.
Dalam bukunya, Suryo Ediyono menjelaskan bahwa Filsafat sosial adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society), pemerintahan (government) dan Negara (state).
Adapun ruang lingkup dalam filsafat social adalah sebagai berikut: Mempertanyakan dan membicarakan persoalan dalam masyarakat (society) dalam
individualisme. Persoalan individual dalam hubungannya dengan Negara Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi dan otonomi Persoalan keadilan social (justice) dan social cooperation Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom)
Persoalan antara moral dan hukum
Persoalan masalah moral dan kebabasan (morality and freedom)
Persoalan masalah ilmu-ilmu sosial.
Filsafat sosial merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Bahan materiil filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelediki berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka bersama menimbulkan keadaan keadaan hidup materiil dan rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan diantara mereka, saling bercakap-cakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak.Bahan formil filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan materiil filsafat sosial namun bahan formil filsafat sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Perseorangan dan Relasi sosialnya. Relasi perseorangan itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah dasar kebajikan dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa simpati, cinta kasih antar manusia, juga terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan sejumlah orang karena adanya suatu objek Nampak yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk relasi sosial, mungkin materiil dan mungkin idial. Oleh karena itu, terkadang sulit membedakan antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling memengaruhi, relasi sosial termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun sebaliknya.
B. Hubungan filsafat sosial dan sosiologi.
Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial, atau filsafat sejarah, muncul sebagai ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logo, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer
mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru.
Sosiologi
Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi.
Fase pertama dapat dikatakan metode Histori. Dalam fase ini, dibahas suatu gejala sosial tersendiri bersama dengan elemen-elemen yang dapat diobservasi. Dalam artian memahami peristiwa masa silam kemudian menuntaskannya menjadi prinsip-prinsip yang bersifat umum.
Fase kedua berupa pengukuran kejadian-kejadian yang akan dibahas. Inilah tugas metode statistic itu sendiri.
Fase ketiga atau bisa disebut dengan Metode Komparatif yakni metode perbandingan.
Fase keempat berupa penafsiran suatu hipotesis.
Fase kelima dapat dikatakan metode Case-Study yang didalamnya mempelajari gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat berupa pembuktian kebenaran hipotesa itu sendiri.
Filsafat Sosial
Filsafat sosial menempuh kebalikan jalan observasi sosiologi. Sosiologi bermaksud untuk mencapai pengetahuan yang selalu bertambah eksak tentang data positif. Filsafat sosial itu adalah data ontology dari segala sesuatu yang bersifat sosial, artinya inti sari dari hidup sosial itu dikembalikan ke pokok ada manusia. Yang tercetus dalam setiap dan segala data sosial yang konkrit, misalnya hubungan pokok perorangan dengan hidup bersama. Dalam hal ini, aliran-aliran filsafat bersimpangan. Pandangan-pandangan mengenai kepentingan umum, mengenai bentuk pemerintahan, dasar hukum dan keadilan, bergantung pada tanggapan terhadap hubungan
perorangan dengan kehidupan bersama. Pandangan penting juga artinya untuk penentuan norma-norma untuk mengatur segala konkrit hubungan antar manusia.
Untuk mendapat pengeathuan normative tentang pengaturan tata tertib sosial, filsafat sosial melalui 2 fase :
Fase pertama dibahas hubungan perorangan dalam kehidupan bersama.
Fase kedua mengenai normative yang konkrit untuk tindakan sosial.
Jadi, tergambar jelas perbedaan antara Filsafat sosial dan Sosiologi. Walaupun pada dasarnya objek materiil dari objek penelitian kedua bidang ini sama, yakni Pengalaman sosial. Perbedaan antara filsafat sosial dan sosiologi dapat dilihat dari table berikut :
PERBEDAANNO Filsafat Sosial Sosiologi
1Berdasarkan pengalaman sosial/kenyataan sosial
Berdasarkan aspek objektif (statistic, grafik, angket, dll)
2 Bersifat Holistik Bersifat parsial
Kedua perbedaan diatas membawa kepada pemahaman lebih lanjut bahwa filsafat sosial jauh dari melihat kenyataan sosial pada permukaan, mencoba memasuki dimensi sosial dari eksistensi manusia secara mendalam, menyelediki makna dan nilai-nilainya dan mencoba merumuskan gambaran manusia yang utuh demi makna hidupnya yang penuh arti.
Harus dikatakan bahwa sama dengan ilmu-ilmu sosial, filsafat sosial bersifat ilmiah, artinya bekerja dalam batas-batas kemungkinan dan kemampuan pengetahuan. Filsafat sosial dalam arti ini tidak hanya melukiskan kenyataan dan sifat-sifat dasar sosialisitas manusia melainkan juga menyiasati dan mengolah kenyataan sosial itu ke arah pengembangannya yang optimal, yang masih perlu diwujudkan. Dalam arti ini filasafat sosial bisa juga disebut etika sosial. Sebab pembicaraannya tidak terlepas dar pesoalan norma tingkah laku sosial.
C. Manfaat Filsafat Sosial
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju.
Melihat fenomena masyarakat yang begitu banyak terjadi problema sosial, seperti kesenjangan kelas sosial antara Si kaya dan Si Miskin, penguasaan kekuasaan alam, bahkan sampai pada problema yang paling sensitive yakni masalah ketersinggungan kemanusiaan dan kemasyrakatan. Disinilah peran dan manfaat Filsafat sosial yang sesungguhnya yakni memelihara dan menjaga nilai kenyataan sosial yakni aspek teknis dan aspek kemanusiaan.
di 4:12 AM Kirimkan Ini lewat Email
Alam pikiran mengenai masyarakat sesungguhnya sama tuanya dengan
alam pikiran ilmiah itu sendiri. Masyarakat selalu dikenal dalam pengalaman
dan masyarakat selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan
yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya. Karena dia selalu
menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-masalah
praktis inilah sebabnya masyarakat menjadi buah pikiran.
Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat itu
sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya melahirkan dua
hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu masyarakat itu sendiri
dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena pengetahuan yang paling
tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu pastilah dibicarakan tentang
masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam pikiran Yunani maka yang
pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam pikiran Yunani.
Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab dua ini adalah lahirnya filsuf-
filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ke
tiga tokoh yang menjadi ‘sufi’ di zamannya ini, akan dibahas secara rinci
mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat sosial yang
dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori sosial
selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi.
Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial
Socrates.
2. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat sosial Plato.
3. Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat
sosial Aristoteles.
4. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates dengan Plato.
5. Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles dengan
Plato/Socrates.
A. SOCRATES
1. Riwayat Hidup
Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399 SM.
Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman patung,
dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates. Dia juga
merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena.
Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision) untuk
menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan bagaimana
menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena. Sebagai prajurit
dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke barak yang lain, dan
kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu menanyakan pendaptanya
mengenai masalah-masalah sosial dan politik. Dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya tidak mengetahui
apa-apa, seperti orang lainpun tidak mengetahui apa-apa pula. Oleh karena
itu dia berpendapat bahwa yang diperlukan adalah sesuatu penyelidikan
yang dapat dipercaya. Dengan penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan
sosial politik yang kemudian melahirkan pemikiran filsafatnya.
Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates adalah
seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab: “Hanya satu
hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa”. Dari
pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir filsafatnya.
2. Metode Berfikir
Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk
meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai
sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan
pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan
konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan konsepsi-
konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan
tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk dapat menemukan
kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat bahwa definisi adalah
merupakan langkah pertama di dalam ilmu pengetahuan. Dari sudut ini
Socrates dapat disebut sebagai orang yang pertama menunjukkan perlunya
logika sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.
3. Filsafat Sosial
Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan
Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu
yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan
bahwa ‘kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan’, di
dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam
hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut
Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan
menjadikan seseorang bijaksana.
Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan sebaik-
baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan pula bahwa disamping hukum-
hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah kebijakan
yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Socrates
mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai dengan
kecerdasan manusia. Apabila kita hendak membangun masyarakat dengan
berhasil, maka kita harus membangun dengan landasan ilmu pengetahuan.
Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia terlalu
intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai, sekalipun mereka
banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka banyak pula melakukan
kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab, bahwa mereka memang
tidak akan dapat mengetahui benar bagimana mereka dapat mencapainya.
Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan dilaksanakan, orang tidak akan
melakukan kesalahan yang lebih jauh.
B. PLATO
1. Riwayat Hidup
Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM. Ia
berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan kaumnya.
Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri seperti
Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian
berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia kembali
ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan nama
‘Academia’ yang karena banyak menarik pemuda-pemuda terpelajar Yunani,
dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa
Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu :
1. The Republic.
The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk
menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat
diwujudkan.
2. The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi sosial
politik.
3. The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang konstitusi
politik.
2. Metode Berfikir
Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya dan
menguji konsep-konsep pikiran. Kita dapat mengenal ‘manusia’ misalnya,
melalui cara mengenal pengertian umum tentang manusia, inilah yang
disebut dengan ‘Platonic idealism’, yang sebagai suatu metoda berpikir biasa
disebut ‘Conseptualism’, suatu doktrin yang mengajarkan bahwa kebenaran
harus diperoleh dengan menguji atau membuktikan konsep-konsep. Metoda
berpikir Plato ini (dan juga Socrates), bertolak belakang dengan metoda
yang dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat
bahwa kebenaran universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-
pengertian tentang gejala-gejala yang nampak.
Plato adalah pencipta ajaran ‘serbacita’ (ideenleer), karena itu filsafatnya
disebut ‘idealisme’. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan yang
diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak, adalah
bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki pengetahuan
dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada pengamatan saja. Sebab
pengetahuan itu dilahirkan oleh ‘alam bukan benda’, melainkan alam
sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang kuda yang memiliki semua
sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak dapat diamati di dunia ini. Kuda
kita lihat berbeda satu sama lain dalam bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda
dalam bentuk yang murni dan sempurna ada di idealisme pikiran manusia,
sedangkan dalam kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang
sempurna di dunia ini.
Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat
manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali ingatan-
ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia sebacita, dimana
jiwa kita dahulu berada.
3. Filsafat Sosial
The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial,
mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan
terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat ideal
adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia.
Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan kegiatan
yaitu
a. The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan)
b. The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak)
c. Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)
Berdasarkan tiga elemen aktivitas individu tersebut plato kemudian
menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu :
a. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh
pemuasan nafsu dan perasaannya.
b. Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh
penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari
pada spirit or will
c. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk pemeliharaan
akal atau kecerdasan untuk mengajar kebenaran.
Berdasarkan tiga lapisan sosial Plato kemudian merumuskan tiga kegiatan
lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah :
a. Mereka yang mengabdikan hidupnya bagi pemenuhan nafsu dan
perasaan, bertugas untuk menghidupi atau memelihara
masyarakat. Mereka ini adalah kelas pekerja (manual work),
yang meliputi pekerja-pekerja di sektor pertanian dan industri
yang harus mendukung dan menghidupi dua kelas yang lain.
Kepada kelas inilah didalam masyarakat ideal Plato, diberi hak-
hak yang penuh dan istimewa sebagai seorang warga negara
yang diperolehkan memiliki kekayaan pribadi, oleh karena
berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang
kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat.
b. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh
penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari spirit or
the will bertugas untuk melindungi masyarakat dari serangan
yang datang dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri.
Mereka ini adalah kelas militer (a citizen soldier class). Mereka
inilah warga negara dalam pengertian yang sesungguhnya.
Mereka adalah gambaran dari masyarakat komunis yang
sempurna dan tidak memiliki kehidupan yang bebas dan
ganjaran mereka satu-satunya adalah penghormatan yang
diberikan masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang.
c. Mereka yang mempersembahkan hidupnya untuk memelihara
akal atau kecerdasan bertugas untuk memerintah dan
memimpin masyarakat disebut sebagai kelas penguasa
(magistrates or guardian class). Kelas ini terutama diangkat dari
kelas militer melalui seleksi dalam kemampuan dan kecerdasan
otaknya. Mereka tidak hanya menjadi filosof dan negarawan,
tetapi lebih dari itu juga seorang guru.
Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi tidak
berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup setiap
orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam masyarakat.Plato
menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni aristokratis di bawah kaum
intelek di mana kekuasaan dan pengawasan akan dipegang oleh kelas yang
berpendidikan dan berkecerdasan tinggi.
Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The Republic adalah
konsepsinya tentang keadilan (justice).Hanya di dalam masyarakat tertentu,
Kata Plato, keadilan dapat direalisir. Orang yang adil hanya dapat ada di
dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi Plato tentang keadilan
adalah merupakan konsepsi sosial.
Dalam bukunya ’The Laws’ Plato hanya memuat garis besar konstitusi politik.
Di dalam buku ini tahap perkembangan sosial. Plato mengemukakan
perkembangan masyarakat melalui lima tahap yaitu :
a. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam masyarakat
pemburu dan yang hidup di padang-padang rumput.
b. Masyarakat yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga tersusun
ke dalam ikatan-ikatan klan dan suku-suku, tetapi masyarakat ini
masih hidup di padang-padang sebagai masyarakat pemburu
dan penggembala.
c. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa
pertanian
d. Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan
e. Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta atau
Athena
Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia hanya
membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam masyarakat.
Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara ide komunisme
Plato dengan komunisme Rusia, yaitu :
a. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang
b. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik sebagai
satu-satunya sumber semua kejahatan dan kebusukan
c. Keduanya menghendaki hapusnya kemakmuran dan hak milik
perseorangan
d. Keduanya menghendaki pengawasan kolektif bagi anak-anak
e. Keduanya menghendaki pengawasan semua ilmu pengetahuan
dan ideologi bagi kepentingan negara
f. Keduanya memiliki ajaran dogmatis yang menghendaki agama
negara terhadap mana semua aktivitas harus di-subordinasikan
kepadanya.
Plato adalah pencipta pertama tentang kesamaan sosial yang mutlak antara
wanita dan laki-laki, dan perlunya pengawasan terhadap perkawinan.
Disamping itu Plato adalah orang pertama yang menghargai ilmu
pengetahuan dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa tidak saja perlu
adanya leadership yang cakap tetapi ia menunjukkan pula keuntungan sosial
dari pada pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para cendekiawan).
Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk modern berdasarkan
konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme Rusia Plato sebaliknya
mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu terdapat susunan-
susunan kelas yang bersifat natural.
Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individu-individu
dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan antara kelas-
kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat kualitatif.
C. ARISTOTELES
1. Riwayat Hidup
Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada
tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli
kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan,
penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi
pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik.
Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun
untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa
Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu
mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles
memiliki hak terbesar untuk memimpinAcademia, sekalipun demikian
pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk
meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia
berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias
yang cantik, bernama Pythias.
Tahun 342 SM Aristoteles dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia
untuk menjadi guru dari puteranya Alexander yang masih berusia 13 tahun.
Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik
Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah
bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja,
Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli buku-
buku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta
mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat
mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu
pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas
berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani.
Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan
membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian ia
mendirikan Lyceum Apollo, suatu sekolah Aristoteles yang terkenal
sebagai Parepatetic School, karena ia mengajarkan muridnya dengan
berjalan-jalan di taman. Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan
catatan muridnya, cara yang demikian merupakan dasar yang baik bagi
pembentukan pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan
yang hidup. Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal.
Pikiran Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan
banyak ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat.
2. Metode Berfikir
Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles
adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta,
ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan
orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari
kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang
cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan
pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah
memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang ‘apa yang ada’
dan ‘apa yang seharusnya ada’.
3. Filsafat Sosial
a. Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat
Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu
asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan
asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini
bersifat naturalistic(tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan
kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang
terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh (full
independent), memenuhi kebutuhan sendiri (self sufficiency) dan memiliki
pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu ‘natural
group’, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat
manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah.
b. Ajaran Tentang Organisasi Sosial
Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian :
1. Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya.
2. Tentang hubungan antara suami dengan istri.
3. Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya.
4. Tentang ilmu atau seni keuangan.
c. Ajaran Tentang Organisasi Politik
Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi
legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan
satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu :
pemerintahan oleh seseorang disebut ‘Monarki’ apabila baik dan ‘Tyrani’
apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut ‘Aristokrasi’
apabila baik dan ‘Oligarkhi’ apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang
disebut ‘Demokrasi’ dalam bentuk baik maupun korup.
d. Ajaran Tentang Sosial Development
Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk
pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari
kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk
orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi
adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah.
e. Ajaran Tentang Etika Sosial
Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak
semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama
atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau
kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu :
5. External goods, or wealth (kekayaan).
6. Good of the body, or health (kesejahteraan).
7. Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau karakter).
Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana
setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan
demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan
idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik,
kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata.
f. Ajaran Tentang Social Progress
Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran
tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang
ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia
menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran.
Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : ‘habituasi’ atau apa yang disebut
dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan
rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap
pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena
karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.
RINGKASAN
Socrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir sosial yang muncul di
zamannya yaitu di abad Yunani. Sebagai ‘sufi’ bagi masyarakat Yunani
ketika terjadi krisis besar dimasyarakatnya itu, dimana kebenaran dan
keadilan sulit didapat, yang ada hanya ketidakpastian. Khususnya krisis
terbesar ketika negara kecil Sparta mengalahkan Athena yang begitu kuat
sehingga membuat shock masyarakatnya. Persoalan yang dialami
masyarakat Yunani yang serba dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian
akhirnya melahirkan filsafat sosial dari Socrates bahwa’ kecerdasan sumber
keutamaan’. Dengan kecerdasan atau ilmu pengetahuan maka kebajikan
akan tercapai sehingga membangun masyarakat pun akan berhasil baik.
Metode berfikir dan filsafat sosial Socrates selanjutnya dikembangkan oleh
muridnya yaitu Plato yang terkenal dengan ajaran ‘idealismenya’. Dengan
menguraikan sketsa masyarakat idealnya yang merupakan pengembangan
sifat-sifat manusia dalam buku ‘The Republic’nya. Plato adalah pencipta
pertama ide tentang komunisme. Aristoteles sebagai murid Plato ternyata
mampu mengembangkan arah pikirannya sendiri berbeda dengan gurunya.
Dengan membangun teori di atas landasan fakta-fakta meskipun masih
spekulatif, serta metode berfikir induktif berbeda dengan teori Plato/Socrates
yang dibangun berdasarkan dunia idea saja serta bersifat deduktif. Filsafat
sosial Aristoteles yang terkenal adalah bahwa manusia menurut kodratnya
adalah mahluk sosial (man is naturally a political animal) atau “Zoon
politicon”. Oleh karena itu, Aristoteles di pandang sebagai pelopor dalam
ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Meskipun demikian, baik Aristoteles maupun
Plato dan Socrates sebagai filsuf besar yang namanya menembus zaman
sekalipun, tetap juga tidak luput dari berbagai kesalahan sebagaimana
lazimnya kehidupan dunia ilmu pengetahuan.