Post on 04-Aug-2019
EFEKTIFITAS PENERAPAN JAM TAMBAHAN
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS XII SMA NEGERI 5 DEPOK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ASEP AHMAD FARIS
11140110000085
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
i
ABSTRAK
Asep Ahmad Faris. NIM. 11140110000085. Efektifitas Penerapan Jam
Tambahan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XII
SMA Negeri 5 Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas penerapan
jam tambahan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XII SMA
Negeri 5 Depok. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,
yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi atau gambaran
dari fenomena yang diselidiki dengan cara membuat kesimpulan
berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan teknik
penelitian yang penulis gunakan yaitu: observasi, wawancara, serta
dokumentasi.
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian yang penulis Mengenai
efektifitas penerapan jam tambahan dalam pembelajaran PAI siswa kelas
XII SMA Negeri 5 Depok Tahun Ajaran 2017/2018. Adalah 1) Kedisiplinan
Siswa Kelas XII SMA Negeri 5 Depok dalam mengikuti jam tambahan mata
pelajaran PAI masih rendah, 2) Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran PAI
dalam Mengajar pada jam tambahan sudah baik, para guru mengajar secara
profesional dilihat dari kehadirannya yang selalu datang sebelum jam
tambahan di mulai. 3) Waktu Pembelajaran PAI pada jam tambahan di
SMA Negeri 5 Depok sudah efektif, pembelajaran sudah dimaksimalkan
oleh guru PAI meskipun waktu mengajar hanya satu jam pelajaran saja. 4)
Hasil belajar PAI pada jam tambahan Siswa kelas XII SMA Negeri 5
Depok sudah efektif, dilihat dari hasil belajar Pekan Tengah Semester siswa
dengan rata-rata 82, dan nilai Akhir siswa dengan rata-rata 88, hal ini
menunjukan adanya peningkatan 6% hasil belajar siswa setelah
diterapkannya jam tambahan dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci: Jam Tambahan, Pendidikan Agama Islam
ii
ABSTRACT
Asep Ahmad Faris. NIM. 11140110000085. “Effectiveness of applying
additional hours in the learning of Islamic Religious Education in class XII
Depok 5 High School”
This study aims to describe the effectiveness of the application of additional hours
in the learning of class XII Islamic Religious Education Depok 5 High School.
The type of research used is descriptive qualitative, namely the research method
that seeks to make a description or description of the phenomenon under
investigation by making conclusions based on the data obtained during the study.
While the research techniques that I use are: observation, interviews, and
documentation.
The results obtained from the research are the authors Concerning the
effectiveness of the application of additional hours in PAI learning in class XII
Depok 5 SMA Negeri Academic Year 2017/2018. Is 1) Discipline of Class XII
Students of Depok 5 Public High School in attending additional hours of Islamic
Education subject matter is still low, 2) PAI Teacher's Discipline in Teaching in
additional hours is good, the teachers teach professionally seen from their
presence which always comes before extra hours started. 3) The time for PAI
learning in additional hours at Depok 5 Public High School is effective, learning
has been maximized by PAI teachers even though teaching time is only one lesson.
4) Learning outcomes of PAI in additional hours Students of class XII Depok 5
SMA have been effective, seen from the learning outcomes of Middle Week
Semester students with an average of 82, and Final grades of students with an
average of 88, this indicates a 6% increase in results student learning after the
application of additional hours and the rest is influenced by other factors.
Keywords: Additional Hours, Islamic Education
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan
hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya
kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan.
Allahumma shali alaa sayyidina Muhammad wa alaa sayyidinaa Muhammad.
Shalawat serta salam tidak lupa kami kirimkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW, Makhuk mulia yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia
dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah SWT.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hj. Marhamah Saleh. Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.
5. Ahmad Zarkasih.M.Pd Kepala SMA Negeri 5 Depok yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 5 Depok.
6. Sayyidah M.Pd Wakil Kurikulum SMA Negeri 5 Depok yang telah
memberikan saran dan pengarahan dalam proses pelaksanaan penelitian.
7. Ahmad Syamsuri, M.Pd Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 5 Depok
iv
yang telah memberikan saran dan pengarahan selama proses penelitian di SMA
Negeri 5 Depok.
8. Rekan seperjuangan PAI UIN Jakarta 2014, yang telah memotivasi penulis
sehingga dapat terselesaikan nya skripsi ini, mudah-mudahan apa yang kita
pelajari selama kuliah dapat bermanfaat ilmunya.
9. Sahabat seperjuangan Apache 2014, yang telah memotivasi penulis sehingga
dapat terselesaikan nya skripsi ini, mudah-mudahan apa yang kita pelajari
selama kuliah dapat bermanfaat ilmunya.
10. Para Dosen FITK dan Jurusan PAI yang telah memberikan Ilmu Kepada
Penulis Selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Dewan Guru serta pengurus Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam yang telah
memberikan Ilmu Kepada Penulis Selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
12. Keluarga Besar di Cianjur yang telah mendukung, mendoakan, serta membantu
penulis selama menempuh Kuliah S1 di UIN Jakarta, mudah-mudahan Allah
SWT memberikan keberkahan kepada semuanya.
13. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Entah Abdul Fattah dan Almarhumah Ibu Itoh Siti Masitoh, atas segala
pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan
penulis kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis
dengan kasih sayang.
Jakarta, 19 November 2018
Asep Ahmad Faris
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 3
C. Pembatasan Masalah................................................................................ 4
D. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran PAI di SMA .................................................................... 5
1. Pengertian Pembelajaran PAI di SMA ............................................. 5
2. Kurikulum PAI di SMA ................................................................... 9
3. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran PAI di SMA .............................. 23
4. Materi Pembelajaran PAI di SMA ................................................. 27
5. Strategi Pembelajaran PAI di SMA ............................................... 32
B. Efektifitas Pembelajaran PAI di SMA ................................................ 39
1. Pengertian Efektifitas ..................................................................... 39
2. Pembelajran PAI yang Efektif ........................................................ 40
3. Jam Tambahan sebagai upaya Mengefektifkan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ................................................................ 43
C. Penelitian Relevan ............................................................................... 50
vi
D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 53
B. Metode Penelitian ............................................................................. 53
C. Objek Penelitian ................................................................................ 55
D. Instrumen Penelitian ......................................................................... 55
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 57
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 5 Depok ............................................ 63
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 5 Depok ........................................... 63
2. Visi dan Misi SMA Negeri 5 Depok .............................................. 63
3. Tujuan SMA Negeri 5 Depok ........................................................ 64
B. Efektifitas Penerapan Jam Tambahan dalam Pembelajaran PAI kelas
XII SMA Negeri 5 Depok tahun ajaran 2017/2018 ............................ 66
1. Kedisiplinan Siswa ......................................................................... 66
2. Kedisiplinan Guru .......................................................................... 70
3. Efektifitas Waktu Pembelajaran .................................................... 70
4. Efektifitas Hasil belajar PAI .......................................................... 71
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 74
B. Implikasi .............................................................................................. 74
C. Saran .................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... ix
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kompetensi inti PAI di SMA ..................................................................... 14
Tabel 2.2 Kompetensi inti, Kompetensi Dasar PAI Kelas X ....................................... 18
Tabel 2.3 Kompetensi inti, Kompetensi Dasar PAI Kelas XI...................................... 20
Tabel 2.4 Kompetensi inti, Kompetensi Dasar PAI Kelas XII .................................... 23
viii
LAMPIRAN
Lampiran 1: Uji Referensi
Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan guru PAI
Lampiran 3: Hasil Wawancara dengan wakil kepala sekola bidang Kurikulum
Lampiran 4: Surat Keterangan Izin Penelitian di SMA Negeri 5 Depok
Lampiran 5: Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses yang dituntut tetap ada dalam diri
manusia dengan belajar manusia akan menjadi lebih baik, tidak terjebak pada
kesalahan atau kegagalan yang sama, cerdas, bijak, adil, taat kepada Allah
SWT, juga mendapat sejuta kebaikan lainnya. sebagai suatu proses tanpa henti,
belajar seharusnya dilakukan setiap waktu, di setiap tempat dan kesempatan.
secara formal dan di lembagakan, seperti belajar yang dilakukan di sekolah
dalam rangka membentuk manusia yang utuh, sehat jasmaninya dan
rohaninya.1
Belajar merupakan bagian yang tidak bisa ditawar lagi dalam
kehidupan manusia, seringkali belajar menjadi kegiatan yang tidak menarik
perhatian. penyebabnya adalah rasa malas dan rendahnya motivasi belajar yang
berimplikasi pada prestasi siswa dan menjalar pada sikap-sikap negatif lainnya,
semisal tawuran, pergaulan bebas, penyalah gunaan narkoba dan sebagainya.
hal ini terjadi anak yang enggan mengalihkan perhatiannya pada hal lain yang
lebih menantang dan menarik bagi mereka.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah Pendidikan
Agama Islam, Mata pelajaran PAI ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta
didik meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam. pendidikan
tersebut melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2
Dilihat dari segi tujuannya Ramayulis menyebutkan bahwa Pendidikan
Agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual
saja, melainkan segi penghayatan juga pengalaman serta pengaplikasiannya
dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup. kemudian secara
1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya pembentukan pemikiran dan
kepribadian Muslim, PT Remaja Rosda Karya (Bandung:2011) Cet.2 hal.4 2 Ibid. hal. 6
2
umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia
menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran islam dan bertakwa kepada
Allah SWT, atau “Hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan
kamil”3
Akan tetapi walaupun banyak sekali manfaat dari mempelajari
Pendidikan Agama Islam, masih banyak siswa yang beranggapan jika
Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang sulit dipelajari. Mereka
berpikir jika Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang
membosankan, sulit dipelajari karena terlalu banyak hafalan berupa dalil-dalil
Al-Quran ataupun hadits.
Jika siswa masih beranggapan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
mata pelajaran yang sulit dipelajari dengan demikian maka akan mengganggu
proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa akan tidak bersemangat dalam
belajar atau bahkan akan menghindari pelajaran tersebut. Hal itu akan secara
langsung mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri sehingga Siswa tidak
akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, bahkan dikhawatirkan siswa tidak akan mencapai
nilai KKM PAI itu sendiri yaitu 75.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Sekolah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan cara memberikan penambahan
jam pelajaran kepada siswanya. Diharapkan dengan adanya penambahan jam
pelajaran ini hasil belajar siswa pun akan meningkat. Hal ini telah dilakukan
oleh SMA Negeri 5 Depok sejak tahun 2005 dengan diterapkan nya jam
tambahan.
Istilah Jam tambahan di SMA Negeri 5 Depok dikenal dengan istilah
Jam Nol, Jam Nol merupakan jam tambahan mata pelajaran yang akan di
ujikan pada ujian nasional (UN) dan ujian sekolah berstandar nasional
(USBN). Istilah jam nol diambil dari jam tambahan yang dilaksanakan
sebelum jam Pertama kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Pelaksanaannya
3 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Rajawali Pers (Jakarta:2013)
hal.20
3
dikhususkan bagi semua siswa kelas XII yang akan melakukan ujian nasional
(UN) dan ujian sekolah berstandar nasional (USBN), adapun waktu
pelaksanaannya yaitu 3 hari dalam satu minggu yaitu pada hari selasa, kamis
dan jumat, pada setengah Paruh akhir semester ganjil dan setengah paruh awal
Semester genap, waktu pembelajarannya yaitu dari jam 06.00-07.00 pagi.
Jika dilihat dari segi waktunya, banyak sekali siswa kelas XII SMA
Negeri 5 Depok yang mengeluhkan waktu pelaksanaan jam nol, mereka
menilai terlalu paginya proses pembelajaran, dikarenakan jarak rumah ke
sekolah terlalu jauh, sehingga berdampak pada kehadiran para siswa, selain itu
kurangnya ketegasan dari pihak sekolah jika terdapat siswa yang tidak
mengikuti jam tambahan ini.
Dengan demikian apakah dengan adanya penambahan jam pelajaran
tersebut akan secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa atau bahkan
siswa akan merasa semakin jenuh sehingga penambahan jam pelajaran semakin
tidak efektif, Oleh karena itu peneliti merasa perlu mengadakan penelitian
dengan judul “Efektifitas Penerapan jam tambahan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas XII SMA Negeri 5 Depok.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
peneliti mengidentifikasi berbagai permasalahan yang timbul yaitu :
1. Masih rendahnya minat, perhatian dan partisipasi sebagian siswa kelas XII
SMA Negeri 5 Depok dalam mengikuti jam tambahan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Kurangnya pemanfaatan media dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam mengabitkan sebagian siswa kelas XII SMA Negeri 5 Depok merasa
jenuh.
3. Masih dominannya peran guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi cenderung pasif dalam proses pembelajaran
di kelas.
4. Kurangnya ketegasan dari pihak sekolah terhadap siswa kelas XII SMA
Negeri 5 Depok yang tidak mengikutijam tambahan.
4
5. Jika dilihat dari kehadiran, partisipasi siswa Penerapanjam tambahan ini
masih belum terlaksana dengan efektif.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka
penulis membatasi permasalahan hanya membahas mengenai “Efektifitas
penerapan jam tambahan dalam pembelajaran Pendidian Agama Islam kelas
XII SMA Negeri 5 Depok”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan
diteliti adalah Apakah penerapan jam tambahan secara efektif dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA
Negeri 5 Depok?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui sejauh mana
efektifitas penerapan jam tambahan terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XII SMA Negeri 5 Depok.
F. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis bagi penulis, berupa pengetahuan tentang proses pendidikan,
baik dari segi waktu yang efektif untuk belajar maupun kurikulum dari pihak
sekolah yang sesuai kebutuhaan pendidikan khususnya bagi peserta didik.
Selanjutnya manfaat dari penelitian ini penulis menjadikannya sebagai
salah satu pedoman untuk diaplikasikan kelak ketika terjun langsung ke dunia
pendidikan nantinya.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran PAI di SMA
1. Pengertian Pembelajaran PAI di SMA
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam
bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran
atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Kegiatan
belajar dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar.4
Pembelajaran adalah kegiatan dimana guru melakukan peranan-
peranan tertentu agar peserta didik dapat belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Strategi pengajaran merupakan keseluruhan
metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.5
Pembelajaran dalam konteks pendidikan merupakan aktivitas pendidikan
berupa pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih
memerlukan.
Selain itu, pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan
peserta didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna
bagi diri mereka, disamping itu juga untuk mengembangkan pengalaman
belajar dimana peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah
diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan
mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif
4 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran:landasan dan Aplikasinya, Rineka Cipta
(Jakarta: 2008), hal. 265. 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara (Jakarta: 2014), Cet. 16, hal. 201.
6
dan efisien.6 Dalam pengetian lain, pembelajaran adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang
bersifat internal.7 Dapat dikatakan pembelajaran merupakan segala upaya
untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat
dipermudah (facilitated) pencapaiannya.
Oemar Hamalik mendefinisikan Pembelajaran sebagai suatu
kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran.8 Pada hakikatnya pembelajaran terkait dengan
bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta
didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya
sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum
sebagai kebutuhan peserta didik.9
Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.10
Zuhairimi mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai asuhan-
asuhan secara sistematis dalam membentuk peserta didik supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam.11
Zakiyah Drajat mendefinisikan adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
6 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Citra Media (Surabaya: 1996), hal. 157.
7 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, hal. 266
8 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Bumi Aksara (Jakarta: 1999), hal. 57
9 Muhaimin, Peradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, Remaja
Rosdakarya (Bandung: 2002), hal. 145 10
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004), Remaja Rosdakarya (Bandung: 2006), cet. III, hal.132 11
Zuhairimi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Offset Printing (Surabaya: 1981)
hal. 25
7
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.12
Pengertian lain dari Pendidikan agama Islam adalah sebagai upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi
way of life (pandangan dan sikap hidup) peserta didik. Pendidikan agama
Islam juga merupakan upaya sadar untuk mentaati ketentuan Allah sebagai
pedoman dan dasar para pesera didik agar berpengetahuan keagamaan dan
handal dalam menjalankan ketentuan-ketentuan Allah secara keseluruhan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebuah
sistem pendidikan yang mengupayakan terbentuknya akhlak mulia peserta
didik serta memiliki kecakapan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Karena
pendidikan agama Islam mencakup dua hal, (a) mendidik peserta didik
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, (b) mendidik
peserta didik unuk mempelajari materi ajaran Islam yang sekaligus menjadi
pengetahuan tentang ajaran Islam iu sendiri.13
Dari pengertian tersebut terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:
Pendidikan agama Islam sebagai usaha, yakni suatu kegiatan
bimbingan pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar untuk mencapai suatu tujuan. Peserta didik dibimbing, diajari dan
dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman terhadap ajaran agama Islam. Dengan demikian kata lain
bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan ajaran
Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
insan kamil.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks. Dalam
pembelajaran PAI guru harus memahami apa yang hendak dicapai dalam
pendidikan agama itu atau apa tujuan pendidikan agama itu. Tujuan
12
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara (Jakarta: 2008), Cet.VII, hal. 87 13
Aidil Saputra, Aplikasi Metode Contextual Teaching Learning (CTL) dalam
Pembelajaran PAI, (Jurnal At-Ta’dib Volume VI, No. 1, April-September 2014), hal.17
8
pendidikan agama itu adalah menyempurnakan pendidikan agama yang
telah diberikan sebelumnya dan memberikan pendidikan dan pengetahuan
agama Islam serta berusaha agar mereka mengamalkan ajaran agama Islam
yang telah diterimanya sehingga siswa menjadi orang muslim yang sejati.
Untuk menjadi orang muslim yang sejati diperlukan kesadaran
beragama yang mantap oleh yang bersangkutan. Hanya saja, kesadaran
beragama pada masa remaja (anak seusia SMA) berada dalam kerangka
peralihan dari ke¬hidupan beragama anak-anak menuju kemantapan
beragama. Anak usia re¬maja memilki keadaan yang labil dan mengalami
kegoncangan, daya pemikiran yang abstrak, logik dan kritik mulai
berkembang. Keadaan jiwa remaja yang demikian itu tampak pula dalam
kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan, dan
konflik batin .
Dalam paradigma baru, proses pendidikan haruslah diarahkan agar
potensi yang ada pada manusia dikembangkan seoptimalkan sesuai dengan
fitrahnya. Oleh karena itu pendidikan tidak lepas dari budaya, karena
kebudayaan memberikan rambu-rambu, nilai-nilai, memberikan reward dan
punishman dalam perkembangan seseorang. Masa remaja merupakan masa
yang paling kritis bagi perkembangan, dan pertumbuhan untuk tahapan
kehidupan manusia selanjutnya dan pada masa ini juga terjadi perubahan
pisik maupun psikologi, yakni perubahan daari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan.
Menurut Zakiyah Darajat, masa remaja merupakan masa dimana
orang itu sedang mengalami goncangan jiwa atau yang lebih dikenal dengan
masa adolesen/ masa antara usia 13-21 tahun, yaitu masa usia sekolah
menengah tingkat atas. Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan
keduanya meletakkan dasar penger¬tian dan konsep moral dalam individu,
yang konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu
terhadap sesuatu hal. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa pula bahwa sikap
perilaku itu merupakan kecenderungan untuk bereaksi secara positif maupun
9
aktif terhadap suatu obyek, berdasarkan pe¬nilaian terhadap obyektifitas
sebagai obyek yang berharga.
Memahami kondisi kejiwaan siswa seusia SMA yang masih labil
tersebut maka akan berpengaruh pula terhadap perilakunya, termasuk dalam
hal ini perilaku keagamaannya. Untuk itu merupakan hal yang tidak mudah
untuk dapat menanamkan pemahaman tentang perilaku (akhlak) bagi siswa
SMA untuk sekaligus mengamalkan teori maupun pengetahuan keagamaan
yang telah diterimanya itu dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
diartikan sebagai upaya membuat peserta didik dapat belajar, terdorong
belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari Agama
Islam secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa perubahan yang
relatif tetap dalam tingkah laku seseorang baik dalam kognitif, efektif dan
psikomotorik.14
Untuk itu penanaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat
penting dalam membentuk dan mendasari anak sejak dini. Dengan
penanaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sejak dini diharapkan
mampu membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan mandiri untuk
berpedoman pada Agama Islam.15
2. Kurikulum PAI di SMA
Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari Kompetensi
Dasar. Untuk kurikulum SMA, organisasi Kompetensi Dasar dilakukan
dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antarkelas dan
keharmonisan antarmata pelajaran yang diikat dengan Kompetensi Inti.
Kompetensi Dasar SMA diorganisasikan atas dasar pengelompokan
mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik dan mata
pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik
14
Abdul Majid dan Dina Andayani, Pendidikan Agama slam Berbasis Kompetensi, Remaja
Rosdakarya (Bandung: 2005) hal. 132 15
Muhaimin, Op. Cit. hal. 183
10
(peminatan). Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana
yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, berilmu, cakap, kritis, kreatif,
dan inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri, toleran, peka sosial,
demokratis, dan bertanggung jawab.
a. Beban Belajar
Dalam struktur kurikulum SMA ada penambahan jam belajar
per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38
jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari
38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam
belajar adalah 45 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan
jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif
belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih
panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta
didik perlu latihan untuk melakukan mengamati, menanya, mengasosiasi,
dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru
menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena
mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
b. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
11
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti
harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,
Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal
Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar
satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi
Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata
pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling
terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1),
sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan
penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam
setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang
berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara
tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik
belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3). penerapan
pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). Kompetensi Inti SMA
adalah sebagai berikut:
12
KOMPETENSI INTI
KELAS X
KOMPETENSI INTI
KELAS XI
KOMPETENSI INTI
KELAS XII
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
1.Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(gotong royong,
kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam serta dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(gotong royong,
kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam serta dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
2.Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-
aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3.Memahami, menerapkan,
menganalisispengetahun
faktual,konseptual,
prosedural berdasarkan
rasa ingintahunya
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
3.Memahami, menerapkan,
dan menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural,
dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dengan
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis dan
mengevaluasi
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural,
dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
13
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian,serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang
kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan masalah
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan
mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
4. Mengolah, menalar,
menyaji, dan mencipta
dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait
dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri
serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
Keilmuan
Tabel. 2.1 Kompetensi inti PAI SMA
c. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi
Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti
yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari
14
konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu
diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya
pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat
dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin
ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi
rekonstruksi sosial, progresifisme atau pun humanisme. Karena filosofi
yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di
bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata
pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat
pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti di SMA.
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada
Malaikat-malaikat Allah SWT
1.2 Berpegang teguh kepada Al-Quran,
Hadits dan Ijtihad sebagai pedoman
hidup
1.3 Meyakini kebenaran hukum Islam
1.4 Berpakaian sesuai dengan ketentuan
syariat Islam dalam kehidupan sehari-
hari
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. Al-
Maidah (5): 8, dan Q.S. At- Taubah
(9): 119 dan hadits terkait
2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan
patuh kepada orangtua dan guru
sebagai implementasi dari pemahaman
Q.S. Al-Isra (17): 23 dan hadits terkait
15
alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
2.3 Menunjukkan perilaku kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuzzhan), dan persaudaraan
(ukhuwah) sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Al-Anfal (8): 72;
Q.S. Al- Hujurat (49): 12 dan 10 serta
hadits yang terkait
2.4 Menunjukkanperilaku
menghindarkan diri dari pergaulan
bebas dan perbuatan zina sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S.
Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur
(24): 2, serta hadits yang terkait
2.5 Menunjukkan sikap semangat
menuntut ilmu dan
menyampaikannya kepada sesama
sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. At-Taubah (9):
122 dan hadits terkait
2.6 Menunjukkan sikap keluhuran budi,
kokoh pendirian, pemberi rasa aman,
tawakkal dan perilaku adil sebagai
implementasi dari pemahaman Asmaul
Husna al-Kariim, al- Mu‟min, al-
Wakiil, al-Matiin, al-Jaami‟, al- „Adl,
dan al-Akhiir
2.7 Menunjukkan sikap tangguh dan
semangat menegakkan kebenaran
sebagai implementasi dari pemahaman
strategi dakwah Nabi di Mekah
2.7 Menunjukkan sikap semangat
ukhuwah sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Nabi di
Madinah
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72);
16
faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada 3.
3. bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah.
Q.S. Al- Hujurat (49) : 12; dan QS Al-
Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang
kontrol diri (mujahadah an- nafs),
prasangka baik (husnuzzhan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
3.2 Menganalisis Q.S. Al-Isra’ (17) : 32,
dan Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits
tentang larangan pergaulan bebas dan
perbuatan zina.
3.3 Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122
dan hadits terkait tentang semangat
menuntut ilmu, menerapkan dan
menyampaikannya kepada sesama
3.4 Memahami makna Asmaul Husna: al-
Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, al-
Matiin, al-Jaami‟, al- „Adl, dan al-
Akhiir
3.5 Memahami makna beriman kepada
malaikat- malaikat Allah SWT
3.6 Memahami manfaat dan hikmah kontrol
diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzhan) dan persaudaraan
(ukhuwah), dan menerapkannya dalam
kehidupan
3.7 Memahami kedudukan Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam
3.8 Memahami pengelolaan wakaf
Memahami substansi dan strategi
dakwah Rasullullah SAW
4. Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
4.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S.
Al- Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-
Hujurat (49) : 10,
Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur
(24) : 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan
17
Tabel. 2.2 Kompetensi inti, kompetensi Dasar PAI SMA kelas X
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada
Kitab- kitab Allah SWT
1.2 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada
Rasul- rasul Allah SWT
1.3 Berperilaku taat kepada aturan
1.4 Menerapkan ketentuan syariat Islam
dalam penyelenggaraan jenazah
1.5 Menerapkan ketentuan syariat Islam
dalam pelaksanaan khutbah, tabligh dan
mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
makhrajul huruf.
4.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-
Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) :
12; QS Al-Hujurat (49) : 10, Q.S. Al-
Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An- Nur (24) :
2 dengan lancar.
4.3 Berperilaku yang mencontohkan
keluhuran budi, kokoh pendirian,
pemberi rasa aman, tawakal dan
perilaku adil sebagai implementasi dari
pemahaman makna Asmaul Husna al-
Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, al-
Matiin, al- Jaami‟, al-„Adl, dan al-
Akhiir
4.4 Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada malaikat-
malaikat Allah SWT
4.5 Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasullullah SAW
18
dakwah di masyarakat
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-
aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari sebagai implentasi
dari pemahaman
Q.S. At Taubah (9) : 119 dan hadits
terkait
2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh
kepada orangtua dan guru sebagai
implentasi dari pemahaman Q.S. Al Isra’
(17) : 23-24 dan hadits terkait
2.3 Menunjukkan perilaku kompetitif dalam
kebaikan dan kerja keras sebagai
implementasi dari pemahaman QS. Al
Maidah (5): 48; Q.S. Az- Zumar (39) :
39; dan Q.S. At Taubah (9): 105 serta
Hadits yang terkait
2.4 Menunjukkan sikap toleran, rukun dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan
sebagai implementasi dari pemahaman
Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-
Maidah (5) : 32, serta hadits terkait
2.5 Menunjukkan sikap semangat
menumbuh- kembangkan ilmu
pengetahuan dan kerja keras sebagai
implementasi dari masa kejayaan Islam
2.6 Menunjukkan perilaku kreatif, inovatif,
dan produktif sebagai implementasi dari
19
sejarah peradaban Islam di era modern
3. Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Maidah (5) : 48;
Q.S. Az- Zumar (39) : dan Q.S. At-
Taubah (9) : 105, serta hadits tentang
taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos
kerja.
3.2 Menganalisis Q.S. Yunus (10) : 40-41
dan Q.S. Al-Maidah (5) : 32, serta hadits
tentang toleransi dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan.
3.3 Memahami makna iman kepada Kitab-
kitab Allah SWT
3.4 Memahami makna iman kepada Rasul-
rasul Allah SWT
3.5 Memahami makna taat kepada aturan,
kompetisi dalam kebaikan, dan bekerja
keras
3.6 Memahami makna toleransi dan
kerukunan
3.7 Memahami bahaya perilaku tindak
kekerasan dalam kehidupan
3.8 Menelaah prinsip-prinsip dan praktik
ekonomi dalam Islam
3.9 Memahami pelaksanaan khutbah, tabligh
dan dakwah
3.10 Menelaah perkembangan peradaban
Islam pada masa kejayaan
Menelaah perkembangan Islam pada
masa modern (1800- sekarang)
4. Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
4.1 Membaca Q.S. An-Nisa (4) : 59; Q.S. Al-
Maidah
(5) : 48; Q.S. At Taubah (9) : 105 dan Q.S.
20
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah
(5) : 32 sesuai dengan kaidah tajwid dan
makhrajul huruf.
4.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. An-Nisa
(4) : 59; Q.S. Al-Maidah (5) : 48; Q.S. At-
Taubah (9) : 105 dan Q.S. Yunus (10) : 40-
41 dan Q.S. Al- Maidah (5) : 32 dengan
lancar
4.3 Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada Kitab-kitab
Suci yang diturunkan kepada Rasul-rasul
Allah SWT
4.4 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran
beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
4.5 Memperagakan tatacara penyelenggaraan
jenazah
4.6 Mempraktikkan khutbah, tabligh, dan
dakwah Mempresentasikan praktik-praktik
ekonomi Islam
Tabel. 2.3 Kompetensi inti, kompetensi Dasar PAI SMA kelas XI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan
kepada hari akhir
1.2 Menghayati nilai-nilai keimanan
kepada qada dan qadar
1.3 Menerapkan ketentuan syariat Islam
dalam melaksanakan pernikahan
1.4 Menerapkan ketentuan syariat Islam
dalam melakukan pembagian harta
warisan
21
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S.
At-Taubah (9) : 119 dan Q.S. Lukman
(31) : 14 serta hadits terkait
2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan
berbakti kepada orangtua dan guru
Q.S. Al-Isra (17) : 23 dan hadits
terkait
2.3 Menunjukkan sikap kritis dan
demokratis sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Ali Imran (3)
: 190-191 dan 159, serta hadits terkait.
2.4 Menunjukkan perilaku saling
menasihati dan berbuat baik (ihsan)
sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Luqman (31) : 13-
14 dan Q.S. Al-Baqarah (2) : 83, serta
hadits terkait.
2.5 Menunjukkan sikap mawas diri dan
taat beribadah sebagai cerminan dari
kesadaran beriman kepada hari akhir
2.6 Menunjukkan sikap optimis,
berikhtiar dan bertawakal sebagasi
cerminan dari kesadaran beriman
kepada Qadha dan Qadar Allah SWT
2.7 Menunjukkan sika semangat
melakukan penelitian di bidang ilmu
pengetahuan sebagai implementasi
dari pemahaman dan perkembangan
Islam di dunia
22
3. Memahami, menerapkan, menganalisis
dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
3.1 Menganalisis Q.S. Ali Imran (3) : 190-
191, danQ.S. Ali Imran (3) : 159, serta
hadits tentang berpikir kritis dan bersikap
demokratis,
3.2 Menganalisis Q.S.. Luqman (31) : 13-
14 dan Q.S. Al-Baqarah (2) : 83, serta
hadits tentang saling menasihati dan
berbuat baik (ihsan).
3.3 Memahami makna iman kepada hari
akhir.
3.4 Memahami makna iman kepada
Qadha dan Qadar.
3.5 Memahami ketentuan pernikahan
dalam Islam
3.6 Memahami hak dan kedudukan
wanita dalam keluarga berdasarkan
hukum Islam
3.7 Memahami ketentuan waris dalam
Islam
3.8 Memahami hikmah dan manfaat
saling menasihati dan berbuat baik
(ihsan) dalam kehidupan.
3.9 Memahami strategi dakwah dan
perkembangan Islam di Indonesia
3.10 Menganalisis faktor-faktor kemajuan
dan kemunduran peradaban Islam di
dunia
23
. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan
mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif,
dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
4.1 Membaca Q.S. Ali Imran (3) : 190-
191 dan Q.S. Ali Imran (3) : 159,
Q.S. Luqman (31) : 13-14 dan Q.S.
Al-Baqarah (2) : 83 sesuai dengan
kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali
Imran (3) : 190-191 dan Q.S.. Ali
Imran (3) : 159, Q.S. Luqman (31) :
13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2) : 83
4.3 Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada Hari Akhir
4.4 Berperilaku yang mencerminkan
kesadaran beriman kepada Qadha dan
Qadar Allah SWT
4.5 Mempraktikkan pelaksanaan
pembagian waris dalam Islam
4.6 Memperagakan tata cara pernikahan
dalam Islam
Tabel. 2.4 Kompetensi inti, kompetensi Dasar PAI SMA kelas XII
24
3. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran PAI di SMA
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.16
Di dalam kurikulum standar isi PAI di Sekolah Menengah Atas
(SMA) disebutkan bahwa Pendidikan Agama dimaksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia. Akhlak mulia antara lain mencakup etika, budi pekerti,
dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan indi-
vidual maupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual terse-
but pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Sasaran pendidikan agama pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
adalah para siswa yang masih tergolong berusia remaja. Dilihat dari segi
perkembangan kejiwaan, para remaja itu pada umumnya masih labil.
Keadaan kejiwaan yang demikian itu tampak pula dalam kehidupan
beragama yang goyah,timbul kebimbangan, kerisauan, dan konflik batin. Di
samping itu, pada umumnya para remaja rentan terhadap pengaruh negatif.
Pengaruh tersebut merupakan efek samping daei kemajuan ilmu
16
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, Citra Media (Surabaya: 1996) hal. 75
25
pengetahuan dan tekonologi serta pergaulan sehari-hari, antara lain
perkelahian antar siswa, penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas,
dan sebagainya.
Dengan demikian, agama memiliki peran yang amat penting dalm
kehidupan manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bebrtabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat mansia maka internalisasi
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah
keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan dilingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
Pembelajaran Pendidikan agama Islam diberikan dengan mengikuti
tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi
pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik
personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangnya standar
kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional
dintadai dengan ciri-ciri: (1). Lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi
secara utuh selain penguasaan materi. (2) Mengakomodasikan keragaman
kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia, (3). Memberikan
kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan ketersediaan sumber pendidikan.
Pelaksanaan Pembelajaran pendidikan agama di sekolah baik
sekolah negeri maupun swasta akan memberikan dampak terhadap perilaku
keagamaan peserta didik. Perilaku keagamaan tersebut dapat berupa
perilaku yang berkaitan dengan akidah, akhlak, Qur’an, hadits, dan SKI.
Pada sekolah-sekolah swasta berbasis keagamaan, memiliki karakter
tersendiri dalam memberikan pendidikan agama dibanding dengnan
sekolah-sekolah yang tidak berbasis agama. Sebagai contoh, terdapat SMA
26
swasta yang menggunakan Kurikulum PAI dari Depdiknas dan kurikulum
khusus dari yayasan penyelenggara pendidikan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA bertujuan untuk: (1)
menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembanngan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman pe¬serta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT, (2) mewujudkan manusia Indonesia yanng taat
beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Menurut Ahmad D. Marimba, tujuan akhir Pendidikan Agama
Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.17
Tujuan ini identik
dengan tujuan hidup setiap muslim yakni menjadi hamba Allah yang
dinyatakan dalam QS. Adz-dzariat ayat 56:
وما خلقت اجلن واالنس اال ليعبدون“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadahku”. (Q.S. Adz-Dzariyat [51]:56) 18
Di samping itu, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan islam adalah “Untuk membentuk manusia beriman dan
bertakwa kepada Allah Swt. Selama hidupnya, dan matipun tetap dalam
keadaan muslim”19
Pendapat ini di dasari firman Allah Swt :
يا ايها الذ ين ا منوا اتقوا اهلل حق تقاته وال متوتن اال وانتم مسلمون “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam
17
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif (Bandung: 1993)
cet VII, hal. 47 18
Al-Quranul Karim Terjemah Perkata dua Warna AL-HIJR, 2014:523 19
Maksudin, op. cit.,, hal.31
27
keadaan muslim” (Q.S. Ali Imran [3]:102)20
Berpedoman dari beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam itu adalah untuk membentuk
manusia yang mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti
luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna
tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian, jelas bagi
kita bahwa tujuan akhir dari pendidikan agama islam itu karena semata-
mata untuk beribadah kepada Allah .meninggalkan larangan-Nya.21
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
menimbulkan dan meningkatkan keamanan, melalui pemberian dan
pemupukan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam sebuah usaha sadar yang dilakukan pasti mempunyai tujuan
yang ingin dicapai dari sebuah usaha tersebut. Begitu juga dengan
Pembelajaran PAI yang dilakukan di sekolah-sekolah. Tujuan Pendidikan
Agma Islam yaiu membina manusia beragama berarti manusia yang
mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan
sempurna, sehingga tercermin mana sikap dan tindakan dalam seluruh
kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia
dan akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif
dan efekif.22
Selain itu, pembelajaran Agama Islam juga mempunyai fungsi
sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan
20
Al-Quranul Karim Terjemah Perkata dua Warna AL-HIJR, 2014:63 21
Akmal Hawi, op. cit., hal. 21 22
Zakiyah Daradjad, Metode Khusus Pengajaran Agama islam, Bumi Aksara (Jakarta:
1995), hal. 172
28
mengamalkan apa yang telah didapat dari proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Darajdat berpendapat bahwa sebagai sebuah
bidang studi di sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi,
yaitu: perama, menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat; kedua,
menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal
ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia; dan ketiga, menumbuh
kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugrah
Allah SWT kepada manusia. Dari pendapat diatas dapat diambil
beberapa hal tentang fungsi pembelajaran PAI yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pesera
didik kepada Allah SWT yang ditanamkan dalam lingkup pendidikan
keluarga.
b. Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang
fungsional. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan sesuai denga ajaran agama
Islam.
c. Pembiasaan, melatih peserta didik untuk selalu mengamalkan ajaran
Islam, menjalankan ibadah dan berbuat baik.
Disamping fungsi-fungsi tersebut, hal yang sangat perlu diingatkan
bahwa Pendidikan Agama islam merupakan sumber nilai, yaitu
memberikan pedoman hidup bagi peserta didik untuk mencapai
kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.
4. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Materi merupakan alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu
penentuan materi harus didasarkan pada tujuan yang direncanakan baik dari
segi cakupan, tingkat kesulitan maupun organisasinya.23
23
Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar (Yogyakarta: 1990), hal.
8
29
Menurut Abdul Ghofur, Materi Pendidikan Islam adalah bahan-
bahan Pendidikan Agama Islam yang berupa kegiatan, pengalaman dan
pengetahuan yang disengaja dan sistematis diberikan kepada peserta
didik dalam rangka menacapai tujuan Pendidikan Agama Islam.24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu kepada standar
isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dengan
munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua
aspek dan berkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat, di awal milenium ketiga ini telah
dikembangkan kurikulum Pendidikan Agama Islam SMA secara
nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri, antara lain:
a. Lebih menitik beratkan pencapaian target kompetensi (attainment
targets) dari pada penguasaan materi.
b. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia.
c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan
di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program
Pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan
minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pendidikan
24
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Offset priting (Surabaya: 1981),
hal. 57
30
di SMA. Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka
memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan ajaran Islam.25
Kemampuan-kemampuan yang tercantum
dalam komponen Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari
kemampuan dasar umum yang harusdicapai di SMA, yaitu:
1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan
mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap,
perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun
horizontal.
2) Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat Al Qur’an serta
mengetahui hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syari’at Islam
baik ibadah wajib maupun ibadah Sunnah.
4) Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, sahabat,
dan tabi’in serta mampu mengambil hikmah dari sejarah
perkembangan Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari masa kini
dan masa depan.
5) Mampu mengamalkan sistem mu’amalat Islam dalam tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Seperti tergambar dalam
kemampuan dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas yang
tercantum dalam Standar Nasional juga dikelompokkan ke dalam lima
aspek mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA, yaitu: Al
Qur’an, Keimanan, Akhlak, Fiqih/Ibadah, dan Tarikh. Berdasarkan
pengelompokan per-aspek, kemampuan dasar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam SMA adalah sebagai berikut:
1. Al Qur’an/Al Hadits:
25
Abdul Majid, Op.Cit, hal.13
31
a) Membaca Al Qur’an dengan fasih (tadarrus) (Dilaksanakan pada
setiap awal jam pelajaran Pendidikan Agama selama 5-10
menit).
b) Membaca dan faham ayat-ayat tentang manusia dan tugasnya
sebagai makhluk serta mampu menerapkannya dalam perilaku
sehari-hari.
c) Membaca dan faham ayat-ayat tentang prinsip-prinsip beribadah
serta mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
d) Membaca dan faham ayat-ayat tentang demokrasi serta mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
e) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang kompetisi serta
mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
f) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang perintah menyantuni
kaum lemah serta mampu menerapkannya dalam perilaku
sehari-hari.
g) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang perintah menjaga
kelestarian lingkungan hidup serta mampu menerapkannya
dalam perilaku sehari-hari.
h) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang anjuran bertoleransi
serta mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
Membaca dan memahami ayat-ayat tentang etos kerja serta
mampu menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
i) Membaca dan memahami ayat-ayat yang berisi dorongan untuk
mengembangkan IPTEK serta mampu menerapkannya dalam
perilaku sehari-hari.
2. Keimanan
a) Beriman kepada Allah dan menghayati sifat-sifat-Nya.
b) Beriman kepada malaikat dan memahami fungsinya serta
mampu menerapkan dalam perilaku sehari-hari.
c) Beriman kepada rasul-rasul Allah dan memahami fungsinya
serta mampu menerapkan dalam perilaku sehari-hari.
32
d) Beriman kepada kitab-kitab Allah dan memahami fungsinya
serta mampu menerapkan dalam perilaku sehari-hari.
e) Beriman kepada hari akhir dan memahami fungsinya serta
mampu menerapkan dalam perilaku sehari-hari.
f) Beriman kepada qadha dan qadar dan memahami fungsinya
serta mampu menerapkan dalam perilaku sehari-hari.26
3. Syari’ah
a) Memahami sumber-sumber hukum Islam dan pembagiannya.
b) Memahami hikmah shalat dan mampu menerapkannya dalam
perilaku sehari-hari.
c) Memahami hikmah puasa dan mampu menerapkannya dalam
perilaku sehari-hari.
d) Memahami hukum Islam tentang zakat secara lebih mendalam
dan hikmahnya serta mampu menerapkannya dalam perilaku
sehari-hari.
e) Memahami hikmah haji dan umrah serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
f) Memahami hukum Islam tentang wakaf dan hikmahnya serta
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
g) Memahami hukum Islam tentang jual beli dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
h) Memahami hukum Islam tentang riba dan mampu
menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari.
i) Memahami hukum Islam tentang kerja sama ekonomi dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
j) Memahami ketentuan hukum penyelenggaraan jenazah dan
mampu mempraktekkannya.
k) Memahami hukum Islam tentang jinayat dan hudud dan mampu
menghindari kejahatan dalam kehidupan sehari-hari.
26
Maksudin, op. cit., hal.55
33
l) Memahami ketentuan tentang khutbah dan dakwah serta mampu
mempraktekkannya.
m) Memahami hukum Islam tentang mawaris dan hikmahnya serta
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
n) Memahami hukum Islam tentang pernikahan dan hikmahnya
serta mampu menerapkan-nya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Akhlak
a) Terbiasa dengan perilaku dengan sifat-sifat terpuji
b) Terbiasa menghindari sifat-sifat tercela.
c) Terbiasa bertata krama.
5. Tarikh
a) Memahami perkembangan Islam pada masa Umayyah dan
mampu menerapkan manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.
b) Memahami perkembangan Islam pada masa Abbasiyah dan
mampu menerapkan manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.
c) Memahami perkembangan Islam pada abad pertengahan dan
mampu menerapkan manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.
d) Memahami perkembangan Islam pada masa pembaharuan dan
mampu menerapkan manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.
e) Memahami perkembangan Islam di Indonesia dan mampu
menerapkan manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.Memahami
perkembangan Islam di dunia dan mampu menerapkan
manfaatnya dalam perilaku sehari-hari.27
5. Strategi Pembelajaran PAI di SMA
Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja
dalam bahasa yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan
gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata
kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).28
Strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru
27
Maksudin, op. cit., hal.57 28
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka (Jakarta: 1990), hal. 859
34
untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena iu strategi pembelajaran bukan
hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja,
melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Di sisi lain,
strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran
dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan
kerangka kegiatan untuk mencapai ujuan umum pembelajaran, yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu.29
Menurut Muhaimin, Strategi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-
kompenen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama
dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama, dengan
bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. komponen-komponen umum dari
suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama islam meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan penyajian dan penutup.30
Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Pendapat Sumon Amornwiwat bahwa strategi pengorganisasian
adalah satu situasi belajar, yang terjadi pada hal-hal yang berikut:
a. Hubungan dan interaksi yang terjadi diantara guru dengan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan
lingkungan, dan guru, peserta didik dan lingkungan
29
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, hal. 268
30 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Citra Media (Surabaya: 1996) hal.103
35
b. Hubungan dan interaksi melahirkan pembelajaran dan pengalaman
yang baru.
c. Peserta didik dapat pengalaman baru untuk digunakan.
Strategi Penyampaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Muhaimin bahwa strategi penyampaian pembelajaran adalah
metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik atau
menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta didik.31
Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis strategi penyampaian, yaitu:
1) Media Pembelajaran
2) Interaksi peserta didik dengan media
3) Bentuk Belajar Mengajar
Adapun pengertian strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen
umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-
bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. Komponen-komponen umum dari
suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama meliputi Kegiatan
pendahuluan, Kegiatan penyajian dan penutup.32
Berkaitan dengan
belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan
guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang digariskan.
Secara umum ada empat dasar dalam menentukan strategi
pembelajaran, yakni: (1) Mengindentifikasikan dan menetapkan
kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan, (2)
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan
31
Ibid, hal. 119 32
Muhaimin, Strategi Belajar, hal. 103
36
pandangan hidup masyarakat, (3) Memilih dan menetapkan metode
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya, (4)
Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belajar mengajar
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi
(penilaian).33
Pengembangan pendidikan juga dapat ditingkatkan melalui
aplikasi pendekatan sistematis dalam pengajaran. Menurut David A.
Jecobsen, bahwa:
Langkah-langkah dasar dalam pendidikan atau pengajaran adalah:
1) Perencanaan (Planning), 2) Penerapan (Implementing), 3) Penilaian
(Assessing). Tiga tahap ini berurutan dan saling berhubungan. Dengan
kata lain, seorang guru, dalam mengembangkan aktivitas apa pun, yang
harus dilakukan pertama kali adalah merencanakan, kemudian
menerapkan rencana-rencana tersebut, dan akhirnya menilai keberhasilan
aktivitasnya.34
1) Dasar Strategi Pembelajaran PAI
a) Identifikasi dan Penetapan Perubahan Perilaku
Tujuan dari belajar adalah merubah tingkah laku peserta
didik ke arah yang lebih baik. Untuk itu, dalam proses
pembelajaran harus ada perencanaan yang baik sehingga mampu
mengidentifikasikan perubahan tingkah laku peserta didik sesuai
dengan tuntutan jaman. Perencanaan pembelajaran adalah
seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, media
pembelajaran, waktu, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil
belajar.35
Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses aktivitas
33
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia,2005), hal. 46. 34
David A. Jacobsen, Paul Eggen, Donald Kauchak, Methods for Teaching: Metode-
metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA, ter. Achmad Fawaid dan Khoirul
Anam Pustaka Pelajar (Yogyakarta: 2009), hal. 20
35 Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara (Jakarta:
2015), hal. 97.
37
yang dilakukan secara tertata dan teratur, berjalan secara logis dan
sistematis mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati
sebelumnya. Setiap kegiatan pembelajaran bukan merupakan
proyeksi keinginan dari guru secara sebelah pihak, akan tetapi
merupakan perwujudan dari berbagai keinginan yang dikemas
dalam suatu kurikulum.
Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar
pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang
diharapkan. Perencanaan program pembelajaran memperkirakan
mengenai tindakan yang akan dilakukan pada saat melaksanakan
pembelajaran. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
membuat beberapa jenis tujuan. Langkah berikutnya adalah
memilih strategi instuksional, mengatur aktivitas-aktivitas
pembelajaran, dan mengumpulkan materi-materi pendukung.36
Isi perencanaan yaitu mengatur dan menetapkan unsur-
unsur pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan
sumber, serta penilaian.37
Kegiatan merencanakan program belajar mengajar menurut
pola prosedur pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) meliputi:
(1) merumuskan tujuan instruksional, (2) menguraikan deskripsi
satuan bahasan, (3) merancang kegiatan kegiatan belajar mengajar,
(4) memilih berbagai media dan sumber belajar, (5) menyusun
instrumen untuk nilai penguasaan tujuan. Perencanaan
pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru
untuk melakukan tugas sebagai pendidik dalam melayani
kebutuhan belajar peserta didiknya. Perencanaan juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Fungsi perencanaan pembelajaran adalah sebagai panduan
dalam penyusunan program pembelajaran, penyiapan proses
36
David A. Jacobsen, Paul Eggen, Donald Kauchak, Methods for Teaching, hal. 20-21. 37
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia (Bandung: 2011), hal. 56
38
pembelajaran, penyiapan bahan/media/sumber belajar, dan
penyiapan perangkat penilaian. Sedangkan manfaat perencanaan
pembelajaran adalah untuk memudahkan pembuatan persiapan
pembelajaran dan memudahkan pengembangan pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran merupakan
usaha guru untuk mempersiapkan apa yang akan disampaikan
dalam pelaksanaan pembelajaran, meliputi program pembelajaran,
bahan ajar, pengelolan kelas serta lingkungan dalam pembelajaran.
b) Pendekatan Sistem Pembelajaran
Dalam kegiatan melaksanakan proses belajar mengajar, guru
harus aktif menciptakan dan menumbuhkan kegiatan belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Pada tahap ini, disamping
pengetahuan teori belajar mengajar dan pengetahuan tentang
peserta didik, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik
belajar, misalnya prinsip mengajar, penggunaan alat bantu
pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan
menilai hasil belajar peserta didik.38
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari
konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni
kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat
dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini
terdapat komponen-komponen peserta didik atau peserta didik,
tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta
alat atau media yang harus dipersiapkan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses untuk
mencapai kompetensi yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
38
Ikbal Barlian, Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?, (Jurnal Forum
Sosial, Vol. VI No. 1, Februari 2013), hal. 242
39
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi (munculnya) prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi
peserta didik. Hamdani mengutip apa yang dinyatakan Baharuddin
Harahap bahwa:
Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan
program mengajar adalah: (1) memotivasi siwa untuk belajar sejak
awal membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan tujuan
pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang
relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan
belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik
dan benar, (6) melaksanakan bimbingan penyuluhan, (7)
memperbaiki program belajar mengajar, (8) melaksanakan hasil
penilaian belajar. Keberhasilan tahap implementasi sangat
bergantung pada tujuan-tujuan yang jelas. Selain
mempertimbangkan strategi pengajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya, guru juga harus mengatur dan
mengelola ruang kelas sehingga pembelajaran dapat berlangsung
dengan lancar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan
proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang di
dalamnya berlangsung hubungan antar manusia, dengan tujuan
membantu perkembangan dan mendorong keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran adalah
menciptakan lingkungan dan suasana yang menimbulkan
perubahan struktur kognitif peserta didik.
Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai
pendekatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman akan
hal ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat
40
memilah, memilih, dan menetapkan dengan tepat metode
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan peranan guru dan peserta didik dalam pengelolaan
pembelajaran, secara umum ada dua jenis pembelajaran yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran yang berpusat pada guru merupakan pilihan
bagi guru menggunakan pendekatan filsafat realisme dan
pendekatan psikologi Behaviorisme. Sedangkan Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik merupakan pilihan bagi guru yang
menggunakan pendekatan filsafat pragmatisme, Eksistensialisme,
dan Konstruktivisme. Selain itu, strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik juga merupakan pilihan bagi guru yang
menggunakan pendekatan psikologi Kognitif dan Humanisme.39
B. Efektifitas Pembelajaran PAI di SMA
1. Pengertian Efektifitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Efektifitas berasal dari kata
efektif berarti ada efeknya, manjur, mujarab, mapan.40
Efektifitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti
berhasil, tepat atau manjur. Efektifitas menunjukkan taraf tercapainya
suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai
tujuannya secara ideal. Efektifitas dapat dikatakan dengan ukuran-ukuran
yang pasti misalnya usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y.
Aan Komariah dan Cepi Tratna berpendapat yang dimaksud
Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau
tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Efektifitas adalah
penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok
organisasi, semakin dekat pencapaian prestasi yang diharapkan supaya
39
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum, hal. 196. 40
Djaka, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, Pustaka Mandiri ( Surakarta :
2011), hal. 45
41
lebih efektif hasil penilaiannya.41
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
Efektifitas ialah suatu keadaan dan ukuran sejauh mana manfaat dan
tercapainya tujuan yang telah tercapai.
2. Pembelajaran PAI yang Efektif
Pembelajaran dikatakan efektif dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Efektifitas mengajar guru
Efektifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan sendirinya prinsip
ini harus memperhitungkan kemampuan guru, sehingga upaya
peningkatan untuk dapat menyelesaikan setiap program perlu
mendapatkan perhatian.
b. Efektifitas belajar murid
Efektifitas pembelajaran peserta didik dengan tujuan-tujuan
pelajaran yang diharapkan telah dicapai melalui kegiatan belajar
mengajar yang ditempuh. Upaya peningkatan umumnya dilakukan
dengan memilih jenis metode (cara) dan alat yang dipandang paling
ampuh untuk digunakan dalam rangkah mencapai tujuan yang
diharapakan.42
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan Efektifitas pembelajaran PAI adalah segala sesuatu
yang dikerjakan dengan tepat, benar sehingga tujuan yang diinginkan
dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, Efektifitas ini sering kali
diukur setelah tercapainya suatu tujuan pembelajaran, jadi jika
pembelajaran belum berhasil maka kegiatan pembelajaran belum
dikatakan efektif. Suatu proses pengajaran dikatakan efektif, bila proses
tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.
41
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leader Ship Menuju Sekolah Efektif, Bumi
Aksara, (Bandung: 2005), hal.34 42
Ibid, hal.22
42
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh pendidik
khususnya dalam pembelajaran PAI, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar berlanjut.
Pembelajaran PAI dikatakan efektif apabila proses belajar
mengajar berjalan dengan baik yang sesuai dengan tujuan belajar dan
hasil belajar. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan proses pembelajaran
yang baik maka dibutuhkan peranan guru PAI yang tepat dalam
menjalankan proses pembelajaran seperti pemilihan metode, media, dan
bagaimana mengevaluasi peserta didik.
Penguasaan dan keterampilan guru PAI dalam penguasaan
materi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal. Secara umum
ada beberapa variabel yang baik teknis maupun non teknis yang
berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran PAI. Beberapa
variabel tersebut antara lain: kemampuan guru menutup pembelajaran,
dan faktor penunjang lainnya.43
Untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi
pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat.
Ketepatan (Efektifitas) penggunaan metode pembelajaran tergantung
pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor yaitu
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi
peserta didik, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu.44
Kriteria
Efektifitas
Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu
pada:
43
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara (Jakarta:
2009), hal. 17 44
A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada
(Jakarta: 2004) hal.49
43
a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang- kurangnya 75 % dari jumlah peserta didik telah
memperoleh nilai = 75 dalam peningkatan hasil belajar.
b. Metode pembelajaran dikatakan efektif meningkat hasil belajar
peserta didik menunjukkan perbedaan antara pemahaman awal
dengan pemahaman setelah pembelajaran.
c. Metode pembelajaran dikatakan efektif dapat meningkatkan minat
dan motivasi apabila setelah pembelajaran peserta didik menjadi
lebih temotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik. Serta peserta didik belajar dalam keadaan
menyenangkan.45
Dalam memaknai Efektifitas setiap ruang memberi arti yang
berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing, jadi
Efektifitas adalah kesesuaian antara peserta didik yang melaksanakan
tugas dengan sasaran peserta didik yang dituju.46
Penggunaan metode yang efektif merupakan syarat mutlak bagi
terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Penggunaan kata
Efektifitas setiap orang peserta didik memberikan arti yang berbeda,
sesuai sudut pandang, dan kepentingan masing- masing.
Pembelajaran yang efektif dapat menciptakan lingkungan yang
optimal baik secara fisik maupun mental, suasana hati yang gembira
tanpa tekanan, maka dapat memudahkan peserta didik dalam
memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan
langkah pertama yang efektif untuk mengataur pengalaman belajar
peserta didik secara keseluruhan.47
Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran
yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses
45
Ahmad Muhli, Efektifitas Pembelajaran, Wordpress (Jakarta: 2012), hal.10 46
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, (Bandung: 2004) hal.
82 47
Isjon, Pembelajaran Cooperatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antara peserta
didik, Pustakan Pelajar (Yogyakarta: 2009) hal. 59
44
pembelajaran. Ada beberapa ciri yang dapat menganilsis sebuah
metode mengajar apakah efektif atau tidak untuk suatu
pembelajaran.48
Dalam hal ini Efektifitas akan selalu berkait dengan efek atau
akibat yang ditimbulkannya, itu berarti hasil itulah yang akan
menentukan apakah dikatakan berhasil atau tidak. Efektifitas juga
pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian
tujuan. Efektifitas merupakan salah satu dimensi yang produktivitas
yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu
pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan
waktu. Slameto Berpendapat bahwa belajar mengajar yang efektif
ialah yang dapat membawa belajar peserta didik yang efektif pula.49
3. Jam Tambahan sebagai upaya Mengefektifkan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Berbicara mengenai waktu yang efektif untuk belajar, tidak ada
penjelasan ilmiah yang dapat menentukan kapan waktu belajar yang lebih
baik karena kondisi pada setiap orang berbeda-beda. ada beberapa orang
yang merasa lebih efektif jika belajar di malam hari, sementara yang lain
lebih nyaman belajar di pagi atau sore hari. akan tetapi salah satu usaha
untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah belajar pada saat yang
tepat, berikut waktu belajar yang tepat menurut penelitian ahli:
a. Pagi hari
Para ilmuan islam banyak sekali yang memanfaatkan waktu
dinihari untuk belajar baik itu memperdalam keilmuan agamanya,
ataupun menuliskan karya-karya monumentalnya, dalam penelitian
disebutkan bahwa daya serap materi belajar bisa mencapai 90%-
100%, hal ini didukung dengan keadaan otak yang masih benar-benar
48
Wicaksono, Efektifitas Metode Pembelajaran, Wordpress (Jakarta: 2011) hal.10 49
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, Rineka Cipta (Jakarta: 1995)
hal. 92
45
segar untuk menerima ilmu, selain itu udara pagi yang masih sejuk,
suasana yang tenang, dan kondisi jiwa kita yang tenang setelah
mengerjakan ibadah malam.
b. Sore hari
Sore hari merupakan salah satu waktu yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar, dengan suasana yang tenang seseorang
akan lebih mudah untuk fokus belajar, kemungkinan daya serap materi
pelajaran sekitar 60%-70%.
c. Malam Hari
Sebelum tidur hendaknya mengulang kembali materi pelajaran
yang telah dipelajari, meskipun daya serap materi pelajaran pada
umumnya akan menurun, yaitu hanya sekitar 20%-30%, untuk itu
pada renatang waktu ini lebi tepat untuk mengerjakan tugas-tugas
yang belum terselesaikan
Upaya sekolah dalam mengatasi waktu belajar peserta didik yang
belum efektif pada jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), biasanya
menerapkan program penambahan jam mata pelajaran, di Indonesia
sendiri biasanya setiap sekolah menerapkan jam tambahan yaitu ketika
sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan sesudah Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) selesai.
Efektifitas pada jam tambahan bagi peserta didik akan selalu
berkaitan dengan efek atau akibat yang ditimbulkannya, efek tersebut
bisa dilihat dari kedisiplinan peserta didik dalam belajar, motivasi peserta
didik semakin baik ketika belajar dan hasil belajar yang menentukan
apakah dikatakan berhasil atau tidak. Efektifitas jam tambahan juga pada
dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan.
Efektifitas merupakan salah satu dimensi yang produktif yaitu mengarah
kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Adapun tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan penambahan
waktu atau waktu belajar adalah seperti yang dikemukakan oleh S.
46
Nasution sebagai berikut : Dengan cara mengajar yang biasa, guru tidak
akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid. Maka usaha guru harus
dibantu dengan kegiatan tambahan, usaha tersebut maksudnya untuk
memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak
memahami apa yang dikerjakan. Dengan demikian penambahan waktu
belajar Pelajaran atau waktu belajar merupakan solusi alternatif untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran
yang diberikan guru.
Adapun tujuan lain dari diterapkanya penambahan waktu belajar
Pelajaran agama adalah sebagai berikut:
1) Dengan diperbanyak waktu belajar, dapat diperolehnya bentuk
perubahan tingkah laku baru pada peserta didik, sebagai akibat dari
proses belajar mengajar.
2) Menurut Mahmud Yunus dengan adanya penambahan waktu belajar
Pelajaran khususnya pelajaran agama tujuan yang ingin dicapai adalah
mencetak manusia yang lebih berkualitas yang memiliki bobot
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, terampil, dan mandiri,
sehingga menjadi manusia yang tangguh bagi umat dan bangsa.
3) Selain itu, dengan adanya penambahan waktu belajar Pelajaran
menurut Mahmud Yunus, untuk menarik murid-murid supaya
menunaikan kewajiban agama sejak dari kecilnya, agar menjadi adat
kebiasaan baginya.
Dengan demikian pelaksanaan waktu belajar Pelajaran Agama
akan membentuk situasi dan kondisi belajar yang memungkinkan dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, kedisiplinan peserta didik
yang pada akhirnya dapat meningkatkan pula terhadap prestasi belajar
peserta didik. Jadi keefektifan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi
yang diraih oleh peserta didik.
Jhon W. Santrok mengemukakan; dalam kegiatan jam tambahan
akan lebih berorentasi pada prestasi dan memberikan harapan prestasi
47
yang lebih tinggi untuk peserta didik. Program setelah pulang sekolah
bisa memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan anak.50
Dengan melakukan kegiatan setelah pulang sekolah salah satunya
adalah melakukan belajar tambahan untuk mendapatkan pengalaman-
pengalaman belajar guna menunjang naiknya prestasi untuk para peserta
didik itu sendiri. Muhibbin Syah mengatakan, perubahan yang terjadi
setelah proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari. Karakteristik ini mengandung
konotasi bahwa peserta didik menyadari akan adanya perubahan yang
dialami atau sekurang – kurangnya ia merasakan adanya perubahan
dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
pandangan tertentu, keterampilan dan seterusnya.51
Prayetno dan Erman Amti juga mengatakan, bahwa peserta didik
dapat mencapai hasil belajar yang baik jika mereka diberi waktu yang
cukup dan bimbingan belajar yang memadai untuk mempelajari bahan
yang disajikan.52
Jadi, seorang peserta didik akan menjadi lebih kreatif,
berkemampuan keterampilan yang beragam apabila seorang peserta didik
melakukan belajar tambahan setelah pulang sekolah, dimana para peserta
didik akan mengembangkan pengalaman yang telah didapat dari
pendidikan sekolah formal, karena pada dasar nya tugas seorang peserta
didik adalah untuk belajar guna mencapai masa depan yang akan dicapai.
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa jam tambahan adalah
kegiatan penambahan belajar di luar jam formal / luar jam sekolah baik
itu sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai, maupun setelah
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selesai, yang tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman dan pengalaman belajar peserta didik tentang
materi pelajaran yang diajarkan di sekolah agar lebih memperkaya dan
50
Jhon W Santrok, Psikologi Pendidikan, Salemba Humanika, (Jakarta:2009) hal. 109 51
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Raja Grafindo persada.( Jakarta:2003) hal. 118 52
Prayetno, Dkk, Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta. (Jakarta:1999)
hal 280
48
memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang dipelajari
akibat interaksi dengan lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh
Chaplin, bahwa belajar mengandung dua rumusan. Rumusan pertama
berbunyi: Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya
adalah belajar ialah proses memperoleh respon – respon sebagai akibat
adanya latihan khusus.53
Kegiatan belajar tambahan yang dilakukan di luar sekolah
mempunyai ciri–ciri yang berbeda dengan pengajaran di sekolah, namun
kedua kegiatan tersebut yakni proses pengajaran di sekolah dan belajar
tambahan di luar sekolah saling menunjang dan melengkapi satu sama
lain. Belajar tambahan yang dilakukan oleh peserta didik adalah belajar
yang secara bebas dilakukan peserta didik baik dari tujuan, arah dan
sumber-sumber yang dipilihnya.
Belajar tambahan merupakan cara belajar aktif dan partisipasif untuk
mengembangkan diri masing-masing. Belajar tambahan ini
membutuhkan motivasi, keuletan, keseriusan, kedisiplinan, tanggung
jawab, dan keingintahuan untuk berkembang dan maju dalam
pengetahuan. Pernyataan tersebut dapat dipahami dengan keinginan yang
kuat untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik harus
memperbanyak informasi yang menyangkut pembeajaran.54
Oleh sebab itu peserta didik yang aktif melakukan belajar
tambahan tentu akan meningkatkan prestasi belajar mereka. Belajar tatap
muka dikelas belumlah cukup untuk menciptakan peserta didik cerdas
dan terampil, karena ilmu pengetahuan akan bisa didapatkan melalui
sumber-sumber, tempat, sarana, peristiwa yang berbeda pula. Belajar
tambahan memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan kognisi,
afeksi, dan psikomotorik peserta didik, manfaat tersebut seperti di bawah
ini:
53
Muhibbin Syah, op. cit., hal. 65 54
Martinis Yamin, Op. Cit, hal. 206
49
1) Memupuk tanggung jawab
2) Meningkatkan keterampilan
3) Memecahkan masalah
4) Berfikir kreatif
5) Berfikir kritis
6) Percaya diri yang kuat
7) Menjadi guru bagi dirinya sendiri.55
Manfaat lainnya, dengan belajar tambahan anak juga
berkesempatan mengulang kembali pelajaran sekolah untuk bisa lebih
dipahami lagi. Karena, materi pelajaran tentu akan lebih mudah diingat
bila dipelajari berulang-ulang. Anak juga bisa lebih fokus dan perhatian
mengikuti belajar tambahan karena jumlah peserta didik yang jauh lebih
sedikit dibanding jumlah murid di dalam kelas di sekolahnya.
Belajar tambahan adalah salah satu sumber belajar yang akan
membantu peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran mengingat bahwa proses pembelajaran tidak hanya
dilakukan di sekolah saja. Belajar tambahan ini diharapkan dapat
membantu peserta didik dalam mendapatkan informasi-informasi belajar
yang membuat peserta didik semakin mandiri dalam belajar.
Kemandirian ini menekankan pada aktifitas peserta didik dalam belajar
yang penuh tanggung jawab atas keberhasilannya dalam belajar. Sebab
belajar tambahan merupakan sumber belajar yang sangat fleksibel dalam
melayani perbedaan individu dalam belajar.
Oleh karena itu belajar tambahan merupakan suatu hal yang
harus diupayakan sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta didik,
sehingga memberi pengaruh tersendiri terhadap prestasi belajar peserta
didik. Bila belajar tambahan benar – benar diikuti oleh peserta didik
dengan baik, maka peserta didik akan terbantu dalam proses
pembelajaran yang kemudian akan diikuti oleh peningkatan prestasi
55
Ibid. hal. 207
50
belajar peserta didik. Melalui belajar tambahan, peserta didik dapat
berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam
proses belajar tambahan. Belajar tambahan merupakan bagian penting
yang harus diperhatikan juga oleh pihak guru maupun orang tua peserta
didik agar memberikan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar
tambahan yang gunanya akan ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan pengajaran. Kegiatan belajar tambahan sebagai sumber
belajar dapat memberikan andil yang cukup besar terhadap prestasi
belajar peserta didik apabila pelaksanaannya dilaksanakan dengan baik.
Belajar tambahan merupakan suatu upaya yang dilakukuan oleh
peserta didik dalam rangka menambah, memperdalam dan
mengembangkan pengetahuannya. Belajar tambahan dimaksudkan untuk
membuat semakin berkembangannya potensi anak dalam belajar, antara
perkembangan dan belajar terdapat hubungan yang erat, sehingga hampir
semua proses perkembangan memerlukan belajar.56
Adanya belajar tambahan, peserta didik diharapkan dapat
memanfaatkan waktu senggangnya sepulang sekolah dengan sebaik –
baiknya, biasanya kegiatan belajar tambahan yang dilakukan oleh peserta
didik adalah pada waktu senggang sebagaimana yang dinyatakan oleh
Soelaiman Joesoef, bahwa belajar tambahan dikatakan sebagai
pendidikan populer yaitu, kegiatan yang ditujukan pada semua orang
agar dapat memanfaatkan waktu senggangnya dengan sebaik-baiknya
dengan memberikan aktifitas tertentu yang berguna baginya.57
56
Tohirin, Psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Sarana Mandiri Offset.
(Pekanbaru:2003) hal. 38 57
Soelaiman Joesoef, op.cit., hal. 64
51
C. Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. penelitian tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Adrianus Fajar D.P (2015) dalam skripsi
yang berjudul “Keefektifan Penambahan Jam Pelajaran Matematika
Terhadap peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik kelas V SD
Negeri Tambakreja 10 Cilacap Selatan”58
Perbedaan dengan skripsi peneliti yaitu terletak pada mata pelajaran
nya dimana Adrianus Fajar meneliti tentang Mata pelajaran Matematika
sedangkan penelti sendiri mengenai mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam , kemudian perbedaan lain nya yaitu mengenai tingkatan kelas jika
penelitian yang dilakukan oleh Adrianus Fajar D.P ini pada peserta didik
kelas V SD Tambak reja, peneliti sendiri melakukan penelitian pada peserta
didik kelas XII SMA Negeri 5 Depok, lokasi penelitianpun berbeda di mana
Adrianus Fajar D.P melakukan penelitian di daerah Cilacap selatan
sedangkan peneliti melakukan penelitian di kota Depok
Kesimpulan dari penelitian Adrianus Fajar D.P ini bahwa dengan
diberikan nya jam tambahan prestasi belajar mata pelajaran matematika
peserta didik dapat meningkat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suhendar (2008) dalam jurnal yang berjudul:
“Pengaruh penambahan waktu belajar Agama Islam terhadap prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas
VIII di sekolah Menegah pertama Negeri 3 Cikajang Garut”59
Perbedaan dengan skripsi peneliti yaitu terletak pada tingkatan kelas
jika penelitian yang dilakukan oleh Suhendar ini pada peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 3 Cikajang Garut, peneliti sendiri melakukan penelitian
pada peserta didik kelas XII SMA Negeri 5 Depok, lokasi penelitianpun
58
skripsi Adrianus Fajar D.P, Keefektifan Penambahan Jam Pelajaran Matematika
Terhadap peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Tambakreja 10
Cilacap Selatan, (2015)
59
Jurnal Suhendar, Pengaruh penambahan waktu belajar Agama Islam terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di sekolah
Menegah pertama Negeri 3 Cikajang Garut, (2008)
52
berbeda di mana Suhendar melakukan penelitian di daerah Garut sedangkan
peneliti melakukan penelitian di kota Depok
Dari penelitian yang telah dilakukan Suhendar diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan koefisien
mencapai 30% dari penambahan waktu belajar Agama Islam.
3. Penilitian yang dilakukan oleh Alimin (2016) dalam Jurnal yang berjudul
”Efektifitas kebijakan jam wajib belajar malam hari terhadap anak se-
kabupaten Bintan” 60
Perbedaan dengan skripsi peneliti yaitu terletak pada tingkatan kelas
jika penelitian yang dilakukan oleh Alimin ini pada anak se-kabupaten
Bintan, peneliti sendiri melakukan penelitian pada peserta didik kelas XII
SMA Negeri 5 Depok, lokasi penelitianpun berbeda di mana Alimin
melakukan penelitian di daerah Bintan sedangkan peneliti melakukan
penelitian di kota Depok.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan jam wajib belajar malam masih belum terlaksana dengan efektif.
D. Kerangka Berpikir
Peserta didik-siswi Sekolah Menengah Atas masih banyak yang
menganggap bahwa pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran yang
sulit dan tidak menyenangkan dikarenakan banyaknya hafalan berupa dalil-
dalil Al-Quran dan hadits belum lagi ditambah dengan rasa jenuh yang
dirasakan oleh peserta didik dikarenan guru terlalu mendominasi pembelajaran
dan kurangnya pemanfaatan media sebagai alat bantu mengajar. Padahal
Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang penting karena bukan
saja berupa hafalan tetapi praktik-praktik keagamaan untuk di amalkan dalam
kegiatan beribadah di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan
terganggunya proses belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
60 Jurnal Alimin, Efektifitas kebijakan jam wajib belajar malam hari terhadap anak se-
kabupaten Bintan, (2016)
53
Untuk menanggulangi masalah ini salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh pihak sekolah adalah dengan menerapkan program Jam tambahan yaitu
berupa penambahan jam pelajaran. diharapkan dengan adanya penambahan
jam pelajaran Pendidikan Agama Islam, kedisiplinan, serta hasil belajar
Pendidikan Agama Islam peserta didik akan meningkat bahkan membaik. Akan
tetapi apakah dengan adanya jam tambahan khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam ini akan secara efektif meningkatkan kedisiplinan
serta hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik atau melainkan hanya
membuat peserta didik semakin jenuh dengan pelajaran Pendidikan Agama
Islam sehingga penambahan jam pelajaran Pendidikan Agama Islam ini
menjadi tidak efektif dan hanya menambah beban belajar peserta didik. Oleh
karena itu untuk mengetahui keefektifan penerapan jam tambahan ini perlu
adanya penelitian yang membahas nya dengan cara menganalisa efektifitas
penerapan jam tambahan dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 5 Depok,
untuk mengetahui efektifitasnya, peneliti mencoba menganalisa proses
pembelajaran jam tambahan PAI yaitu pada kehadiran peserta didik, guru,
proses belajar serta hasil belajar peserta didik yang diperoleh peserta didik
setelah diadakannya jam tambahan agama ama Islam peserta didik kelas XII
SMA Negeri 5 Depok.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Depok yang
beralamatkan di Perumahan Bukit Rivaria Sektor IV Kec. Sawangan, Kota
Depok. Adapun waktu Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2018.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha
membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan
dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual
dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh
karenanya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran yang jelas dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang
diselidiki. Dengan kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang
apa, bagimana keadaan sesuatu (fenomena) dan melaporkannya.
Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan
penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis.61
Menurut Bagdon dan Tayor yang dikutip oleh S. Margono bahwa
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati.62
Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir
sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak
diterapkan pada bergai masalah. Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan
pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek
tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh.
61
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta (Jakarta: 1992), cet: VIII, hal.
206 62
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, PT. Rineka Cipta (Jakarta:: 2007), hal.36
55
Studi kasus adalah merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, peneliti haya
memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam
kontek kehidupan nyata.63
Menurut Vrendenburg studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan
untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang dikumpulakn
dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang
terintegrasi, di mana tujuannya adalah memperkembangkan pengetahuan yang
mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus
disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan (library reseach, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan sumber lain
yang berkaitan dengan tema skripsi.
2. Studi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji data-data yang diperoleh dari SMA Negeri 5 Depok.
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Tim Penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2016.
63
Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode, PT. Raja Grafindo Persada (Jakarta: 2004),
cet ke IV, hal.1
56
C. Objek Penelitian
Menurut Bagdon dan Tayor yang dikutip oleh Margono bahwa
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian sekaligus menjadi informan adalah, kepala SMA Negeri 5 Depok,
wakil Kepala SMA Negeri 5 Depok bidang kurikulum, Guru Mata Pelajaran
PAI kelas XII di SMA Negeri 5 Depok, Siswa Kelas XII SMA Negeri 5
Depok.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh keterangan yang lebih mendalam, konkret dan jelas
maka penulis menggunakan beberapa macam metode / teknik pemgumpulan
data sebagai berikut :
1. Metode interview (wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakuan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang di wawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.64
Dalam hal ini, peneliti akan mewawancarai guru mata mata
pelajaran PAI, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum,
beberapa siswa kelas XII di SMA Negeri 5 Depok, untuk mendapatkan
informasi secara umum sekolah, pelaksanaan Program jam tambahan
apakah sudah efektif atau belum penerapannya di SMA Negeri 5 Depok.
2. Metode observasi
Sutrisno Hadi mengemukakakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan
64
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya (Bandung: 2005,
hal. 135.
57
ingatan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang di peroleh melalui observasi.
Fungsi dari metode ini adalah untuk memperoleh gambaran dan
pengetahuan serta pemahaman megenai diri murid, juga berfungsi untuk
menunjang dan melengkapi bahan–bahan yang diperoleh melalui interview.
Dalam hal ini, peneliti mengobservasi letak geografis, sarana prasarana, dan
dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipan dimana
penulis berpartisipasi langsung dalam melakukan kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu maupun kelompok yang diamati. Metode
observasi ini digunakan untuk mengetahui efetifitas penerapan jam
tambahan yaitu dengan mengamati proses belajar siswa pada kelas XII di
SMA Negeri 5 Depok Dengan observasi partisipasi ini pengamat dapat lebih
menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti individu yang
diamati.
3. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa cacatan, transkip
nilai, kehadiran siswa kelas XII pada saat jam tambahan, buku bacaan yang
relevan, skripsi yang relevan dengan penelitian, jurnal yang relevan, surat
kabar, majalah, dan sebagainya. Metode ini peneliti gunakan untuk
memperoleh data dokumentatif, yang erat kaitannya dengan objek yang
diteliti. Dalam hal ini penulis menggali data tentang proses belajar siswa,
kedisiplinan siswa, kedisiplinan guru, serta hasil belajar sebelum dan setelah
diterapkannya jam tambahan, foto kegiatan jam tambahan, letak geografis
SMA Negeri 5 Depok, sejarah berdiri dan berkembangnya sekolah, struktur
organisasi, dan lain-lain yang dapat menyempurnakan data yang diperlukan.
58
E. Teknik Pengumpulan Data
Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan Sumber Primer, dan sumber sekunder. sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.65
Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data
penelitian yang valid pula. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek
alam yang lain.66
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, Observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis,
psikologis. dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pegamatan
dan ingatan”.67
Teknik pengumpulan data dengan Observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalau besar.
Observasi ini dilakukan di SMA Negeri 5 Depok dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan kerja dan hasil kerja
yang diperoleh untuk menilai tingkat akurasi data dan informasi yang
disampaikan oleh setiap unit kerja yang dianggap perlu dengan
pertimbangan:
65
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan
R&D, CV Alfabeta, (Bandung:2009) Cet. VII hal. 194 66
Ibid. hal. 203 67
Ibid. hal. 203
59
a. Adanya data atau informasi yang dinilai kurang layak atau meragukan
sehingga perlu diobservasi ke lapangan (unit kerja yang bersangkutan),
dalam hal ini adalah SMA Negeri 5 Depok.
b. Adanya unit organisasi yang spesifik dan cenderung megarah kepada
bentuk organisasi fungsional sehingga perlu pendalaman lebih khusus
untuk perumusan dan pengkajian.
2. Wawancara, alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari
wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antar pencari
informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewe). Pada metode
ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan tujuan mendapatkan data
yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya,
peneliti memakai jenis wawancara yaitu:
a. Wawancara berstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh, oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban
yang diberikan kepada interviewe telah ditetapkan terlebih dahulu.68
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran PAI dan beberapa
siswa kelas XII SMA Negeri 5 Depok.
b. Wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
68
Ibid. hal. 195
60
yang akan ditanyakan.69
Demikian halnya, wawancara ini juga dilakukan kepada kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran
Pendidikan agama Islam dan beberapa siswa kelas XII SMA Negeri 5
Depok.
Wawancara yang diajukan kepada informasi semata-mata sebagai
bahan kajian mendasar untuk membuat kesimpulan. Bagaimanapun
pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak dijamin
validitasnya. Semakin banyak informasi, maka diharapkan menghasilkan
data yang sudah tersaring dengan akurat.
3. Dokumentasi, merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih
sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.70
Dokumen yang telah diperoleh
kemudian dianalisi (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis)
membentuk hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Metode
dokumentasi ini dimaksudkan untuk mencari data-data tentang profil
lengkap SMA Negeri 5 Depok, baik itu tentang sejarah berdirinya SMA
Negeri 5 Depok maupun infrastruktur serta sumber daya manusia yang ada
di dalamnya.
F. Teknik Analisis Data
Analisa dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Analisa data dalam kualitatif harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang
menunjuk pada pernyatan keadaan, ukuran kualitas.
Selanjutnya proses analisa data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
69
Ibid.hal. 197 70
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya
(Bandung:2012) cet. VIII hal. 222
61
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan identifikasi satuan unit, pada mula di
dentifikasi. Pada mulanya adanya satuan yaitu bagian terkecil yang di
temukan dalam data yang memiliki makna bila di kaitkan dengan fokus dan
masalah penelitian.71
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan pola dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.72
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
mereduksi data yaitu merangkum data-data yang terkumpul dari lapangan
kemudian memilih hal-hal yang pokok sesuai dengan fokus peneltian.
Dalam kegiatan ini peneliti menajamkan analisis, menggolongkan
atau mengkatagorikan kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat dilarikan ke verifikasi.
2. Penyajian Data atau Display Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data juga bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, dan sejenisnya.
Dalam hal ini Mile Hubermen menyatakan yang paling sering di gunakan
untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dalam praktiknya tidak semudah ilustrasi yang di berikan,
karena fenomena social bersifat kompleks dan dinamis, sehingga apa yang
di temukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung di
lapangan akan mengalami perkembangan data.
Yang paling penting digunakan untuk menyajikan data dalam
71
Lexy J Moelong, Op.Cit, hal. 288 72
Sugiyono, Op. Cit, hal. 338
62
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam hal
penulis ingin menyajikan data hasil dari penelitian tentang efektifitas
penerapan jam tambahan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 5 Depok
3. Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analisah data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang di kemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak di temukan bukti-bukti kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif merupakan pengetahuan baru yang belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih gelap atau belum jelas sehingga setelah di teliti menjadi
jelas, dapat berhubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin data menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti yang telah di kemukakan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Setelah penulis mereduksi dan mendisplay data , sehingga penulis
dapat menyimpulkan keefektifan dari kegiatan jam tambahan. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. yaitu jenis prosedur penelitian yang ditujukan
untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung
pada saat ini atau saat yang lampau. penelitian ini tidak mengadakan
manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan
suatu kondisi apa adanya.73
dengan menggambarkan keadaan subyek
ataupun obyek penelitian baik itu berupa personal seseorang tertentu,
kolektif/lembaga, dan komunitas masyarakat pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. dalam hal
73
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya
(Bandung:2012) cet. VIII hal. 54
63
ini peneliti ingin mendeskripsikan Sejauh mana efektifitas penerapan jam
tambahan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XII SMA
Negeri Depok.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 5 Depok
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 5 Depok
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Depok merupakan salah satu
Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Depok, yang beralamat di Perumahan
Bukit Rivaria Sektor IV, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawab Barat. Seperti
SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMA Negeri 5
Depok ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas X sampai kelas
XII. SMA Negeri 5 Depok adalah salah satu sekolah Adiwiyata di kota Depok dan
sedang melalui seleksi sekolah Adiwiyata tingkat nasional.
SMA Negeri 5 Depok dalam kurun waktu 14 tahun berdiri sudah
mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak tujuh kali. SMA Negeri 5 Depok
dipimpin oleh Dra. Erry Sriyanti pada periode pertama tahun 2002 sampai dengan
tahun 2005, periode tahun 2005 sampai dengan 2007 dipimpin oleh Drs. Jumait,
periode tahun 2007 sampai dengan 2009 dipimpin oleh Dra. Jasni Evawati, periode
tahun 2009 sampai dengan 2011 dipimpin oleh Dra. Desry Ningsih, periode tahun
2011 sampai dengan 2013 dipimpin oleh Drs. Dede Agus Suherman, periode tahun
2013 sampai dengan 2015 dipimpin oleh Sahadi, M.Pd, dan periode tahun 2015
sampai sekarang dipimpin oleh Achmad Zarkasih, S.Pd.74
2. Visi dan Misi SMA Negeri 5 Depok
VISI dari SMA Negeri 5 Depok adalah “ Berprestasi, berbudaya,
berakhalak mulia serta peduli lingkungan “
Sedangkan MISI dari SMA Negeri 5 Depok adalah
a. Mengembangkan potensi warga sekolah secara optimal.
b. Meningkatkan profesionalisme personal dengan membudayakan etos kerja.
c. Menjadikan Sekolah Unggulan Kota Depok.
d. Menciptakan budaya kekeluargaan,religius Dan menyenangkan yang peduli
lingkungan.
e. Mengembangkan intelektual, kreatisvitas dan berwawasan kewirausahaan.
74
Data diperoleh dari bapak sukim S.E selaku Kabid.TU SMA Negeri 5 Depok yaitu pada tanggal 16 Oktober 2018
65
f. Menjadikan sekolah “cyber school” Kota Depok.
Adapun nilai-nilai organisasi pada SMA N 5 Depok yang diuraikan dari visi
misi adalah :
a. Profesional
Menanamkan sikap profesional dan berkomitmen dalam setiap melaksanakan
kegiatan
b. Etos Kerja
Membudayakan etos kerja dan selalu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
sesuatu
c. Religius
Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap semua warga
sekolah, mengedepankan 4 S, yaitu Senyum, Salam, Sopan dan Santun
d. Kreatif
Menumbuhkan kreativitas, dan selalu berinovasi dalam melaksanakan
kegiatan.75
3. Tujuan SMA Negeri 5 Depok
a. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (terutama Perguruan Tinggi Negeri).
b. Meningkatkan pelayanan kependidikan kepada peserta didik, orang tua
dan guru.
c. Peserta didik harus mendapat pelayanan optimal terhadap hak peserta
didik itu sendiri mendapatkan pelayanan pendidikan, pembinaan,
pelatihan dan pengajaran pada jam-jam kerja guru, maupun di luar jam
kerja guru, serta mendapat pelayanan administrative yang baik dari
sekolah.
d. Orang tua harus mendapat pelayanan informasi kependidikan dan
hubungan timbal balik dalam rangka pembinaan, pendidikan, pengajaran
dan pelatihan peserta didik, serta informasi asset sekolah dalam upaya
pengembangan dan peningkatan mutu hasil pendidikan
75
Ibid.
66
e. Guru dan pegawai harus mendapat pelayanan terhadap hak dan
kewajibannya sehingga dapat melaksanakan tugas secara optimal dengan
memperhatikan tingkat kesejahteraan secara immaterial, finansial,
penghargaan, penghormatan wajar sesuai dengan ketentuan dan
kemampuan sekolah.76
f. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan masyarakat sekitar
lingkungan sekolah, orang tua, pemerintah dan instansi terkait baik
pemerintah maupun swasta dalam upaya pemberdyaan pelayanan
kependidikan di SMAN 5 Depok
g. Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar
h. Meningkatkan kemampuan professional guru dengan mengikutsertakan
guru dalam seminar, lokakarya, penataran, MGMP dan kegiatan lain
yang berkait dengan peningkatan professional guru.
i. Menumbuhkan etos kerja dan keunggulan kompetitif pada guru agar
secara aktif kreatif meningkatkan kemampuan akemedik, dan
metodologik.
j. Mengembangkan wawasan keunggulan sekolah berupa adanya program
unggulan baik bidang akademik, life skill, maupun non akademik.
k. Menumbuhkan kegiatan akademik berupa kebiasaan diskusi ilmiah di
kalangan guru dalam bentuk pertemuan-pertemuan informal.
l. Memberikan pelajaran khusus tambahan bagi kelas XII baik IPA maupun
IPS.
m. Menumbuhkan persaingan akademik bagi peserta didik agar dapat
memacu peningkatan kualitas hasil belajar.
n. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan untuk menunjang
kualitas hasil pembelajaran peserta didik.
76
Ibid.
67
o. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan non-akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler dibawah
kelembagaan kepeserta didikan dan OSIS
p. Menumbuhkan budaya disiplin dan etos belajar yang kuat pada setiap
warga sekolah
q. Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup
r. Menumbuhkan budaya toleransi, saling menghargai dan saling tolong
menolong sesama warga sekolah.77
B. Efektifitas Penerapan Jam Tambahan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam kelas XII SMA Negeri 5 Depok tahun ajaran 2017/2018.
1. Kedisiplinan Peserta didik
Jika dilihat dari kehadiran peserta didik dalam mengikuti program SMA
Negeri 5 Depok ini, para peserta didik cenderung kurang berpartisipasi dalam
mengikutinya, terdapat beberapa faktor yang menyebabakan peserta didik,
terlambat bahkan tidak mengikuti jam tambahan ini, yaitu:
a) Tidak adanya sistem Zonasi.
Sistem zonasi sendiri diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018
Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru yang pada Pasal 16 dinyatakan
bahwa:
1) Sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius
zona terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90% dari total jumlah
keseluruhan peserta didik yang diterima.
2) Domisili calon peserta didik berdasarkan alamat pada kartu keluarga.
3) Radius zona ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di
daerah tersebut berdasarkan: a) ketersediaan anak usia Sekolah di daerah
77
Ibid.
68
tersebut dan b) jumlah ketersediaan daya tampung dalam rombongan belajar
pada masing-masing Sekolah.
4) Dalam menetapkan radius zona, pemerintah daerah melibatkan
musyawarah/kelompok kerja kepala Sekolah.
5) Bagi Sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota,
ketentuan persentase dan radius zona terdekat dapat diterapkan melalui
kesepakatan secara tertulis antar pemerintah daerah yang saling berbatasan.
6) Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat menerima calon
peserta didik melalui: a) jalur prestasi yang berdomisili diluar radius zona
terdekat dari Sekolah paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah
keseluruhan peserta didik yang diterima; dan b) jalur bagi calon peserta didik
yang berdomisili diluar zona terdekat dari Sekolah dengan alasan khusus
meliputi perpindahan domisili orangtua/wali peserta didik atau terjadi
bencana alam/sosial, paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah
keseluruhan peserta didik yang diterima.
Keputusan pemerintah ini masih baru diberlakukan, SMA Negeri 5
Depok masih belum mengambil sikap akan diberlakukannya sistem Zonasi ini,
sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peserta didik
datang terlambat dan tidak mengikuti jam tambahan ini, akan tetapi untuk
beberapa tahun kedepan SMA Negeri 5 Depok bisa saja menerapkan sistem
Zonasi ini sebagai upaya mengatasi kedisiplinan peserta didik.
b) Depok merupakan salah satu wilayah yang kerap terjadi kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota besar yang mana
kegiatan ekonomi yang sibuk tiap harinya mengakibatkan terjadinya kemacetan.
sehingga berdampak terganggunya waktu, salah satu kota yang seringkali
mengalami kemacetan adalah kota Depok.
Badan Pusat statistik (BPS) kota Depok mencatat panjang jalan di kota
Depok pada tahun 2014 mencapai 530,15 kilometer dengan rincian jalan negara
(Nasional) 36,25 kilometer, jalan provinsi 17,75 kilometer dan jalan kota
476,15 kilometer. Sementara kendaraan yang menyesaki kota Depok jumlahnya
mencapai 979.868 kendaraan. campur tangan pemerintah sangat diperlukan,
mengingat sesuai peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2008
69
tentang penataan ruang kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Puncak, Cianjur, ditetapkan sebagai daerah-daerah Kawasan Strategis Nasional.
Sebagai Daerah penyangga Jakarta kendaraan yang lalu lalang di Depok
bukan hanya milik orang Depok saja. Akan tetapi juga mereka yang beraktivitas
didaerah Jabodetabek yang senantiasa melewati Jalur Kawadan Depok.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok dimana sudah
mulai menerapkan kebijakan penggunaan angkutan kota dengan daya tampung
sedikit, mulai dibuatnya Sistem Satu Arah (SAA), melakukan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) 2012-2023 di beberapa rute massal angkutan umum.
Jika rencana Besar tersebut dapat direalisasikan, bukan tidak mungkin
kemacetan di Kota Depok bisa diatasi.
c) Akses kendaraan angkutan umum susah untuk memasuki kawasan sekolah.
Salah satu faktor yang menjadi kendala kehadiran peserta didik dalam
mengikuti jam tambahan adalah akses kendaraan angkutan umum yang susah
untuk memasuki kawasan sekolah. Jarak sekolah dari jalan raya sekitar 1,5 kilo
meter, mengakibatkan terganggunya kehadiran peserta didik yang tidak
memiliki kendaraan pribadi, jika para peserta didik yang tidak memiliki
kendaraan pribadi berjalan kaki, butuh sekitar 10-15 menit untuk sampai ke
gerbang pintu sekolah, lain halnya peserta didik yang memiliki kendaraan
pribadi khususnya motor dan diantar oleh orang tuanya bisa lebih
mengefektifkan waktu untuk pergi ke sekolah.
Jika di persentasekan Jumlah peserta didik yang memiliki motor
sebanyak 35% dan sisanya sebanyak 65% peserta didik tidak memiliki motor,
dari angka 65% peserta didik yang tidak memiliki motor sebanyak 35% peserta
didik memilih untuk menggunakan transportasi berupa ojek online, 10% peserta
didik diantar oleh orangtuanya dan sisanya mereka yang memilih untuk
menggunakan angkutan umum.
terlepas dari latar belakang peserta didik yang memiliki transportasi
pribadi atau tidak, kehadiran peserta didik pada jam tambahan tergantung
kepada keseriusan peserta didik dalam mengikuti program sekolah tersebut.
d) Pembelajaran yang dilaksanakan terlalu pagi.
Salah satu faktor lain yang mengakibatkan kurangnya kehadiran
peserta didik adalah pembelajaran terlalu pagi, Kegiatan belajar jam tambahan
yang dilaksanakan di SMA Negeri 5 Depok terhitung pada separuh akhir
70
semester ganjil, dan separuh awal semester genap, dimana dalam satu minggu
belajar tambahan dilakukan tiga kali tatap muka dengan guru mata pelajaran
yaitu pada hari rabu, kamis dan jumat. Pada awal pelaksanaannya peserta didik
harus membiasakan diri untuk berangkat lebih awal pergi ke sekolah, pada
separuh awal semester ganjil biasanya peserta didik memasuki kelas pukul
07.00 setelah diterapkan jam tambahan otomatis pembiasaan kedisiplinan
kehadiranpun harus ditingkatkan oleh peserta didik dimana jam masuk belajar
menjadi lebih awal yaitu pukul. 06.00. Selain berangkat lebih awal kegiatan
sebelum berangkat sekolah pun harus mulai dirubah, seperti tidur tidak terlalu
malam, pembiasaan solat subuh tepat waktu, lebih baik lagi jika berjamaah,
orang tua harus menyediakan sarapan lebih awal, mandi harus lebih awal. dan
kegiatan pribadi lainnya yang harus di disiplinkan.
Jika para peserta didik tidak meningkatkan disiplin waktu dan
kegiatannya otomatis akan berdampak pada kehadirannya dalam mengikuti jam
tambahan tersebut. jika hal tersebut dilaksanakan dengan baik akan berdampak
baik pula pada kedisiplinan peserta didik.
e) Belum adanya kesadaran para peserta didik.
kehadiran peserta didik pada jam tambahan di SMA Negeri 5 Depok
masih tergolong rendah, dimana sekitar 30% Peserta didik yang mengikuti jam
tambahan, dan 70% peserta didik datang terlambat bahkan sengaja tidak
mengikutinya, pihak sekolah sudah berupaya melakukan teguran berupa sanksi
bagi setiap peserta didik yang tidak mengkuti jam tambahan ini, sanksi berupa
membersihkan halaman sekolah, kelas, ruang guru dan sebagainya. untuk
prosedur sanksi nya sendiri guru Mata pelajaran yang mengajar pada jam
tambahan terkadang berinisiatif untuk langsung menghukum para peserta
didiknya, terkadang langsung melaporkan ke wali kelas sebagai bahan evaluasi
ketika bertemu dengan orangtuanya ketika rapat wali kelas dan wali murid.
Akan tetapi dengan adanya teguran ataupun sanksi para peserta didik
masih belum bisa merubah kesadaran akan pentingnya mengikuti jam
tambahan, sebenarnya tujuan sekolah ingin membantu peserta didik dalam
mendalami materi yang akan diujikan, selain itu jika dicermati hal positif
lainnya dari jam tambahan ini adalah dapat meningkatkan kedisiplinan, serta
prestasi belajar peserta didik. oleh karena itu perlu adanya kerja sama antar
semua pihak baik itu dari pihak sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala
71
sekolah bidang kurikulum, guru, wali kelas, orang tua dan juga peserta didik
agar pelaksanaan jam tambahan ini dapat terlaksana dengan baik dan
meningkatkan minat peserta didik dalam mengikutinya.
2. Kedisiplinan Guru
Peran guru sebagai Uswah Hasanah (Teladan yang baik) bagi para peserta
didiknya sangatlah berpengaruh terutama dalam masalah kedisiplinan, berhasil atau
tidaknya seorang guru dalam mengajar banyak tergantung pada bagaimana cara
guru dalam menciptakan disiplin terhadap peserta didiknya. menanamkan
kedisiplinan pada peserta didik merupakan tugas seorang guru, untuk menanamkan
kedisiplinan peserta didik haruslah dimulai dari diri guru terlebih dahulu, sehingga
barulah dapat mendisiplinkan peserta didik. Kedisiplinan guru adalah sikap penuh
kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan
tugasnya sebagai bentuk tanggungjawab terhadap peserta didik karena bagaimapun
seorang guru merupakan cerminan bagi peserta didik dalam sikap ataupun teladan.
Peneliti mengamati kedisiplinan guru SMA Negeri 5 Depok dalam mengajar
pada jam tambahan sudah baik, para guru memberikan contoh yang baik kepada
para peserta didik dimana selalu mengajar pada jam mata pelajarannya, jika dilihat
dari latarbelakang para guru, sekitar 80% para guru sudah menikah, dan 20%
belum menikah. kesibukan guru yang sudah menikah tentu jauh berbeda dengan
yang belum menikah dimana jika seorang guru yang menjadi Ibu Rumah Tangga
harus bekerja lebih awal mengurusi pekerjaan rumah tangganya, para guru sudah
bekerja secara profesional dilihat dari kehadirannya, dimana para guru selalu
datang sebelum jam tambahan di mulai, untuk guru PAI sendiri terdapat tiga Guru
yang mengajar pada Jam tambahan, dan semuanya selalu hadir sesuai jadwal yang
telah ditentukan dan tidak pernah terlambat.
3. Efektifitas Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran pada jam tambahan ini terhitung pada pukul.06.00-
07.00, jika dihitung dari jumlah pertemuan guru dengan peserta didik persatu mata
pelajaran bisa sekitar 8x tatap muka dimana rinciannya untuk separuh akhir
semester ganjil dikhususkan bagi mata pelajaran yang akan diujian kan pada Ujian
Nasional, dan separuh awal semester genap adalah mata pelajaran selain yang di
ujian Nasionalkan, dalam satu minggu satu mata pelajaran satu kali tatap muka,
dalam satu bulan 4x tatap muka dan jika dua bulan berarti 8x tatap muka. itu
berarti dalam waktu 8x pertemuan para guru harus memaksimalkan materi yang
72
nantinya menjadi bahan ujian sekolah berstabdar nasional.
Jika dilihat dari panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2014 dimana dalam satu jam pelajaran untuk tingkat SMA
alokasi waktunya adalah 45 menit yang terdiri dari pembukaan sampai pada
akhirnya penutup, sehingga para guru harus memaksimalkan dan memanfaatkan
waktu yang relatif sebentar agar pembelajaran efektif dan efisien. Adapun materi
yang dibahas pada jam tambahan ini mengenai pendalaman materi yang akan
diujiankan pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) para guru sudah
memaksimalkan alokasi waktu disediakan oleh pihak sekolah. Para guru sudah
memaksimalkan jam tambahan sebagai upaya peningkatan pemahaman serta
peningkatan prestasi belajar peserta didik.
4. Efektifitas Hasil belajar
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh deskripsi mengenai hasil
belajar peserta didik.
No Nama Peserta didik Ujian Pekan Tengah
Semester
Ujian Akhir sekolah
1 Aliandra Akram 80 88
2 Anis Adzkiya Rahmah 80 94
3 Ariq Nurul Hermawan 82 90
4 Aufaryafi Baskara Kadi 85 90
5 Azzahra Rahmah Putri 80 89
6 Bagas Wibisono 86 90
7 Chika Cattleya Ramadhani 80 87
8 Eliza Falahatul Islami 85 94
9 Fadhil Raditya 87 95
10 Farah Hanifah Rosadi 81 91
11 Fenni Amalia 86 92
12 Firli Subhi Ramadani 90 92
13 Betha Afifah Rachman 91 97
14 Daniel Dwi Eryanto Manurung 79 88
15 David Brian Viana Simatupang 75 86
16 Dwi Nila Yustika 88 88
17 Fadel Ahmad Baihaqi 89 89
18 Fariz Zulfahmi 89 89
19 Fildzah Kamila 85 92
20 Gani Faturahman 85 91
21 Gilang Dirgantara Putra 91 94
22 Giry Retno Indra Pangestu 72 82
23 Ilham Aqshal Ramadhan 90 96
24 Asri Adam 83 91
25 Ayunda Listyana Putri 85 87
73
26 Azka Hafia 91 91
27 Calvin Hasudungan Sihombing 80 88
28 Devi Aryani Wahyudi 90 92
29 Fachry Banan 85 89
30 Khalid Sulaiman 76 82
31 Hanif Resti Rahayu 88 88
32 Hilma Fitri Solehah 91 94
33 Husna Mardhiyah 76 84
34 Ignasius Wisnu Anggara 70 77
35 Indah Mawarni Hadiyanti 85 94
36 Jane Viola Nisrina Qurratu 80 87
37 Karisma 90 91
38 Alysa Noor Maleeha 86 86
39 Ameera Saffa Ramadhina 87 87
40 Amelia Yosephine Sitepu 85 89
41 Anisah Nabilah 90 91
42 Averina Fidelia Aqiilah Dizaramadhani 85 87
43 Chandra Panji Prana 88 91
44 Cieka Fitri Ramadhani Oli'i 90 95
45 Dimas Jati Prayoga 85 89
46 Dinar Simanullang 90 91
47 Early Melian Setyadi 87 94
48 Eko Darma Manalu 80 94
49 Elbrisko 80 91
50 Farhan Ramadhiansyah 83 87
51 Garry Ramadhana Jativa 83 92
52 Mohamad Akbar Wisnu Nadyanto 83 86
53 Muhammad Bakhara Alief Rachman 89 91
54 Muhammad Farhan 83 85
55 Nabila Najma 87 92
56 Haninda Triamadani 83 86
57 Hilman Nasher 84 86
58 Jihan Zahirah 88 89
59 Kemalasari Astrid Widyadhari 88 89
60 Krisna Giritama 80 81
61 Lucky Novitasari 80 89
62 M. Fikrussyifa Kemal Fasya 80 88
63 Mas Achmad Yazid Husein 87 89
64 Muhamad Fairuz Rizky Saputra 80 84
65 Muhammad Hafizul Baihaqi 80 88
66 Nalia Atalla Ramadhieni 80 89
67 Naptania Ilmas 88 91
68 Nur Okta Imaniar 83 86
69 Pradipta Annisaa Widyatna 80 87
70 Sadam Al Qafi 80 89
71 Sarah Salsabila Ardita 84 87
72 Siti Nur Firli 88 94
73 Sri Candyo Putri Hakiki 87 89
74
74 Suci Setiawati Anisa 83 86
75 Vriska Mahardianti 83 89
76 Widya Azilla 86 87
77 Amilia Nur Jannah 85 86
78 Angellita Larrya Putri Kadewa 85 87
79 Anik Indriyanti 80 85
80 Anjuita 75 80
81 Annisa Peby Amalya 80 87
82 Aqila Rana Syafiqah 90 92
83 Arif Hilmy Mohamad Basalim 78 87
84 Bagas Guseza Antito 72 82
Rata-rata 83,86 88,88
Tabel 4.1 Hasil belajar siswa
Dari data tabel hasil belajar siswa menunjukan bahwa penerapan jam
tambahan sudah efektif pada mata pelajaran PAI dilihat dari hasil belajar Pekan
Tengah Semester peserta didik dengan rata-rata 82, dan nilai Ujian Akhir peserta
didik dengan rata-rata 88, hal ini menunjukan adanya peningkatan 6% hasil belajar
peserta didik setelah diterapkannya jam tambahan.
74
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kedisiplinan Siswa Kelas XII SMA Negeri 5 Depok dalam mengikuti Jam
Tambahan PAI masih rendah, terdapat beberapa faktor yang
mengakibatkan siswa yang terlambat, tidak mengikuti jam tambahan ini,
yaitu:
a. Tidak adanya sistem Zonasi.
b. Depok merupakan salah satu wilayah rawan terjadi kemacetan
c. Akses kendaraan yang susah untuk memasuki kawasan sekolah.
d. Pembelajaran yang dilaksanakan terlalu pagi.
e. Belum adanya kesadaraan peserta didik.
2. Kedisiplinan guru mata pelajaran PAI dalam Mengajar pada Jam Tambahan
sudah baik, para guru bekerja secara profesional dilihat dari kehadirannya,
dimana para guru selalu datang sebelum jam tambahan di mulai, untuk guru
PAI sendiri terdapat tiga guru yang mengajar pada Jam tambahan di kelas
XII SMA Negeri 5 Depok, semuanya selalu hadir sesuai jadwal dan tidak
pernah terlambat.
3. Efektifitas Waktu Pembelajaran PAI pada Jam Tambahan di SMA Negeri 5
Depok sudah dimaksimalkan oleh para guru meskipun hanya satu jam
pelajaran saja.
4. Hasil belajar PAI pada jam tambahan Siswa kelas XII SMA Negeri 5
Depok sudah efektif, dilihat dari Hasil Belajar Pekan Tengah Semester
siswa dengan rata-rata 82, dan nilai Ujian Akhir siswa dengan rata-rata 88,
hal ini menunjukan adanya peningkatan 6% hasil belajar siswa setelah
diterapkannya jam tambahan.
B. Implikasi
Penerapan jam tambahan di SMA Negeri 5 Depok telah berjalan
dengan baik, meskipun fakta dilapangan menunjukan bahwa masih kurangnya
antusias siswa dalam mengikutinya, terdapat beberapa faktor yang
75
menghambat siswa datang tepat waktu kesekolah, seperti jarak sekolah dari
rumah siswa yang relatif jauh, letak sekolah tidak terjangkau transportasi
angkutan umum, waktu pelaksanaan jam tambahan yang terlalu pagi yaitu dari
jam 06.00 pagi mengakibatkan siswa harus berangkat lebih awal dari hari
biasanya.
kedisiplinan guru sudah baik, Jika dilihat dari Kehadiran dalam Mengajar
pada jam tambahan khusunya pada mata pelajaran PAI, guru sudah mengajar
dengan Profesional, selalu hadir pada jam tambahan, selain kehadrian, guru
juga sudah berusaha dengan maksimal dalam mengajar untuk mempersiapkan
para siswanya mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Program sekolah ini sudah berjalan dengan baik, alangkah lebih baik lagi
jika absensi atau kehadiran siswa lebih di perhatikan
2. Memberikan punsihment (hukuman) bagi siswa yang terlambat datang atau
bahkan sengaja tidak mengikuti kegiatan ini.
3. Adanya koordinasi yang baik antara pihak sekolah dengan orangtua siswa
4. Adanya koordinasi yang baik antara kepala sekolah, wali kelas dan guru
mata pelajaran.
5. Wali kelas dapat membimbing, merangkul peserta didik yang sekiranya
jarang mengikuti jam tambahan.
6. Agar proses pembelajaran pada jam nol ini tidak membosankan alangkah
lebih baik jika guru menerapkan metode pembelajaran yang tidak monoton.
7. Alangkah lebih baik jika siswa meningkatkan kedisiplinan dalam mengikuti
jam nol ini
8. selain sebagai melatih kedisiplinan, datang tepat waktu ke kelas adalah
bentuk Ta‟dzim selaku pencari ilmu, agar kelak ilmu yang di dapatkan
menjadi keberkahan bagi para siswa itu sendiri.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Rajawali Pers,
2013.
Alim Muhammad, Pendidikan Agama Islam Upaya pembentukan pemikiran dan
kepribadian Muslim, Bandung:PT Remaja Rosda Karya, Cet.2, 2011.
Al-Quranul Karim Terjemah Perkata dua Warna AL-HIJR, 2014
Anas Sudjiono, Pengantar Statisktik Pendidikan, Jakarta:Rajawali Pers, cet.24,
2012.
Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pedidikan, Jakarta: Bina Aksara 1975.
Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara
Ed.Revisi, Cet.9, 2009.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Rineka Cipta, 1999.
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Remaja Rosda
Karya, 2006.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung:Remaja Rosda Karya, 2005.
Joesoef Soelaiman, Konsep dasar pendidikan luar Sekolah, Jakarta:Bumi Aksara
Jakarta, Cet ke 4, 2008.
Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan
Dialektik, Yogyakarata:Pustaka Pelajar, cet. ke1, 2015
Margono, Metodologi penelitian pendidikan Komponen KMDK, Jakarta:Rineka
Cipta, 2007.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung:Remaja Rosda Karya, cet.3, 2004.
Prayetno, Dkk, Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:Rineka
Cipta,1999.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014.
Santrok W. Jhon, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Salemba Humanika,2009.
Sjafei Mohammad, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta:Centre For Strategic And
International Studies, cet.2, 1979.
x
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta:Rineka Cipta,
2010.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:Rineka
Cipta, cet. 4, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatitf, Kualitatif, dan
R&D, Bandung:CV Alfabeta, cet. VII, 2009.
Suharsaputra Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan,
Bandung:PT. Refika Aditama cet. II, 2014.
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:Bumi
Aksara, cet.1, 2003.
Sukmadinata Syaodih Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, cet. VIII, 2012.
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta:Raja Grafindo persada, 2003.
Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Balajar, Jakarta:Rineka Cipta, 2011.
Tohirin, Psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru:Sarana
Mandiri Offset, 2003.
Jurnal dan Skripsi:
Skripsi Ahmad Irfan Pengaruh Penerapan Metode Mind Map Terhadap Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas Viii Di Smp Yanuri Tegal Alur
Kalideres Jakarta Barat, (2015)
Skripsi Sumarni, Efektifitas Penggunaan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pai Di Kelas Ii Sd Inpres Bontomanai
No. 37 Kota Makassar, 2017
Jurnal Suhendar, Pengaruh penambahan waktu belajar Agama Islam terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas
VIII di sekolah Menegah pertama Negeri 3 Cikajang Garut, (2008)
Jurnal Alimin, Efektifitas kebijakan jam wajib belajar malam hari terhadap anak
se-kabupaten Bintan, (2016)
HASIL WAWANCARA GURU
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Oktober 2018
Nama Responden : H. Ahmad Syamsuri, S.Pd
Jabatan : Guru Mata Pelajaran PAI kelas XII
1. Sudah berapa lama Bapak Mengajar di SMA Negeri 5 Depok?
Jawab: Baru dari 2014, karena kan sebelumnya saya kepala sekolah di SMK
Perintis BPK sejak 2004 di angkat menjadi Kepala sekolah di sekolah tersebut
sampai 2016.
2. Selain mengajar di Sekolah ini mengajar dimana lagi pak?
Jawab: Dulu menjadi kepala sekolah, sempat menjadi Dosen dan sekarang full
sekarang mengajar di SMA Negeri 5 Depok.
3. Bagaimana Tanggapan Bapak terkait diterapkannya Jam Nol?
Jawab: Sangat Bagus dikarenakan dapat membantu guru untuk memberikan
mata pelajaran tambahan sekaligus pelajaran mendalam bagi para siswa.
4. Kapan pelaksanaan Jam Nol ?
Jawab: sebetulnya, pada mulanya Jam Nol ini khusus mata pelajaran yang di
UN kan saja, karena sekarang semua masuk dalam USBN, di luar UN maka
sejak dua tahun terakhir, ini adalah tahun ketiga.
5. Kapan pelaksanaan Jam Nol Bagi Mata Pelajaran PAI?
Jawab: Telah dijadwalkan oleh kurikulum, biasanya Mata Pelajaran Selain
yang di Ujian Nasionalkan, dilaksanakan Pada Separuh awal Semester Genap,
dikarenakan PAI diujikan pada USBN.
6. Bagaimana Kehadiran siswa pada Jam nol?
Jawab: Jam nol itukan artinya jam 06:00 ya, banyak siswa yang alamat
rumahnya jauh, kedua kan Depok nomor tiga termacet, otomatis kan perjalanan
nya tidak semulus itu, ketiga Faktor minat anak artinya malas dan rajinnya, tiga
poin itulah yang menjadi kendala.
7. Apa hukuman bagi siswa yang tidak mengikuti Jam Nol?
Jawab: sanksi jelas ada, setiap kehadiran siswa ada rekapannya, kemudian
dilaporkan wali kelas kemudian melakukan koordinasi dengan orang tua
melaporkan bahwa anak ibu atau anak bapak ini tidak hadir pada jam nol
sekian, ada juga yang hadir tapi terlambat harusnya jam 06.00 harus masuk
mereka jam 06.30 baru datang, tapi mereka tetap dikasih kesempatan untuk
ikut, sedikit apapun keikut sertaan mereka akan dimasukan, karena kan yang
disebut jam nol ini adalah jam tambahan jadi kan sifatnya kalo kita keras
dasarnya gak ada, itu adalah bagian dari program sekolah saja, yang tujuan nya
untuk meningkatkan dan mendongkrak nilai
8. Bagaimana Tanggapan orang tua siswa dengan di terapkan nya jam nol?
Jawab: Orang tua tentu sangat mendukung akan program jam nol ini, akan
tetapi kembali pada minat siswa.
9. Apakah penerapan Jam Nol ini sudah Efektif untuk meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Khususnya pada mata Pelajaran PAI?
Jawab: Ya kalo berbicara tanpa pakai data jelas yang namanya pembelajaran
nilai efektif nya pasti masih ada, intensitas, besar kecilnya itu yang harus pakai
data, sejauhmana, berapa peningkatan, nah itu yang harus pakai data, kalo
pakai mulut mah namanya orang mencari ilmu ya pastilah mempunyai nilai
efektifitas tapi kan kalo secara ilmiahnya kan harus menggunakan data karena
itu data juga bisa menunjukan itu.
10. Bagaimana Melihat siswa ini meningkat atau tidak hasil belajarnya pada
mata pelajaran PAI?
Jawab: itu diliatnya dari PTS (Penilaian Tengah Semester), kemudian di terapkan
jam Nol setelah PTS maka melihat hasilnya itu di UAS (Ujian Akhir Semester)
mengukur Nilai Efektifitas dari Jam Nol itu. bandingan nya PTS dengan UAS
artinya jika siswa memiliki Nilai PTS berapa dengan UAS dengan nilai berapa
untuk mengukur Efektifitas dari Jam Nol
Jakarta, 24 Oktober 2018
Interviewer
Asep Ahmad Faris
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Kamis, 08 Februari 2018
Nama Responden : Siti Sayidah Makrifah, S. Pd
Jabatan : Wakil kepala Sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 5
Depok
1. Apa yang disebut dengan Jam Nol?
Jawab: Jam nol merupakan jam tambahan mata pelajaran yang akan di ujikan
pada ujian nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Istilah jam nol diambil dari jam tambahan yang dilaksanakan sebelum jam
Pertama kegiatan belajar dan mengajar (KBM).
2. Kapan pelaksanaan Jam Nol?
Jawab: Adapun waktu pelaksanaannya yaitu 3 hari dalam satu minggu yaitu
pada hari selasa, kamis dan jumat, pada Paruh akhir semester ganjil dan paruh
awal Semester genap, sedangkan waktu pembelajarannya yaitu dari jam 06.00-
07.00 pagi.
3. Apa saja Mata Pelajaran yang diadakan pada Jam Nol?
Jawab: Mata pelajaran yang akan di ujikan pada Ujian Nasional (UN) seperti
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Mata pelajaran Jurusan IPA
(Fisika, Biologi, Kimia) IPS (Ekonomi, Geografi, Sosiologi) dan Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) semua Mata pelajaran Selain yang di ujikan di
Ujian Nasional.
4. Sejak kapan diterapkan nya Jam Nol?
Jawab: Jam Nol merupakan salah satu program SMA Negeri 5 Depok sejak
tahun 2005, sebagai upaya peningkatan kedisiplinan serta upaya peningkatan
hasil belajar siswa. pelaksanaannya dikhususkan bagi semua siswa kelas XII
yang akan melakukan ujian nasional (UN) dan ujian sekolah berstandar
nasional (USBN),
5. Bagaimana Tanggapan para Orang tua terkait diterapkannya Jam Nol?
Jawab: Adanya program sekolah ini tentu saja tanggapan orang tua sangat
antusias dikarenakan demi kebaikan prestasi belajar anak akan terbiasa pula
disiplin anak datang ke sekolah.
6. Bagaimana Tanggapan Guru siswa dengan di terapkan nya jam nol?
Jawab: Para Guru juga sangat antusias dan profesional dalam mengajar,
hampir semua guru yang mengajar mata pelajar pada jam nol semuanya datang
tepat waktu ke sekolah, walaupun sebenarnya mereka memiliki kesibukan lain
seperti mengurus rumah tangganya
7. Bagaimana Kehadiran siswa selama dilaksanakan nya Jam Nol?
Jawab: kehadiran siswa pada program jam nol ini dinilai masih kurang
antusias, mungkin karena jarak rumahnya ke sekolah yang jauh, kendala
transfortasi dan kesadaran pada diri siswa itu sendiri mengenai pentingnya
mengikuti jam nol ini
8. Apakah dengan diterapkannya Jam Nol ini secara tidak langsung membuat
disiplin siswa?
Jawab: Seharusnya iya, dikarenakan siswa diharuskan pagi-pagi datang ke
sekolah, akan tetapi kembali ke masing-masing siswa itu sendiri mengenai
seberapa pentingnya jam nol ini bagi mereka
9. Apakah ada Punishment bagi siswa yang tidak mengikuti Jam Nol?
Jawab: tentunya ada, hukumannya dikembalikan lagi kepada setiap guru mata
pelajarannya, bisa jadi siswa tersebut tidak di izinkan masuk pada jam pertama,
bersih-bersih lingkungan sekolah, lari ataupun diberikan tugas.
10. Apakah penerapan Jam Nol ini sudah Efektif untuk meningkatkan Hasil
Belajar Siswa?
Jawab: jika dilihat dari persentase kehadiran tentu masih banyak hal yang
harus dipertimbangkan mengenai keefektifan jam nol ini, akan tetapi jika
melihat dari hasil belajar sudah efektif, terbukti lulusan sekolah kami diterima
diberbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia, dan budaya yang baik kenapa
tidak dilanjutkan jika memiliki hasil yang baik.
Jakarta, 08 Februari 2018
Interviewer
Asep Ahmad Faris