Post on 13-Dec-2014
BAB I
PENDAHULUAN
DEFINISI
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan atau
jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma, Leiomioma
dan Fibroid.1,2,3
EPIDEMOLOGI
Mioma Uteri merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Frekuensi
mioma sukar ditentukan secara tepat, hal ini disebabkan banyak penderita dengan mioma
tidak mempunyai keluhan apa-apa. Diperkirakan mioma terdapat pada 20-25% wanita
berusia diatas 35 tahun. Di Indonesia mioma uteri ditemukan kira-kira 2,39-11,7% dari
seluruh penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini terutama ditemukan pada masa
reproduksi. 1,2,3,4,5,6
ETIOLOGI
Penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahui tetapi banyak penulis
mengangggap teori stimulasi oleh estrogen sebagai faktor penyebab, mengingat bahwa :
1. Mioma Uteri seringkali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2. Mioma Uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche
3. Mioma Uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan dengan mioma uteri.
Teori lain menurut Meyer dan De Snoo yang mengajukan teori sel nest (teori
genitoblast). Pukaa dkk menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapati daripada miometrium normal. 1,2,5,8
PATOLOGI
Berdasarkan letak tumor menurut pertumbuhannya :
1. Submukosa : berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus.
2. Intramural : terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium
3. Subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus
` diliputi oleh serosa.
GEJALA DAN TANDA
Gejala tergantung dari lokasi, besar/ukurannya, perubahan dan komplikasi yang
terjadi dalam mioma. Gejala-gejala digolongkan sebagai berikut :
Perdarahan tidak normal bersifat hipermenore, metroragia
Adanya benjolan dan atau rasa berat pada perut bagian bawah
Rasa nyeri, dapat terjadi jika :
- Mioma menyempitkan kanalis servikalis
- Adanya penyakit adneksa seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis.
DIAGNOSIS
Adanya pembesaran uterus dengan konsistensi kenyal, padat, berbatas jelas,
permukaan berbenjol-benjol pada umumnya multiple teraba pada perut bagian bawah.
Gangguan haid berupa metroragi, menoragi atau dismenore. Gangguan akibat
penekanan tumor berupa disuria, polakisuria, retensi urin, konstipasi dan obstipasi. 1,2,3
DIAGNOSA BANDING
Tumor padat dari ovarium, adenomiosis.7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam menegakkan diagnosa suatu mioma untuk menyingkirkan patologi yang
lain dan mengetahui komplikasi serta untuk kepentingan penanganan maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu :2
Laboratorium
Nilai Hb yang rendah merupakan tanda laboratorium yang paling sering
ditemukan pada mioma teri sebagai akibat perdarahan abnormal dari uterus dan
infeksi. Leukositosis dapat terjadi bila mioma uteri dengan komplikasi
endometritis atau degenerasi merah.
Kuretase pada pasien yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan hiperplasia
endometrium atau adenokarsinoma endometrium yang kemudian dilakukan
pemeriksaan Patologi Anatomi
Ultrasonografi
Tes Kehamilan
PENANGANAN
Penanganan mioma uteri tergantung dari berbagai variable, yaitu : ukuran, lokasi,
gejala dan fungsi reproduksi reproduksi (usia, paritas), kesehatan tubuh, mioma yang
potensial menjadi keganasan.
Observasi
Dilakukan pada penderita yang asimptomatik, ukuran tumor yang kecil dan
penderita yang mendekati menopause. Observasi dilakukan setiap 3-6 bulan untuk
mengetahui pertumbuhan yang abnormal dari tumor atau komplikasi yang timbul.
Dengan adanya USG dan CT-Scan dapat didiagnosa suatu mioma uteri.
Bedah
Pada penderita yang mengalami gejala, bedah merupakan metode diantara
penanganan- penanganan yang ada. Bedah dilakukan jika tumor menyebabkan uterus
membesar (>12minggu usia kehamilan), torsi. Miomektomi dilakukan bila fungsi
uterus masih hendak dipertahankan, masih menginginkan anak dan wanita muda.
Histerektomi dilakukan bila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan, pertumbuhan
tumor cepat dan terdapat perdarahan yang membahayakan.
Terapi hormonal
Pada wanita dengan adanya gejala-gejala mioma uteri tapi tidak dapat dilakukan
operasi dapat ditangani dengan analog Gonadotropin Releasing Hormone (GnRh). Hal
ini didasarkan atas pemikiran bahwa mioma uteri terdiri dari sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRh yang mengatur reseptor gonadotropin
dari hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi mioma.8,9,10
Radioterapi
Penyinaran dilakukan pada penderita yang memerlukan operasi akan tetapi kesehatan
umumnya merupakan kontraindikasi terhadap tindakan tersebut. Dengan penyinaran,
fungsi ovarium dihentikan dan tumor akan mengecil.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. G.L
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Alamat : Molas
Agama : Kristen Protestan
Bangsa : Indonesia
Tanggal MRS : 27 desember 2013
ANAMNESA
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dikirim oleh dr.B.joel.L SpOg (K) dengan diagnosis miaoma uteri + anemia
Keluar dara dari jalan lahir sejak maret maret 2012, bergumpal, nyeri (+)
Riwayat perdarahan di luar haid (+)
Riwayat pendarahan pasca senggama (-)
BAB , BAK : normal
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung,hati.paru, ginjal, darah tinggi, kencing manis disangkal.
ANAMNESA GINEKOLOGI
1. Hal Perkawinan dan Kehamilan
Kawin : 1 kali, umur kawin 18 tahun
Kehamilan: 1 : permpuan SPT LBK tahun 1983
2 : Laki – laki SPT LBK tahun 1990
2. Hal Haid
Menarche : 11 tahun, siklus : teratur, lamanya : 5 hari
Sakit waktu haid hingga tidak dapat bekerja : (-)
Penggunaan KB : Suntik 3 tahun + Pil 2 tahun
RIWAYAT PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Suhu Badan : 36,5 0c
Respirasi : 20x/menit
Berat Badan : 62 kg
Warna Kulit : Sawo matang
Kepala : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
Paru : Inspeksi : Pergerakan simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan baru
Auskultasi : Sp.Vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak tampak
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI-II normal, bising (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-) teraba massa setinggi 2 jari
diatas simphisis
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Peristalik usus (+) normal.
Ekstremitas : Edema -/-
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Status Lokalis (Abdomen)
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-) teraba massa setinggi 2 jari diatas simphisis
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal.
Status Ginekologi
Inspeksi : Fluksus (-), flour (-) vulva t.a.k
Inspekulo : Fluksus (+), vagina tak, portio licin, erosi (-), OUE tertutup
PD : Fluksus (+),vagina tak, nyeri goyang (-), portio kenyal, OUE
tertutup, CU teraba massa sebesar 16-18minggu kehamilan.
A/P bilateral lemas, nyeri tekan (-), massa (-).
Cavum douglasi : tidak menonjol
RT : Spingter cekat, ampula kosong, mukosa licin, masa (-)
Resume masuk
Pasien MRS tanggal 27 desember 2012 dikirim dari dr. B. Joel. L ,SpOG (K) dengan
diagnosa P2A0 43 tahun dengan mioma uteri + Anemia.dengan perdarahan jalan lahir.
Status present :
KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg R : 20x/menit
N : 80x/menit S : 36,5oC
Status ginekologi :
Inspeksi : Fluksus (+), vulva t.a.k
Inspekulo : Fluksus (+), vagina tak, portio licin, erosi (-), OUE tertutup
PD : Fluksus (+),vagina tak, nyeri goyang (-), portio kenyal, OUE
tertutup, CU sebesar kehamilan 18-20 minggu, kenyal A/P bilateral
lemas, nyeri tekan (-), massa (-).
Cavum douglasi : tidak menonjol
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/60 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/ menit
Sb : 36,5oC
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Jantung dan paru : t.a.k
Abdomen : Cembung, tegang, teraba masa setinggi 2 jari bawah pusat nyeri
tekan (-), mobile (+), pekak berpindah (-), bising usus (+) normal.
Inspeksi : Fluksus (-), vulva t.a.k
Inspekulo : Fluksus (-), vagina t.a.k, portio liciin, erosi (-), OUE tertutup.
PD :Fluksus (-), vagina licin, nyeri goyang (-), portio kenyal, nyeri
goyang (-), OUE tertutup. CU sebesar kehamilan 18-20 minggu. A/P
bilateral lemas, CD tidak menonjol.
Hasil Laboratorium
* Hb : 12,0 gr % * Eritrosit : 4,79 /mm3
* Leukosit : 15500 /mm3 * GDS : 91
* Trombosit : 833.000 /mm3 * SGOT : 21 U/L
* Ureum : 19 mg/dL * SGPT : 33 U/L
* Kreatinin : 0,8 mg/dL
* Uric acid darah : 5,5 mg/dL
Sikap/tindakan :
USG konsulen
DL, SGOT, SGPT, ureum, creatinin, asam urat, CT/BT
EKG, foto thorax
R/ D & C
HT
FOLOW UP
27 – 12 – 2012
S : pendarahan sedikit – sedikit
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
28 – 12 – 2012
S : pendarahan sedikit – sedikit
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m S : 36,7 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
29 – 12 – 2012
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 88 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
30 – 12 – 2012
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 110/70 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,5 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
31 – 12 – 2012
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/70 mmHg, N : 80 x/m, R : 224 x/m, S : 36,5 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
01 – 01 – 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/60 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,2 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
02 – 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,5 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
03 – 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 88 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
04 – 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
05 – 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/70mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,6 º C
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
06 – 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
07 – 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m,
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri
P : HTSO tanggal 7 -1 -2012
Oprasi hari ini. Didorong ke IBS jam 11.00
LAPORAN OPRASI
Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik pada
abdomen dan sekitarnya kemudian ditutup dengan doek steril pada daerah abdomen
lapangan operasi. Dalam keadaan spinal dilakukan insisi linea mediana inferior. Insisi
diperdalam lapis demi lapis hingga fascia. Fascia diinsisi kecil dan diperdalam
diperluas ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara tumpul. Peritoneum dijepit
dengan 2 pinset. Setelah yakin tidak ada usus yang terjepit dibawahnya, peritoneum
digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak uterus mioma ukuran
13x12x8cm. Kedua tuba dan ovarium baik. Diputuskan dilakukan histerektomi totalis
ligamentum rotondum kanan dijepit dengan 2 klem, digunting dan diikat demikian
juga sisi kiri. Identifikasi plica vesica uterina dijepit dengan pinset, digunting kecil
dan diperluas ke kiri dan kekanan sampai pangkal ligamentum rotundum, vesica
urinaria disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haak abdomen. Ligamentum
latum kiri ditembus secara tumpul untuk membuat jendela, pangkal tuba, ligamentum
ovarii propium, dan mesosaipium, dijepit dengan 3 klem di gunting dan dijahit double
ligase, begitu juga sisi kiri. Identifikasi arteri uterine kiri dijepit 3 klem digunting dan
dijahit double ligasi, demikian juga pada sisi kanan. Ligamentum kardinale sisi kiri
dijepit 2 klem digunting dan dijahit demikian juga sisi kanan. Identifikasi puncak
vagina, dijepit dengan 2 klem bengkok, digunting dan dijepit dengan klem kocher
panjang kemudian dimasukkan kasa betadine. Puncak vagina dijahit secara jelujur
dengan dexon no.1, kontrol perdarahan negatif. Dilakukan retroperitonealisasi,
kontrol perdarahan negatif. Rongga abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan
darah. Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut. Otot dijahit secara
simpul dengan plain catgut. Kulit dijahit secara subkutikuler dengan chromic catgut
2/0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine. Operasi selesai.
KU Post Operasi.
T : 110/70 mmHg, N : 80 x/m, R :20 x/m, S :36,5oC
Perdarahan ± 200 cc, diuresis ± 100 cc
Instruksi Post Operasi
1. Kontrol Hb 6 jam post OP, jika HB < 10gr/dL protranfusi
2. Puasa sampai peristaltic (+) / fluksus (+)
3. RL = D 5 % = 1:1 = 20 gtt/menit
4. Antibiotika : - Ceftriaxon inj 3 x 1 gr
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Transamin 3 x 1 amp
- Vit C 1x1 amp
- Kaltrofen 1 x 2 supp
08 – 01– 2013
S : Nyeri luka post oprasi
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,2
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H I
P : ceftriaxon 3 x 1 (IV) Rawat luka
Metronidazole 2 x 500gr (IV)
Vitamin C 1 x 1 amp Kaltrofen 1 x 2 supp
09 – 01– 2013
S : Nyeri luka post oprasi
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S : 36,2
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H II
P :
cefadroxile 3 x 1 tab
Vit C 3 x 1 tab
SF 1 x 1 tab
Tunggu Hasil PA
Rawat luka
10– 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H III
P :
cefadroxile 3 x 1 tab
Vit C 3 x 1 tab
SF 1 x 1 tab
Tunggu Hasil PA
Rawat luka
Blader drain
10– 01– 2013
S : (-)
O : Ku : Cukup Kes : CM
T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 22 x/m, S : 36,5
A : P2A0 43 tahun dengan mioma uteri. Dilakukan histerektomi totalis H II
P :
cefadroxile 3 x 1 tab
aff kateter
Vit C 3 x 1 tab
SF 1 x 1 tab
Rawat luka
Blader drain
Hasil PA : endometriosis interna + trauma endometrium
R / Pulang besok
DISKUSI KASUS
1. Diagnosis
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan ginekologik. Anamnesis didapatkan adanya perdarahan dari jalan lahir
sejak bulan maret 2012 ,.
Pemeriksaan abdomen ditemukan massa setinggi satu jari diatas pusat, dengan
ukuran 12x13x8 cm, letak di tengah, permukaan agak berbenjol, konsistensi padat,
dapat digerakkan, nyeri tekan tidak ada. Periksa dalam ditemukan korpus uteri
membesar sesuai kehamilan 24-26 minggu 12x13x8 cm konsistensi padat, permukaan
berbenjol, dapat digerakkan, nyeri tekan tidak ada.
Sebagian besar kasus mioma uteri tidak menunjukkan gejala khas, bahkan
kadang-kadang mioma yang besar pada penderita gemuk tidak terdeteksi. Adapun
gejala klinik yang sering adalah perdarahan uterus abnormal, nyeri, adanya gejala
akibat penekanan, interfertilitas dan abortus spontan.
Pada kasus ini ditemukan perdarahan uterus abnormal adalah menometroragia
yang merupakan manifestasi klinik paling sering dan paling penting. Penyebab
menoragia ialah perluasan dari permukaan endometrium, hiperplasia endometrium
dan penekanan vena oleh mioma/tumor yang mengakibatkan kongesti vena di
endometrium. Sedangkan metroragia disebabkan oleh massa mioma yang mengalami
trombosis vena endometrial dan nekrosis pada permukaannya terutama pada mioma
submukosum.
Penderita juga mengeluh nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul.
Kepustakaan menyebutkan, bahwa mioma jarang menimbulkan keluhan nyeri, kecuali
bila terjadi gangguan vaskularisasi seperti penyumbatan pembuluh darah, infeksi dan
torsi mioma bertangkai atau karena tumor masuk ke rongga pelvis dan menekan saraf
lumbosakral sehingga menimbulkan rasa nyeri yang menjalar ke punggung atau
ekstremitas bawah.
Pada pemeriksaan didapatkan uterus membesar sesuai kehamilan 24-26 minggu
12x13x8 cm, permukaan berbenjol, konsistensi padat, dapat digerakkan.
Kemungkinan adanya perlekatan dapat disingkirkan karena massa dapat digerakkan.
2. Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kasus ini adalah tumor padat ovarium dan adenomiosis,
karena tumor padat ovarium merupakan massa yang mirip dengan mioma uteri,
dengan konsistensi kenyal sampai padat, permukaan berbenjol dan mudah digerakkan
bila tak ada perlekatan dengan sekitarnya. Tumor ovarium padat merupakan 5% dari
semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita pada massa
menopause dan sesudahnya.
Dengan pemeriksaan, tumor ovarium berada di samping atau diatas uterus dan
dapat ditentukan hubungan dengan uterus. Pada kasus ini, bila massa abdomen
digerakkan atau ditekan ke bawah maka portio ikut bergerak, ini menandakan bahwa
massa tersebut berhubungan dengan uterus. Sedangkan tumor ovarium, bila massa
abdomen digerakkan ke bawah maka portio tidak ikut bergerak bila tak ada
perlekatan. Adanya perdarahan abnormal dan pembesaran uterus pada kasus ini
memungkinkan juga untuk diagnosis banding dengan adenomiosis. Tapi adenomiosis
dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan pulau-
pulau jaringan endometrium.
3. Penanganan
Untuk persiapan pre-operatif pada penderita ini, dilakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap yaitu periksa darah rutin, faal hemostatis, fungsi ginjal, fungsi hati, gula
darah puasa, EKG, foto thorax. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit
penyerta dan untuk mengantisipasi adanya penyakit disaat tindakan anastesi, saat
operasi dan pasca operasi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis pasti pada kasus ini. Sedangkan pemeriksaan histopatologi dengan D & C,
oleh karena adanya keluhan perdarahan uterus abnormal, untuk mengetahui apakah
adanya keganasan di endometrium atau di endoservix..
Pada pasien ini juga dilihat dari keadaan umum mengalami perdarahan yang terus
menerus dan bergumpal-gumpal menyebabkan pasien ini mengalami anemia sehingga
perlu diperbaiki dahulu keadaan umum pasien khususnya anemianya dengan
melakukan transfusi.
Penatalaksanaan operatif dengan HT + salpingektomi bilateral dilakukan pada pasien
ini karena penderita berumur 46 tahun, sudah mempunyai 3 orang anak dan juga
terjadi perdarahan yang membahayakan jiwa penderita sehingga fungsi uterus tidak
diperlukan lagi. Saat operasi, ditemukan uterus yang membesar dengan ukuran ±
15x20x15 cm. Jenis mioma pada pasien ini pada saat dilakukan operasi ditemukan
mioma intramural dimana ini menerangkan terjadinya perdarahan hebat,
menyebabkan permukaan endometrium menjadi lebih luas. Selain itu, sarang mioma
yang terdapat diantara serabut otot uterus menyebabkan berkurangnya kemampuan
otot uterus untuk berkontraksi dan menjepit pembuluh darah yang melewatinya.
Penanganan penderita di RR berupa pemberian antibiotik, analgesik dan anti
perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi post operasi.
Penderita kemudian dipindahkan ke ruangan setelah keadaan umum penderita agak
membaik. Setelah dirawat selama 22 hari tidak ditemukan adanya komplikasi dan
luka operasi baik maka penderita sudah dapat dipulangkan dan dianjurkan untuk
kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP Manado.
4. Komplikasi
Pada penderita ini komplikasi yang dialami sebelum operasi adalah perdarahan yang
abnormal ini dapat menyebabkan terjadinya anemia, bila tidak segera diatasi.
5. Prognosis
Pada kasus ini prognosis awal sebelum dilakukan tindakan adalah kurang baik karena
perdarahan abnormal yang dialami berlangsung terus menerus, ini memberikan
dugaan kearah penyakit-penyakit kandungan lain dan keganasan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
ginekologis serta dari hasil operasi.
Penanganan pada pasien ini adalah dengan tindakan operatif yaitu HT +
salpingektomi bilateral karena adanya ukuran mioma uteri yang cukup besar 12x13x8
cm dan adanya komplikasi perdarahan yang membahayakan jiwa penderita juga
karena pasien ini telah mempunyai 2 orang anak serta sudah berumur 43 tahun, dalam
hal ini fungsi uterus sudah tidak diperlukan lagi.
Prognosis pada kasus ini baik walaupun ditemukan adanya komplikasi perdarahan
tetapi dapat diatasi dan tidak ditemukan adanya komplikasi lain selama perawatan
serta dari hasil PA tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan.
SARAN
Perlu dijelaskan mengenai tindakan operasi (Histerektomi) dengan sebaik-baiknya,
karena akibat tindakan ini penderita tidak akan mengalami haid lagi sebab uterusnya
sudah diangkat.
Penderita disarankan untuk kontrol di poliklinik ginekologi.
Setiap wanita hendaknya secara teratur memeriksakan diri ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikajosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, ed. Tumor Jinak Alar Genital. Dalam
: Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 1997 ; 338-45.
2. Piver M.S, Benign Conditions of the Myometrium in Manual Gynecology Oncology
and Gynecology 1st edition, Little, Brown and Compapny, New York. 1991 ; 250-33
3. Danfort’s Leioyomas, in Obstetvies and Gynecology, 7th edition, J.B. Lippincott
Company, Philadelphia, 1994 ; 929-37
4. Meinindah D, Reseptor Estrogen dan Progesteron pada Leiominia dan Miometrum
Normal. Dalam : Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 1999; 10-24
5. Wexler AS, Pernoll ML. Benign, Disorder of the Uterine Corpus in Dechenery Ah,
Pern-ll ML (editors). Current Obstetric and Gynecologic. Diagnosis and Treatment 8 th
ed. A lenge Medical Book, Noswak, Connecticut. 1994;731-7
6. Thomas EJ, The Aetrology and Pathogenesis of Fibroids. In :Shaw RW editors.
Advance in Reproductive Endicrinology : Uterine Fibroids Time for Review. Volume
4. New Jersey :The Parthenon Group Inc. 1992 ; 1-8
7. Benson R.C, Pernoll M.L, Disease of The Uterus in Handbook of Obstetric and
Gynecology, 9th edition, Mc Graw – Hill, Inc. Singapore, 1994 ; 553-38
8. Gant NF. Cunningham F.G, Beningn Disease of The Uterus in the Basic Gynecology
and Obstetric, 1st edition, Prentice-Hall International Inc, Dallas, 1993 ; 23-26
9. Bahan Kuliah Mahasiswa FK Unsrat. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unsrat,
Manado, 2000.
10. Taber B. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1994.
1.
2.