Post on 16-Jan-2016
description
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gipsum
Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.
Selain itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia. Di
alam, gipsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat.
Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat,
karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain.15-6
Secara kimiawi, produk gipsum yang
dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4·2H2O)
murni.2,6,17
Produk gipsum dapat digunakan secara umum seperti untuk membuat patung
dan sebagai bahan bangunan. Di bidang kedokteran, produk gipsum dapat digunakan
sebagai alat ortopedi.5 Di bidang kedokteran gigi, produk gipsum digunakan untuk
membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan
protesa gigi.2,6
Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi dikenal dengan
gips yang memiliki rumus kimia CaSO4.½H2O.12
2.1.1 Proses Pembentukan Gips Kedokteran Gigi
Kalsinasi merupakan proses pemanasan gipsum untuk mendehidrasinya
(sebagian ataupun seluruhnya) untuk membentuk kalsium sulfat hemihidrat. Plaster
dan stone merupakan hasil dari proses dehidrasi gipsum. Proses kalsinasi yang
menentukan kekuatan suatu bahan gips. Perbedaan dalam tipe-tipe gips berhubungan
dengan jumlah air yang dihilangkan dimana akan menghasilkan densit yang beragam
dan ukuran partikel bahan gips yang berbeda.17
Proses kalsinasi yang berbeda akan
menghasilkan tipe gips yang berbeda, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
7
Tabel 1. Hidrasi Kalsium Sulfat6,13
Bahan tambang
Produk samping
proses kimia
Gipsum, kalsium sulfat dihidrat, CaSO4·2H2O
Dipanaskan di
ketel terbuka,
120oC
Dipanaskan di
autoklaf di bawah
tekanan uap, 120-
130oC
Dipanaskan dalam
air dengan asam
organik atau garam
dalam jumlah
sedikit, dalam
autoklaf, 140oC
Dipanaskan di
larutan kalsium
klorida atau
magnesium klorida
yang mendidih
Kalsium sulfat
hemihidrat
terkalsinasi
(kadang disebut
sebagai β-
hemihidrat),
(CaSO4)2.H2O
Kalsium sulfat
hemihidrat autoklaf
(kadang disebut
sebagai hidrokal
atau α-hemihidrat),
(CaSO4)2.H2O
Kalsium sulfat
hemihidrat autoklaf
(kadang disebut
sebagai kristakal/
α-hemihidrat),
(CaSO4)2.H2O
Kalsium sulfat
hemihidrat (kadang
disebut sebagai
densit),
(CaSO4)2.H2O
Pemanasan < 200oC
Kalsium sulfat hexagonal (kadang disebut sebagai ‘soluble anhydrite’, CaSO4
Pemanasan > 200oC
Kalsium sulfat ortorombik (kadang disebut sebagai ‘insoluble anhydrite’, CaSO4
2.1.2 Jenis Gips Kedokteran Gigi
Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk
gipsum dapat dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:3,12,19
1. Impression Plaster (Tipe I)
Gips tipe I (Impression Plaster) memiliki kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi
sebagai bahan utamanya dan ditambahkan kalsium sulfat, borax dan bahan pewarna.13
Gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam kedokteran gigi sebab telah
digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer,
Universitas Sumatera Utara
8
sehingga gips tipe I terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, untuk rahang
edentulus.3,18
2. Model Plaster (Tipe II)
Gips tipe II (Model Plaster) terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/ β-hemihidrat
sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol setting time.13
β-
hemihidrat terdiri dari partikel kristal ortorombik yang lebih besar dan tidak beraturan
dengan lubang-lubang kapiler sehingga partikel β-hemihidrat menyerap lebih banyak
air bila dibandingkan dengan α-hemihidrat.6 Pada masa sekarang, gips tipe II
digunakan terutama untuk pengisian kuvet dalam pembuatan gigitiruan dimana
ekspansi pengerasan tidak begitu penting dan kekuatan yang dibutuhkan cukup,
sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. 6,18
Selain itu, gips tipe II dapat
digunakan sebagai model studi.17
3. Dental Stone (Tipe III)
Gips tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/ α-hemihidrat dan zat tambahan
untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk membedakannya dengan
bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih.13
α-hemihidrat terdiri dari partikel
yang lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak
poreus sehingga membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila
dibandingkan dengan β-hemihidrat.6,10
Gips tipe III ideal digunakan untuk membuat
model kerja yang memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasif yang tinggi seperti
pada konstruksi protesa dan model ortodonsi.3,6,18
Kekuatan kompresi gips tipe III
berkisar antara 20,7 MPa (3000 psi) – 34,5 MPa (5000 psi).2,6
4. Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)
Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang memiliki
bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga
partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan β-hemihidrat dan
hidrokal.6-7,18
Gips tipe IV sering dikenal sebagai die stone sebab gips tipe IV ini
sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi, umumnya
digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan jembatan gigi tiruan.3,5,15
Diperlukan
Universitas Sumatera Utara
9
permukaan yang keras dan tahan abrasi karena preparasi kavitas diisi dengan malam
dan diukir menggunakan instrumen tajam hingga selaras dengan tepi-tepi dai.6,18
5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
Adanya penambahan terbaru pada klasifikasi produk gipsum ADA dikarenakan
terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta ekspansi lebih tinggi.3
Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips tipe V memiliki
kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting ekspansinya.7 Gips tipe V
memiliki setting ekspansi sekitar 0,1% - 0,3% untuk mengkompensasi pengerutan
casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur.3,5,20
Kekuatan yang lebih
tinggi diperoleh dengan menurunkan rasio air-bubuk.5 Gips tipe V umumnya
digunakan sebagai dai untuk pembuatan bahan logam campur yang memiliki
pengerutan tinggi.17
Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan merupakan
produk gipsum yang paling mahal.3
2.1.3 Karakteristik Gips Kedokteran Gigi
Karakteristik gips meliputi:
a. Setting time
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gips kontak dengan air.6,20-1
Setting time terdapat dua tahap sebagai
berikut:3,5-6
1. Initial setting time
Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung. Pada masa ini,
adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika
viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan
tampilan mengkilatnya (loss of gloss). Loss of gloss tersebut menandakan bahwa gips
sudah mencapai setting awalnya. Pada saat setting awal dicapai, bahan gips tidak
boleh dikeluarkan dari cetakan. Selain itu, pada reaksi pengerasan ini terdapat reaksi
eksoterm.3,5
Universitas Sumatera Utara
10
2. Final setting time
Ketika gips dapat dikeluarkan dari cetakan menandakan bahwa gips tersebut
telah mencapai final set. Akan tetapi pada masa ini, gips tersebut memiliki kekerasan
dan ketahanan terhadap abrasi yang minimal. Pada reaksi pengerasan akhir ini, reaksi
kemis yang terjadi telah selesai dan model akan menjadi dingin ketika disentuh.3,5
b. Setting ekspansi
Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gips. Plaster memiliki setting ekspansi
yang paling besar yaitu 0,30% sedangkan high-strength stone memiliki setting
ekspansi yang paling rendah yakni 0,10%. Setting ekspansi merupakan hasil dari
pertumbuhan kristal-kristal gips ketika mereka bergabung. Setting ekspansi harus
dikontrol agar tetap minimum terutama ketika gips tersebut akan digunakan untuk
membuat pola malam sebuah restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi
berlebihan maka akan menghasilkan sebuah restorasi yang oversized. Settting
ekspansi hanya terjadi ketika gips dalam proses pengerasan.3
c. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari gipsum. Setting
ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan
ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar ekspansi
pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah.2,6
d. W/ P Ratio
Rasio air-bubuk harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran gips sebab
diperlukan daya alir yang cukup untuk menghasilkan detil permukaan yang akurat.3
Tipe gips yang berbeda akan memiliki rasio air-bubuk yang berbeda juga. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat hemihidrat.7
e. Kekuatan kompresi
Kekuatan gips merupakan kemampuan bahan untuk menahan fraktur. Kekuatan
kompresi gips merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan dan daya
tahan abrasi gips.4 Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air-bubuk yang
digunakan. Semakin sedikit air yang digunakan maka semakin besar kekuatan
kompresi yang dihasilkan.7
Universitas Sumatera Utara
11
Tabel 2. Tabel Karakteristik Gips2,6,23
Tipe gips Setting
time
(menit)
Kehalusan Setting
ekspansi
2 jam (%)
Kekuatan
kompresi 1
jam (MPa)
Rasio
air-
bubuk Penyaringan
150µm (%)
Penyaringan
75 µm (%)
I (Impression
Plaster)
4±1 98 85 0,00- 0,15 4,0 0,50-
0,75
II (Model
Plaster)
12±4 98 90 0,00- 0,30 9,0 0,45-
0,50
III (Dental
Stone)
12±4 98 90 0,00- 0,20 20,7 0,28-
0,30
IV (Dental
Stone, High-
Strength)
12±4 98 90 0,00- 0,10 34,5 0,22-
0,24
V (Dental
Stone, High
Strength, High
Expansion)
12±4 98 90 0,10- 0,30 48,3 0,18-
0,22
2.2 Kekuatan Kompresi
Kekuatan kompresi ialah kekuatan yang diukur dengan cara memecahkan
spesimen dengan alat uji tekan. Kekuatan kompresi dikalkulasikan dari kegagalan
spesimen menahan beban dibagi dengan cross-sectional area beban dan hasilnya
dinyatakan dalam satuan per square inch (psi) dalam satuan US atau megapascals
(MPa) dalam satuan SI.21
Menurut spesifikasi ADA, spesimen mencapai kekuatan
kompresi minimum satu jam setelah mengeras.4,11
Pengerasan maksimum dicapai
pada satu hari (24 jam) setelah pengadukan.2,6
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kekuatan kompresi antara lain:
a. Waktu dan kecepatan pengadukan
Kecepatan dan waktu pengadukan mempengaruhi kekuatan kompresi gips.
Peningkatan waktu pengadukan akan meningkatkan kekuatan kompresi gips. Namun,
bila pengadukan lebih dari 1 menit akan mengakibatkan kristal-kristal gips yang telah
terbentuk menjadi pecah dan jalinan kristal yang terbentuk pada hasil akhir akan lebih
sedikit.2,6
Apabila pengadukan dilakukan menggunakan spatula, maka sebaiknya
dilanjutkan dengan penggunaan vibrator untuk mencegah terjebaknya udara selama
Universitas Sumatera Utara
12
pengadukan yang dapat mengakibatkan porus sehingga kekuatan kompresi menurun
dan model yang dihasilkan menjadi tidak akurat. Pengadukan harus dilakukan dengan
cepat dan secara periodik spatula menyapu seluruh gips di dalam mangkuk pengaduk
untuk menjamin pembasahan seluruh bubuk serta mencegah endapan atau gumpalan.
Pengadukan harus terus berlangsung sampai diperoleh adonan yang halus. Kebiasaan
menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi yang tepat
harus dihindari karena hal ini dapat mengakibatkan ketidakseragaman pengerasan
massa adukan sehingga menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi. Metode
yang dianjurkan ialah menambahkan air yang telah diukur kemudian masukkan
bubuk yang telah ditimbang secara perlahan dan aduk dengan spatula selama kurang
lebih 15 detik, diikuti pengadukan dengan vacuum mixer selama 20-30 detik.2
b. Rasio air dan bubuk (W/P ratio)
Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh perbandingan air dan bubuk yang
digunakan. Penambahan air yang digunakan akan menghasilkan adukan yang halus
dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengeras serta mengurangi kekuatan
gips. Sedangkan, pengurangan jumlah air yang digunakan akan menyulitkan
manipulasi gips sehingga sangat dianjurkan untuk mengikuti rasio bubuk dan air yang
sesuai dengan petunjuk pabrik.10
Sebenarnya yang mempengaruhi W/P ratio adalah
ukuran partikel dan porositas gips. Semakin poreus partikel kristal gips, semakin
banyak air yang dibutuhkan untuk mengubah partikel hemihidrat ke dihidrat. Partikel
gips yang lebih besar, tidak beraturan dan poreus seperti plaster membutuhkan air
yang lebih banyak ketika dicampur dan dihidrat yang dihasilkan akan memiliki
rongga udara yang lebih banyak sehingga kekuatan produk plaster lebih lemah
dibandingkan dengan produk stone.3
c. Retarder dan akselerator
Retarder merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips untuk
menambah setting time. Beberapa contoh retarder ialah boraks, asetat, potasium
sitrat, NaCl >2%, Na2SO4 >3,4%, sodium sitrat, dll. Akselerator merupakan suatu
bahan kimia yang ditambahkan pada gips untuk mengurangi setting time. Beberapa
contoh akselerator ialah K2SO4, NaCl 2%, Na2SO4 3,4%, tera alba 1%, dll.6,21
Universitas Sumatera Utara
13
Penambahan bahan retarder dan akselerator dapat mengurangi kekuatan basah
maupun kekuatan kering gips sehingga kekuatan kompresi menurun. Hal ini
disebabkan oleh penambahan bahan kimia tersebut mempengaruhi kemurnian dan
mengurangi kohesi antar-kristal.2,6,13
d. Penyimpanan dan kontaminasi
Penyimpanan bubuk gips harus dalam wadah yang tertutup dan dijauhkan dari
kontaminasi zat lain maupun model gips yang telah mengeras untuk mencegah reaksi
disebabkan kelembaban udara sehingga dapat menyebabkan pembentukan dihidrat
dan mempercepat pengerasan serta menurunkan kekuatan kompresi.13
e. Suhu dan tekanan atmosfer
Penyimpanan model pada temperatur antara 90oC – 100
oC akan mengakibatkan
pengerutan yang disebabkan oleh kristalisasi air yang keluar dan mengubah dihidrat
menjadi hemihidrat kembali sehingga kekuatan kompresi gips akan berkurang.2,6
Yosi KE, Arianto, Hartono S (1998) dalam penelitian mereka menyatakan bahwa
suhu dan kelembaban ruang yang lebih tinggi menurunkan kekuatan kompresi gips
tipe III secara signifikan pada gips tipe III.24
2.3 Daur Ulang
Limbah secara umum bisa diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan pabrik
ataupun manusia yang mengandung zat kimia dan dapat menimbulkan polusi serta
menganggu kesehatan. Sebagian besar orang mengatakan bahwa limbah adalah
sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus dibuang, namun jika pembuangan
dilakukan secara terus-menerus maka akan menimbulkan penumpukan sampah.
Penumpukan limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai polusi baik polusi
udara, air, tanah dan juga polusi lain yang akan menjadi sarang penyakit.25
Sama
halnya dengan limbah gips yang sangat banyak ini sesuai ketentuan akan dibuang di
TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Hal tersebut akan menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan sebab limbah tersebut tidak dapat dengan mudah diuraikan.
Abidoye LK dan RA Bello (2010) menyatakan bahwa kalsium sulfat dihidrat bisa
menyebabkan ancaman polusi yang besar bila terus menerus meningkat jumlahnya.9
Universitas Sumatera Utara
14
Daur ulang merupakan salah satu cara untuk mengatasi penumpukan limbah.
Daur ulang mengacu pada proses pengumpulan bahan bekas (limbah) dan
pengolahannya. Dalam proses daur ulang, bahan-bahan yang digunakan diurutkan
dan diproses untuk digunakan sebagai bahan baku pembentukan produk baru.26
2.3.1 Mekanisme
Mekanisme atau pengelolaan yaitu proses mengolah limbah menjadi bahan
yang siap pakai. Pada penelitian Ibrahim RM dkk (1995) serta Abidoye LK dan Bello
RA (2010), proses pengelolaan dilakukan dengan cara memanaskan limbah gips.
Berdasarkan penelitian tersebut, dinyatakan bahwa gips tersebut dapat didaur ulang
dan menunjukkan keadaan mikrostruktural jarum kristal yang mirip dengan gipsum
komersial, tetapi terdapat molekul air yang terperangkap pada kisi kristal.8-9
.
Gips umumnya didapatkan dari batuan mineral gipsum alam. Gipsum adalah
bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO4·2H2O), ketika dipanaskan pada suhu
<200oC, akan kehilangan 1,5 g mol dari 2 g mol H2O dan dikonversikan menjadi
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4·½ H2O) atau kadang ditulis (CaSO4)2·H2O.7,13
2CaSO4.2H2O + pemanasan (CaSO4)2.H2O + 3H2O
Kalsium sulfat dihidrat Kalsium sulfat hemihirat Air
Ketika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi sebaliknya akan
terjadi sehingga kalsium sulfat hemihidrat dikonversikan kembali ke kalsium sulfat
dihidrat. Oleh sebab itu, dehidrasi sebagian dari mineral gipsum dan rehidrasi
kalsium sulfat hemihidrat bersifat reversibel. Reaksi pengerasan gips yang umumnya
terjadi sebagai berikut:7
CaSO4·½ H2O + 1½H2O CaSO4·2H2O + 3900 kal/g mol
Kalsium sulfat hemihidrat Air Kalsium sulfat dihidrat
Reaksi pengerasan yang terjadi bersifat eksotermis. Jika 1 g mol kalsium sulfat
hemihidrat direaksikan dengan 1,5 g mol air maka 1 g mol kalsium sulfat dihidrat
akan terbentuk dan 3900 kalori dalam bentuk panas akan dilepaskan.7
Universitas Sumatera Utara
15
Pada tahap pengelolaan, dapat dilakukan proses pencampuran yaitu untuk
mendapatkan bahan yang lebih bermanfaat, misalnya sejenis limbah dicampur dengan
bahan lain.27
Penambahan bahan lain, misalnya calcium chloride, dilakukan agar
diperoleh peningkatan pada kekuatan kompresi bahan gipsum.28
2.3.2 Syarat
Beberapa persyaratan dalam proses daur ulang:
1. Limbah gips yang didaur ulang berasal dari tipe gips yang sama
Tipe limbah gips perlu diperhatikan sebab proses pembentukan setiap tipe gips
berbeda. Selain itu, manipulasi gips yang dijadikan limbah juga berbeda, seperti rasio
air bubuk untuk setiap tipe gips berbeda, sehingga limbah gips yang didaur ulang
sebaiknya berasal dari tipe gips yang sama sebab dapat mempengaruhi kekuatan
kompresi gips daur ulang.13
2. Pemurnian limbah harus dilakukan sebelum diproses dengan pemanasan
Limbah yang akan di daur ulang harus sejenis, sehingga perlu dilakukan proses
pemisahan dan pengelompokan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara manual
(dilakukan dengan tangan manusia secara langsung) maupun secara mekanis
(dilakukan oleh mesin).9,27
Tahapan berikutnya adalah pemurnian yaitu untuk
mendapatkan bahan/elemen semurni mungkin, baik melalui proses fisik, kimia,
biologi, atau termal. Pemurnian secara fisik misalnya dapat dilakukan dengan
menggunakan magnet untuk memisahkan limbah gips dari bahan logam.9
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan kompresi gips daur ulang:
1. Proses daur ulang yang dilakukan harus sesuai dengan proses pembentukan
gips
Perbedaan proses pemanasan akan menghasilkan hemihidrat yang berbeda.
Pemanasan gipsum dalam ketel, tong, vacuum oven atau dalam suasana yang hampir
kering dengan suhu sekitar 120-180°C maka akan terbentuk β-hemihidrat. Di sisi
Universitas Sumatera Utara
16
lain, pemanasan gipsum pada suhu sekitar 80-150°C dengan tekanan uap di dalam
autoklaf akan menghasilkan α-hemihidrat. Perbedaan antara α dan β-hemihidrat
terdapat pada ukuran, bentuk, dan daerah permukaan kristal gips.13,29
Secara
mikroskopik, β-hemihidrat memiliki struktur kumpulan serabut kristal-kristal halus
dengan lubang-lubang kapiler sedangkan α-hemihidrat memiliki struktur kristal yang
tersusun dalam bentuk batang atau prisma.5 Ketidakhadiran air selama pemanasan
dalam vacuum oven menyebabkan partikel gips (β-hemihidrat) yang dihasilkan tetap
poreus dan tidak teratur.21
Perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat
hemihidrat akan mempengaruhi kekuatan kompresi gips.7,13
2. Suhu dan lama penyimpanan limbah
Lama penyimpanan dan keadaan lingkungan penyimpanan (suhu dan
kelembaban) dapat mempengaruhi jumlah kandungan air dalam limbah gips.9
Penyimpanan limbah pada temperatur di atas temperatur ruangan akan
mengakibatkan pengerutan yang disebabkan oleh kristalisasi air keluar dan mengubah
dihidrat menjadi hemihidrat kembali.2,6
Selain itu, limbah gips yang disimpan lebih
lama akan memiliki kandungan air yang semakin kecil. Kandungan air yang semakin
tinggi akan menurunkan kekuatan kompresi gips.3
Universitas Sumatera Utara
17
reversib
el
dehidrasi
2.4 Kerangka Teori
Gips
(CaSO4 . ½H2O)
Klasifikasi
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V
Karakteristik
Perubahan
Dimensi
w/p
Ratio
Setting
Time
Setting
Ekspansi
Kekuatan
Kompresi
Fungsi
Model Kerja
(CaSO4 . 2H2O)
Limbah
Gipsum Daur Ulang
Mekanisme Syarat Faktor yang
Mempengaruhi
Air Gips Daur ulang
(CaSO4 . ½H2O)
Karakteristik
Perubahan
Dimensi
w/p
Ratio
Setting
Time Setting
Ekspansi Kekuatan
Kompresi
Apakah ada perbedaan kekuatan kompresi gips tipe III pabrikan dengan gips tipe
III daur ulang yang dipanaskan dengan suhu 130oC dan 160
oC?
Mineral Gipsum
(CaSO4 . 2H2O)
Air
Universitas Sumatera Utara
dehidrasi rehidrasi
reversibel
daur ulang
dehidrasi
18
2.5 Kerangka Konsep
Mineral Gipsum
(CaSO4 . 2H2O)
Gips Pabrikan
(CaSO4 . ½H2O)
Model Kerja
(CaSO4 . 2H2O)
Gips Daur ulang
(CaSO4 . ½H2O)
Bentuk kristal lebih teratur
dan tidak poreus
Pengaruhi rasio bubuk
dan air (W/P ratio)
Kekuatan kompresi berkisar
antara 20,7 – 34,5 MPa
Sisa molekul air yang
terperangkap dalam kisi
kristal
Bereaksi dengan molekul
air
Kekuatan kompresi
gips tipe III daur ulang
T 130oC
Sisa molekul
air yang
terperangkap
dalam kisi
kristal setelah
daur ulang
pada suhu
pemanasan
130oC lebih
banyak
Pengaruhi rasio bubuk
dan air (W/P ratio)
T 160oC
Sisa molekul
air yang
terperangkap
dalam kisi
kristal setelah
daur ulang
pada suhu
pemanasan
160oC lebih
sedikit
Universitas Sumatera Utara
19
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitan
bahwa:
1. Terdapat perbedaan kekuatan kompresi gips tipe III pabrikan dan gips tipe III
daur ulang yang dipanaskan dengan suhu 130oC.
2. Terdapat perbedaan kekuatan kompresi gips tipe III pabrikan dan gips tipe III
daur ulang yang dipanaskan dengan suhu 160oC.
3. Terdapat perbedaan kekuatan kompresi gips tipe III daur ulang pada suhu
pemanasan 130oC dan 160
oC.
Universitas Sumatera Utara