Post on 19-Jan-2016
description
Nama Mahasiswa : Maya Syafira TandaTangan:
NIM : 030.07.161
Dokter Pembimbing : Dr. Benno Syahbana, Sp.B
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Imam Jenis kelamin : laki - laki
Umur : 18 tahun Suku bangsa : WNI
Status perkawinan : belum menikah Agama : islam
Pekerjaan : pembuat tahu Pendidikan : smp
Alamat : jl. Mampang prapatan VII Tanggal masuk RS: 21 September 2011
A. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, tanggal 27 September 2011, Jam 07.00 WIB
Keluhan Utama:
Tangan dan tungkai kanan kiri masuk kedalam tangkar tahu yang mendidih.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 21 September pukul 22.00 dengan
keluhan terpeleset sehingga kedua telapak tangan dan tungkai masuk kedalam tangkar tahu yang
berisikan air mendidih. Kejadian tersebut terjadi 20 menit SMRS. Setelah terkena air mendidih,
os langsung dibawa ke UGD RSUD Budi Asih tanpa diberi pengobatan apapun. Os masih bisa
berjalan sendiri tanpa bantuan. Os merasakan sangat perih di telapak tangan dan tungkai kanan
kiri. Os juga merasakan menggigil dan demam .
Tidak ada sakit kepala. Tidak ada mual, muntah. Tidak ada gangguan BAB dan BAK.
Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, alergi obat dan makanan disangkal.
Penyakit Penyakit Dahulu
Os mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
1
Riwayat Keluarga
Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, alergi obat dan makanan pada keluarga
disangkal.
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 40 kg
Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 38,4 oc
Pernafasaan : 20/menit
Keadaan gizi : kurang
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai
Status Generalis
Kepala : Normocephali, alis simetris
Mata : Pupil bulat isokor , CA (-/-) , SI (-/-), RCL (+/+ ), RCTL ( +/+ )
Hidung : Simetris , septum deviasi (-), deformitas (-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia , nyeri tekan tragus dan mastoid (-), sekret(-/-)
Tenggorokan : Normal, tidak hiperemis.
Mulut : Kering (-), sianosis (-)
Leher : Trakea ditengah, leher tidak kaku, KGB
dan kelenjar thyroid tidak teraba membesar
Thoraks
Paru
Inspeksi : Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-),
deformitas (-)
2
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II regular , mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, turgor normal
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+ ) normal
Status Lokalis
Ekstremitas
Atas : Kanan : luka bakar derajat I dan II 0.5%. edema (-)
Kiri : luka bakar derajat Idan II 0.5%. edema (-)
Bawah : Kanan : luka bakar derajat I dan II 10%. Pitting edema (+).
Blister (+)
Kiri : luka bakar derajat I dan II 8%. Pitting edema (+).
Blister(+)
3
LABORATORIUM RUTIN
Tanggal 21 September 2011
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 19.4 ribu/µl 5 – 10
Hemoglobin 16.7 g/dl 13 – 16
Hematokrit 48 % 40 – 48
Trombosit 131 ribu/µl 150 – 400
Gula darah sewaktu 151 mg/dl < 180
Albumin 4 g/dl 3.8 – 5.5
Globulin 2.7 g/dl 2.6 – 3.3
SGOT 42 U/l < 32
SGPT 17 U/l < 24
Ureum 31 mg/dl 10 – 40
Creatinine 0.8 mg/dl 0,5 – 1.5
Natrium 146 mEq/L 135 – 153
Kalium 4 mEq/L 3.5 – 5.3
Chlorida 114 mEq/L 98 - 109
RINGKASAN
Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 21 September pukul 22.00 dengan
keluhan terpeleset sehingga kedua telapak tangan dan tungkai masuk kedalam tangkar tahu yang
berisikan air mendidih. Kejadian tersebut terjadi 20 menit SMRS. Setelah terkena air mendidih,
os langsung dibawa ke UGD RSUD Budi Asih tanpa diberi pengobatan apapun. Os masih bisa
berjalan sendiri tanpa bantuan. Os merasakan sangat perih di telapak tangan dan tungkai kanan
kiri. Os juga merasakan menggigil dan demam .
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang.
Tekanan darah 110/70mmHg, nadi 72x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, dan suhu 38,4o Celsius.
Status generalis dalam batas normal. Status lokalis telapak tangan kanan kiri terdapat luka bakar
derajat I dan II 1%, tungkai kanan terdapat luka bakar derajat I dan II 10%, tungkai kiri terdapat
luka bakar derajat I dan II 8%
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 19.4 ribu/µl, trombosit 131 ribu/µl,
SGOT 42 U/l, chlorida 114 mEq/L.
4
DIAGNOSIS KERJA
Combustio grade I dan II 19% at regio palmar dan kruris dextra sinistra
RENCANA PENGELOLAAN
Non medikamentosa:
UGD:
- Periksa ABC
- Periksa laboratorium darah rutin, elektrolit darah, fungsi hati, fungsi ginjal, gula
darah sewaktu.
Rawat inap:
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Mobilisasi
- Periksa laboratorium darah rutin
Medikamentosa:
UGD:
- Kompres NaCl 0,9%
- Salep mebo
- Injeksi TT 1cc
- Injeksi ATS 3000 IU dengan skin test
- Infuse asering 1500cc/8 jam pertama lalu 1500cc/16 jam berikutnya
- Pasien dirawat inap
Rawat inap:
- FFP 1 x 300ml selama 5 hari
- Infuse asering 8 tpm
- Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram
- Cendantron injeksi 2 x 10 gram
- Neuro sanbe 2 x 1 drip
- Metronidazol 2 x 1 gram
- Rantin injeksi 50mg 2 x 1
5
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Mefinal 3 x 500 mg
- Neuroflamin 50mg 3 x 2
- Pujimin caps 3 x 1
- Kompres RL
PENCEGAHAN
- Gunakan sarung tangan oven yang menutupi tangan dan pergelangan tangan.
- Jangan pernah meninggalkan masakan di atas kompor tanpa pengawasan.
- Jangan masak sambil mengenakan pakaian longgar yang bisa menangkap api di atas
kompor.
- Berhati – hati saat memasak.
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Follow up tanggal 27 September 2011
S : Nyeri pada tempat luka bakar
6
O : Tekanan Darah : 110 / 70
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Status lokalis :
- luka pada telapak tangan sudah mulai mengering. Nanah ( - ). Darah ( - ). Kulit disekitar
luka kemerahan.
- luka pada tungkai basah. Nanah ( + ). Pitting edema ( + ). Kulit disekitar luka
kemerahan.
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 19.4 ribu/µl 5 – 10
Hemoglobin 12 g/dl 13 – 16
Hematokrit 35 % 40 – 48
Trombosit 142 ribu/µl 150 – 400
Protrombin time (PT) 20.4 Detik 12 – 14
Partial thromboplastin
time (PTT)
84.7 Detik 20 -40
Dimer 0.1 < 0.3
INR 1.32 1.5 – 2.5
Fibrinogen 955 mg/dl 150 – 400
A : Combustio grade I dan II 19% at regio palmar dan kruris dextra sinistra
P : FFP 1 x 300ml selama 5 hari
Infuse asering 8 tpm
Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram
Neuro sanbe 2 x 1 drip
Metronidazol 2 x 1 gram
7
Rantin 2 x 1
Paracetamol 3 x 500 mg
Mefinal 3 x 500 mg
Neuroflamin 3 x 2
Pujimin caps 3 x 1
Kompres RL
Diet tinggi kalori tinggi protein
Mobilisasi
Periksa laboratorium darah lengkap
Follow up tanggal 28 September 2011
S : Nyeri pada tempat luka bakar
Tidak nafsu makan
8
O : Tekanan Darah : 110 / 70
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Status lokalis :
- luka pada telapak tangan sudah mengering. Nanah ( - ). Darah ( - ).
- luka pada tungkai basah. Nanah ( + ). Pitting edema ( + ). Kulit disekitar luka
kemerahan.
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 7.8 ribu/µl 5 – 10
Hemoglobin 13 g/dl 13 – 16
Hematokrit 38 % 40 – 48
Trombosit 181 ribu/µl 150 – 400
A : Combustio grade I dan II 19% at regio palmar dan kruris dextra sinistra
P : Infuse asering + tramal 8 tpm
Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram
Neuro sanbe 2 x 1 drip
Metronidazol 2 x 1 gram
Rantin 2 x 1
Paracetamol 3 x 500 mg
Mefinal 3 x 500 mg
Neuroflamin 3 x 2
Pujimin caps 3 x 1
Kompres RL
Diet tinggi kalori tinggi protein
Mobilisasi
9
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR
DEFINISI
10
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation).
EPIDEMIOLOGI
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang
mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar
telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai
disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.
Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya
untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit
dengan injuri yang berat.
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok
umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada
orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).
ETIOLOGI
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya dengan temperature diatas 46.1 º C (115º F)
Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai
zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Luka Bakar Elektrik
11
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung
pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh
bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang
lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih
besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya
injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to
seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan
lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel
menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan
menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular
dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan
intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang
mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan
sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap
pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac
12
output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan
intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali
lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan
suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi
penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai
keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan
kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah
luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena
kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun
sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah
dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan
diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR
(glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga
berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada
klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan
dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada
fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam
kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Respiratori
13
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan
“lung compliance”.
TANDA DAN GEJALA LUKA BAKAR
• Merah, kulit membengkak
• Nyeri
• Kulit terlihat basah atau lembab
• Melepuh
• Kulit seperti lilin putih, kulit kasar
• Dalam kasus yang parah kulit menjadi hitam atau hangus
KLASIFIKASI BERATNYA LUKA BAKAR
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 2) yang didasarkan
pada elemen kulit yang rusak.
Classification of Burns Based on Depth Characteristics
Classification Cause Appearance Sensation Healing time Scarring
Superficial
burn
Ultraviolet
light,very
short flash
(flame
exposure)
Dry and red;
blanches
with pressure
Painful 3 to 6 days None
Superficial
partial
thickness burn
Scald (spill
or
splash),short
flash
Blisters;
moist,red and
weeping;
blanches with
pressure
Painful to air
and
temperature
7 to 20 days
Unusual;
potential
pigmentary
changes
Deep partial
thickness burn
Scald (spill),
flame, oil,
grease
Blisters
(easily
unroofed);
Perceptive of
pressure only
More than 21
days
Severe
(hypertrophic)
risk of
14
wet or waxy
dry; variable
color (patchy
to cheesy
white to red);
does not
blanch with
pressure
contracture
Full thickness
Scald
(immersion),
flame, steam,
oil, grease,
chemical,
high-voltage
electricity
Waxy white
to leathery
gray to
charred and
black; dry and
inelastic;does
not blanch
with pressure
Deep pressure
only
Never (if the
burn affects
more than 2
percent of the
totalsurfacearea
of the body)
Very severe risk
of
contrac ture
2. Berdasarkan lokasi luka bakar
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai
kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang
menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan
persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi
terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen.
Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces.
Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya
ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.
Kategori berat luka bakar menurut ABA (American Burn Assosiation)
15
TABLE 2 American Burn Association's Grading System for Burn Severity and Disposition of Patients
Type of burn
Minor Moderate Major
Criteria: <10 percent TBSA burn in adult<5 percent TBSA burn in young or old<2 percent full-thickness burn
10 to 20 percent TBSA burn in adult5 to 10 percent TBSA burn in young or old2 to 5 percent full-thickness burnHigh-voltage injurySuspected inhalation injuryCircumferential burnConcomitant medical problem predisposing the patient to infection (e.g., diabetes, sickle cell disease)
>20 percent TBSA burn in adult>10 percent TBSA burn in young or old>5 percent full-thickness burnHigh-voltage burn Known inhalation injuryAny significant burn to face, eyes, ears, genitalia or jointsSignificant associated injuries (e.g., fracture, other major trauma)
Disposition: Outpatient management
Hospital admission Referral to burn center
Burn = partial-thickness or full-thickness burn, unless specified; TBSA = total percentage of body surface area affected by the injury; young = patient younger than 10 years of age; adult = patient 10 to 50 years of age; old = patient older than 50 years of age.
LUAS LUKA BAKAR
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of
nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan
menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase
dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut
metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
Pada metode rule of nine tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap
bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1). Pada metode Lund and
Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat
memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar (lihat gambar 1). Selain dari
kedua metode tersebut di atas, dapat menggunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara
16
menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak
tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.
Gambar 1. A. metode rules of nine. B. meetode lund and browder
TATA LAKSANA
Indikasi bantuan medis darurat dperlukan untuk:
Luka bakar yang mencakup sebagian besar dari tangan, kaki, wajah, pangkal paha,
bokong atau gabungan utama
Kedua-derajat luka bakar derajat II yang lebih besar dari 3 inci (7,6 cm) di diameter atau
lebih besar dari ukuran telapak tangan korban
Luka bakar derajat III atau IV
Kesulitan bernapas atau luka bakar pada jalan napas
Inhalasi asap
Luka bakar yang disertai dengan kelemahan, penyakit atau nyeri yang tidak terkendali
1. Fase Emergent (Resusitasi)
Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya
permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama
pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi
dari organ vital.
17
Penanganan Luka Bakar Ringan
a) Managemen nyeri dengan pemberian dosis ringan morphine atau meperidine dibagian
emergensi. Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan.
b) Profilaksis tetanus pada pasien yang belum mendapat imunisasi tetanus dalam waktu 5
tahun terakhir.
c) Perawatan luka awal terdiri dari membersihkan luka (cleansing) yaitu debridemen jaringan
yang mati; membuang zat-zat yang merusak (zat kimia, tar, dll); dan
pemberian/penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril.
Melakukan latihan ROM (range of motion) secara aktif untuk mempertahankan fungsi
sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema dan kemungkinan
terbentuknya scar.
Penanganan Luka Bakar Berat.
a) Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin terjadi.
b) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang). Bagi pasien dewasa dengan luka bakar
lebih dari 15 %, maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan.
Tabel : Formula resusitasi cairan yang digunakan dalam perawatan luka bakar
24 jam pertama 24 jam kedua
Formula Elektrolit Koloid Dextros Elektrolit Koloid Dextros
Evans Normal
saline
1 ml/kg/%
1 ml/kg/% 2000
ml
0,5 kebutuhan
24 jam I
0,5 kebutuhan
24 jam I
2000
ml
Brooke RL
1,5 ml/kg/%
0,5
ml/kg/%
2000
ml
0,5-0,75
kebutuh-an 24
jam I
0,5-0,75
kebutuh-
2000
ml
18
an 24 jam I
Modifi-
kasi
Brooke
RL
2 ml/kg/%
0,3-0,5
ml/kg/%
Parkland RL
4 ml/kg/%
0,3-0,5
ml/kg/%
2000
ml
Formula Evans-Brooke
Evans dan Brooke memberikan larutan fisiologik, koloid dan glukosa dalam resusitasi.
Ketiga jenis cairan ini diberikan dalam waktu dua puluh empat jam pertama. Dasar
pemikirannya adalah, bahwa pada luka bakar, dijumpai inefiktifitas hemoglobin dalam
menyelenggarakan proses oksigenasi. Disamping itu terjadi kehilangan energi yang
mempengaruhi proses penyembuhan. Untuk itu diperlukan darah yang efektif dan asupan
energi dalam bentuk glukosa.
Jumlah cairan diberikan dengan memperhitungkan luas permukaan luka bakar dan berat
badan pasien (dalam kilogram). Hari pertama, separuh jumlah kebutuhan cairan diberikan
dalam delapan jam pertama, sisanya diberikan dalam enam belas jam sisa. Jumlah cairan
yang dibutuhkan pada hari pertama adalah sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah
ini
Formula Evans :
1ml/kgBB/ %LB koloid (darah)
lml/kgBB / %LB larutan saline (elektrolit)
2000ml glukosa
Pemantauan : Diuresis (>50 ml/jam)
Formula Brooke :
0.5ml/kgBB/%LB koloid (darah)
1.5ml/kgBB/%LB larutan saline (elektrolit)
2000ml glukosa
Pemantauan : Diuresis (30-50 ml/jam)
19
Pada hari kedua, diberikan separuh jumlah kebutuhan koloid (darah) dan larutan saline
ditambah 2000 m1 glukosa; pemberian merata dalam 24 jam.
Formula Baxter/Parkland
Parkland berpendapat, bahwa syok yang terjadi pada kasus luka bakar adalah jenis
hipovolemia, yang hanya membutuhkan penggantian cairan (yaitu kristaloid). Penurunan
efektifitas hemoglobin yang terjadi disebabkan perlekatan eritrosit, trombosit, lekosit dan
komponen sel lainnya pada dinding pembuluh darah (endotel). Sementara dijumpai
gangguan permeabilitas kapilar dan terjadi kebocoran plasma, pemberian koloid ini tentu
tidak akan efektif bahkan menyebabkan penarikan cairan ke jaringan interstisiel;
menyebabkan akumulasi cairan yang akan sangat sulit ditarik kembali ke rongga
intravaskular. Hal tersebut akan menambah beban jaringan dan 'menyuburkan' reaksi
inflamasi di jaringan; serta menambah beban organ seperti jantung, paru dan ginjal.
Berdasarkan alasan tersebut, maka Parkland hanya memberikan larutan Ringer's Lactate
(RL) yang diperkaya dengan elektrolit. Sedangkan koloid/plasma, bila diperlukan,
diberikan setelah sirkulasi mengalami pemulihan (>24-36jam).
Hari pertama, separuh jumlah kebutuhan cairan diberikan dalam delapan jam pertama,
sisanya diberikan dalam enam belas jam kemudian. Jumlah cairan yang diperlukan pada
hari pertama adalah sesuai dengan perhitungan Baxter (4 ml/kgBB), sehingga kebutuhan
cairan resusitasi menurut Parkland adalah: 4ml / kgBB / %LB Ringer's lactate dengan
pemantauan jumlah diuresis antara 0,5-l ml/kgBB/jam. Pada hari kedua, jumlah cairan
diberikan secara merata dalam dua puluh empat jam.
Selanjutnya, setelah syok teratasi, maka pemberian cairan mengacu kepada regimen
resusitasi cairan berdasarkan formula yang ada.
Secara umum, patokan klinik yang dipakai untuk melakukan pemantauan antara lain:
Perbaikan kesadaran (perfusi ke serebral), frekuensi pernafasan dan diuresis (produksi
urin per jam), kadar hemoglobin dan hematokrit, Central Venous Pressure (CVP), dan
Pulmonary Artery Wedge Pressure (PWAP) yang merupakan parameter yang paling
akurat dalam menggambar¬kan informasi volume cairan intravaskular; berhubungan
langsung dengan tekanan pada arteri pulmonal. Nilai normal <18 mmHg.
20
c) Pemasangan kateter urine dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam. Output
urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi
cairan. Pemantauan diuresis pada resusitasi :
Jumlah urin Keterangan
Syok 0.5 - 1 ml/kgBB/jam Perfusi inadekuat
Hari pertama-kedua 1 - 2 ml/kgBB/jam Sirkulasi stabil
Hari ketiga-keempat 3 - 4 ml/kgBB/jam Fase diuresis
d) Pemasangan nasogastric tube (NGT) bagi luka bakar 20 % -25 % atau lebih perlu
dilakukan untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi.
e) Pemeriksaan vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk
menentukan adekuat tidaknya resusitasi. Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi
pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan kadar
hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa,
khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan
x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu dilakukan jika
dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan pada semua klien dengan
luka bakar berat, khususnya jika disebabkan oleh karena listrik dengan voltase tinggi,
atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau dysrhythmia.
f) Management nyeri melalui pemberian obat narkotik intravena, seperti morphine.
Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi dari
jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila hipovolemia dan perpindahan
cairan yang banyak masih terjadi. Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi
secara oral tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.
g) Profilaksis tetanus
21
h) Escharotomy merupakan tindakan yang tepat untuk masalah gangguan sirkulasi karena
luka bakar yang melingkari bagian tubuh. Insisi terhadap eschar akan
mengurangi/menghilangkan konstriksi sirkulasi. Jika perfusi jaringan adekuat tidak
berhasil, maka dapat dilakukan fasciotomy. Demikian juga, escharotomy dapat dilakukan
pada luka bakar yang mengenai torak untuk memperbaiki ventilasi. Setelah dilakukan
tindakan escharotomy.
2. Fase Akut
Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler
membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah
injuri.
a. Atasi infeksi
b. Perawatan luka dengan hidroterapi dan debridement. Luka pada luka bakar dapat ditreatmen
dengan menggunakan metode/tehnik belutan baik terbuka maupun tertutup. Untuk metode
terbuka digunakan/dioleskan cream antimikroba secara merata dan dibiarkan terbuka
terhadap udara tanpa dibalut. Kelebihan dari metode ini adalah bahwa luka dapat lebih
mudah diobservasi, memudahkan mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka menjadi
lebih sederhana/mudah. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya
kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya psikologis pada klien karena seringnya
dilihat. Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan bermacam-macam tipe
balutan yang digunakan. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi evavorasi cairan
dan kehilangan panas dari permukaan luka , balutan juga membantu dalam debridemen.
Sedangkan kerugiannya adalah membatasi mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas
exercise ROM. Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika
sedang mengganti balutan saja.
d. Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat selama fase akut sangatlah penting untuk
meningkatkan penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. BMR (basal metabolik rate)
mungkin 40-100% lebih tinggi dari keadaan normal, tergantung pada luasnya luka bakar.
Respon ini diperkirakan berakibat pada hypotatamus dan adrenal yang menyebebkan
22
peningkatan produksi panas. Metabolik rate menurun bila luka telah ditutup. Selain itu
metabolisme glukosa berubah setelah mengalami luka bakar, mengakibatkan hiperglikemia .
Rendahnya kadar insulin selama fase emergent menghambat aktifitas insulin dengan
meningkatkan sirkuasi catecholamine, dan meningkatkan glukoneogenesis selama fase akut
yang semuanya mempunyai implikasi terhadap terjadinya hiperglikemia pada klien luka
bakar. Formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan energi, dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu berat badan, jenis kelamin, usia, luasnya luka bakar dan aktifitas atau
injuri. Formulasinya adalah sebagai berikut:
(25 kcal x berat badan (kg) + (40 kcal x % luka bakar) = kcal/hari.
e. Managemen nyeri dengan morphine, codein, meperidine adalah analgetik narkotik yang sering
digunakan untuk mengatasi nyeri yang berkaitan dengan LB dan treatmennya. Obat-obat
farmakologik lainnya yang dapat digunakan meliputi analgesik inhalasi seperti nitrous oxide,
dll. Obat antiinflamasi nonsteroid juga dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan sampai
sedang.
f. Terapi fisik untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi terapi posisi, ROM exercise,
dan pendidikan pada klien dan keluarga.
g. Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan terapi tekanan
(pressure therapy). Yaitu dengan menggunakan pembungkus dan perban/pembalut elastik
(elastic wraps and bandages). Sedangkan tindakan pembedahan untuk mengatasi kontraktur
dan hipertropi scar meliputi Split-thickness dan full-thickness skin graft, Skin flaps, Z-
plasties, Tissue expansion.
h. Anak-anak dengan luka bakar> 10% dari luas permukaan tubuh mereka dan orang dewasa
dengan luka bakar lebih dari 15% dari tubuh mereka harus dipindahkan ke unit luka bakar
khusus
KOMPLIKASI
1. Lokal infeksi. Luka bakar dapat membuat kulit rentan terhadap infeksi bakteri, terutama
staphylococcus infeksi, dan meningkatkan risiko sepsis.
23
2. Sepsis. Sepsis cepat berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa yang dapat
menyebabkan shock dan kegagalan organ.
3. Hipovolemia. Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan kehilangan
cairan. Hal ini dapat mengakibatkan volume darah yang rendah (hipovolemia).
Kehilangan darah yang parah dan kehilangan cairan membuat jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk tubuh.
4. Hipotermia. Kulit membantu mengontrol suhu tubuh, sehingga ketika sebagian besar
kulit terluka, akan kehilangan panas tubuh. Hal ini meningkatkan risiko hipotermia -
ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat menghasilkan panas,
menyebabkan suhu tubuh sangat rendah.
5. Masalah pernapasan. Menghirup udara panas atau asap dapat membakar saluran udara
dan menyebabkan kesulitan bernapas. Menghirup asap kerusakan paru-paru dan dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan.
6. Jaringan parut. Luka bakar dapat menyebabkan bekas luka dan keloid disebabkan oleh
pertumbuhan berlebih dari jaringan parut.
7. Tulang dan masalah sendi. Luka bakar yang mendalam dapat membatasi gerakan tulang
dan sendi. Jaringan parut dapat membentuk dan menyebabkan kontraktur, ketika kulit,
otot atau tendon memendek dan mengencang, menarik sendi secara permanen keluar dari
posisi.
8. Nekrosis tubular akut pada ginjal dapat disebabkan oleh mioglobin dan hemoglobin
dilepaskan dari otot yang rusak dan sel darah merah. Respon ginjal terhadap cedera
termal sulit untuk ditafsirkan, tetapi sangat jelas bahwa gagal ginjal akut jarang terjadi
pada kasus-kasus dimana resusitasi yang cepat dan memadai dilakukan
9. Perubahan gastrointestinal setelah cedera termal yang umum dan sering menjadi
dimanifestasikan dengan muntah-muntah coffeeground awal kasus luka
bakar. Patogenesis lesi ini dan perubahan fungsional belum diklarifikasi. .
PENCEGAHAN
Untuk mengurangi risiko luka bakar rumah tangga biasa:
• Jangan pernah meninggalkan masakan di atas kompor tanpa pengawasan.
• Putar gagang panci ke arah belakang kompor.
24
• Gunakan sarung tangan oven yang menutupi tangan dan pergelangan tangan.
• Jauhkan cairan panas keluar dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
• Jauhkan pemanas ruang dari bahan mudah terbakar.
• Jika Anda harus merokok, hindari merokok di dalam rumah dan terutama tidak pernah
merokok di tempat tidur.
• Jauhkan bahan kimia, korek api dan korek api dari jangkauan anak-anak.
• Mengatur termostat pemanas air anda antara 120 dan 130 F (49-54 C) untuk mencegah panas.
PROGNOSIS
Hasil dari setiap cedera atau penyakit tergantung pada tiga hal:sifat dari cedera, sifat dari
orang yang terluka atau sakit dan pengobatan yang tersedia. Dalam hal faktor cedera di luka
bakar, prognosis tergantung terutama pada permukaan tubuh persentase total luas dan usia orang
tersebut. Kehadiran cedera inhalasi asap, cedera signifikan lain seperti patah tulang panjang dan
serius co-morbiditas (penyakit jantung, diabetes, penyakit jiwa, niat bunuh diri dll) juga
akan berpengaruh buruk prognosis. Kemajuan dalam resusitasi, manajemen operasi, perawatan
intensif, pengendalian infeksi, kontrol respon hiper-metabolik dan rehabilitasi telah perbaikan
dramatis dalam kematian dan morbiditas terbakar dalam 60 tahun terakhir.
Skor dimodifikasi Baux menentukan titik kesia-siaan untuk luka bakar utama. Baux skor
ditentukan dengan menambahkan ukuran membakar (% TBSA) dengan usia pasien. Dalam luka
bakar sebagian besar skor 140 atau lebih adalah cedera non-survivable, dan perawatan
kenyamanan harus ditawarkan. Pada anak-anak semua luka bakar kurang dari 100 TBSA% harus
dianggap cedera survivable.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, R. De jong, wim. 1997. Buku ajar ilmu bedah. Luka bakar. Jakarta:
EGC.halaman 81 -91
2. Karakat, sumiardi. Bachsinar, bob. 1996. Bedah minor. Trauma termis. Jakarta:
hipokrates. Halaman 91 – 102
3. http://www.burnsurvivor.com/injury_examples_thermalburns.html . Akses pada tanggal
28 September 2011.
4. http://www.medindia.net/education/familymedicine/Burns-Classification.htm . Akses
pada tanggal 28 September 2011.
5. www.medindia.net/education/familymedicine/Burns-Classification.htm#ixzz1ZSSP0t1x .
Akses pada tanggal 28 September 2011.
6. http://emedicine.medscape.com/article/1278244-overview#aw2aab6b3 . Akses pada
tanggal 28 September 2011.
7. http://www.bmj.com/content/329/7457/101.full . Akses pada tanggal 28 September 2011
8. http://www.mayoclinic.com/health/burns/DS01176 . Akses pada tanggal 28 September
2011.
9. http://www.2nddegreeburns.com/ . Akses pada tanggal 28 September 2011.
10. Trunkey, D.D. (1983). Transporting the critically burned patient. In T.L. Wachtel, et al.
(Eds): Current Topics In Burn Care, Rockville, MD: Aspen Publications.
11. Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment of inhalation injuries. Critical
Care Clinics of North America, 3(2), 195.
12. American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity
classification in the treatment of burn injury. Bulletin of the American College of
Surgeons, 69(10), 24-28.
26