LONG CASE Luka Bakar Tari
-
Upload
zulkarnain-hasyim -
Category
Documents
-
view
62 -
download
1
Transcript of LONG CASE Luka Bakar Tari
BAGIAN ILMU BEDAH LONG CASE BEDAH PLASTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2013
UNIVERSITAS HASANUDDIN
THERMAL BURN INJURY
OLEH
ANDI UTARI DWI RAHAYU C11109282
ZULKARNAIN HASYIM C11109306
SUPERVISOR
Dr. FONNY JOSH, Sp.BP, Re(K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH SUBDIVISI BEDAH PLASTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
1
LONG CASE BEDAH PLASTIK
LUKA BAKAR AKIBAT SUHU PANAS
I. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Tn Bohang
UMUR : 57 tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
RM : 620183
MRS : 12 Agustus 2013
KAMAR : Lontara 2 Bawa
Belakang
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Luka bakar karena suhu panas
Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak 6 jam sebelum masuk Rumah
Sakit akibat ledakan lampu semprong. Sesak napas tidak ada. Pingsan
tidak ada. Mual tidak ada. Muntah tidak ada.
Mekanisme trauma : Pasien sedang menyalakan lampu semprong di
rumahnya pada pukul 00.30 dini hari. Pasien mengisi lampu semprong
tersebut dengan bensin yang dikira minyak tanah. Lampu meledak pada
saat dinyalakan, dan api ledakan mengenai tubuh Osi. Osi ditemukan
segera setelah terkena semburan api dengan kulit tubuh yang terkena
semburan api menghitam dan melepuh. Osi segera dibawa ke rumah
sakit.
III. PRIMARY SURVEY
A : Patent; obstruksi (-)
B : RR : 24 x/menit; reguler; tipe torakoabdominal; ronkhi (-)
C : PR : 100 x/menit; reguler; kuat angkat
D : GCS 15 (E4M6V5); pupil isokor diameter 2,5 mm; refleks cahaya ada.
E : 36,8°C (aksillar)
2
IV. SECONDARY SURVEY
A) Thoraks
Regio Thoracalis
I : Tampak luka bakar grade IIA luas ± 5%
P : Nyeri tekan ada
P : Sonor
A : Bunyi pernapasan vesikuler; ronkhi tidak ada; wheezing tidak
ada
Punggung
I : Tampak luka bakar grade IIB luas ± 14%
P : Nyeri tekan ada
P : Sonor
A : Bunyi pernapasan vesikuler; ronkhi tidak ada; wheezing tidak
ada
B) Abdomen
I : Tampak luka bakar grade IIA luas ± 5%
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : Nyeri Tekan (+)
P : Timpani
C) Ekstremitas Superior (D)
I : tampak luka bakar grade IIA luas ± 3%
P : nyeri tekan (+)
D) Ekstremitas Superior (S)
I : tampak luka bakar grade IIA luas ± 1%
P : nyeri tekan (+)
F) Ekstremitas Inferior (D)
I : tampak luka bakar grade IIA ± 5%
P : nyeri tekan (+)
3
G) Ekstremitas Inferior (S)
I : tampak luka bakar grade IIA ± 2%
P : nyeri tekan (+)
V. RESUME
Seorang anak laki-laki, umur 5 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhan luka bakar, dialami sejak kurang lebih 6 jam sebelum masuk RS
akibat ledakan lampu semprong. Pasien sedang menyalakan lampu
semprong di rumahnya pada pukul 00.30 dini hari. Pasien mengisi
lampu semprong tersebut dengan bensin yang dikira minyak tanah.
Lampu meledak pada saat dinyalakan, dan api ledakan mengenai tubuh
Osi. Osi ditemukan segera setelah terkena semburan api dengan kulit
tubuh yang terkena semburan api menghitam dan melepuh. Osi segera
dibawa ke rumah sakit. BAB : biasa, BAK : lancar.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital dalam batas normal,
pada regio thoracalis anterior dan posterior didapatkan luka bakar
derajat IIA-IIB seluas ± 19%, regio abdomen 5%, ekstremtas superior
dekstra et sinistra ±4% dan ekstremitas inferior dekstra et sinistra ±7%.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 21 /07/2013:
WBC 35,16.103/μL GPT 9 u/l
RBC 6,70.106/μL GOT 16 u/l
HGB 10,4 g/dL PT 12
HCT 32,6% APTT 26
PLT 388. 103/μL Na 133
GDS 109 mg/dl K 4,9
Ureum Cl 108
Kreatinin HbSAg Non
reactive
4
VII. DIAGNOSA
Luka bakar Grade IIA-IIB 35%
VIII. PENATALAKSANAAN
Resusitasi cairan
Formula Baxter : 2x30x35 = 2.100 ml
Kebutuhan faal : 75 x 30 = 1050 ml
Total : 2100 + 1050 = 3150 ml
8 jam I : 1575 ml
16 jam II : 1575 ml
Ceftriaxon 1gr/12jam/IV
Ranitidin 1 ampl/8 jam/IV
Ketorolac 1 ampl/8jam/IV
Pasang kateter
Rawat luka
IX. DISKUSI
LUKA BAKAR AKIBAT SUHU PANAS
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan akibat dari aliran panas pada jaringan tubuh
yang dapat berasal dari kontak langsung maupun tak langsung.
Berdasarkan lokasi yang terpapar korban luka bakar dapat mengalami
komplikasi komplikasi yang berakibat fatal seperti syok, infeksi,
gangguan elektrolit dan kegagalan respirasi. Di samping komplikasi fisik,
luka bakar juga dapat memperngaruhi psikologi dan menyebabkan
tekanan emosional karena perawatan rumah sakit dalam waktu lama,
dan adanya bekas luka serta deformitas setelah luka bakar dapat
disembuhkan.1
Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, antara lain disebabkan oleh
suhu panas, arus listrik dan reaksi kimia. Luka bakar akibat suhu panas paling banyak
5
disebabkan oleh paparan cairan panas. Luka bakar akibat nyala api merupakan penyebab
terbanyak kedua. Luka bakar akibat ledakan juga merupakan penyebab yang cukup umum.
Biasanya disebabkan dari pembakaran propana atau bensin.2
EPIDEMIOLOGI
Mayoritas luka bakar disebabkan oleh nyala api sebanyak 55%, diikuti oleh luka
bakar akibat cairan panas sebanyak 40%. Nyala api berkobar sering dikaitkan dengan
cedera inhalasi dan trauma lain yang sejalan. Angka kejadian luka bakar ringan sekitar
600/100 000 jiwa per tahun, sedangkan angka kejadian luka bakar berat sekitar 5/100 000
penduduk per tahun. Usia pasien secara signifikan berhubungan dengan penyebab trauma.
Pada anak-anak, mayoritas (70%) berupa luka bakar yang diakibatkan oleh cairan panas
karena perilaku hiperaktif dan kontak dengan cairan panas. Pada orang dewasa remaja dan
muda, penyebab utama luka bakar adalah penanganan api dan cairan mudah terbakar
dengan cara yang tidak benar. Pada orang dewasa, luka bakar api menjadi peringkat
pertama dan merupakan 1/3nya merupakan kecelakaan kerja.1
Setiap tahunnya sekitar 1,1 juta angka kejadian luka bakar di Amerika Serikat
yang memerlukan bantuan tindakkan medis untuk penanganannya. Sekitar 50.000
orangnya memerlukan perawatan rawat inap yang intensif. Sekitar 4500 pasien luka bakar
yang dirawat setiap tahunnya meninggal.2
Tingkat kematian di Indonesia penderita luka bakar masih
cukup tinggi. Di RSU Cipto Mangunkusumo Jakarta (1998) dilaporkan
sebanyak 37,78% kematian sedang di RSU Dr.Soetomo, Surabaya
(Januari-Desember 2000) dilaporkan adanya kematian sebesar 26,41 %.
Mortalitas pada penelusuran dalam lima tahun terakhir (1998-2002)
di RSU Cipto Mangunkusumo Jakarta tercatat berkisar 36,5% dengan
penyebab utama kematian adalah Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) 47,5%, cedera inhalasi 39,70%. Dan Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) 26,50 % diurutan ketiga. Syok (30,87%) dan
sepsis (23,05%) masing-masing diurutan keempat dan kelima.3
PATOFISIOLOGI
6
Luka bakar merupakan akibat dari aliran panas pada jaringan tubuh
yang dapat berasal dari kontak langsung maupun tak langsung.
Kerusakan jaringan tubuh akibat panas tersebut dipengaruhi oleh faktor
sumber panas berupa temperatur dan lamanya waktu kontak, serta
faktor jaringan tubuh yang terkena. Faktor jaringan yang terkena
penting dalam menentukan derajat konduktivitas jaringan, yaitu4:
- Kandungan air dalam jaringan tersebut
- Adanya sekresi lokal
- Pigmentasi jaringan
- Ketebalan kulit
- Efektivitas barrier tahanan panas seperti aliran darah dalam
jaringan
Efek dari trauma thermal dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu4:
- Efek pada kulit
- Efek pada pembuluh darah dan elemen darah
- Efek metabolik dan perubahan hemodinamik
Efek pada kulit
Pada keadaan normal kulit yang intak mampu membatasi proses evaporasi cairan
tubuh. Rata-rata kehilangan cairan melalui jaringan kulit adalah 750-1000 ml/hari atau 15
ml/m2/jam, sedangkan pada luka bakar derajat III akan terjadi kehilangan cairan sebesar
200 ml/m2/jam. Evaporasi cairan pada luka bakar derajat II dan II akan disertai
meningkatnya kehilangan panas tubuh. Tiap gram evaporasi air dari permukaan tubuh,
akan disertai kehilangan panas sebesar 0,575 kcal. Pada luka bakar luas , jumlah energi
yang terbuang sebesar 7000 kcal/hari.4
Pada luka bakar daerah lokal luka dibagi menjadi 3 zona menurut Jackson pada tahun
19475.
Zona koagulasi - zona ini berada pada titik maksimum kerusakan. Dalam zona ini
terjadi kehilangan jaringan yang ireversibel akibat koagulasi dari protein konstituen.
7
Zona stasis – zona ini ditandai dengan penurunan perfusi jaringan. Jaringan dalam
zona statis berpotensi diselamatkan. Tujuan utama dari resusitasi luka bakar adalah untuk
meningkatkan perfusi jaringan dan mencegah kerusakan menjadi ireversibel. Kerugian lain
seperti hipotensi berkepanjangan, infeksi, atau edema- dapat menyebabkan zona ini
berubah menjadi zona dengan kehilangan jaringan lengkap.
Zona hiperemi – pada zona terluar ini, perfusi jaringan meningkat. Jaringan pada
zona ini akan selalu pulih kecuali terdapat sepsis parah atau hipoperfusi berkepanjangan5.
Zona Jackson dan efek dari terapi adekuat dan inadekuat
Ketiga zona luka bakar ini bersifat tiga dimensi, dan kehilangan jaringan di zona
stasis akan menyebabkan luka menjadi lebih dalam serta melebar.
Efek pada pembuluh darah
Trauma termis akan meningkatkan perubahan integritas pembuluh darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler, terutama pembuluh darah kapiler disekitar luka bakar.
Cairan dan protein dengan cepat akan meninggalkan pembuluh darah sehingga akan terjadi
edem.
Kehilangan cairan tubuh pada penderita luka bakar terutama pada 24 jam pertama.
Setelah 48 jam kemudian, permeabilitas kapiler akan kembali normal, serta timbul cairan
edem.
Efek metabolik dan hemodinamik
Respon tubuh secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu:
- Fase syok
- Fase katabolik
8
- Fase restoratif
Perubahan yang terjadi pada fase syok sama dengan yang terjadi pada syok
hemoragik, hanya pada luka bakar syok terjadi oleh karena kehilangan plasma.
Perubahan hemodinamik ini ditandai dengan adanya tachicardi, hipotensi, penurunan
cardiac output dan vasokonstriksi perifer.
Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lain pada situs cedera memiliki efek
sistemik apabila luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh.
Perubahan Kardiovaskular - permeabilitas kapiler meningkat, menyebabkan
berpindahnya protein intravaskular dan cairan ke dalam kompartemen interstitial. Terjadi
vasokonstriksi peripheral dan splanikus. Kontraktilitas miokard menurun, yang mungkin
diakibatkan pelepasan tumor necrosis factor. Perubahan ini, ditambah dengan kehilangan
cairan dari luka bakar, mengakibatkan hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ.
Perubahan Pernapasan - Mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi, dan
pada luka bakar yang parah sindrom distres pernapasan dewasa dapat terjadi.
Perubahan Metabolik - tingkat metabolisme basal meningkat hingga tiga kali aslinya.
Hal ini, ditambah dengan hipoperfusi splanikus, membutuhkan makanan enteral dini dan
agresif untuk mengurangi katabolisme dan menjaga integritas usus.
Perubahan Imunologi - terjadi penurunan regulasi respon imun non-spesifik
respon imun. Hal ini mempengaruhi imunitas baik imunitas dimediasi sel maupun
jalur humoral.
9
Perubahan sistemik yang terjadi setelah mengalami luka bakar
MEKANISME TRAUMA
Luka bakar akibat cairan panas - sekitar 70% luka bakar pada anak-anak disebabkan
oleh cairan panas. Hal ini juga sering terjadi pada orang tua. Mekanisme umumnya berupa
terkena tumpahan air panas atau mandi dengan air yang terlalu panas. Luka bakar karena
cairan panas cenderung menyebabkan luka bakar dermal dangkal.
Luka bakar karena api - luka bakar karena api 50% merupakan penyebab luka bakar
ada orang dewasa. Hal ini seringkali dikaitkan dengan cedera inhalasi dan trauma lain
yang sejalan. Luka bakar karena api cenderung merusak dermal sampai dalam atau penuh.
Luka bakar karena kontak dengan benda panas – luka bakar karena kontak dengan
benda panas dapat terjadi apabila objek yang disentuh mengandung panas yang sangat
tinggi atau waktu kontak yang cukup lama. Alasan yang kedua lebih sering terjadi, dan
luka bakar jenis ini seringkali terjadi pada orang dengan epilepsi atau orang dengan
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. Hal ini juga sering terjadi pada lansia setelah
kehilangan kesadaran. Luka bakar Kontak cenderung menyerang dermal bagian dalam
atau penuh dalam ketebalan.5
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat
Berdasarkan dalamnya luka bakar dan lamanya kontak dengan sumber
panas, luka bakar diklasifikasikan menjadi 3 derajat, yaitu4:
a. Luka bakar derajat I
Hanya terjadi kerusakan epidermis, ditandai
dengan adanya eritema. Oleh karena hanya
terjadi kerusakan superfisial, maka hanya
sedikit terjadi kerusakan sistemik. Keluhan
utama pada derajat I hanya berupa rasa nyeri
dan edem lokal, rasa nyeri akan segera menghilang setelah 48 jam,
kecuali bila luka bakar luas.
10
Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat I akan sembuh dalam 5-10 hari, tanpa timbul
jaringan ikat.
b. Luka bakar derajat II
Luka bakar mengenai seluruh lapisan
epidermis dan sebagian corium. Ditandai
dengan adanya bulla, disertai adanya edem
sub-kutan. Kulit berwarna merah muda, serta
nyeri. Kadang-kadang terjadi anastesi oleh
karena neuropraksi ujung saraf.
Luka bakar derajat II superfisial (IIA), akan sembuh waktu 10-14
hari, apabila terjadi infeksi sekunder proses
penyembuhan akan lebih lama.
Pada luka bakar derajat II yang dalam (IIB),
akan terjadi regenerasi epitel dengan
granulasi vaskuler dalam waktu 2 minggu.
c. Luka bakar derajat III
Merupakan luka bakar yang berat, terjadi
kerusakan seluruh lapisan dermis dan lemak
subkutan, warna keabuan, kering, test pin-prick
negatif.
Sembuh dalam waktu 120 hari dan akan
meninggalkan lapisan jaringan parut.(combustio)
Berdasarkan luasnya
11
Luka bakar derajat IIA
Luka bakar derajat IIB
Luka bakar derajat III
Untuk menentukan luas luka bakar dilakukan dengan
menggunakan rumus Rule of Nine. Rumus ini berbeda pada anak dan
dewasa4.
Rules of Nine chart
PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
Penyembuhan Luka Bakar Derajat II
Pada luka bakar derajat II kerusakan hanya terbatas sampai lapisan
epidermis dan sebagian korium serta tidak mengenai glandula sebasea
dan folikiel rambut yang merupakan sumber regenerasi epitel.
Penyembuhan luka bakar derajat II dimulai dengan pengelupasan
jaringan dermis yang tidak vital, kemudian diikuti dengan reepitelialisasi
12
dari glandula sebasea dan folikel rambut diatas jaringan dermis yang
sehat.
Umumnya proses ini akan selesai dalam waktu 3-4 minggu. Bila
terjadi infeksi sekunder maka proses penyembuhan luka akan melambat
dan timbul jaringan granulasi. Jaringan ini akan mengganggu proses
repair , mangakibatkan terbentuknya keloid dan kontraktur4.
Penyembuhan luka bakar derajat III
Pada luka bakar derajat III terjadi kerusakan menyeluruh daru
lapisan kulit sehingga tidak terjadi proses regenerasi epitel.
Oleh karena aktivitas myofibril, akan terjadi jaringan granulasi pada
luka bakar. Untuk menghindari terjadinya keloid dan kontraktur perlu
dilakukan skin graft4.
PENATALAKSANAAN
- Melepaskan atau menjauhkan sumber panas dari tubuh
- Menurunkan suhu tubuh yang terkena dengan memberikan air dingin. Proses
pendinginan ini berjalan efektif jika dilakukan dalam kurun waktu 20 menit sejak
terjadi cedera. Daerah lesi diirigasi menggunakan air biasa selama 20 menit.
Kemufian setelahnya dapat dioleskan krim pendingin untuk mendinginkan dan
membantu mengurangi rasa nyeri pada luka.
- Pemecahan bulla dan nekrotomi
- Resusitasi cairan
Pasien luka bakar memerlukan resusitasi cairan dengan volume yang besar segera
setelah trauma. Resusitasi cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat
merupakan resiko yang independen terhadap tingkat kematian pada pasien dengan
luka bakar yang berat. Tujuan dari resusitasi pasien luka bakar adalah untuk
tetap menjaga perfusi jaringan dan meminimalkan edema interstitial. Pemberian
volume cairan seharusnya terus menerus dititrasi untuk menghindari terjadinya
resusitasi yang kurang atau yang berlebihan. Pemberian volume cairan yang besar
ditujukan untuk menjaga perfusi jaringan, namun jika berlebihan dapat menyebabkan
13
terjadinya udema dan sindrom kompartemen pada daerah abdomen dan ekstremitas.
Konsep resusitasi cairan terbaru dikembangkan oleh Baxter dan Shires menghasilkan
perkembangan dari formula Parkland yang memberikan volume cairan kristaloid
sebesar 4ml/kg/% luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Setengah dari
volume cairan resusitasi diberikan pada 8 jam pertama dan setengahnya lagi
diberikan pada 16 jam berikutnya. Kristaloid adalah cairan yang paling sering
digunakan untuk resusitasi syok akibat luka bakar.4,5,6
- Rawat luka
PROGNOSIS
Prognosis luka bakar terutama tergantungpada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, serta penanganan syok hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga menentukan kecepatan p;roses penyembuhan.5
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Evers LH, Bhavsar D, Mallander P. The biology of Burn Injury.
Experimental Dermatology. 2010.[cited 2013]; 19:777-83
2. Beasley WR, Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL. Grabb &
Smith’s Plastic Surgery. Lipinncott and Williams. Philadelphia: 2007.
132-3
3. Karman II, Sarimin S, Bahar B. Bacteremia Patterns in Burn Wound
Patients, dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. The
Indonesian Journal of Medical Science. 2009 [cited on 2013];
2(2):91-5
4. Bahan
5. Hettiaratchy S, Dziewulski P. Pathophisiology and Types of Burns in
ABC of Burns. British Medical Journal. 2004 [cited on
2013];328:1427-9
6. Arif SK. Fluid Management in Severe Burns Patients. The Indonesian
Journal of Medical Science. 2009 [cited on 2013]; 2(2):102-10
15