Post on 31-Mar-2019
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
4.1.1 Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua SD yaitu SD Negeri Kauman Kidul dan SD
Negeri Bugel 1 yang terletak di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Subjek
penelitan adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kauman Kidul dan SD Negeri
Bugel 1. Pemilihan subjek penelitian didasarkan dari beberapa hal, antara lain
kedua SD tersebut merupakan SD imbas. Jumlah siswa di kedua SD tersebut
relatif seimbang yaitu 21 siswa pada SDN Kauman Kidul yang terdiri dari 12
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, serta 19 siswa pada SDN Bugel 1 yang
terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Siswa di kedua sekolah
tersebut terbilang aktif, mereka senang bertanya tentang hal yang belum diketahui
dan mengutarakan pendapat mereka saat proses pembelajaran. Gaya belajar di
kedua SD terdapat sedikit perbedaan. Siswa di SD Kauman Kidul lebih senang
belajar dengan melihat contoh langsung dari suatu materi, medengarkan
penjelasan dari guru, mencatat materi yang sedang dipelajari serta lebih senang
belajar dalam sebuah kelompok. Pada SD Bugel 1 siswa juga lebih tertarik dengan
melihat contoh langsung dari suatu materi pelajaran, mendengarkan penjelasan
dari guru namun kurang tertarik dengan menyelesaikan tugas bersama kelompok.
Kegiatan belajar mengajar pada kedua sekolah tersebut sehari-hari guru
menggunakan model ceramah dimana siswa mendengarkan penjelasan dari guru
dan mencatat materi pelajaran yang diajarkan. Kemampuan akademik siswa juga
relatif seimbang dengan KKM mata pelajaran IPA yang sama yaitu 70. Selain itu,
siswa pada kedua SD memiliki latar belakang sosial yang hampir sama,
kebanyakan orang tua dari siswa-siswi tersebut bekerja sebagai petani, pedagang
maupun karyawan swasta.
39
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas IV SDN Kauman Kidul
sebagai kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran mind
mapping dan kelas IV SDN Bugel 1 sebagai kelas eksperimen 2 dengan
menggunakan model pembelajaran example non-example. Pada tiap kelas
dilakukan tiga kali pertemuan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Mind Mapping di
SD Negeri Kauman Kidul
No Hari, Tanggal Uraian Kegiatan
1.
2.
3.
Rabu, 30 Maret
2016
Jumat, 8 April
2016
Sabtu, 9 April
2016
- Perkenalan dengan kelas IV (kelas eksperimen)
- Mengerjakan soal Pretest
- Kegiatan pembelajaran faktor penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin dan hujan)
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas
- Melanjutkan pembelajaran sebelumnya yaitu faktor
penyebab perubahan lingkungan fisik (cahaya
matahari dan gelombang air laut)
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas.
- Mengerjakan soal posttest
40
Tabel 4.2
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Example Non-
Example di SD Negeri Bugel 1
No Hari, Tanggal Uraian Kegiatan
1.
2.
3.
Senin, 28 Maret
2016
Senin, 4 April
2016
Rabu, 6 April
2016
- Perkenalan dengan kelas IV (kelas eksperimen)
- Mengerjakan soal Pretest
- Kegiatan pembelajaran faktor penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin dan hujan)
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas
- Melanjutkan pembelajaran sebelumnya yaitu faktor
penyebab perubahan lingkungan fisik (cahaya
matahari dan gelombang air laut)
- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas.
- Mengerjakan soal posttest
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus mempelajari langkah-
langkah model pembelajaran yang akan di terapkan pada kelas eksperimen 1
maupun kelas eksperimen 2, selain itu guru juga harus mempersiapkan alat-alat
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
4.2.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Mind Mapping
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan
model mind mapping dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Materi yang diajarkan
yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan.
41
1. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 8 April 2016 pada pukul
07.00 – 08.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran
terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, dengan materi pelajaran yaitu faktor
penyebab perubahan lingkungan yaitu angin dan hujan.
Pertama kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan perlengkapan untuk
pembelajaran, mengkondisikan siswa, mengajak siswa bernyanyi, melakukan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari
ini. Selanjutnya pada kegiatan inti guru mengajar dengan model pembelajaran
mind mapping. Sebelum menyampaikan materi pelajaran, guru terlebih dahulu
memperkenalkan model mind mapping serta cara membuat mind map kepada
siswa. Dalam pembelajaran berjalan dengan cukup baik, karena guru
menggunakan berbagai gambar pada saat menjelaskan materi pelajaran, sehingga
siswa tertarik untuk mendengarkan penjelasan dari guru. Namun, pada saat siswa
dibagi dalam kelompok untuk membuat mind map siswa nampak kebingungan
dan menjadikan kelas agak gaduh, sehingga guru menjelaskan kembali cara
membuat mind map dan menuntun setiap kelompok dalam menyelesaikan mind
map mereka. Setelah memahami cara membuat mind map, hampir semua siswa
antusias dalam membuat mind map, namun masih ada beberapa siswa yang masih
pasif karena memang karakter siswa tersebut pendiam. Setiap kelompok membuat
mind map yang sesuai dengan tema yang didapat. Mereka membuat judul serta
membuat cabang dengan berbagai warna dan gambar, ada kelompok yang
membuat gambar sendiri, ada juga kelompok yang menggunakan gambar yang
diberikan oleh guru, dan ada yang memadukan gambar mereka dengan gambar
yang diberikan oleh guru. Mereka menuangkan ide-ide pada mind map yang
mereka buat, bahkan ada yang menghias mind map agar terlihat lebih menarik.
Ketika diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka ke depan kelas,
hampir semua siswa antusias untuk memperlihatkan hasil mind map yang sudah
mereka buat. Dengan mencocokkan mind map dengan kelompok lain yang
memiliki tema yang sama, mereka tahu kesalahan masing-masing. Setelah semua
memperlihatkan hasil mind map kelompoknya, selanjutnya tiap kelompok
42
bertukar mind map dengan kelompok lain yang berbeda tema dengan
kelompoknya, misal kelompok dengan tema angin bertukar mind map dengan
kelompok yang bertema hujan.
Kegiatan penutup, dilakukan dengan membuat kesimpulan tentang materi
yang telah dipelajari pada hari itu dengan cara guru bertanya jawab dengan siswa,
dan guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari pada hari
berikutnya. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam.
2. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2016 pada pukul
07.00 - 08.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran
terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, dengan melanjutkan materi pelajaran
pada hari sebelumnya yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan yaitu cahaya
matahari dan gelombang air laut.
Pertemuan kedua ini, pembelajaran lebih baik daripada hari sebelumnya.
Siswa sangat tertib dalam mengikuti pembelajaran serta tertarik mendengarkan
penjelasan dari guru, karena guru menggunakan berbagai macam gambar dalam
mengajar.
Siswa sangat antusias saat dibagi dalam kelompok untuk membuat mind map
karena mereka sudah mengerti cara membuat mind map bahkan ada siswa yang
sangat gembira karena dia sangat suka membuat mind map. Saat pembuatan mind
map setiap anggota kelompok bekerja sama, dengan cara membagi tugas agar
semua anggota kelompok mendapat bagian, selain itu terlihat kerja sama antar
anggota kelompok dan mereka juga saling membantu apabila ada anggota
kelompok yang merasa kesulitan. Mereka pun antusias dalam memperlihatkan
mind map yang kelompok mereka buat. Mind map yang mereka buat pun lebih
bagus dan lebih rapi dibandingkan mind map yang mereka buat sebelumnya.
Setelah semua kelompok maju, tiap kelompok bertukar mind map dengan
kelompok lain yang berbeda tema.
43
Terakhir kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
pelajaran yang telah dilalui dengan cara bertanya jawab dan menunjuk beberapa
siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dipelajari pada hari itu. Kemudian,
guru membagikan lembar evaluasi kepada siswa, siswa pun mengerjakan soal
evaluasi dengan tenang dan sungguh-sungguh. Setelah mengerjakan soal evaluasi,
siswa diminta untuk mengisi lembar penilaian afektif. Pelajaran pun ditutup
dengan mengucapkan salam penutup.
4.2.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Example Non-Example
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan
model example non-example dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Materi yang
diajarkan yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan.
1. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4 April 2016 pada
pukul 09.00 – 10.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Materi yang
diajarkan yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan fisik yaitu angin dan hujan.
Siswa terlihat antusias untuk mengikuti pelajaran pada pertemuan pertama
saat guru membuka pelajaran. Hal ini terlihat pada saat guru melakukan apersepsi
dengan mengajukan berbagai pertanyaan, mereka nampak antusias untuk
menjawab. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru hanya menyampaikan sedikit
materi untuk pengantar siswa dalam melakukan diskusi. Namun pada saat
pembagian kelompok, suasana kelas menjadi ribut karena banyak dari mereka
yang tidak suka dengan anggota kelompoknya dan ingin memilih anggota
kelompok yang mereka inginkan. Meskipun demikian, akhirnya mereka tetap mau
berkelompok sesuai dengan warna yang didapatkan, namun kurang antusias dalam
mengerjakan tugas kelompok. Bahkan siswa laki-laki banyak yang tidak ikut
mengerjakan tugas kelompok dan malah berjalan kesana-kemari. Maka dari itu
guru sering menegur mereka. Pada saat diminta maju mempresentasikan hasil
diskusi mereka pun banyak dari mereka tidak mau maju karena malu. Tetapi ada
44
juga yang sangat antusias sekali untuk membacakan hasil diskusi mereka. Setelah
semua membacakan hasil diskusinya, barulah guru menjelaskan materi
berdasarkan hasil diskusi dan dengan menggunkan bantuan gambar.
Terakhir pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan
dari pembelajaran hari ini, dan menyampaikan materi pelajaran yang akan di
disampaikan pada pertemuan berikutnya.
2. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu, 6 April 2016 pada pukul 07.00 –
08.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Materi yang diajarkan
melanjutkan materi pada pertemuan sebelumnya yaitu faktor penyebab perubahan
lingkungan yaitu cahaya matahari dan gelombang air laut.
Pertemuan kedua pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Anak-
anak tampak antusias dalam mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari guru.
Pembagian kelompok lebih tertib dibandingkan pembelajaran sebelumnya.
Mereka sudah mau bekerja dalam kelompok dan mencari dari berbagai sumber
untuk menyelesaikan tugas kelompoknya, meskipun masih ada satu dua siswa
yang tidak mau bekerja dalam kelompok, karena tidak suka dengan anggota
kelompoknya. Setelah selesai, mereka antusias maju ke depan kelas untuk
membacakan hasil diskusi kelompoknya, terutama siswa perempuan, namun siswa
laki-laki masih malu-malu untuk maju ke depan kelas. Setelah semua kelompok
membacakan hasil diskusinya, guru baru menjelaskan materi menggunakan media
gambar yang termasuk contoh dan bukan contoh faktor penyebab perubahan
lingkungan.
Terakhir yaitu kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan
pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian guru membagikan soal evaluasi
kepada siswa, siswa mengerjakan dengan tenang dan tertib. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal evaluasi, guru membagikan lembar penilaian afektif untuk diisi
oleh para siswa. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam penutup.
45
4.3 Data Hasil Belajar IPA Siswa
4.3.1 Hasil Belajar Kelas Mind Mapping
4.3.1.1 Hasil Pretest Kelas Mind Mapping
Kelas mind mapping diperoleh nilai pretest terendah yaitu 50 dan nilai
tertinggi yaitu 85 dari 21 siswa. Kemudian dihitung rata-rata kelas maka
didapatkan rata-rata kelas yaitu 67,14. Untuk menentukan interval kelas
digunakan rumus seperti berikut ini :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 85 – 50
= 35
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 +3,3 . log 21
= 1 + 3,3 . 1,322
= 5,363 = 5
Panjang kelas interfal (P) =
=
= 7
Distribusi hasil belajar Pretest kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel
4.7 berikut :
46
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar Pretest Kelas Mind Mapping
No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)
1 50 – 54 1 4,8
2 55 – 59 2 9,5
3 60 – 64 3 14,3
4 65 – 69 4 19
5 70 – 74 6 28,5
6 75 – 79 3 14,3
7 80 – 84 1 4,8
8 85 – 89 1 4,8
Total 21 100
Berdasarkan Tabel distribusi hasil belajar pretest di atas, dapat dilihat
bahwa siswa pada kelas mind mapping berada pada interval 70-74 sebanyak 6
siswa. Dengan presentase sebesar 28,5%.
Hasil deskriptif pretest siswa kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Pretest Kelas Mind Mapping
Descriptives
Nilai
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Eksperimen 1 21 67,14 8,598 1,876 63,23 71,06 50 85
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pretest kelas mind
mapping sebesar 67,14.
4.3.1.2 Hasil Posttest Kelas Mind Mapping
Hasil posttest adalah hasil yang didapatkan siswa setelah diberi perlakuan
dengan pembelajaran menggunakan model mind mapping. Setelah diuji
ditemukkan bahwa perolehan nilai terendah yaitu 55 dan nilai tertinggi 100. Nilai
47
rata-rata kelas dari hasil posttest ini yaitu 82,38. Untuk melihat distribusi
perolehan hasil posttest ini dapat dilihat berikut ini :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 100 – 55
= 45
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 +3,3 . log 21
= 1 + 3,3 . 1,322
= 5,363 = 5
Panjang kelas interfal (P) =
=
= 9
Distribusi hasil belajar Posttest kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Hasil Belajar Postest Kelas Mind Mapping
No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. 55 – 61 2 9,5
2. 62 – 68 1 4,8
3. 69 – 75 3 14,3
4. 76 – 82 3 14,3
5. 83 – 89 4 19
6. 90 – 96 6 28,6
7. 97 – 103 2 9,5
Total 21 100
48
Berdasarkan tabel distribusi perolehan nilai posttest diatas, maka
presentase terbesar yang mendapat nilai antara 90-96 sebanyak 6 siswa dengan
presentase 28,6%.
Hasil deskriptif posttest siswa kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.6
Statistik Diskriptif Posttest Kelas Mind mapping
Descriptives
Nilai
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Eksperimen 1 21 82,38 12,310 2,686 76,78 87,98 55 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar posttest kelas mind
mapping sebesar 82,38.
4.3.2 Hasil Belajar Kelas Example Non-Example
4.3.2.1 Hasil Pretest Kelas Example Non-Example
Kelas example non-example ditemukan hasil pretest dengan nilai terendah
40 dan nilai tertinggi 80. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh 61,84. Untuk
menentukan interval kelas digunakan rumus seperti berikut ini :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 80 – 40
= 40
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 +3,3 . log 19
= 1 + 3,3 . 1,279
= 5,221 = 5
49
Panjang kelas interfal (P) =
=
= 8
Distribusi hasil belajar Pretest kelas example non-example dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Distribusi Hasil Belajar Pretest Kelas Example Non-Example
No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. 40 – 45 2 10,5
2. 46 – 51 2 10,5
3. 52 – 57 3 16
4. 58 – 63 3 16
5. 64 – 71 5 26
6. 72 – 77 2 10,5
7. 78 – 83 2 10,5
Total 19 100
Berdasarkan Tabel distribusi hasil belajar pretest di atas, dapat dilihat
bahwa interval pada kelas example non-example berada pada nilai 64 - 71
sebanyak 5 siswa. Dengan perolehan prosentase sebesar 26%.
Hasil deskriptif pretest siswa kelas example non-example dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.8
Statistik Diskriptif Pretest Kelas Example Non-Example
Descriptives
Nilai
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Eksperimen 2 19 61,84 11,452 2,627 56,32 67,36 40 80
50
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pretest kelas
example non-example sebesar 61,84.
4.3.2.2 Hasil Posttest Kelas Example Non-Example
Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran example non-
example didapatkan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi yaitu 100 dengan rata-rata
73,94. Untuk mengetahui siswa yang memperoleh nilai terbanyak setelah diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran example non-example bedasarkan pada
nilai posttest, dapat dilihat pada tabel berikut bedasarkan interval :
Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal
= 100 – 50
= 50
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 +3,3 . log 19
= 1 + 3,3 . 1,279
= 5,221 = 5
Panjang kelas interfal (P) =
=
= 10
Distribusi hasil belajar Posttest kelas example non-example dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut :
51
Tabel 4.9
Distribusi Hasil Belajar Postest Kelas Example Non-Example
No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. 50 – 57 2 10,5
2. 58 – 65 4 21,1
3. 66 – 73 2 10,5
4. 74 – 81 7 36,8
5. 82 – 89 1 5,3
6. 90 – 97 2 10,5
7. 98 - 105 1 5,3
Total 19 100
Berdasarkan tabel distribusi hasil belajar posttest di atas, dapat dilihat
bahwa siswa yang memperoleh nilai terbanyak 74 - 81 sebanyak 7 siswa, dengan
prosentase sebesar 36,8%.
Hasil deskriptif posttest siswa kelas example non-example dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10
Statistik Deskriptif Posttest Kelas Example Non-Example
Descriptives
Nilai
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Eksperimen 2 19 73,95 13,184 3,025 67,59 80,30 50 100
Berdasarkan tabel statistik deskriptif posttest di atas, dapat dilihat rata-rata
hasil belajar posttest sebesar 73,95.
52
4.4 Uji Persyaratan Analisis Data
4.4.1 Uji Normalitas Data
4.4.1.1 Uji Normalitas data Pretest Kelas Mind Mapping
Uji normalitas data awal kelas mind mapping didapat dari nilai pretest. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah
responden yang diteliti kurang dari 30 siswa. Data dikatakan dalam distribusi
normal apabila nilai signifikan >0.05, sedangkan nilai signifikan < 0.05 maka data
tidak berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas menggunakan program
pengolahan data SPSSfor windows versi 20.0 pada data awal kelas eksperimen 1
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Mind Mapping
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
pretest_kelas_eksperimen1 ,154 21 ,200* ,971 21 ,762
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan hasil pretest kelas
mind mapping yaitu 0,762. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil
pengukuran untuk variabel pretest kelas mind mapping adalah normal karena
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut :
53
Gambar 4.1
Grafik Normalitas Pretest Kelas Mind Mapping
4.4.1.2 Uji Normalitas data Posttest Kelas Mind Mapping
Uji normalitas data kelas mind mapping didapat dari nilai posttest. Berikut
hasil uji normalitas menggunakan program pengolahan data SPSS for windows
versi 20.0 pada kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Mind Mapping
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
posttest_kelas_eksperimen ,156 21 ,200* ,945 21 ,275
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel di atas menunjukkan hasil uji normalitas untuk posttest kelas mind
mapping yaitu 0,275. Hal ini berarti distribusi hasil pengukuran variabel posttest
54
kelas mind mapping adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2
Grafik Normalitas Posttest Kelas Mind Mapping
4.4.1.3 Uji Normalitas data Pretest Kelas Example Non-Example
Uji normalitas data awal kelas example non-example didapat dari nilai
pretest. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Shapiro-Wilk karena
jumlah responden yang diteliti kurang dari 30 siswa. Data dikatakan dalam
distribusi normal apabila nilai signifikan >0.05, sedangkan nilai signifikan < 0.05
maka data tidak berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas menggunakan
program pengolahan data SPSS for windows versi 20.0 pada data awal kelas
example non-example dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
55
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Example Non-Example
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
pretest_kelas_eksperimen 2 ,093 19 ,200* ,970 19 ,777
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk
pretest kelas example non-example yaitu 0,777. Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi hasil pengukuran untuk variabel pretest kelas example non-example
adalah normal karena probabilitasnya > 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 4.3
Grafik Normalitas Pretest Kelas Example Non-Example
4.4.1.4 Uji Normalitas data Posttest Kelas Example Non-Example
Uji normalitas data kelas example non-example didapat dari nilai posttest.
Data dikatakan dalam distribusi normal apabila nilai signifikan >0.05, sedangkan
56
nilai signifikan < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Berikut hasil uji
normalitas menggunakan program pengolahan data SPSS for windows versi 20.0
pada kelas example non-example dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.14
Hasil Uji Normalitas Posttest Example Non-Example
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
posttest_kelas_kontrol ,113 19 ,200* ,981 19 ,953
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas untuk posttest
kelas example non-example yaitu 0,953. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi
hasil pengukuran untuk variabel posttest kelas example non-example adalah
normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 4.4
Grafik Normalitas Posttest Kelas Example Non-Example
57
4.4.2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah ada kesamaan
diantara kelas mind mapping dan kelas example non-example sebelum diberikan
perlakuan. Uji Homogenitas data awal kelas mind mapping dan kelas example
non-example dilakukan menggunkana nilai pretest. Berikut ini adalah hasil
analisis uji homogenitas dengan menggunakan SPSS for windows version 20.0.
Tabel 4.15
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Mind Mapping dan Kelas Example Non-
Example
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,947 1 38 ,171
Tabel perhitungan homogenitas diatas menunjukkan Levene Statistic sebesar
1,947 dengan nilai signifikannya sebesar 0,171 > 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data nilai pretest pada kelas mind mapping dan kelas example
non-example bersifat homogen atau variansi data nilai awal kelas mind mapping
sama dengan variansi data nilai awal kelas example non-example.
4.4.3 Uji N-Gain
Uji N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Uji N-Gain diukur dari hasil pre-test dan post-test, pada
kelas mind mapping dan kelas example non-example uji-n gain dapat diketahui
dengan rumus sebagai berikut :
1. Kelas mind mapping
g =
=
58
=
= 0,46
2. Kelas example non-example
g =
=
=
= 0,32
Hasil uji n-gain kelas mind mapping dan kelas example non-example dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.16
Hasil Uji N-Gain Kelas Mind Mapping dan Kelas Example Non-Example
Kelas Uji n-gain
Mind Mapping 0,46
Example Non-Example 0,32
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji n-gain kelas mind mapping dan
kelas example non-example masuk ke dalam kategori sedang.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Analisis Uji t
Perhitungan uji-t dilakukan dengan mengunakan SPSS versi 20
menggunakan Independent Sampel T-test, dengan tujuan untuk melihat ada atau
tidaknya perbedaan rata-rata hasil belajar IPA antar siswa yang diberi perlakuan
model pembelajaran mind mapping dengan siswa yang diberi perlakuan dengan
model pembelajaran example non-example. Hasil uji hipotesis dengan uji t
59
Independent Samples Test, mempunyai kriteria berdasarkan tingkat signifikansi,
yaitu :
1. Jika signifikan > 0,05 maka diterima ditolak
2. Jika signifikan < 0,05 maka ditolak diterima.
Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini :
Tabel 4.17
Independent Sampel Test Dari Posttest Kelas Mind Mapping dan Kelas
Example Non-Example
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal variances
assumed
,043 ,836 2,092 38 ,043 8,434 4,031 ,273 16,594
Equal variances
not assumed
2,085
36,9
21 ,044 8,434 4,045 ,236 16,631
Berdasarkan tabel 4.13 Independent Sampel Test, dapat diketahui bahwa
ditemukan hasil sebesar 2,092 dengan signifikasi dilihat dari Sig. (2-tailed) adalah
,043 pada kelas mind mapping dan kelas example non-example.
4.6 Hasil Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji t-hitung maka dapat dianalisis hipotesisnya sebagai
berikut :
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan
menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model
pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri
Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II
Tahun 2015/2016.
60
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan
menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model
pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri
Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II
Tahun 2015/2016.
Hasil t-hitung diperoleh signifikansi ,043 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model
pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri Kauman Kidul dan
SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II Tahun 2015/2016.
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model
example non-example pada siswa kelas IV. Dengan materi faktor penyebab
perubahan lingkungan fisik. Kelas eksperimen 1 menggunakan model
pembelajaran mind mapping sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan model
pembelajaran example non-example. Pada setiap kelompok dilakukan masing-
masing dua kali pertemuan.
Perbedaan hasil belajar pada kedua kelas setelah diberi perlakuan
menunjukkan hasil yang signifikan. Pada kelas mind mapping rata-rata hasil
belajar yang diperoleh sebesar 82,38 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah
55, sedangkan pada kelas example non-example rata-rata hasil belajar yang
diperoleh sebesar 73,95 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Sehingga
terdapat selisih 8,43.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar pada
kedua kelas tersebut. Salah satunya karena pada kelas mind mapping siswa lebih
aktif dalam mengikuti pembelajaran, didukung dengan sikap dan keterampilan
siswa saat pembelajaran berada pada kategori yang sangat baik. Hal ini dapat
dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang tinggi terhadap materi pelajaran. Saat
61
melakukan diskusi kelompok pun sikap tanggung jawab dan kerja sama antar
anggota sangat terlihat, mereka bekerja sama dalam mencari informasi dari
berbagai sumber untuk membuat mind map dan menerima pendapat serta
masukan dari anggota kelompok yang lain. Saat mempresentasikan hasil diskusi,
mereka sangat antusias maju kedepan kelas untuk memperlihatkan mind map yang
mereka buat. Selain itu, siswa pada kelas mind mapping lebih menguasai materi
pembelajaran karena sebelum melaksanakan tugas kelompok, siswa kelas mind
mapping sudah mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan di
diskusikan. Jadi, siswa lebih memahami materi pembelajaran.
Hasil belajar siswa dengan menggunakan model example non-example juga
terbilang baik. Namun tidak semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Hal ini didukung dengan sikap dan keterampilan siswa dalam mengikuti
pembelajaran yang hanya berada pada kategori baik. Meskipun rasa ingin tahu
siswa sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran, namun saat melakukan diskusi
kelompok, kerja sama antar anggota kelompok kurang terlihat. Beberapa siswa
terlihat kurang bertanggung jawab dengan tugas yang di dapatnya. Pada saat
diminta mempresentasikan hasil diskusi, siswa juga kurang berani untuk maju
kedepan kelas dan harus dibujuk oleh guru terlebih dahulu. Selain itu, dalam
menganalisis gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, siswa belum
mendapatkan penjelasan mengenai materi tersebut. Siswa hanya mendapat
gambaran besar tentang materi yang di ajarkan pada awal pembelajaran, sehingga
siswa kurang memahami tentang materi pembelajaran tersebut.
Hasil uji n-gain pada kelas mind mapping dan kelas example non-example
tidak memiliki perbedaan. Kelas mind mapping memperoleh hasil uji n-gain
sebesar 0,46. Sedangkan pada kelas example non-example mendapatkan hasil
sebesar 0,32. Kedua kelas tersebut sama-sama menunjukkan kategori sedang,
dimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang di sampaikan
oleh guru pada kedua kelas berkategori sedang.
62
Uji t-tes menunjukkan siginifikansi 0,043 < 0,05 artinya terdapat perbedaan
hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping
dengan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran example non-
example. Dari ulasan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran mind
mapping lebih baik digunakan daripada model pembelajaran example non-
example. Hal ini dikarenakan pada model example non-example hanya
menggunakan media berupa gambar sedangkan pada model pembelajaran mind
mapping, pembelajaran menggunakan media berupa gambar serta menggunakan
berbagai warna dalam membuat mind map. Sesuai dengan teori pembelajaran
kontruktivisme yang menyatakan siswa harus menemukan dan membangun
sendiri pengetahuan yang mereka pelajari. Dengan melihat gambar dan bantuan
yang diberikan oleh guru, siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain
itu dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat
mengkombinasikan fungsi otak kiri dan otak kanan yaitu menggabungkan antara
tulisan, warna dan gambar. Dengan siswa memperlajari secara langsung faktor
penyebab perubahan lingkungan melalui media gambar, membuat sendiri mind
map sesuai dengan pemahaman mereka serta menggunakan berbagai macam
warna, maka pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi
lebih baik. Namun perlu diperhatikan jika di dalam kelas tersebut terdapat anak
yang berkebutuhan khusus seperti contohnya pada kelas mind mapping, guru
harus lebih ekstra memperhatikan anak tersebut dengan menjelaskan pembuatan
mind map secara perlahan dan juga meminta anggota lain yang satu kelompok
dengan anak tersebut untuk mengajaknya dalam mebuat mind map. Dengan
begitu, anak tersebut juga mampu membuat mind map dan juga tidak dibedakan
dengan siswa lain. Alternatif lain yang dapat digunakan dalam menerapkan model
pembelajaran mind mapping antara lain dengan siswa diminta untuk membuat
mind map terlebih dahulu sebelum guru menjelaskan materi pembelajaran.
Dengan begitu siswa tidak hanya menuangkan ide-ide yang telah didapat dalam
sebuah mind map saja, namun tingkat analisis dalam membangun pengetahuan
juga diasah. Dengan siswa membuat terlebih dahulu mind map sesuai analisis
mereka, pada saat guru menjelaskan materi dan terdapat kesalahan pada mind
63
map yang mereka buat, mereka akan mengetahui kesalahan tersebut dan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi akan semakin baik. Model pembelajaran mind
mapping lebih baik diterapkan dalam pembelajaran juga lebih diperkuat dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arman (2012). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
mind mapping lebih baik dibandingkan dengan model concept mapping.