BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06.
Sekolah tersebut terletak di Jalan Kartini no.26, Salatiga dan termasuk kedalam
Gugus Kartini. Letak sekolah yang berada dalam kawasan sekolah seperti SMP N
1 Salatiga dan SMP N 2 Salatiga sangat mendukung dalam suasana pembelajaran
yang nyaman tanpa adanya gangguan dari luar karena setiap sekolah memerlukan
suasana yang nyaman. Sekolah ini juga tidak terganggu dengan suara kendaraan
karena letak sekolah ini tidak begitu dekat dengan jalan raya.
Pekerjaan orangtua siswa mayoritas adalah pegawai dan wiraswasta, sebagian
besar siswa SD Negeri Salatiga 06 tinggal bersama orangtuanya dan terdapat
beberapa orang siswa tinggal bersama kakek nenek, karena orangtua mereka
bekerja keluar kota. Latar belakang siswa yang berbeda-beda, menyebabkan guru
untuk dapat mengampu dan mengajar para siswa dengan sebaik-baiknya.
Pada umumnya siswa kelas IV di SD Negeri Salatiga 06 ini terbiasa dengan
model pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran terpusat pada guru,
sehingga siswa hanya mendengarkan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Siswa cenderung diam dan tenang saat pembelajaran sehari-hari. Interaksi
antar siswa dalam kegiatan pembelajaran masih kurang, karena pembelajaran
kelompok masih belum terlaksana dengan baik. Pada dasarnya, pembelajaran
dengan cara tutor sebaya dapat membantu siswa dalam memahami pembelajaran.
Penggunaan variasi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat
membantu siswa untuk mengurangi rasa bosan dalam mengikuti belajar di
sekolah.
4.2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06
dengan jumlah 54 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas IVA dengan
jumlah 26 siswa dan kelas IVB dengan jumlah 28 siswa. Kelas tersebut dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang sudah diuji
kesamaan varian menunjukkan keadaan kedua kelompok yang homogen. Artinya
43
data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara
signifikan. Ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok
mempunyai kemampuan awal yang sama.
Oleh sebab itu, pada kelas eksperimen akan diberikan perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dan pada kelas kontrol akan diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini waktu
yang digunakan adalah 3x pertemuan baik pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberikan tes akhir. Berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian pada tabel 4.1:
Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Pertemuan
27 Februari 2012 Pertemuan I
28 Februari 2012 Pertemuan II
29 Februari 2012 Pertemuan III
4.3. Hasil Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010: 207) analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh respoden atau sumber lain terkumpul. Oleh karena itu dapat dilakukan
analisis data kuantitatif yaitu uji normalitas, homogenitas, dilanjutkan dengan uji beda
rata-rata hasil belajar siswa (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Berikut adalah
penjelasan penghitungan secara rinci.
4.3.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen
Uji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
instrumen tiap item soal yang nantinya akan digunakan dalam pre-test dan post-
test setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Division). Untuk mengetahui validitas alat
evaluasi, instrumen terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas IV SD Negeri
Sidorejo Lor 1 Salatiga. Setelah di uji tingkat validitasnya, hasil instrumen
tersebut di ujikan pada ke dua kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk
mengetahui tingkat homogenitasnya. Menurut Sudjana, (2008: 12) validitas
44
berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Dari hasil tes uji coba instrumen di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga,
maka dapat diperoleh hasil analisis menggunakan SPSS for windows version 16
dengan teknik yang digunakan Corrected Item Total Correlation untuk menguji
kesahihan item instrumen yang didasarkan dalam pengambilan keputusan soal
valid menggunakan tabel r Product Moment sebesar 0,388 dari jumlah 28 siswa.
Dari jumlah 35 soal terdapat 27 soal yang valid, dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Validitas Instrumen
Bentuk
Instrumen Item Soal Valid Tidak Valid
Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11,12,13,14,15,16,17,18,19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35.
1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 11, 12,
13, 14, 17, 20,
21, 22, 24, 25,
26, 28, 29, 31,
32, 33, 34, 35.
10, 15, 16, 18,
19, 23, 27, 30
Menguji reliabilitas variabel menggunakan input data yang sama dengan
data validitas. Uji reliabilitas yang banyak digunakan pada penelitian adalah
dengan menggunakan metode Cronbach Alpha.
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.948 27
Berdasarkan tabel 4.3 tentang hasil uji reliabilitas dengan jumlah soal
pilihan ganda yang terdiri dari 27 soal ini, terdapat Cronbach’s Alpha (r) sebesar
0,948, maka instrument dinyatakan reliable.
45
4.3.2. Uji Normalitas
4.3.2.1. Uji Normalitas Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Metode pengambilan keputusan pada uji normalitas menurut Duwi
Priyatno (2010: 58) yaitu jika signifikansi (Asymp.sig) > 0,05 maka data yang
diuji adalah berdistribusi nomal. Jika signifikansi (Asymp.sig) < 0,05 maka data
yang di uji tidak beristribusi normal. Uji normalitas data pre-test menggunakan
metode Kolmogorov-Smirnov Test. Data yang dianalisis adalah nilai dari pre-test
pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06 sebelum dilakukan perlakuan baik
pada kelas eksperimen atau kelas kontrol. Berikut pada tabel 4.4 adalah hasil
analisanya:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EKSPERIMEN KONTROL
N 28 26 Normal Parametersa Mean 66.93 67.54
Std. Deviation 6.804 8.011 Most Extreme Differences Absolute .210 .198
Positive .115 .145 Negative -.210 -.198
Kolmogorov-Smirnov Z 1.113 1.008 Asymp. Sig. (2-tailed) .168 .262
a. Test distribution is normal
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas pre-test kelas kontrol dan kelas
eksperimen di atas menunjukkan bahwa data kelas eksperimen nilai
signifikansinya sebesar 0,168 > 0,05 dan data kelas kontrol signifikansinya
sebesar 0,262 > 0,05. Karena kedua kelas tersebut mempunyai signifikansi lebih
dari 0,05 jadi data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
4.3.2.2. Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas data akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan
pada nilai post-test setelah dilaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Uji normalitas data post-test juga menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov Test. Pada data akhir kelas eksperimen yang diberi
46
perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division) dan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hasil uji normalitas post-test dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EKSPERIMEN KONTROL
N 28 26 Normal Parametersa Mean 82.46 75.42
Std. Deviation 5.453 6.133 Most Extreme Differences Absolute .147 .232
Positive .104 .232 Negative -.147 -.150
Kolmogorov-Smirnov Z .778 1.182 Asymp. Sig. (2-tailed) .580 .122 a. Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas post-test kelas kontrol dan kelas
eksperimen di atas menunjukkan bahwa data kelas eksperimen nilai
signifikansinya sebesar 0,580 > 0,05 dan data kelas kontrol signifikansinya
sebesar 0,122 > 0,05. Karena kedua kelompok tersebut mempunyai signifikansi
lebih dari 0,05 jadi data berdistribusi normal. Sehingga setelah diberi perlakuan
dapat diketahui bahwa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen berdistribusi
normal.
4.3.3. Uji Homogenitas
4.3.3.1. Uji Homogenitas Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Metode pengambilan keputusan pada uji homogenitas menurut Priyatno
(2010: 115) yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data yang diuji adalah homogen.
Jika signifikansi < 0,05 maka data yang di uji adalah tidak homogen. Uji
homogenitas data awal kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pada nilai
pre-test sebelum dilaksanakan perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen untuk
mengetahui tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan
47
program SPSS for Windows Version 16 yaitu One Way Anova dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Uji Homogenitas Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.210 1 52 .276
Berdasarkan hasil uji homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikansi
adalah 0,276 > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh
sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel
tersebut cukup homogen.
4.3.3.2.Uji Homogenitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji homogenitas data akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan
pada nilai post-test setelah dilaksanakan pembelajaran baik pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Uji homogenitas data awal kelas kontrol dan kelas eksperimen
dilakukan untuk mengetahui tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini
menggunakan program SPSS for Windows Version 16 yaitu One Way Anova pada
nilai post-test setelah dilaksanakan Pada data akhir kelas eksperimen yang diberi
perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division) dan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional. Berikut pada tabel 4.7 adalah hasil uji homogenistas
post-test:
Tabel 4.7
Uji Homogenitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari data hasil tes homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilakukan uji homogenitas. Setelah pengujian homogenitas, dapat dilihat
pada tabel Test of Homogeneity of Variance nilai probabilitas (signifikansi) adalah
0,724 > 0,05 maka Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.126 1 52 .724
48
(varian kelas kontrol dan kelas eksperimen) tidak jauh berbeda, maka kelas
kontrol dan kelas eksperimen tersebut homogen.
4.4. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
4.4.1. Analisis Deskriptif Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil pengukuran deskriptif variabel disajikan dalam tabel 4.8. dibawah ini
yang merangkum data pre-test siswa sebelum diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Deskriptif
statistik dengan ukuran skor minimum, maximum, mean dan standar deviasi.
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation Minimum Maximum EKSPERIMEN 28 66.93 6.804 40 76 KONTROL 26 67.54 8.011 40 76
Tabel 4.8 tentang statistik deskriptif pre-test nampak bahwa data pre-test
siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division) pada kelas eksperimen dalam mata pelajaran
matematika pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat kelas IV SD Negeri
Salatiga 06 dengan jumlah 28 siswa mempunyai skor nilai terendah 40 sampai
skor nilai tertinggi 76 dengan rata-rata skor (mean) sebesar 66,93 dan simpangan
baku (Std.Deviation) sebesar 6,804. Sedangkan pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran
matematika pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat kelas IV SD Negeri
Salatiga 06. Jumlah siswa pada kelas kontrol sebanyak 26 siswa mempunyai skor
nilai terendah 40 sampai skor nilai tertinggi 76 dengan rata-rata skor (mean)
sebesar 67,54 dan simpangan baku (Std.Deviation) sebesar 8,011. Perolehan nilai
rata-rata pre-test sebelum diberikan perlakuan pada kelas kontrol lebih tinggi
dibanding dengan rata-rata post-test kelas eksperimen.
49
Grafik 4.1
Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan grafik 4.1 nampak bahwa kurve lengkung keatas
menggambarkan sebaran data pre-test siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol adalah
normal.
4.4.2. Analisis Deskriptif Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan analisis deskriptif pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol, pada bagian ini akan ditunjukkan analisis deskriptif post-test kelas
eksperimen yang telah diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan
pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional. Pada dasarnya sama dengan analisis deskriptif pre-test dengan
analisis deskriptif post-test, namun dalam hal analisis deskriptif post-test ini
50
digunakan untuk mengetahui persebaran data hasil belajar siswa setelah diberikan
perlakuan pada masing-masing kelas.
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
EKSPERIMEN 28 82.46 5.453 70 90 KONTROL 26 75.42 6.133 63 90
Tabel 4.9 nampak bahwa data post-test siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada
kelas eksperimen dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan
bilangan bulat kelas IV SD Negeri Salatiga 06 dengan jumlah 28 siswa
mempunyai skor nilai terendah 70 sampai skor nilai tertinggi 90 dengan rata-rata
skor (mean) sebesar 82,46 dan simpangan baku (Std.Deviation) sebesar 5,453.
Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan
bilangan bulat kelas IV SD Negeri Salatiga 06. Jumlah siswa pada kelas kontrol
sebanyak 26 siswa mempunyai skor nilai terendah 63 sampai skor nilai tertinggi
90 dengan rata-rata skor (mean) sebesar 75,42 dan simpangan baku
(Std.Deviation) sebesar 6,133. Perolehan nilai rata-rata pre-test sebelum diberikan
perlakuan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan rata-rata post-test
kelas kontrol.
Grafik 4.2 Frekuensi Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
51
Berdasarkan grafik 4.2 nampak bahwa kurve lengkung keatas
menggambarkan sebaran data hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol adalah
normal.
4.4.3. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Setelah diberikan soal post-test pada kedua kelompok dan didapatkan hasil
rata-rata nilai pada kelas eksperimen sebesar 82,46 dan rata-rata sebesar 75,42
pada kelas kontrol. Dari hasil rata-rata post-test pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol telihat terdapat perbedaan yang signifikan. Pada tingkat ketuntasan terlihat
bahwa di kelas eksperimen seluruh siswa sudah tuntas dari KKM 70 sedangkan
pada kelas kontrol terdapat 1 siswa yang tidak tuntas nilai KKM. Untuk standar
deviasi nilai post-test pada kelas eksperimen sebesar 5,453 dan pada kelas kontrol
sebesar 6,133. Hal ini berarti menunjukkan terdapat efektivitas pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang digunakan
dalam menyampaikan pokok bahasan penjumlahan bilangan bulat positif dan
bilangan negatif pada siswa kelas IVB di SD Negeri Salatiga 06. Perbandingan
hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat dalam lampiran 8.
4.5. Analisis Hasil Penelitian
4.5.1. Dokumentasi
Dari penelitian secara dokumentasi didapatkan data yang berupa daftar
nama siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06 yang berjumlah 54 siswa dan nilai
matematika siswa semester I kelas IV SD Negeri Salatiga 06. Di samping itu,
52
dokumentasi yang berupa foto pada saat melakukan penelitian sebagai bukti
bahwa peneliti benar-benar sudah melakukan penelitian.
4.5.2. Observasi
Observasi yang dilakukan terdiri dari 2 macam observasi yaitu 1)
observasi yang dilakukan oleh guru kelas IV yang memantau jalannya
pembelajaran untuk mengetahui kesesuaian pembelajaran dengan model
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol dan 2) Observasi siswa yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat menyatakan bahwa kedua model
pembelajaran yang diterapkan peneliti dalam kegiatan mengajar pada siswa kelas
IVA dan siswa kelas IVB SD Negeri Salatiga 06 sudah dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan observasi pada siswa menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas
eksperimen yaitu kelas IVB SD Negeri Salatiga 06 lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yaitu kelas IV A SD
Negeri Salatiga 06.
Hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) yang meliputi langkah-langkah pembelajaran terdiri dari
pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam
analisis pembelajaran ini dilaksanakan selama 3x pertemuan pembelajaran
matematika pada kelas IVB sebagai kelas eksperimen di SD Negeri Salatiga 06.
Untuk mempermudah dalam menganalisis hasil pembelajaran maka dilakukan
observasi yang dilakukan oleh guru kelas IV untuk mengamati peneliti dalam
menerapkan langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement) dalam pembelajaran matematika. Di samping penelitian pada
kelas eksperimen, peneliti juga melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol. Hasil
observasi pembelajaran selama 3x pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dijelaskan seperti dibawah ini:
53
a. Hasil Observasi Pembelajaran Pertemuan 1
Pertemuan pertama ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012 baik pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil observasi pembelajaran pada kelas
eksperimen menunjukkan bahwa peneliti sudah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan baik, karena
berdasarkan hasil observasi pembelajaran terdapat skor 3 dan 4 yang diberikan
oleh guru sebanyak 20 dari 27 aspek penelitian yang ada. Nilai 2 diberikan karena
peneliti belum maksimal dalam penyampaian pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol dapat terlaksana dengan baik,
karena berdasarkan hasil observasi pembelajaran banyak skor 3 dan 4 yang
diberikan oleh guru sebanyak 13 dari 16 aspek penelitian yang ada. Nilai 2
diberikan karena peneliti belum maksimal melakukan beberapa aspek dalam
pembelajaran.
Dalam lembar observasi siswa pertemuan pertama pada kelas eksperimen
didapatkan perolehan skor 3 dan 4 yang diberikan penulis sebanyak 22 dari 26
aspek dalam lembar observasi siswa. Nilai 2 yang diberikan penulis sebanyak 4
aspek penilaian, peneliti berpendapat bahwa masih kurang lancarnya kegiatan
pembelajaran pertama pada kelas eksperimen adalah dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya: siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran yang
baru dilakukan sehingga masih merasa kebingungan. Banyak siswa kurang merasa
nyaman dalam belajar dengan anggota kelompok yang dipilih secara acak, karena
siswa masih merasa canggung dengan teman kelompoknya.. Suasana kompetisi
dalam kegiatan pembelajaran belum terlaksana dengan maksimal, terdapat
beberapa siswa yang sibuk dengan sendirinya.
Sedangkan lembar observasi siswa pada kelas kontrol, nilai yang diberika
oleh peneliti yaitu nilai 3 dan 4 sebanyak 12 dari 15 aspek penilaian kegiatan
siswa selama mengikuti pembelajaran dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan
model pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga banyak siswa merasa nyaman
dalam belajar dan dapat mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir dengan
baik. Nilai 2 diberikan sebanyak 3 aspek dikarenakan sebagian siswa dari kelas
54
kontrol masih kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika guru
memberikan pertanyaan maka banyak dari mereka yang kurang memperhatikan
pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga guru harus mengulangi pertanyaan
tersebut.
b. Hasil Observasi Pembelajaran Pertemuan 2
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2012. Hasil
observasi pembelajaran tidak jauh berbeda dengan hasil observasi pembelajaran
pertemuan pertama, karena banyak nilai 3 dan 4 yang diberikan dalam lembar
observasi pembelajaran. Pada kelas eksperimen sebanyak 23 dari 26 aspek dalam
pembelajaran dan pada kelas kontrol sebanyak 15 dari 16 aspek pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti sudah melaksanakan aspek-aspek pembelajaran
yang ada dalam lembar observasi pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan pada pertemuan kedua ini sudah terlaksana dengan baik dan
sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun sebelumnya berdasarkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).
Berdasarkan lembar observasi siswa pada kelas eksperimen yang dilakukan
oleh peneliti terdapat nilai 3 dan 4 sebanyak 23 aspek dari 25 aspek dalam lembar
observasi siswa pertemuan kedua. Hali ini disebabkan, karena siswa merasa
nyaman dalam pembelajaran yang dilakukan, maka siswa akan merasa
termotivasi. Suasana kompetisi dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) sudah mulai terasa, masing-masing
kelompok mempunyai cara kerja tersendiri untuk menyelesaikan lembar diskusi
dari guru. Masing-masing kelompok berusaha untuk menjadi kelompok tertinggi
dalam pembelajaran pertemuan kedua. Hasil evaluasi individu yang diberikan
oleh guru, juga dapat terselesaikan dengan baik, sehingga dapat menambah nilai
dalam penilaian kelompok untuk menjadi kelompok tertinggi. Adanya nilai 2
dikarenakan masih terdapat beberapa siswa belum menggunakan kesempatan
dengan baik pada aspek kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal yang belum
jelas.
55
Sedangkan lembar observasi pada siswa kelas kontrol terdapat nilai 3 dan 4
sebanyak 12 dari 15 aspek dalam lembar observasi siswa yang ada. Kegiatan
pembelajaran pada kelas kontrol memang sudah dapat dilaksanakan oleh siswa
dengan baik, namun siswa pada kelas kontrol merasa jenuh karena hanya
mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi dan banyak juga dari mereka
yang merasa mengantuk atau lebih senang bermain sendiri. Sebelum pembelajaran
selesai, perhatian siswa sudah tidak terpusat hingga penjelasan guru tidak
diperhatikan dengan baik. c. Hasil Obsevasi Pembelajaran Pertemuan 3
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2012. Hasil
observasi pembelajaran tidak jauh berbeda dengan hasil observasi pembelajaran
pertemuan kedua, karena banyak nilai 3 dan 4 yang diberikan dalam lembar
observasi pembelajaran. Pada kelas eksperimen sebanyak 23 dari 26 aspek dalam
pembelajaran dan pada kelas kontrol sebanyak 15 dari 16 aspek pembelajaran.
Nilai 2 diberikan oleh pengamat dalam kegiatan pembelajaran diantaranya karena
guru belum memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam
penelitian, peneliti memang sudah melaksanakan aspek-aspek pembelajaran yang
ada dalam lembar observasi pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada pertemuan kedua ini sudah terlaksana dengan baik berdasarkan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disusun peneliti sebelum
melaksanakan penelitian.
Berdasarkan lembar observasi siswa pada kelas eksperimen yang dilakukan
oleh peneliti terdapat nilai 3 dan 4 sebanyak 22 aspek dari 23 aspek dalam lembar
observasi siswa pertemuan ketiga. Hali ini disebabkan, karena siswa merasa
nyaman dalam pembelajaran yang dilakukan, maka siswa akan merasa
termotivasi. Suasana kompetisi dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Team Achievement Division) sudah terasa, masing-masing
kelompok berlomba untuk menyelesaikan lembar diskusi dari guru dengan baik.
Masing-masing kelompok berusaha menjadi kelompok tertinggi dalam
pembelajaran pertemuan ketiga. Hasil evaluasi individu yang diberikan oleh guru,
juga dapat terselesaikan dengan baik, sehingga dapat menambah nilai dalam
56
penilaian kelompok untuk menjadi kelompok tertinggi. Kondisi kelas tetap tenang
dalam kegiatan pembelajaran. Saling bekerjasama antar anggota kelompok sudah
terlihat dengan jelas, karena banyak diantara siswa yang membantu temannya
untuk mempermudah dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) sudah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
Sedangkan lembar observasi pada siswa kelas kontrol terdapat nilai 3 dan 4
sebanyak 12 dari 14 aspek dalam lembar observasi siswa yang ada. Kegiatan
pembelajaran pada kelas kontrol memang sudah dapat dilaksanakan oleh siswa
dengan baik, namun siswa pada kelas kontrol merasa jenuh karena hanya
mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi dan banyak juga dari mereka
yang merasa mengantuk atau lebih senang bermain sendiri. Sebelum pembelajaran
selesai, perhatian siswa sudah tidak terpusat hingga penjelasan guru tidak
diperhatikan dengan baik.
Perbedaan hasil pada lembar observasi pembelajaran dan observasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran pada kedua kelas tersebut dikarenakan kenyamanan
siswa dalam mengikuti pembelajaran juga harus diperhatikan, karena rasa nyaman
dalam belajar juga akan berdampak pada hasil evaluasi setiap individu, sehingga
hasil pembelajaran yang didapat oleh siswa pada kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang masih
menggunakan pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran yang bervariasi yang dilaksanakan oleh guru akan dapat
membantu siswa untuk belajar lebih giat, karena siswa akan jauh dari rasa bosan
dan jenuh. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika terdapat
kerjasama antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik. Dengan demikian,
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam
pembelajaran ini, diharapkan guru mampu membentuk kelompok-kelompok
kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-
sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-
57
teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk
mempelajarinya juga.
4.5.3. Metode Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan yang
dicapai oleh siswa, jadi hasil yang ada merupakan kunci keberhasilan dari
penelitian ini. Nilai pre-test yang digunakan untuk mengetahui keadaan awal
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dilakukan treatment. Nilai
hasil belajar siswa kelas IVB sebagai kelompok eksperimen pada mata pelajaran
matematika sebelum dilakukan treatment sebesar 66,9 dan nilai hasil belajar
setelah dilakukan treatmen mempunyai rata-rata 82,46. Nilai rata-rata setelah
pelaksanaan treatment telah mencapai batasan minimal ketuntasan belajar di SD
Negeri Salatiga 06 untuk pelajaran matematika yaitu 70. Terdapat selisih nilai
sebelum pelaksanaan treatmen dan setelah pelaksanaan treatmen dengan rata-rata
selisihnya 15,56. Kelompok ini memiliki nilai tertinggi (maximum) 90 dan dan
terendah (minimum) 70 dan standard deviasi 5,453.
Nilai hasil belajar siswa kelas IVA sebagai kelompok kontrol pada mata
pelajaran matematika sebelum dilakukan treatmen dengan rata-rata 67,5. Dan nilai
hasil belajar siswa setelah dilakukan treatmen mempunyai rata-rata 75,42, maka
nilai rata-rata sesudah dilakukan treatmen sudah melebihi batasan nilai 70. Dan
selisih nilai setelah dan sebelum pelaksanaan pembelajaran sebesar 7,9. Pada
kelompok kontrol nilai terendah (minimum) 64 dan nilai tertinggi (maximum) 93.
Sedangkan standar deviasinya sebesar 6,133.
4.6. Hasil Analisis Data Penelitian
Pengujian dengan menggunakan t-test bertujuan untuk mengetahui
perbedaan total rata-rata hasil belajar matematika antara kelas kontrol dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division). Analisis data t-test dengan menggunakan SPSS for
windows version 16. Independent Sample T-test atau uji sampel bebas digunakan
untuk menguji perbedaan dari rata-rata dari kelompok kontrol dan kelompok
58
eksperimen.
Tabel 4.10 yang menunjukkan hasil dari uji T-Test beda rata-rata hasil belajar
matematika antara kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional dan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).
Tabel 4.10
Uji T-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Equal variances assumed
.126 .724 4.465 52 .000 7.041 1.577 3.877 10.206
Equal variances not assumed
4.445 50.153 .000 7.041 1.584 3.860 10.222
Berdasarkan tabel 4.10 dari penghitungan uji beda rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen yaitu kelas IVB yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Diovision) SD Negeri Salatiga
06 dan kelompok kontrol yaitu kelas IVA SD Negeri Salatiga 06 dengan
pembelajaran secara konvensional maka dapat di lihat bahwa hasil F hitung
Levene's Test sebesar 0,126 dengan signifikansinya sebesar 0,724 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dapat
dikatakan homogen. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa nilai t adalah 4,465 dengan
probabilitas signifikasi 0,000 < 0,05, berarti Ha diterima, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Perbedaan rata-ratanya adalah 7,041.
Rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol adalah 75,42 dan rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen sebesar 82,46. Dengan demikian hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol. Hal ini berarti
terdapat perbedaan hasil belajar matematika dari penggunaan model pembelajaran
59
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada kelas
eksperimen dengan penggunaan model pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol.
4.7. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya
menyatakan bahwa: a. Hipotesis Nol
Ho : X1=X2 yaitu rata – rata hasil belajar matematika kelas eksperimen (siswa
kelas IVB SD Negeri Salatiga 06) sama dengan rata – rata hasil belajar
matematika kelas kontrol (siswa kelas IVA SD Negeri Salatiga 06). Artinya
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) tidak efektif digunakan dalam peningkatan hasil belajar matematika
pada siswa kelas IV Sekolah Dasar.
b. Hipotesis Alternatif
Ha : X1> X2 yaitu rata – rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
(siswa kelas IVB SD Negeri Salatiga 06) lebih tinggi dibandingkan rata – rata
hasil belajar matematika kelas kontrol (siswa kelas IVA SD Negeri Salatiga
06). Artinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student team
Achievement Division) efektif digunakan dalam peningkatan hasil belajar
matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Berdasarkan tabel 4.10 tentang output uji hipotesis dari perhitungan uji beda
rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen yaitu kelas IVB SD Negeri Salatiga
06 menggunakan model pembelajarran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dan kelompok kontrol yaitu kelas IVA SD Negeri Salatiga
06 dengan menggunakan pembelajaran konvensional, maka dapat dilihat pada
tabel Independent Samples T-Test bahwa nilai signifikansi pada kolom Levene’s
Tes For Equality Of Variances diperoleh nilai 0,724. Jika H0: sig < 0,05 artinya
sampel tidak homogen dan Ha: sig > 0,05 artinya sampel homogen, maka dari
hasil output disimpulkan bahwa Ha diterima karena sig > 0,05 yaitu 0,724 > 0,05
artinya kedua sampel adalah homogen. Pada kolom T-Test For Equality Of Means
diperoleh nilai 0,000. Jika H0: sig > 0,05 artinya tidak ada perbedaan hasil belajar
60
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (tidak ada efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dalam
pembelajaran matematika terhadap hasil belajar) dan Ha: sig < 0,05 artinya
terdapat perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
(terdapat efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar).
Dari hasil output uji t dapat disimpulkan bahwa Ha diterima karena sig < 0,05
yaitu 0,000 < 0,05 artinya bahwa hasil belajar kelompok eksperimen
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dalam pembelajaran berbeda dengan hasil belajar siswa
kelompok kontrol dengan menggunakan metode konvensional. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) pada pembelajaran dapat efektif digunakan
dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar kelas IV SD.
4.8. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis nilai matematika semester 1 siswa kelas IV SD
Negeri Salatiga 06 tahun ajaran 2011/2012 yang telah dibagi menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut
adalah homogen. Dalam artian bahwa data berdistribusi normal dan memiliki
varian yang tidak berbeda secara signifikan. Pembelajaran ini dilakukan dalam 3x
pertemuan untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Acvhievement Division).
Pada bagian ini peneliti akan menjabarkan pembahasan hasil penelitian.
Hasil penelitian tentang perbedaan hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri
Salatiga 06 antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) yang menunjukkan adanya perbedaan pada
hasil pembelajaran. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai t adalah 4,465 dengan
nilai signifikansi 0,000, dari nilai signifikansi menunjukkan lebih kecil dari 0,05
atau 0,000 < 0,05. Dengan rata-rata hasil belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) pada kelas eksperimen adalah 82,46 lebih tinggi dari
61
penggunaan model konvensional pada kelas kontrol dengan rata-rata hasil
belajarnya adalah 75,42.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
yang telah dilaksanakan dapat memotivasi siswa untuk semangat dan saling
bekerjasama dalam kelompok untuk memperdalam materi yang diberikan guru.
Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dan terjadi interaksi dengan siswa lain
dengan saling berbagi ide serta memberi kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya. Pembentukan kelompok ditentukan melalui nilai-
nilai yang diperoleh siswa. Dengan belajar secara berkelompok siswa yang lebih
pandai dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Hal ini
dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa yang akan berdampak positif
pada hasil belajar siswa. Siswa juga termotivasi agar kelompoknya dapat menjadi
pemenang selama dalam pembelajaran untuk memperoleh skor tertinggi. Tidak
hanya nilai diskusi kelompok tetapi juga akan ditambahkan nilai individu setiap
anggota kelompok. Suasana kelas menjadi seperti kelas kompetisi untuk menjadi
yang terbaik, kompetisi yang baik untuk memperoleh hasil yang baik.
Dalam kegiatan penelitian, peneliti telah menentukan kriteria penelitian
tentang efektivitas penggunaan pembelajaran kooperatif tioe STAD(Student Team
Achievement Division) dan kriteria hasil belajar yang dicapai. Berdasarkan hasil
penelitian, maka kriteria pembelajaran dan kriteria hasil belajar disimpulkan
bahwa kefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) sangat baik dalam meningkatkan hasil belajar matematika,
sehingga kriteria hasil belajar dapat terpenuhi dengan baik karena siswa pada
kelas eksperimen mendapatkan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelas eksperimen. Selain
itu, selisih rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar
7,04, sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) dapat efektif digunakan dalam pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa karena dengan menerapkan model pembelajaran yang baru, agar siswa tidak
62
merasa jenuh sehingga termotivasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas ekperimen yaitu kelas IVB SD
Negeri Salatiga 06 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Team Achievement Division) terlihat beberapa aktivitas siswa
yang menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran dapat
memberikan pengaruh positif terhadap perilaku siswa. Aktivitas yang dimaksud
antara lain adalah.
a. Seluruh siswa kelas IVB SD Negeri Salatiga 06 aktif dalam mengikuti
pembelajaran sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran karena
siswa merasa nyaman dengan model pembelajaran yang baru dalam
memahami konsep atau prinsip yang disampaikan oleh guru.
b. Konsep yang disampaikan guru lebih konkret dengan bantuan alat peraga
dan juga langkah-langkah dalam model pemebelajaran kooperatif tipe
STAD Student Team Achievement Division), siswa tidak hanya belajar
sendiri tetapi juga dapat bertukar pikiran dengan teman-temannya sehingga
siswa lebih mudah memahami konsep yang disampaikan guru.
c. Hampir seluruh siswa kelas IVB SD Negeri Salatiga 06 mampu
mengerjakan, menjawab soal latihan yang diberikan guru tanpa ditunjuk
atau disuruh.
d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal tes dengan percaya diri, terlihat
bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya, hal ini bertolak
belakang dengan tes yang dilakukan sebelum dilakukan treatmen bahwa
siswa kurang percaya diri yaitu sering melihat jawaban teman sebangkunya.
Pada kelompok kontrol yaitu pada kelas IVA SD Negeri Salatiga 06 yang
kegiatan pembelajarannya menggunakan metode konvensional, karena peranan
guru lebih aktif dikarenakan guru yang lebih banyak memainkan aktivitas
dibandingkan dengan siswa. Keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran
kurang karena model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang terpusat
pada guru. Guru memberikan penjelasan tentang materi, mengelola dan
mempersiapkan bahan ajar, kemudian menyampaikan kepada siswa. Siswa
berperan pasif tanpa banyak melakukan kegiatan, mereka hanya duduk diam
63
mendengarkan penjelasan guru. Beberapa dari mereka juga lebih sibuk dengan
sendirinya tanpa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi. Karena
pembelajaran yang terpusat oleh guru, seringkali guru kurang memperhatikan
kondisi siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru, didapatkan bahwa
proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dapat berlangsung dengan baik,
dilihat dari aspek persiapan, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
dinyatakan baik dan sesuai dengan prosedur pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division). Secara umum adanya perbedaan hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol karena pada kelas eksperimen
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) dan keterampilan siswa dalam bekerja sama, berkomunikasi, menerima
orang lain untuk menyelesaikan tugas secara bersama serta motivasi dalam
menyelesaikan tugas sehingga memotivasi siswa untuk belajar dan akhirnya
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06.
Dapat dilihat dalam lampiran 9 menyatakan rata-rata post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol sudah memenuhi KKM sebesar 70 yaitu rata-rata
hasil belajar pada siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 82,46 lebih tinggi
daripada kelas kontrol yaitu sebesar 75,42. Akan tetapi dapat dilihat bahwa pada
kelompok kelas kontrol ada 1 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Jadi
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
mempunyai efektivitas belajar yang sangat baik untuk diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran.
Dengan belajar secara kooperatif seperti dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), para siswa akan
saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan pada saat yang sama
mereka akan belajar untk mengutarakan pendapat-pendapat mereka secara efektif.
Dalam hal ini pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar dan dapat meningkatkan
rasa percaya diri.