Post on 10-Apr-2016
description
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Rektum
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3
sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum
dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut
juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan
fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum
ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang
rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid
junctiondan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa
dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis
(sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
6
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri
hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior
yang merupakan kelanjutan dari arteri mesenterika inferior, arteri ini
bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang
arteri iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari arteri
pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus
hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena
mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis menuju vena
porta.Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam rongga perut
menentukan tekanan di dalamnya.Karsinoma rektum dapat menyebar
sebagai embolus vena ke dalam hati.Vena hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke vena pudenda interna, vena iliaka interna dan sistem
vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus
yang mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya
mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah
anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum
di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis
seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan
parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus
inferioryang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi
emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari sakral
7
2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan
mengatur aliran darah ke dalam jaringan.
B. Pengertian Ca Rekti
Karsinoma rekti adalah tumbuhnya sel-sel ganas di daerah rektum
(Smeltzer & Bare, 2002).
Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan
jaringan abnormal pada daerah rektum.Keganasan terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali dan tumbuh ke dalam lumen &
dapat menyebar ke usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2006).
Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa
polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal
419).
C. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi
faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip
pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak, protein dan daging serta rendah serat (Brunner & Suddarth,buku
ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123).
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang
8
berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih
besar.
c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain
itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus
(endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika ada salah satu anggota
keluarga yang mempunyai riwayat kanker colorectal, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara
terkena kanker pada usia muda.
e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan
yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki
tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang
berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit
ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
D. Manifestasi Klinis
a. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
b. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
9
c. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di feses
d. Feses lebih sedikit dari biasanya
e. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung atau
keram perut, atau merasa kekenyangan
f. Kehilangan berat badan tanpa alasan
g. Selalu merasa sangat letih dan lesu
h. Anemia
i. Anoreksia
j. Mual atau muntah-muntah.
E. Patofisiologi
Polip adalah pertumbuhan jaringan yang benigna (adenoma) pada
mukosa kolon yang diperkirakan menjadi premaligna. Kanker kolorektal
dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Didalam sekum dan kolon
asenden, lesi-lesi cendrung berkembang sebagai masa yang menyerupai
bunga kol menonjol kedalam lumen kolon. Lesi tersebut dalam mengalami
ulserasi, menembus dinding kolon dan menyebar ke jaringan sekitarnya.
Dalam kolon asenden, terutama bagian rektus sigmoid sering terjadi suatu
lesi yang terhapus. Lesi mula-mula berupa masa polypoid yang kecil yang
menjadi plak. Plak ini tumbuh secara melingkar menyebabkan
penyempitan lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentukan feses pada
samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang sempit.Kanker
kolorektal dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui
system limpatik dan sirkulai. Liver merupakan organ yang terutama sering
10
F. Faktor Resiko
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rectum 16% diantaranya
menyerang recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi
pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi
sebagai berikut:
a. Kebiasaan diet rendah serat
b. Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat
c. Menahan tinja / defekasi yang sering
d. Faktor genetik
G. Klasifikasi
Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker
colorectal Stadium 0.
Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.
Tumor belum tumbuh menembus dinding.
Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding
kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang
jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar
ke kelenjar getah bening,
Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya
hati atau paru-paru.
13
Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh
kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak
terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon
atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma
dibagi menjadi :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
( Brunner& Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126).
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
a. Tonus sfingterani keras/lembek.
b. Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
c. Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang
dapat teraba ataupun tidak.
2. Foto sinar X :Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada
pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6
cm berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan
gambaran mukosa rusak.
3. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)
14
Pemeriksaan CEA dapat dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin
bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker
karena tidak semua lesi menyekresi CEA
4. Tes-tes Khusus
a. Proktosigmoidoskopi, dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai
menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa
terlihat langsung.Karsinoma kolon di bagian proksimal sering
berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
b. Sistoskopi, indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan
yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
5. Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test –
FOBT):Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT
dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran.
Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk
menemukan sumber darah tersebut.Kondisi jinak (seperti hemoroid),
juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
6. Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah
kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
7. Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon
dengan menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika
ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker),
maka polip bisa diangkat.
15
8. Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium
enema) : Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan
bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X.
Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan
jelas.
9. Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali
menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan
memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam
rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis :
a. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan salah satu cara dibawah ini :
1) Bagian kolon yang sedikit dipotong, dan ujung-ujung yang
tersisa disambungkan suatu anastomasis (EEA).
2) Bagian kolon yang sakit dipotong dan ujung yang masih
berfungsi dibawa keluar kepermukaan abdomen membentuk
suatu stoma..
Kolostomi adalah : suatu prosedur dimana dibuat saluran terbuka
antara kolon dan dinding abdomen dan dilokasi tersebut feses akan
dikeluarkan.
Letak kolostomi :
1) Kolon ascenden
16
2) Transversum, descenden
3) Sigmoid ( sangat-sangat baik karena feses telah terbentuk ).
Bentuk-bentuk kolostomi :
Permanen : biasanya di kolon sigmoid
Temporer : memberikan kesempatan pada usus untuk istirahat
kemudian baru dilakukan reanatomosis, dibuat posisi midpoint
dari kolon kiiri dan tranversum.
b. Terapi Radiasi
Secara umum terapi radiasi ini kurang efektif dalam
mengatasi kanker kolorektal. Terapi ini mungkin digunakan
preoperative pada kanker-kanker yang luas untuk menekan
pertumbuhannya, cairan ini mencegah sel-sel yang terlepas tanpa
sengaja selama pembedahan untuk menanamkan diri dilokasi lain.
c. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk penyakit metastatik dan untuk
orang dengan resiko tinggi mengalami kekambuhan. Zat
kemoterapeutik yang dipilih adalah 5–fluorourasil (5-FU),
diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan zat lain.
2. Penatalaksanaan bedah :
a. Kolonoskopi
Pemeriksaan pada kolon atau usus besar dengan memasukkan alat
kolonoskopi ke dalam usus besar melalui anus sehingga dapat
diteropong dan diperiksa, dengan tujuan untuk pemeriksaan lebih
17
lanjut adanya perdarahan yang cukup lama dari anus, dan
keganasan pada usus besar
b. Polipektomi
Metode dalam kolostomi laparoskopik agar dapat meminimalkan
area pembedahan pada beberapa usus.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan
prosedur pembedahan tumor sebagai berikut (menurut Duoghty &
Jackson,1993)
1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik.
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan persi sigmoid dan semua rektum dan
sfingter anal).
3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus
awal dan persiapan usus sebelum reseksi).
4. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi).
(Brunner & suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah ed.8,hal.
1127)
18
J. Komplikasi
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:
a) Obstruksi usus parsial adalah penyumbatan parsial atau lengkap
dari usus yang menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk
melewati usus.
b) Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
c) Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi
d) Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock
19
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN Ca
REKTI
B. Pengkajian
1. Identitas
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku atau Kebangsaan,
Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Diagnosa Medis, Nomor Registrasi,
Tanggal Dan Jam Masuk Rumah Sakit, Tanggal Dan Waktu Pengkajian
Keperawatan.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri abdomen/rectum, pada feses
terdapat darah merah segar, terjadi perubahan pola defekasi yaitu diare
beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa hari, ukuran feses
kecil-kecil .
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluhkan lemah, nyeri abdomen dan kembung,
klien mengeluhkan perubahan pada defekasi : BAB seperti pita, diare yang
bercampur darah dan lendir, rasa tidak puas setelah BAB. Klien
mengalami anoreksia, mual muntah dan penurunan berat badan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon
dan colitis ulseratif yang tidak teratasi, adanya infeksi dan obstruksi pada
20
usus besar, diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi
lemak dan rendah serat.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit
kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat radang kronis pada usus
besar, dan riwayat diare bercampur darah.
6. Riwayat Psikososial
Mengkaji dampak penyakit pasien saat ini terhadap keadaan psikologis
pasien dan kehidupan sosialnya.
7. Data Dasar pengkajian
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelemahan, kelelahan/keletihan
Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya factor- factor
yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan
berkeringat malam hari :faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stres tinggi.
b. Sirkulasi:
Tanda: Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri).
Hipotensi, kulit/membran : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi)
21
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Faktor stress akut/kronis : misal hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
pengobatan yang mahal.
Tanda : menolak, perhatian mmenyempit, depresi
d. Eliminasi:
Gejala: Tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau. Episode
diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat
dikontrol (sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan tidak nyaman/tidak
puas/tenesmus, deteksi berdarah/mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
e. Makanan/cairan:
Gejala:
Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak,
pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
Anoreksia, mual, muntah
Intoleransi makanan
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, kelemahan,
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat
f. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
22
g. Keamanan:
Gejala:Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda: Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
h. Interaksi social
Gejala:
Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
C. Keadaan Umum
1. Kondisi pasien : Biasanya lemah
2. Kesadaran : Biasanya composmentis
3. GCS : Biasanya 15 (E4 M6 V5)
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Biasanya normal
Denyut nadi : Biasanya normal
Pernapasan : Biasanya normal
Suhu : Biasanya normal
23
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher
a. Wajah
Pucat dibibir dan kulit di wajah merupakan manifestasi anemia atau
kurang adekuatnya perfusi jaringan
b. Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, dan palpebra tidak edema.
c. Hidung
Septum nasi simetris, tidak terdapat polip, tidak ada secret,
penciuman baik
d. Telinga
Daun telinga keadaannya simetris, bentuk normal, tidak ada serumen
dan fungsi pendengaran baik
e. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, tidak ada
pembengkakan kelenjer tiroid, distensi vena jugularis, JVP > 3
cmH2O
2. Pemeriksaan thorax / dada :
I : Simetris kiri dan kanan, gerakan dinding dada sama
Pa : Fremitus kiri dan kanan, tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Pe : bunyi sonor
24
A :Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan (Rales,
Ronkhi, Wheezing)
3. Jantung
I :ictus cordis terlihat
Pa : Ictus teraba di RIC V
A : Irama jantung normal (regular)
4. Pemeriksaan abdomen
I : tidak terdapat lesi pada abdomen
Pa : nyeri pada abdomen kuadran kiri bawah, perut tegang, kembung,
teraba masa (+)
Pe : Bunyi timpani
A : Penurunan bising usus
5. Ekstremitas & Integumen
Ekstremitas tidak edema, kulit pucat, CRT > 2 detik, tidak sianosis
6. Genetalia
Saat dilakukan pemeriksaan Rektal Toucer biasanya diketahui tonus
sfingterani keras/lembek, mukosa kasar, kaku biasanya tidak dapat
digeser, ampula rectum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang
dapat teraba ataupun tidak.
E. Pemeriksaan Penunjang Medis
1. Endoskopi
Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
25
Untuk menentukan sumber pendapatan
Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
untuk persiapan pembedahan
Foto colon (Barium enema)
Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu
striktura
Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati.Gambaran metastasis kanker dihati akan
tampak massa multi nodular dengan gema berdensitas tinggi homogen.
Endosonografi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur
mengenai lapisan dinding kolon.
4. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan
perlu ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium
Hb : menurun pada perdarahan
Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
Pemeriksaan tinja secara bakteriologis : terdapat sigela dan
amoeba.
26
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera (misalnya,
biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
2. Ansietas berhubungan dengan stress, ancaman kematian
3. Konstipasi berhubungan dengan kanker rektal
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera agen cedera, mekanik post
insisi bedah
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
27
ANALISA DATA
PRE OPERASI
No Data Etiologi Masalah
1 Ds :
P :Biasanya klien mengatakan
nyeri pada abdomen karena
kanker di rectum
Q :Biasanya klien mengatakan
nyeri seperti dililit dengan
skala 6
R :Biasanya klien mengatakan
keluhan nyeri dirasakan pada
abdomen kuadran bawah
S : Biasanya klien mengatakan
nyeri mengganggu aktivitas
dan istirahat
T :Biasanya klien mengatakan
keluhan nyeri dirasakan
menetap dibagian abdomen
dengan durasi ± 3 menit
Agen-agen cidera fisik Nyeri
28
Do :
Biasanya klien tampak
meringis menahan kesakitan
Biasanya klien tampak
gelisah
Biasanya klien tampak lemah
Skala nyeri 5
Focus pada perlindugan
terhadap nyeri
2 Ds :
Klien mengatakan takut
untuk operasi karena resiko
kematian
Klien mengatakan cemas
Klien mengatakan tangan
terasa dingin
Klien mengatakan nafas
terasa sesak
Do :
Klien tampak cemas
Klien gelisah
Stress, ancaman
kematian
Ansietas
29
Tangan klien dingin
Nadi cepat
Pernafasan cepat
3 Ds :
Biasanya klien mengatakan
susah untuk BAB
Biasanya klien mengatakan
BAB terdapat darah
Biasanya klien mengatakan
ukuran BAB kecil-kecil
seperti pita
Biasanya klien mengatakan
tidak puas setelah BAB
Biasanya klien mengatakan
tidak puas setelah BAB
Do :
Biasanya klien mengeluh
sulit untuk BAB
Biasanya terjadi perubahan
pada pola defekasi
Biasanya pengeluaran feses
bercampur darah segar
Biasanya ukuran fese kecil-
Kanker rektal Konstipasi
30
kecil seperti pita
Biasanya klien merasakan
tidak puas setelah BAB
Biasanya perut kembung dan
merasa kekenyangan
POST OPERASI
NO Data Etiologi Masalah
1 Ds :
P :Klien mengatakan nyeri pada
luka insisi post operasi ca rekti
Q : Klien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk dengan
skala 7
R :Klien mengatakan keluhan
nyeri dirasakan pada area
luka insisi
S :Klien mengatakan susah
bergerak akibat luka nyeri
post operasi
T : Klien mengatakan keluhan
Agen cedera,
mekanik post insisi
bedah
Nyeri akut
31
nyeri terasa di tusuk-tusuk
dengan durasi ± 5 menit
Do :
Biasanya klien tampak
meringis menahan kesakitan
Biasanya klien tampak
gelisah
Klien tampak lemah
Skala nyeri 7
Focus pada perlindungan
terhadap nyeri
2 Ds :
Klien mengatakan luka insisi
tampak memerah
Klien mengatakan luka insisi
terdapat pus
Klien mengatakan cairan
drain merembes
Do :
Luka tampak memerah
Terdapat pus pada luka insisi
Ketidak adekuatan
pertahanan primer
Resiko infeksi
32
Suhu tubuh meningkat
Leukosit meningkat
3 Ds :
Biasanya klien mengatakan
tidak nafsu makan
Biasanya klien mengatakan
perubahan sensasi rasa
Biasanya klien mengatakan
makanan habis ½ porsi
Biasanya klien mengatakan
badan terasa lemas
Do:
Badan klien terasa lemas
Membrane mukosa pucat
Menolak untuk makan
Makanan biasanya tidak
dihabiskan
Berat badan biasanya turun
Hb biasanya rendah
Albumin rendah
Intake tidak adekuat Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
33