Post on 30-Mar-2019
7
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakikat Menulis
Keterampilan menulis, merupakan salah satu komponen keterampilan
berbahasa yang sangat penting, meskipun keempatnya memiliki hubungan yang sangat
erat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Namun, keterampilan menulis dan
keterampilan membaca berbeda dengan keterampilan menyimak dan keterampilan
berbicara. Perbedaannya terletak pada proses kreativitas yang diperlukan dalam
keterampilan menulis dan membaca. Seseorang yang membaca dan menulis
memerlukan perhatian yang harus benar-benar terfokus pada apa yang dibacanya agar
ia bisa menangkap apa yang disampaikan oleh penulis atau apa yang akan disampaikan
pada pembaca.
Menulis merupakan suatu cara untuk mengetahui dan menemukan apa yang
diketahui oleh seseorang yang terekam dalam pikirannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Pengertian dan hakikat menulis dimaksudkan adalah bahwa untuk
melakukan kegiatan menulis diperlukan kegiatan berpikir atau ketika seseorang ingin
menulis, ia menggunakan pikirannnya agar ia dapat menghasilkan tulisan.
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-
lambang tulisan. Dalam hal ini (M. Atar Semi, 2007:14) mengemukakan bahwa menulis
8
memiliki 3 aspek utama, yaitu adanya: 1) tujuan yang hendak di capai penulis, 2)
gagasan yang hendak dikomunikasikan kepada pembaca, 3) sistem pemindahan gagasan
yang berupa sistem bahasa yang baik dan benar.
Dalam (Rendi.http://Pl@s.blogspot.com pengertian menulis di akses 16 Januari
2012) dikemukakan beberapa pengertian tentang menulis sebagai berikut:
Menurut Akhadiyah, (1996: 27) menulis adalah aktivitas mengekspresikan ide, gagasan,
pikiran/perasaan ke dalam lambang kebahasaan bahasa tulis. Sedangkan Lerner (1985:
413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam satu bentuk
visual. Soemarmo Markam (1989: 7), mengemukakan bahwa menulis adalah
mengungkapkan bahasa berbentuk simbol gambar.
Menulis dapat dikatakan juga sebagai aktivitas kompleks yang mencakup
gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menurut Tarigan (2008 : 22)
menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik tersebut. Dari sini dapat dipahami bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca dengan menggunakan huruf-
huruf (lambang-lambang grafik) sebagai sistem tanda.
Menulis adalah kerja keras, dimana menulis merupakan kerja dengan
keseimbangan konsentrasi yang sulit dilakukan “bukan dengan membelakangi dunia,
melainkan dengan membiarkan segala sesuatu mengada” (Judith Guest dalam Natalie
Goldberg, 2005: 19)
9
De Porter dan Mike Hernacki (2007: 179) menjelaskan bahwa menulis adalah
aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan
otak kiri (logika) . Dalam hal ini yang merupakan bagian logika adalah perencanaan,
outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, dan tanda baca.
Sementara itu yang termasuk bagian emosional ialah semangat, spontanitas, emosi,
warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru, dan kegembiraan. Menulis memberikan
kontribusi unik untuk belajar.
Melalui menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru tidak
melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1977). Secara garis besar dapat
diartikan sebagai berikut menulis adalah proses pembelajaran aktif kunci formal,dan
informal lain, dan menulis adalah terutama (walaupun tidak eksklusif) dalam kegiatan
sosial (Russell, 1997; Young, 1994).
Dari definisi tentang menulis yang telah diuraikan oleh beberapa ahli tersebut
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Menulis merupakan kegiatan menggambarkan ide, gagasan, pikiran, dan
perasaan ke dalam bentuk visual atau bentuk lambang-lambang bahasa grafis
yang sesuai dengan sistem kebahasaan dan dipahami oleh orang lain.
b. Menulis adalah kegiatan yang berfungsi untuk mencatat dan komunikasi.
c. Menulis merupakan aktivitas kompleks dengan keseimbangan konsentrasi yang
melibatkan kemampuan visual (mata) dan kinestetik (gerakan lengan, tangan,
jari) yang saling terintregasi.
10
2.1.2 Kemampuan Menulis
Adapun kemampuan menulis menurut Sabarti, (1996: 2) kemampuan menulis
merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan
keterampilan.
St.Y.Slamet (2008: 72) mengemukakan kemampuan menulis yaitu kemampuan
berbahasa yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan
kemampuan yang menghasilkan dalam hal ini menghasilkan tulisan.
Menurut Sholehan (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang
diperoleh secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang
bukan dibawa sejak lahir melainkan diperoleh melalaui tindak pembelajaran.
Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis seseorang yang telah
mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan
handal tanpa banyak latihan menulis.
Berdasarkan definisi tentang menulis dan kemampuan menulis yang
dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis adalah kemampuan produktif untuk menggambarkan ide, gagasan, pikiran, dan
perasaan ke dalam bentuk visual yaitu bentuk lambang-lambang bahasa grafis (bahasa
tulis) yang sesuai dengan sistem kebahasaan dengan melibatkan kemampuan visual
(mata) dan kinestetik (gerakan lengan, tangan, dan jari) yang saling terintregasi melalui
proses pembelajaran dan latihan secara terus menerus.
11
2.1.3 Tujuan Menulis
(Rendi.http://Pl@s.blogspot.com artikel menulis di akses 16 Januari 2012).
Dalam jurnal internasional oleh David Holliway dikemukakan tentang kepentingan
menulis mulai digerakkan dalam kurikulum pada tahun 1970-an dengan kepentingan
utama dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan akademis dan
kewarganegaraan kemampuan untuk berkomunikasi, dan untuk membantu siswa
menjadi pelajar yang kritis.
Aktivitas menulis adalah sebuah aktivitas yang memiliki tujuan, setiap orang
yang hendak menulis tentu mempunyai tujuan di dalam hati atau pikirannya mengenai
apa yang akan dicapainya dengan menulis. Adapun tujuan menulis adalah :
a. Untuk menceritakan sesuatu
Pengalaman, pemikiran, imajinasi, perasaan, dan intuisi yang dimiliki oleh
pribadi setiap orang sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau
pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang
diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan demikian akan terjadi kegiatan
berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.
b. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan
12
Tujuan menulis yang kedua ialah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan.
Bila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan
yang benar, berarti orang tersebut sedang memberikan petunjuk atau pengarahan.
c. Untuk menjelaskan sesuatu
Berikutnya menulis bertujuan untuk menjelaskan sesuatu, dalam hal ini sebuah
tulisan dikatakan dapat menjelaskan sesuatu apabila setelah membaca tulisan tersebut
pembaca menjadi paham, pengetahuannya bertambah, dan dapat bertindak dengan
lebih baik pada masa yang akan datang.
d. Untuk meyakinkan
Ada kalanya menulis bertujuan untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat
atau pandangannya mengenai sesuatu. Penulis perlu meyakinkan orang lain tentang
pandangannya karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal.
e. Untuk merangkum
Menulis untuk merangkum, tujuan semacam ini umumnya dijumpai pada
kalangan murid sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
Dengan menuliskan rangkuman akan lebih mudah dalam mempelajari isi buku yang
panjang dan tebal. Akan lebih mudah menguasai bahan pelajaran dengan membaca
rangkuman dibandingkan jika tidak dirangkum. (M. Atar Semi, 2007:15).
2.1.4 Manfaat Menulis
Kegiatan menulis banyak memiliki manfaat, seperti yang diungkapkan oleh
Sabarti dalam St.Y. Slamet, (2008: 169) yaitu :
13
a. Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang ditulis.
b. Dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa gagasan
atau pemikiran.
c. Dapat memperluas wawasan dan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk
teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.
d. Dapat menjelaskan dan mempertegas permasalahan yang kabur.
e. Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.
f. Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat.
g. Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
2.2 Huruf Kapital
2.2.1 Pengertian Huruf Kapital
Dalam (Rendi.http://bahasaindonesiasmisgn.blogspot/com artikel huruf kapital
di akses 19 Januari 2012) dikemukakan bahwa Huruf kapital disebut juga huruf besar.
Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf
biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat,
huruf pertama nama diri, dan sebagainya.
2.2.2 Jenis Jenis Huruf Kapital
Adapun jenis – jenis huruf kapital digunakan sebagai berikut :
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya : Kita harus bekerja keras.
14
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya : Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya : Allah, Yang Maha Kuasa, Islam.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Sultan Hasanuddin, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti mana orang.
Misalnya : Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya : Wakil Presiden Adam Malik.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya : Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor
jenderal.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur – unsur nama orang.
15
Misalnya : Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama oang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya : Mesin diesel,10 volt.
g. Huruf kapital dipakai dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya : Bangsa Indonesia, suku Sunda.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya : Mengindonesiakan kata asing
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya : Bulan Agustus, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah tang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya : Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya : Asia Tenggara, Danau Toba, Jalan Diponegoro
16
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
memakai unsur nama diri.
Misalnya : Berlayar ke teluk, pergi ke arah tenggara.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
Misalnya : Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai hruf pertama kata yang bukan nama resmi
Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya : Menjadi sebuah republik.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya : Perserikatan Bangsa – Bangsa.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya : Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
17
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya : Dr. doctor
Sdr. saudara
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya : ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Besok Paman akan datang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya : Surat Anda telah kami terima ( As’ad Sungguh, 2005: 5-10).
p. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti kerterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti
oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
http://id.wikisource.org/w/index.php?title=Pedoman_Umum_Ejaan_
Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan&oldid=26951
1.3 Hakikat Metode Pemberian Tugas
18
Metode pemberian tugas ini biasa disebut dengan metode tugas atau penugasan
yaitu suatu metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Metode pemberian tugas menjadi salah satu cara
penyampaian pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemangat untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban atas tugas yang diberikan.
2.3.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-
tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan
mempertanggung jawabkan kepada guru
Roestiyah (2001:135) mengemukakan melalui metode pemberian tugas siswa
mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang dicari disamping itu siswa dapat
mengembangkan daya pikir sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab dan
melatih berdiri sendiri.
Sumantri (1999:151) menjelaskan metode pemberian tugas, atau penugasan
diartikan sebagai suatu cara interaksi pembelajaran yang ditandai dengan adanya tugas
dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan
atau berkelompok.
Dalam (Rendi.http://www.sarjanaku.com/2011/05/metode-pemberian-
tugas.html di akses 23 Juli 2012) dikemukakan bahwa pemberian tugas adalah metode
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan
petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya
secara nyata. Tugas dapat diberikan secara kelompok atau perotangan.
19
Sagala dalam Soli Abimanyu, (2010: 26) mengemukakan bahwa metode
pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas
tertentu agar siswa melkukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas
itu dilaporkan kepada guru.
Pemberian tugas merupakan sarana yang baik untuk merangsang dan
mengarahkan kegiatan belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Tugas membentu
siswa mengembangkan sikap yang baik (favorable) terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Melalui penyelesaian tugas, siswa mendapat kepercayaan diri karena pencapaiannya,
dan setiap tugas yang diselesaikan dipandang sebagai motivasi untuk mengerjakan lebih
baik pemberian tugas dapatmerupakan sarana untuk mengembangkan kebiasaan belajar
yang baik dan kerja yang tidak tergantung (Lardizabel et el, 1978:236) dalam (Ahmad
Fauzi.http://literatur karya.blogspot.com/2010/12/metode-pemeberian-tugas
peningkatan.html diakses 23 Juli 2012).
Jadi dapat disimpulkan pemberian tugas menjadi salah satu cara penyampaian
pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemangat untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban atas tugas yang diberikan. Selain itu menumbuhkan rasa
tanggung jawab dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Tetapi yang perlu
diperhatikan dalam memberikan tugas kepada siswa adalah jangan memberikan tugas
terlalu banyak dan sukar, karena dapat mengakibatkan siswa putus asa.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Metode Pemberian Tugas
1. Tujuan
Tujuan metode pemberian tugas membuat siswa aktif seperti dikemukakan oleh
Soli Abimanyu (2010:26) adalah memperdalam bahan ajar yang ada, untuk mengecek
20
pengasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari, dan membuat siswa ktif belajar,
baik secara individu maupun kelompok.
Yang menjadi tujuan untuk pemberian tugas menurut Roestiyah (2001:135)
menjelaskan tujuan dari metode pemberian tugas adalah agar siswa memiliki hasil
belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama
melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat
terintegrasi. Selanjutnya Sumantri (1999:151) adalah merangsang siswa untuk aktif
belajar secara individual maupun kelompok.
Dalam(Jhoni.id.shvoog.com/social-sciences/education/2255217pengertian -
metode-pemberian-tugas/#ixzz21WtL.yeu9 di akses 23 Juli 2012) dikemukakan bahwa
penggunaan metode pemberian tugas bertujuan untuk menumbuhkan proses
pembelajaran yang eksploratif, mendorong perilaku kreatif, membiasakan berfikir
komprehensif, dan memupuk kemandirian dalam prosespembelajaran.
Metode pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil
belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan – latihanselama
mengarjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat
lebihterintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda – beda pada
saat mengahadpi masalah atau situasi yang baru. Disamping itu, siswa juga dididik untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta
kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif engan mengisi
kegiatan yang berguna dan konstruktif.
(Rendi.http://scribd.com/doc/83027725/metode-pemberian-tugas diakses 23 Juli 2012).
21
2. Manfaat
Metode pembelajaran yang digunakan secara tepat dan terencana dapat
bermanfaat untuk :
a) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan
bersama (kolektif) maupun sendiri
b) Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar
yang terdapat di lingkungan sekolah, runah, dan masyarakat
c) Menumbuhkan suasana belajar yang menggairahkan
(Jhoni.id.shvoog.com/social-sciences/education/2255217pengertian -
metode-pemberian-tugas/#ixzz21WtL.yeu9 di akses 23 Juli 2012)
2.3.3 Jenis – Jenis Metode Pemberian Tugas
Adapun jenis – jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat
membantu berlangsungnya proses belajar mengajar seperti yang diposkan oleh Rahmat
dalam (http;//rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/05/pembelajaran-behasa-
dengan.html) yaitu,
a. Tugas membuat rangkuman
b. Tugas membuat makalah
c. Menyelasaikan soal
d. Tugas mengadakan observasi
e. Tugas memeraktekkan sesuatu
f. Tugas mendemonstrasikan observasi
2.3.4 Alasan Penggunaan Metode Pemberian Tugas
22
Mengapa guru menggunakan metode pemerian tugas ? Alasan penggunaan
metode pemeberian tugas menurut Soli Abimanyu (2010:26-27) adalah karena metode
tersebut :
a. Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai
meteri pelajaran.
b. Siswa akan lebih mudah mengusai materi pelajaran dan siswa
diperluas pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut.
c. Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari
materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin
tahu dan haus akan ilmu pengetahuan.
d. Siswa akan termotivasi dan dilatih problem solving.
2.3.5 Kekuatan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Menurut Soli Abimanyu (2010:27) bahwa metode pemberian tugas mempunyai
kekuatan dan kelemahan sebagai berikut :
1) Kekuatan metode pemberian tugas adalah :
a) Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, daln lebih otentik
b) Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan
berdiri sendiri.
c) Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya, atau
memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d) Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
e) Metode ni jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa
belajar.
23
2) Keterbatasan metode pemberian tugas adalah :
a) Bagi siswa yang mals cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya
meniru pekerjaan orang lain
b) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak
memperoleh hasil belajar apa – apa.
c) Jika tugas yang diberikan guru telalu berat dapat menimbulkan stress pada
siswa
d) Ada kalanya guru member tugas tanpa menyebutkan sumbernya, akibatnya
siswa sulit untuk menyelesaikannya.
2.3.6 Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Menurut Soli Abimanyu (2010:28) bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kelemahan metode pemberian tugas antara lain :
1) Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka
tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakannya
2) Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
3) Tugas yang diberikan harus diawasi secara sistematis agar siswa
belajar dengan sungguh – sungguh.
4) Tugas yang telah dikerjakan dan telah diserahkan pada guru harus
dikoreksi dan diberi catatan – catatan perbaikan dan kemudian
dikembalikan pada siswa.
5) Tugas yang diberikan hendaknya menarik minat siswa dan mendorong
siswa untuk menyelesaikannya.
2.3.7 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pemberian Tugas
24
Dalam menggunakan pemberian tugas menurut Djamara dan Zain (1996:97)
menyarankan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Fase pemberian tugas
2) Langkah pelaksanaan tugas
3) Fase mempertanggung jawabkan tugas
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a) Tugas yang akan dicapai
b) Jenis tugas yang jelas atau tepat sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan
tersebut
c) Tugas sesuai dengan kemampuan siswa
d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
e) Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
2) Langkah pelaksanaan tugas
Kegiatan-kegiatan yang diperhatikan dalam langkah ini adalah sebagai berikut:
a) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
c) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain.
d) Diajarkan agar siswa mencatat hasil yang diperoleh dengan baik.
3) Fase mempertanggung jawabkan tugas
25
Hal-hal yang dikerjakan pada fase ini adalah sebagai berikut :
a) Laporan siswa / tertulis dari apa yang telah dikerjakannya
b) Ada tanya jawab / diskusi kelas
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan non tes atau
cara lainnya.
Soli Abimanyu (2010:28-29) menjelaskan pula bahwa langkah – langkah
pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas meliputi :
1) Kegiatan persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Menyiapkan pokok – pokok materi pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
c) Menyiapkan tugas – tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.
2) Kegiatan pelaksanaan
a) Kegiatan pembukaan
Mengajukan pertanyaan apersepsi untuk mengingatkan siswa terhadap
materi yang telah diajarkan.
Memotivasi siwa dengan mengemukakan ceritayang ada di masyarakat
yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Kegiatan inti pelajaran
Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan
Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya
26
Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara penyelesaian
tugas tyang diberikan oleh guru termasuk antaranya adalah menggunakan
lembar kegiatan siswa
Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka siswa
diberitahu kapan hasil penyelesaian tugas itu harus diserahkan pada guru
untuk diperiksa oleh guru
c) Kegiatan mengakhiri pelajaran
Guru menyuruh siswa merangkum materi yang telah diajarkan melalui
kegiatan pemberian tugas itu.
Guru melakukan evaluasi
Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat berupa
memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa atau
member tugas tambahan untuk memperdalam atau menambah
penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian yang dilakukanpeneliti terkait dengan judul yang
diteiti, peneliti mengacu pada beberapa penelitian yang relevan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Rahmawaty Mabuia. 2011. Menulis skripsi yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Metode Karya Wisata Pada Siswa
Kelas V SDN 9 Bone Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango”.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak
27
tiga siklus, memperoleh data yaitu pada prasiklus memperoleh 12% dari
17 orang jumlah siswa memperoleh nilai maksimal 65, pada siklus I
memperoleh 60 % dari 17 orang jumlah siswa memperoleh nilai 65 ke
atas, setelah dikenai tindakan pada siklus berikutnya (siklus II) maka 75 %
dari 17 orang jumlah siswa memperoleh hasil tes 65 ke atas. Dengan
demikian penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil.
2) Sri Wahyuni Mile. 2011. Menulis skripsi yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Siswa Menyelesaikan Operasi Penjumlahan Pecahan Yang
Penyebutnya Sama Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas
IV SDN No.85 Kota Tengah Kota Gorontalo”. Berdasarkan data yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus I pada peningkatan kemampuan
siswa menyelesaikan operasi penjumlahan pecahan yang penyebutnya
sama melalui metode pemberian tugas, bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai 6,5 yaitu 19 orang atau mencapai 65 % dan daya serap
71,68 %. Dengan demikian, masih terdapat 35% dari jumlah siswa yang
memperoleh nilai minimal 6,5. Sedangkan pada siklus II dari segi
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang memperoleh
nilai minimal 6,5 berjumlah 5 orang atau 18%. Siswa yang memperoleh
nilai maksimal 6,5 ke atas berjumlah 24 orang atau 82% dan daya serap
mencapai 80,48%.
2.5 Hipotesis Tindakan
28
Berdasarkan kerangka teoritik dan konseptual dalam penelitian ini maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Jika guru menerapkan metode pemberian
tugas pada materi penulisan huruf kapital, maka keterampilan menulis siswa
meningkat”.
2.6 Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan berhasil mencapai tujuan melalui indikasi peningkatan
kualitas model pembelajaran pemberian tugas. Secara operasional indikator
keberhasilan kinerja adalah sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam menulis
huruf kapital yakni 65 % meningkat menjadi 75 %.