Post on 03-Jul-2015
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dengan menggunakan mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
2. Tingkatan pengetahuan
Soekidjo mengemukakan 6 tingkatan pengetahuan dalam domain
kognitif antara lain :
a. Tahu (know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.
6
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguasai materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, mengelompokan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
7
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang
sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan ada
bermacam-macam hal yang dialami individu itu melalui penerimaan panca
inderanya serta alat penerimaan atau reseptor. Hal-hal yang dialaminya
tersebut masuk dalam sel-sel otaknya sehingga terjadi bermacam-macam
proses seperti proses fisik, fisiologis dan psikologis kemudian dipancarkan
atau diproyeksikan individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang
lingkungan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian atau responden.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara
lain :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri
8
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
seseorang untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang mereka miliki
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan,
berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya
SD, SMP, SMA dan PT.
2) Pendidikan informal
Adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan
formal dan nonformal.
3) Pendidikan nonformal
Lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna
terjun ke masyarakat, misalnya pelatihan. Noe, Hollenbeck,
Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, “training is a
planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge,
skills, and behavior by employee”. Hal ini berarti bahwa pelatihan
merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi
pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan
pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak .
9
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis, dimana dalam aspek psikologis taraf
berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu
baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya
pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu
yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subyektif.
e. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru (Zulkifli
2003)
Untuk mendapatkan informasi salah satunya dari media. Media adalah
alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran. Media ini lebih sering disebut sebagai alat
peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu
didalam proses pendidikan atau pengajaran.
Media ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada
pada setiap manusia diterima melalui panca indera. Semakin banyak
dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.
Dengan kata lain media dimaksudkan untuk mengerahkan panca
10
indera sebanyak mungkin kepada obyek sehingga mempermudah
pemahaman (Notoatmodjo.2007).
B. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hidup Dasar
1. Pengertian
Bantuan hidup dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan
untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan
yang mengancam nyawa (Goyten, 2008).
Prinsip BLS sendiri adalah SRABC, yaitu save, respon, airway,
breathing dan circulation. Save dimaksudkan agar penolong memastikan
keamanan diri, lingkungan dan korban, sebelum melakukan pertolongan.
Respon diperlukan untuk mengetahui tingkat kesadaran korban.
2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar
a. Henti napas
1) Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas oleh benda asing,
menghirup asap, keracunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma,
MCI (miocard cardiac infark), dan lain-lain.
2) Tanda-tanda : Tidak ada aliran udara pernapasan dan pergerakan dada
pasien.
b. Henti jantung/cardiac arrest
Pada saat henti jantung, maka sirkulasi dengan cepat menyebabkan
otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen.
11
3. Tujuan bantuan hidup dasar
a. Menyelamatkan kehidupan.
b. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk
c. Mempercepat kesembuhan
4. Langkah-langkah bantuan hidup dasar
a. Proteksi diri
Apabila anda menemukan penderita hal yang paling utama
sebelum melakukan bantuan adalah proteksi diri mengingat saat ini bagitu
banyak penyakit menular yang telah beredar di masyarakat.
Centerst for disease and prevention (CDC) mencatat 54 kasus
menular human insufisiensi virus (HIV) di tempat kerja pada petugas
kesehatan di Amerika Serikat sampai desember 1998. 134 kasus tambahan
suspek HIV sudah disampaikan (Oman, 2008).
b. Periksa kesadaran korban
Cara memeriksa kesadaran yakni dengan memanggil nama atau
dengan cara memberikan tepukan pada bahu korban. Pada bayi lakukan
jentikkan di telapak kaki dan jangan mengguncang-guncangkannya
(Wong, 2004). Sedangkan Haws (2007) juga mengatakan pemeriksaan
kesadaran pada bayi bisa dilakukan dengan mengelus punggung.
12
Tingkat kesadaran biasanya dinilai dengan AVPU:
A : Alert (sadar penuh)
V : Verbal (menjawab rangsangan kata-kata)
P : Pain (bereaksi atas rangsangan nyeri)
U : Unresponsive (tidak berespon)
Gambar 2.1: Memeriksa kesadaran. © 2005 European Resuscitation
Council.
c. Panggil bantuan/aktifkan 118
Bila anda berada di luar rumah sakit maka harus segera
mengaktifkan sistem gawat darurat/emergency medical system (EMS) 118.
Gambar 2.2 : Panggil bantuan. © 2005 European Resuscitation Council.
13
Cara mengaktifkan Emergency Medical System (EMS) :
1) Bila korban bereaksi atau dalam keadaan luka dan perlu pertolongan
medis, segera tinggalkan korban dan cari bantuan medis lalu segera
kembali untuk memastikan kondisi korban
2) Jika penolong seorang diri dan korban tidak sadarkan diri :
a) Aktifkan segera sistem gawat darurat
b) Ambil automated external defibrillator (AED) bila tersedia
c) Segera kembali ke korban untuk melakukan RJP dan
menggunakan AED bila di perlukan.
3) Jika jumlah penolong dua atau lebih, salah satu penolong
mengaktifkan EMS dan mengambil AED jika tersedia.sementara itu,
yang lainnya melakukan tindakan RJP.
4) Jika gawat darurat terjadi di dalam gedung/rumah sakit/tempat
pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai sistem gawat darurat
sendiri, segera minta bantuan untuk melakukan pertolongan.
5) Jika korban asfiksia segera lakukan tindakan resusitasi jantung paru
(RJP).
d. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong
1) Posisi korban
a) Supin, permukaan datar dan lurus
b) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/in line bila
dicurigai cedera spinal
14
c) Jika pasien tidak bisa telentang, misalnya operasi tulang belakang
lakukan RJP dengan posisi tengkurap
2) Posisi penolong
Posisi penolong harus di atur senyaman mungkin dan
memudahkan untuk melakukan pertolongan yakni di samping atau di
atas kepala korban.
e. Airway control
Pada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas
harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk diingat adalah, bahwa
dengan melihat pergerakan pipi pasien tidaklah menjamin bahwa pasien
tersebut benar-benar bernafas (pertukaran udara), tetapi secara sederhana
pasien itu sedang berusaha untuk bernafas.
Pengkajian pada airway juga harus melihat tanda-tanda adanya
sumbatan benda asing dalam mulut yakni dengan menggunakan teknik
cross finger, jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus di
keluarkan dengan usapan jari atau di kenal dengan teknik finger swab
(AHA, Basic live suport renewal course, 2006)
Teknik yang digunakan dalam membuka jalan napas yakni dengan
chin lift-head tilt dan jika dicurigai terdapat trauma cervikal dapat
menggunakan teknik jaw thrust namun teknik tersebut hanya bisa
dilaksanakan oleh orang yang sudah profesional atau terlatih (Tabes,
2006).
15
Cara melakukan teknik chin lift-head tilt :
1) Teknik chin lift-head tilt
a) Pertama, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu
tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah
daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu).
b) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.
c) Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong
rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah
rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.
d) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan
pembukaan mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari
untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke
belakang.
Gambar 2.3 : Head tilt and chin lift.
16
2) Teknik Jaw thrust
a) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal
pasien tetap satu garis.
b) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan
permukaan pasien berbaring.
c) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah
pasien, pada sudut rahang di bawah telinga.
d) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah Anda.
e) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah
pasien ke arah atas dan depan.
f) Anda mungkin membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian
bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk
mempertahankan mulut tetap terbuka.
g) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.
Gambar 2.4 : Jaw thrust.
17
f. Breathing suport
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan
diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat selama 5
detik, paling lama 10 detik dengan cara :
1) Lihat/look
Lihat lubang hidung apakah terbuka atau dalam keadaan
istirahat, Perhatikan ekspansi dada menandakan ada tidaknya
pernapasan. Carilah retraksi suprasternal, supraklafikular atau
interkostal yang menunjukan adanya obstruksi. Cari gerakan
paradoksal bagian dada manapun dan cari luka terbuka rongga thorax,
perhatikan juga gerakan abdomen yang menunjukan diafragma
bekerja.
2) Dengar/listen
Telinga di dekatkan ke mulut korban untuk memastikan
kembali bahwa ada pergerakan udara yang baik keluar dari hidung
dan mulut. Dengan stetoskop, dengarkan thorax di anterior dan
posterior, berikan perhatian khusus pada bagian atas dada di kedua
sisi.
18
3) Rasa/feel
Rasakan gerakan udara dari hidung dan mulut.
Gambar 2.5 : Look listen and feel for normal breathing.© 2005
European Resuscitation Council.
Penilain antara lain :
a) Apabila pasien bernapas maka tempatkan pada posisi yang nyaman
b) Apabila pernapasan tidak ada maka lakukan bantuan napas
sebanyak 2 kali, dengan alat 400-600 ml dan tanpa alat 700-
1000 ml (Handley, 2004) . Bantuan napas di lakukan dengan cara :
(1) Mulut ke mulut
Penolong memberikan bantuan napas langsung ke
mulut korban dengan menutup hidung dan meniupkan udara
langsung ke mulut, namun hal ini sangat beresiko untuk di
lakukan apalagi pasien yang tidak di kenal mengingat bahaya
penyakit menular.
Gambar 2.6 : Menutup hidung korban sedang posisi kepala
tetap ekstensi.© 2005 European Resuscitation Council
19
Gambar 2.7 : Pemberian napas dari mulut ke mulut. ©2005
European Resuscitation
(2) Mulut ke hidung
Paling baik di lakukan pada neonaty.
(3) Ventilasi mulut ke mask
Gambar 2.7: Mouth-to-mask ventilation. © 2005 European
Resuscitation Council
(4) Ventilasi Mulut ke bag-valve-mask
Gambar 2.8: The two-person technique for bag-mask
ventilation.© 2005 European Resuscitation Council.
20
g. Circulation
1) Kaji Nadi
Bantuan sirkulasi segera dilakukan bila korban mengalami
henti jantung. Langkah ini dilakukan segera setelah bantuan
pernafasan awal diberikan. Untuk mengetahui ada tidaknya denyut
nadi, lakukan perabaan arteri carotis untuk orang dewasa dan anak
serta arteri brachialis atau femoralis untuk bayi, tindakan ini dilakukan
maksimal 10 detik.
2) Kompresi Dada
Indikasi pada korban yang mengalami henti jantung. Lakukan
dengan tehnik yang benar. Awali dengan mencari titik kompresi yakni
pada tulang sternum di antara dua papila mammae pada anak-anak dan
laki-laki atau dua jari di atas os xifoideus pada perempuan. Letakkan
salah satu telapak tangan yang lain diatas punggung tangan yang
pertama, sehingga tangan dalam keadaan pararel. Jari-jari tangan
saling mengunci. Untuk mendapatkan posisi yang efektif, beban
tekanan dari bahu, posisi lengan tegak lurus, posisi siku tidak boleh
menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban
Tekan sternum 4-5 cm untuk korban dewasa, 2-3 cm pada bayi
(Drew, 2008), lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal
Perbandingan kompresi dan ventilasi mengacu pada AHA Guidelines
for CPR 2005, untuk korban dewasa 30 : 2 dengan 1 atau 2 orang
penolong. Pada anak dan bayi 30 : 2 bila penolong 1 orang dan 15 : 2
21
untuk 2 orang penolong. Kecepatan kompresi yang dianjurkan adalah
100 kali per menit. Setelah RJP dilakukan selama 5 siklus atau 2
menit, 2 penolong harus berganti posisi, ventilator berpindah pada
posisi kompresor dan sebaliknya.
Haws (2007) mengatakan pada bayi dengan heart rate (HR)
kurang dari 60 kali permenit harus di lakukan kompresi dada.
Gambar 2.9 : Letakan satu tangan pada tulang sternum antara papila
mammae atau dua jari diatas os xifoideus.
Gambar 2.10 : Lakukan penekanan dada sebanyak 30 : 2
22
Indikasi dihentikannya RJP hingga kini masih menjadi
perdebatan, tidak ada batasan waktu yang tegas disebutkan oleh para
ahli namun beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain:
a) Korban telah menunjukan tanda-tanda kematian irreversible
b) Sudah ada respons dari korban (ventilasi dan sirkulasi spontan)
c) Ada penolong yang lebih berkompeten
d) Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon
h. Defibrillation
Pada defibrillation pengkajian dengan menggunakan alat
automated external defibrillator (AED) untuk mengetahui irama nadi
apakah ventrikel takikardi (VT tanpa nadi) atau ventrikel fibrilasi (FV)
serta memberikan kejutan listrik sehingga gangguan irama tersebut dapat
kembali normal. Gangguan irama tersebut harus segera di berikan
tindakan karena dapat menimbulkan kematian. Satu energi dosis
dilakukan untuk defibrilasi adalah 200 joule pada bifasik dan 360 joule
pada monofasik. Idealnya dilakukan setiap 10 detik (Cayley, 2006).
Pada saat di lakukannya defibrillating penolong tidak bisa
menyentuh tubuh korban. Pada anak usia kurang dari 1 tahun tidak bisa di
lakukan defibrillation.
Gambar 2.11 : Defibrilation @ AHA 2005.
23
C. Tinjauan Umum Tentang RSUD Majene
Rumah sakit umum Daerah Majene adalah satu-satunya rumah sakit di
kabupaten Majene, di mana rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type C
yang terletak di daerah provinsi Sulawesi Barat.
Daerah Kabupaten Majene merupakan salah satu daerah yang tergolong
rawan bencana karena letak daerahnya adalah perbukitan dan lautan. Perawat
yang bekerja di Rumah Sakit tersebut sebagian besar merupakan lulusan diploma
tiga keperawatan, pelayanan keperawatan di rumah sakit sudah baik namun
sebagian besar perawat jarang mendapatkan pelatihan-pelatihan guna
pengembangan pelayanan, bahkan dalam 3 tahun terakhir tidak ada perawat yang
dikirim untuk mengikuti pelatihan, sehingga ilmu-ilmu atau skill yang di
gunakan jarang terupdate, apalagi dalam pelayanan keperawatan gawat darurat.
Dari hasil pengamatan penulis tentang pelayanan kegawat daruratan di
RSUD Majene masih banyak perawat yang belum mengetahui dan menggunakan
metode America Heart Association 2005 pada pasien gawat darurat.