Post on 06-Sep-2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai hamba Allah SWT lahir ke dunia ini dalam keadaan suci
(fitrah),suci dari noda dan dosa. Namun setelah hidup dan berinteraksi dengan
sesama makhluk dan lingkungan, maka sadar atau tidak manusia telah banyak
melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan timbulnya dosa, baik dosa besar
maupun dosa kecil. Allah SWT telah memberikan perangkat akal dan nafsu agar
diginakan dengan sebaik-baiknya. Namun, tidak banyak orang yang
mengekspresikannya secara positif, bahkan justru malah kebalikannya. Tinjauan
penelitian penulis kali ini ditujukan langsung kepada santri yang akhir-akhir ini
mulai banyak perubahan drastis dari zaman ke zaman, yang dipikirkannya hanyalah
kesenangan-kesenangan semata saja.
Hilangnya kedekatan santri kepada ulama mengakibatkan banyak persoalan,
di antaranya persoalan kenakalan santri, kemerosotan moral, penyalah gunaan obat-
obatan terlarang serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan perilaku lain bukan
lagi masalah baru, tetapi sudah menjadi sorotan bagi masyarakat dan masalah ini
sangat memprihatikan karena telah melanda santri atau remaja awal Indonesia
terutama dilingkungan pondok pesantren yang sangat memperihatikan dikarenakan
tidak adanya bimbingan dari orang tua maupun ulama-ulama yang sekarang semakin
berkurang populasinya.
1
Manusia itu adalah makhluk, jawaban ini tentu dibenarkan oleh tingkat
kecerdasan professor maupun tukang becak, raja maupun rakyat jelata, milioner
maupun pengemis. Kata makhluk yang berarti barang ciptaan, hasil produksi. Akal
pikir dan realitas bilang, tiap barang ciptaan, tentu ada penciptanya. Pencipta
makhluk, dalam bahasa arabnya: Al-Khaliq, dalam bahasa Indonesianya yang berarti:
khalik.1
Seperti yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia itu makhluk
sosial tidak bisa hidup sendiri, dan Allah SWT menjadi patokan terakhir ketika
masalah yang dialaminya dianggap sudah sangat berat baginya, dan mau tidak mau
manusia harus bergerak mencari dan menjadi yang terbaik. Jelas terlihat bahwa
manusia (masyarakat) Indonesia saat ini santri khususnya remaja dewasa awal sangat
haus akan bimbingan dan nasihat-nasihat seorang senior, kakak kelas, ulama (kiyai)
yang dipercaya dilingkungan tempat tinggal mereka berada.
Berdasarkan judul skripsi, penulis lebih memfokuskan diri pada Peran Biro
Pengasuhan Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah,
dikarenakan dalam era globalisasi seperti saat ini, ada banyak sekali orang-orang
yang membutuhkan asupan-asupan tentang ilmu kerohanian.
Pondok Pesantren Darunnajah yang berdiri tepat di Jl. Ulujami Raya No.86
Kecamatan Pesanggrahan Kelurahan Ullujami Jakarta Selatan, telah banyak
menerima hampir 400 santri per tahunnya. Namun, yang menjadi alasan diambilnya
judul ini adalah banyaknya santri yang mengalami Homesick (penyakit rumah) lebih
tepatnya (penyakit tidak betah).
1 Machfoeld, KI M.A,lsafat Da’wah-Ilmu Da’wah dan Penerapannya (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet, ke-1, hal. 99
Banyak santri yang masih belum mau menerima kenyataan bahwa mereka
nantinya bakal ditinggal oleh orang tuanya, mereka dititipkan dan dipercayakan
kepada Pondok Pesantren untuk menjaga dan mendidik serta dapat menjadikannya
orang yang lebih bisa mengenal dunia luar tannpa melupakan norma-norma yang ada
dalam islam. Bukan cuma itu saja yang mendorong penulis untuk mengkaji judul ini.
KH. Mahrus Amin selaku Pimpinan Pondok Pesantren di Darunnajah, dalam
kesehariannya selalu menyempatkan diri untuk berceramah diatas mimbar setelah
shalat ashar. Dalam ceramahnya itu KH. Mahrus Amin selalu mengajarkan apa arti
kebaikan dan bagaimana cara mencegah kemunkaran. Seringkali beliau berceramah
tentang hal itu. Namun disetiap ceramahnya itu, beliau tidak luput membahas dan
menggabungkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan para santrinya.
Dalam Pondok Pesantren Darunnajah banyak terdapat ustad-ustad yang
masing-masing individu meiliki ilmu, pengalaman, dan kemampuan yang berbeda-
beda. Setiap ustadnya pun juga sering menasehati santri-santrinya ketika waktu luang,
dan kapanpun saat santri mulai merasa bosan atau penasaran dengan kurikulum
pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang di adakan Pondok Pesantren setiap harinya.
Bukan hanya Pimpinan Pondok Pesantrennya dan ustad-ustadnya saja yang
menjadi teman curhat santri di pondok pesantren ini, para senior atau kakak kelas pun
juga bisa dijadikan teman atau orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari
santri disini. Kakak kelas atau biasa dibilang mudabbir selaku pimpinan disetiap
kamar atau rayon yang ditempati santri juga selalu menjadi incaran para santri-santri
baru untuk bertanya-tanya tentang seputar kegiatan yang ada di Pondok Pesantren ini.
Namun, ada juga santri yang memanfaatkan kakak kelas untuk bekerja sama
dalam hal yang negatif. Seperti rela disuruh apa saja demi menghindari kegiatan-
kegiatan yang tidak disukainya, dengan alasan supaya kakak kelas dapat membantu
agar santri ini bebas beralasan dan tidak ikut dalam kegiatan yang dimaksud.
Biro Pengasuhan Santri yang terdapat di dalam Pondok pesantren Darunnajah
ini di khususkan dan dibentuk untuk santri-santri yang masih sering mengingat
kampung halamannya, nakal, dan juga sulit dinasehati. Lembaga ini sudah dibentuk
sejak awal dibangunnya Pondok Pesantren ini sendiri. Jadi, penulis terdorong dan
ingin mengamati bagaimana peran dan sistem yang seperti apa yang digunakan para
pembimbing atau pengasuh dalam mengasuh dan membina spiritual santri di Pondok
Pesantren Darunnajah ini.
Bukankah sudah seharusnya bagi setiap muslim untuk benar-benar menyeru
kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (Amar Ma’ruf Nahi Munkar), terutama
pemimpin dan pembimbing yang baik, karena memiliki kecakapan serta memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi dan mengajak serta mengarahkan aktivitas
terhadap individu dan masyarakat dalam menangani masalah tersebut.
Dalam hal ini Allah SWT, menegaskan dalam firmannya:
ää ää3333 tt ttFFFF øø øø9999 uu uuρρρρ öö ööΝΝΝΝ ää ää3333ΨΨΨΨ ÏÏ ÏÏ ii iiΒΒΒΒ ×× ××πππ𠨨 ¨¨ΒΒΒΒ éé éé&&&& tt ttββββθθθθ ãã ãããããã ôô ôô‰‰‰‰ tt ttƒƒƒƒ ’’’’ nn nn<<<< ÎÎ ÎÎ)))) ÎÎ ÎÎ���� öö öö���� ss ssƒƒƒƒ øø øø:::: $$ $$#### tt ttββββρρρρ ãã ãã���� ãã ããΒΒΒΒ ùù ùù'''' tt ttƒƒƒƒ uu uuρρρρ ÅÅ ÅÅ∃∃∃∃ρρρρ ãã ãã���� ÷÷ ÷÷èèèè pp ppRRRR ùù ùùQQQQ $$ $$$$$$ ÎÎ ÎÎ//// tt ttββββ öö ööθθθθ yy yyγγγγ ÷÷ ÷÷ΖΖΖΖ tt ttƒƒƒƒ uu uuρρρρ ÇÇ ÇÇ tt ttãããã ÌÌ ÌÌ���� ss ss3333ΨΨΨΨ ßß ßßϑϑϑϑ øø øø9999 $$ $$#### 44 44 yy yy7777 ÍÍ ÍÍ×××× ‾‾ ‾‾≈≈≈≈ ss ss9999 '' ''ρρρρ éé éé&&&& uu uuρρρρ ãã ããΝΝΝΝ èè èèδδδδ
šš ššχχχχθθθθ ßß ßßssss ÎÎ ÎÎ==== øø øø���� ßß ßßϑϑϑϑ øø øø9999 $$ $$#### ∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇⊃⊃⊃⊃⊆⊆⊆⊆∪∪∪∪
Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imron; 104)
Ma’ruf disini diartikan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah. Sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-
Nya.2
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tugas dan kewajiban bagi
pembimbing agama adalah membina masyarakat, mengajak kepada kebaikan dan
membina manusia kejalan yang bdiridhoi noleh Allah SWT.
Dengan kata lain, dalam diri manusia telah tertanam benih yang disebut
instink agama (Instink Religious atau Nauralite Regional) yang menurut Al-Qur’an
disebut kecenderungan kearah beragama (haniefan musliman) yang dikembangkan
melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup baik.
Sabda Nabi muhammad SAW, yang menjelaskan bahwa “… Setiap manusia
dilahirkan diatas fitrahnya, dan orang-orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi
beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Akan tetapi bila orang tuanya beragama
Islam, maka niscaya anaknya pun menjadi muslim”.3
Hadits di atas menjelaskan pengaruh bimbingan dan pembinaan yang dipandu
dengan pengaruh dasar yang disebut dengan fitrah. Fitrah tersebut dapat menjadikan
manusia itu hamba Allah yang mampu berjalan di dalam jalan yang benar dan dapat
bermasyarakat. Bimbingan dan pembinaan sangatlah berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian manusia. Dalam bimbingan dan pembinaan itu terdapat
norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat.
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1971), hal.93
3 A. Husaini Muslim, Shahih Musli, (Beirut: Daar El-Fikri, 1993), Jilid-2, hal.28
Kepribadian tidak dapat difahami terlepas dari nilai dan norma-norma
kebudayaan tersebut karena hakekatnya kepribadian adalah susunan dari aturan
tingkah laku sebagai bentuk manifestasi kepribadian dapat dikatakan normal atau
abnormal tergantung pada kesesuaian dengan aturan-aturan social yang ada atau
kesesuaian dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakat.4
Dan jika bimbingan itu bear-benar dijalankan akan terjamin kebahagiaan dan
ketentraman batin dalam hidup ini. Bimbingan merupakan kegiatan yang bersumber
pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan manusia di dalam hidupnya silih
berganti menghadapi persoalan atau problem.5
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berupa penjelasan hubungan atau korelasi tentang lembaga di Pondok
Pesantren Darunnajah dan teknik pendidikan, pengajaran, dan bimbingan
konseling antara ustad, pengurus dan santri
Sebagaimana telah diketahui, selama ini kegiatan bimbingan rohani
merupkan unsur utama dari Lembaga Biro Pengasuhan Santri dalam melakukan
suatu bimbingan.
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran pembahasan maka
penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada “Peran Biro Pengasuhan
Santri Terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah
4 H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Edisi 2, cet. Ke-4, hal.123
5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1993), Cet. Ke-7, hal.7
Ulujami Jakarta Selatan” khususnya santri yang baru masuk namun banyak dari
mereka yang belum siap untuk di tinggal oleh orang tuanya, dan sampai akhirnya
mereka tidak betah, sering mengeluh, dan akan menghalalkan segala cara untuk
menghibur dirinya sendiri.
2. Perumusan Masalah
Setelah membatasi masalah di atas, maka perumusan masalah tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Apa peran Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah?
b. Bagaimana harapan santri tentang peranan yang seharusnya dilakukan Biro
Pengasuhan Santri dalam mengatasi permasalahan santri di Pondok Pesantren
Darunnajah?
c. Apakah terdapat kesesuaian antara peranan lembaga Biro Pengasuhan Santri
dengan harapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembimbing dalam memberikan motivasi
terhadap permasalahn santri di Pondok Pesantren Darunnajah.
b. Untuk mengetahui harapan santrit tentang diberikannya motivasi kepada santri-
santri yang bermasalah.
c. Untuk mengetahui terdapat kesesuaian antara peran pembimbing dalam
memberikan motivasi dengan harapan santri.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan, baik tentang program,
kondisi maupun kesesuaian antara peran pembimbing dengan harapan
masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
pembimbing dalam melakukan pengasuhan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi atau acuan bagi para
keluarga yang menitipkan dan mempercayakan anaknya kepada Pondok
Pesantren yang anak ini memiliki permasalahan agar dapat di bimbing dengan
baik.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung untuk
meneliti sesuatu berupa informasi dan permasalahan santri, dimana peneliti
langsung ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini
mengenai Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.
2. Pendekatan Penelitian
Berupa penelitian kualitatif seperti wawancara, komunikasi konseling baik
dari ilmu agama ataupun ilmu umum. Penelitian melalui pendekatan kualitatif
yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dalam hal ini yang diteliti
adalah Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.
3. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan, yang ber alamat di Jl. Ulujami Raya No.86 Kecamatan Pesanggrahan
Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari tanggal
28 mei 2010 s/d 8 desember 2010.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah konselor (ketua dan wakil Biro
Pengasuhan Santri) yang lebih sering terlihat dan terlibat langsung dalam
memberikan motivasi terhadap permasalahan santri yang juga terlibat dalam
proses konseling tersebut. Kemudian objeknya yaitu peran pembimbing dalam
memberikan motivasi kepada seluruh santri yang dikira kurang bersemangat,
nakal ataupun mengalami kesulitan dalam belajar.
5. Metode Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode
observasi, yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-33, edisi revisi, hal.4.
Sumber utama penelitian ini adalah objek penelitian, yakni pada
bimbingan dan penyuluhan yang diberikan untuk memotivasi santri pondok
pesantren Darunnajah ulujami.
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya
dan keseluruhan proses penelitian7.
Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapanga, handycam, dan pedoman
wawancara.
7. Teknik keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria;
a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu
dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan
jawaban yang diberikan oleh pembimbing dengan santri mengenai
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.
7 Ibid, h.168
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan
rumusan masalah saja.
8. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, Dalam hal ini penulis mengamati dan memperhatikan secara
langsung, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antara aspek dan fenomena tersebut . Observasi dilakukan dengan
mengamati langsung ke Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan untuk memeperoleh informasi sehingga data penelitian bisa
didapatkan.
b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada ketua dan
wakil Biro Pengasuhan Santri untuk memperoleh kelengkapan data,
sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang
permasalahan yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman
wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik
ini dibantu dengan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan
mencatat informasi yang didapat waktu itu.
c. Dokumentasi, yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki pondok
pesantren.
9. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis
menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan,
setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut.
Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan
wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang
telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai permasalahan santri yang
telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitian
diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul Skripsi, “Upaya Bimbingan Konseling
dalam menumbuhkan Konsep Diri Anak yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih
Tangerang”, yang ditulis oleh Siti Muchlisoh Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
tahun 2006, dalam skripsi ini lebih ditekankan bagaimana upaya bimbingan dalam
menumbuhkan konsep diri yang positif pada anak asuh di Panti Asuhan Putera Asih
Tangerang.
Penelitian lainnya yaitu, “Peran Konselor dalam Upaya Pembentukan
Konsep Diri Siswa Kelas II SMK Muhammadiyah 09 Jakarta”, yang ditulis oleh Siti
Mariana Ulfah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam, yang menjelaskan tentang peran yang seharusnya dilakukan oleh seorang
konselor dalam upaya pembentukan konsep yang ada pada diri siswa khususnya kelas
II di SMK Muhammadiyah 09 Jakarta.
Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian
sebelumnya adalah subjek dan objek penelitian. Yang menjadi subjek dalam penelitian
ini adalah pembimbing dan santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Serta yang
menjadi objek penelitian ini adalah Peran Pembimbing di Lembaga Biro Pengasuhan
Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Hal tersebut
dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai
bentuk bimbingan lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam mengatasi
permasalahan santri.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULAN
Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan perumusan
masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Kajian teoritis yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini, yaitu
memuat tentang pengertian teori peran, pengertian Bimbingan dan
Penyuluhan, fungsi Bimbingan, fungsi Penyuluhan, tujuan bimbingan,
dan tujuan Penyuluhan, Pengertian santri, Pengertian Pesantren, elemen
pesantren, pengertian teori masalah, pengertian teori santri, serta bentuk-
bentuk Pondok Pesantren.
BAB III : GAMBARAN UMUM, meliputi
Profil lembaga Biro Pengasuhan Santri (BPS); Sejarah berdirinya,
Tujuan, Hasil Penelitian, Struktur Lembaga, serta Visi dan Misi
BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Temuan analisa yang terdiri dari deskripsi klien dan pembimbing,
bagaimana cara pembimbing dalam memberikan motivasi pada santri,
harapan para santri dan kesesuaian antara cara pembimbing memberikan
motivasi dengan harapan para santri.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing
1. Pengertian Peran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat dan harus dilaksanakan “.1
Sedangkan menurut Keliat, Peran adalah sikap dan perilaku nilai
serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat.2
Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang
lainnya tersebut akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan
statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai
periaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3
Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan
status (kedudukan) walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Karena yang satu
tergantung pada yang lainnya beguitu juga sealiknya, maka peran
diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi
1Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667
2 Salbiah, Konsep Diri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, hal. 6 3 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, ke-1,
hal. 667
16
17
kelekatannya sangat berbeda sekali. Seseorang dapat dikatakan berperan
atau memiliki peran sikatakan seseorang tersebut mempunyai status dalam
masyarakat walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan
orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki peran yang sesuai
dengan statusnya.
2. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Kata penyuluhan selalu disertai dengan bimbingan, menjadi
bimbingan dan penyuluhan yaitu satu kesatuan istilah. Istilah bimbingan
dan penyuluhan adalah terjemahan dari “Guidance” penyuluhan adalah
suatu usaha dari suatu badan pemerintah maupun swasta untuk
meningkatkan kesadaran pemahaman, sikap, keterampilan warga
masyarakat yang berkenaan dengan hal yang tertentu, misalnya
“Penyuluhan Demam Berdarah dan Kebersihan Lingkungan” bermaksud
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemahaman, sikap dan
keterampilan warga masyarakat khususnya para warga masyarakat,
berkenaan dengan aspek lingkungan kebersihan dalam kehidupan tertentu.
Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut ini dikutip
sebuah definisi. Menurut Crow & crow (1960), seperti yang dikutip
Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,
18
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri
dan menanggung bebannya sendiri.4
Meskipun definisi deskriptif diatas menampakkan variasi yang
cukup mencolok, yang bersumber pada sudut pandang yang berbeda-beda,
namun terdapat juga sejumlah unsur yang menunjukkan kesamaan.
Perbedaan yang paling menonjol menyangkut sudut pandang, apakah
bimbingan terutama dilihat sebagai sikap dasar seseorang untuk
menawarkan jasanya untuk membantu orang lain; ataukah terutama di
pandang sebagai kumpulan sejumlah proses, prosedur, cara serta teknik
untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif kepada orang lain.
Dengan demikian, dari pengertian di atas maka dapat di fahami
bahwa bimbingan ialah bantuan yang di berikan oleh seseorang kepada
orang lain dalam usaha untuk mengatasai kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang
akan dihadapi kelak, sehingga tercapai kesejahteraan atau kebahagiaan
dalam hidupnya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses bimbingan,
pembimbing secara praktis lebih banyak memberikan pengarahan, nasihat
kepada yang dibimbing, maka pembimbing bersikap aktif sedangkan yang
terbimbing bersifat pasif. Rumusan bimbingan pada umumnya mencakup
beberapa hal dalam prosesnya, antara lain:
4 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet, ke-2, hal. 94
19
a. Bimbingan diberikan kepada individu atau kelompok dan
mempersiapkan individu atau kelompok untuk dapat memahami suatu
proses.
b. Bimbingan menyiapkan individu atau kelompok untuk dapat mencapai
suatu tujuan memberikan kesempatan untuk dapat kesempatan yang
lebih luas dalam pendidikan, pendewasaan, pemahaman dan kepekaan
diri pribadi.
c. Bimbingan adalah merupakan suatu usaha untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan, sekolah dan kehidupan berusaha agar santri
memahami diri sendiri, secara teratur berstimulus dan sistematik.
d. Bimbingan menentukan dan mengarahkan diri sendiri.
e. Bimbingan berusaha agar santri berproses memperoleh pengalaman
yang berguna, dan memiliki kepribadian yang memadahi dan terlatih
dengan baik, melatih pribadi atau kelompok (klien) agar dapat
bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang dibuat.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan bimbingan
adalah proses pemberi bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja atau
dewasa agar orang-orang yang di bimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
20
individu dan sarana yang dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.5
3. Fungsi Bimbingan Dan Penyuluhan
Fungsi bimbingan dapat di artikan sebagai suatu tertentu yang
mendukung atau memepunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam
hubungan ini bimbingan dan penyululuhan berfungsi sebagai pemberi
layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik
berkembang secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan
mandiri.
Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-
keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan dan
penuluhan Islam, maka para ahli mengelompokkan fungsi-fungsi
bimbingan dan penyuluhan kepada lima fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi penyaluran adalah yang memberikan bantuan kepada santri
untuk mendapatkan lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya.
b. Fungsi pengadaptasian adalah yang memberikan bantuan kepada
sekolah untuk menyesuaikan program pengajaran dengan diri santri.
c. Fungsi penyesuaian adalah yang memberikan bantuan kepada santri
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru.
d. Fungsi perbaikan adalah yang member bantuan kepada santri untuk
memperbaiki kondisi yang di pandang kurang sesuai.
5 Prof Dr. H. Prayitno M.Sc ed dan Drs. Erman Amti, Program Bimbingan dan Konseling. Hal.99
21
e. Fungsi pengembangan adalah yang membantu santri untuk melampaui
proses perkembangan dan fase perkembangan secara wajar.6
4. Tujuan Bimbingan Dan Penyuluhan
Tujuan bimbingan merupakan penjabaran dari tujuan umum dan
telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan
dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu
tersebut:
a. Mengerti dirinya dan lingkungannya.
b. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara
bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi.
c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
d. Mencegah masalah yang di hadapi secara bijaksana. Bantuan ini
termasuk untuk mencegah kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjadi
sumber masalah.
e. Mengelola aktifitas kehidupannya, mengembangkan sudut
pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung
jawabkannya.
f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.7
6 M. Arifin, Pengantar bimbingan dan konseling Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta; Pren Halindo), cet. Ke-1, ha. 45
7 Ibid, hal. 41-42.
22
B. Pesantren Dan Permasalahan Santri
1. Pengertian Pesantren
Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh Yasmadi, Pesantren bila
dirunut dari bentuk kata, berasal dari kata Santri dengan diapit awalan pe-
dan akhiran –an ini mengindikasikan Pesantren sebagai tempat tinggal
para santri.8 Sedangakan kata “santri”, menurut Nurcholis Madjid kata
santri ini bisa dilihat dari dua pendapat.9 Pertama, pendapat yang yang
mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari
bahasa sansakerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan pada
kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha
mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa arab.
Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, kata santri berasal dari bahasa
India yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu,10
atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat
diartikan buku-buku suci agama atau buku tentang pengetahuan umum.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti
8 Clifford Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Pandangan Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin (judul asli ; The Religion of Java), cet. Ke-2, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983), hal. 268
9 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Cet. Ke-1, (Jakarta: Paramadina, 1997)hal.19-20
10 Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-6 (Jakarta: LP3ES, 1994), hal.18
23
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi
menetap.11
Di Indonesia sebutan Pesantren lebih popular disebut Pondok
Pesantren, berbeda dengan Pesantren, Pondok berasal dari bahasa arab
yaitu Funduq, yang berarti asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.12
Dari pengertian terminologi Pesantren secara historis kultural
lahir dari budaya Indonesia. Menurut Nurcholis Madjid Pesantren tidak
hanya mengandung makna keislaman, namun juga mengandung makna
keaslian Indonesia. Sebab, cikal bakal Pesantren sudah ada sejak masa
hindu-budha, dan Islam datang dan tinggal meneruskan. Melestaraikan,
dan mengIslamkannya. 13
Pesantren disamping sebuah asrama atau tempat tinggal santri,
juga menjadi sebuah lembaga pengembangan studi ke Islaman, diman
banyak ilmu agama baik dibidang Fiqih, nahwu, sharaf dan ilmu lainnya di
kaji dan didalami pemahamannya untuk kemudian di bawa pada
masyarakat melalui santrinya sebagai duta pesantren. Hal ini menjadi nilai
tambah bagi keberadaan Pesantren ditengah semakin berkembangnya
dunia pendidikan di Indonesia.
11 Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005) Cet. Ke-2
12 Hasbullah, SejarahPendidikan Islam di Indonesia; Lintasan sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 138
13 Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, hal. 62
24
2. Elemen Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan, memiliki elemen yang
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen dari
Pesantren tersebut meliputi kiyai, santri, Pondok, masjid dan pengajaran
kitab-kitab klasik atau sering disebut kitab kuning.14
M. Arifin mengklasifikasikan perangkat Pesantren meliputi pelaku
Pesantren seperti Kiyai, santri. Perangkat keras Pesantren meliputi asrama,
Pondok, Masjid dan sebagainya. Dan perangkat lunak lainnya seperti
tujuan, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi dan alat-alat penunjang
pendidikan lainnya.15
Adapun mengenai elemen Pesantren yang disebutkan diatas, akan
dibicarakan sebagai berikut :
a. Kiayi
Kiayi atau pengasuh Pondok Pesantren merupakan elemen
yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata Pesantren di Jawa
dan Madura menjadi sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, dan
berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat dilingkungan
Pesantren. Disamping itu, Kiayi Pondok Pesantren biasanya juga
sekaligus sebagai pendiri dari pesantren yang bersangkutan. Oleh
karena itu sangat relevan jika dalam perkembangannya, Kiayi menjadi
sosok yang sangat berperan penting bagi Pesantren.
14 Amin Haedari, Abdullah Hanif dkk. Masa depan Pessantren. Dalam tantangan modernitas dan tantangan kompleksitas global.(Jakarta: IRD PRESS.2004) Cet. Ke-1
15 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta: Bina Aksara, 1995) Cet.ke-3, hal.257
25
Menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam bukunya yang berjudul
tentang Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
perkataan kiyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang
berbeda. Pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap saktidan kramat. Misalnya Kiyai Garuda Kencana dipakai
untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta. Kedua
sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya.
Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang
ahli agamaIslam yang memiliki atau menjadi Pemimpin
Pesantren.dalam hal ini pengertian ketiga disebut sebagai acuan bagi
pengertian kiayi yakni sebagai apresiasi masyarakat kepada seorang
Pimpinan Pesantren16.
b. Pondok
Sesuai dengan pengertian Pondok Pesantren yang telah
dikemukakan di awal. Pondok bisa didefinisikan sebagai asrama atau
tempat tinggal para santri, sarana yang berada di sekitar komplek
Pesantren, seperti rumah kiayai, tempat pengajian, dan ruang bagi
keiatan agama lain yang dipergunakan oleh pihak Pesantren. Pondok
kemudian menjadi sebuah ciri khas bagi Pesantren yang
membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya.
Pondok menjadi rumah bagi santri, untuk kalangan
Pesantren tradisional, pondok atau bale (asrama) tidak hanya berfungsi
16 Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-1 (Jakarta: LP3ES, 1994), hal.18
26
sebagai tempat untuk tidur bagi santri namun juga digunakan sebagai
tempat memasak dan mengaji sesam santri. Berbeda dengan Pesantren
modern yang menggunakan Pondok hanya untuk tempat tidur, karena
kegiatan makan diberikan fasilitas kantin.
c. Masjid
Masjid pada masa nabi menjadi pusat kegiatan agama, maka
dalm hal ini Pesantren yang diasuh oleh kiayai yang menurut sistem
yang dilakukan Nabi menjadikan masjid sebagai tempat pusat
kegiatan, beberapa kegiatan kajian agama seperti pengajian,
sehubungan dengan itu pula umat Islam dimanapuh berada selalu
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan mereka khususnya yang
berkaitan dengan agama misalnya untuk perkumpulan, kajian,
musyawarah dan lainnya.
d. Santri
Santri adalah siswa dari sebuah Pondok Pesantren, seperti
telah dibahas diawal pembahasan. Pada umumnya santri terbagi ke
dalam dua kategori. Pertama , santri mukim, yaitu murid-murid yang
berasal dari daerah yang jauh dari Pesantren dan menetap di Pesantren.
Tradisi bagi santri yang telah lama atu lebih senior, biasanya memikul
tanggung jawab mengajar santri junior tentang kitab menengah dan
dasar, tentunya setelah ditunjuk oleh pihak pengurus bahkan Kiayi
yang bersangkutan.kedua, santri kalong, yaitu para santri yang berasal
dari desa sekitar Pesantren.
27
Mereka tidak menetap di Pesantren mereka berada
dipesantren hanya bila ada tugas pesantren atau kegiatan pesantren
saja. Apabila sebuah Pondok Pesantren memiliki santri mukim lebih
banyak, maka Pesantren tersebut dikategorikan Pesantren besar.17
e. Pengajaran Kitab Kuning
Pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam tradisional,
telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan
madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab
tanpa syakal stau sering disebut kitab Gundul.kitab kuning ini satu-
satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas
Pesantren di Indonesia.
3. Bentuk-bentuk Pesantren
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional dalam
perkembangannya dikelompokan menjadi beberapa bentuk. Pembagian ini
berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilaksanakan
oleh Pondok Pesantren tersebut.
Dalam penyelenggaraan system pengajaran dan pembinaannya
Pondok Pesantren dewasa ini dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu:
a. Pondok Pesantren Tradisional.
Pondok Pesantren tradisional adalah lembaga penddikan dan
pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan
pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (system
17 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiayi,(Jakarta: LP3ES,1986)hal. 51-52, Cet.II
28
bandongan dan sorogan) dimana seorang kiayi mengajar santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa araboleh ulama-
ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal
didalam Pondok atau asrama dalam Pesantren tersbut.
Pesantren model ini masih memegang teguh penyampaian
dengan pola tradisional dalam mengajarkan nilai-nilai Islam. Cara-cara
yang digunakan telah turun temurun dipraktekan. Ilmu yang dipelajari
umumnya sama disemua pesantren model ini, demikian juga kitb yang
dikaji, perbedaan hanya terletak pada kadar ilmu yang dimiliki oleh
kiayi pada tiap pesantren.18 Ciri lain dari pesantren model ini adalah
kemutlakan kiayi sebagai pemegang kekuasaan dan penentu kepuusan
dan menejemen pun biasanya menggunakan menejemen keluarga, hal
seperti ini bisa saja terjadi pada pesantren model lain.
b. Pondok Pesantren Tradisional Modern.
Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan pengajaran
agama Islam yang menggabungkan system madrasi (klasikal)19 yang
mengarah kepada system atau pola modern dari segi pengajaran dan
penyampaiannya. Ciri pesantren model ini adalah peran seorang kiayi
tidak mutlak lagi, akan tetapi telah ada pembagian tugas diantara
pengasuh atau pembinanya.
Dari segi pengajarannya disamping menggunakan cara-cara
tradisional (system sorogan, bandongan atau wetonan) juga memakai
18 Sudjuko Prasadjo, Profil Pesantren, (Jakarta: P3M, 1982), h. 90 19 Masdar F. Mas’ud, Direktori Pesantren, (Jakarta: P3M, 1986), H. 76
29
sistem modern (sistem pembagian kelas) dengan menggunakan
tingkatan-tingkatan kemampuan santri. Pesantren ini juga mengadakan
kegitan pendidikan formal untuk memberikan keseimbangan antara
tuntunan duniawi dan ukhrowi.
c. Pondok Pesantren Modern.
Pondok Pesantren Darunnajah yang penulis teliti termasuk
didalam Pondok Pesantren Modern, Pesantren modern adalah
pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi dan
pengajaran materinya. Cirri-ciri pesantren ini adalah:
1) Memakai cara diskusi dan Tanya jawab dalam setiap penyampaian
materinya.20
2) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih
memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan
dialami oleh mereka dalam masyarakat ketika mereka berbaur
dengan masyarakat, mengenai hal-hal yang nanti akan dijumpai
Masyarakatmengenai pelajaran mereka.21
3) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas mereka, segala
sesuatu mengenai kehidupan mereka diatur dan
diselenggarakansendiri oleh mereka dengan cara demokrasi,
gotong royong dan dalam suasana ukhuwah yang dalam, tapi itu
20 J. L. Mursell, Succesful Teaching, disusun oleh Nasution M.A, “Mengajar Dengan Khusus” (Bandung: I Jemmars, tth), h. 28
21 ibid, h. 229
30
juga tidak terlepas dari bimbingan dan pengawasan pengasuh-
pengasuh atau Pembina-pembinanya.22
4) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan sehari-
hari, tata tertib, disiplin. Masing-masing dapat mengutarakan
pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terikat dengan
system pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.
Adapun peran dan fungsi Pondok Pesantren sendiri
berkembang dari masa ke masa. Pada taraf yang paling awal, Pondok
Pesantren ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan
namun juga menjadi pusat penyiaran agama Islam.
Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren
menyelenggarakan pendidikan keagamaan, pada perkembangan
selanjutnya pendidikan pondok pesantren membuka lembaga
pendidikan formal, baik yang berafiliasi dengan pendidikan agama
maupun dengan pendidikan umum, atau sekuler.23
4. Permasalahan Santri
Adapun yang menjadi salah satu permasalahan santri disini dan
penyebabnya jika dilihat dari Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan santri
adalah:
22 ibid, hal. 932 23Anas Madhuri, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Ummat (Surabaya: Departemen
Agama, 2002), cet Ke-1. h. 18
31
a. Pola hidup yang berbeda dengan dirumah, santri memerlukan waktu
untuk beradaptasi.
b. Santri belum mendapatkan teman yang cocok.
c. Santri belum mempunyai jiwa yang mandiri.
d. Orang tua belum sepenuhnya ikhlas menitip dan mempercayakan
anaknya kepada Pondok Pesantren.
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH
ULUJAMI JAKARTA SELATAN DAN BIRO PENGASUHAN
SANTRI
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan
1. Struktur
Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darunnajah
Waqif : 1). K.H. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.)
2). Hj. Tsurayya (Almh.)
Pendiri : 1). KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.)
2). Drs. H. Komaruzzaman
3). Drs. KH. Mahrus Amin
Penyelenggara : Yayasan Darunnajah
Ketua Umum : H. Syaefuddin Arief, SH., MH
Tahun Berdiri : 1 April 1974
Pimpinan : 1). KH. Mahrus Amin
2). Drs. KH. Sofwan Manaf, M.Si.
Jumlah Santri : 3.240 Santri
Jumlah Ustadz/Guru : 389 Guru
Alamat : Jl. Ulujami Raya 86, Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta
Selatan 12250
32
33
Telp : 021-7350187 (hunting)
Fax : 021-73880158, 021-73886529
Website : www.darunnajah.com
E-mail : sekretaris.darunnajah@gmail.com1
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah
a. Periode Cikal Bakal (1942-1960)
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai
sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959
tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek
Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan
komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka
diusahakanlah tanah di Ulujami.
Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat
Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan
pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal,
sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
b. Periode Rintisan (1961-1973)
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung
madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren
didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan
kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan
1 Buletin Darunnajah, Media Informasi Tahunan Edisi XXIV, Juni 2010. Penerbit: Pondok
Pesantren Darunnajah, Jakarta
34
kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap
di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.
Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan
belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di
Pertukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust.
Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1
Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah
Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964
membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.
Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan,
tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula
dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan
Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972
menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha
itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul.
Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum
terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil
mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan,
antara lain BTI PKI saat itu.
c. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)
Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya
mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren
mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah
35
ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah
Tsanawiyah Pertukangan dibuka kembali dan secara berangsur,
Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim
saja, kecuali anak ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama di dirikan adalah masjid dengan
ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Mesekipun
bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang
dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh
santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.
Pada periode inilah mulai ditata kehidupan di Pesantren
Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
1) Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal
waktu sholat.
2) Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
3) Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk
Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan
Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat
(LDPM).
4) Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa
selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.
d. Periode Pengembangan (1987-1993)
Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya,
mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara dan masakin
36
dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa
inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang
memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group
telah berjumlah 41.
e. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)
Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah
menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik.
Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat
keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah
berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang
memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha
merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di
Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus
Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya
mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining
Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para
ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7
Oktober 1994.
Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya
mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang
ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan
37
Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh
masyarakat dan ormas di Indonesia.
Ditahun 2007, Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang
pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu,
Kalimantan Timur. dengan luas asset 318 ha.2
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah
a. Visi
1) Mencetak manusi yang bermuttafaqah fiddin untuk menjadi kader
pemimpin ummat atau Bangsa.
2) Mendidiki kader-kader ummat dan bangsa yang bertafaqoh fiddin,
para ulama’, zuama’, dan aghniya’; cendikiawan muslim yang
bertaqwa, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, jasmani yang sehat,
terampil dan ulet.
b. Misi
1) Mencetak manusia yang;
a) Beriman dan bertaqwa g) Mampu bersaing
b) Berakhlak mulia h) Kritis
c) Berpengetahuan Luas i) Problem solver
d) Sehat dan kuat j) Jujur
e) Terampil dan ulet k) Komunikatif, dan
f) Mandiri l) Berjiwa juang.
2 Ibid.
38
2) Merintis dan memplopori berdirinya Pondok Pesantren di seluruh
Indonesia sebagai lembaga sosial keagamaan yang bergerak
dibidang pendidikan dan dakwah.3
4. Organisasi Kelembagaan
Untuk menyelenggarakan Pondok Pesantren Darunnajah
dimandatkan sepenuhnya kepada Pimpinana Pesantren. Dalam
melaksanakan tugas-tugas operasionalnya, pimpinan pesantren dibantu
oleh lima Biro:
a. Biro Pendidikan, membawahi;
Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak (TK), Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA-TKA), Sekolah Dasar Islam (SDI),
Tarbiyatul Mu’Allimin wal Mu’allimat Al Islamiyah (MTs, MAK, dan
SMA), Lembaga Bahasa (LB), Perpustakaan dan Laboratorium,
Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), dan Darunnajah Computer Center.
b. Biro Administrasi, Keuangan dan Usaha, membawahi;
Keuangan, Kesekretariatan, Publikasi dan Dokumentasi,
Bidang-bidang Usaha Darunnajah, dan Biro Pengasuhan Santri,
membawahi; Organisasi Santri, Keamanan Pesantren, Bimbingan dan
Konseling, Musyrif, Bagian Bahasa, dan Marching Band Putri
Darunnajah.
3 Ibid.
39
c. Biro Rumah Tangga, membawahi;
Bagian Kesehatan, Bagian Kesejahteraan, Bagian
Perawatan, Bagian Kebersihan, Bagian Pembangunan, Bagian Dapur
Umum, dan Bagian Listrik dan Air
d. Biro Kemasyarakatan, mengelola;
Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat(LDPM),
Peringatan hari-hari besar Islam, Ashabunnajah dan Alumni, Ta’mir
Masjid, dan Protokol Pesantren.
5. Program Pesantren
Untuk mewujudkan cita-cita dalam pembangunan dakwah dan
menjaga kelangsungan pesantren, sejak awal telah dirancang pedoman
kerja yang terdiri atas lima program.
a. Peningkatan Mutu Pendidikan
1) Memantapkan/ menyempurnakan kurikulum
2) Memasukkan pelajran kitab-kitab kuning pada jam formal
b. Pembangunan Fisik
1) Memperbaiki dan merawat gedung yang sudah ada
2) Membangun gedung permanent
c. Penggalian dan pengembangan dana
Membuat badan-badan usaha untuk menunjang biaya operasional
pesantren dan kesejahteraan guru, yang saat ini telah terbentuk 53 unit
usaha.
40
d. Pengkaderan dan penempatan
Untuk menjaga kelangsungan dan memajukan pesantren pada
masa yang akan datang, lembaga berusaha mempersiapkan kader-
kader pesantren dengan meningkatkan sumber daya manusia dengan
melanjutkan pendidikan diluar negeri maupun didalam negeri dengan
program diploma, S1, S2, S3.dari; Keluarga pendiri pesantren, Guru-
guru pesantren, Penerima beasiswa ashabunnajah, dan Alumni.
Kader-kader disiapkan untuk mengabdi di cabang-cabang
Darunnajah sebagai tenaga pendidik, tenaga administrasi dan pimpinan
pesantren.
e. Pengembangan Masyarakat
Telah dilakukan berbagai pendekatan, baik dengan pembinan
ekonomi, sosial, keagamaan, hal ini dilakukan supaya masyarakat
dapat merasakan manfaat atas keberadaan pesantren.4
7. Prestasi
Prestasi yang pernah diraih 3 tahun terakhir oleh TMI Darunnajah:
a. Tahun 2001 Juara I JAGO Pramuka Penggalang se Jakarta Selatan
b. Juara I Pramuka Yel Regu PUMA se Jakarta Selatan
c. Juara I Prestasi tinggi regu Jago Lt V se Indonesia
d. Pelopor PORSENI PESANTREN se Jawa dan Bali.
e. Juara I Marching Band se Jabotabek.
f. Juara I, Wide Game penggalang se DKI Jakarta
4 Ibid.
41
g. Mengikuti Jamboree Pandu Dunia di Tanpin Malaysia sebagai utusan
RI.
h. Mewakali Pemda DKI dalam Lomba Tapak Suci se Jawa dan Bali II
i. Akreditasi dan pengakuan LPK (lembaga Pendidikan Komputer) oleh
Dep. Tenaga Kerja RI5
8. Sarana dan Prasarana
Masjid, Gedung Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA,
Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai
Pengobatan, Sarana Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang
Indoor, Bulu Tangkis, Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco
Mart, Kantin, Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri
dibagi waktu), dan Warnet.
9. Ekstra Kurikuler
Komputer, Pramuka, Muhadharah (Latihan Berpidato), Marching
Band, Seni Bela Diri, Tilawah dan Tahfidz Al – Quran, Praktik
Pengabdian Masyarakat, Latihan Dasar Kepemimpinan , Kursus Bahasa
Inggris, Praktik Mengajar, Kesenian dan Keterampilan, Keorganisasian,
Olahraga, Studi Tour, Pertukaran Pelajar, Kaligrafi (Ikatan Kaligrafi
Darunnajah), Kursus Jurnalistik, Renang Indoor, Video Conference, dan
Workshop.
5 Ibid.
42
B. Gambaran Umum Biro Pengasuhan Santri
1. Sejarah Berdirinya Biro Pengasuhan Santri
Biro Pengasuhan Santri adalah sebuah Lembaga dibawah naungan
Pondok Pesantren Darunnajah. Tugas utama Biro Pengasuhan Santri
adalah membantu Pimpinan Pondok Pesantren dalam mengatur pola piker
dan aktifitas kehidupan santri diluar jam sekolah santri di tarbiyatul
Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah (TMI) Darunnajah, mulai dari
bangun tidur sampai tidur kembali. Pada dasarnya tugas Pengasuhan Santri
dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni; sebagai Pembina Organisasi
santri Darunnajah (OSDN), sebagai Pembina Disiplin santri secara
menyeluruh, sebagai pembimbing dan penyuluh santri. Pada dasarnya
tugas Pengasuhan Santri dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni;
a. Sebagai Pembina Organisasi santri Darunnajah (OSDN)
b. Sebagai Pembina Disiplin santri secara menyeluruh
c. Sebagai pembimbing dan penyuluh santri
Kehidupan santri di Pondok Pesantren Darunnajah yang mukim
selama 24 jam tidak lepas dari disiplin, maka pengasuhan santrilah yang
menjadi pengendalian disiplin seluruh santri, baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui pengurus OSDN. Dalam menegakkan disiplin
santri lembaga ini lebih menekankan kepada kesadaran prefentif dan
meminimalisasi hukuman fisik. Dengan demikian, jalannya disiplin santri
menjadi lebih baik dan suasana kekeluargaan lebih tampak.
43
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan perhatian secara
pembinaan terhadap santri dan wali santri, tentu diperlukan pembenahan
dan pembaharuan diberbagai segi, baik dari segi penempatan santri di
asrama, pengawasan, peningkatan sarana dan prasarananya. Khusus untuk
santri senior kelas enam TMI mendapat perhatian tersendiri dikalangan
pengasuhan dengan dibentuknya komisi yang membahas pembinaan kelas
enam dalam rapat pengasuhan.
Tidak kalah pentingnya pembaharuan dijajaran kantor pengasuhan,
yaitu dengan upaya-upaya perbaikan di ketata usahaan mulai dari
peningkatan SDM staf-stafnya dan komputerisasi pendataan santri dan
lain-lainnya.
2. Kewajiban Dan Tanggung Jawab
a. Mengontrol jalannya disiplin
b. Menempati kamar dirayon yang telah ditentukan
c. Mengikuti sholat berjamaah di masjid
d. Mengikuti upacara sabtu pagi
e. Menghadiri rapat mingguan pengasuhan santri
f. Melaksanakan harokatut tabkir
g. Full Time di rayon dan tidak diperkenankan kerja sampingan (les dan
sejenisnya) di luar pondok
h. Berperan aktif dalam rapat majlis fajar dan membuat laporan harian
i. Mengontrol absensi setiap malam pukul 22.00 WIB
j. Mempunyai catatan individu santri
44
k. Membuat laporan dan mengikuti rapat mingguan pada hari selasa
pukul 20.00 di Baitul Wakif
l. Mengadakan rapat mudabbir6
3. Program Kerja
a. Harian
1) Mengasuh, mengontrol dan memonitor kegiatan santri di rayon
2) Menggerakkan santri untuk kemasjid
3) Melaksanakan harokatut tabkir
4) Memberikan perizinan (tasdiq) untuk meninggalkan kelas
5) Mengontrol kamar santri
6) Melarang tamu atau wali santri masuk ke asrama
7) Menginformasikan kepada wali santri perkembangan anaknya baik
yang positif ataupun negative
8) Memonitor bulis/haritsah dirayon dan kamar mandi
9) Mengadakan puaa sunnah dan kegiatan ubudiah lainnya bersama
dengan pengurus rayon dan anggota rayon sewaktu-waktu
10) Mengontrol keberadaan santri di asrama
a. Mingguan
1) Mengontrol kamar-kamar sebelum adzan pertama sholat jum’at
2) Mengumpulkan anggota rayon seminggu sekali
3) Membimbing dan mengontrol jum’at bersih
6 Ibid.
45
4) Mendata fasilitas rayon yang rusak dan kurang layak serta
melaporkannya ke BRT
5) Menginventarisasi barang-barang pesantren yang ada di dalam
rayon
6) Menggerakkan anak-anak untuk berolahraga setelah jum’at bersih
7) Mengadakan siraman rohani bagi anggota rayon. (dibuat materi
khusus)
b. Bulanan
1) Mengabsen santri setelah libur bulanan
2) Memeriksa kamar pengurus. (idak ada skat kamar)
3) Rapat evaluasi bersama pengurus rayon dan ketua kamar
4) Membuat laporan bulanan dan diserahkan ke TU pengasuhan
5) Memeriksa administrasi rayon
6) Musyrifah memeriksa santri setelah perpulangan bulanan didepan
asrama bersama mudabbir
c. Semester
1) Membantu panitia ujian untuk Harokatut tabkir saat ujian
2) Menggerakkan santri untuk belajar diluar asrama pada pagi dan
malam hari
3) Mengontrol asrama saat ujian tulis berlangsung
d. Program Kerja Tahunan
1) Membantu keamanan pesantren dlam perpindahan kamar
2) Mengikuti seluruh kegiatan tahunan santri
46
Ketentuan diatas merupakan sebuah usaha untuk
meningkatkan pengawasan, perhatian dan pelayanan bagi santri
maupun orang tua santri. Selain itu para musyrif dan musyrifah
diwajibkan mengadakan pertemuan dengan orang tua santri secara
berkala. Tempat pertemuan di kamar masing-masing santri ini
bertujuan agar ada perhatian, saran dan kritik mengenai kamar dan
berbagai hal lainnya serta orang tua dapat melihat langsung
keberadaan santri dikamar tersebut.
Segi positif dari pertemuan antara orang tua santri adalah
adanya interaksi langsung antara musyrif dengan wali santri
sehingga dapat dihindari adanya kesalahan informasi.7
4. Revolusi Kepengasuhan
Setiap tahunnya seluruh jajaran pengasuhan mengadakan rapat
khusus untuk membahas dan melakukan pembaharuan-pembaharuan
ditubuh Biro Pengasuhan. Diawali pembenahan pembinaan santri di rayon
oleh musyrif/musyrifah, dalam rapat disahkan susunan musyrif/musyrifah
dengan perbandingan seorang musyrif/musyrifah menangani 10-20 santri.
Adapun tugas dari musyrif/musyrifah selain mengabsen santri
setiap hari dan melaporkannya kepada pimpinan setiap kamis malam, juga
memberikan tausiah dan nasehat-nasehat serta motivasi-motivasi belajar
kepada santri pada malam hari sebelum tidur. Secara rinci standarisasi,
7 Ibid.
47
kewajiban dan program kerja musyrif/musyrifah telah ditetapkan dalam
rapat kepengasuhan yang dibahas oleh komisi A sebagai berikut:
a. Pembentukkan TIM Inti Kepengasuhan
Dibentuk pada tanggal 22 januari 2007 berdasarkan surat tugas
nomor 744.05/DN/I/2007, dengan anggota tim berjumlah 26 orang.
Tim ini berfungsi sebagai koordinator pengasuhan atau sebagai
pengawas kegiatan pengasuhan.
b. Pembenahan di Bidang Keamanan Pesantren
Untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan, serta tegaknya
disiplin pesantren, maka diadakan perubahan diantaranya satpam, sejak
tanggal 12 februari 2007 satpam ditiadakan, sebagai gantinya seluruh
jajaran mulai dari asatidz, administrator, santri dan karyawan bahu
membahu menjaga keamanan pesantren berdasarkan jadwal piket yang
ditentukan oleh coordinator piket dengan nama Harisul Ma’had.
Selain menjaga keamanan, Harisul Ma’had juga bertugasuntuk
mencatat keluar masuknya santri dan tamu pesantren. Hal ini adalah
untuk meningkatkan kedisiplinan dalam bidang keamanan.
c. Pengawasan dan Pembinaan Kegiatan Santri
Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler santri tentunya
membutuhkan pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif.8
8 Ibid.
48
5. Kegiatan Tahunan
a. Jambore Nasional di Gontor
Dalam rangka kesyukuran 80 tahun Pondok Modern
Darussalam Gontor (PMDG), gugus depan gerakan pramukan
pesantren Darunnajah mengikuti Jambore Nasional Pondok Pesantren
Alumni Gontor. Acara tersebut merupakan salah satu perhelatan besar
dalam milad PMDG ke-80. Mengingat pesantren Darunnajah adalah
pesantren alumni PMDG.
b. Darunnajah Art Tournament
Dalam acara ini khususnya santri putra menampilkan beberapa
karya seni yang berhubungan dengan kesenian. Seperti hasil karya seni
lukis berupa kaligrafi, khot, graffiti, karikatur, ASAL (asli atau palsu),
penampilan drama, penampilan marawis, band, dancer dan lain-lain.
Acara ini wajib dihadiri oleh seluruh santriwan dari kelas 1 hingga
kelas 6. Dan secara perhitungan acara ini di bebankan kepada biro
pengasuhan santri selaku pembimbing OSDN.
c. Malam Penganugerahan MISS Darunnajah
Acara ini merupakan acara pemilihan kandidat yang dilakukan
melalui seleksi kriteria pemilihan diantaranya adalah adab serta
ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri.
d. Do’a Bersama di Tahun Baru Muharram
Seluruh santriwan-santriwati memperingatinya dengan
membaca do’a akhir tahun sesaat setelah selesai sholat ashar berjamah
49
di masjid jami Darunnajah dan membaca Do’a awal tahun setelah
jamaah sholat maghribnya.
e. Pekan Khutbatul ‘Arsy
Acara ini dapat diartikan sebagai Khutbah atau ceramah dari
pimpinan tertinggi pondok pesantren Darunnajah Drs. KH. Mahrus
Amin, yang berisikan tentang prinsip dasar kepesantrenan yang
meliputi penjelasan tentang Panca Jiwa, Panca BIna, Panca Darma,
Panca Jangka kepesantrenan, dan Historikal Darunnajah yang
dilaksanakan tiap tahun oleh seluruh santri. Dengan harapan semoga
para santri mampu mendalami ilmu kepesantrenan dengan benar
sehingga akan menimbulkan api unggun dan Cuma malam hari
diadakannya.
f. Pembukaan dan Penutupan Perkhutsy dan Lp3
g. Maulid Nabi di Pesantren
Perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya pengenalan
akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran
agama Islam. Santri-santri Darunnajah memperingati Maulid Nabi tiap
tahun.rasa kesungguhan untuk belajar dan mengamalkannya kelal di
dalam masyarakat.
h. Pembukaan dan Penutupan Perkemahan Khutbatul ‘Arsy
i. Api Unggun Perkhutsy dan Lp3
Acara ini sama halnya dengan acara Pekan Khutbatul ‘Arsy.
Cuma bedanya hanya di
50
j. Festival Nasyid Tausiah dan Qiro’ah (NTQ)
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan bakat
seni yang religi dan mendidik santri agar beriman, berseni, dan
berprestasi.
k. Perkajum Santri Darunnajah
Perkajum adalah kegiatan perkemahan yang dilakukan selama
tiga hari dua malam, yang diselenggarakan oleh setiap gugus depan
(GUDEP) pondok pesantren Darunnajah. Bertujuan sebagai sarana
peningkatan kemampuan masing-masing santri dan sarana untuk
mempraktekkan ilmu-ilmu tentang kpramukaan yang telah mereka
peroleh.
l. Festival Marawis Darunnajah (FMD)
Festival Marawis Darunnajah (FMD) merupakan ajang kreasi
untuk santri-santri berbakat, khususnya dibidang musik bernuansa
islami.
m. Rapat BPS dan Forum Sharring
Acara ini merupakan acara yang menampung tanggapan-
tanggapan dan saran-saran dari masing-masing pimpinan atau ketua-
ketua pondok pesantren (khususnya cabang Darunnajah) beserta
struktur-strukturnya untuk mendapat inspirasi baru demi kemajuan
Pondok Pesantren Darunnajah beserta cabang-cabangnya.9
9 Ibid
51
6. Sarana dan Prasarana
Pada dasarnya sarana dan prasarana Biro Pengasuhan Santri (BPS)
adalah sarana dan prasarananya Pondok Pesantren Darunnajah juga,
karena letak Biro Pengasuhan Santri itu sendiri berada didalam Pondok
Pesantren Darunnajah. Oleh karena itu, apapun kegiatan santri disitulah
selalu ada Biro Pengasuhan Santri beserta staff pembimbing lainnya.
Sarana dan prasanara yang dimaksud antara lain: Masjid, Gedung
Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa,
Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai Pengobatan, Sarana
Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang Indoor, Bulu Tangkis,
Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco Mart, Kantin,
Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri dibagi waktu),
dan Warnet.10
10 Ibid
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Informan
1. Klien
Klien yang dimaksud adalah santri laki-laki yang memiliki
masalah. Dari santri yang diwawancarai, rata-rata semuanya pernah
memiliki masalah. Diantara permasalahan tersebut klien yang memiliki
masalah merokok ada 2 orang, 1 orang masalah pribadi, dan yang lainnya
seperti masalah organisasi, permasalahan terlalu keras menghukum anak
baru (junior), kabur dari pondok, masalah keuangan dan masalah keluarga.
Dari permasalahan-permasalahan yang pernah diahadapi klien
terdapat permasalahan yang paling berat seperti memberi hukuman kepada
santri baru lalu santri yang dihukum melaporkannya ke polisi, sering
dimintai uang oleh kakak kelas, masalah cinta, ketahuan merokok, dan
masalah keluarga.
Cara mereka menyikapinya pun berbeda-beda ada yang terpaksa
harus mengikuti aturan-aturan Pondok, curhat dengan teman-temannya,
curhat dengan ustad, dan ada pula yang dibawa santai saja atas
permasalahannya sendiri. Semua santri semuanya pernah mendengar
tentang lembaga Biro Pengasuhan Santri, namun hanya Imam Khairul
Annas dan Ahmad Nurul Hadi saja yang pernah mencoba mencari solusi
di lembaga ini dan yang lainnya belum pernah.
52
53
Menurut wawancara yang penulis ajukan kepada santri, rata-rata
jawaban mereka tentang pertanyaan dimana saja Biro Pengasuhan Santri
melakukan bimbingan yaitu di masjid, sekitar asrama, kelas sekitar rayon,
sekitar kamar-kamar santri, lingkungan sehari-harinya, dan bahkan ada
yang menjawab di seluruh lingkungan yang ada di Pondok Pesantren
Darunnajah ini sendiri.
Ada 3 santri yang menginginkan bimbingan dilakukan setiap saat,
namun yang lainnya tidak, mereka lebih menginginkan bimbingan
dilakukan pada waktu-waktu diluar sekolah, acara-acara penting, ketika
ada tamu, dan ada yang menginginkan bimbingan dilakukan pada waktu-
waktu sekolah. Ada 4 pembimbing yang biasa aktif disini, Pembimbing
yang dimaksud yaitu Ustad Agus Sugianto dan Ustad Wahyu Fajri
begitulah rata-rata klien menjawabnya, dan selebihnya ada yang
menambahkan Ustad Yusro Lismar dan Ustad Gusnadi yang keduanya
juga berperan sebagai pembimbing.
Adapun dari ke 5 klien tersebut, masing-masing mempunyai
harapan terhadap kemajuan Biro Pengasuhan Santri (BPS) yang ada di
pondok tempat mereka tinggal, ini pun ter kait pro dan kontra. Terlihat
dari masing-masing harapan yang mereka paparkan pada saat wawancara
cuma 1 santri yang pro dan tidak berharap banyak yaitu Imam Khairul
Annas yang cuma menginginkan BPS dapat memberikan solusi yang lebih
baik terhadap seluruh permasalahan santri-santrinya.
54
Sedangkan yang lainnya lebih mengarah ke arah kontra, yang di
antaranya seperti Ahmad Izudin yang mengharapkan BPS agar bisa lebih
mengerti santri dan jangan terlalu egois dengan kemauannya, Faisal
Rahman yang berharap agar BPS jangan terlalu ketat dan hukuman yang
diberikan harus setimpal, Andre Irawan yang berharap agar BPS mengerti
santri dan jangan seenaknya cuma mau dituruti oleh santrinya saja, BPS
juga harus bisa mendengarkan keluhan dan harapan santri-santrinya, dan
yang terakhir Ahmad Nurul Hadi yang mempunyai harapan agar BPS
mengerti keinginan santri dan tidak membuat santri menjadi tidak betah.
2. Pembimbing
Pembimbing yang dimaksud adalah ketua dan wakil Biro
Pengasuhan Santri, yang bisa dibilang mereka inilah yang paling berperan
aktif pada bidang ini. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda-beda
seperti ketua misalnya, BPS ini adalah sebuah lembaga yang ditunjuk atas
sebuah institusi oleh Pondok Pesantren yang tugasnya membantu
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah untuk membina santri-santri
khususnya pada kegiatan ekstra kulikuler dan kehidupan mereka sehari-
hari selama 24 jam.
Sedangkan menurut wakilnya BPS itu adalah Biro Pengasuhan
Santri, yang bergerak untuk mengatur kegiatan-kegiatan santri mulai dari
dia bangun pagi hingga dia tidur kembali. Menurut sepengetahuan mereka
pencetus dan siapa saja yang terlibat didalamnya ialah jika dilihat dari
55
sejarah ke Pesantrenan, maka sejak awal adanya Pesantren, disitu sudah
ada pengasuhan.
Karena kalau kita lihat pesantren ini sebenarnya adalah ciri khas
pendidikan asli Indonesia, yang diluar negeri itu tidak ada. Maka awal
mula ada pesantren, disitulah ada pengasuhan. Namun, lembaga
kepengasuhan ini ada kalau dahulukan kepengasuhan itu berpusat pada
kiyainya setelah adanya Pondok Pesantren Gontor,. Maka Tri murti
Pondok Pesantren gontor itulah yang melembagakan kepengasuhan itu
yang tidak ditangani langsung oleh kiyainya, tapi kiyai itu mempunyai
tangan kanan yang membantu mereka yaitu di staff kepengasuhan.1
Jadi kiyai sebagai penguasa tunggal, tapi didalam menjalankan roda
kesehari-hariannya itu diwakilkan kepada staff. Begitulah ketua BPS,
sedangkan menurut wakilnya Pencetus BPS ini memang sudah lama dari
pak kiyai ketika mendirikan, ini berawal dari gontor, disitu ada namanya
Biro Pengasuhan Santri karena kiyai kita memang berasal dari Pondok
Pesantren Gontor dan menamakannya BPS. Pencetusnya sih sudah lama,
dari gontor itu sudah ada namanya Biro Pengasuhan. Ya yang telibat
didalamnya itu adalah semua guru-guru yang ada di dalam, jadi semua
guru-guru yang mukim dan tinggal didalam pesantren maka dia terlibat
didalam BPS2.
1 Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010
2 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September
56
Biro pengasuhan santri juga mempunyai visi dan misi diantaranya
menurut ketuanya Visinya itu menciptakan santri yang berkualitas baik
dari sisi mental, spiritual, dan kreatif. Misinya adalah kita mendelegasikan
sebagian besar yang mengurus anak itu kepada santri-santri. Wakilnya pun
tidak berbeda jauh tanggapannya tentang visi dan misi yang ada di biro
pengasuhan santri ini sendiri. Menurut wakilnya Visinya mencetak
manusia yang Mutafaquh Fiddin untuk menjadikan kader pemimpin
umat/bangsa. Misinya itu mencetak manusia yang beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia3.
Peranan BPS (Biro Pengasuhan Santri) ini adalah membantu,
melaksanakan segala apa-apa yang diinginkan oleh Pimpinan Pesantren,
dalam hal mengasuh anak-anak dalam kehidupan selain yang ada di
sekolahan. Dalam artian, BPS Mengatur kegiatan santri yang diluar
sekolah, khususnya kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler, tetapi dia tetap
mulai dari dia bangun pagi sampai dia tidur kembali.
Biro Pengasuhan Santri ini tidak akan berjalan tanpa ada bantuan
bawahan-bawahannya,yaitu: bagian Sekertaris, Bendahara, bagian
Keamanan, bagian Bahasa, dan bagian Olah Raga. Yang itu semuanya
sampai bagian-bagian yang lainnya itu juga sudah ada di santri.
Biro Pengasuhan Santri ini berperan sebagai pembimbing,
sedangkan pelaksananya itu diserahkan kepada (Organisasi Santri
Darunnajah) OSDN, peranan mereka itu membantu BPS menjalankan
3 Buku Panduan Santri Baru Pondok Pesantren Darunnajah, Penerbit: Pondok Pesantren Darunnajah, Tahun Ajaran 2010-2011
57
kegiatan-kegiatan mulai dari bangun pagi hingga dia tidur kembali,
pengasuhan hanya mendampingi, mengawasi, menegur, mengarahkan
santri sejauh mana kegiatan mereka kalaupun ada hal-hal yang kurang
maka biro pengasuhan Santri akan memanggil organisasi tersebut,
sehingga dia bisa berjalan dengan baik dan ada pengawasan, begitulah cara
BPS berperan di Pondok Pesantren Darunnajah ini.
Yang berperan dalam menjalankan lembaga ini ialah pimpinan lalu
diteruskan kepada seluruh ustad yang ada di struktur Biro Pengasuhan
Santri, kemudian dibagi-bagi lagi ke bagian keamanan, sekretaris,
penanggung jawab sekertaris, penanggung jawab pramuka, bendaharanya,
ketuanya, terus ada penanggung jawab di tiap-tiap bidang, dan itu semua
ada strukturnya termasuk semua guru-guru yang mukim dan tinggal
didalam pesantren. Kemudian hasil dari peranan BPS ini sebenarnya
hasilnya tidak bisa dianalogikan, tetapi hasilnya itu adalah sepuluh hingga
dua puluh tahun yang akan datang, bukan hanya ingatan memory, tapi
lebih kepada internalisasi nilai, jadi pemahaman seseorang tentang
pendidikan yang ada disini itu kadang-kadnag dia sudah menyatu,
penyatuannya itu kadang-kadang disadari, dan kadang-kadang tidak
disadari ini menurut ketua biro pengasuhan santri, namun berbeda dengan
anggapan wakil biro pengasuhan santri yang menganalogikan hasilnya
lebih kearah kedisiplinan santri seperti kegiatan sekolah mereka jadi jauh
lebih baik, lebih disiplin, tepat waktu, dan ibadah juga tepat waktu, bahkan
58
ada beberapa kejuaraan-kejuaraan yang diraih oleh santri atas nama biro
pengasuhan santri.4
B. Peran Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah
Biro Pengasuhan Santri ini adalah sebuah lembaga yang ditunjuk atas
sebuah institusi oleh Pondok Pesantren yang tugasnya membantu
melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Pimpinan Pesantren, dalam hal
mengasuh anak-anak dalam kehidupan selain yang ada di sekolahan juga
membina santri-santri khususnya pada kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler dan
kehidupan mereka sehari-hari selama 24 jam,5 dan bergerak untuk mengatur
kegiatan-kegiatan santri mulai dari dia bangun pagi hingga dia tidur kembali6.
Peranan BPS (Biro Pengasuhan Santri) ini adalah membantu, melaksanakan
segala apa-apa yang diinginkan oleh Pimpinan Pesantren, dalam hal mengasuh
anak-anak dalam kehidupan selain yang ada di sekolahan.
Biro Pengasuhan Santri ini tidak akan berjalan tanpa ada bantuan
bawahan seperti bagian sekertaris, bendahara, bagian keamanan, bagian
bahasa, bagian olah raga. Yang itu semuanya sampai bagian-bagian yang
lainnya itu juga sudah ada di santri (Organisasi Santri Darunnajah (OSDN)).
Biro Pengasuhan Santri ini berperan sebagai pembimbing, sedangkan
pelaksananya itu diserahkan kepada Organisasi Santri Darunnajah (OSDN),
peranan mereka itu membantu BPS menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari
4 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 5 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 6 Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24
September 2010
59
bangun pagi hingga dia tidur kembali, pengasuhan hanya mendampingi
mengawasi sejauh mana kegiatan mereka kalaupun ada hal-hal yang kurang
maka biro pengasuhan Santri akan memanggil organisasi tersebut, sehingga
dia bisa berjalan dengan baik dan ada pengawasan7.
Setelah meneliti berbagai macam peran pembimbing dan pendekatan
yang digunakan di Pondok Pesantren Darunnajah, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa peran seorang pembimbing dalam mewujudkan
kemandirian dan kedisiplinan terhadap santri diantaranya:
1. Sebagai Pengganti Orang Tua Asuh
Dalam peran ini adalah tugas yang bisa dibilang paling mulia disisi
Allah SWT. Sebab, jika dikaji ulang tentang peranan orang tua di rumah
benar-benar sangat berat selain memberikan tanggung jawab secara lahir,
orang tua juga harus bertanggung jawab dalam memberikan nafkah batin
terhadap anaknya dalam bentuk kasih sayang, begitulah peran seorang
pembimbing di Pondok Pesantren ini8. Sangat berat dan beragam namun
dibalik semuanya itu memang sangat mulia disisi Allah SWT.
Berdasarkan hasil dialog tanya jawab terhadap pihak pesantren
dalam hal ini memang seorang pembimbing harus memiliki sosok keibuan
bagi wanita dan sosok kebapaan bagi prianya. Dan tidak terlepas juga dari
rasa kasih sayang dan santun yang mereka miliki, sebagaimana orang tua
kadung terhadap anaknya dan harus memiliki jiwa “Akhlaqul Karimah”
7 Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010
8 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010
60
yang berarti bahwa pembimbing juga harus memiliki akhlak yang mulia,
sebagaimana tugas awal Nabi Muhammad SAW yang diutus ke dunia ini
semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Jika itu semua dimiliki oleh seorang pembimbing, maka
insya’Allah seorang santri dapat mewarisi akhlak yang mulia jua dan
menjadi seorang anak yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain dan
yang diharapkan oleh orang tuanya ketika keluar nanti.9
Pembimbing selalu siap ditempat kapanpun disaat santri
membutuhkannya, sewaktu-waktu santri sedang ada masalah santri bisa
langsung menceritakannya kepada salah satu pembimbing yang mereka
temui dan jawaban atas keluhan yang santri keluhkan akan dijawab
langsung dan diarahkan oleh pembimbing yang mereka temui, Setiap
guru-guru yang mukim dan tinggal didalam Pesantren maka secara tidak
langsung mereka terlibat di dalam pengasuhan ini10.
2. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini mungkin menjadi tugas yang lebih sempit dibanding
dengan peran pembimbing yang pertama, yaitu pengganti orang tua asuh
yang tugasnya lebih luas, berdasarkan wawancara peneliti dengan
pembimbing, beliau memaparkan bahwa tugas seorang pendidik tidak
sama dengan seorang pengajar, sebab seorang pendidik selain bertugas
mengajar pembimbing juga memantau dan mengayomi santri terhadap
9 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010
10 Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010
61
seluruh kegiatannya di Pesantren guna menjadikan manusia yang
bermanfaat dan berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya11.
Pendidik juga memiliki peran dalam keberhasilan dan kemampuan
seorang anak yang tinggal di dalam Pondok Pesantren. Dan peranannya
yang paling utama adalah mengajari santri agar berakhlak dan
berkepribadian yang kaafah (sempurna), mandiri, dan kreatif dan
inovatif12.
Cara yang mereka gunakan adalah mengawasi, menegur, dan
mengarahkan santri dengan cara keliling Pondok13. Biro Pengasuhan santri
ini tidak akan berjalan tanpa ada nya bantuan bawahan yang terdiri dari
bagian sekertaris, bendahara, bagian keamanan, bagian bahasa bagian olah
raga sampai bagian-bagian yang lainnya dan itu juga sudah ada di santri.
Biro Pengasuhan Santri berperan sebagai pembimbing, sedangkan
pelaksananya itu juga diserahkan kepada OSDN (Organisasi Santri
Darunnajah), peranan mereka itu membantu BPS menjalankan kegiatan-
kegiatan mulai dari bangun pagi hingga dia tidur kembali, pengasuhan
hanya mendampingi dan mengawasi sejauh mana kegiatan mereka
kalaupun ada hal-hal yang kurang maka biro pengasuhan Santri akan
11 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010
12 Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010
13 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010
62
memanggil organisasi tersebut, sehingga dia bisa berjalan dengan baik dan
ada pengawasan14.
3. Sebagai Motivator
Yaitu pemberi motivasi dan semangat dalam belajar dan berjuang
dalam menghadapi hidup. Dalam peran ini seorang pembimbing harus
benar-benar memiliki keilmuan terlebih dalam mengetahui psikologis
anak, dalam wawancara penulis dengan pembimbing beliau mengatakan
bahwasanya seorang motivator terlebih dahulu harus mengetahui akan
pengertian dari motivasi itu sendiri, yaitu kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup yang menimbulkan tingkah
laku dan serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Seorang motivator adalah pemberi semangat dan penggerak bagi
santri agar mereka bisa mendapatkan tujuan hidup mereka dan bisa
menggapai apa-apa yang mereka cita-citakan15.
Pemberian motivasi biasanya dilakukan setiap saat, dan motivasi
ini biasanya diberikan ketika santri sedang ada ujian nasional, ketika santri
mengalami gangguan dalam belajar pembimbing mengajarkan dan
mengarahkan dan telah itu mengawasi dari jauh secara terus menerus
hingga akhir ujian.
Motivasi juga diberikan ketika santri sedang mengadakan suatu
acara-acara besar ataupun kecil, tugas pembimbing hanya mengarahkan
14 Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010
15 Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010
63
apa-apa yang seharusnya mereka lakukan agar acara tersebut bisa berjalan
sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Namun santri juga tidak ingin
acara yang mereka adakan menjadi gagal karena kurangnya dukungan dari
pengasuhan, seperti tidak mempersulit santri dengan segala perizinan-
perizinan kegiatan16, dan harus bisa ngertiin perasaan santri juga17,yang
hasilnya nanti akan menurunkan semangat serta motivasi yang diberikan
pembimbing terhadap mereka.
C. Harapan Santri Tentang Peran Biro Pengasuhan Santri Yang
Seharusnya Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Santri Di
Pondok Pesantren Darunnajah
Selain mewawancarai para pembimbing di Pondok Pesantren
Darunnajah ini, peneliti juga berdialog dengan para santri yang tinggal
didalamnya. Tiga orang santri mengatakan mereka menginginkan sosok
seorang pembimbing yang benar-benar bisa menggantikan posisi orang tuanya
walaupun tidak akan seratus persen mereka merasakannya seperti kasih
sayang orang tuanya yang telah menitipkan mereka kepada Pondok Pesantren,
mereka ingin Biro Pengasuhan Santri bisa lebih mengerti keinginan santri-
santrinya18, mereka ingin dikasihi, disayangi, dihargai dan dipahami akan
setiap kegiatan-kegiatan yang mereka buat19, mereka ingin Biro Pengasuhan
16 Wawancara langsung dengan Ahmad Nurul Hadi, Tanggal 03 September 2010 17 Wawancara langsung dengan Andre Irawan, Tanggal 03 September 2010 18 Wawancara langsung dengan Ahmad Izudin, Tanggal 03 September 2010 19 Wawancara langsung dengan Ahmad Nurul Hadi, Tanggal 03 September 2010
64
Santri bisa memberikan solusi yang lebih baik terhadap seluruh permasalah
santri20.
D. Kesesuaian Antara Peranan Lembaga Dengan Harapan Santri Di Pondok
Pesantren Darunnajah
Setelah mendapatkan data hasil penelitian dari wawancara kepada
pihak Pondok Pesantren Darunnajah dan santri-santrinya, peneliti dapat
mengambil kesesuaian antara pendapat dari kedua belah pihak tersebut.
Menurut para pembimbing di Pondok Pesantren Darunnajah, peranan
mereka sebagai pembimbing adalah: sebagai pengganti orang tua asuh,
dimana dalam hal ini mereka harus benar-benar menguasai sosok orang tua
yang baik. Kemudian sebagai pendidik dimana pembimbing selain mengajar
mereka juga harus bisa mendidik, dalam hal ini terlebih pada kehidupan
sehari-hari santri tersebut. kemudian sebagai motivator dimana seorang
pembimbing harus benar-benar menjadi penyemangat santri dalam
menghadapi kehidupan mereka sebagai santri yang memondok di Pondok
Pesantren Darunnajah ini.
Santri Pondok Pesantren Darunnajah berpendapat bahwa peran seorang
pembimbing guna menjadikan santri itu sendiri mandiri adalah: menjadi
pengganti orang tua mereka dalam kesehariannya, kemudian sebagai orang tua
yang mau mendengarkan ide-ide kreatif yang mereka keluarkan guna untuk
menghibur santri-santri yang lain (tidak mematahkan semangat), kemudian
sebagai pendidik baik pendidikan formal maupun pendidikan agamanya,
20 Wawancara langsung dengan Imam Khairul Annas, Tanggal 03 September 2010
65
kebebasan dalam kreasi dan berekspresi, dan mereka juga mengatakan bahwa
bukan hanya pembimbing agama yang menjadi penanggung jawab atas
kemandirian santri tapi seluruh guru-guru,staf,pengurus khususnya harus
terlibat dalam mengatur dan mengawasi santri guna menjadikannya mandiri.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, bahwa peranan lembaga
dengan harapan santri di Pondok Pesantren Darunnajah sesuai dengan peranan
Biro Pengasuhan Santri yang ada di pondok pesantren Darunnajah ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian penulis, skripsi “ Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap
Permasalahan Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan”. Dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peranan Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah
Biro Pengasuhan santri berperan sebagai sebuah lembaga yang
ditunjuk atas sebuah institusi oleh Pondok Pesantren yang tugasnya
membantu melaksanakan segala apa-apa yang diinginkan oleh pimpinan
pesantren dalam hal mengasuh santri dalam kehidupan selain yang ada di
sekolahan, membina santri-santri khususnya pada kegiatan-kegiatan ekstra
kulikuler didalam kehidupan mereka sehari-hari selama 24 jam, dan
bergerak untuk mengatur kegiatan-kegiatan santri mulai dari bangun pagi
hingga tidur kembali. Biro Pengasuhan santri ini berjalan atas bantuan
Organisasi Santri Darunnajah (OSDN) seperti bagian sekertaris,
bendahara, bagian keamanan, bagian bahasa, bagian olah raga yang itu
semua sudah diberikan tanggung jawabnya kepada santri akhir, guna
mendidik mereka untuk belajar bertanggung jawab sebelum keluar
nantinya. Biro Pengasuhan Santri berperan sebagai pembimbing,
sedangkan pelaksananya itu diserahkan kepada OSDN (organisasi santri
darunnajah), peranan mereka yaitu membantu Biro Pengasuhan
66
67
menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari bangun pagi hingga dia tidur
kembali, pengasuhan hanya mendampingi dan mengawasi sejauh mana
kegiatan mereka ada hal-hal yang kurang maka biro pengasuhan Santri
akan memanggil organisasi tersebut, sehingga organisasi tersebut bisa
berjalan dengan baik dan ada pengawasan.
2. Harapan Santri Tentang Peranan Yang seharusnya Dilakukan Biro
Pengasuhan Santri Dalam Mengatasi Permasalahan Santri Di Pondok
Pesantren Darunnajah
Beberapa santri mengatakan mereka menginginkan sosok seorang
pembimbing yang benar-benar bisa menggantikan posisi orang tuanya
walaupun tidak akan seratus persen mereka merasakannya seperti kasih
sayang orang tuanya yang telah menitipkan mereka kepada Pondok
Pesantren, mereka ingin Biro Pengasuhan Santri bisa lebih mengerti
keinginan santri-santrinya, mereka ingin dikasihi, disayangi, dihargai dan
dipahami akan setiap kegiatan-kegiatan yang mereka buat, mereka ingin
BPS bisa memberikan solusi yang lebih baik terhadap seluruh permasalah
santri.
3. Kesesuaian Antara Peran Lembaga Dengan Harapan Santri Di Pondok
Pesantren Darunnajah
Peran Biro Pengasuhan Santri dalam mengatasi permasalahan
santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan sesuai
dengan harapan santri
68
B. Saran
1. Pihak Pondok Pesantren agar menambahkan tenaga kerja yang handal,
terampil, kreatif, dan mampu dalam bidang agama khususnya dan dalam
bidang formal pada umumnya, serta tenaga pengajar yang memiliki
kreadibilitas keilmuan yang profesional serta memiliki kapasitas,
integritas, dan loyalitas yang tinggi agar para santri lebih cepat dalam
menangkap pelajaran.
2. Diharapkan kepada pihak Biro Pengasuhan Santri, agar lebih
memperhatikan dan memahami apa-apa yang diinginkan santrinya. Serta
lebih menghargai dan mendukung kreatifitas yang sudah dibuat, agar
santri lebih bebas mengembangkan hasil pemikirannya masing-masing
guna mengembangkan kegiatan-kegiatan yang sudah ada ataupun
kegiatan-kegiatan baru yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran santri-
santrinya.
3. Biro Pengasuhan Santri dan Santri harus bekerjasama dengan baik dan
saling menghargai satu dengan yang lainnya.
STRUKTUR PENGURUS ORGANISASI SANTRI DARUNNAJAH MASA BHAKTI 2010-2011
Ketua : Jihad Ardhillah Jakarta Selatan Fathul Hadi Sumatra Sekretaris : Imam Khairul Annas Parahyangan Azharuddin Jakarta Selatan Bendahara : Muhammad Syarif Hidayatullah Sumatra Ahmad Turhamun Jawa Tengah-Jawa Timur Bagian Keamanan : Sadly El Udwany El Bagiz Kalimantan Galih Ariyo Trilaksono Jakarta Timur Asrul Sani Nasution Jakarta Selatan Muhammad Zakky Pahlevi Jakarta Pusat Oktarijal Abdul Razik Karami Jakarta Barat Yan Yan Fathurrahman Parahyangan Usman Jakarta Timur Bagian Pengajaran : Ahmad Nurul Hadi Sumatra Muhammad Abdan Muflih Bogor Fatkan Karim Atmaja Jakarta Utara Khairul Umam Jakarta Barat Muhammad Akhiruddin El Islamy Jakarta Timur Saefullah Banten-Cirebon Chaidir Ali Jakarta Barat Ridwan Nur Palah Parahyangan Bagian Bahasa : Muhammad Syarifuddin Hizbullah Jakarta Selatan
Ahmad Honest Qashidi Luar Negeri Ilhamsyah Maulana Rizki Jakarta Barat Anggi Prayuda Panggabean Sumatra Fauzan Adzim Winata Bogor Yogi Fery Hidayat Parahyangan Nazhiful Qolbi Parahyangan Bagian Penerangan : Haswarpin Yithzak Pradana Sumatra Imam Syafi’ie Jawa Tengah-Jawa Timur Muhammad Vaiz Hariri Parahyangan Guntur Andi Saputra Tangerang Ivann Ramadhan Jakarta Barat Bagian Koordinator : Efrilian Sumatra Arif Rahman Hakim Jakarta Selatan Seto Ganang Purwoko Tangerang
Hendy Darmansyah Jakarta Selatan Dika Septian Pratama Sumatra
Ahmad Izuddin Rahmatullah Jakarta Selatan Abdurrahman Jakarta Selatan Bagian Olahraga : Agus Purniawan Tangerang Rezza Adlihan Jaya Sumatra Fitrah Awaluddin Jakarta Utara Ali Azhar Jakarta Utara Hamdani Wahidin Indonesia Timur Firdaus Andika Ramadhan Parahyangan Alta Rega Pratama Parahyangan Bagian Kesenian : Fauzan Affan Zaki Jakarta Selatan
Alan Novandi Jakarta Barat Lukman Kholil Ahmad Tangerang Andre Irawan Jakarta Selatan Zainul Muhtarom Jakarta Barat Bagian Petik : Imam Farid Sumatra Ahmad Zaki Zamani Bogor Ahmad Shofi Habibie Jakarta Selatan Muhammad Nur Sirajuddin Sumatera Muhammad Melvin Nur Parahyangan Bagian Tapak Suci : Muhammad Fajrul Fuad Jakarta Timur
Prasetyo Adhi Nugroho Tangerang Muhammad Gilang Gumilar Parahyangan Ridho Irmansyah Tangerang Muhammad Ali Ibrahim Jakarta Selatan Viqi Rizky Alfiana Banten-Cirebon Bagian Penta : Faiz Febriyan Hafara Tangerang Dito Yuda Perwira Jakarta Selatan Muhammad Faisal Rahman Tangerang Bagian Sosial : Satrio Raharjo Bogor
Ahmad Faristyawan Yahya Jakarta Selatan Ahmad Wijaya Sumatera Muhammad Irham Romadhon Tangerang Bagian Dapur : Dori Sendra Kudus Sumatra
Ricky Zalkifli Putra Perdana Sumatra Nirwan Faisal Jakarta Timur Ibrahim Abdullah Jakarta Selatan Bagian Kesehatan : Akbar Pilayati Sumatra Hasan Asy’ary Dwiearto Sumatra Taufiq Suweleh Indonesia Timur Tawadhu Lil Hukmillah Jawa Tengah-Jawa Timur
Bagian Kebersihan : Abdul Chalim Jawa Tengah-Jawa Timur Betap Rachman Jakarta Selatan Ari Wijaya Sumatra Adimas Rama Dwiyanto Parahyangan Bagian Sabelana : Yusup Fadillah Parahyangan
Muhammad Hasan Basari Jawa Tengah-Jawa Timur Muhammad Mustakim Jakarta Selatan
STRUKTUR PENGURUS RAYON MASA BHAKTI 2010-2011
Indonesia Baru Lt 2 : Azka Amany Jakarta Utara Kifayatul Lizam Sumatra Cediawan Luhur Ahmadi Jakarta Selatan Nurmahmuddin Parahyangan Indonesia Baru Lt 3 : Alamsyah Jakarta Selatan Burhanuddin Zuhri Bogor Nasron Yusuf Jawa Tengah-Jawa Timur Ahmad Sayyid Nabil Jakarta Timur Indonesia Baru Lt 4 : Muhammad Fadillah Abdul Gani Jakarta Selatan
Muhammad Ridwan Yuhardi Jakarta Pusat Syamsul Ma’arif Jawa Tengah-Jawa Timur Syamsul Fuad Jakarta Barat Nusantara Lantai 1 : Muhammad Ridwan At-Taufiqi Jakarta Barat Nusantara Lantai 2 : Ahmad Farouq Jakarta Selatan Amirul Ihsan Rahardjo Jakarta Selatan Muhammad Rahmat Hidayat Kalimantan Muhammad Febri K. Jafar Indonesia Timur Rafdi Zihardi Jakarta Selatan Muhammad Fikri Sumatra Hadi Mukhtarom Sumatra Nusantara Lantai 3 : Adi Harjito Jakarta Barat Rifai Dermawan Sumatra Muhammad Audi Ghaffari Sumatra Sonni Prayogi Jakarta Barat Muhammad Zaki Jakarta Pusat Hafidz Maulana Fikri Kalimantan Muhammad Nurhadi Tribowo Indonesia Timur Makkah Lantai 2 : Khoirul Umam Parahyangan Fakhrul Rifqi Jakarta Selatan Madinah Lantai 2 : Ahmad Shadiqil Wa’di Indonesia Timur Arief Fadhli Indonesia Timur Madinah Lantai 3 : Luqman Hakim Priyono Jakarta Utara Harry Firmansyah Parahyangan
STRUKTUR PEMBINA GUGUS DEPAN PRAMUKA MASA BHAKTI 2010-2011
Gugus Depan 10.157 : Bindep : Fafa Zanuar Herdiman Tangerang Wabindep : Jalaluddin Assuyuti Tangerang Angduset : Ryan Alfian Jakarta Selatan Angduang : Muhammad Iqbal Bogor Angdulat : Fani Setiawan Jakarta Timur Bakhtiar Tangerang Angduperkap : Abyan Perdana Putra Bogor Nanda Aulia Akbar Tangerang Gugus Depan 10.159 : Bindep : Khaerul Kustian Parahyangan Wabindep : Fadel Muhammad Anugrah Bogor Angduset : Agil Abdi Aulia Tangerang Angduang : Ahmad Faisal Riwanto Jakarta Selatan Angdulat : Ahmad Faidhullah Jakarta Selatan Alifa Fadillah Parahyangan Angduperkap : Gugus Depan 10.161 : Bindep : Muhammad Thawwafi Alfiansyah Jakarta Utara Wabindep : Aliza Aulia Jakarta Timur Angduset : Hilman Maulidin Parahyangan Angduang : Andi Muhammad Irfan Indonesia Timur Angdulat : Ferdiansyah Ramadhan Sumatra Ade Rafri Parahyangan Angduperkap : Hadiatullah Sumatra Dani Perdana Sya’bani Tangerang
TATA TERTIB DISIPLIN SANTRI PUTRA Pondok Pesantren Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan
BAB I KETENTUAN UMUM
(Berisikan Penjelasan dan Istilah-istilah) Pasal I
DALAM TATA TERTIB INI YANG DIMAKSUD DENGAN:
1. Kepala Biro Pengasuhan adalah orang yang ditugaskan sebagai kepala dari Biro Pengasuhan Santri, yang bertugas untuk membimbing secara penuh jalannya yang ada di Pesantren Darunnajah.
2. Sekretaris adalah mereka yang ditugaskan pada Biro Pengasuhan Santri yang bertugas dalam kesekretariatan.
3. Bendahara adalah orang yang ditugaskan pada biro pengasuhan santri yang bertugas menetapkan dan menangani bagian-bagian/hal-hal yang berhubungan dengan keuangan.
4. Biro Pengasuhan santri adlah badan Pengurus Pesantren Darunnajah yang membawahi:
a. Organisasi Santri Darunnajah (OSDN) b. Pramuka c. Seni Bela Diri d. B.P
5. BP (Bimbingan Penyuluhan) adalah mereka yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan penyuluhan bagi para santri.
6. Pembimbingn adalah mereka yang ditugaskan pada biro pengasuhan santri yang bertugas untuk membimbing segala kegiatan-kegiatan yangb berkenaan dengan segala kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan ekstrakulikuler pesantren, dan dalam hal ini terdiri dari:
a. Pembimbing OSDN adalah mereka yang ditugaskan pada biro pengasuhan santri untuk membimbing jalannya program kerja pengurus organisasi santri.
b. Pembimbing pramuka adalah mereka yang ditugaskan untuk membimbing jalannya kegiatan/keorganisasian pramuka.
c. Pembimbing Silat adalah mereka yang ditugaskan untuk membimbing jalannya kegiatan/keorganisasian seni beladiri.
d. Pembimbing Pidato/Muhadhoroh adalah mereka yang ditugaskan untuk membimbing jalannya pembinaan latihan pidato dalam 3 bahasa (arab, inggris, Indonesia).
e. Musyrif adalah mereka yang ditugaskan untuk membimbing santri di rayon/kamar.
f. Wali kelas adalah mereka yang ditugaskan oleh biro pendidikan untuk membimbing santri di kelas.
7. Bagian keamanan adalah mereka yang ditugaskan pada biro pengasuhan santri untuk menangani keamanan santri.
8. Guru adalah mereka yang ditugaskan untuk mengajar dikelas pada jam sekolah sesuai dengan jadwal dan berfungsi sebagai:
a. Pendidik dan Pengajar b. Pembimbingn dan fasilitator c. Pengawas kegiatan santri d. Menjadi sutri tauladan santri
9. Santri adalah pelahar yang belajar di TMI (Tarbiyatul Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah) dan menetapkan di Darunnajah tingkat tsanawiyah dan Aliyah.
10. Rayon adalah sebuah gedung tempat tinggal santri yang terdiri dari beberapa kamar, Rayon tersebut terdiri dari:
a. Rayon Indonesia baru Lt.2 b. Rayon Indonesia baru Lt.3 c. Rayon Indonesia baru Lt.4 d. Rayon Nusantara Lt.2 e. Rayon Nusantara Lt.3 f. Rayon ASEAN g. Rayon Kholidiyah
11. Piket Rayon adalah anggota kamar yang ditugaskan untuk menjaga keamanan, kebersihan dan ketertiban rayon secara bergiliran.
BAB II TATA TERTIB SEKOLAH
Pasal 2
SERAGAM 1. Seragam sekolah yang telah ditentukan pesantren sebagai berikut:
a. Hari Sabtu : Pramuka b. Hari Ahad : Pramuka c. Senin dan selasa ; 1. Aliyah : Putih Abu-abu 2. Tsanawiyah : Putih Biru d. Rabu dan Kamis : Batik danCelana Putih
2. Memakai atributsekolah lengkap a. Badge b. Gesper c. Kaos kaki d. sepatu Pantovel berwarna hitam e. Memakai peci hitam saat apel pada hari sabtu pagi 3. Tidak diperkenankan memakai: a. Celana cutbray b. Peci warna-warni
c. Sendal atau sepatu gunung saat sekolah
Pasal 3 KELAS
1. Setiap santri wajib masuk kelas tepat waktu 2. Setiap pergantian jam pelajaran ditandai dengan bunyi bell 3. Saat bel masuk berbunyi, santri harus sudah berada di kelas 4. Jadwal masuk keluar masuk kelas sesuai dengan jadwal waktu shalat 5. Sebelum dan sesudah seluruh santri berdo’a dipimpin oleh ketua kelas atau yang
lainnya 6. Bagi santri yang berhalangan hadir atau tidak masuk kelas baik karena alas an sakit,
piket ataupun sesuatu hal lain, wqajib meminta izin kepada coordinator musyrif rayon masing-masing
7. Sebagaimana tercantum dalam ayat 6, santri wajib menunjukkan slip perizinan 8. Tanpa menunjukkan bukti kebenaran izin meninggalkan kelas maka dianggap absent
(tidak masuk kelas tanpa izin) 9. Setiap kelas dimana santri belajar harus dalam keadaan bersih dan tertib 10. Piket kelas wajib dating lebih awal, minimal 5 menit sebelum bel masuk 11. Setiap piket kelas berkewajiban untuk:
a. Membersihkan ruang kelas b. Mengambil dan mengembalikan absensi kelas dan peralatan tulis c. Mengisi atau melengkapi buku jurnal guru
12. Setiap ruang kelas wajib dilengkapi dengan: a. Jadwal piket b. Jadwal pelajaran c. Denah tempat duduk d. Struktur pengurus kelas e. Alat-alat kebersihan
13. Tidak diperkenankan untuk: a. Keluar kelas ketika jam pelajaran b. Membuat kegaduhan di kelas c. Mencoret-coret atau merusak milik sekolah d. Berbuat atau berlaku yang tidak sesuai dengan etika kesopanan
14. Apabila terjadi kekosongan dikelas saat jam pelajaran maka ketua kelas bertanggung jawab untuk melapor kepada bagian pengajaran TMI
BAB III TATA TERTIB UMUM
Pasal 4
KEWAJIBAN 1. Menjunjung tinggi Ukhuwah Islamiyah
a. Selalu menebar salam b. Saling menghargai c. Saling menghormati d. Bersikap tawadhu
2. Sholat berjamaah di masjid 3. Berada di masjid tiap-tiap waktu sholat, antara lai:
a. Sholat subuh seluruh santri harus sudah berada di masjid sebelum pelaksanaan sholat fardu agar membiasakan sholat sunnah fajar, dzikir serta tadarus
b. Sholat dzuhur seluruh santri harus sudah berada di masjid agar membiasakan sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah
c. Sholat ashar d. Sholat maghrib seluruh santru harus sudah berada di masjid maksimal 10
menit sebelum adzan serta agar mengikuti dzikir sore/tadarus dan melakukan shalat ba’diyah
e. Sholat isya’ 4. Mengikuti sholat jum’at berjamaah di masjid 5. Memakai baju koko putih dan peci putih sholat pada hari jum’at 6. Mengikuti dzikir setelah sholat 7. Mengikuti pelaksanaan sholat Ghoib setiap malam jum’at 8. Tadarus Al-Qur’an setelah sholat subuh, ashar dan maghrib serta memakai Al-Qur’an
besar bagi kelas I,II & intensif 9. Memakai seragam sekolah sebagaimana yang telah ditentukan oleh pesantren 10. Memakai sarung dan kemeja (bukan kaos) setiap malam ketika keluar kamar 11. Mengikuti Apel sabtu pagi, dengan catatan:
a. Bagian pramuka sebagai penanggung jawab pelaksanan upacara b. Musyrif sebagai penanggung jawab pengerahan santri ketempat upacara c. Majelis Guru TMI sebagai penanggung jawab Pembina upacara
12. Berada di kelas pada jam-jam pelajaran 13. Mengikuti acara Khutbatul arsy pada setiap awal tahun 14. Mengikuti semua kegiatan yang diwajibkan oleh pesantren 15. Membiasakan berbahasa resmi (arab dan inggris) dalam percakapan sehari-hari 16. Membiasakan bahasa arab dan inggris dalam surat menyurat di organisasi serta
pengumuman-pengumuman 17. Memakai pakaian olar raga pada waktu olahraga 18. Mengikuti senam pagi setiap selasa dan jum’at 19. Kembali kepondok paling lambat pukul 17.00 WIB 20. Mengakhiri semua kegiatan pesantren maksimal satu jam sebelum sholat maghrib 21. Memakai pakaian yang rapih, sopan, dan sesuai dengan nilai-nilai pesantren
darunnajah setiap saat 22. Berada di kamar dan istirahat pada pukul 22.00 WIB 23. membersihkan fasilitas umum setiap saat 24. Bagi setiap santri yang sakit, berobat di klinik pesantren 25. Menjalin komunikasi yang harmonis antara siswa, guru, administrator, karyawan,
pengurus pesantren dan yayasah 26. Menjaga mengamankan milik pribadi masing-masing 27. Lapor ke bagian penerimaan tamu jika ada wali santri yang akan menginap 28. memberitahukan kepada wali-walinya agar berpakaian sopan dan menutupi aurat pada
saat berkunjung ke Pesantren Darunnajah 29. Mendukung program kerja Organisasi Santri Darunnajah 30. Berada di dalam masjid sete3ngah jam sebelum khutbah jum’at 31. Memakai peci setiap sholat
Pasal 5 LARANGAN
1. Melanggar dari ketentuan wajib 2. Meletakkan Al-Qur’an tidak pada tempatnya 3. Meninggalkan Masjid sebelum melaksanakan sholat ba’diyah/tadarus 4. Tidur dan ngobrol pada waktu tadarus 5. Makan dan minum di dapur pada waktu tadarus Al-Qur’an 6. Membawa tamu ke asrama 7. Membawa dan membaca bacaan yang tidak mendidik dan tidak layak 8. Meninggalkan barisan (shaf) pada waktu dzikkir 9. Membawa dan memakai pakaian yang tidak sesuai ketentuan pondok pesantren,
antara lain: a. Levis b. Pakaian atau kaos yang bergambar metal, partai atau pet c. Pakaian berwarna dasar (transparan) dan sejenisnya
10. Membawa barang-barang elektronik apapun kecuali setrika 11. Membawa benda-benda tajam 12. Menelfon pada waktu-waktu tertentu:
a. Waktu belajar formal b. Waktu sholat/tadarus c. Waktu kegiatan pramuka, muhadhoroh/acara pesantren
13. Belajar dimasjid setelah pukul 22.00 WIB 14. Mencoret-coret atau merusak apapun hal milik per orangan atau milik pesantren 15. Kembali ke asrama pada waktu sekolah dan jam-jam belajar 16. Membuat seragam apapun keciali seragam kelaas lima akhir TMI 17. Mengambil alat-alat dari ruang makan dan dapur 18. Mengadakan pertemuan antara putra putri. Baik secara perorangan maupun
berkelompok di dalam dan diluar pesantren, kecuali untuk kepentingan organisasi dengan disertai pembimbing dan majelis guru
19. Menyimpan uang dikamar melebihi Rp 20.000 20. Mengancam atau mengintimidasi santri lain 21. Membuat kegaduhan atau keributan dimanapun 22. Membuang sampah sembarangan 23. Mengeluarkan ranjang tempat tidur dari kamar tidur 24. Memakai pakaian atau kaos bergambar saat sholat 25. Makan dan minum sambil berdiri atau berjalan 26. Merusak dan menghilangkan sarana listrik dan air milik pesantren 27. Merokok di dalam atau diluar pesantren 28. Menyelenggarakan acara dengan mengatas namakan kelas atau kelompok 29. Membuat atau menyanyikan (bagi gerakan pramuka) yel-yel atau gerak dan lagu yang
bertentangan dengan nilai-nilai pesantren dan syariat islam 30. Membuat seragam angkatan atau kelompok 31. Berkali-kali melakukan pelanggaran berat 32. Membawa dan meminum obat-obat terlarang 33. Menentang segala ketentuan yang telah ditetapkan olaeh pesantren 34. Tidur dimasjid
Pasal VI PIKET RAYON
1. Memakai seragam pramuka (tanda khusus piket) 2. Membersihkan rayonnya masing-masing, tiga kali dalam sehari (pukul 06.00-07.00,
11.00 -12.00, 17.30-18.30) 3. Menjaga kebersihan, kesehatan dan keamana selama bertugas 4. Mencatat di buku piket kejadian di rayon selama bertugas dan mengawasi setiap
orang yang memasuki rayon 5. Mengambil jatah makan di dapur:
a. Mengambil jatah makan di dapur utnuk anak yang sakit b. Melaporkan kebagian kesehatan OSDN c. Memintakan izin tidak masuk kelas ke pembimbing rayon dan mengantarkan slip
perizinan (tasdiq) ke kelas yang bersangkutan 6. Mengingatkan teman-temannya yang sedang dirayon dalam hal:
a. Kewajiban masuk kelas b. Kewajiban untuk pergi ke masjid c. Keawjiban untuk mengikuti tiap-tiap acara pesantren
7. Lapor kepada pengurus rayon apabila berhalangan 8. Tidak diperkenankan bagi piket rayon:
a. Tidur b. Mencuci c. Berjala-jalan keluar asrama selama bertugas
Pasal VII PIKET PINTU GERBANG
1. Ditentukan menurut jadwal dari bagian keamanan pesantren 2. Memakai seragam pramuka lengkap 3. Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan 4. Tidak diperkenankan bagi piket pintu gerbang:
a. Menerima titipan apapun dari santri b. Keluar pesantren tanpa izin c. Member izin santri
Pasal VIII PERIZINAN
1. Perizinan pulang diberikan satu kali dalam satu bulan 2. Santri yang akna izin pulang mendaftarkan namanya ke keamanan pasantren sehari
sebelumnya dan yang sudah mendapatkan izin harus menukarkan slipnya ke bagian keamanan OSDN
3. Santri wajib mengembalikan slip perizinan ke keamanan 4. Mengenakan pakaian yang sopan ketika perpulangan (kemeja) 5. Kartu perizinan dipegang oleh keamanan pesantren dan santri 6. Bagi santri yang kartunya hilang harap melaporkan ke keamanan 7. Tidak ada perizinan pada hari-hari efektif
8. Perizinan tidak dengan rekomendasi wali kelas tetapi langsung ke musyrif kamar 9. Tidak diperbolehkan memiliki dua kartu perizinan 10. Santri paling lambat kembali ke pondok pukul 17.00 WIB 11. Membayar administrasi sesuai yang telah ditentukan 12. Santri wajib menulis biodata/nama dipintu gerbang ketika keluar/masuk pondok
Pasal IX BARANG SITAAN
1. Barang sitaan menjadi hal milik pesantren 2. Barang sitaan tidak dapat diambil dengan alasan apapun
BAB IV
KLASIFIKASI PELANGGARAN Pasal X
PPELANGGARAN BERAT
1. Melakukan perbuatan yang melanggar syariat 2. Melawan, menghina atau melecehkan pengurus OSDN, guru-guru dan pimpinan serta
staf-staf pesantren 3. Keluar pesantren tanpa izin 4. Mengancam atau mengintimidasi terhadap sesama santri 5. Membuat kelompok-kelompok yang menyamai pengurus 6. Merusak nama baik pesantren 7. Menyalahgunakan perizinan dan memasukkan surat izin/tanda tangan 8. Membuat plesetan-plesetan dari bahas asing 9. Merusak dan mencoret-coret barang perorangan atau milik pesantren 10. Merusak dan menghilangkan serta mengambil milik orang lain 11. Membuat seragam apapun kecuali seragam kelas lima akhir TMI 12. Merusak inventaris organisasi (yayasan pesantren dll) 13. Menggunakan barang-barang inventaris oprganisasi untuk kepentingan pribadi 14. Berkelahi 15. Menyimpan, ,membawa dan meminum zat-zat yang memabukkan (miniman keras,
pil, serbuk, aibon dll) 16. Memakai peshiasan wanita (gelang, kalung dan cincin) 17. Merokok 18. Pertemuan putra-putri 19. Bermain gaple, catur dan seterusnya 20. Membawa HP (Handphone) dibuat ketentuan khusus
Pasal XI PELANGGARAN SEDANG
1. Membuat keributan di dalam masjid 2. Makan di dapur waktu tadarus al-qur’an 3. Terlambat pergi ke masjid waktu sholat atau tidak ke masjid 4. Tidak mengikuti kegiatan kepesantrenan
5. Memakai pakaian yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pesantren 6. Terlambat kembali ke pesantren 7. Tidak mengikuti sholat berjamaah di masjid 8. Memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan ketentuan 9. Tidak berbahasa resmi 10. Membuang sampah sembarangan 11. Tidur dikamar atau rayon orang lain 12. Menelepon tidak pada waktunya 13. Menjemur baju/pakaian tidak pada tempatnya
Pasal XII
PEALANGGARAN RINGAN
1. Meletakkan Al-Qur’an tidak pada tempatnya 2. Memakai Al-Qur’an kecil (kelas I, II dan intensif) 3. Tdak membawa Al-Qur’an pada waktu tadarus 4. Meninggalkan baris (shaf) pada waktu dzikir 5. Menjadi muadzin/imam sebelum mendapat izin dari bagian pengajaran OSDN 6. Tidur, belajar/bermain di tempat imam (mihrob) 7. Memakai peci selain songkok hitam, kecuali hari jum’at 8. Tidak membawa buku catatan muhadhoroh/mufrodat pada waktunya 9. Makan dan minum sambil berdiri/berjalan 10. Membeli makanan dirumah keluarga 11. Tidak memakai kaos kaki, sabuk dan peci pada waktu apel pagi 12. Tidak memakai peci pada waktu sholat
BAB V SANKSI-SANKSI
Pasal XIII
PELANGGARAN BERAT
1. Melanggar satu kali a. Cukur bersih dan meminta tanda tangan majelis guru yang bersangkutan b. Panggilan orang tua/wali
2. Melanggar dua kali a. Cukur bersih dan meminta tanda tangan majelis guru dan kepala biro pengasuhan
santri b. Pemberitahuan kepada wali santri c. Membuat surat pernyataan
3. Melanggar tiga kali a. Cukur bersih dan meminta tanda tangan majelis guru dan kepala biro pengasuhan
santri b. Panggilan wali santri c. Skorsing
4. Melanggar empat kali a. Dikembalikan kepada walinya
Pasal XIV PELANGGARAN SEDANG
1. Melanggar satu sampai dua kali
a. Cepak b. Meminta tanda tangan pengurus organisasi terkait c. Menghafal doa-doa atau juz amma
2. Melanggar tiga sampai empat kali a. Cepak b. Minta tanda tangan pengurus orgamnisasi terkait c. Meminta tanda tangan pembimbing organisasi terkait d. Dikategorikan pelanggaran berat
Pasal XV PELANGGARAN RINGAN
1. Melanggar satu sampai dua kali
a. Peringatan b. Menghafal doa-doa
2. Melanggar tiga kali a. Penegasan b. Meminta tanda tangan pengurus organisasi terkait c. Dikategorikan pelanggaran sedang
BAB VI KEPANITIAAN
Pasal XVI
APEL TAHUNAN (KHUTBATUL ARSY)
1. Penyelenggaraan a. Biro Pengasuhan Santri b. Panitia Khutbatuh Arsy
2. Peserta: a. Seluruh majelis guru (TMI, SD, TK, TPA) b. Pengurus harian pesantren (kepala Biro, staf dan seterusnya) c. Pelaksana sekertaris yayasan
3. Waktu : sesuai jadwal 4. Tempat : lapangan sepak bola 5. Undangan : Panitia 6. Absensi/notula : panitia 7. Rekaman : bagian dokumentasi 8. Foto : bagian dokumentasi 9. Acara : menyaksikan pembukaan dan penutupan upacara apel tahunan
Pasal XVII PERGANTIAN PENGURUS
ORGANISASI SANTRI DARUNNAJAH (OSDN)
1. Penyelenggara: a. Biro Pengasuhan Santri b. Panitia pergantian pengurus
2. Hadir : guru TMI 3. Waktu : sesuai jadwal 4. Tempat : sesuai jadwal 5. Absensi : panitia 6. Acara : -laporan pengurus
-Pelantikan pengurus
Pasal XVIII PERTEMUAN KONSULTASI WALI SANTRI
1. Penyelenggara:
a. Protokoler pesantren b. Lembaga dakwah dan pengembangan masyarakat c. Biro Pengasuhan Santri
2. Hadir: a. Pemimpin pesantren Darunnajah b. Kepala-kepala Biro, kepala-kepala sekolah c. Wali-walli santri
3. Waktu : sesuai dengan jadwal 4. Tempat : masjid darunnaja 5. Undangan : sekertaris pesantren 6. Absensi : sekertaris pesantren 7. Rekaman : bagian dokumentasi pesantren 8. Foto : bagian dokumentasi pesantren 9. Acara : silaturrahmi
BAB VII TATA TERTIB TAMU
Pasal XIX
1. lapor ke petugas keamanan (haris ma’had) pada waktu keluar masuk pesantren 2. setiap tamu yang berada dalam lingkungan pesantren wajib memiliki kartu identitas
tamu 3. kartu identitas tamu dapat diperoleh di bagian keamanan (haris ma’had) dengan
menyerahkatn KTP 4. berpakaian yang sopan dan menutup aurat (tamu putrid dianjurkan untukl memakai
kerudung/jilbab) ketika berada di lingkungan peasntren 5. mengikuti tata tertib yang telah di tetapkan oleh pesantren 6. tidak menemui santri pada waktu-waktu tertentu antara lain:
a. pada jam sekolah b. pada waktu sholat c. pada malam hari dari setelah sholat isya (maksimal 20;00 WIB) kecuali dalam
keadaan darurat 7. turut serta dalam menjaga kebersihan , ketertiban, dan keamanan lingkungan
pesantren 8. memarkirkan kendaraannya di tempat parkir 9. membuka kaca jendela mobil/membuka helm ketika keluar masuk pesantren 10. bagi tamu yang menginap, agar melapor ke bagian penerimaan tamu 11. menulis identitas diri pada buku tamu yang tersedia 12. tidak membuat kebisingan selama berkunjung (membunyikan tape/klakson dengan
suara yang keras) 13. tidak diperkenankan memasuki asrama
BAB XVIII KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal XX
1. bagi santri yang tidak bias dibimbing lagi diserahkan ke orang tua sesuai dengan
kebijaksanaan pimpinan pesantren 2. persidangan terhasap pelanggaran disiplin diklaksanakan oleh bagian keamanan
pesantren/biro ke pengasuhan santri 3. yang berhak mengadakan persidangan bagi kelas satu sampai kelas enam adalah
bagian keamanan dan bagian bahasa sepengetahuan/ seizin staf biro pengasuhan santri, untuk kelas lima dan kelas enam oleh staf biro pengasuhan santri
4. pelanggaran disiplin bagian-bagian OSDN yang lain diserahkan ke bagian keamanan 5. pakaian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. seragam sekolah b. seragam olahraga c. kepanitiaan KMD d. kepanitaiaan khutbatul arsy/porseka, perkhutsy e. seragam tampil marching band f. seragam OSDN
6. tata tertib santri tetap diberlakukan didalam pesantren saat liburan 7. tidak ada tindakan kekerasan dalam persidangan
Pasal XXI SURAT KEPUTUSAN
Nomor: 813.04/DN/V/2004
Tentang: LARANGAN HAND PHONE (HP) BAGI SANTRI DARUNNAJAH
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Salatan, Setelah
Mengingat: 1. bahwa pondok pesantren darunnajah adalah lembaga pendidikan islam yang
keberadaannya perlu didukung oelh semua pihak 2. bahwa terlaksananya disiplin perlu mendapat dukungan dari semua pihak
Menimbang:
1. bahwa handphone (Hp) adalah salah satu alat komunikasi yang bagi santri darunnajah lebih besar mudhorot dari pada manfaatnya
2. bahwa surat keputusan pimpinan pesantren No.05/DN/1998 tanggal 1 oktober 1998 tentang tata tertib disiplin santri, BAB III Pasal V bahwa santri dilarang membawa barang- barang elektronik , kecuali setrika
3. bahwa hasil rapat tim 19 ke 7. Tanggal 26 maret 2002 memutuskan keputusan razia Handphone
4. bahwa hasil rapat tim 19 ke 109, tanggal 6 mei 2004 keputusan penitipan handphone 5. bahwa hasil rapat tim 19 ke 135, tanggal 3 maret 2004 keputusan panitipan
handphone ke musyrif/ musyrifah 6. bahwa hasil rapat tim 19 ke 142, tanggal 28 april 2004 keputusan razia handphone 7. bahwa hasil rapat tim19 ke 143, tanggal 6 mei 2004 memutuskan pelanggaran
handphone bagi santri Darunnajah
Memutuskan:
MENETAPKAN
Pertama : santri putra dan putri dilarang menitipkan, menggunakan, menyimpan, atau memiliki handphone (HP) di lingkungan kampus darunnajah Kedua : pelanggaran terhadap larangan ini dikenakan hukuman sita Ketiga : handphone (HP) yang telah disita menjadi milik dan hak lembaga darunnajah dan tidak bias diambil kembali oleh siapapun Keempat : keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, sampai dengan batas waktu yang akan ditetapkan kemudian Kelima : apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini, akan diadakan penyempurnaan sebagaimana mestinya Keenam : keputusan ini disampaikan kepada santri pondok pesantren darunnajah untuk diketahui dan ditaati sebagai mana mestinya
Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal: 19 Mei 2004
BAB IX PENUTUP Pasal XXI
1. Ketentuan-ketentuan yang telah ada menyesuaikan dengan peraturan yang baru sejak
dikeluarkannya peraturan ini 2. Keputusan ini dibukukan dan si sosialisasikan kepada yang bersangkutan untuk
dilaksanakan 3. Hal-hal yang belum diatur ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan
pesantren
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal: 21 Juli 2008
Oleh: Pimpinan Pesantren dan Kepala Biro Pengasuhan
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
As’salamu’alaikum Wr,Wb
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama : Rahmat Hidayat
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NIM : 105052001763
Telah melakukan wawancara dalam rangka menyelesaikan skripsi dengan judul
“Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap Permasalahan Santri”.
Dengan demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Was’salamu’alaikum Wr, Wb
Jakarta, 22 September 2010
Ketua BPS, Wakil Ketua BPS,
( ) ( )
Wawancara Dengan Santri Atau Klien
Identitas santri:
Nama : Imam Khairul Annas
Kelas : 6 MAK
Alamat : Jl. Alamanda Elok 2 No.52 Kabupaten Bekasi
Hoby : Baca dan Tulis
Lokasi Wawancara : Kamar Pengurus, Pondok Pesantren Darunnajah
1. Apakah anda pernah memiliki masalah?
- ya, saya pernah memiliki masalah
2. Boleh saya tahu, masalah apa saja yang pernah anda hadapi?
- Ada masalah pribadi, ada juga masalah yang nyambungnya ke organisasi
3. Kira-kira apa masalah anda yang paling berat?
- Pas waktu itu saya jadi pengurus rayon, nah ketika ngasih hukuman tapi anggota yang
saya kasih hukuman itu malah lapor, itu menurut saya masalah yang paling berat
4. Bagaimana cara anda menyikapi masalah tersebut?
- dengan mengikuti peraturan Pondok, karma saya dipanggil bapak pimpinan setelah itu
menurut bapak pimpinan di botak ya setelah itu saya ngejalanin ajah (dibotak), karma
anggota saya itu lapornya ke polisi
5. Apakah anda pernah mendengar tentang BPS selama anda memondok disini?
- ya, pernah
6. Apakah anda sudah mencoba mencari solusinya melalui BPS?
- Pernah, pernah mencoba
7. Menurut anda, dimana saja BPS melakukan bimbingannya?
- Di masjid, di lapangan dengan cara mengumpulkan santri. Selain itu juga melakukan
pemanggilan bagi santri yang bermasalah
8. Siapa saja yang berperan?
- Yang paling berperan yang pasti kepala biro, wakil kepala biro, sama pembimbing
OSDN nya. Kepala bironya Al-Ustad Al-had Agus Sugianto, pembimbing OSDN nya
ustad Yusro’Lismar
9. Menurut anda kapan sebaiknya BPS melakukan bimbingan?
- Kalau bisa setiap waktu
10. Lalu apa harapan anda terhadap BPS?
- Semoga BPS dapat memberikan solusi yang lebih baik terhadap seluruh masalah
santri, bagi santri yang mempunyai masalah dan melaporkannya ke BPS
Darunnajah, 03 Sept 2010
Interviewer Interview
(Rahmat Hidayat) (Imam Khairul Annas)
Identitas Santri:
Nama : Faisal Rahman
Kelas : 6a IPA
Alamat : Jl. Komplek SEKNEG blok C4 No.16
Hoby : Berenang
Lokasi Wawancara : Kamar Pengurus, Pondok Pesantren Darunnajah
1. Apakah anda pernah memiliki masalah?
- ya, pernah
2. Boleh saya tahu, masalah apa saja yang pernah anda hadapi?
- dulu waktu jadi pengurus rayon waktu masih di rimba, nah itu kan rayon khusus
anak baru, jadi waktu itu hukuman yang saya berikan waktu itu terlalu parah, jadi
dia ga’ terima dan ngadu sama orang tuanya, lalu orang tuanya itu ngomong sama
ustad di biro pengasuhan santri. Lalu untungnya anak yang saya hukum itu
memang sudah terkenal kenakalannya oleh ustad sebagai anak yang bandel, jadi
saya selamat oleh ustad karena ustad-ustad itu membela saya
3. Kira-kira apa masalah anda yang paling berat?
- kalo paling berat itu mungkin masalah cinta kali ya, soalnya dulu waktu masih
pacaran orang tua saya ga’ setuju
4. Bagaimana cara anda menyikapi masalah tersebut?
- ya, Saya harus hadapin, soalnya orang tua saya memberikan sebuah pilihan, mau
pilih orang tua?Apa pacar? Ya, mau ga’ mau harus milih orang tua
5. Apakah anda pernah mendengar tentang BPS selama anda memondok disini?
- Pernah
6. Apakah anda sudah mencari solusinya melalui BPS?
- Belum pernah
7. Dimana saja BPS melakukan bimbingan?
- kemungkinan hanya di sekitar rayon tempat tinggal santri
8. Menurut anda pada waktu kapan saja sebaiknya BPS melakukan bimbingan?
- sebaiknya 24 jam, seperti masalah di kantin. Karma dikantin itu sangat kotor
apabila santri sedang istirahat
9. Siapa saja yang berperan?
- Para Ustad. Ustad Agus, Ustad Wahyu, Ustad Gusnadi
10. Lalu apa harapan anda terhadap BPS?
- mungkin, BPS sekarang itu terlalu ketat mungkin. Tapi saya di sini juga tidak bisa
menyalahkan karma memang sudah aturannya begitu hanya saja, hukuman yang
di berikan tu tidak setimpal
Darunnajah, 03 Sept 2010
Interviewer Interview
(Rahmat Hidayat) (Faisal Rahman)
Identitas Santri:
Nama : Ahmad Izudin
Kelas : 6b IPS
Alamat : Jl. Pahlawan No.29 Rempoa Ciputat
Hoby : Olahraga (Futsal)
Lokasi Wawancara : Kamar Pengurus, Pondok Pesantren Darunnajah
1. Apakah anda pernah memiliki masalah?
- Banyak,
2. Boleh saya tahu masalah apa saja yang pernah anda hadapi?
- Masalah ketahuan merokok diatas anggit. Dan waktu itu sebenernya bukan saya saja
yang merokok. Mungkin karena saya lagi basah banget, lagi ketahuan apes jadi saya
doang yang di botak.
3. Kira-kira apa masalah anda yang paling berat?
- Yang paling berat waktu saya kelas tiga, saya pernah sempat ga’betah disini kak.
Mungkin karena saya sering di palak sama kakak kelas/senior.
4. Bagaimana cara anda menyikapi masalah tersebut?
- Saya berkonsultasi dengan teman mungkin saya curhat-curhat dengan teman, tapi
bagaimana caranya saya mungkin orang tua saya ga’ boleh tahu masalah ini.
Mungkin Cuma teman-teman angkatan saya doang yang tahu. Yaitu teman-teman
saya ngebantuin gimana solusi yang baik,jadi bisa selesai masalah ini.
5. Apakah anda mendengar tentang BPS selama anda memondok disini?
- Pernah
6. Apakah anda sudah mencoba mencari solusinya melalui BPS?
- Belum pernah
7. Menurut anda dimana saja BPS melakukan bimbingannya?
- ya.. di sekitar asrama, di sekitar kelas , dan di sekitar kamar-kamar santri.
8. Pada waktu kapan saja BPS melakukan bimbingan?
- di waktu mau berangkat sekolah atau ga mau berangkat sholat, dan di waktu
misalnya ada acara-acara penting atau tamu gitu. Kapan aja dia siap
9. Siapa saja yang berperan didalamnya?
- Ustad agus sugianto, dan ustad wahyu
10. Apa harapan anda terhadap BPS terkait dengan permasalahan yang sedang
anda hadapi?
- Harapan saya BPS,. Agar bisa lebih mengerti santri. Dan jangan terlalu egois dengan
kemauannya. Y harus bisa pengertianlah dengan santrinya.selama ini kan BPS kan
mungkin terlalau egois dengan kemauannya, sedangkan santri tuh g terlalu gimana
gitu,. g terlalu diperhatikan atau gimana,. Sehingga dia maunya dia y santrinya
merasa tertekan. Itu yang merasa santri tidak betah di Darunnajah.
Darunnajah, 03 Sept 2010
Interviewer Interview
(Rahmat Hidayat) (Ahmad Izudin)
Identitas Santri:
Nama : Andre Irawan
Kelas : 6b IPS
Alamat : Jl. H. Gari Bintaro No.59a Jakarta Selatan
Hoby : Baca Novel
Lokasi Wawancara : Kamar Pengurus, Pondok Pesantren Darunnajah
1. Apakah anda pernah memiliki masalah?
- Pernah
2. Masalah apa saja yang pernah anda hadapi?
- Pernah ketahuan kabur sama merokok
3. Apa masalah anda yang paling berat?
- Pas ketahuan merokok
4. Bagaimana cara anda menyikapi masalah tersebut?
- Dibawa santai saja, y soalnya kan berani berbuat berani ber tanggung jawab
5. Apakah anda pernah mendengar tentang BPS selama anda memondok disini?
- Pernah
6. Apakah anda sudah mencobanya melalui BPS?
- mmm.. Belom kayanya
7. Menurut anda dimana saja BPS melakukan Bimbingan?
- Di daerah asrama saja dan lingkungan sehari-harinya
8. Lalu kapan sebaiknya BPS melakukan bimbingan?
- waktu-waktu diluar sekolah
9. Siapa saja yang berperan?
- Ustad agus sama ustad wahyu
10. Apa harapan anda terhadap BPS, terkait dengan permasalahan yang anda
hadapi?
- harapan saya kepada BPS mmm.. biar bisa mengertiin pikiran santri saja, jangan mau.
Jangan maunya seenaknya saja, jadi jangan maunya di turutin terus harus bisa ngertiin
perasaan santri juga. Itu saja
Darunnajah, 03 Sept 2010
Interviewer Interview
(Rahmat Hidayat) (Andre Irawan)
Identitas Santri:
Nama : Ahmad Nurul Hadi
Kelas : 6 MAK
Alamat : JL. Medan No.2 Lambaro Aceh Besar
Hoby : Olahraga (Futsal)
Lokasi Wawancara : Kamar Pengurus, Pondok Pesantren Darunnajah
1. Apakah anda pernah memiliki masalah?
- Tentu semua orang pasti punya masalah
2. Boleh saya tahu maslah apa saja yang pernah anda hadapi?
- mm.. karma saya orang rantau mungkin dari sisi keuangan dan masalah keluarga
3. Kira-kira apa masalah anda yang paling berat?
- yang paling berat y,. Kalau misalnya dari keluarga ada yang meninggal ya.. resiko.
Resiko kita harus tetap disini. Bingung pulangnya
4. Bagaimana cara anda menyikapi masalah tersebut?
- saya sering ke ustad ustad buat buka solusinya bagaimana cara yang harus saya
hadapi, y mungkin dari temen-temen dan ustad-ustad itu ya itulah kunci
5. Apakah anda pernah mendengar tentang BPS selama anda memondok disini?
- pernah
6. Apakah anda pernah mencari solusinya melalui BPS?
- tentu pernah
7. Dimana saja BPS melakukan bimbingan?
- di seluruh lingkungan Darunnajah karena Biro Pengasuhan Santri itu adalah yang
mengurusi santri mulai dari titik awal hingga titik terakhir
8. Lalu menurut anda Kapan sebaiknya BPS melakukan bimbingan?
- mmm.. Saat atau waktu yang dibutuhkan oleh santri utnuk bimbingan dari BPS
sendiri
9. Siapa saja yang berperan?
- Biasanya Ustad-ustad yang sering memberikan dukungan atau bimbingan kepada
santri itu, Ustad Agus Sigianto sebagai ketua Biro, atau Ustad Wahyu Fajri sebagai
wakil Biro, dan Ustad Yusro’ yusmar
10. Lalu apa Harapan anda terhadap BPS terkait dengan permasalahan yang anda
hadapi?
- Bisa mengerti keinginan santri, dan tidak membuat santri merasa tidak betah, dan
yang paling penting.. yang paling penting ya itu. Bisa membuat santri betah di
Darunnajah dengan segala aktifitas yang ada dan tidak mempersulit santri dengan
segala perizinan-perizinan kegiatan
Darunnajah, 03 Sept 2010
Interviewer Interview
(Rahmat Hidayat) (Ahmad Nurul Hadi)
Wawancara Dengan Pembimbing
Identitas Pembimbing
Nama : Ustad.Agus Sugianto
Usia : 45 tahun
Jabatan : Ketua Biro pengasuhan Santri
Alamat : Pondok Pesantren darunnajah
Lokasi wawancara : Kantor Biro Pengasuhan Santri
1. Apa itu BPS?
Jawab : BPS itu singkatan dari Biro Pengasuhan Santri. BPS ini sebuah lembaga yang
ditunjuk atas sebuah institusi oleh Pondok Pesantren yang tugasnya membantu
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah untuk membina santri-santri
khususnya pada kegiatan ekstra kulikuler dan kehidupan mereka sehari-hari
selama 24 jam, selain kegiatan santri yang ada di sekolah. Maka di BPS ini,.
Sangat luas sebenarnya cakupan yang harus dikerjakan. Diantara cakupannya
sebenarnya BPS itu bisa untuk lembaga ini mengembangkan 8 kecerdasan
manusia, semua ditangani oleh BPS sendiri.karena kalau dilihat dari
peranannya sebenarnya di sekolah itu lebih banyak pada sisi-sisi kognitif,
sedangkan kalau di BPS ini menangani hal-hal yang bersifat lain dari itu. Jadi,
bagaimana mengelolanya ini? Untuk meningkatkan kecerdasan yang ada itu
melalui kegiatan-kegiatan yang di kelola di Biro Pengasuhan Santri ini, yang
kita mendelegasikannya kepada OSDN (Organisasi Santri Darunnajah) . nah
itu di Organisasi Darunnajah tadi mengelola seluruh kegiatan anak-anak itu,
jadi kita guru-guru sebagai Pembina sebagai pengarah itu mengevaluasi
mereka, mengajarkan mereka, menilai mereka, mengarahkan mereka, apa
yang boleh di kerjakan, apa yang tidak boleh di kerjakan, dan mengingatkan
mereka jika ada kesalahannya, ya sifatnya ya mengasuh,mengasuh berarti
(Asah-asih-asuh ).
2. Siapa pencetus, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya?
Jawab :Kepengasuhan itu sebenarnya kalau di lihat dari sejarah ke Pesantrenan, maka
sejak awal adanya pesantren disitu sudah ada pengasuhan. Karena kalau kita
lihat Pesantren ini sebenarnya kan dia adalah ciri khas pendidikan asli
Indonesia, yang diluar negeri itu tidak ada. Maka awal mula ada pesantren,
disitulah ada pengasuhan. Cuman,. Menurut sepengetahuan saya lembaga
kepengasuhan ini ada kalau dahulukan kepengasuhan itu berpusat pada
kiyainya, tapi setelah ada Pesantren Gontor,. Maka Tri murti Pesantren Gontor
itulah yang menurut saya melembagakan kepengasuhan itu yang tidak di
tangani langsung oleh kiyainya, tapi kiyai itu mempunyai tangan kanan yang
membantu mereka yaitu di staff kepengasuhan. Jadi kiyai sebagai penguasa
tunggal, tapi didalam menjalankan roda kesehari-hariannya itu diwakilkan
kepada staff. Sama seperti di Darunnajah, sebenarnya kalau ini di katakan Biro
kepengasuhan sifatnya kita inikan peranan kita ini hanya membantu Pimpinan
tugas utamanya adalah membantu kiyai/pimpinan dalam melaksanakan
program-program yang memang sudah dicanangkan oleh Pimpinan Pesantren
sendiri.
3. Apa Visi dan Misi Biro Pengasuhan Santri?
Jawab : Kalau Visinya itu sebenarnya kita ingin menciptakan santri yang berkualitas
baik dari sisi mental, spiritual, dan kreatif. Kalau Misi-misinya itu kita
jabarkan dalam program kerja yang berhubungan dengan kegiatan santri, yang
kita delegasikan kepada santri-santri itu. Jadi mengadakan pertemuan
mingguan, mengevaluasi kerja mereka harian, mengadakan perlombaan-
perlombaan rutinitas yang bersifat mingguan, ada yang bersifat semesteran,
ada yang bersifat tahunan. Itu semuanya. Karma yang harus kita sadari itu
adalah bahwa pembentukkan mental itu terjadi karena timbulnya pergesekan,
pergesekan itu maksudnya santri kita beri tugas, itu kan ketika kita memberi
tugas kamu jadi bagian keamanan, secara otomatis dia akan berfikir
bagaimana menjadi keamanan yang baik. Dan itu adalah membentuk mental
dia, karma dia akan bertanggung jawab, dia akan berbuat semaksimal
mungkin, dia akan mengatur waktunya, dia akan berlatih menyelesaikan
masalah, dia akan berlatih menghadapi anak. Jadi Misinya adalah kita
mendelegasikan sebagian besar yang mengurus anak itu kepada santri-santri,
jadi kita ini ibaratnya sebagai Pembina, bukan sebagai pelaksana. Jadi disini
kita ingin membuat bahwa pesantren ini adalah dari mereka,oleh mereka dan
untuk mereka kegiatan ini, itu yang harus disariatkan kepada mereka
4. Apa peranan Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah?
Jawab : Seperti mungkin yang sudah saya singgung sebelumnya, peranan biro
pengasuhan santri ini adalah kita ini membantu, melaksanakan segala apa-apa
yang di inginkan oleh Pimpinan Pesantren, dalam hal mengasuh anak-anak
dalam kehidupan selain yang ada di sekolahan. Maka sebenarnya waktu yang
kita kerjakan ini banyak. Jadi kalau ada 24 jam sehari semalam itu, kita disini
mungkin bias 16 jam. Karena taruhlah sepertiganya itu untuk sekolah, pagi
dari jam 7 pagi, sampe umpamanya jam 7, 8, 9, 10, 11, 12, 1, 2 7 jam..
taruhlah 8 jam buat maksimal, itu seper tiga sehari semalam kan, dua per tiga
itu wilayah kita atau bisa dibilang sebuah patokan yang bersifat nisfy bukan
mutlak.
5. Bagaimana caranya Biro Pengasuhan Santri berperan di Pondok Pesantren
Darunnajah?
Jawab : Ustad Mahrus sering mengatakan “ Barang siapa yang berbuat banyak, maka
dia akan mempunyai kelebihan atau kartunya yang banyak juga”, maksudnya
bagaimana kita berbuat? Kita berbuat itu ya kita mengawasi santri, kita
menegur santri, kita mengarahkan santri. Itu cara kita berbuat. Maksudnya
mengarahkan itu adalah kita mengumpulkan organisasi santrinya, atau
mengumpulkan bagian-bagiannya, atau ketua-ketuanya, atau kadang-kadang
kita mengasih pengarahan secara umum,. Atau kita membuat kebijakan-
kebijakan yang bisa di kerjakan dan mempunyai pengaruh positif umum.
Contohnya: ketika berangkat sholat isya seluruh anak-anak harus sudah
membawa buku, dan setelah sholat isya tidak boleh balik ke kamar lagi sampai
jam setengah sepuluh malam. Kita berfikiran positif saja insya Allah kalo
mereka membawa buku itu dia akan membaca karena melihat temannya
membaca juga. Disamping kita mungkin keliling, melihat,memantau,. Kita
menegur,. Karena harus disadari anak yang hidup di dalam pesantren itu
tarulah diasrama itu, kadang-kadang itu memperhatikan siapa yang sering
menegur mereka, itulah yang mungkin akan di perhatikan. Adanya dia, itu
akan mempunyai pengaruh kepada mereka. Lain kalau orang yang cuek aja gt,
mau lewat seribu kali anak melanggar diam aja juga akan tetap aja melanggar
dia.tapi kalo kita sering menegur, apapun posisi kita kalo kita terus menegur
kadang-kadang kita memarahi dia, melihat kita lewat saja itu sudah
mempunyai pengaruh positif, jadi bagaimana kita berperan di pengasuhan ini
sebenarnya itu juga menjadi tolak ukur keikhlasan seseorang dalam membina
anak secara kaffah, artinya seratus persen gitu kan!
6. Siapa saja yang berperan dalam menjalankan lembaga ini?
Jawab : Kalo lembaga ini yang berperan adalah ya dari pimpinannya, dari guru-
gurnya ya semuanya. Itu yang ditanyakan kan siapa saja yang berperan dalam
menjalankan lembaga ini,kan? Ya dari Pimpinan terus diteruskan kepada kita-
kita ya dari teman-teman Pengasuhan ini, dikemudian dibagi-bagi lagi ke
bagian keamanan, sekretaris, penanggung jawab sekertaris, penanggung jawab
pramuka, bendaharanya, ada ketuanya, terus ada penanggung jawab di tiap-
tiap bidang. Ya itu semua ada strukturnya seperti itu. Kalo seandainya Biro
Pengasuhan ini baik, itu sebetulnya bukan Ansigh dari ketuanya, karena ibarat
sebuah bangunan yang ikut campur tangan itu banyak. Harus kita melihat
seperti itu, seberapapun peran seseorang, seseorang tersebut mempunyai
peranan yang positif, seberapapun. Walaupun dia bukan orang pengasuhan,
tetapi dia sudah membantu Pengasuhan . karma hakikatnya siapapun yang
menjadi guru di Pesantren ini, dia hakikatnya adalah juga sebagai pengasuh.
Kalau toh disini diadakan yang namanya lembaga kepengasuhan, itu hanyalah
untuk formalitas struktur keorganisasian. Tapi hakikatnya adalah seluruhnya
mempunyai peranan dalam mengasuh ini. Dan yang menjadi prioritas adalah
karma ini sebuah lembaga siapa yang memungkinkan untuk mengendalikan
lembaga ini dan siapa yang mempunyai kemampuan untuk di lembaga ini.
Maka dia bisa disini. Bisa alumni darunnajah atau bukan alumni darunnajah.
Dia harus punya ketegasan, dan karena sering berhubungan dengan anak maka
dia harus berani dibenci, kenapa? Karena kita ini pada posisi lembaga, yang
kadang-kadang anak itu tidak menyukai kita karena kita membuat aturan-
aturan yang kadang-kadang itu membatasi keinginan mereka pada masa itu.
Walaupun suatu ketika dia akan menyadari kenapa kita berbuat seperti itu.
7. Bagaimana hasil dari peranan Biro Pengasuhan Santri selama ini?
Jawab : Kalo menurut saya pribadi. Apa-apa yang dikerjakan biro pengasuhan santri
ini termasuk oleh peserta dan semuanya, kita tidak bisa menilai sesaat karena
pengasuhan ini adalah mendidik. Dan hasilnya tidak bisa dianalogikan seperti
kita makan bakso, atau seperti kita makan pangsit. Wah ini bakso enak! Besok
datang kesini lagi. ga bisa, tetapi hasilnya itu adalah sepuluh tahun yang akan
datang dan dua puluh yang akan datang. bukan hanya ingatan memory, tapi
lebih kepada internalisasi nilai, jadi pemahaman seseorang tentang pendidikan
yang ada disini itu kadang-kadnag dia sudah menyatu, penyatuannya itu
kadang-kadang disadari, kadang-kadang tidak disadari. kadang-kadang dia
sadar setelah mengadakan perenungan lama. Jadi ga bisa kita buat seperti itu
semuanya, waah mungkin lima tahun yang akan datang dia sudah hebat. Itu
tidak bisa seperti itu, karena itu hasil pendidikan. Jadi ibaratnya, kalo saya
menganalogikan, kita bisa berjalan karena proses kita merangkak, ngesot,
merangkak, jatuh bangun, dan itu di bangun dari dasar pada saat masa-masa
penting itu, masa-masa penting anak itu kan masa-masa Daarul Murahaqoh.
Yaitu masa pancaroba . masa pancaroba itu ketika dia berada di lingkungan
yang baik maka dia akan baik,. Jika dia berada di lingkungan yang tidak baik
maka dia akan hancur. Maka kalau di tanya hasilnya bagaimana? Saya cukup
senang kalau melihat anak-anak ini mereka bisa beraktifitas
mengaktualisasikan dirinya dengan baik. Terus mereka bisa membawa adik-
adiknya dengan baik, bisa sholat berjamaah dengan baik, kehidupan sehari-
hari mungkin dengan baik, bisa berolahraga dengan baik. Itu saya kira hasil
yang bisa dilihat secara sekilas. Tetapi hasil yang lebih jauh lagi itu akan bisa
di lihat karena orang umum mengatakan bahwa sebuah lembaga bisa di lihat
bagaimana alumninya. Maka alumni itulah yang mempunyai tanggung jawab
besar kepada sebuah lembaga. Tapi Kalau yang sering di katakan sama ustad
mahrus amin itu, kalau Input nya itu kain belacu, maka keluarnya pun akan
tetap kain belacu Cuma kita berusaha untuk menjahitnya lebih rapih. Tapi
ibaratnya tidak mungkin kita menanam semangka berbuah apel haha,. Seperti
itu kan! Tapi kita bukan seperti itu, kita cukup berusaha bagaimana caranya
anak itu menjadi alumni yang baik. Untuk manjadi alumni yang baiknya itu
perlu proses, dan memprosesnya itu perlu kesabaran, banyak tantangan, perlu
doa, perlu Mujahadah, perlu keikhlasan, dan yang itu kadang-kadang juga
menggoda kita.
Pondok Pesantren Darunnajah,
Jakarta, 16 September 2010
Kepala Biro Pengasuhan Santri
(Ustad. Agus Sugianto)
Identitas Pembimbing
Nama : Ustad.Wahyu Fajri
Usia : 37 tahun
Jabatan : Wakil Ketua Biro pengasuhan Santri
Alamat : Jl. H.R Edi Sukma Km ke-16
Lokasi wawancara : Kantor Biro Pengasuhan Santri
1. Apa itu BPS?
Jawab : BPS itu Biro Pengasuhan Santri, yang bergerak untuk mengatur kegiatan-
kegiatan santri mulai dari dia bangun pagi hingga dia tidur kembali
2. Siapa pencetus, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya?
Jawab : Pencetus BPS ini memang sudah lama dari pak kiyai ketika mendirikan ini
berawal dari Pondok Pesantren Gontor, itu ada namanya Biro Pengasuhan
Santri karena kiyai kita memang berasal dari Pesantren Gontor dan
menamakannya BPS. Pencetusnya sih sudah lama dari gontor itu sudah ada
namanya Biro Pengasuhan. Ya yang telibat didalamnya itu adalah semua guru-
guru yang ada di dalam, jadi semua guru-guru yang mukim dan tinggal
didalam Pesantren maka dia terlibat didalam BPS
3. Apa Visi dan Misi Biro Pengasuhan Santri?
Jawab : Visinya itu sama dengan yang dibuku yang dijelaskan, yaitu mencetak
manusia yang Mutafaquh Fiddin. Ya Misinya itu ya mencerak manusia juga
yang berakhlak mulia kemudian,. ya intinya akhlak mulia lah, ya..
4. Apa peranan Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah?
Jawab : Biro Pengasuhan Santri ini peranannya kalau di luar ya di Darunnajah ini ada
Biro Pendidikan, ya Biro Pendidikan ini tugasnya ya dia mengatur disekolah,
sedangkan Biro Pengasuhan dia mengatur kegiatan santri yang diluar sekolah,
khususnya kegiatan-kegiatan yang ekstra kulikuler, tetapi dia tetap mulai dari
dia bangun pagi sampai dia tidur kembali itu kegiatan-kegiatannya itu sudah di
atur oleh Biro Pengasuhan Santri
5. Bagaimana caranya Biro Pengasuhan Santri berperan di Pondok Pesantren
Darunnajah?
Jawab : Biro Pengasuhan Santri ini tidak akan berjalan tanpa ada bantuan bawahan ya
yang disana juga ada bagian sekertaris, bendahara, bagian keamanan, bagian
bahasa bagian olah raga. Yang itu semuanya sampai bagian-bagian yang
lainnya itu juga sudah ada di santri, ya Biro Pengasuhan Santri ini berperan
sebagai pembimbing, sedangkan pelaksananya itu diserahkan kepada
Organisasi , yang kalau diluar itu namanya OSIS sedangkan disini namanya
OSDN (Organisasi Santri Darunnajah), nah itu mereka peranannya itu
membantu Biro Pengasuhan Santri menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari
bangun pagi hingga dia tidur kembali, pengasuhan hanya mendampingi
mengawasi sejauh mana kegiatan mereka kalaupun ada hal-hal yang kurang
maka Biro Pengasuhan Santri akan memanggil organisasi tersebut, sehingga
dia bisa berjalan dengan baik dan ada pengawasan. Apalagi organisasi santri
ini masih siswa, kadang-kadang masih ada peranannya dengan adik kelasnya
mungkin tindakannya kurang baik, ya ini Biro Pengasuhan Santri ini akan
membimbing mereka
6. Siapa saja yang berperan dalam menjalankan lembaga ini?
Jawab : Ya yang telibat didalamnya itu adalah semua guru-guru yang ada di dalam,
jadi semua guru-guru yang mukim dan tinggal di dalam Pesantren maka dia
terlibat di dalam BPS
7. Bagaimana hasil dari peranan Biro Pengasuhan Santri selama ini?
Jawab : Ya Alhamdulillah dengan adanya Biro Pengasuhan Santri ini kegiatan
sekolah mereka jauh lebih baik, lebih disiplin, tepat waktu, kemudian sholat
juga mereka tepat waktu, ibadah tepat waktu, assholatu ala waqtiha (sholat
sesuai dengan waktunya) itu Biro Pengasuhan Santri sampai saat ini ya
Alhamdulillah mereka mulai dari kelas satu sampai kelas enam itu semuanya
wajib sholat berjamaah dimasjid tanpa terkecuali, kemudian peranan yang
lainnya banyaklah dari kegiatan-kegiatan muhadhoroh, latihan pidato mereka.
Kemudian seni, bahkan sampai seni yang namanya mungkin kurang diluar
band misalnya, itu hasilnya ya peranannya mereka Biro Pengasuhan Santri ini
dari segi ibadah dan segi ekstrakulikuler yang lain pramuka dan lain
sebagainya ya Alhamdulillah ya sudah baiklah sampai saat ini, Bahkan ada
beberapa kejuaraan-kejuaraan yang diraih oleh santri ya atas nama Biro
Pengasuhan Santi
Pondok Pesantren Darunnajah,
Jakarta, 24 September 2010
Wakil Kepala Biro Pengasuhan Santri,
(Ustad. Wahyu Fajri)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, Teori-teori Konseling Agama dan Umum, Jakarta: Gondel Trayon Press, 1996, cet.
Ke-3 ------- Pengantar bimbingan dan konseling Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta; Pren Halindo,
cet. Ke-1 ------- Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, Edisi 2, cet.
Ke-4 ------- Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bina Aksara, 1995, Cet. Ke-3 Anas Madhuri, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Ummat, Surabaya: Departemen
Agama, 2002, cet Ke-1 Buku Panduan Santri Baru Pondok Pesantren Darunnajah, Penerbit: Pondok Pesantren
Darunnajah, Tahun Ajaran 2010-2011 Buletin Darunnajah, Media Informasi Tahunan Edisi XXIV, Juni 2010. Penerbit: Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, 1971 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1998 Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiayi, Jakarta:
LP3ES,1986, Cet. II Ensiklopedi Islam, Jakarta: Depag, 1992/1993 Geertz, Clifford, Abangan Santri, Priyayi Dalam Pandangan Masyarakat Jawa, terj.Aswab
Mahasin, judul asli; The Religion of Java, Cet. Ke-2, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983
Haedari, Amin. Hanif, Abdullah dkk. Masa depan Pessantren. Dalam tantangan modernitas
dan tantangan kompleksitas global, Jakarta: IRD PRESS.2004, Cet. Ke-1 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996 Machfoeld, KI M.A, Filsafat Da’wah-Ilmu Da’wah dan Penerapannya, Jakarta: Bulan
Bintang, 1975, cet, ke-1 Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Cet. Ke-1, Jakarta:
Paramadina, 1997
McLeod, John, Pengantar Konseling, Teori Studi dan Studi Kasus, Jakarta; Prenada Media,
2006, cet. ke-1 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007,
Cet. Ke-33, edisi revisi Mursell, J. L. Succesful Teaching, disusun oleh Nasution M.A, “Mengajar Dengan Khusus”,
Bandung: I Jemmars, tth Masdar F. Mas’ud, Direktori Pesantren, Jakarta: P3M, 1986 Muslim, A. Husaini. Shahih Musli, Beirut: Daar El-Fikri, 1993, Jilid-2 Prayitno, ed dan Amti Erman, Program Bimbingan dan Konseling Prayitno, M dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta,
2004, Cet, ke-2 Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet, ke-1 Sudjuko Prasadjo, Profil Pesantren, Jakarta: P3M, 1982 Salbiah. Konsep Diri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis intergrasi)”,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset,
1993, Cet. Ke-7 Wawancara dengan Santri, Andre Irawan
Wawancara dengan Santri, Ahmad Izudin
Wawancara dengan Santri, Ahmad Nurul Hadi
Wawancara dengan Santri, Imam Khairul Annas
Wawancara dengan Santri, Faisal Rahman
Wawancara dengan Ustad. Agus, Ketua Biro Pengasuhan Santri
Wawancara dengan Ustad. Wahyu Fajri, Wakil Biro Pengasuhan Santri
Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: PT Ciputat Press, 2005, Cet. Ke-2
PERAN BIRO PENGASUHAN SANTRI TERHADAP PERMASALAHAN SANTRI DI
PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh:
RAHMAT HIDAYAT
NIM. 105052001763
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010 M
PERAN BIRO PENGASUHAN SANTRI TEHADAP PERMASALAHAN SANTRI DI
PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi pensyaratan memperoleh
Gelar sarjana ilmu sosial islam
Oleh:
Rahmat Hidayat
NIM.105052001763
Dibawah Bimbingan,
Nurul Hidayati S.Ag, M.Pd
NIP.19690322 199603 2 001
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini
Ciputat, 8 Desember 2010
Rahmat Hidayat
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERAN BIRO PENGASUHAN SANTRI TERHADAP PERMASALAHAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 7 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI).
Ciputat, 7 Maret 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputtra, M.A NIP. 19700903 199603 1 001
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Sugiharto, M.A. NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota
Penguji I
Drs. Nasichah, M.A. NIP. 19671126 199603 2 001
Penguji II
Dr. Suparto, M. Ed. NIP. 19710330 199803 1 004
Pembimbing
Dra. Nurul Hidayati, M. Pd. NIP. 19690322 199603 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur atas segala nikmat penulis limpahkan ke
hadirat Allah SWT yang Maha Besar dengan segala kebesaran-Nya, dan Maha Kuasa dengan
segala Kekuasaan-Nya, yang telah memberikan hidayah kepada hamba-hamba yang
mengharapkan keridhaan-Nya, yang dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan sholawat beserta salam senantiasa dilimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya
serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi baik yang menyangkut pengumpulan bahan,
prosedurmaupun kondisi objektif di lapangan dan sebagainya. Namun ridho Allah SWT dan
kesungguhan serta kerja keras penulis akhirnya dapat melewati kesulitan itu dan semuanya
tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin sekali mengungkapkan rasa kasih yang tulus dan ikhlas serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputtra, MA. Selaku Pembantu Dekan I, dan
Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA Selaku Pembantu Dekan II yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Drs. Azwar Chotib Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Ibu Dra. Rini L. Prihatini, M.Si Selaku ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
yang sangat membantu memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iv
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA Selaku Sekertaris jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
yang juga sangat membantu penulis dalam literatur nilai.
5. Ibu Nurul Hidayati S.Ag, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sangat
penulis hormati akan kesabarannya selama ini, yang juga memotivasi dan mendorong
penulis untuk tidak menyerah ditengah jalan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
Ibu kelak.
6. Drs. KH. Mahrus Amien, selaku Pendiri Pondok Pesantren Darunnajah
7. Drs. KH. Sofyan Manaf, M.Si selaku Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah
sekaligus penandatangan surat perizinan penelitian dan wawancara lembaga
8. Ustad. Agus Sugianto selaku kepala Biro Pengasuhan Santri
9. Ustad. Wahyu fajri selaku wakil dari kepala Biro Pengasuhan Santri
10. Seluruh staf dan karyawan Pondok Pesantren Darunnajah yang dahulu juga pernah
mendidik penulis sewaktu memondok, dan yang membantu dan memberi semangat
penulis guna menyelesaikan tugas akhir, semoga sehat selalu.
11. Bapak dan ibu dosen khususnya yang mengajar pada jurusan BPI yang telah rela
memberikan ilmu mereka kepada penulis selama mengikuti kuliah, Semoga jasa-jasa
bapak dan ibu dapat diterima dengan baik oleh semua yang di didiknya
12. Khusus kepada Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Djamhari Akhfasy dan Ibunda
Hj. Siti Rosyadah. Akan pengorbanan yang tidak ada hentinya, kesabaran yang
melebihi segalanya, kekompakkan yang menggambarkan jati diri orang tua yang baik,
dan do’a yang tidak pernah berhenti bahkan sampai detik ini. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan yang telah ayah dan ibu berikan, sehat wal afiat, dan
diringankan dari segala beban hidupnya. Amiin,.
13. Kepada kakakku yang paling cantik Rahmawati, adik-adikku Muhammad Faisal,
Fadjriyah Masitoh, Ahmad Faidzin Soleh, Farouk Abdul Aziz. Yang turut andil
v
memberi semangat setiap harinya, yang selalu mendoakan penulis. Semoga Allah
memberi kesehatan kepada mereka. Amiin,.
14. Kepada teman-teman dan sahabat-sahabatku khususnya Alumni Pondok Pesantren
Darunnajah angkatan 28 khususnya kepada Fahlevy Hasyim, M Iqbal Perdana, M
Irfan yang memberi semangat dan mengingatkan kepada penulis dan sebagai sahabat
sejati, semoga persahabatan kita abadi,.
15. Kepada seluruh sanak saudara, bang sam, kak yuni, aman, dan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang juga turut serta memotivasi penulis ketika sedang
mengalami kesulitan.
16. Teman-teman BPI seangkatan 2005, juvendra, Jamal, Bima, Wahyu, Ade, Dino,
Agus, Bari, Ruyatna, Jefry, Mufi, Sukron, Harid, Qory, Mulya, Galuh, Anti, Dwika,
Maryanah, Via, Maya, Reninta, Laily, Eneng, dll. Yang telah banyak mengajarkan
hal-hal bermakna.
17. Serta terimakasih untuk semua orang yang telah kenal dan mengenali penulis yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas kesempatan dan kenangan yang
diberikan, wish You All the best_
Mudah-mudaha Allah SWT membalas segala budi baik dan bantuan semua pihak yang
telah diberikan kepada penulis. Kritik dan saran sangat penulis butuhkan guna memperbaiki
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
Jakarta, 8 Desember 2010
Penulis
vi
ABSTRAK Rahmat Hidayat Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap Permasalahan Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan
Seorang pembimbing di Pondok Pesantren dituntut harus mampu melakukan peranan
yang berbeda-beda dari berbagai jenis permasalahan yang ditimbulkan. Dari jenis-jenis
permasalahan tertentu kadang-kadang pembimbing harus berperan sebagai seorang teman,
kadang-kadang berperan sebagai pendengar yang baik, dan bahkan menjadi pengganti orang
tua sementara sebagai objek untuk meluangkan isi hati guna mendidik dan memotivasi
permasalahan yang sedang mereka alami.
Bimbingan yang dilakukan Biro Pengasuhan Santri terhadap Permasalahan santri
yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah ini merupakan satu cara untuk mengembalikan
semangat santri yang hilang akibat berbagai macam permasalahan yang sedang dialami oleh
santri-santrinya. Masalah yang sering dialami biasanya seperti: masalah ketahuan merokok,
keuangan, masalah kekerasan, organisasi, dan bahkan masalah pribadi yang sering membuat
santri menjadi tidak bisa leluasa dalam menjalani kegiatan-ketiatannya sehari-hari. Biro
Pengasuhan santri merupakan salah satu lembaga yang membantu Pimpinan Pondok
Pesantren dalam hal mengasuh, mendidik, dan mengawasi santri-santri mulai dari bangun
pagi hingga mereka tidur kembali.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan perubahan kepada setiap orang
dan santri khususnya agar lebih berhati-hati dalam menyelesaikan segala permasalahan-
permasalahan yang ada dalam keluarga ataupun yang ada pada lingkungan sehari-harinya,
karena setiap orang pasti mempunyai masalah tergantung bagaimana cara mereka untuk
menyikapinya.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Dalam penulisan
ini penulis bermaksud mengungkap fakta-fakta yang tampak di lapangan dan dianalisa serta
disajikan dalam suatu pandangan yang utuh tentang peran Biro Pengasuhan Santri terhadap
permasalahan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Dalam hal ini,
penulis melakukan wawancara langsung dengan ketua dan wakil ketua dari Biro Pengasuhan
Santri dan santri yang memiliki masalah tentunya.
vii
Dari penelitian ini penulis dapat menyimpulkan, bahwa peran Biro Pengasuhan Santri
yang dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah terhadap permasalahan santrinya antara lain
sebagai berikut: dapat teratasinya masalah-masalah yang ringan maupun berat, dapat
memberikan energi yang positif kepada santri, menambah kadar keimanan santri, memberi
peluang untuk santri dalam berkreasi sehingga santri-santri pun bisa lebih betah tinggal, dan
sekalipun lulus mereka tidak akan lupa orang-orang yang telah mengasuh dan membina
mereka, minimal mereka masih mengingat akan pesan-pesan yang telah diberikan ketika
mereka masih memondok.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Batasan Dan Perumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
D. Metodologi Penelitian....................................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka............................................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing
1. Pengertian Peran ......................................................................................... 16
2. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan...................................................... 17
3. Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan ............................................................ 20
4. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan............................................................ 21
B. Pesantren Dan Permasalahan Santri.................................................................. 22
1. Pengertian Pesantren................................................................................... 22
2. Elemen Pesantren........................................................................................ 24
3. Bentuk-bentuk Pesantren ............................................................................ 27
4. Permasalahan Santri.................................................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI
DAN BIRO PENGASUHAN SANTRI
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah ............................................ 32
ix
1. Struktur ....................................................................................................... 32
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah ..................................... 33
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah ............................................. 37
4. Organisasi Kelembagaan ............................................................................ 38
5. Program Pesantren ...................................................................................... 39
6. Prestasi ........................................................................................................ 40
7. Sarana dan Prasarana .................................................................................. 41
8. Ekstra Kurikuler.......................................................................................... 41
B. Gambaran Biro Pengasuhan Santri ................................................................... 42
1. Sejarah Berdirinya Biro Pengasuhan Santri................................................ 42
2. Kewajiban dan Tanggung Jawab ................................................................ 43
3. Program Kerja............................................................................................. 44
4. Revolusi Kepengasuhan.............................................................................. 46
5. Kegiatan Tahunan ....................................................................................... 48
6. Sarana dan Prasarana .................................................................................. 51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Informan ........................................................................................... 52
1. Klien............................................................................................................ 52
2. Pembimbing ................................................................................................ 54
B. Peranan Biro Pengasuhan Santri....................................................................... 58
C. Harapan Santri Tentang Peranan Yang Seharusnya Dilakukan Dalam Mengatasi
Permasalahan Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah ................................... 63
D. Kesesuaian Antara Peranan Lembaga Dengan Harapan Santri Di Pondok
Pesantren Darunnajah ....................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x