Post on 06-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Telekomunikasi perlu dikuasai dan diselenggrakan oleh Negara yang
tercantum pada UU No 5. Tahun 1964 pasal 1 tentang telekomunikasi, serta
UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi pasal 2 yang berbunyi
bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam
upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar
kegiatan pemerintah mendukung terciptanya tujuan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan hubungan antar
bangsa.
Berdasarkan pasal tercantum pada UU tentang telekomunikasi diatas
bahwa Media massa berhak untuk ambil bagian dalam industri infomasi,
media elektronik seperti televisi dan internet misalnya, tetapi khususnya
radio juga melakukan hal yang sama, walaupun radio sebenarnya menjadi
media sekunder karena kalah bersaing dengan televisi dan internet. Akan
tetapi radio memiliki apa yang tidak di miliki media lain, yaitu radio mampu
mempengaruhi imajinasi pendengar, dan radio merupakan alat penerima
program yang murah, selain murah radio juga mudah dibawa, seiring masa
sekarang kebanyakan handphone sudah mempunyai aplikasi radio.
Radio dalam hal ini sebagai media massa yang sifatnya khas di
bandingkan dengan media massa lainya, untuk strategi ialah
2
sifatnya yang audial untuk indra telinga khalayak ketika menerima pesan dari
pesawat radio (Effendy, 1993 : 314).
Maka menurut penulis, radio masih mempunyai eksistensi dimata
pendengar. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana
penyiaran berita radio khususnya dibidang jurnalistik. RRI Surakarta
merupakan cikal bakal dari perkembangan radio di tanah air. Sejak
kelahiranya, RRI menjadi tonggak radio nasional di Indonesia dengan
berperan sentral dalam setiap kegiatan telekomunikasi. Keberadaan RRI yang
dalam perkembangannya menjadi alat strategis pemerintah seperti tercantum
pada UU No 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi.
RRI kini menyandang status baru yaitu lembaga penyiaran publik
yang secara literatur dikenal sebagai radio publik. Secara umum RRI
mempunyai 83 stasiun penyiaran 15 diantaranya stasiun produksi di
perbatasan dan stasiun penyiaran khusus dalam tujuh bahasa voice of
Indonesia. RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam
4 program untuk tipe A,B dan 3 program tipe C yaitu Program (PRO 1) yang
melayani segmen masyarakat luas sampai pedesaan, “Program (PRO II) yang
melayani segmen anak muda dan “Programa III” (PRO III) yang menyajikan
berita dan program siaran budaya. (rri.co.id).
Pengelolaan produksi berita di LPP RRI Surakarta sejauh ini belum
kita ketahui persis bagaimana alur prosesnya, dari peliputan sampai dengan siaran,
maka tidak salah jika penulis ingin meninjau sebuah proses siaran berdasarkan
sudut pandang pendengar dari profil yang berbeda beda, serta partisipasi
3
pendengar terhadap program siaran buletin lintas pagi yang banyak di minati di
RRI, berdasarkan latar belakang dan gagasan tersebut, penulis tertarik dan
berkeinginan untuk menyusun skripsi dengan judul ” PERSEPSI PENDENGAR
TERHADAP PROGRAM RADIO ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi
Pendengar Terhadap Program Buletin Lintas Pagi LPP RRI Surakarta Periode
Juni 2014).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dari latar belakang tersebut antara lain :
1. Bagaimana persepsi pendengar berdasarkan latar belakang profil dan
pendidikan pada program berita buletin Lintas pagi RRI Surakarta.?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat berdsarkan latar belakang
pendidikan untuk mendengarkan program berita Lintas pagi Surakarta.
2. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat berdasarkan klasifikasi usia untuk
untuk mendengarkan program berita Lintas pagi Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Manfaat bagi
Penulis dan Masyarakat.
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis mengenai cara pembuatan sebuah
berita radio dan peran sebuah berita, berdasarkan latar belakang
pendidikan serta profil pendengar masyarakat Lintas pagi.
4
b. Bagi pihak RRI Surakarta
Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat pada acara Buletin Lintas pagi
PRO I yang RRI siarkan. di lihat dari persepsi pendengar masyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui Buletin Lintas Pagi dapat memberikan
informasi aktual yang terjadi setiap hari kepada masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
1. Peneliti Terdahulu
Mahardika (2008) Strategi Peliputan Reporter RRI Programa Dua
Yogyakarta. Penulis menjelaskan bahwa, bahwa radio merupakan salah satu
media elektronik yang mempunyai ruang gerak yang sangat cepat dalam
penyampaian suatu pesan. Radio cukup efektif dan te jika dijadikan sarana
informasi berupa berita ringan ataupun berita besar , mengingat sifat dari
radio yaitu auditif yang dalam penyampaian informasinya mengand alkan
suara. Dalam hal ini, penulis ingin menyajikan strategi peliputan oleh
reporter untuk dijadikan sebuah berita di radio.
Strategi merupakan satu hal keharusan dalam pencapaian berita
untuk disajikan untuk kepada masyarakat. Strategi sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan suatu berita yang mempunyai mutu pemberitaan dan harus
segera disiarkan kepada masyarakat. Dalam hal ini adalah berita yang
dikemas secara langsung maupun tidak langsung dari lapangan oleh seorang
reporter di RRI Programa Dua Yogyakarta, di sinilah penulis akan meneliti
5
bahwa Strategi Pecarian berita dimulai dengan perencanaan program
yang akan di liput setelah terprogram maka reporter akan segara
mempersiapkan diri baik dari sisi kesehatan badan maupun kesiapan
secara peralatan. Reporter akan terjun ke lapangan untuk mencari
(hunting) berita dan nara sumber. Ketika bertemu dengan nara sumber
reporter akan merekam dan mencatat hasil wawancara, adapun strategi
penyusunan naskah berita berdasarkan hasil wawancara yang di susun
berdasarkan kaidah 5W + 1H.
Sedangkan untuk pola berita ditata dengan prinsip piramida
terbalik. Acara berita yang disampaikan oleh Radio Persatuan ini
disajikan dengan bahasa Indonesia. Radio Persatuan juga
mempertimbangkan aspek penentuan jam tayang yang sekiranya
dirasakan efektif dan dapat didengar oleh sebagian masyarakat Bantul.
Muhlis, (2009) Strategi Pemberitaan Koran Tribun Timur
Dalam Mempertahankan Pasar Di Sulawesi Penulis menjelaskan
Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan Kualitatif Deskriptif
yaitu dengan tiga teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan
dokumentasi di Koran Tribun Timur. Peneliti bertujuan mengetahui
proses dan kiat kiat yang dilakukan pemberitaan Koran Tribun Timur
dalam menarik minat pembacanya dan mempertahankan pasar di tengah
ketatnya persaingan pemberitan di Sulawesi Selatan, serta penulis ingin
mengetahui proses variasi berita yang di sajikan bagi pembaca.
6
2. Tinjauan Radio
b. Sejarah Radio
Radio adalah sebuah perkembangan teknologi yang
memungkinkan suara di transmisikan secara serempak melalui
gelombang radio di udara Tahun 1896 Guglielmo Marconi
menciptakan wirless telegraph, yang menggunakan gelombang radio
untuk membawa pesan dalam bentuk kode morse. Marconi
mendirikan perusahaan pengirim pesan, yaitu pada waktu itu hanya
mengirim pesan tentang kedatangan dan keberangkatan kapal.
Mendirikan stasiun pemancar dan penerima, terutama di kawasan
yang tidak terjangkau kabel telegraf, dan Marconi juga mendirikan
pabrik perakit radio pada tahun 1913. Marconi pada saat itu telah
mendominasi bisnis radio di Eropa dan Amerika Serikat. Bisnis
radio pada pemanfaatan radio untuk keperluan perdagangan dan
teransportasi pada saat itu (Astuti, 2008 : 5 ).
Munculnya radio ferkuensi modulasi atau juga disebut FM ini
pada pertengahan tahun 1930 an Edwin Howard Amstrong berhasil
menemukan radio yang menggunakan frekuensi modulasi. Radio
penemuan Armstrong berbeda dengan radio yang banyak di pasaran
ketika itu yang masih menggunakan AM (amplitudo modulasi)
Radio FM memiliki kualitas suara yang bagus jernih dan bebas dari
gangguan siaran (static) maka dari itu pendengar radio lebih memilih
saluran FM dari pada AM. (Morissan, 2011 : 4).
7
b. Revolusi Radio
Sejak awal kemunculan radio telah menjadi media komunikasi
massa yang powerfull. Radio pernah disebut sebagai the fifth estate,
kekuatan kelima setelah koran. Namun dengan perkembangan
teknologi, maka radio pun pernah mengalami sejumlah perubahan.
Masanya radio sama besarnya dengan televisi, inilah masa yang
disebut sebagai the radio days. Pada tahun 1903 radio terkenal di
Amerika Serikat, Amerika memiliki sejumlah beberapa studio
diantaranya cukup besar untuk menyelenggarakan
konser (Astuti, 2008 : 9).
d. Format Radio
Awan Setiawan (2011 : 15) mengatakan, perbedaan yang
paling mendasar radio dari format media lainnya adalah format
medianya yaitu format driven, yang mana format radio diwakili oleh
musik yang dimainkannya atau pada kebutuhan pendengar yang
dibidiknya. Format radio dibagi dua macam, yakni format yang
berbasis musik dan non musik. Radio yang berbasis musik, antara
lain easy listening, CHR/Top 40, adult contemporary (AC), rock
(classic rock), jazz. Sementara radio berbasis non musik memiliki
format musik , antara lain all news, all talk, serta news and talk.
Sedangkan menurut Astuti (2008 : 7) mengatakan, pada
awalnya radio memang menyiarkan apa saja yang terpikiran orang
untuk disampaikan kepada massa dalam waktu serempak
8
sesingkatnya, perlahan dan seiring dengan semakin banyaknya stasiun
radio yang beroprasi, pada saat itulah muncul format radio yang
berbeda-beda.
Vane-Gross (dalam Morissan, 2011 : 406) juga mengatakan
Format audio harus memenuhi dua hal :
1) Daya tarik dari setiap siaran, peneliti harus mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari setiap format radio untuk suatu wilayah
tertentu. Peneliti dapat mengetahui dapat mengetahui dua hal itu
melalui berbagai laporan penelitian yang telah dibuat sendiri atau
dibuat orang lain dan juga dari laporan-laporan yang pernah
dikeluarkan mengenai industri radio yang terdapat diwilayah itu.
2) Efektivitas biaya (cost effectiveness) berbagai format. Peneliti
harus menentukan biaya efektif dari format yang akan dipilih.
Radio dengan format berita (all news programming)
membuthukan anggaran yang lebih besar dari pada hanya sekedar
format musik. Berita akan lebih efektif dilaksanakan pada
setasiun radio yang berada pada wilayah yang memiliki populasi
cukup pada dan ekonomi yang cukup tinggi.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa Format radio merupakan
karakteristik sebuah radio, berdasarkan cara kerja dan program
siaran yang disajikan kepada pendengar.
9
e. Berita Radio
Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tapi
murah merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan di mana-mana.
Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi,
pendidikan dan hibuan, Radio memiliki keekuatan terbesar
menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya menvisualisasikan
suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga
pendengarnya. (Masduki,2001: 20)
Sedangkan berita atau juga Jurnalistik adalah segala hal yang
menyangkut proses perencanaan, meliput memproduksi, dan
melaporkan sebuah fakta menjadi berita. Jika dalam media cetak
pengertian berita adalah berita peristiwa yang diulangi, maka dalam
berita radio adalah peristiwa ynag dikomunikasikan kepada
pendengar pada saat yang bersamaan dengan peristiwa. Jika proses
mengulangi itu menyangkut rekrontruksi itu berlangsung secara
spontan dalam hitungan detik., sehingga dibutuhkan ketajaman
mengendus subtansi berita yang menarik dan keahlian
menyampaikannya secara langsung dan interaksi
(Masduki, 2001 : 9 ).
Jadi bahwasanya radio adalah media auditif dan sekaligus
murah, di sisi lain radio sebagai imajinasi pendengar, karena radio
media yang hanya dapat di dengar. Sebagai bahan perbandingan, ada
beberapa pendapat pakar radio yang bisa diacu, yaitu :
10
1) Paul D. Maessenner
Berita adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu
peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat
pendengar. Berita radio dapat pula berarti apa yang terjadi saat
ini, apa yang segera terjadi, dan apa yang akan terjadi.
2) Prof. Mitchel V. Charnley
Berita adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik
perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekelompok
masyarakat.
3) Curtis Beckmann
Berita diartikan sebagai laporan atas opini atau peristiwa yang
penting bagi sejumlah besar khalayak. Berita yang besar
adalah liputan, opini atau peristiwa yang sangat dibutuhkan
pula bagi banyak orang. Kesimpulan dari definisi-definisi
mengenai berita radio adalah suatu sajian laporan fakta dan
opini, yang mempunyai nilai berita, penting, dan menarik bagi
sebanyak mungkin orang dan disiarkan melalui media radio
secara berkala. Berita radio menjawab persoalan apa yang
terjadi, dan bagaimana peristiwa tersebut berlangsung
(Masduki, 2001 : 10).
11
f. Karakter Berita Radio
Berdasarkan definisi berita radio, maka membentuk
karakter berita radio dapat ditetukan sebagai berikut :
1) Segera dan cepat
Laporan peristiwa atau opini di radio harus segera mungkin
dilakukan untuk mencapai kepuasan pendengar dan
mengoptimalkan sifat kesegeraannya sebagai kekutaan radio.
2) Aktual dan faktual
Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini yang
segar dan akurat sesuai fakta, yang sebelumnya tidak diketahui
oleh khalayak. Opini terkait dengan upaya pendalaman liputan
(investigasi) atas suatu data dan peristiwa.
3) Penting bagi masyarakat luas
Harus ada keterkaitan dengan nilai berita (news value) yng
berlaku dalam pngertian jurnalistik secara umum, guna
memnuhi kepentingan masyarakat.
4) Relevan dan berdampak luas
Masyarakat selaku pendengar merasa membutuhkannya dan
akan mendapatkan manfaat optimal dari berita radio, yaitu
pengetahuan, pengertian, kemampuan bersikap atau
mengambil keputusan tertentu, sebagai respons atas sebuah
berita (Masduki, 2001 : 12 ).
12
g. Bentuk Berita Radio
Bentuk pemberitaan yang lazim di radio, (Masduki,
2001:14) menyatakan antara lain :
1) Berita tulis (writing news / adlibs / spot news)yaitu berita
pendek yang bersumber dari media lain atau ditulis ulang. bisa
pula berupa liputan reporter yang teksnya diolah kembali di
studio.
2) Berita bersisipan (news with insert) yaitu berita yang
dilengkapi atau di mix dengan sisipan suara nara sumber.
3) News feature, yaitu berita atau laporan jurnalistik panjang yang
lebih bersifat human interest.
4) Phone in news, yaitu berita yang disajikan melalui laporan
reporter via telepon.
5) Buletin berita (news bulletin), yaitu gabungan beberapa berita
pendek yang disajikan dalam satu blok waktu.
6) Jurnalisme interaktif (news interview), yaitu berita yang
bersumber pada sebesar mungkin keterlibatan khalayak, baik
sebagai pelaku maupun sekedar saksi mata kejadian.
Dari segi waktu penayangan dan kekuatan materi berita yang
disampaikan kepada pendengar, berita radio dapat dibagi menjadi :
1) Hard news, yaitu berita aktual yang baru saja terjadi atau
laporan langsung saat peristiwa tersebut terjadi. Hard news
bertutur tentang konflik yang menyentuh emosi tinggi seperti
berita peperangan, kerusuhan, dan pergantian mendadak
seorang tokoh publik.
2) Soft news, yaitu berita lanjutan yang yang lebih bersifat
laporan peristiwa tanpa terikat waktu, lebih menekankan pada
aspek human interest, perilaku, dan tempat-tempat yang bisa
mempengaruhi banyak orang. Soft news dapat pula berisi
peristiwa rutin, seperti informasi pembangunan, seminar, ritual
budaya, dan pelantikan pejabat.
3) Indept news, yaitu berita mendalam (lebih sekedar paparan
fakta permukaan), biasanya dikemas dalam format feature,
tetapi bisa pula dalam berita bersisipan, dengan syarat,
penekanan isinya terletak pada proses pendalaman kasus atau
tinjauan aspek lain dalam suatu peristiwa.
13
h. Sumber Berita Radio.
Pada dasarnya, siapa pun dan dimana pun dapat menjadi dan
terdapat sumber-sumber berita. Secara umum, menurut Masduki,
(2001:21) menyatakan sumber berita dapat dibagi dua:
1) Primer atau langsung (getting), dengan menerjunkan reporter
untuk meliput sebuah peristiwa di lapangan. Penggalian berita
dilakukan dengan wawancara dan atau laporan pandangan
mata.
2) Sekunder atau tidak langsung (news room), antara lain dapat
dilakukan dari:
a) Media cetak (koran, tabloid, majalah),
b) Media elektronik (televisi, internet),
c) Siaran pers pemerintah atau swasta,
d) Network atau jaringan dengan kantor berita,
e) Pendengar.
Untuk melengkapi pemahaman tentang definisi berita radio, sangat
penting bagi seseorang reporter dan produser pemberitaan di radio
untuk mengetahui.
(Masduki, 2001 : 22) menyatakan proses produksi berita
tidaklah serumit yang kita kira, berikut adalah proses produksi
berita radio, bagaimana proses produksi berita yang meliputi :
Gambar 1.1 Proses Produksi Berita
Sumber : Masduki (2001 : 22) Baha
14
i. Struktur Berita Radio
(Masduki, 2001 : 21) menyatakan sebagaimana stuktur berita pada
umumnya, maka berita radio terutama untuk jenis. Berita tulis dan berita
bersisipan juga menggunakan kaidah Piramida terbalik atau gaya Wortel.
Tujuannya adalah untuk 1 menarik perhatian pendengar sedari awal, 2
15
Menekankan informasi yang cepat ringkas, mengingat syarat-syarat suati
berita yang bersifat selintas dan focus tanpa menyampingkan 5W + 1H.
Tujuan penggunaan Piramida Terbalik adalah :
1) Memudahkan pendengar yang sempit waktunya, sehingga dengan
menyimak lead in-nya saja sudah bisa mengetahui init berita/
peristiwa yang disampaikan.
2) Memudahkan proses penyuntingan berita karena keterbatasan waktu
siar. Bagian-bagian lanjutan setelah head in bisa dipotong tanpa
pengorbanan data peristiwa yang penting,.
3) Aliran berita menjadi informatif, tidak bertele-tele, fokus dan
langsung pada inti peristiwa.
Urutan penyajian berita adalah lead in peristiwa 1, fakta berita yang
paling penting (siapa, apa, dimana, kapan), dan Peristiwa 3, gabungan
ulang fakta terpenting dan kronologi lead out (menyebutkan konteks
peristiwa lain dengan data, waktu, tokoh, atau peristiwa penting
sebelumnya, kita dapat lihat pada gambar dibawah ini :
16
Gambar. 1.2 Piramida Terbalik
Sumber : (Masduki, 2001 : 21)
j. Kelayakan Isi Berita Radio
Seorang reporter selalu menganggap semua peristiwa bisa
dijadikan berita. Akan tetapi, di telinga pendengar, tidak semua berita
bisa dianggap penting, (Masduki, 2001 : 23) menyatakan reporter atau
redaktur harus bis memiliki kepekaaan yang tinggi untuk menilai
kelayakan sebuah peristiwa, Untuk mengukur layak atau tidaknya suatu
peristiwa, perlu di adakan penilaian sebelum berita tersebut disiarkan,
meskipun penilaian itu bersifat relatif, secara umum ada sejumlah
kaidah jurnalistik yang patut di pertimbangkan yaitu :
17
1) Aktualitas/ timelines
Radio dianggap sebagai media paling unggul dalam kecepatan
waktu penayangan berita. Oleh karena itu, aktualitas menjadi nilai
berita yang harus dijaga.
2) Kedekatan/ proximity
Kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat sebuah berita
menarik perhatian pendengar lebih berarti dari berita besar yang
lokasinya sangat jauh dengan mereka.
3) Tokoh public/ prominence
Peristiwa di seputat tokoh idola, panutan dan pemimpin masyarakat
selalu menarik didengar, karena dengan ketokohannya mereka
telah menjadi miliki publik.
4) Konflik/ conflict
kontroversi antar tokoh polemik seputar masalah, atau keputusan
tertentu yang mempenagruhi publik, peristiwa perang bentrokan,
dan perdebatan sengit pasti menarik disiarkan termasuk perstiwa
kriminalitas.
5) Kemanusiaan/ human interest
Berita-berita yang menyentuh rasa kemanusiaan seperti masalah
pengungsi dan kelaparan, sangat bernilai untuk semua orang. Selain
dapat menggugah empati, juga membangun sikap simpatik
pendengar.
6) Sensasional/ unique
Keanehan, keganjilan dan hal-hal yang spektakuler dalam manusia,
selain memiliki unsur hiburan, juga dapat memberikan dorongan
prestasi sekaligus penyadaran terhadap dinamika kehidupan
pendengar.
7) Besaran kasus/ magnitude
Jumlah korban jiwa atau kerugian yang besar dalam sebuah
peristiwa selalu menjadi perhatian masyarakat. Apalagi jika
peristiwa tersebut berhubungan dengan masalah ekonomi misalnya,
tidak korupsi milyaran rupiah, kenaikan harga-harga sembak, dan
tarif angkutan yang melambung tinggi.
Gambar 1.3 Kelayakan Isi Berita Radio
Sumber : (Masduki 2001:22)
: -------- --- ---
--- --- ------ :
Unsur Penting Significane Time Lines Magnitude
Proximity Prominence Human Interest Unsur Menarik
18
3. Komunikasi Massa
a. Pengertian Komunikasi Massa
Media merupakan bentuk komunikasi massa yang bersifat
umum. Setiap khalayak dapat mengetahui informasi baik secara
efektif mauapun efesien sesuai dengan kebutuhan mereka, di dalam
sebuah proses komunikasi yang benar berupanya untuk mencapai
sebuah informasi semestinya mampu mengungkap makna pesan yang
terkandung dalam materi pesan komunikasi.
Effendy (1993: 81-83), bentuk spesialisasi komunikasi
terdapat salah satu bentuk komunikasi yang kita kenal dengan
komunikasi massa. Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi
massa juga merupakan suatu proses penyampaian ide-ide atau gagasan
yang telah dikemas sedemikian rupa dari sumber kepada penerima.
Komunikasi massa dengan komunikasi bentuk lain adalah
karakteristik unsur-unsur yang ada dalam komunikasi massa itu
sendiri dari mulai sumber atau komunikator sampai efek yang
dihasilkan. Namun sebelumnya ada berbagai macam pengertian dan
definisi komunikasi massa yang diungkapkan para ahli untuk
menjelaskan unsur-unsur tersebut
Ada empat karakteristik komunikasi massa seperti yang
dikutip oleh Effendy. Karakteristik komunikasi massa yaitu :
19
1) Komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.
Pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator melalui
media massa terbuka untuk umum dan siapa saja.
2) Komunikasi bersifat heterogen.
Massa dalam komunikasi massa terdiri dari orang-orang heterogen
yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi
yang berbeda dalam kebudayaan yang beragam dari berbagai
lapisan masyarakat.
3) Media massa menimbulkan serempak.
Keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam
jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama
lainnya dalam keadaan terpisah
4) Hubungan komunikator dengan komunikan bersifat non-pribadi.
Dalam komunikasi massa hubungan komunikator dengan
komunikan bersifat non-pribadi karena komunikasi yang anonim
dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya
yang bersifat umum sebagai komunikator (Effendy, 1993: 81-83).
Komunikasi massa memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan
karekteristik unsur-unsurnya. Secara umum “komunikasi massa
berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan,
merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan
dalam kehidupan seseorang.
20
Sedangkan menurut Nurudin (1998 : 63), komunikasi massa
berfungsi sebagai untuk menyebarluaskan informasi, dalam satu
waktu kepada khalayak masyarakat, dan sangat menghemat waktu,
misalnya media massa radio dan televisi. Komunikasi massa bisa
mempunyai pengaruh yang kuat dan besar pada khalayaknya, bisa
juga dianggap sedikit atau sama sekali tidak mempunyai pengaruh.
Pengaruh ini lebih dikenal dengan sebutan efek. Efek diartikan
sebagai semua jenis perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang
setelah menerima sesuatu pesan komunikasi dari suatu sumber.
Perubahan yang dimaksud dapat meliputi perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku nyata.
Mc Quail (2006 : 61) mengatakan, ciri paling utama dari
media massa, yakni komunikasi massa dirancang untuk menjangkau
banyak orang. Khalayak potensial dipandang sebgai sekupulan besar
dri konsumen yang kurang lebih anonim, dan hubungan antara
pengirim dan penerima dipenfaruhi olehnya “pengirim” sering kali
merupakan lembaga itu sendiri atau seorang komunikator.
b. Komunikasi Massa Sebagai Kajian Sosiologis
Komunikasi massa juga dapat menjadi kajian Sosiologi atau
kejiwaan Sosoiologi terhadap fenomena komunikasi massa belum
sepenuhnya berkembang seperti yang diharapkan. Penyebab yang
terpenting antara lain karena luasnya masalah itu sendiri, di samping
21
adanya beberapa orientasi atau tema yang mendominasi studi
mengenai masalah ini pada masa yang lalu. Tema yang dominan itu
adalah tentang efek-efek langsung media massa kepada individu dan
publik, dan mengenai apa yang disebut sebagai masyarakat dan
kebudayaan massa.
Sosiologi komunikasi massa mengkaji secara mendalam
masalah-masalah pokok yang begitu luas, mengenai interaksi media
massa dengan masyarakat media massa dengan institusi sosial yang
lain, dan sistem komunikasi massa dengan sistem-sistem sosial
lainnya. Selain dengan tatanan masyarakat secara keseluruhan.
c. Media Penyiaran Salah Satu bentuk Media Massa
(Morissan, 2011 : 11), media massa sebagai salah saatu
bentuk media massa memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan
media mssa lainnya, bahkan di antara sesama media penyiaran,
misalnya antara radio dan televise, terdapat berbagai perbedaan sifat.
Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebgaai
media massa elektronik, tetapi mempunyai cirri dan sifat yang
berbeda, terlebih lagi denagn media massa cetak seperi surat kabar dan
majalah. Media cetak dapat dibaca kapan saja tetapi televisi dan radio
hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang. Secara sederhana
komunikasi massa didefinisikan komunikasi melaui media surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film.
22
Salah satu defiisi yang paling sederhana tentang komunikasi
massa dirumuskan Bitter (dalam Morissan 2011 : 21) mengatakan
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang.
Secara teknis, kita dapat merujuk empat tanda pokok atau
cirri-ciri dari komunikasi massa bila sisitem komunikasi massa
diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal Neumann
1973 (dalam Morissan, 2011 : 21) mengatakan empat hal yakni :
1. Bersifat tidak langsung, arinya harus melewati media teknis.
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para peserta
komunikasi.
3. Bersifat terbuka, artinya diujukan kepada publik yang tidak
terbatas dan anonim.
4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.
Dari empat tanda pokok tersebut, maka sebenarnya hanya tanda pokok
yang keempat saja yang menjadi ciri-ciri dari komunikasi massa, yaitu
mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Sedangkan tiga
tanda pokok lainnya yaitu kesatu, kedua, dan ketiga tidak hanya
menjadi system komunikasi massa saja tetapi juga berlaku pada
system komunikasi antarpribadi atau interpersonal.
23
d. Radio Sebagai Komunikasi Massa
Radio merupakan media aktualisasi masyarakat dalam
kehidupan pada massa tertentu. Tahun ke tahun radio mengalami
perkembangan yang sangat pesat, baik dari teknologi yang digunakan
maupun tema yang akan diangkat. Radio juga banyak merekam
realitas kehidupan masyarakat pada umumnya. Kehadiran radio dalam
media komunikasi adalah untuk menyampaikan sebuah informasi.
Hubungan antara Radio dan masyarakat memiliki sejarah yang sangat
panjang dalam kajian para ahli komunikasi (Astuti 2008 : 40).
4. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Use and Gratification Theory)
Teori di dalam Komunikasi massa sangat beragam, banyak teori yang
dapat menjadi acuhan sebagai pelengkap di lingkup komunikasi massa, salah
satunya yakni teori peggunaaan dan kepuasan atau juga di kenal “use
gratification theory” . Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan
individu menyebabkan audien mencari, menggunakan dan memberikan
tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh
berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda diantara individu audien.
Teori ini memfokuskan perhatian pada audien sebagai konsumen media
massa dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa
audien dalam menggunakan media berorientasi pada tujuan, bersifat aktif
sekaligus diskriminatif. Audien dinilai mengetahui kebutuhan mereka dan
mengetahui serta tanggung jawab terhadap pilihan media.
24
Kebutuhan manusia akan media juga memiliki motif yang berbeda-
beda. Dengan kata lain setiap orangm memiliki latar belakang, pengalaman dan
lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini,tetntunya berpengaruh pula kepada
pemilihan konsumsi akan sebuah media. Audien sebagai individu aktif dan
memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab atas pemilihan media yang akan
digunakan untuk memnuhi kebutuhan mereka dan mereka individu ini tahu
bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara
pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak, menggunakan media dan memilih
cara lain
Blumer dan katz dalam bukunya (Nurudin 2007 : 193 )
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih
dan menggunakan media tersebut. Penggua media adalah pihak yang aktif
dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber
media yng paling baik di dalam usaha memnuhi kebutuhannya. Artinya teori
uses and gratification mengamsusikan bahwa pengguna mempunyai pilihan
alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini jelas merupakan
kebalikan dari teori peluru. Teori peluru media sangat aktif dan all powerfull
sementara audien berada di pihak yang pasif. (Nurudin : 193 - 194).
25
F. Kerangka Pemikiran
Fathoni (2006: 140) mengatakan, Kerangka berpikir adalah keragka
rujukan yang melandasi pola piker dalam menganalisis data dan masalah
permasalahan yang diteliti, berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh
para pakar atau evidensi ilmiah dari peneliti terdahulu. Adapun menurut
Riduwan (2009:46) menggambarkan alur pemikiran penelitian dan
memberikan penjelasan pada pembaca dari suatu penelitian, dari uraian teori
mengenai permasalahan.
Uraian pengertian kerangka berpikir diatas menurut para pakar
penulis mengkaitkan antara latar belakang masalah penggunaan teori dan
rumuan masalah, maka dapat di buat bagan kerangka pemikiran sebagai
berikut :
Gambar 1.4
Alur Kerangka Berfikir
Siaran Berita Radio
LPP RRI
Program Acara
Lintas Pagi Persepsi masyarakat
Proses Produksi
Berita LPP RRI
Surakarta
26
Keterangan:
Proses produksi penyiaran berita LPP RRI Surakarta dibuat dengan
mempertimbangkan minat masyarakat. Artinya, minat memberikan kontribusi
dalam penyusunan format berita yang direalisasikan dalam siaran acara
berita. Salah satu siaran berita di LPP RRI Surakarta adalah program Lintas
Pagi. Out put siaran berita LPP RRI Surakarta akan di dengar dan dinikmati
oleh masyarakat. persepsi mempengaruhi kemauan dan intensitas masyarakat
dalam mendengar program siaran buletin Lintas Pagi.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan deskriptif
kualitatif, berdasarkan metode yang digunakan peneliti melakukan tahap
pendekatan penelitian terdiri dari :
1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan
pengamatan, lokasi yang akan digunakan sebagai objek penelitian.
yaitu LPP RRI Surakarta penulis jadikan objek penelitian karena
RRI merupakan lembaga penyiaran publik yang secara literatur
dikenal sebagai radio publik.
27
b. Program Siaran Lintas Pagi
Program acara Lintas pagi salah satu progrm siaran yang berisi berita
dan informasi actual yang hangat dibicarakan publik, keunggulan
siaran ini yakni lebih cepat dari media cetak yang mana hadir lebih
awal yakni pukul 0.6.00 WIB, penulis nantinya meneliti data dan
informasi yang sesuai dengan masalah dan objek penelitian.
c. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan waktu pelaksanaan penelitian dengan
membuat tabel sebagai berikut :
Tabel 1.3 Perencanaan Penelitian
No.
Kegiatan
Bulan / tahun
Juli
14
Agt
14
Sep
14
Nov
14
Des
14
1 Studi Kepustakaan
2 Pengumpulan Data
3 Pengambilan Data
4 Pengujian Data
5 Pembuatan Laporan
28
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, Fathoni (2006 : 97 ) mengatakan,
penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan
pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu.
Penelitian semacam ini landasan teori mulai di perlukan tetapi bukan
digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran
terhadap gejala yang akan diamati dan akan di ukur.
3. Subjek dan Informan Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
Subsi liput berita dan dokumentasi RRI Surakarta dan penyiar buletin
Lintas pagi.
b. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian adalah orang yang dapat
memberikan informasi tentang subjek penelitian yaitu pendengar, Kasi
pemberitaan RRI Surakarta, penyiar program siaran Lintas pagi, dan
pendengar aktif RRI, sehingga dengan pendengar aktif sangat efektif
untuk dijadikan informan/ narasumber.
4. Sumber Data
a. Kata-kata dan tindakan
Kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
29
catatan tertulis atau melalui perekam video/audio tapes, pengambilan
foto atau film.
b. Sumber tertulis
Sumber tertulis ialah sumber di luar kata dan tindakan, sumber
data tertulis ini dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,
sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
c. Foto
Foto menghasilkan data deskirptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi objektif yang hasilnya
sering dianalisis secara induktif. Kategori foto yang dapat
dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan
orang dan foto yang dihasilkan peneliti itu sendiri (Lexy J Moeloeng,
2008 : 157-160).
5. Teknik Pengumpulan Data
Riduwan, 2009 : 69) mengatakan, metode pengumpulan data ialah
teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Metode cara atau teknik menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat
penggunaannya melalui, angket, wawancara, pengamatan, ujian test,
dokumentasi dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan dari teknik yang ada berdasarkan permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan latar belakang dan permasahan penelitian ini, penulis
30
menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara, Berikut
pengertian teknik pengumpulan data observasi dokumentasi wawancara :
a. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi di tujukan untuk memperoleh data langsung dri tempat
penelitian, meliputi buku-bukuk yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan,
dri penjelasan di atas., penulis menggunakan data-data dokumnetasi
sebagai pelengkap, bertujuan data yang doperoleh lebih mendalam
dan akurat.
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, wawancara
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam dan jumlah responden sedikit. Situasi wawancara
berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan
tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara
merasa canggung untuk mewawancarai dan respondenpun enggan
untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan sifat pertanyaan,
wawancara dapat dibedakan menjadi :
1) Wawancara Terpimpin
Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar
pertanyaan yang telah disusun.
2) Wawancara Bebas
Wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara
dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan
penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara bebas adalah
responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa responden
sedang diwawancarai.
3) Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas
dan wawancara terpimpin, dalam pelaksanaanya wawancara
membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang
hal-hal yang akan ditanyakan.
31
Sedangkan pengertian observasi dan wawancara menurut Fathoni
(2006 : 104), observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi
disebut pengobservasi (observer), sedangkan pihak yang diobervasi
disebut terobservasi (observee).
Wawancara menurut Fathoni (2006 : 105), adalah teknik
pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu
arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan
jawaban diberikan oleh yang diwawancara.
d. Trianggulasi
Sugiyono (2011 : 330) menyatakan, trianggulasi merupakan
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari teknik
pengumpulan data dan sumber data yang ada. Maka peneliti dengan
teknik ini dapat mengumpulkan sekaligus menguji kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara dokumentasi untuk
sumber data yang sama secara serempak. Trianggulasi sumber berarti,
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama.
32
Lebih jelasnya dalam teknik trianggulasi data dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 1..5 Pengumpulan data trianggulasi
Sumber : (Sugiyono,, 2011 : 330).
4. Validitas Data
Teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Patton dalam Sutopo (2006:
92) mengatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu (1)
trianggulasi data (data trianggulation), (2) trianggulasi peneliti
(investigatos trianggulation), (3) trianggulasi metodologis (methodological
trianggulation), dan (4) trianggulasi teoritis (theoritical trianggulation).
Dari empat macam trianggulasi yang ada, hanya digunakan
trianggulasi data. Trianggulasi data dalam penelitian ini yakni
membandingkan data-data yang telah diperoleh berdasarkan metode yang
33
berbeda, yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses
perbandingan data tersebut akan menemukan kesesuaian antara data yang
satu dengan data yang lain. Apabila ada perbedaan data berdasarkan
metodenya, maka peneliti mencari mana data yang valid. Akan tetapi, data
dinyatakan sah atau memenuhi keabsahan apabila tidak ada pertentangan
antara data yang satu dengan data yang lain, atau yang diperoleh
berdasarkan observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang saling
mendukung.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus samai data jenuh. Degan
pengamatan secara terus menerus tersebut mengakibatkan varusasi data
tinggi sekali. Analisis data merupakan proses mencari data dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mnegorganisasikan data
kedalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa dan
menyusun ke dalam pola (Sugiyono, 2011 : 333).
Menurut Sugiyono (2011 : 338 ) proses analisis data melalui
tiga tahap :
a. Reduksi data/data reduction
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, maka harus
dicata secara teliti dan rinci, untuk itu perlu dilakukan analisis data
34
melalui reduksi data . mereduksi data berarti merangkum, melmilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu, dengan demikian
data yang telah direduksi akan memebrikan gambaran yang jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Data yang tidak penting penulis iilustrasikan dalam
simbol-simbol seperti %,#$^@& dsb, dibuang karena dianggap
tidak penting bagi peneliti.
b. Penyajian data/data display
Setelah data telah direduksi, maka selanjutnya adalah
penyajian data, melalui penyajian data tersebut maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin
mudah dipahami .
c. Verifikasi data/data verification
Kegiatan verifikasi dan penarikan kesimpulan ini berlangsung
sejak awal penelitian hingga akhir penelitian dan merupakan proses
yang berkesinambungan dan berkelanjutan maka haruslah ada
keabsahan data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, akan
tetapi mungkin juga tidak karena bahwa masalah dan rumusan
masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada didaham lapangan. Penulis bermaksud ingin
pembaca juga dapat memahami.
35
Agar lebih jelas dari pengertian tiga tahap proses analisis data diatas,
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1.6
Ilustrasi : Reduksi data, display data dan verifikasi data
Sumber : (Sugiyono 2011 : 340).