Post on 22-Oct-2015
Perilaku
1. Merupakan suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo, N., 1993:55). Secara operasional,
perilaku dapat diartikan suatu respons orgnisme/seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek
tersebut (Soekidjo, N., 1993:58).
Misalnya: ada akuntan dan akuntansi, perilaku bukan pada akuntasinya melainkan pada
orang/akuntan yang menerima rangsangan/stimuli dari luar dan kemudian orang/akuntan tersebut
memberikan respons atau melakukan tindakan/aktivitas.
2. Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi orgnisme terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu (Notoatmodjo, S., 1997:60).
Jadi, apa yang dilakukan tergantung bagaimana rangsangan/stimuli dari lingkungan dan
bagaimana orgnisme/seseorang bereaksi terhadap lingkungan. Rangsangan/stimuli dari lingkungan
berupa informasi.
3. Robert Kwick (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo, S., (1997), perilaku adalah
tindakan/perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
4. Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiyati dan Desminiarti,
1990:1).
5. Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat
diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk
aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki
yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam
dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun
pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh
manusia.
6. Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme.
Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau
stimulus-organisme-respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
a. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena
menimbulkan respon-respon yang relative tetap. Misalnya: makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan
kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya: apabila
seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian
tugasnya atau job description) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya
(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan
tugasnya.
7. JADI dapat disimpulkan, Perilaku manusia adalah “aktivitas yang timbul karena adanya stimulus
dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung”.
Klasifikasi perilaku
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.
2. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat
diamati atau dengan mudah dipelajari.
Perubahan Perilaku Individu
1. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining
forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidak-seimbangan antara kedua kekuatan
tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada
diri seseorang itu, yakni:
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini
berupa informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
2. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan
proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu
yang terdiri dari:
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi
perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti
ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah
stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya (bersikap).
c. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz (1960) perilaku dilatar-belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa:
a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap
objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi
kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mechanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya,
manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan
sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang
mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu
yang singkat.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar”
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Akuntansi
1. Sebagai suatu aktivitas jasa yang memiliki fungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama
yang bersifat keuangan tentang satuan-satuan ekonomi yang dapat bermanfaat dalam menetapkan
pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai tindakan alternatif (Accounting Principles Board
Statement No. 4).
2. Suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas, bagi pihak pemakai
informasi (American Accounting Association).
3. Aktivitas jasa yang berfungsi menghasilkan informasi yang bersifat angka, terutama tentang
finansial, dari suatu unit entitas ekonomi, yang dimaksudkan untuk dapat berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi, dalam menentukan pilihan yang dianggap memiliki dasar yang
kuat dibandingkan jika kita mengambil pilihan yang lain (American Institute of Certified Public
Accountants).
4. Suatu proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan
pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan informasi
keuangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan (Keputusan
Menteri Keuangan RI No. 476/KMK.01/1991).
5. JADI dapat disimpulkan, akuntansi adalah “kumpulan prosedur-prosedur untuk
pengidentifikasian, pencatatan dan pengkomunikasian atas transaksi ekonomi masa lalu terutama
yang bersifat keuangan dari suatu entitas dengan maksud dapat berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi dimasa datang”.