Post on 28-Feb-2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karakteristik atau sifat ransum sangat berpengaruh dalam menunjang
keberhasilan suatu usaha peternakan. Kebanyakan peternak lebih memilih
menggunakan ransum buatan pabrik ketimbang memformulasi sendiri, hal ini
menyebabkan biaya produksi lebih besar. Padahal ketersediaan bahan baku lokal
cukup banyak dan mudah didapatkan. Akan tetapi kebanyakan bahan pakan ternak
mempunyai perbedaan karakteristik atau sifat.
Selama ini ada tiga bentuk ransum yang dikenal para peternak, yaitu : 1).
tepung (mash), bentuk ini yang lama digunakan di Indonesia. 2). butiran lengkap
(pellet), bentuk ini telah mendapat perlakuan teknis dari bentuk mash dan sangat
digemari oleh ternak. 3). butiran lengkap terpecah (crumble), ransum ini bentuk
butiran tetapi kecil-kecil, sama halnya dengan pellet, pakan ini juga digemari oleh
ternak. Ransum bentuk mash kurang digemari oleh ternak bila dibandingkan dengan
ransum bentuk pellet dan crumble, akan tetapi ransum mash lebih mudah diserap usus
ayam yang menyebabkan efesiensi lebih baik dan dapat digunakan untuk semua
umur.
Selain bentuk ransum, penyimpanan juga turut andil dalam mendukung
keberhasilan bisnis beternak, karena salah satu fungsi penyimpanan adalah menjaga
stabilitas ketersedian pakan yang cukup dan aman untuk dikonsumsi ternak. Pakan
yang sudah jadi (siap konsumsi) pada umumnya telah mengalami perubahan baik
1
secara kualitatif maupun kuantitatif. Kadar air sebagai salah satu contoh perubahan
kuantitatif. Pakan yang stabil dengan kadar air tertentu dapat berubah stabilitasnya
apabila lingkungan tempat dan lama (waktu) penyimpanan yang tidak mendukung.
Penyimpanan yang terlalu lama merupakan penyebab utama pakan menjadi keras dan
menggumpal serta memungkinkan untuk bertumbuh kembangnya jamur, kapang dan
mikroorganisme lain, sehingga bisa menurunkan kualitas pakan, seperti contoh kasus
yang terjadi pada pakan pabrik (komersial). Biasanya pakan buatan pabrik telah
mengalami penyimpanan, mulai dari gudang, pengangkutan (transportasi) sampai
berakhir ditangan peternak(konsumen).
Salah satu uji yang digunakan untuk mengukur kualitas ransum ini adalah uji
sifat fisik, yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpuan, dan
sudut tumpukan. Sekurang-kurangnya keempat uji ini sangat penting diketahui oleh
para peternak, karena disamping bisa dijadikan indikator penurunan kualitas ransum,
turut juga mempengaruhi volume ruang penyimpanan baik curah atau berwadah,
penimbangan dan pengangkutan.
Rumusan Masalah
Usaha yang dilakukan dalam mempertahankan kualitas pakan dengan lama
penyimpanan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti kelembaban, suhu dan
cahaya serta kadar air. Namun yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah
apakah dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dan bawang putih (Allium
sativum L) selama penyimpanan berpengaruh terhadap karakteristik fisik pakan.
2
Hipotesa
Diduga dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dan bawang putih
(Allium sativum L) dalam pakan selama penyimpanan dapat mempengaruhi
perubahan karakteristik fisik pakan.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan karakteristik fisik pakan
dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica) dan bawang putih (Allium sativum
L) dalam pakan selama penyimpanan yang berbeda.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi mengenai
perubahan karakteristik fisik pakan dengan penggunaan kunyit (Curcuma domestica)
dan bawang putih (Allium sativum L) dalam pakan selama penyimpanan yang
berbeda.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial)
yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar
disekitar hutan/bekas kebun. Batang semu, tegak, silindris, dan berwarna hijau
kekuningan. Batang atau rimpang kunyit seperti umbi, terdapat dalam tanah,
bercabang banyak, tebal dan berdaging seperti gasing, dan bagian dalamnya berwarna
kuning jingga. Akar serabut berwarna coklat muda. Berbau khas aromatik, rasa agak
getir (agak pedas, agak pahit). Menurut klasifikasinya kunyit termasuk dalam
kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, subkelas Zingiberidae, ordo
Zingiberales, familia Zingiberaceae dan genus Curcuma (Anonim, 2010a).
Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat, tumbuh liar di ladang, dihutan
(misalnya hutan jati), ataupun ditanam di pekarangan rumah, di dataran rendah
hingga dataran tinggi. Selain itu, kunyit dapat tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya, curah hujannya cukup banyak (2000 mm–4000 mm), atau
ditempat dengan sedikit kenaungan. Namun, untuk mendapatkan rimpang kunyit
yang besar, sebaiknya ditanam ditanah lempung berpasir (Anonim, 2011d).
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu tanaman obat potensial
penghasil kurkumin. Selain sebagai bahan baku obat dapat juga dipakai sebagai
bumbu dapur dan zat pewarna alami. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai
antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah,
4
mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan
serangga, diare, dan rematik (Rahardjo dan Rostiana, 2004).
Kandungan Kunyit
Rimpang kunyit yang matang mengandung beberapa komponen antara lain
minyak volatil, campuran minyak (lemak), zat pahit, resin, protein, selulosa, dan pati.
Kandungan utama didalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin,
oleoresin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetok-sikirkumin, damar, gom, lemak,
protein, kalsium, fosfor dan besi. Zat warna kurkumin dimanfaatkan sebagai pewarna
untuk makanan manusia dan ternak. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri
dari artumeron, ά dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kario-filen, linalol, 1,8 sineol
Komponen utamanya adalah pati dengan jumlah berkisar antara 40 – 50% dari berat
kering. Kunyit mempunyai rasa dan bau yang khas, yaitu pahit dan getir serta berbau
langu. Kunyit berwarna kuning atau jingga pada bagian dalamnya dan berwarna
kecoklatan serta bersisik pada bagian luarnya serta mempunyai tekstur yang keras
tapi rapuh (Yongki, 2010).
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui minyak
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa ,monoterpen dan sesquiterpen
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin
dan bedesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga
senyawa kurkuminoid dihitung sebagai persen kurkuminoid lainya. Karena alasan
5
tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan
pada kurkumin. Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat yang disebut
kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri atas (Anonim, 2010a) :
- Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 dengan kandungan 10%
- Desmetosikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H dengan kandungan 1–5%
- Bidesmetoksikurkumin : R1 = R2 = H
Kandungan kimia dalam rimpang kunyit /100g bahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan kimia dalam rimpang kunyit per 100 gram bahan yang dapat dimakan.
Nama Komponen Komposisi (%)* **
Air 12,49 11,4 gKalori - 1480 kalKarbohidrat - 64,9 gProtein 8,67 7,8 gLemak 8,08 9,9 gSerat 7,66 6,7 gAbu 11,13 6,0 gKalsium 0,075 0,182 gFosfor 0,096 0,268 gBesi - 41 gVitamin B - 5 mgVitamin C - 26 mgMinyak Atsiri - 3 %Kurkumin 5,1 3 %Sumber: Purwanti (2008), Said (2003)
6
Pemanfaatan Kunyit
Kunyit mengandung komponen aktif kurkum yang memiliki sifat anti bakteri.
Senyawa kimia yang ada dalam kunyit mampu menurunkan lemak dalam tubuh,
berperan pada proses sekresi empedu dan pankreas yang dikeluarkan melalui feses.
Komposisi dari kurkumin memiliki khasiat dapat memperlancar sekresi empedu
(Liang dkk., 1985).
Menurut Said (2003), dibidang peternakan, kunyit dimanfaatkan untuk
menambah cerah atau warna kuning kemerahan pada kuning telur. Disamping itu bila
dicampur dengan ransum ayam, kunyit dapat menghilangkan bau kotoran ayam dan
menambah berat badan ayam, ditambahkan pula bahwa dalam bidang keamanan
pangan minyak atsiri kunyit memberikan efek antimikroba sehingga dapat di
manfaatkan sebagai pengawet makanan. Minyak atsiri pada kunyit terbukti bersifat
membunuh (bakterisidal) terhadap bakteri golongan Bacillus caerus, Bacillus subtilis,
dan Bacillus megetenium. Selain itu minyak atsiri mampu menghambat pertumbuhan
sel vegetativ bacillus dengan sporanya.
Hasil penelitian Wasilah dkk (2007), pengaruh ekstrak kunyit terhadap
pertumbuhan jamur F. oxysporum, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak rimpang kunyit yang terdapat dalam medium, maka jumlah ekstrak yang
berdifusi ke dalam sel jamur semakin meningkat yang mengakibatkan sel jamur
menjadi hipertonik dan terjadi berbagai mekanisme gangguan di dalam sel jamur
yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan jamur bahkan menyebabkan
kematian.
7
Bawang Putih
Berdasarkan penggolongan dan tatanama tumbuhan bawang putih dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Golongan : Spermatophyta
Sub Golongan : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Lilliflorae
Falimi : Lilliacea
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum
Bawang putih merupakan tanaman dataran tinggi yang ditanam pada ketinggian 600-
1000 meter sedangkan jenis bawang putih dataran rendah cocok ditanam pada
ketinggian 200-250 meter dari permukaan laut. Bawang putih (Allium sativum)
adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm.
Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup
dapat mendapat sinar matahari. Batangnya semu dan berwarna hijau. Bagian
bawahnya bersiung-siung, bergabung dengan umbi besar berwarna putih. Tiap siung
terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita
(pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm,
berakar serabut, bunganya berwarna putih, dan bertangkai panjang (Anonim, 2010b).
Bawang putih dengan aroma yang pedas dan harum banyak di laporkan sebagai
penyedap makanan dan bumbu masak. Umbinya mengandung banyak zat yang
bersifat membunuh kuman dan penawar racun sehingga banyak digunakan untuk
8
pengobatan. Bawang putih (Allium sativum L) termasuk tanaman herbal yaitu
tumbuhan berbatang lunak yang digunakan sebagai rempah (Heat, 1981).
Kandungan Bawang Putih
Bawang putih mengandung minyak atsiri yang sangat mudah menguap di
udara bebas. Minyak atsiri dari senyawa ini diduga mempunyai kemampuan sebagai
antibakteri dan antiseptik. Alisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya yang
cukup ampuh (Purwaningsi, 2005).
Menurut Yongki (2010) diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat
pada bawang putih. Senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya.
Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk
teroksidasi disebut dengan alisin. Alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat
luas, termasuk diantaranya adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, anti radang,
penurunan tekanan darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah.
Tanaman ini mengandung khasiat antimikroba, antitrombotik, hipolipidemik,
antiarthritis, hipoglikemik dan juga memiliki aktivitas sebagai antitumor. Aktivitas
umbi ini sebagai antioksidan penangkal radikal bebas lebih terlihat pada ekstrak
bawang putih kering daripada bawang putih segar. Kandungan utamanya yang
berkhasiat sebagai antioksidan kuat adalah S-allysistein dan S-allymercapton-L-
sistein. Selanjutnya, ditemukan pula beberapa komponen organosulfur dari bawang
putih, termasuk L-allysistein (Anonim, 2011c).
9
Kandungan kimia bawang putih /100 gram bahan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan.Nama Komponen Komposisi
(%)* **Air 10,23 66,2 - 71 g
Kalori 4,029 95 - 122 kal
Sulfur - 60 - 120 g
Protein 18,84 4,5 - 7 g
Lemak 0,71 0,2 - 0,3 g
Karbohidrat - 23,1 - 24,6 g
Fosfor 0,157 15 - 109 g
Besi - 1,4 - 15 g
Zink 0,057 -
Selenium - 346 - 377 g
Sumber: Purwanti (2008), Said (2003)
Pemanfaatan Bawang Putih
Dalam dunia kesehatan bawang putih sering digunakan sebagai obat yaitu
diantaranya untuk mengobati penyakit hipertensi, asma, batuk, sakit kepala, sakit
kuning, sesak nafas, cacingan, sulit tidur (Anonim, 2010d).
Bawang putih juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan respirasi
fungsi patogenik. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang putih dan bawang
bombay dikarenakan kandungan alisin dan senyawa sulfida lain yang terkandung
dalam minyak atsiri bawang putih dan bawang bombay. Pengujian aktivitas
antimikroba bawang putih pertama kali dilakukan oleh Cavalito dan Baiely pada
tahun 1944. Dialil sulfida dan dialil polisulfida (komponen flavor utama bawang
10
putih) tidak menunjukkan aktivitas penghambatan bagi pertumbuhan bakteri gram
positif dan negatif (Yongki, 2010).
Penelitian Safithri (2004) menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol bawang
putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae, S. aureus,
dan Escherichia coli. Ekstrak air bawang putih dengan konsentrasi 20% mempunyai
aktivitas antibakteri yang sama dengan Ampicillin 5 µg terhadap Streptococcus
agalactiae, dan Escherichia colli.
Hasil penelitian Purwanti dkk. (2008) menunjukan bahwa mineral zink yang
ditambahkan dalam ransum pakan pada perlakuan R2 (ransum basal + serbuk bawang
putih 2,5% + ZnO 120 ppm) memperlihatkan penurunan kolesterol karkas pada
perlakuan R2. Diduga karena terdapat senyawa alisin pada serbuk bawang putih yang
dapat menurunkan kadar kolesterol karkas. Sejauh ini hanya diketahui satu jenis
senyawa dalam bawang putih yang mempunyai aktivitas farmakologi yaitu senyawa
thiosulfinat dimana alisin sebagai kandungan utamanya 70%. Senyawa thiosulfinat
dalam bawang putih terbentuk karena aktivitas enzim allinase terhadap alliin (asam
amino yang mengandung atom sulfur).
Penyimpanan
Penyimpanan adalah usaha untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan
yang disebabkan berbagai hal, antara lain serangan hama seperti mikroorganisme,
serangga, tikus dan kerusakan fisiologis atau biokemis (Damayanthi dan
Mudjanjanto, 1995). Adapun Tujuan dari penyimpanan itu sendiri adalah untuk
11
menjaga dan mempertahankan mutu komoditi yang disimpan dengan cara
menghindari, mengurangi dan menghilagkan berbagai faktor yang dapat menurunkan
kualitas dan kuantitas komoditi (Soesarsono, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ransum selama penyimpanan adalah faktor
fisik seperti temperatur, kelembaban relatif, dan komposisi udara ruang penyimpanan.
Faktor biologis seperti kutu, bakteri, kapang dan binatang pengerat (Hall, 1970).
Suhu penyimpanan lebih tinggi dari suhu optimum akan mempercepat metabolisme
dan mempercepat terjadinya proses pembusukan. Suhu rendah dapat memperlambat
aktivitas metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu juga,
mencegah terjadinya reaksi kimia dan hilangnya kadar air dari bahan pangan (Ishak
dan Amrullah, 1985).
Penyimpanan yang melebihi waktu tertentu dan dalam kondisi yang kurang
baik, dapat menyebabkan kualitas pakan mengalami penurunan. Jenis kerusakan bisa
terjadi adalah kerusakan fisik, biologis dan kimiawi. Jamur merupakan salah satu
penyebab terbatasnya daya simpan dan faktor yang mempengaruhi tumbuhnya jamur
diantaranya adalah kadar air, suhu serta kelembaban. Kadar air sangat berhubungan
dengan perkembangan kapang yang bisa tumbuh dalam bahan pakan dan
menghasilkan senyawa toksik yang sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh ternak.
(Syamsu, 2002).
Penyimpanan bahan makanan sering dianjurkan sebagai berikut : 1).
Penyimpanan di tempat dingin dengan suhu 1,0 – 5,5 oC dengan kelembaban 55 –
12
70%. 2). Penyimpanan di gudang kering dengan temperatur 24 – 32 oC dan
kelembaban 55 – 70% (Diener dan Davis, 1969).
Karakteristik fisik pakan
Sifat fisik merupakan bagian dari karakteristik mutu (berhubungan dengan nilai
kepuasan konsumen terhadap bahan) dan sifat fisik ini masuk pada kategori sifat-sifat
mutu (besaran yang dapat langsung diamati atau diukur dari bahan tersebut). Sifat-
sifat bahan merupakan faktor mutu yang penting karena kegunaan atau keragaman
dari komoditi itu ditentukan oleh sifat-sifat bahan yang mencirikan beberpa sifat mutu
produk yang diturunkan dari beberapa pengukuran sifat fisik, contohnya adalah berat
jenis (BJ), diperoleh dari perhitungan pembagian dua pengukuran berat dan volume
(Damayanthi dan mudjanjanto, 1995).
Pada bidang teknologi pangan, sifat fisik pangan relatif sudah banyak diteliti,
karena data tentang sifat fisik ini sangat berguna, misalnya dalam rancangan suatu
alat (penanganan) dan sarana (penyimpanan dan transportasi) industri pengolahan
hasil pertanian. Disamping itu, pengetahuan ini juga sangat penting dalam pemilihan
komoditi yang cocok untuk produksi dan penganekaragaman atau penciptaan produk
baru (Syarif dan Irawati, 1988).
Secara umum sekurang-kurangnya ada 6 sifat fisik pakan yang penting, yaitu
berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan,
daya amabang, dan faktor higroskopis (khalil, 1999a) . Oleh bahwa sifat morfologi
yaitu bentuk bahan pakan (tepung, butiran, padatan) dan ukuran bahan (berat,
13
volume, diameter, panjang, lebar) dimana sifat morfologi bahan ini akan diukur
dengan pengujian sifat fisik, merupakan kategori sifat fisik bahan yang penting dalam
pengawasan mutu (Darmayanthi dan Mudjajanto, 1995).
Berat Jenis (BJ)
Menurut Khalil (1999a), berat jenis atau disebut juga berat spesifik, merupakan
perbandingan antara massa bahan terhadap volumenya. Satuannya adalah gram/ml.
Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai pengolahan, penanganan dan
penyimpanan. Pertama, berat jenis merupakan faktor penentu dari kerapatan
tumpukan. Kedua, berat jenis juga memberikan pengaruh besar terhadap daya
ambang partikel pakan. Ketiga, berat jenis bersama dengan ukuran partikel
bertanggung jawab terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitasnya
dalam suatu campuran pakan. Ransum yang terdiri dari partikel yang perberdaan BJ-
nya cukup besar, maka campuran ini tidak stabil dan cenderung mudah terpisah
kembali. Keempat, berat jenis sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses
penakaran secara otomatis pada pabrik pakan, seperti dalam proses pengemasan dan
pengeluaran bahan dari dalam silo untuk dicampur atau digiling.
Kerapatan Tumpukan (KT)
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume
ruang yang ditempatinya. Satuannya adalah gram/ml. Sifat ini memegang peranan
penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan
berat tertentu, seperti misalnya dalam pengisian silo dan gudang (curah dan wadah).
14
Elevator dan ketelitian penakaran secara otomatis, sebagaimana halnya berat jenis
(Khalil,1999b).
Menurut Khalil (1999a) ukuran partikel berpengaruh terhadap kerapatan
tumpukan yaitu pengecilan ukuran partikel secara nyata akan menyebabkan
penurunan nilai kerapatan tumpukan pada bahan. Lebih lanjut dikatakan bahwa selain
pengecilan ukuran partikel, kandungan air juga turut berpengaruh nyata terhadap
kerapatan tumpukan sebagian besar bahan pakan sumber mineral, sumber protein
hewani dan nabati, pakan hijauan dan pakan sumber energi. Nilai kerapatan
tumpukan akan semakin menurun bersamaan dengan naiknya kadar air. Lebih lanjut
mengatakan bahwa kerapatan tumpukan lebih penting dari pada berat jenis bahan
dalam pengeringan dan penyimpanan secara praktis.
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (KPT)
Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan
terhadap volume ruang yang ditempati setelah melalui proses pemadatan seperti
penggoyangan (Khalil,1999b).
Kerapatan pemadatan tumpukan adalah merupakan perbandingan antara berat
bahan pakan terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses
pemadatan seperti penggoyangan. Kapasitas silo, kontainer dan kemasan seperti
karung terletak antara kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan.
Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat tergantung pada intensitas
proses pemadatan. Sedangkan volume yang dibaca merupakan volume terkecil yang
15
diperoleh selama penggetaran. Sebaiknya pemadatan dilakukan tidak lebih dari 10
menit (Mujnisa, 2008).
Menurut Sayekti (1999) kerapatan pemadatan tumpukan ini dipengaruhi oleh
kadar air dan ukuran partikel, juga turut dipengaruhi oleh ketidak tepatan pengukuran.
Sebaiknya pengukuran kerapatan pemadatan tumpukan dilakukan dengan
menggunakan mesin penggoyang yang diketahui kekuatannya dan dijamin
kekonsistennya.
Sudut Tumpukan (ST)
Sudut tumpukan adalah sudut yang terbentuk jika bahan dicurahkan pada
bidang datar melalui sebuah corong, dengan satuan (o). Sudut tumpukan ini
merupakan kriteria kebebasan bergerak partikel dari suatu tumpukan bahan.
Pergerakan partikel dari suatu tumpukan bahan. Pergerakan partikel bahan yang ideal
ditunjukkan oleh pakan bentuk cair, dengan sudut tumpukan sama degan nol. Pakan
bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20o dan 50o (Khalil, 1999b).
Pendapat ini selaras dengan Syarif dan Halid (1993), bahwa keduanya
mengatakan bahwa selain ukuran partikel (bentuk) pakan, kadar air turut berpengaruh
nyata terhadap nilai rataan sudut tumpukan pakan, yaitu semakin tinggi kadar air
semakin tinggi sudut tumpukan. Sifat fisik ini perlu diketahui untuk mendesain
corong pemasukan (hopper) ataupun corong pengeluaran, misalnya pada silo atau
pada mesin pengolahan. Kesalahan desain corong karena kurang pengetahuan tentang
16
sudut tumpukan, komoditas dapat mengakibatkan kemacetan karena corong
tersumbat oleh komoditas yang tidak lewat dengan lancar (Syarief dan Irawati, 1988).
Kalsium Propionat
Jamur adalah jasad renik yang terdiri dari banyak sel yang bergabung menjadi
satu (multiseluler). Peranan jamur di alam sangat luas, ada yang merugikan dan
adapula yang menguntungkan. Spesies jamur yang non patogen meliputi spesies-
spesies yang melakukan perombakan terhadap bahan-bahan organik, dalam tanah,
dan perusak tanah. Kebanyakan digunakan dalam industri fermentasi seperti
pembuatan asam-asam organik, pembuatan antibiotika, pembuatan alkohol dan
sebagainya. Penyebaran jamur sangat luas, jamur terdapat dalam tanah, pada buah-
buahan dan air, bahan makanan, sebagai saprofit dan ada yang bersifat parasit pada
tanaman dan manusia. Perkembanganbiakan dari jamur dapat dengan cara vegetatif
dan cara generatif (Natsir dan Sartini, 2005).
Kalsium propionat termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan
untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung terigu dosis
maksimum yang digunakan adalah 0,32% atau 3,2% gram/kg bahan, sedangkan untuk
bahan dari keju dosis maksimum adalah 0,3% atau 3,0 gram/kg bahan (Margono dkk,
1993).
Kalsium propionat (CH3-CH2-COO)2 CA merupakan pengawet ideal yang
digunakan secara luas terutama dalam pencegahan pertumbuhan kapang. Kalsium
propionat juga pengawet yang digunakan secara luas terutama dalam pencegahan
17
pertumbuhan kapang efektifitasnya turun dengan meningkatnya pH, dengan batas
optimum adalah pH 5,0 – 6,0 (Desroiser, 1988).
Tindakan pengawetan bahan pangan dan pakan dimaksudkan untuk
memanjangkan daya simpan agar masih dapat dikonsumsi pada waktu yang akan
datang dengan mutu yang tetap baik (Syarief dan halid, 1992).
Konsentrasi kalsium propionat 0,30% yang terbaik untuk menghambat
pertumbuhan kapang, memiliki kadar air yang rendah, suhu kelembaban udara yang
optimal dapat menurunkan pertumbuhan kapang (Palopadang, 1999). Ini sesuai
dengan pendapat Muniruddin (1981) bahwa penambahan pengawet berupa kalsium
propionat pada dedak padi yang diberikan dengan konsentrasi 0,30% dapat
menghambat pertumbuhan kapang dan merupakan yang terbaik untuk
mempertahankan bahan kering dedak halus dari kerusakan.
18
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2012. Dengan
melalui dua tahap, yang pertama pembuatan bubuk kunyit dan bawang putih serta
pencampuran pakan dan tahap kedua penyimpanan pakan serta mengamati
karakteristik fisik pakan di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.
Materi Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah untuk pakan dan
penjemuran, kaos tangan, plastik klip, timbangan analitik, blender, mesin penggiling,
karton manila, baskom, corong, ayakan Test Sieve, mistar, gelas ukur, dan vibrator
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kalsium propionat, kunyit,
bawang putih, dan bahan untuk ransum basal yaitu jagung, dedak, minyak nabati,
tepung ikan, bungkil kedelai, CaCO3, premix, aquades, kloramfenikol.
Metode Penelitian
Pembuatan bubuk kunyit dan bawang putih yaitu kunyit dicuci kemudian di
bersihkan setelah itu di iris tipis-tipis. Irisan kuyit ditutup plastik hitam kemudian di
jemur di bawah sinar matahari sampai kering. Bawang putih dibersihkan setelah itu
diiris tipis-tipis. Irisan bawang putih ditutup plastik hitam kemudian di jemur
dibawah sinar matahari/di ovenkan dengan suhu 40-60oC selama 24-52 jam sampai
19
kering. Kunyit dan bawang putih digiling sampai halus sehingga didapatkan serbuk
kunyit dan serbuk bawang putih agar mudah tercampur dengan bahan pakan,
komposisi ransum dapat dilihat di Tabel 3. Kemudian kalsium propionat, kunyit dan
bawang putih dicampur dengan ransum basal sesuai dengan perlakuan. Jumlah
ransum sebanyak 40 kg kemudian di bagi menjadi 40 kemasan dengan satu kemasan
1 kg, dengan menggunakan plastik klip. Diletakkan di atas papan dengan tinggi + 7
cm dari lantai didalam ruangan sesuai dengan metode penyimpanan peternak pada
umumnya. Lay out pelaksanaan penelitian seperti terlihat pada Tabel 4.
A. Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial
5x4 dengan dua kali ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan penambahan
antijamur dan antioksidan terdiri dari;
R0 = Ransum basal (Kontrol)
R1 = Ransum basal + Kalsium Propionat 0,3% .
R2 = Ransum basal + Bubuk Kunyit 2,5%
R3 = Ransum basal + Bubuk Bawang Putih 5%
R4 = Ransum basal + Bubuk Bawang Putih 5% + Bubuk Kunyit 2,5%
Faktor kedua adalah waktu penyimpanan dari:
W0 = 0 minggu,
W1 = 2 minggu,
20
W2 = 4 Minggu dan
W3 = 6 minggu,
sehingga n = 5 x 4 x 2 = 40 sampel.
Rancangan perlakuan ini dapat di gambarkan dengan model matematika sebagai
berikut:
Yijk= µ + Ri + Wj + (RW)ij - ἐijk; i = 1.2.3.4.5
j = 1.2.3.4
k = 1.2
dimana :
Yijk = Pengaruh parameter (berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan) terhadap penambahan
antijamur ke-i dengan waktu penyimpanan ke-j pada ulangan ke- k
µ = Nilai rata-rata (parameter) yang diukur
Ri = Pengaruh jenis pengawet ke-i terhadap parameter pada ransum broiler.
Wj = Pengaruh waktu penyimpanan ke-j terhadap parameter pada ransum
broiler
(RW)ij = Pengaruh interaksi dari jenis pengawet ke- i dengan waktu penyimpanan
ke-j terhadap parameter ransum broiler
21
ἐijk = Pengaruh galat penarikan contoh pada pengamatan ke-j jenis pemberian
penambahan antijamur ke –i dan disimpan selama ke-j
Tabel 3. Komposisi ransum penelitian.
Bahan Baku Pakan R0 R1 R2 R3 R4
(%)
Jagung 51 51 51 51 51
Dedak Jagung 3 3 3 3 3
Minyak Kelapa 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5
Tepung Ikan 12 12 12 12 12
Bungkil kedelai 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3
CaCO3 1 1 1 1 1
Premix 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Total 100 100 100 100 100
EM 3189,62 kkal
PK 21,9 %
SK 3,24 %
Kalsium Propionat - 0,3 - - -
Bawang Putih - - - 5 5
Kunyit - - 2,5 - 2,5
22
Tabel 4. Lay Out Pelaksanaan Penelitian
R4W0(1) R2W0(1) R0W0(1) R1W0(1)
R4W0(2) R0W1(2) R1W0(2) R2W1(2)
R1W1(1) R2W1(1) R0W0(2) R2W0(2)
R0W1(1) R3W1(1) R1W1(2) R3W0(1)
R3W1(2) R3W0(2) R0W2(1) R4W1(1)
R3W1(2) R4W1(2) R1W2(1) R4W1(2)
R2W1(1) R0W2(2) R3W1(1) R0W3(1)
R4W1(1) R1W1(2) R0W3(2) R2W1(1)
R3W1(1) R1W3(1) R4W1(1) R4W1(2)
R1W1(2) R3W1(2) R2W1(2) R3W1(2)
B. Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah perubahan karakteristik fisik
(Berat Jenis, Kerapatan Tumpukan, Kerapatan Pemadatan Tumpukan dan Sudut
Tumpukan) pakan selama masa penyimpanan (Khalil, 1999a).
B. 1. Berat Jenis (BJ) (gram/ml)
Prosedur pengukuran berat jenis yaitu dengan menggunakan prinsip hukum
Archimedes. Prosedur pengukuran berat jenis adalah sebagai berikut :
1) Sampel dengan bobot 2 gram dimasukkan secara curah ke dalam gelas ukur 100
ml yang berisi aquades sebanyak 50 ml.
23
2) Membaca volume air secara konstan. Perubahan volume aquades merupakan
volume bahan sesungguhnya.
Berat jenis dinyatakan dalam satuan gram/ml3, dihitung dengan menggunakan rumus:
BJ (Berat Jenis )= Bobot bahan pakan (g )Perubahan volume aquades (ml3 )
B. 2. Kerapatan Tumpukan (KT) (gram/ml)
Prosedur pengukuran kerapatan tumpukan dilakukan sebagai berikut :
1) Memasukkan sampel 20 gram secara curah kedalam gelas ukur 50 ml. Metode
pemasukan sampel ke dalam gelas ukur sama untuk setiap pengamatan, baik cara
maupun ketinggian pencurahan.
2) Pencurahan bahan pakan dibantu dengan corong plastik untuk meminimumkan
penyusutan volume curah pakan akibat pengaruh bahan pakan itu sendiri saat
dicurahkan dan untuk menghindari terjadinya guncangan pada gelas ukur selama
pengukuran.
Kerapatan tumpukan dinyatakan dalam gram/ml dan dihitung dengan cara:
Kerapatan Tumpukan = Bobot bahan pakan ( g )Volume ruang yang ditempati ( ml3 )
B. 3. Kerapatan Pemadatan Tumpukan (KPT) (gram/ml)
Kerapatan pemadatan tumpukan diukur dengan cara yang sama pada penentuan
kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan yang dibaca setelah dilakukan proses
24
pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur dengan vibrator sampai
volume tidak berubah lagi (tetap).
Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat tergantung pada
intensitas proses pemadatan sedangkan volume yang dibaca merupakan volume
terkecil yang diperoleh selama penggetaran.
Kerapatan pemadatan tumpukan dinyatakan dalam SI yaitu gram/ml dihitung
dengan rumus :
Kerapatan pemadatan tumpukan = Bobot bahan pakan ( g)Volume ruang pakan setelah pemadatan (ml3)
B. 4. Sudut Tumpukan (ST) (O)
Prosedur pengukuran sudut tumpukan adalah sebagai berikut :
1) Menjatuhkan 0,5 kilogram sampel ke bidang datar melalui corong plastik dengan
tinggi lubang corong plastik 15 cm dari bidang datar. Ketinggian tumpukan bahan
harus berada di bawah corong.
2) Sampel dicurahkan dengan perlahan dan sedekat mungkin pada dinding corong
plastik untuk menghindari penyumbatan pakan di ujung corong plastik dan
mengurangi gaya berat pakan.
3) Pengukuran diameter dilakukan pada sisi yang sama pada semua pengamatan
dengan bantuan mistar.
25
4) Pengukuran tinggi dilkukan pada tinggi pakan dari bidang datar sampai puncak
pakan pada semua pengamatan dengan bantuan mistar.
Besarnya sudut tumpukan dapat diukur dengan rumus :
tg α = t0 .5 d
= 2td
Keterangan :
α = Sudut tumpukan bahan pakan dinyatakan dengan satuan derajat (º)
d = diameter dasar
t = tinggi
C. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik Ragam Acak Lengkap pola
Faktorial dan perlakuan memberikan pengaruh nyata dianalisis statistik dengan
menggunakan program SPSS versi 11.5 dan uji respons (Hanafiah, 2005).
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Berat Jenis
Rata-rata berat jenis dalam pakan selama penyimpanan berbeda dengan
penambahan bawang putih dan kunyit dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Berat Jenis Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
Perlakuan
WaktuRata-rata
W0 W1 W2 W3
R0 1,11 0,63 0,25 0,12 0.53b
R1 0,60 0,59 0,24 0,13 0.40a
R2 0,70 0,48 0,23 0,12 0.39a
R3 0,73 0,48 0,23 0,14 0.40a
R4 0,88 0,55 0,24 0,12 0.45ab
Rata-Rata 0,81d 0,55c 0,24b 0,13a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05).
Berat Jenis (BJ) merupakan perbandingan antara massa terhadap volume dan
memegang peranan penting dalam berbagai proses penanganan, pengelolahan dan
penyimpanan. Selanjutnya pada Tabel 5. menunjukan bahwa rata-rata nilai berat
jenis pakan yang diberi pengawet alami lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
pengawet (kontrol). Rendahanya nilai berat jenis pakan pada penambahan bahan
pengawet alami disebabkan adanya struktur yang padat dan banyak rongga antara
partikel sehingga nilai berat jenis rendah. Hal ini disebabkan adanya zat aktif yang
terkandung dalam kunyit dan bawang putih yaitu allicin, minyak atsiri dan kurkumin
27
yang dapat mengakibatkan terjadinya pemadatan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rismunandar (1989), yang menyatakan bahwa sejumlah komponen aktif dari
bawang putih yaitu allicin, allin dan selenium yang merupakan suatu mikro mineral
yang bekerja sebagai antioksidan yang dapat menghilangkan peroksida sehingga
tidak terbentuk radikal bebas. Selanjutnya Guathma (2001), menyatakan bahwa
ruang antara partikel bahan sudah terisi oleh aquades dalam pengukuran sehingga
nilai berat jenisnya rendah.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang terlihat pada rata-rata perlakuan R2
(0,39%) berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya R1, R3 dan R4 tetapi tidak
berbeda nyata dengan R0 (0,53%). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan R2
(kontrol + kalsium propionat 0,3%) dapat manurunkan nilai berat jenis dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya nilai berat jenis pada
penambahan pengawet disebabkan oleh kemampuan kalsium propionat 0,30 %
sebagai anti jamur yang berfungsi menghambat atau menghentikan pertumbuhan
mikro organisme yang menghasilkan enzim lipase yang dapat menyebabkan
ketengikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Palopadang (1999) bahwa konsentrasi
kalsium propionat 0,30% yang terbaik untuk menghambat pertumbuhan kapang,
memiliki kadar air yang rendah, suhu kelembaban udara yang optimal dapat
menurunkan pertumbuhan kapang dan nilai berat jenis.
Sidik ragam memperlihatkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat
nyata (P<0,05) terhadap berat jenis pakan. Hal ini menunjukkan bahwa selama
penyimpanan terjadi penyebaran ukuran partikel dalam ransum. Hal ini sesuai dengan
28
pendapat Mujnisa (2008) yang menyatakan bahwa berat jenis akan berhubungan erat
dengan porositas ransum. Porositas adalah ratio antara kerapatan tumpukan dengan
berat jenis. Porositas ini akan menunjukkan besarnya volume ruang antara partikel
dalam suatu tumpukan ransum dan berperan penting dalam mencapai efisiensi
pengeringan bahan kerena berkaitan erat dengan daya hantar panas di dalam
tumpukan bahan.
Hasil uji Beda Nyata terkecil pada Tabel 5. terlihat bahwa pengaruh lama
penyimpanan terhadap nilai berat jenis pakan W0 (0 minggu) berbeda nyata (P <
0,05) dengan W1 (2 minggu), W2 (4 minggu) dan W3 (6 minggu). Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan nilai berat jenis pakan terjadi pada 0 minggu seiring
dengan lamanya penyimpanan pada minggu ke-6 mengalami penurunan, disebabkan
karena kadar air meningkat sehingga nilai berat jenis menurun. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Khalil (1999a) bahwa pengecilan ukuran partikel dan kadar air tidak
berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat jenis dari berbagai kelompok bahan
pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber protein nabati, dan hewani.
Hasil sidik raggam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi yang
nyata (P<0,05) antara perlakuan dan lama penyimpanan. Nilai berat jenis pada R0
cenderung lebih tinggi dibanding R1, R2, dan R3, namun mengalami peningkatan
pada perlakuan R4. Nilai berat jenis pada lama penyimpanan W0 relatif tinggi
dibanding nilai berat jenis W2, W4, dan W6. Penurunan nilai berat jenis setalah masa
simpan yang cukup lama menunjukkan terjadinya perenggangan antara partikel,
kemungkinan disebabkan adanya komponen aktif dalam kunyit dan bawang putih
29
sehingga nilai berat jenis rendah pada (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan pendapat
Syamsu (2002) menyatakan bahwa penyimpanan yang melebihi waktu tertentu dan
dalam kondisi yang kurang baik, dapat menyebabkan kualitas pakan mengalami
penurunan. Jenis kerusakan bisa terjadi adalah kerusakan fisik. Jamur merupakan
salah satu penyebab terbatasnya daya simpan dan faktor yang mempengaruhi
tumbuhnya jamur diantaranya adalah kadar air, suhu serta kelembaban
2. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kerapatan Tumpukan
Rata-rata kerapatan tumpukan dalam pakan selama penyimpanan berbeda
dengan penambahan bawang putih dan kunyit dapat di lihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-Rata Kerapatan Tumpukan Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
Perlakuan Waktu Rata-rataW0 W1 W2 W3R0 0.49 0.47 0.48 0.47 0.48a
R1 0.48 0.49 0.47 0.48 0.48a
R2 0.51 0.49 0.46 0.48 0.49a
R3 0.51 0.46 0.53 0.48 0.50a
R4 0.49 0.49 0.48 0.48 0.49a
Rata-Rata 0.50a 0.48a 0.49a 0.48a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05)
Kerapatan tumpukan (KT) merupakan perbandingan massa bahan dengan
volume yang ditempati. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan lama
penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kerapatan tumpukan. Dari
Tabel rata-rata terlihat bahwa perlakuan 0 minggu (0,50 kg/m3) memiliki kerapatan
30
tumpukan yang kecil dan perlakuan 6 minggu (0.48 kg/m3) memiliki nilai kerapatan
tumpukan terbesar, hal ini disebabkan oleh ukuran partikel dan juga mungkin
disebabkan oleh kadar air ransum. Hal ini tidak sesuai pendapat Khalil (1999a) bahwa
ukuran partikel berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan, yaitu pengecilan ukuran
partikel secara nyata akan menyebabkan penurunan nilai kerapatan tumpukan pada
bahan pakan terutama pada bahan pakan jagung. Lebih lanjut Khalil (1999a)
mengatakan bahwa selain pengecilan ukuran partikel, kandungan air juga
berpengaruh nyata terhadap kerapatan tumpukan sebagian besar sumber protein
hewani dan nabati, pakan hijauan dan bahan pakan sumber energi.
3. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Rata-rata kerapatan pemadatan tumpukan dalam pakan selama penyimpanan
berbeda dengan penambahan bawang putih dan kunyit dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-Rata Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
PerlakuanWaktu
Rata-rataW0 W1 W2 W3
R0 0.57 0.58 0.56 0.52 0.56a
R1 0.56 0.59 0.56 0.51 0.56a
R2 0.58 0.58 0.54 0.54 0.56a
R3 0.59 0.60 0.60 0.55 0.59b
R4 0.58 0.60 0.57 0.55 0.58ab
Rata-Rata 0.58b 0.59c 0.57b 0.54a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05).
Berdasarkan sidik ragam menunjukan bahwa pengawet berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) selama penyimpanan. Pada
31
perlakuan R3 ada kecenderungan terjadi peningakatan nilai kerapatan pemadatan
tumpukan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Tingginya nilai kerapatan
pemadatan tumpukan pada penambahan bawang putih disebabkan adanya komponen
aktif yang terkandung dalamnya yaitu allicin dan minyak atsiri pada bawang putih,
ukuran partikel dan kadar air yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil
(1999) bahwa ukuran partikel berpengaruh nyata terhadap kerapatan pemadatan
tumpukan, yaitu akan meningkatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan. Nilai
kerapatan pemadatan tumpukan ini selain dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran
partikel, juga dipengaruhi oleh ketidaktepatan pengukuran. Sebaiknya pengukuran
kerapatan pemadatan tumpukan dilakukan dengan menggunakan mesin penggoyang
yang diketahui kekuatannya dan dijamin kekonsistenannya.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang terlihat pada rata-rata perlakuan
bahwa, perlakuan R3 berpengaruh nyata terhadap R0, R1 dan R2 tetapi tidak berbeda
nyata terhadap R4. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bawang putih, kunyit
dan kalsium propionat mengakibatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan
meningkat. Hal ini sesuai denga pendapat Gauthama (1998) menyatakan bahwa nilai
kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel bahan
pakan, pakan bentuk normal akan memiliki kerapatan pemadatan paling tinggi
daripada pakan yang berbentuk tepung. Kerapatan pemadatan tumpukan juga
dipengaruhi oleh ukuran partikel, pengecilan ukuran partikel akan meningkatkan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan. Pemadatan pakan berukuran partikel kecil akan
32
mengurangi ruang antar partikel dan menyebabkan bobot bahan tiap satuan volume
meningkat.
Sidik ragam memperlihatkan bahwa waktu penyimpanan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap nilai kerapatan pemadatan tumpukan karena dengan bertambahnya
waktu penyimpanan, maka kecenderungan nilai kerapatan pemadatan tumpukan pada
pakan menurun yang kemungkinan disebabkan oleh kadar lemak yang tinggi,
peningkatan kadar air, suhu dan kelembaban udara. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suparjo (2008), yang menyatakan bahwa penyimpanan bahan pakan berkadar lemak
tinggi (tepung ikan, bekatul dan bungkil kelapa) sering mengalami oksidasi yang
menyebabkan ketengikan sehingga kadar air meningkat yang menyebabkan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan menurun.
4. Pengaruh Penyimpanan Terhadap Sudut Tumpukan
Rata-rata sudut tumpukan dalam pakan selama penyimpanan berbeda dengan
penambahan bawang putih dan kunyit dapat di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-Rata Sudut Tumpukan Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
PerlakuanWaktu
Rata-rataW0 W1 W2 W3
R0 52.19 52.37 51.99 48.33 51.22a
R1 51.57 52.67 53.28 48.30 51.46ab
R2 51.51 53.11 52.98 48.38 51.50ab
R3 52.63 54.07 52.82 48.86 52.09b
R4 51.13 54.05 53.30 49.25 51.94b
Rata-Rata 51.81b 53.26c 52.88c 48.63a
33
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda sangat nyata (P<0.05)
Hasil sidik ragam dari sudut tumpukan (ST) menunjukkan bahwa pengawet
berpengaruh nyata (P0<0,05). Pada Tabel 8. menunjukkan bahwa rata-rata sudut
tumpukan yang diberi perlakuan bahan alami kunyit dan bawang putih lebih tinggi
dibanding tanpa penagawet (kontrol) dan tambahan kalsium propionat. Nilai rata-rata
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan R3 dan sudut tumpukan terendah ditunjukkan
oleh R0. Tingginya nilai sudut tumpukan disebabkan oleh ukuran partikel dan kadar
air dalan ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil (1999b) yang menyatakan
bahwa ukuran partikel yang semakin kecil akan membentuk sudut tumpukan tinggi,
lebih mudah dan lebih akurat ditakar baik secara volumetrik dan gravimetris.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa perlakuan R0
berpengaruh nyata dengan R3 dan R4 tetapi tidak berbeda nyata dengan R1 dan R2.
Ini disebabkan oleh lama penyimpanan yang menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar air dari waktu ke waktu, selama masa penyimpanan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Khalil (1999b), bahwa selain ukuran partikel (bentuk) pakan, kadar air turut
berpengaruh nyata terhadap nilai rataan sudut tumpukan pakan, yaitu semakin tinggi
kadar air maka semakin tinggi sudut tumpukan.
Sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyimpanan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap nilai sudut tumpukan pakan karena semakin lama penyimpanan
nilai sudut tumpukan menurun, terjadinya penurunan nilai sudut tumpukun
dipengaruhi bentuk, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar air bahan. Namun,
34
nilai sudut tumpukan ini masih dibawah 500 yang berarti pakan tersebut meskipun
sudah mengalami penyimpanan yang lama masih tergolong yang baik karena
dianggap mudah mengalir. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujnisa (2008) yang
menyatakan bahwa pergerakan partikel bahan yang ideal ditunjukkan oleh pakan
yang berbentuk cair, dengan sudut tumpukan sama dengan nol. Pakan bentuk padat
mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20o dan 50o. Besarnya sudut tumpukan
sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, bentuk, berat jenis, kerapatan
tumpukan dan kadar air bahan. Kecepatan dan keefisienan pada proses pengosongan
silo vertikal untuk memindahkan bahan menuju unit penimbangan atau pencampuran
pakan sangat ditentukan oleh sifat bahan yaitu kemampuan bahan mengalir
(flowability), dan flowability ini sangat ditentukan oleh pembentukan sudut
tumpukan dari bahan tersebut.
35
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan penambahan pengawet kunyit dan bawang putih dalam pakan selama
penyimpanan enam minggu berpengaruh nyata terhadap nilai sifat karakteristik fisik
pakan (berat jenis, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan) yaitu
meningkatkan kapasitas ruang penyimpanan dan memudahkan pengangkutan.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka disarankan lama penyimpana pakan
sebaiknya menggunakan bahan alami kunyit dan bawang putih daripada bahan kimia,
tetapi lama penyimpanannya harus diperhatikan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010a. All About Curcuma Domestica. hhtp;// toiusd.multiply.com/journal/ item/222/all_about_curcuma_domestica_068114016. (12 September 2011).
______.2010b. Kandungan dan Khasiat Bawang Putih. http://www. Kamusilmiah.com/tag/kandungan-dan-khasiatbawang-putih/(13 September 2011).
______.2011c. Bawang Putih Berkhasiat Anti Kanker. Indonesia Nutrition Network (INN). http;//www.gizinet/cgi_bln/berita/fullnews, Jakarta. (16 September 2011).
______.2010d. Tanaman Obat, Bawang Putih dan Khasiatnya. http://www.warnadunia.com/tag/Tanaman-obat-khasiatbawang-putih/ (13 September 2011).
Damayanthi, E dan E. D. Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Depertamen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan Dan Kejuruan Non teknik II, jakarta.
Desroiser, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjamahan Muchji Muljohardjo. Universitas Indonesia Perss. Jakarta.
Guathama, P. 1998. Sifat Fisik Pakan Lokal Sumber Energi, Sumber Mineral, serta Sumber Hijauan Pada Kadar Air dan Ukuran Partikel yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Hall, D. W. 1970. Handling and Strorage of food Grain in Tropical and Subtropical Areas. FAO, Roma.
Hanafiah, K.A. 2005. Rancangan Percobaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Heat, H.B. 1981. Source Book of Flavour. The Avi Publishing Company. Inc Westport, Connecticut.
Ishak, E. dan S. Amrullah. 1985. Ilmu dan Teknologi Pangan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bagian Timur, Ujung Pandang.
37
Khalil. 1999a. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel terhadap Sifat Fisik
Pakan Lokal: Kerapatan Pemadatan tumpukan dan Berat Jenis: Media Peternakan. 22 (1) :1 -11
Khalil. 1999b. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel terhadap Sifat Fisik
Pakan Lokal: Sudut Tumpukan dan Faktor Higroskopis. Media Peternakan, 22 (1) : 33-42.
Liang, O.B., Y. Apsartom, Y. Widjaya, dan Y. Puspa. 1985. Beberapa Aspek isolasi identifikasi dan penggunaan komponen komponen Curcuma xanthoriza Roxb dan Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal 131 Curcuma domestica Val. Proseding Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung.
Mujnisa. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Matakuliah Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Muniruddin. 1981. Pengaruh gram Propionat dan Lama Penyimpanan terhadap Jumlah Jamur, Energi Kadar bahan Organik dan Kadar Bahan Kering pada Dedak Halus. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Palopadang, S. 1999. Pengaruh Pemberian Kalsium Propionat dan Lama Penyimpanan terhadap Jumlah Kapang Dedak Padi. Skripsi. Fakultas peternakan Unhas, Makassar.
Purwanti, S., R. Mutia, S.D. Widhyari, dan W. Winarsih. 2008. Kajian Efektifitas Kunyit, Bawang Putih dan Mineral, Zink Terhadap Performa, Kolestrol Karkas dan Status Kesehatan Broiler. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Inovasi Teknologi Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Ramah Lingkungan Bogor. Tanggal 11-12 November 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Hal: 690-695.
Rahardjo, M. dan O. Rostiana, 2004. Standar prosedur Operasional Budidaya Kunyit dalam Standar Prosedur Operasional Jahe, Kencur, Kunyit dan Temulawak. Badan Litbang Pertanian. Balittro-Bogor. 46 hal.
Rismunandar. 1989. Membudidaykan Lima Jenis bawang. Sinar Baru, Bandung.
38
Safithri. 2004. Aktifitas Antibakteri Bawang Putih (Alium stivum) terhadap Bakteri Mastitis Subklinis secara Invitro dan Invivo pada ambing Tikus Putih (Rattus novergicus) (Tesis). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Said. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. PT Sinar Widya Lestari, Jakarta.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. IPB, Bogor.
Syarief, R. dan Halid. 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan, Jakarta.
Syamsu, J. A. 2002. Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Jenis Kemasan terhadap Kualitas Dedak Padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak Vol 1(2) : 75-83.
Wasilah, F., A. Syulasmi, dan Y. Hamdiyati. 2007. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Schlect Secara In Vitro. http;/makalah_semnas_BIOUPI_Fitri_Ammi_Yanti_H.pdf. (15 September 2011).
Yongki. 2010. Cabai Merah Bawang Putih, Kunyit, lengkuas dan Jahe. hhtp;//Yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2010/10/6/cabai-merah-bawang-putih-kunyit-lengkuas-dan-jahe/ (12 Oktober 2010).
39
Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Berat Jenis dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
Perlakuan UlanganWaktu
TotalW0 W2 W4 W6
R01 1,02 0,47 0,25 0,12 1,862 1,2 0,79 0,25 0,13 2,37
Total 2,22 1,26 0,5 0,25 4,23Rata-rata 1,11 0,63 0,25 0,125 0,529
R11 0,57 0,65 0,25 0,14 1,612 0,64 0,54 0,24 0,13 1,55
Total 1,21 1,19 0,49 0,27 3,16Rata-rata 0,605 0,595 0,245 0,135 0,395
R21 0,85 0,51 0,22 0,13 1,712 0,56 0,45 0,24 0,12 1,37
Total 1,41 0,96 0,46 0,25 3,08Rata-rata 0,705 0,48 0,23 0,125 0,385
R31 0,79 0,53 0,22 0,13 1,672 0,68 0,44 0,25 0,15 1,52
Total 1,47 0,97 0,47 0,28 3,19Rata-rata 0,735 0,485 0,235 0,14 0,399
R41 0,82 0,52 0,25 0,12 1,712 0,95 0,59 0,24 0,12 1,9
Total 1,77 1,11 0,49 0,24 3,61Rata-rata 0,885 0,555 0,245 0,12 0,451Sub total 8,08 5,49 2,41 1,29 17,27Rata-rata 0,808 0,549 0,241 0,129
40
Tabel Lampiran 2. Rata-Rata Berat Jenis terhadap Waktu dan Perlakuan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih.
BJ terhadap Waktu
BJ * WaktuBJ
Waktu Mean NStd. Deviation
0 .8080 10 .206492 .5490 10 .105774 .2410 10 .011976 .1290 10 .00994Total .4318 40 .29178
BJ terhadap Perlakuan (Pengawet)
BJ * PerlakuanBJ
Perlakuan Mean N
Std. Deviation
R0 .5288 8 .42175R1 .3950 8 .22583R2 .3850 8 .25360R3 .3988 8 .25051R4 .4512 8 .31921Total .4318 40 .29178
41
Table Lampiran 3. Sidik Ragam Berat Jenis dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih.
Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable:BJ
SourceType III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3.178a 19 .167 23.586 .000Intercept 7.456 1 7.456 1.051E3 .000Perlakuan .115 4 .029 4.065 .014Waktu 2.834 3 .945 133.171 .000Perlakuan * Waktu
.229 12 .019 2.696 .024
Error .142 20 .007Total 10.777 40Corrected Total 3.320 39
a. R Squared = .957 (Adjusted R Squared = .917)
Ket : ** = Berbeda sangat nyata (P<0.01)
Ns = Tidak Signifikan
42
Lampiran 4. Hasil Uji BNT Pengaruh Waktu dan Perlakuan terhadap Berat Jenis dalam Pakan.
BJ terhadap Waktu
Multiple ComparisonsDependent Variable:BJ
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD 0 2 .2590* .03766 .000 .1804 .3376
4 .5670* .03766 .000 .4884 .6456
6 .6790* .03766 .000 .6004 .7576
2 0 -.2590* .03766 .000 -.3376 -.1804
4 .3080* .03766 .000 .2294 .3866
6 .4200* .03766 .0 00 .3414 .4986
4 0 -.5670* .03766 .000 -.6456 -.4884
2 -.3080* .03766 .000 -.3866 -.2294
6 .1120* .03766 .008 .0334 .1906
6 0 -.6790* .03766 .000 -.7576 -.6004
2 -.4200* .03766 .000 -.4986 -.3414
4 -.1120* .03766 .008 -.1906 -.0334
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .007.*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
43
BJ terhadap Perlakuan (Pengawet)
Multiple ComparisonsDependent Variable:BJ
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R0 R1 .1338* .04211 .005 .0459 .2216
R2 .1438* .04211 .003 .0559 .2316
R3 .1300* .04211 .006 .0422 .2178
R4 .0775 .04211 .081 -.0103 .1653
R1 R0 -.1338* .04211 .005 -.2216 -.0459
R2 .0100 .04211 .815 -.0778 .0978
R3 -.0038 .04211 .930 -.0916 .0841
R4 -.0562 .04211 .197 -.1441 .0316
R2 R0 -.1438* .04211 .003 -.2316 -.0559
R1 -.0100 .04211 .815 -.0978 .0778
R3 -.0138 .04211 .747 -.1016 .0741
R4 -.0662 .04211 .131 -.1541 .0216
R3 R0 -.1300* .04211 .006 -.2178 -.0422
R1 .0038 .04211 .930 -.0841 .0916
R2 .0138 .04211 .747 -.0741 .1016
R4 -.0525 .04211 .227 -.1403 .0353
R4 R0 -.0775 .04211 .081 -.1653 .0103
R1 .0562 .04211 .197 -.0316 .1441
R2 .0662 .04211 .131 -.0216 .1541
R3 .0525 .04211 .227 -.0353 .1403
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .007.*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
44
Tabel Lampiran 5. Perhitungan Regresi Hubungan Waktu Lama Penyimpanan terhadap Berat Jenis dalam Pakan
Linier
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.910 .828 .824 .123
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2.750 1 2.750 183.087 .000Residual .571 38 .015Total 3.320 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.117 .009 -.910 -13.531 .000(Constant) .784 .032 24.165 .000
Maka Y = -0.117x + 0.74
45
R2= 0.828
46
Kuadratik
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.919 .844 .836 .118
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2.804 2 1.402 100.389 .000Residual .517 37 .014Total 3.320 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.172 .029 -1.338 -5.894 .000Waktu ** 2
.009 .005 .446 1.967 .057
(Constant) .820 .036 22.521 .000
Maka Y= 0.009x2 - 0.172x + 0.820
R2= 0.844
47
Kubik
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.924 .853 .841 .116
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2.834 3 .945 69.874 .000Residual .487 36 .014Total 3.320 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.076 .071 -.593 -1.083 .286Waktu ** 2
-.037 .031 -1.786 -1.179 .246
Waktu ** 3
.005 .003 1.536 1.490 .145
(Constant) .808 .037 21.977 .000
Maka Y = 0.005x3 – 0.037x2 - 0.076x + 2.48
R2= 0.853
48
Tabel Lampiran 6. Perhitungan Regresi Kubik Hubungan Interaksi Waktu Lama Penyimpanan dengan Penambahan Kunyit dan Bawang putih terhadap Berat Jenis dalam pakan.
R0 (Kontrol)
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.945 .893 .876 .149
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1.112 1 1.112 50.226 .000Residual .133 6 .022Total 1.245 7
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.167 .024 -.945 -7.087 .000(Constant) 1.029 .088 11.688 .000
Maka Y= -0.167x + 1.029
R2= 0.839
49
R1 (R0+kalsium propionate 0.3%)
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.931 .868 .846 .089
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .310 1 .310 39.343 .001Residual .047 6 .008Total .357 7
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.088 .014 -.931 -6.272 .001(Constant) .659 .052 12.554 .000
Maka Y= -0.088x + 0.659
R2= 0.868
50
R2 (R0+ kunyit 2.5%)
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.938 .880 .860 .095
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .396 1 .396 43.847 .001Residual .054 6 .009Total .450 7
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.100 .015 -.938 -6.622 .001(Constant) .684 .056 12.157 .000
Maka Y= -0.100x + 0.684
R2= 0.880
51
R3 (R0 + Bawang Putih 5%)
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.971 .943 .933 .065
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .414 1 .414 98.738 .000Residual .025 6 .004Total .439 7
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.102 .010 -.971 -9.937 .000(Constant) .704 .038 18.375 .000
Maka Y= -0.102x + 0.704
R2= 0.943
52
R4 (R0 + Kunyit 2.5% + Bawang Putih 5%)
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.975 .951 .943 .076
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .679 1 .679 117.388 .000Residual .035 6 .006Total .713 7
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.130 .012 -.975 -10.835 .000(Constant) .842 .045 18.719 .000
Maka Y= -0.130x + 0.842
R2= 0.951
53
Tabel Lampiran 7. Rata-Rata Kerapatan Tumpukan dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
Perlakuan UlanganWaktu
TotalW0 W2 W4 W6
R01 0,49 0,46 0,47 0,47 1,89
2 0,49 0,48 0,49 0,47 1,93
Total 0,98 0,94 0,96 0,94 3,82
Rata-rata 0,49 0,47 0,48 0,47 0,4775
R11 0,48 0,5 0,48 0,47 1,93
2 0,48 0,48 0,47 0,49 1,92
Total 0,96 0,98 0,95 0,96 3,85
Rata-rata 0,48 0,49 0,475 0,48 0,48125
R21 0,51 0,48 0,44 0,47 1,9
2 0,51 0,5 0,49 0,49 1,99
Total 1,02 0,98 0,93 0,96 3,89
Rata-rata 0,51 0,49 0,465 0,48 0,48625
R31 0,52 0,48 0,49 0,48 1,97
2 0,5 0,45 0,57 0,49 2,01
Total 1,02 0,93 1,06 0,97 3,98
Rata-rata 0,51 0,465 0,53 0,485 0,4975
R41 0,48 0,49 0,48 0,49 1,94
2 0,51 0,5 0,49 0,47 1,97
Total 0,99 0,99 0,97 0,96 3,91
Rata-rata 0,495 0,495 0,485 0,48 0,48875
Sub total 4,97 4,82 4,87 4,79 19,45
Rata-rata 0,497 0,482 0,487 0,479
54
Tabel Lampiran 8. Rata-Rata Kerapatan Tumpukan terhadap Waktu dan Perlakuan Selama Penyimpanan yang Berbeda
KT terhadap Waktu
KT * WaktuKT
Waktu Mean NStd. Deviation
0 .4970 10 .014942 .4820 10 .016874 .4870 10 .033026 .4790 10 .00994Total .4862 40 .02096
Jamur terhadap Perlakuan (Pengawet)
KT * PerlakuanKT
Perlakuan Mean N
Std. Deviation
R0 .4775 8 .01165R1 .4812 8 .00991R2 .4862 8 .02326R3 .4975 8 .03536R4 .4887 8 .01246Total .4862 40 .02096
55
Table Lampiran 9. Sidik Ragam Kerapatan Tumpukan dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang putih
Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable:KT
SourceType III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .010a 19 .001 1.470 .200Intercept 9.458 1 9.458 2.645E4 .000Perlakuan .002 4 .000 1.311 .300Waktu .002 3 .001 1.741 .191Perlakuan * Waktu
.006 12 .001 1.456 .221
Error .007 20 .000Total 9.475 40Corrected Total .017 39
a. R Squared = .583 (Adjusted R Squared = .186)
Ket : ** = Berbeda sangat nyata (P<0.01)
ns= Tidak Signifikan
56
Tabel Lampiran 10. Rata-Rata Keraatan Pemadatan Tumpukan dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (gram/ml)
Perlakuan UlanganWaktu
TotalW0 W2 W4 W6
R01 0,56 0,57 0,58 0,53 2,24
2 0,58 0,601 0,54 0,51 2,231
Total 1,14 1,171 1,12 1,04 4,471
Rata-rata 0,57 0,586 0,56 0,52 0,55888
R11 0,54 0,607 0,56 0,55 2,257
2 0,59 0,59 0,57 0,47 2,22
Total 1,13 1,197 1,13 1,02 4,477
Rata-rata 0,565 0,599 0,565 0,51 0,55963
R21 0,59 0,59 0,52 0,53 2,23
2 0,58 0,57 0,57 0,55 2,27
Total 1,17 1,16 1,09 1,08 4,5
Rata-rata 0,585 0,58 0,545 0,54 0,5625
R31 0,6 0,6 0,59 0,53 2,32
2 0,59 0,6 0,62 0,58 2,39
Total 1,19 1,2 1,21 1,11 4,71
Rata-rata 0,595 0,6 0,605 0,555 0,58875
R41 0,58 0,61 0,57 0,56 2,32
2 0,59 0,6 0,58 0,54 2,31
Total 1,17 1,21 1,15 1,1 4,63
Rata-rata 0,585 0,605 0,575 0,55 0,57875
Sub total 5,8 5,938 5,7 5,35 22,788
Rata-rata 0,58 0,594 0,57 0,535
57
Tabel Lampiran 11. Rata-Rata Jumlah Kerapatan Pemadatan Tumpukan terhadap Waktu dan Perlakuan Selama Penyimpanan yang Berbeda
KPT terhadap Waktu
KPT * WaktuKPT
Waktu Mean NStd. Deviation
0 .5800 10 .017642 .5938 10 .014014 .5700 10 .027086 .5350 10 .02991Total .5697 40 .03127
KPT terhadap Perlakuan (Pengawet)
KPT * PerlakuanKPT
Perlakuan Mean N
Std. Deviation
R0 .5589 8 .03017R1 .5596 8 .04261R2 .5625 8 .02659R3 .5888 8 .02642R4 .5787 8 .02232Total .5697 40 .03127
58
Table Lampiran 12. Sidik Ragam Kerapatan Pemadatan Tumpukan dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang putih
Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable:KPT
SourceType III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .028a 19 .001 2.911 .011Intercept 12.982 1 12.982 2.564E4 .000Perlakuan .006 4 .001 2.826 .052Waktu .019 3 .006 12.452 .000Perlakuan * Waktu
.003 12 .000 .554 .852
Error .010 20 .001Total 13.020 40Corrected Total .038 39
a. R Squared = .734 (Adjusted R Squared = .482)
Ket : ** = Berbeda sangat nyata (P<0.01)
ns= Tidak Signifikan
59
60
Lampiran 13. Hasil Uji BNT Pengaruh Perlakuan Pengawet dan Waktu terhadap Kerapatan Pemadatan Tumpukan dalam Pakan
KPT terhadap Waktu
Multiple ComparisonsDependent Variable:KPT
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD 0 2 -.0138 .01006 .185 -.0348 .0072
4 .0100 .01006 .332 -.0110 .0310
6 .0450* .01006 .000 .0240 .0660
2 0 .0138 .01006 .185 -.0072 .0348
4 .0238* .01006 .028 .0028 .0448
6 .0588* .01006 .000 .0378 .0798
4 0 -.0100 .01006 .332 -.0310 .0110
2 -.0238* .01006 .028 -.0448 -.0028
6 .0350* .01006 .002 .0140 .0560
6 0 -.0450* .01006 .000 -.0660 -.0240
2 -.0588* .01006 .000 -.0798 -.0378
4 -.0350* .01006 .002 -.0560 -.0140
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .001.*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
61
KPT terhadap Perlakuan (Pengawet)
Multiple ComparisonsDependent Variable:KPT
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R0 R1 -.0008 .01125 .948 -.0242 .0227
R2 -.0036 .01125 .751 -.0271 .0198
R3 -.0299* .01125 .015 -.0533 -.0064
R4 -.0199 .01125 .093 -.0433 .0036
R1 R0 .0008 .01125 .948 -.0227 .0242
R2 -.0029 .01125 .801 -.0263 .0206
R3 -.0291* .01125 .018 -.0526 -.0057
R4 -.0191 .01125 .105 -.0426 .0043
R2 R0 .0036 .01125 .751 -.0198 .0271
R1 .0029 .01125 .801 -.0206 .0263
R3 -.0262* .01125 .030 -.0497 -.0028
R4 -.0162 .01125 .164 -.0397 .0072
R3 R0 .0299* .01125 .015 .0064 .0533
R1 .0291* .01125 .018 .0057 .0526
R2 .0262* .01125 .030 .0028 .0497
R4 .0100 .01125 .385 -.0135 .0335
R4 R0 .0199 .01125 .093 -.0036 .0433
R1 .0191 .01125 .105 -.0043 .0426
R2 .0162 .01125 .164 -.0072 .0397
R3 -.0100 .01125 .385 -.0335 .0135
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .001.
62
Tabel Lampiran 14. Perhitungan Regresi Hubungan Waktu Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Pemadatan Tumpukan dalam Pakan
Regresi Linier
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.575 .331 .313 .026
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .013 1 .013 18.776 .000Residual .026 38 .001Total .038 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.008 .002 -.575 -4.333 .000(Constant) .594 .007 86.568 .000
63
Maka Y= -0.008x + 0.594
R2= 0.331 Regresi Kuadratik
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.698 .487 .459 .023
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .019 2 .009 17.553 .000Residual .020 37 .001Total .038 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu .010 .006 .750 1.820 .077Waktu ** 2
-.003 .001 -1.383 -3.356 .002
(Constant) .581 .007 82.021 .000
Maka Y = -0.003x2 + 0.010x + 0.581
R² = 0.487
64
Regresi Kubik
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.704 .496 .454 .023
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .019 3 .006 11.810 .000Residual .019 36 .001Total .038 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu .021 .014 1.499 1.477 .148Waktu ** 2
-.008 .006 -3.628 -1.292 .205
Waktu ** 3
.001 .001 1.545 .808 .424
(Constant) .580 .007 79.388 .000Maka Y = 1.771x3-11.74x2 + 25.56x + 6.88
R2= 0.705
65
Tabel Lampiran 15. Rata-Rata Sudut Tumpukan dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang Putih (Koloni x 103/gram)
Perlakuan UlanganWaktu
TotalW0 W2 W4 W6
R01 52,28 52,04 52,18 49,18 205,682 52,1 52,71 51,81 47,49 204,11
Total 104,38 104,75 103,99 96,67 409,79Rata-rata 52,19 52,375 51,995 48,335 51,2238
R11 51,98 53,02 52,36 49,18 206,542 51,17 52,32 54,21 47,42 205,12
Total 103,15 105,34 106,57 96,6 411,66Rata-rata 51,575 52,67 53,285 48,3 51,4575
R21 51,51 52,97 53,18 47,92 205,582 51,52 53,26 52,78 48,85 206,41
Total 103,03 106,23 105,96 96,77 411,99Rata-rata 51,515 53,115 52,98 48,385 51,4988
R31 52,96 54,08 52,86 48,81 208,712 52,3 54,06 52,78 48,92 208,06
Total 105,26 108,14 105,64 97,73 416,77Rata-rata 52,63 54,07 52,82 48,865 52,0963
R41 51,51 53,88 54,01 48,87 208,272 50,75 54,22 52,6 49,64 207,21
Total 102,26 108,1 106,61 98,51 415,48Rata-rata 51,13 54,05 53,305 49,255 51,935Sub total 518,08 532,56 528,77 486,28 2065,69Rata-rata 51,808 53,256 52,877 48,628
66
Tabel Lampiran 16. Rata-Rata Sudut Tumpukan terhadap Waktu dan Perlakuan Selama Penyimpanan yang Berbeda
ST terhadap Waktu
ST * WaktuST
Waktu Mean NStd. Deviation
0 51.8040 10 .632722 53.2560 10 .777064 52.8770 10 .755706 48.6240 10 .75270Total 51.6402 40 1.97370
ST terhadap Perlakuan (Pengawet)
ST * PerlakuanST
Perlakuan Mean N
Std. Deviation
R0 51.2238 8 1.85682R1 51.4575 8 2.18502R2 51.4938 8 2.06231R3 52.0912 8 2.08568R4 51.9350 8 2.07013Total 51.6402 40 1.97370
67
Table Lampiran 17. Sidik Ragam Sudut Tumpukan dalam Pakan Selama Penyimpanan Berbeda dengan Penambahan Kunyit dan Bawang putih
Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable:ST
SourceType III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 143.997a 19 7.579 19.121 .000Intercept 106668.617 1 106668.617 2.691E5 .000Perlakuan 4.149 4 1.037 2.617 .066Waktu 132.648 3 44.216 111.556 .000Perlakuan * Waktu
7.200 12 .600 1.514 .199
Error 7.927 20 .396Total 106820.541 40Corrected Total 151.924 39
a. R Squared = .948 (Adjusted R Squared = .898)
Ket : ** = Berbeda sangat nyata (P<0.01)
ns= Tidak Signifikan
68
Lampiran 18. Hasil Uji BNT Pengaruh Perlakuan Pengawet dan Waktu terhadap Sudut Tumpukan dalam Pakan
ST terhadap Waktu
Multiple ComparisonsDependent Variable:ST
(I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD 0 2 -1.4520* .28155 .000 -2.0393 -.8647
4 -1.0730* .28155 .001 -1.6603 -.4857
6 3.1800* .28155 .000 2.5927 3.7673
2 0 1.4520* .28155 .000 .8647 2.0393
4 .3790 .28155 .193 -.2083 .9663
6 4.6320* .28155 .000 4.0447 5.2193
4 0 1.0730* .28155 .001 .4857 1.6603
2 -.3790 .28155 .193 -.9663 .2083
6 4.2530* .28155 .000 3.6657 4.8403
6 0 -3.1800* .28155 .000 -3.7673 -2.5927
2 -4.6320* .28155 .000 -5.2193 -4.0447
4 -4.2530* .28155 .000 -4.8403 -3.6657
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .396.*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
69
ST terhadap Perlakuan (Pengawet)
Multiple ComparisonsDependent Variable:ST
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD R0 R1 -.2338 .31478 .466 -.8904 .4229
R2 -.2700 .31478 .401 -.9266 .3866
R3 -.8675* .31478 .012 -1.5241 -.2109
R4 -.7112* .31478 .035 -1.3679 -.0546
R1 R0 .2338 .31478 .466 -.4229 .8904
R2 -.0362 .31478 .909 -.6929 .6204
R3 -.6337 .31478 .058 -1.2904 .0229
R4 -.4775 .31478 .145 -1.1341 .1791
R2 R0 .2700 .31478 .401 -.3866 .9266
R1 .0362 .31478 .909 -.6204 .6929
R3 -.5975 .31478 .072 -1.2541 .0591
R4 -.4413 .31478 .176 -1.0979 .2154
R3 R0 .8675* .31478 .012 .2109 1.5241
R1 .6337 .31478 .058 -.0229 1.2904
R2 .5975 .31478 .072 -.0591 1.2541
R4 .1562 .31478 .625 -.5004 .8129
R4 R0 .7112* .31478 .035 .0546 1.3679
R1 .4775 .31478 .145 -.1791 1.1341
R2 .4413 .31478 .176 -.2154 1.0979
R3 -.1562 .31478 .625 -.8129 .5004
70
means. The error term is Mean Square(Error) = .396.*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tabel Lampiran 19. Perhitungan Regresi Hubungan Waktu Lama Penyimpanan terhadap Sudut Tumpukan dalam Pakan
Regresi Linier
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.309 .095 .072 4.565
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 83.450 1 83.450 4.005 .053Residual 791.789 38 20.837Total 875.239 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu -.646 .323 -.309 -2.001 .053(Constant) 52.828 1.208 43.742 .000
71
Maka Y= -0.646x + 52.828
R2= 0.095
72
Regresi Kuadratik
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.341 .116 .068 4.572
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 101.743 2 50.871 2.433 .102Residual 773.496 37 20.905Total 875.239 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu .368 1.132 .176 .326 .747Waktu ** 2
-.169 .181 -.506 -.935 .356
(Constant) 52.152 1.409 37.007 .000
Maka Y = -1.69x2 + 0.368x + 52.152
R² = 0.116
73
Regresi Kubik
Model Summary
R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.379 .144 .073 4.562
The independent variable is Waktu.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 125.943 3 41.981 2.017 .129Residual 749.296 36 20.814Total 875.239 39
The independent variable is Waktu.
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
Waktu 3.093 2.768 1.479 1.118 .271Waktu ** 2
-1.473 1.223 -4.410 -1.205 .236
Waktu ** 3
.145 .134 2.687 1.078 .288
(Constant) 51.804 1.443 35.908 .000Maka Y = 0.145x3-1.473x2 + 3.093x + 51.804
R2= 0.114
74
Tabel Lampiran 20. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Ruang Penyimpanan
Lama Penyimpanan (Minggu)
Suhu (oC) Kelembaban (%)
0 27 55
2 26.39 55.60
4 26.64 55.71
6 27.35 51.35
Rata-Rata 26.85 54.53
75