Post on 01-Feb-2016
description
TUGAS RAGILUT
RADIOGRAFI KISTA RONGGA MULUT
Disusun untuk memenuhi tugas semester pendek Radiografi Gigi dan mulut
Oleh:
1. Fabiola A. P. (071610101054)2. Meganita utami (071610101075)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER
2010
RADIOGRAFI KISTA RONGGA MULUT
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, bahan setengah cair atau
gas dan seringkali dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya dilapisi oleh
jaringan ikat dan pembuluh darah. Pola umum pertumbuhan suatu kista terjadi
karena adanya stimulasi (cytokinase) pada sisa-sisa sel epitel pertumbuhan yang
kemudian mengalami proliferasi dan di dalam pertumbuhannya tidak menginvasi
jaringan sekitarnya. Sisa epitel tersebut kemudian akan berproliferasi membentuk
massa padat. Kemudian massa akan semakin membesar sehingga sel-sel epitel di
bagian tengah massa akan kehilangan aliran darah, sehingga aliran nutrisi yang
terjadi melalui proses difusi akan terputus. Kematian sel-sel dibagian tengah
massa kista tersebut akan menyebabkan terbentuk suatu rongga berisi cairan yang
bersifat hipertonis. Keadaan hipertonis akan menyebabkan terjadinya proses
transudasi cairan dari ekstra lumen menuju ke dalam lumen. Akibatnya terjadi
tekanan hidrostatik yang berakibat semakin membesarnya massa kista. Proses
pembesaran massa kista dapat terus berlangsuung, kadang sampai dapat terjadi
parastesia ringan akibat ekspansi massa menekan daerah saraf sampai timbulnya
rasa sakit.
Patogenesis Kista
1. Inisiasi kista
Inisiasi kista mengakibatkan proliferasi batas epithelia dan
pembentukan suatu kavitas kecil. Inisiasi pembentukan kista umumnya berasal
dari epithelium odontogenic. Bagaimanapun rangsangan yang mengawali
proses ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan
suatu kista adalah proliferasi epithelia, akumulasi cairan dalam kavitas kista
dan resorpsi tulang.
2. Pembesaran kista
Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki batas
epithelium. Tahap pembesaran kista meliputi peningkatan volume kandungan
kista, peningkatan area permukaan kantung kista, pergeseran jaringan lunak
disekitar kista dan resorpsi tulang.
a. Peningkatan volume kandungan kista
Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez pada
membran periodontal periapikal untuk berproliferasi dan membentuk suatu
jalur menutup melengkung pada tepi granuloma periapikal, yang pada
akhirnya membentuk suatu lapisan yang menutupi foramen apikal dan
diisi oleh jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur.
Sel-sel berproliferasi dalam lapisan dari permukaan vaskular
jaringan penghubung sehingga membentuk suatu kapsul kista. Setiap sel
menyebar dari membran dasar dengan percabangan lapisan basal sehingga
kista dapat membesar di dalam lingkungan tulang yang padat dengan
mengeluarkan faktor-faktor untuk meresorpsi tulang dari kapsul yang
menstimulasi pembentukan osteoclast.
b. Proliferasi epitel
Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel adalah
salah satu dari proses penting peningkatan permukaan area kapsul dengan
akumulasi kandungan seluler. Pola mulrisentrik pertumbuhan kista
membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai keratosis mengakibatkan
ekspansi kista. Aktifitas kolagenase meningkatkan kolagenalisis.
Pertumbuhan tidak mengurangi batas epitel akibat meningkatnya mitosis.
Adanya infeksi merangsang sel-sel seperti sisa sel malasez untuk
berploriferasi dan membentuk jalur penutup. Jumlah lapisan epitel
ditentukan oleh periode viabilitas tiap sel dan tingkat maturasi serta
deskuamasinya.
c. Resorpsi tulang
Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk membesar di
dalam kavitas tulang yang padat dengan mengeluarkan fakor resorpsi
tulang dari kapsul yang merangsang fungsi osteoklas (PGE2). Perbedaan
ukuran kista dihasilkan dari kuantitas pengeluaran prostaglandin dan
faktor-faktor lain yang meresorpsi tulang.
Gambaran radiografi umum dari kista adalah akan terlihat gambaran
radiolusen berbatas jelas (radiopak).
A. KISTA ODONTOGEN
1. Kista Radikuler = periapikal atau apical cyst
Kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung apeks atau
akar gigi yang jaringan pulpanya sudah nonvital atau mati. Kista ini
merupakan lanjutan dari pulpitis atau peradangan pulpa. Dapat terjadi di ujung
mana pun dan dapat terjadi pada semua umur. Ukurannya berkisar antara 0.5-
2cm. Bila kista mencapai ukuran diameter yang besar, ia dapat menyebabkan
wajah menjadi tidak simetri karena adanya benjolan dan bahkan dapat
menyebabkan parestesi karena tertekannya syaraf oleh kista tersebut.
Kista radikuler ini adalah timbul dari sisa epitel ligamen periodontal
sebagai akibat dari radang kronis. Berkembang dari granuloma periapikal
yang sudah ada dan terfokus dari jaringan granulasi yang terinflamasi secara
kronik di tulang yang terletak di apex gigi non vital.
Kista ini tidak menimbulkan keluhan atau rasa sakit, kecuali kista yang
terinfeksi. Terdapat epitel yang membatasi rongga kista. Gigi yang
bersangkutan dengan kista ini biasanya tanpa gejala atau keluhan. Namun
kadang batas ini tidak jelas sehingga diagnosa kista sulit ditegakkan.
Biasanya pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri dan tes perkusinya
negatif. Karena berhubungan dengan pulpa yang telah nekrosis, stimulasi
thermal akan menunjukkan nilai yang negatif. Gambaran kista periapikal
ditandai dengan adanya rongga yang berlapiskan epitel jenis nonkeratinizing
stratified squamous dengan ketebalan yang bervariasi. Dinding epithelium
tersebut dapat sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform.
Secara khas dapat dilihat proses radang dengan ditemukannya banyak sel
radang, yaitu sel plasma dan sel limfosit pada dinding kista tersebut.
Pada pemeriksaan radiografis, kista periapikal memperlihatkan
gambaran seperti dental granuloma yaitu lesi radiolusen berbatas jelas di
sekitar apeks gigi yang bersangkutan.
2. Kista lateral periodontal
Etiologi : terbentuk karena proliferasi dentalamina
Gambaran klinis : tampak pembengkakan kecil pada jaringan lunak di dalam
atau di bawah papilla interdental, diameter < 1cm. Mayoritas pada orang
dewasa laki-laki pada cuspid premolar dan caninus atas/ bawah (vitalnya di
rahang bawah). Biasanya tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan selama
selama pemeriksaan radiologis rutin.
Gambaran radiograf :
- radiolusen, Berbentuk bulat, seperti tetesan airmata, kadang juga
berbentuk oval, unilokuler dan kadang-kadang multilokuler, dengan tepi
sklerotik.
- Kista terletak di antara apeks dan tepi servikal gigi, di antara 2 gigi.
- Diameter kurang dari 1cm, tetapi beberapa lebih besarr dan melibatkan
keseluruhan panjang akar.
- Kista kecil bisa mempengaruhi lamina dura gigi tetangga. Kista yang
berukuran besar dapat menggeser gigi-gigi tetangga dan mengakibatkan
ekspasi.
3. Kista Residual
Kista residual merupakan kista yang disebabkan oleh keradangan pada
fragmen akar yang tertinggal saat pencabutan atau adanya sisa granuloma
yang tidak terambil saat pencabutan. Pada pemeriksaan klinis didapatkan
rahang tidak bergigi dengan sejarah pernah dilakukan ekstraksi. Secara
histopatologis ditandai dengan adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel
yang tidak mengalami keratinisasi squamosa dan mempunyai ketebalan yang
bervariasi. Secara khas dapat dilihat adanya proses radang dengan
ditemukannya banyak sel neutrofil pada dinding kista. Perawatan kista
residual adalah dengan melakukan enukleasi dan pada umumnya tidak terjadi
rekuren.
Gambaran klinis
- Asymtomatik
- Sering ditemukan pada pemeriksaan RO daerah edentulous
- Mungkin terjadi ekspansi pada rahang atau nyeri pada kasus dengan
infeksi sekunder
Gambaran RO
- Lokasi
Terjadi pada kedua rahang, Lebih sering pada mandibula,
Epicenter terletak pada lokasi periapikal, Pada mandibula epicenter
selalu diatas canal inferior alveolar nerve
- Batas dan Bentuk
Memiliki garis tepi cortical kecuali jika menjadi infeksi
sekunder. Bentuk kista residual ini adalah oval atau bulat.
- Struktur Internal
Radiolusen, kalsifikasi bisa terdapat pada kista lama. Kista
residual dapat menyebabkan displacement gigi atau resorbsi. Kista bisa
invaginasi pada antrum maxilla atau menekan saluran inferior alveolar
nerve.
4. Kista Erupsi (Eruption Cyst)
Merupakan kista dentigerous yang terjadi pada jaringan lunak.Tapi
kista dentigerous yang terjadi biasanya pada sekeliling gigi yang
erupsidanterletak di dalam jaringan lunak yang terjadi di atas tulang.
Kista erupsi dapat berkembang dalam hubungan dengan gigi susu yang
sedang erupsi. Rongga folikular yang normal di sekitar mahkota mengembang
karena pengumpulan cairan jaringan atau darah, membentuk sejenis kista
dentigerous (Shafer, Hine dan Levy, 1974 ; Shear, 1983). Kista erupsi terjadi
paling sering pada permukaan oklusal yang lebar di gigi-gigi molar susu.
Mula-mula terdapat daerah kebiru-biruan pada gigi yang sedang erupsi, dan
kemudian terjadi kemerahan dan pembengkakan mukosa. Pembesaran kista
menyebabkan tergigit oleh gigi-gigi lawannya, dan hal ini menambah rasa
tidak enak pada anak. Kista akan hilang dengan sendirinya seiring erupsi gigi
ke rongga mulut.
Gambaran klinis
1. kista erupsi menyebabkan pembengkakan yang licin di atas gigi yang
sedang erupsi,yang bisa mempunyai warna gingival yang normal,ataupun
biru.
2. biasanya tanpa nyeri kecuali jika terinfeksi.
3. lunak dan berfluktuasi
4. kadang-kadang terdapat lebih dari satu kista
Gambaran radiologi: Kista bisa membuat bayangan lunak,tetapi
biasanya tidak melibatkan tulang, kecuali kripta terbuka yang terdilatasi yang
bisa terlihat pada radiograf.
5. Kista Dentigerous
Kista dentigerous merupakan salah satu kista yang menutupi mahkota
gigi yang belum erupsi dan melekat pada leher gigi. Kista ini terbentuk karena
akumulasi cairan di dalam ruang follicular pada gigi yang sedang erupsi.
Gambaran Klinis
- Berkembang disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi/ gigi
supernumerary
- Pemeriksaan klinis menunjukkan suatu missing, pembengkakan yang
keras (hard swelling) dan biasanya mengakibatkan asimetri wajah.
- Khasnya pasien tidak merasakan nyeri dan ketidaknyamanan
- terjadi banyak pada usia dewasa yakni usia 30 tahun pada laki-laki dan
10-20 tahun pada wanita
- Banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
- Banyak melibatkan molar tiga mandibula,caninus tetap maksila premolar
mandibula dan molar tiga maksila.
- Pembengkakan yang terjadi secara perlahan-lahan nyeri jika terjadi
infeksi.
Gambaran RO
- Lokasi. Epicenter kista tepat diatas mahkota gigi yang bersangkutan,
biasanya M3 maxilla atau mandibula, atau yang paling sering terjadi
adalah C maxilla. Kista melekat pada CEJ. Terkadang kista berkembang
dari aspek lateral follicle, menempati area disamping mahkota.
- Batas Luar dan Bentuk. Secara khas memiliki batas luar yang tegas (well-
defined cortex) dengan garis berkurva atau sirkular.
- Struktur Internal. Bagian internal radiolusen secara menyeluruh kecuali
mahkota gigi.
- Pengaruh pada struktur sekitar. Kista ini cenderung memindahkan
(menggerakkan) dan meresorbsi gigi geligi tetangganya. Biasanya pada
direksi apical. Contohnya : M3 mandibula dapat digerakkan pada region
condilar atau coronoid/ hingga cortex inferior dr mandibula.
6. Odontogenic Keratocyst
Odontogenic keratocyst mirip dengan kista primordial atau mungkin
varian dari kista dentigerous. Ada kecenderungan mengalami kekambuhan.
Kista tampak seperti lesi yang soliter atau menjadi kista yang multiple.
Etiologi : perkembangan dari sisa2 dental lamina, mengalami proliferasi
tingkat tinggi, berhubungan dengan nevoid basal cell carsinoma syndrome dan
Autosomal dominan. Batas epitel odontogenic tipis. Permukaannya lebih
parakeratinisasi daripada ortokeratinisasi dan daerah pertemuan epitel –
jaringan ikat, rata tidak mengandung rete. Rongga kista terisi keratin yang
berasal dari epitel.
Gambaran klinis
- Tidak tampak
- Terkadang terbentuk disekitar gigi yang tidak erupsi
- Biasanya asymtomatik walaupun terdapat pembengkakan ringan
- Nyeri bisa terjadi dengan infeksi sekunder
- Aspirasi menunjukkan suatu material tebal, kuning dan cheesy material
(keratin)
- Kista ini cenderung berulang
Gambaran RO
- Lokasi
Badan posterior mandibula dan ramus mandibula
Epicenter terdapat pada superior hingga inferior alveolar nerve
canal
- Batas luar dan bentuk
Menunjukkan tepi kortical seperti kista-kista lainnya kecuali jika
terjadi infeksi sekunder, smooth round atau berbentuk oval atau
scalloped outline.
- Struktur internal
Radiolusen, adanya keratin internal tidak meningkatkan
radioopasitas. Pada beberapa kasus dapat menunjukkan septa internal
berkurang, memberikan gambaran lesi multilocular.
7. Calcifiying odontogenic cyst
Merupakan lesi yang sangat jarang terjadi, yang mempunyai sifat-sifat
kistik dan neoplastik. Lapisan dalam kista terdiri dari epitel yang dibatasi oleh
sel basal yang mirip ameloblas. Ketebalan epitelnya 4-10 lapisan yang tipis.
Area yang terkalsifikasi tampak terjadi dysplasia formasi dentin, dimana 20%
diantaranya dikelompokkan dalam odontoma.
Gambaran klinis:
- Lebih dominan terjadi pada intraoseus, bisa juga periper
- Kejadian pada maksila dan mandibula sama, biasanya pada region
anterior
- Terjadi tanpa batasan usia, kebanyakan pada decade kedua dan ketiga
Gambaran radiografis:
- Lesi infraboni berbentuk radiolusen bulat dan yang besar. Walaupun
biasanya merupakan lesi yang kecil, tetapi menduduki sebagian besar
rahang.
- Biasanya tampak unilokular, dinding tampak radiolusen dengan struktur
dalam lesi radiopak
- Kista cenderung terus tumbuh, karena itu perlu dilakukan eksisi total,
karena apabila pengambilannya tidak bersih akan mengakibatkan
kekambuhan.
8. Primordial Cyst
Kista primordial bisa tumbuh menjadi besar sebelum bermanifestasi
secara klinis dan berbeda dari kista rahang lainnya. Umumnya disepakati
bahwa kista primordial merupakan kelainan perkembangan yang timbul dari
epitel odontogenik. Sebagian besar bukti yang ada menunjukkan adanya bukti
tempat asal kista tersebut adalah dari lamina dentalis atau sisa-sisanya
Kista primordial dapat tumbuh secara tunggal ataupaun multiple,yang berasal
dari organ enamel gigi tunggal pada seri regular ataupun pada banyak benih
gigi yang menjadi kistik.
Gambaran klinis
- Kista primordial timbul pada umur dasawarsa kedua lebih kurang pada
40-50 persen kasus.
- Lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.
- Mandibula lebih sering terkena dari pada maksila.
- Pasien mengeluh nyeri,pembengkakan atau secret.
- Kadang- kadang mengalami parastesia pada gigi atau bibir bawah.
Gambaran Radiologi.
- Terlihat sebagai daerah radiolusen yang kecil,bundar atau ovoid.
- Kebanyakan berbatas tegas dengan tepi sclerosis yang nyata seperti yang
biasa diperkirakan dari lesi yang membesar perlahan-lahan,tetapi
sebahagian tepinya mungkin diffuse. Kista primordial bisa timbul pada
regio periapikal gigi yang masih vital yang menggambarkan kista
radikular.
- Kista dapat menghalangi erupsi gigiyang berhubungan dan secara
radiologist ia menyebabkan gambaran dentigerous. (forcell1980)
mengobservasi hubungan antara kista ini dengan mahkota gigi dalam 41
persen kasus.hubungan lebih sering terjadi pada maksila. Tetapi (melvor
1972) memperlihatkan hubungan ini pada mandibula . lesi ini sering
disalah diagnosis sebagai kisata dentigerous.
B. KISTA NON-ODONTOGEN
1. Kista Nasoalveolar / nasolabial
Kista Nasolabial (Nasoalveolar) adalah kista fisural pada jaringan
lunak berisi cairan mukoid yang terletak intra oral dalan bagian kaninus,
insisivus lateral dari bibir atas pada regio bibir maksila dan ala nasal, dari
lateral ke midline dari wajah. Asal dari kista ini bisa jadi suatu kista fisural
yang muncul dari suatu sisa epitel dalam garis fusi globular, lateral nasal, dan
prosesus maksila. Kista nasolabial dilapisi oleh pseudostratified columnar
epithelium dengan atau tanpa beberapa stratified columnar epithelium sebagai
tambahan.
Kista nasolabial biasanya unilateral dan bisa juga bilateral, dapat
mengenai segala usia dan lebih banyak pada usia dewasa berusia 30-50 tahun.
insiden tertinggi lebih banyak mengenai wanita yaitu 75% dibandingkan pria.
Perawatan kista nasolabial dilakukan dengan melakukan pengangkatan kista
atau eksisi melalui pendekatan secara intra oral, dan prognosa adalah baik
apabila setelah dilakukan perawatan pada kista dan tidak terjadi kekambuhan
kembali.
Gambaran klinis
- Pembengkakan unilateral pada pembungkus nasolabial dan dapat
menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan jika kista berukuran kecil.
- timbulnya pembengkakan di bibir atas pada daerah kaninus, sehingga
menyebabkan hilangnya lipatan nasolabial, serta mengangkat ala nasal
dibagian lateral serta superior dan merubah bentuk lubang hidung.
- Jika kista berukuran besar dapat masuk ke dalam kavitas nasal yang
dapat menyebabkan obstruksi, pengembangan alae hidung, distorsi
nostril hidung da pembesaran bibir atas
Gambaran Radiograf
- Lokasinya dekat prosesus alveolaris diatas apeks insisif karena kista ini
merupakan lesi jaringan lunak sehingga radiograf tidak cukup jelas
- Lesi berbentuk sirkular atau oval dengan peninggian ringan jaringan
lunak pada tepi kista.
- Struktur internal radiolusensi homogen
- Mengakibatkan erosi tulang , peningkatan prosesus alveolar dibawah
kista dan apikal insisif, distorsi border inferior fosa nasal.
2. Kista Globulomaksilaris
Kista Globulomaksilaris dilukiskan sebagai kista fisural yang
ditemukan di dalam tulang antara incicivus kedua dan caninus maksila. Kista
developmental non odontogenik yang berasal dari sisa epitel saat proses
penyatuan maksila, terdiri dari membran jaringan ikat dengan epitel berlapis
gepeng.
Gambaran radiologi kista ini adalah radiolusen berbatas tegas , yang
sering menyebabkan akar gigi berdekatan divergen. Gambaran radiografinya
khas seperti buah pir atau air mata terbalik di antara akar gigi incicive lateral
dan caninus atas yang menyebabkan divergensi akar gigi tersebut.
Kista globulomaksilaris sebenarnya merupakan suatu kista
odontogenik serta penampakan klinis dan radiologinya bisa memenuhi
diagnosa kista periodontalis lateralis,kista dentigerous lateralis dan kista
primordial.
3. Kista median alveolar
Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung
dan juga pembuluh darah dan serabut saraf dari area nasopalatin. Kista duktus
nasopalatinus merupakan kista dengan dinding epitel dan termasuk kista non-
odontogenik. Kista ini berasal dari sisa-sisa epitel embrionik dalam kanalis
nasopalatinus, juga merupakan suatu saku berisi cairan yang berasal dari kanal
insisivus atau papila. Perkembangan kista duktus nasopalalinus di duga
berkaitan dengan proliferasi sisa-sisa epitel dari saluran embrionik yang
berpasangan di dalam kanal insisivus. Perkembangan pembentukan kista
duktus nasopalatinus bisa juga berkaitan dengan inflamasi saluran, dimana
inflamasi mengakibatkan penutupan saluran disertai dengan pembentukan
kista. Gejala yang bisa terlihat dari kista nasopalatinus adalah adanya
pembengkakan, biasa pada garis tengah sisi labial alveolar ridge.
Lokasi kista biasa pada kanalis nasopalatina atau di dalam jaringan
lunak palatal pada titik permukaan kanal. Pada pemeriksaan radiografi terlihat
radiolusen pada garis tengah palatum, diatas diantara akar gigi insisivus
pertama. Daerah radiolusen bisa berbentuk bulat atau seperti jantung dengan
batas jelas.
Etiologi :
- Berasal dari sisa2 epitel jaringan saluran vestigial oronasal
- Sisa2 epitel embrionik dalam canalis nasopalatina
- Developmental
Gambaran klinis
- kista ini relatif umum, pembengkakan pada regio enterior midline
palatinal atau midline radioluency
- Asimtomatik atau dengan gejala minor yang dapat di tolerir dalam
jangka waktu yang lama.
- Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada
posterior papila palatin.
- Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di
permukaan.
- Perluasan kista dapat berpenetrasi pada plate labial dan mengakibatkan
pembengkakan dibawah frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat
meliputi rongga hidung dan merusak septum nasal.
- Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen
Gambaran Radiograf
- Kista ini terletak pada foramen nasopalatin meluas ke posterior untuk
melibatkan palatum durum.
- Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang
superimpose yang mengakibatkan kista berbentuk seperti hati.
- Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi
distrofik interna yang mengakibatkan radioopasitis menyebar.
- Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorpsi
akar serta pergeseran dari nasal fosa ke arah superior.