Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
RADIOGRAFI 3
-
Upload
fitriwardani -
Category
Documents
-
view
107 -
download
1
description
Transcript of RADIOGRAFI 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gibson et.al. kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui
latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan, dan keterampilan dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya sejenis pendidikan, kurikulum, pengalaman praktik
dan latihan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis, rencana
pengobatan penyakit, dan evaluasi terhadap penyakit umum maupun penyakit mulut
tertentu. Meskipun dosis radiasi dalam radiografi rendah, bila memungkinkan
paparan radiasi harus diminimalkan. Dokter harus mempertimbangkan manfaat dari
radiografi terhadap meningkatnya konsekuensi paparan radiasi pada pasien, yaitu
efek yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu. Dokter harus
mengikuti prinsip-prinsip untuk meminimalkan paparan radiasi.
10
1,2
2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi kedokteran gigi adalah alat yang membantu dalam menegakkan
diagnosis dan rencana perawatan penyakit mulut mulai dari karies, penyakit
periodontal dan patologi oral. Radiologi ini merupakan langkah awal pendeteksi
keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi sangat baik jika dilakukan
radiologi dental sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau
langkah dalam pengobatan bisa sebaik mungkin.
Di bidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang
sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data
dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil
1,2,11
yang optimal.11 Jenis radiografi dental yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
ada dua, yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral. Pada radiografi intraoral film
diletakkan di dalam mulut pasien, contohnya adalah radiografi periapikal, bitewing
dan oklusal. Pada teknik ekstraoral, film diletakkan di luar mulut pasien, contohnya
adalah radiografi panoramik, radiografi lateral dan cephalometri.
Ada beberapa tujuan dari radiografi dental, yaitu :
1,4,5
a. Untuk mendeteksi adanya lesi
1,3,12
b. Untuk melihat ada tidaknya kerusakan tulang terutama pada kasus fraktur
mandibula
c. Untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit
d. Untuk melihat lokasi lesi atau benda asing yang tedapat dalam rongga mulut
e. Untuk memberikan informasi yang menunjang prosedur perawatan
f. Untuk mengevaluasi pertumbuhan gigi geligi
g. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu
2.1.1 Radiografi Intraoral
Radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan
film yang diletakkan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intraoral merupakan pokok
dari radiografi kedokteran gigi.5
a. Radiografi periapikal
Radiografi intraoral terdiri atas beberapa jenis yaitu:
Radiografi periapikal adalah radiografi yang berguna untuk melihat gigi
geliligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan
pendukungnya. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada
apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya.
Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting.
1,3,5,11
Pada teknik parallel film diletakan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan
sejajar dengan sumbu gigi. Pada teknik bisekting tidak menggunakan pegangan film
(film holder) tetapi menggunakan jari tangan pasien untuk memposisikan film dalam
rongga mulut.1,3,5,11
Teknik radiografi periapikal paralel dan bisekting memiliki kelebihan dan
kekurangan yaitu teknik bisekting dianggap lebih mudah dan praktis dalam
pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik paralel (kesejajaran). Keuntungan teknik
bisekting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik
bisekting yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang
harus diperhatikan).
Keuntungan teknik paralel yaitu tidak ada distorsi, gambar yang dihasilkan
sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta
mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralel yaitu pemakaian film
holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan serta kesulitan
meletakkan film holder didalam rongga mulut terutama pada anak-anak dan pasien
yang mempunyai mulut yang kecil.
1,5
b. Radiografi Bitewing
1,5
Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat
permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di
maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu film khusus.
Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan
efektif untuk melihat kalkulus pada interproksimal. Pada teknik radiografi bitewing
tidak menggunakan pegangan film (film holder) melainkan dengan cara pasien
menggigit sayap film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut. Pada radiografi
bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang dari pada radiografi
periapikal.
Radiografi bitewing memiliki kelemahan yaitu periapikal dan ujung akar tidak
terlihat serta pasien sulit mengoklusikan maksila dan mandibula sehingga mulut tetap
terbuka. Selain itu radiografi bitewing juga memiliki kelebihan yaitu dapat
mendeteksi karies dini, puncak tulang alveolar terlihat jelas dan memudahkan pasien
yang memiliki refleks muntah yang tinggi.
1,3,5
c. Radiografi Oklusal
1,5
Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi
tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film. Radiografi
oklusal juga dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di langit-langit, sialolit pada
ductus Stenson dan kelainan yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah
film oklusal. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi yaitu instuksikan
pasien untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film.
1,3,5
2.1.2 Radiografi Ekstraoral
Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan yang menggunakan film yang
lebih besar dan berada diluar mulut sewaktu pemaparan sinar-x yang bertujuan untuk
melihat area pada kepala dan rahang. Radiografi ekstra oral biasanya digunakan
untuk kegunaan perawatan ortodonti dan bedah mulut untuk melihat lokasi serta
bentuk dari rahang seseorang. Radiografi ekstraoral terdiri atas radiografi panoramik,
Lateral Jaw, Lateral Cephalometric, Posterior-anterior, Submentovertec, Waters
View, dan sebagainya.
1,3,5
2.1.2.1 Radiografi Panoramik
Panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan
secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan
maksilofasial. Radiografi panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika
Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk
mengetahui kesehatan mulut tentaranya. Radiografi panoramik juga disarankan
kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah
satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi
yang diterima pasien untuk pertama kali radiografi panoramik hampir sama dengan
dosis empat kali radiografi intraoral.
Pada radiografi panoramik akan dihasilkan sebuah gambaran tomografi yang
memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta
struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada
sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah radiografi dimana gambaran
seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Radiografi panoramik dikenal juga
dengan panorex atau othopantomogram dan menjadi sangat populer di kedokteran
1,3
gigi karena teknik yang sederhana, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang
dengan dosis yang rendah. Radiografi panoramik dapat menunjukkan hasil yang
buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.
Prinsip kerja radiografi panoramik menggunakan tiga pusat putaran. Hasilnya
sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang ada sebelumnya
yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien
dalam keadaan diam, sumber sinar–x dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan
kurva film berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar-
x dan tempat film bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit
pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus kesetiap bagian kepala pasien
mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu
konsentris untuk regio anterior pada rahang dan dua sumbu rotasi eksentris untuk
bagian samping rahang, tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan. Jadi, pada
saat pengambilan radiografi, posisi tabung akan bergerak mengelilingi kepala pasien.
Posisi film -pasien-tabung roentgen akan selalu sejajar dan berotasi di sekeliling
kepala pasien. Pada saat bergerak, tabung roentgen akan memancarkan sinarnya
secara terus-menerus, menembus kesetiap bagian kepala, dan sinar tersebut
selanjutnya akan mengenai film panoramik (berbentuk panjang ukuran 18x30 cm).
Pada saat dikenai sinar, film roentgen akan berotasi secara simultan, sehingga setiap
berkas sinar yang menembus bagian-bagian kepala akan terpapar secara bertahap
pada daerah film.
1,3,12,13
1,3,14
Gambar 1. Anatomi panoramik normal
Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 5. Prosesus palatinus, 6. Kanal insisivum, 7. Arkus zigomatikus, 8. Spina angular, 9. Prosesus kondilus mandibula, 10. Prosesus koronoid mandibula, 11. Tuberositas maksila, 12. Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14. Fossa glenoidalis, 15. Prosesus styloid, 16. Prosesus mastoid, 17. Oblique ridge of the mandible, 18. Foramen mandibula, 19. Kanal mandibula inferior, 20. Foramen mentalis, 21. Tuberkel genial, 22. Inferior border of the mandible, 23. Sudut mandibula, 24. Panorex chin rest.
5
Untuk dapat menginterpretasi radiografi panoramik, terlebih dahulu harus
mengenali anatomi normal dari hasil radiografi panoramik, hal ini disebabkan antara
lain karena hasil radiografi panoramik mencakup struktur anatomi yang kompleks,
ditambah dengan adanya penumpukan bayangan dengan berbagai variasi struktur
anatomi, dan juga dengan adanya perubahan dimensi dan orientasi proyeksi pada
hasil radiografinya.
1,3,12,13
Gambar 2. Radiografi Panoramik
15
Gambar 3. Radiografi Panoramik
15
Keterangan Gambar 2 dan Gambar 3 :
15
Indikasi panoramik sangat luas, meliputi evaluasi umum untuk:
a. Rekam medis
1,3
b. Evaluasi awal kelainan periodontal
c. Penilaian perawatan ortodonti
d. Membandingkan gambaran radiografi sisi kiri dan kanan (sinus maksilaris,
TMJ, dan lain-lain)
e. Perluasan lesi atau kelainan di rahang (kista, tumor, kelaian sistemik, dan
tumbuh kembang)
f. Pertumbuhan benih gigi tetap dan susunan geligi
g. Fraktur kompleks, gigi impaksi, sinus maksilaris, dan kasus-kasus bedah
mulut lainnya
h. Kondisi (kualitas dan kuantitas tulang rahang), termasuk perawatan implan.
Beberapa kelebihan dari radiografi panoramik adalah :
1. Dapat memberi gambaran yang lebih luas dari lengkung gigi dan struktur
pendukungnya.
1,16
2. Menghasilkan gambar anatomi yang secara relatif tidak distorsi.
3. Dapat menurunkan dosis radiasi pada pasien.
4. Prosedur yang sederhana dan cepat.
5. Prosedur kontrol infeksi yang minimal.
6. Mampu mendeteksi karies, penyakit periodontal, dan kelainan periapikal yang
berhubungan dengan pulpa.
Beberapa kekurangan dari radiografi panoramik yaitu :
1. Bayangan jaringan lunak dan udara dapat menimpa struktur jaringan keras
yang diperlukan.
1,17
2. Teknik ini tidak cocok untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau pada
pasien cacat karena panjangnya siklus paparan. 3. Gerakan pasien selama paparan dapat menimbulkan kesulitan dalam
interpretasi radiograf.
2.2 Anatomi Normal Rongga Mulut
Radiografi konvensional baik radiografi intraoral maupun radiografi
ekstraoral seperti radiografi panoramik, jaringan dan struktur normal rongga mulut
dapat dilihat secara makroskopis. Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal
rongga mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi hasil radiografi. Struktur
radiopak yang normal dan patologis, serta benda asing diluar dari bidang fokus dapat
memberikan efek pada hasil radiografi yang mana akan menghambat interpretasi atau
bahkan menyebabkan kesimpulan diagnosis yang salah.
14
2.2.1 Septum Nasal
Septum nasal merupakan dinding medial rongga hidung yang membatasi
rongga hidung kanan dan kiri. Septum nasal berfungsi sebagai penompang batang
hidung (dorsum nasi). Septum nasal dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian
anterior, yang tersusun dari tulang rawan, dan bagian posterior yang tersusun dari
lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer, dilapisi oleh perikondrium dan
periostium, sedangkan diluarnya dilapisi juga oleh mukosa hidung.14 Gambaran
radiografi panoramik dari nasal septum adalah radiopak.
2.2.2 Kavum Nasal
Rongga hidung atau kavum nasal berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh nasal septum dibagian tengahnya sehingga menjadi kavum
nasal kanan dan kiri. Setiap kavum nasal memiliki 4 buah dinding yaitu dinding
medial, lateral, inferior, dan superior. Bagian dari kavum nasal yang letaknya sesuai
ala nasi, tepatnya dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum
ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang
disebut dengan vibrise.14
Gambaran radiografi panoramik dari kavum nasal adalah
radiolusen.
2.2.3 Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus paranasal
merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena
bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu.
Secara anatomis, oral dan sinus adalah dua bagian yang dekat namun terpisah
satu dengan yang lain. Sinus berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah orbita
kiri dan kanan. Bagian medial dari sinus dibatasi oleh dinding lateral dari rongga
hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveolar rahang atas yaitu tempat
dimana gigi-gigi berada. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus
maksilaris adalah dasar sinus yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,
yaitu apeks premolar (P
18
1 dan P2) dan molar (M1 dan M2) kiri dan kanan, sehingga
terkadang juga dapat memberikan kesan bahwa satu atau lebih akar menonjol ke
dalam sinus.
Beberapa fungsi sinus maksilaris antara lain:
14,18
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning). Sinus berfungsi sebagai
ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.
14,18
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulator). Sinus berfungsi sebagai penahan
(buffer) panas, melindungi orbita dan fossa selebri dari suhu rongga hidung yang
berubah-ubah.
3. Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.
4. Membantu resonansi (kualitas) suara.
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin.
6. Membantu produksi mukus yang efektif untuk membersihkan partikel yang
turut masuk dengan udara inspirasi.
7. Mengandung saraf olfaktori yang mempunyai reseptor penciuman.
Radiografi panoramik dapat digunakan sebagai sarana pemeriksaan mengenai
hubungan antara sinus maksilaris dan gigi rahang atas. Gambaran radiografi
panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen. Pada area apeks premolar dan
molar rahang atas. Dasar sinus terdiri dari tulang kortikal yang terlihat seperti garis
yang radiopak. Perluasan dasar sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya
meluas dari premolar kedua sampai molar kedua. Bila sinus besar bisa terlihat dari
kaninus atau premolar pertama sampai lebih dari molar ketiga rahang atas.
1,14,18
2.2.4 Tuberositas Maksila
Tuberositas maksila adalah tulang keras, besar dan bulat pada permukaan luar
rahang atas. Berlokasi di area gigi posterior, dibelakang gigi molar dan ditutupi oleh
jaringan keras gusi. Masalah dapat dihasilkan pada bagian mulut ini selama prosedur
dental, seperti pencabutan gigi. Saraf alveolar posterior superior biasanya menembus
permukaan belakang tuberositas maksila. Saraf alveolar superior adalah saraf yang
menyebabkan seseorang memiliki sensasi pada gigi molar kedua dan ketiga, serta
disebagian besar akar gigi molar pertama. Gambaran radiografi tuberositas maksila
adalah radiopak dengan batas cembung pada distal rahang atas.14
2.2.5 Kondilus Mandibula
Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada
ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit
terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih
lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong
dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular
terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular.
1,19
Gambar 4. Kondilus mandibula
19
Radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus, dan badan
mandibula dalam satu radiografi. Gambaran ini biasanya penting untuk mengevaluasi
kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau patahan dari
fraktur. Selain itu, di dalam radiografi panoramik terlihat regio prosesus kondilaris
dan subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan
antara kondilus kanan dan kiri. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosis fraktur
kondilus.
14,19
2.2.6 Prosesus Styloid
Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan
terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk
runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai tempat perlekatan
otot, tendon, dan ligamen untuk membantu pergerakan lidah dan laring pada saat
berbicara dan penelanan. Pada gambaran radiografi panoramik terlihat radiopak.
14
2.2.7 Prosesus Koronoid Mandibula
Prosesus koronoid mandibula biasanya dapat terlihat melalui radiografi
periapikal pada region molar maksila. Ketika membuka mulut maka prosesus ini akan
bergerak maju. Oleh sebab itu, prosesus ini dapat terlihat ketika rongga mulut terbuka
maksimal saat dilakukan radiografi. Gambarannya berupa daerah radiopak yang
berbentuk lonjong atau segitiga terkadang superimposisi pada gigi molar mandibula
dan maksila. Pada beberapa kasus terutama ketika bayangan yang dihasilkan padat
dan homogen, prosesus koronoid salah diinterpretasikan oleh dokter gigi sebagai
suatu fragmen akar. Bayangan yang benar dapat dengan mudah dibuktikan dengan
melakukan dua radiografi dengan kondisi mulut dalam posisi yang berbeda dan
mencatat perubahan posisi bayangan yang dicurigai.
1,14
2.2.8 Foramen Mandibula
Foramen mandibula adalah sebuah lubang dirahang bawah atau dimandibula.
Foramen mandibula berfungsi sebagai pintu masuk untuk pembuluh darah dan saraf
pada alveolar mandibula. Secara khusus foramen mandibula terletak di ramus
mandibula. Saraf inferior alveolar masuk masuk ke rahang bawah melalui foramen
mandibula.1,14
Pada radiografi panoramik foramen mandibula terlihat sebagai daerah
radiolusen pada pertengahan ramus mandibula.
2.2.9 Kanal Mandibula
Kanal mandibula merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung
pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi rahang bawah yaitu inferior
alveolar neurovascular bundle yang terdiri dari arteri dan vena alveolar inferior, serta
saraf alveolar inferior. Kanal mandibula bermula dari foramen mandibula pada bagian
medial ramus. Kanal ini berjalan dalam arah ke bawah dan ke depan dalam ramus dan
kemudian secara horizontal dalam badan mandibula sampai foramen mentalis. Kanal
mandibula mempunyai beberapa variasi diantaranya lokasi kanal mandibula dari
apeks molar dan variasi bentuk anatomis.3,14
Radiografi kanal mandibula adalah radiolusen dengan batas linier radiopak
tipis dimana batas tersebut dapat terlihat tipis atau tidak terlihat sama sekali. Tepi
superior dan inferior terdiri dari tulang lamella yang berhubungan langsung dengan
kanal. Penjalaran kanal ini jelas kelihatan dari foramen mandibula hingga foramen
mentalis. Jarang dapat dilihat gambaran kelanjutan kanal mandibula di anterior yang
menuju ke garis tengah pada radiograf.
3,14
Gambar 5. Kanal Mandibula
3
2.2.10 Foramen Mentalis
Foramen mentalis adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula.
Melalui foramen mentalis dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena,
dan nervus mentalis yang merupakan cabang nervus alveolaris inferior. Foramen
mentalis ini terletak bilateral pada anterolateral rahang bawah sampai ke alveolar
margin.
Gambaran foramen mentalis kemungkinan dapat menutupi apeks gigi,
sehingga dapat disalahartikan sebagai suatu lesi periapikal. Namun demikian, suatu
lamina dura yang utuh pada daerah radiolusen dapat mendukung interpretasi yang
baik terhadap foramen mentalis.
1,14,20
14,20
Foramen mentalis tidak selalu dapat divisualisasikan dalam radiografi.
Foramen mentalis dapat diamati gambarannya pada pemeriksaan rutin radiografi.
Foramen mentalis juga terbukti lebih sering terlihat pada mandibula yang edentulus.
Jika tulang alveolar mengalami resorbsi yang nyata dan atrofi, maka kemungkinan
letak foramen mentalis berada di dekat batas superior dari tulang alveolar. Secara
anatomis ada satu foramen mentalis pada setiap sisi mandibula yang merupakan
tempat lewatnya arteri, vena, dan nervus mentalis.
Radiografi dari foramen mentalis dapat dilihat sebagai suatu daerah radiolusen
oval atau bulat di regio premolar. Lokasinya dapat bervariasi sehubungan dengan
akar premolar dan gambarannya dapat dijumpai lebih rendah, sama atau lebih tinggi
dari apeks akar premolar.
21
Pengetahuan tentang foramen mentalis bermanfaat dalam hal pemberian
anastesi lokal untuk tujuan pembedahan dan perawatan endodonti. Agar dapat
melakukan interpretasi radiografi dengan baik, maka pengetahuan mengenai keadaan
foramen mentalis yang normal harus dimiiki, dengan menyadari adanya variasi
3,14,20
Gambar 6. (Tanda panah 1) Gambaran foramen mentalis yang normal yang dapat dilihat adanya suatu lamina dura yang utuh, sehingga dapat dibedakan dengan lesi periapikal (Tanda panah 2).3
struktural luas yang masih dalam batas normal. Beberapa penelitian telah
memaparkan bahwa foramen mentalis dapat lebih mudah dilihat dengan radiografi
panoramik, tetapi dalam beberapa kasus dengan sinar yang terang tidak terlihat.3,14,20
2.3 Kerangka Konsep
Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik
Radiografi Ekstraoral
(Panoramik)
Radiologi Dental
Anatomi Normal Rongga Mulut
Prosesus Styloid
Prosesus Koronoid Mandibula
Foramen Mandibula
Kanal Mandibula
Foramen Mentalis
Kondilus Mandibula
Tuberositas Maksila
Sinus Maksilaris
Septum Nasal
Kavum Nasal
Radiografi Intraoral