Post on 02-Jul-2015
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT KELEMBABAN RUANGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN TB
PARU DI DESA BUKATEJA KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
Oleh :
Azis Awaludin
NIM : P17433108008
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
2010
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini pada
waktunya, dengan judul “ HUBUNGAN TINGKAT KELEMBABAN RUANGAN PERUMAHAN
DENGAN KEJADIAN TB PARU DI DESA BUKATEJA KECAMATAN BUKATEJA KEBUPATEN
PURBALINGGA TAHUN 2010 “. Maksud dan tujuan penyusunan proposal ini adalah
untuk mengetahui hubungan tingkat kelembaban di perumahan dengan kejadian TB
paru sehingga diharapkan dapat menyusun sebuah kebijakan atau tindakan dalam
rangka program pencagahan penyakit TB paru.
Dalam penyusunan proposal ini, tentunya penulis banyak menemui kesulitan
dan hambatan, oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas dorongan dan
bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, sehingga penyusunan proposal
penelitian ini dapat terselesaikan.
Demikian pengantar dari penulis, semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyusunan proposal ini. Dan penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan proposal ini.
Purwokerto, 7 Mei 2010
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………. i
Daftar Isi…………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….1
B. Perumusan masalah………………………………………..…….2
C. Tujuan…………………………………………………….……..2
D. Manfaat………………………………………………….………2
E. Ruang Lingkup………………………………………….……….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian perumahan………………………………….……..… 4
B. Pengertian kelembaban…………………...…………….………. 5
C. Pengertian TB paru…………………………………….......…… 6
D. Etiologi TB paru……………………...………………………… 6
E. Tanda Dan Gejala TB paru………………………………………6
F. Patofisiologi TB paru …………………………...……………….7
3
G. Epidemiologi Dan Penularan TB paru ………….………....…… 8
H. Stadium TB paru ……………………………………….………. 9
I. Penanganan TB paru ……………………………………….…...11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………….……..13
B. Pelaksanaan……………………………………………….…….. 13
C. Variable penelitian…………………………………….…......…. 14
D. Definisi operasional…………………………….……………… 15
E. Populasi dan sampel………………………………………….…..17
F. Pengumpulan Data………………………………………....…… 17
G. Pengolahan dan penyajian data…………………………………. 21
Daftar Pustaka
4
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia yang sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayaan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Republik Indonesia. (Depkes, 1999,h.5)
Perumahan yang tidak sehat akan mendukung perkembamhbiakan bibit
penyakit dan mebahayakan manusia. Salah satunya adalah penyakit TB – paru
yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru /
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
Menurut data dari Puskesmas 1 Bukateja,menujukan adanya kasus
kejadian TB paru yang menjangkit di Desa Bukataja sebanyak 108 selama periode
5
tahun 2009. Dari data tersebut penulis tertarik untuk meneliti adakah hubungan
antara kelembaban dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja pada tahun 2009
yang penulis tuangkan dalam proposal karya tulis ilmiah berjudul “ Hubungan
Tingkat Kelembaban Ruangan Perumahan dengan Kejadian TB Paru di
Desa Bukateja Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Tahun 2010”
B. Perumusan masalah
1) Bagaimana gambaran kelembaban ruangan perumahan kelompok
kasus pada warga di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten
Purbalingga.
2) Berapa besar hubungan antara kelembaban ruangan perumahan
dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja
kabupaten Purbalingga.
C. Tujuan penelitian
Mengetahui hubungan tingkat kelembaban di perumahan dengan kejadian
TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi tentang hubungan tingkat kelembaban ruangan
pemukiman dengan kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja
kabupaten Purbalingga.
2. Bagi institusi kesehatan
6
Sebagai bahan acuhan evaluasi tentang dengan kejadian TB paru.
3. Bagi penulis
Sebagai penambah pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam
penelitian.
E. Ruang lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengaruh kelembaban di ruangan
terhadap kejadian TB paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten
Purbalingga.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian perumahan
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga,
tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga
merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan
determinan kesehatan masyarakat.
Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental
yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu
penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk
tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga
8
penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari
ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air
bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan social.
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan
keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan
WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit
mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow:
1) Harus memenuhi kebutuhan fisiologis, yang antara lain:
a. Suhu ruangan yang tergantung pada suhu udara luar,
pergerakan udara, kelembaban udara dan suhu benda-benda di
sekitarnya
b. Harus cukup mendapat penerangan baik siang maupun malam
c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)
d. Harus cukup mempunyai isolasi suara
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain:
a. Memenuhi rasa keindahan baik dari segi keadaaan rumah dan
sekitarnya
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup
c. Ada ruangan untuk berkumpu dengan keluarga
d. Adanya ruangan untuk hidup bermasyarakat
3) Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, seperti:
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat
sehingga tidak mudah ambruk
b. Diusahakan agar tidak mudah terbakar
9
c. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan terutama untuk anak-
anak
4) Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit, seperti:
a. Adanya sumber air yang sehat, sukup kualitas dan kuantitasnya
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah
yang baik
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vektor penyakit
seperti nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya (Indan Entjang,
2000).
B. Pengertian kelembaban
Menurut www.indrariawan.wordpress.com/2007/03/2. kelembaban
adalah presentasi jumlah air dalam udara.
C. Pengertian TB paru
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. (Robert koach)
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan
parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru
tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk
meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-
10 minggu setelah pemajanan.
D. Etiologi
10
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang
merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan
sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai
penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
E. Tanda Dan Gejala
A. Tanda
1) Penurunan berat badan
2) Anoreksia
3) Dispneu
4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
B. Gejala
a) Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya
infeksi kuman TBC yang masuk.
b) Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada ulkus dinding bronkus.
11
c) Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis)
e) Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun,
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
F. Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi
jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah
terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh
jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel.
Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot
pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan
kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi
yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif,
dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat
mengurangi oksigenasi darah.
G. Epidemiologi Dan Penularan TBC
12
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Reservour, sumber dan penularan
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan
dari orang dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung
melalui droplet.
b. Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya
memerlukan waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi
primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.
c. Masa dapat menular
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama
yang dibatukkan atau dibersinkan.
d. Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai
satu bulan bayi diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh
terhadap TBC.
H. Stadium TBC
1) Kelas 0
Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat
terpapar, reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
2) Kelas 1
13
Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat
pemaparan, reaksi tes tuberkulosis tidak bermakna)
3) Kelas 2
Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit
tuberkulin bermakna, pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik
maupun radiografik).
Status kemoterapi (pencegahan) :
Tidak ada
Dalam pengobatan kemoterapi
Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)
Tidak komplit
4) Kelas 3
Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada
dalam biakan, selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau
bukti radiografik tentang adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru,
pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi, kemih kelamin, diseminata
(milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.
Status bakteriologis :
a. Positif dengan :
Mikroskop saja
Biakan saja
Mikroskop dan biakan
b. Negatif dengan :
Tidak dikerjakan
Status kemoterapi :
14
Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak
lengkap reaksi tes kulit tuberkulin :
a. Bermakna
b. Tidak bermakna
5) Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat
mendapat pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan
radiografik yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya
bermakna, pemeriksaan bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak
ada bukti klinik tentang adanya penyakit pada saat ini).
Status kemoterapi :
a. Tidak mendapat kemoterapi
b. Dalam pengobatan kemoterapi
c. Komplit
d. Tidak komplit
6) Kelas 5
Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)
Kasus kemoterapi :
a. Tidak ada kemoterapi
Sedang dalam pengobatan kemoterapi.
I. Penanganan
a) Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC.
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko.
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
15
b) Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
c) Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga
digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang
yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala
klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya
strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah
isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol
(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa
biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama
60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping
etambutol adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman
penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar
keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang
terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis
sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai
puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti
dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada
10-20% yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18
16
bulan sesudah konversi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu
masuk harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu tahun.
Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS)
mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka
pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru
pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri dari
INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya
diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, misalnya :
pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker
didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan
mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
17
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah análisis
observasioal dengan pendekatan case control.
B. Pelaksanaan
1. Waktu
Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
a. Tahap persiapan mulai bulan Mei 2010 sampai bulan juni
2010, yang meliputi kegiatan:
1) Pengajuan judul penelitian.
2) Observasi lokasi.
3) Penyusuan proposal penelitian.
4) Seminar proposal.
5) Perbaikan proposal penelitian.
b. Tahap pelaksanaan pada bulan juni 2010.
c. Tahap penyelesaian dilaksanakan pada bulan juni 2010,
yang meliputi kegiatan:
1) Pengolahan data.
2) Penyusunaan KTI.
3) Seminar KTI.
4) Perbaikan KTI
18
5) Pengumpulan KTI.
2. Lokasi
Kegiatan penelitian ini berlokasi perumahan di Desa Bukateja
kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.
C. Variabel penelitian
1. Jenis penelitian
1) Variabel bebas (independent).
Adalah variabel utama yang mempengaruhi atau diduga
mempengaruhi variabel terkait. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah tingkat kelembaban di perumahan
Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.
2) Variabel terikat (dependent).
Adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian TB
paru di Desa Bukateja kecamatan Bukateja kabupaten
Purbalingga.
3) Variabel pengganggu (confounding)
19
Adalah variabel diluar variabel utama yang dimungkinkan
dapat mempengaruhi veriabel terkait. Variabel pengganggu
dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, imunisasi.
Variabel bebas
Kelembaban di perumahan
Variabel pengganggu
Umur
Jenis kelamin
imunisasi
20
Variabel terikat
Kejadian TB paru
Gb. Hubungan antara variebel terikat dengan variable bebas.
D. Definisi operasioanal.
1. Kelembaban adalah kadar air dalam udara.
2. Perumahan adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota
keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang
berharga, dan rumah juga merupakan status lambang social.
3. Kepadatan penduduk adalah Jumlah rata – rata penduduk
per satu unit luas tanah.
4. Fasilitas kesehatan adalah semua perangkat kesehatan yang
ada meliputi sarana kesehatan, tenaga kesehatan serta alat
dan bahan yang dibutuhkan untuk menanggulangi penyakit
TB paru.
5. Petugas adalah orang yang berkaitan dengan pelaksanaan
penanggulangan penyakit TB paru, mulai dari pembuat
21
kegiatan, penanganan penderita TB paru dan pelaksanaan
kegiatan di lapangan.
6. Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
lingkungan yang bisa mempengaruhi timbulnya penyakit
TB paru, diantaranya kondisi sanitasi serta kebiasaan
manusia yang berpengaruh terhadap kasus TB paru.
7. Survei lapangan adalah kegiatan pengamatan terhadap
objek penelitian untuk mendapatkan keterangan dan data –
data yang dibutuhkan dalam penelitian.
8. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian
penderita atau penderi TB paru yang kemudian di
hubungkan dengan faktor – faktor yang diperkirakan
menjadi sumber atau penyebab penularan TB paru.
9. Kejadian TB paru adalah suatu kondisi dimana didaerah
tersebut terjadi kasus penyakit TB paru, dihitung dari
banyaknya penderita TB paru atau tidak, baik baru maupun
lama.
10. Masa inkubasi adalah sejak masuknya sampai timbulnya
lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai
enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan
reinfeksi bisa beberapa tahun.
11. Tuberculosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis.
E. Populasi dan sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah :
a. Kasus : semua penderita TB paru di Desa Bukateja
kecamatan Bukateja kabupaten Purbalingga.
22
b. Kontrol : semua warga yang sehat dan tidak terkena
TB paru di Desa Bukateja yang rumahnya
berdekatan dengan rumah penderita.
2. Sampel
Menurut Suharsini Arikunto ( 1998, h.120) bahwa jika
subjek lebih dari 100, maka dapat diambil 25% dari
populasi, pengambilan sampel dengan cara simple random
sampling dengan jumlah sebanyak 30 orang sebagai
kelompok kasus dan 30 orang sebagai kelompok control,
sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 60 orang. Pada
penelitian ini kelompok control diambil pada rumah yang
bertempat tinggal berdekatan dengan penderita TB paru.
F. Pengumpulan data
1) Jenis data
a. Data umum
1. Geografi
2. Demogrfi
b. Data khusus
1. Karakteristik penderita TB paru dan kelompok
kontrolnya ( umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
status imunisasi, tingkat ekonomi ).
23
2. Kelembaban
2) Sumber data
a. Data primer
1. Wawancara dengan responden.
2. Pengamatan secara langsung pada tingkat
kelembaban.
3. Pengamatan kelompok kasus kontrol.
b. Data sekunder
1. Data dari Puskesmas Bukateja.
2. Kantor Desa Bukateja kecamatan Bukateja
Kabupaten Purbalingga.
3) Pengumpulan data
a. Observasi dengan menggunakan check list.
b. Wawancara dengan menggunakan kuisioner.
c. Pengukuran terhadap kelembaban ruangan rumah.
G. Pengolahan dan penyajian data
1. Pengolahan data
24
a. Editing yaitu suatu proses penyelesaian semua data yang
berhasil dikumpulkan berdasarkan kebutuhan yang berguna
untuk mencegah terjadinya kekeliruan data.
b. Coding : Pengelompokan data dan pemberian kode tertentu
terhadap data yang dikumpulkan untuk mempermudah
proses selanjutnya.
c. Tabulating : Suatu kegiatan memasukan data yang telah
diseleksi untuk disajikan dan bentuk table untuk keperluan
analisi.
2. Penyajian data
Penyajian datanya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Data geografois disajikan dalam bentuk narasi.
b. Data demografis disajiakan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
c. Data kelembaban disajikan dalam bentuk tabel.
3. Analisis data
1. Uji chi-square
Untuk mengetahui bagaimana keadaan kelembaban
ruangan rumah kelompok kasus maupun kelompok control.
Rumus : untuk tabel 2 X 2
X² = ΣΣ ({Oij _ Eij} – 0,5)²
25
Eij
Eij = ri – ci
N
Keterangan :
X² : Nilai X²
Oij : Nilai observasi
Eij : Nilai harapan
ri : Jumlah baris i
ci : Jumlah kolom j
N : Grand total
2. Uji Odds Ratio
Untuk mengetahui besarnya angka resiko dengan yang
mungkin ditimbulkan.
OR = A x D
B x C
26
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta.
www.indrariawan.wordpress.com/2007/03/2. di download tgl 10 may 2010 pukul
19:29 WIB.
Smeltzer and Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
27
Depkes republik. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis.
Edisi 2, cetakan pertama.
28