Perona Pipi (Rouge)

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono, 2007). Salah satu kosmetik riasan yang banyak digunakan adalah pewarna pipi. Pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bedak. Pewarna pipi bubuk dapat disajikan dalam bentuk bubuk tabur dan bubuk kompak. Formulasi bubuk kompak umumnya mengandung talk dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran bahan dapat dikempa dalam bentuk kompak. Pewarna pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pewarna pipi konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi. Pewarna pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok (Ditjen POM, 1985). Dalam daftar lampiran Peringatan No. HM.03.03.1.43.14.12.8256 tanggal 27 Desember 2012 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang, ntuuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak digunakan pewarna alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang di usung oleh masyarakat modern. Indonesia kaya akan akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Pewarna alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pewarna dalam sediaan kosmetik adalah zat warna dari kesumba keling (Bixa orellana L.) yang bewarna merah. Biji kesumba keling mengandung tanin, steroid/terpenoid, flavonoid, zat warna bixin/norbixin dan

description

Formulasi Kosmetika Sediaan Perona Pipi dengan zat warna dari biji Kesumba Keling

Transcript of Perona Pipi (Rouge)

Page 1: Perona Pipi (Rouge)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutup cacat

pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan

efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik

riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono, 2007). Salah satu

kosmetik riasan yang banyak digunakan adalah pewarna pipi.

Pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan

sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.

Pewarna pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi

dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum

maupun sesudah menggunakan bedak. Pewarna pipi bubuk dapat disajikan dalam

bentuk bubuk tabur dan bubuk kompak. Formulasi bubuk kompak umumnya

mengandung talk dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran bahan

dapat dikempa dalam bentuk kompak. Pewarna pipi dibuat dalam berbagai corak

warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pewarna pipi

konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar

tinggi. Pewarna pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai

pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok (Ditjen

POM, 1985).

Dalam daftar lampiran Peringatan No. HM.03.03.1.43.14.12.8256 tanggal 27

Desember 2012 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang

dilarang, ntuuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak

digunakan pewarna alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna

sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang di usung oleh

masyarakat modern.

Indonesia kaya akan akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan

sebagai bahan pewarna alami. Pewarna alami yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan sebagai pewarna dalam sediaan kosmetik adalah zat warna dari

kesumba keling (Bixa orellana L.) yang bewarna merah. Biji kesumba keling

mengandung tanin, steroid/terpenoid, flavonoid, zat warna bixin/norbixin dan

Page 2: Perona Pipi (Rouge)

2

karotenoid. Zat warna merah dan kuning yang dihasilkan dari biji kesumba keling

digunakan untuk mewarnai margarin, kornet, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik.

Selain itu serbuk dari biji kesumba keling juga bisa digunakan untuk pengobatan

antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar, dan untuk cacingan (Dalimartha,

2009).

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik memanfaatkan zat warna biji kesumba keling

(Bixa orellana L.) sebagai bahan pewarna untuk sediaan perona pipi atau rouge.

1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah memformulasi dan memahami

cara pembuatan perona pipi atau rouge berwarna merah berasal dari bahan alam.

1.3 MANFAAT PENULISAN

Dilakukannya penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis

maupun pembaca yakni sebagai tambahan sumber informasi mengenai sediaan perona

pipi berwarna merah berasal dari bahan alam.

Page 3: Perona Pipi (Rouge)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

2.1.1 Anatomi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan

organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada

orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit

bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit

tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.

Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan

bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah

epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam

yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan

jaringan ikat. (Ganong, 2008).

Gambar 1. Skema Penampang Kulit

Page 4: Perona Pipi (Rouge)

4

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah

epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan

dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu

lapisan jaringan ikat. (Ganong, 2008)

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel

berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal

epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak

tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.

Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan

yang paling atas sampai yang terdalam):

1. Stratum Korneum

Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

2. Stratum Lusidum

Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dantelapak

tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3. Stratum Granulosum

Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan

sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin

yang mengandung protein kaya akan histidin.

4. Stratum Spinosum

Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap

filamenfilame tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi

sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)

Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan

sel epidermis secara konstan.

Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung

letak, usia dan faktor lain.Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,

pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel

Langerhans). (Ganong, 2008; Sherwood, 2001)

b. Dermis

Page 5: Perona Pipi (Rouge)

5

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True

Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya

dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki

sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,

kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung

beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam

dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,

menahan shearing forces dan respon inflamasi. (Ganong, 2008; Sherwood, 2001)

c. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.

Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan

jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh

dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk

regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,

cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber. (Sherwood,

2001)

2.1.2 Fisioligi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah

memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,

mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi

proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma

mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi

telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba

karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit

berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi

dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan

Page 6: Perona Pipi (Rouge)

6

melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur

kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur

meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi

temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang

dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh

darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. dapat

meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah

kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.(Ganong, 2008)

Sensasi kulit adalah sensasi yang reseptornya ada dikulit, sedangkan sensasi visera

adalah sensasi yang berkaitan dengan persepsi lingkungan dalam, nyeri dari alat-alat

visera biasanya digolongkan sebagai sensasi visera. Terdapat 4 sensasi kulit yaitu:

raba-tekan (tekanan adalah rabaan yang ditahan agak lama), dingin, hangat, dan nyeri.

Kulit mengandung berbagai jenis ujung saraf sensorik yang meliputi ujung saraf

telanjang, saraf yang melebar, serta ujung saraf yang terselubung. (Ganong, 2008)

Reseptor yang cepat beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh) dikulit yang

memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan kulit. Karena reseptor ini

cepat beradaptasi maka seseorang tidak menyadari sedang memakai jam tangan,

cincin dan sebagainya. Sewaktu memakai sesuatu maka akan terbiasa karena adanya

adaptasi cepat reseptor tersebut. Sewaktu mencopotnya maka akan menyadarinya

karena adanya off response. (Sherwood, 2001)

Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan Pacini (Pacinian corpuscle) suatu

reseptor kulit yang mendeteksi tekanan dan getaran diketahui dari sifat-sifat fisiknya.

Korpus Pacini adalah suatu ujung reseptor khusus yang terdiri dari lapisan-lapisan

konsentrik jaringan ikat mirip kulit bawang yang membungkus ujung perifer suatu

neuron aferen. (Sherwood, 2001)

Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi sensorik hanya dalam daerah

terbatas dipermukaan kulit sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai lapangan reseptif

(receptive field). Ukuran lapangan reseptif bervariasi berbanding terbalik dengan

kepadatan reseptor didaerah tersebut. Semakin dekat penempatan reseptor jenis

tertentu, maka semakin kecil daerah kulit yang terpantau oleh reseptor tersebut.

Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah maka semakin besar ketajaman

(acuity) atau kemampuan diskriminatif. (Sherwood, 2001)

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan

papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.

Page 7: Perona Pipi (Rouge)

7

Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla

dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat

pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis.

(Moffat, 2004)

2.1.3 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut: (Ganong, 2008; Moffat,

2004; Sherwood, 2001)

1. Pelindung atau proteksi

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan tubuh

di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka

dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan

tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,

menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh

serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Penerima rangsang

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan

sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat

perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.

3. Pengatur panas atau thermoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta

melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat

memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika

terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan

penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah

salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan

hilang dengan penguapan keringat.

4. Pengeluaran (ekskresi)

Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat

yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan

zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui

keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan

keringat yang tidak disadari.

5. Penyimpanan.

Page 8: Perona Pipi (Rouge)

8

Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.

6. Penyerapan terbatas

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak

dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk

melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.

Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran

kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran

darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.

7. Penunjang penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,

putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu

kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun

konstraksi otot penegak rambut.

2.2 ROUGE ATAU PERONA PIPI

Perona pipi atau yang sering dikenal sebagai pemerah pipi, rouge, blush on adalah

sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik

sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah (Depkes RI, 1985).

Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna

merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim mengandung zat

pewarna, pemerah pipi yang mengandung zat warna dengan kadar rendah digunakan

sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok.

Pemerah pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi

dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum

maupun sesudah menggunakan bedak (Depkes RI, 1985).

Fungsi dari pemerah pipi ini yaitu untuk memberikan rona segar pada pipi dan untuk

memperjelas keindahan struktur wajah yang terfokus pada tonjolan tulang pipi.

Pemerah pipi juga berperan untuk menyatukan nuansa warna rias wajah secara

keseluruhan. Karena itulah pemerah pipi seringkali dibaurkan secara tipis pada

seluruh wajah sebagai sentuhan terakhir (finishing).

Dari sudut pandang kualitas, Perona pipi harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a. Cocok dipakai sebagai foundation

b. Lembut dipakai

Page 9: Perona Pipi (Rouge)

9

c. Tidak ada perubahan warna saat dipakai

d. Memiliki wadah yang sesuai

e. Mampu melekat dengan baik dan memberikan kesan kilau di pipi

f. Mudah diusapkan dan tidak melukai kulit (pipi). (Mitsui, 1997)

2.2.1 Jenis Perona Pipi

Jenis kulit menjadi salah satu pertimbangan ketika akan mernbeli atau

menggunakan perona pipi. Hendaknya ketahui terlebih dahulu jenis kulit

wajah,termasuk yang berjenis kulit berminyak, normal atau kering sebelum

memilih jenis blush on yang tersedia. Ada beberapa jenis perona pipi atau blush on

yang ada saat ini:

a. Padat

Merupakan perona pipi yang paling urnum dikenal. Digunakan dengan bantuan

blush brush/kuas pada bagian pipi. Serbuk warna perona pipi yang dipadatkan ini akan

menghasilkan warna yang sangat nyata. Jenis ini dapat dipakai untuk semua jenis kulit, terutarna

untuk yang memiliki kulit berminyak karena akan mengurangi minyak yang ada selama

dipakai. Dalarn penggunaannya, blush on ini tidak boleh diaplikasikan terlalu tebal karena dapat

menyebabkan tampakan cakey.

Terdapat 2 bentuk dipasaran yaitu loose powder rouges dan compact powder rouges. Loose powder

adalah bentuk yang paling sederhana berisi pigmen dan lakes dalam bentuk kering diencerkan dengan

bahan-bahan powder standar seperti talcum, zinc stearat dan magnesium carbonat. Kandungan pigmen

biasanya 5 – 20 %. Compact rouges lebih popular dibandingkan loose powder karena: tidak begitu

beterbangan ketika dipakai dan melekat lebih baik pada kulit. (Tanggono, 2007)

b. Krim

Bentuknya tidak sepadat blush on padat dan mernilild tekstur lebih basah. Karena tekstur inilah,

maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alarni dengan warna kulit wajah. Jenis ini

kurang cocok digunakan seseorang yang berjenis kulit berminyak karena dapat mernbuat

wajah terlihat lebih basah atau berrninyak. Namun dernikian, cream blush ini sangat cocok

digunakan pada daerah zona T wajah berrninyak dan memberikan kilau natural. Cara

pengaplikasiannya adalah dengan menggunakan jari. Pada anhydrous cream rouges, zat-zat

pewarna (pigmen, lakes dan / atau cat larut minyak) didispersikan atau dilarutkan dalam base fat-oil-

wax. Dibandingkan dengan yang powder, anhydrous cream rouges memiliki keuntungan dapat

membentuk lapisan tipis yang rata di permukaan kulit sehingga tampak lebih alami dari pada loose

Page 10: Perona Pipi (Rouge)

10

powder. Krim inijuga bersifat menolak air, sehingga resiko lunturnya rouge karena perspirasi

terhindari. (Tranggono., 2007)

c. Liquid / cair

Liquid blush sangat mirip konsistensinya dengan cream blush, hanya saja liquid blush

sedikit lebih encer. Jenis ini hanya boleh diaplikasikan di daerah pipi dan cocok untuk

kulit normal dan kering. Preparat ini terdiri dari larutan warna dengan bahan pelarut air atau

hidroalkohol. Zat-zat warna yang dipilih harus sangat harmonis dengan kulit. Glycerol, sorbitol

liquid dan lain-lain memberikan rasa lembut pada pemakaian, tetapi sebaiknya tidak digunakan

banyak-banyak karena dapat menghambat pengeringan rouge di kulit. Gum atau mucin memberikan

konsistensi yang memperbaiki penyebaran rouge di kulit. (Tranggono., 2007)

d. Gel

Berbentuk gel dan warna yang dihasilkan tidak terlalu nyata sehingga cocok untuk pernakaian

sehari-hari atau bila ingin diaplikasikan dandanan yang natural. Perona pipi gel ini cocok untuk

kulit kering.

e. Balls

Menyerupai bola-bola kecil. Cara menggunakannya adalah dengan

menggunakan kuas yang diputar-putar di atas bola-bola tersebut. Serbuk yang

menempel pada kuas kemudian dapat disapukan pada pipi. Dapat digunakan untuk

semua jenis kulit.

f. Stick

Bentuk stik ini seperti lipstick dan cocok untuk semua jenis kulit. Cara

pemakaiannya adalah dengan mengaplikasikannya secara lurus pada pipi,

kemudian diratakan dengan jari.

2.2.2 Komposisi Perona Pipi

a. Basis

Basis yang digunakan pada pembuatan blush on kompak sama dengan basis yang

digunakan pada pembuatan bedak kompak. Basis tersebut bertujuan untuk

memberikan struktur yang baik dan memberikan rasa licin, misalnya : Talc.

Basis yang digunakan pada pembuatan Liquid blusher mirip dengan basis yang

digunakan dalam pembuatan liquid foundation.

b. Pigmen warna

Page 11: Perona Pipi (Rouge)

11

Beberapa pewarna yang masih dapat digunakan adalah besi (III) oksida, titanium

dioksida, dan beberapa pewarna lain seperti:

D&C Red No.6 Ba Lake

D&C Red No.7 Ca Lake

D&C Red No.30 Al Lake

D&C Red No.34 Ca Lake

D&C Red No.36 Al Lake

D&C Yellow No.10 Al Lake

FD&C Yellow No.5 Al Lake

FD&C Yellow No.6 Al Lake

FD&C Red No.3 Al Lake

FD&C Red No.40 Al Lake

c. Pengikat (Binder)

Material-material yang digunakan sebagai pengikat dapat meningkatkan gaya kohesi.

Terdapat beberapa macam zat pengikat, yakni: zat kering/powder, minyak, silicon,

dan emulsi.

Powder contohnya metalik stearat seperti Zn-stearat dan Mg-stearat. Pati juga

biasanya dipilih sebagai pengikat yang baik, namun perlu peninjauan khusus agar

tidak terbentuk cake yang keras.

Pengikat minyak dapat digunakan pada beberapa formulasi blush on padat/kompak.

Contoh: minyak mineral, isopropyl myristate, dan derivat lanolin.

d. Pengawet

Pengawet diperlukan dalam sediaan pemerah pipi untuk mencegah kontaminasi

produk oleh mikroba selama produksi, distribusi, maupun setelah sampai dan

digunakan oleh konsumen.

Pengawet yang biasa digunakan adalah metil paraben dan propil paraben dengan

konsentrasi 0,05 -0,20 %.

e. Fragrance

Parfum merupakan konstituen yang penting dalam pemerah pipi agar dapat menutupi

bau yang tidak sedap dari bahan serta menciptakan suatu ketertarikan tersendiri bagi

konsumen. Beberapa jenis parfum kadang mengandung bahan yang sangat mudah

teroksidasi sehingga penambahan antioksidan dapat membantu. Namun demikian,

antioksidan dapat menyebabkan iritasi. Oleh karena itu, parfum yang paling sering

digunakan adalah soft floral fragrance.

Page 12: Perona Pipi (Rouge)

12

f. Bahan Tambahan Lain

Komponen tambahan pembuatan Perona Pipi

Pengkilau, Contohnya Bismuth Oxychloride

Emolient, Contohnya Dimethicone

Skin protectan dan sunscreen agent, Contohnya Zinc oxide

Anticaking, Contohnya Zinc Stearate

2.2.3 Metode Pembuatan Perona Pipi

Metode pembuatan perona pipi yang dimaksud disni ialah metode pembuatan untuk

perona pipi jenis padat (compact powder). Adapun metode dalam pembuatan perona

pipi melalui tahapan berikut:

1. Colour extension

Kunci utama dari proses pigmentasi produk adalah kehomogenan dispersi

pigmen dengan basis. Dispersi ini sangat bergantung pada efisiensi

mixer, dan sifat fisik dari material-material yang akan dicampurkan.

Dispersi pigmen yang homogen dapat diperoleh dengan ekstensi pigmen

(melewatkan pigmen dan talc pada hammer mill). Aglomerat pigmen akan

terpecah yang kernudian akan menjadi stabil dengan bergabung dalam

partikel talc.

2. Penyiapan basis

Basis putih (Talc) dimixer dalam blender stainless-steel tipe ribbon selama

20 menit sampai 3 jam tergantung dari tipe mixer, dan kapasitas. Setelah itu,

ditambahkan extended colour dan dimixer bersama hingga homogen. Terakhir,

ditambahkan parfurn dan pengikat.

3. Pengopakan

Metode yang paling sering digunakan adalah metode kempa kering.

2.2.4 Evaluasi Perona Pipi

1. Uji Dispersi Warna

Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan berwarna

putih dan ditentukan dari keindahannya. Tidak boleh ada warna yang tercoreng,

atau tidak merata.

2. Pay-Off

Page 13: Perona Pipi (Rouge)

13

Parameter ini digunakan untuk melihat efek dari pengopakan yang kurang

baik. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikator. Hasil dari sediaan

harus selalu diperiksa pada kulit. Jika tekanan pada cake terlalu besar, bedak yang

dihasilkan tidak akan tersapu bersih dengan mudah, dan akan ada gaya adhesi yang

tidak cukup dari bahan terhadap puff. Jika tekanannya terlalu rendah, cake akan

menjadi lembek dan mempunyai kecenderungan menjadi remuk dan pecah.

3. Microbial Testing

Pada formula sediaan ini terdapat Metyl Paraben dan Propyl Paraben yang dapat

bekerja menahan pertumbuhan mikroba pada basis berminyak dan diharapkan hasil

uji mikroba tidak lebih dari 100 cfu / gram.

4. Stability Test.

Tes ini untuk mengetahui stabilitas pressed rouge powder dalam jangka waktutertentu, dilakukan dalam alat climatic chamber.

5. Uji TekananPada sediaan tekanan yang diberikan secara alami haruslah rata, dengan adanya

kantung-kantung udara akan membuat cake menjadi mudah pecah. Keseragaman dan

kekerasan dari cake sebaiknya diperiksa dengan penetrometer. Pemeriksaan pada

table sebaiknya diambil dari berbagai segi untuk meyakinkan bahwa produk cukup

keras dan tekanan yang diberikan seragam.

6. Tes Keretakan

Langkah yang paling baik terhadap kecenderungan bedak menjadi pecah adalah

dengan menjatuhkan bedak pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10

inci. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya

lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan.

7. Uji iritasi

Tes untuk mengetahui keamanan sediaan perona pipi yang dihasilkan.

2.2.5 KESUMBA KELING (Bixa orellana L.)

2.3.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)

Tumbuhan kesumba keling dengan nama latin Bixa orellana L. ini adalah termasuk

suku Bixaceae. Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka

dan terkena sinar matahari secara langsung. Kesumba keling berasal dari Amerika

tropis tumbuhan ini banyak ditanam di tepi jalan, pagar dan tumbuh liar di hutan dari

ketinggian 1–1.200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia, kesumba keling masih

Page 14: Perona Pipi (Rouge)

14

sebatas dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh, di pinggir jalan, di taman-taman

kota, atau di komplek perkantoran. Daya tarik utama kesumba keling buahnya yang

berwarna merah cerah mirip buah rambutan, karena permukaan kulitnya juga berbulu.

Beda dengan buah rambutan, buah kesumba keling berkulit tipis, bentuknya agak

pipih, dan bagian dalamnya berongga. Didalam rongga buah kesumba keling terdapat

sekitar 50 butir biji kecil berwarna merah cerah. Pada kulit biji kesumba keling ini

terdapat pigmen warna merah dalam volume cukup besar (Dalimartha, 2009)

2.3.2 Morfologi Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)

Tumbuhan kesumba keling perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 2-8 m. Daun

tunggal bertangkai panjang dan besar. Helaian daun berbentuk bulat telur. Ujung

runcing pangkal rata berbentuk jantung tepi rata. Pertulangan menyirip panjang 8-20

cm, lebar 5-12 cm berwarna hijau dan berbintik merah. Berbunga majemuk berwarna

merah muda atau putih diameter 4-6 cm. Buah seperti rambutan, tertutup rambut

singkat, berwarna hijau saat muda dan merah tua setelah masak, pipih, panjang 2-4

cm berisi biji kecil berwarna merah.

Nama daerah kesumba keling antara lain yaitu kasumbo, kasumba, kusumba, batang

kesumba, buah prada, delinggem, gelinggem, kunyit jawa (sumatera), galinggem,

galugu, galuga, kesumba king, pacar kling, somba kling, ghalugha, kasombha, kasoba

kleng (Jawa), sumba, tuwa, rapo parada, bunga parada, paparada, kasumba wo kayu

(Sulawesi), taluka, galuga, kasumba, kasupa (Maluku), kasumba (Kalimantan).

(Dalimartha, 2009)

2.3.3 Klasifikasi Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), buah kesumba keling diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Violales

Famili : Bixaceae

Genus : Bixa

Spesies : Bixa orellana L.

Page 15: Perona Pipi (Rouge)

15

Gambar 3. Kesumba Keling (Bixa orellana L.)

2.3.4 Kandungan Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)

Kandungan kimia tanaman kesumba keling, terutama batang dan daunnya

mengandung tanin, kalsium oksalat, saponin, dan lemak. Daun dan akar mengandung

orellin, glukosida, zat samak dan damar sedangkan biji kesumba keling mengandung

tanin, steroid/terpenoid, flavonoid dan zat warna bixin/norbixin. Kulit biji juga

mengandung karotenoid yang memberi warna merah (Dalimartha, 2009)

2.3.5 Manfaat Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)

Bagian yang digunakan dalam pengobatan adalah daun, kulit kayu, kulit akar, daging

buah, kulit biji, dan biji.

Daun kesumba keling digunakan untuk pengobatan yaitu sebagai disentri, diare,

bengkak air (udem), perut kembung, masuk angin, sakit kuning, perdarahan, dan

kurang nafsu makan. Kulit batang dan kulit akar digunakan untuk mengatasi demam

dan influenza. Daging buah digunakan untuk mengatasi nyeri lambung (gastritis). Dan

bubuk dari kulit biji kesumba keling digunakan untuk pengobatan cacingan, antidote

pada keracunan singkong dan jarak pagar (Jatropa curcas).

Pada masyarakat Indian Aztek Kuno memanfaatkan kesumba keling untuk mewarnai

tubuh mereka pada saat upacara adat maupun perang. Mereka menyebut kesumba

keling dengan nama achioti. Dari sinilah asal usul nama achiote untuk menyebut

Page 16: Perona Pipi (Rouge)

16

kesumba keling. Selain itu tanaman penghasil zat warna ini juga disebut Annatto

(Dalimartha, 2009).

Di Amerika Tengah dan Selatan, pigmen warna merah kesumba keling adalah bahan

industri yang cukup penting Di argentina, kesumba keling diproduksi sebagai obat

diare, demam, dan penguat fungsi jantung. Di Brasil, digunakan sebagai obat luka

bakar, malaria, dan hepatitis. Di Kolombia dan di Kuba digunakan untuk gonorrhhea

(kencing nanah). Kesumba keling juga digunakan secara luas di Meksiko, Paraguay,

Peru, Trinidad, dan di beberapa negara lain. Di beberapa negara, kesumba keling

bahkan dipercaya sebagai antioksidan dan bisa menyembuh kanker. Di Amerika Latin

serbuk biji kesumba keling juga menjadi bumbu aneka masakan yang disebut saffron,

dan digunakan dalam Arroz con Polio, semacam nasi goreng dengan lauk ayam.

Sebagai bahan pewarna dalam industri makanan dan minuman, serbuk zat warna biji

kesumba keling resmi bisa digunakan di seluruh dunia, dengan kode dagang (E-

number) EI 60b. Di negara-negara maju lainnya serbuk zat warna biji kesumba keling

digunakan dalam industri margarin, korned, sosis, keju, minuman, bahan anyaman,

katun, cat kuku, lipstick, dan ginju (Dalimartha, 2009)

2.4 PRAFORMULASI

a. Talc / Magnesium SilikatPemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih

kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari

butiran debu. Tidak berbau, tidak berasa, agak higroskopis

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut

organic dan air.

Rumus Kimia : 3MgO. 4SiO2.H2O

Fungsi : Pengisi

(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)

b. Bismuth OxychlorideSinomin : Basic Bismuth Chloride; Bismuth Chloride Oxide;

Bismuth Subchloride; Bismuthine, Chlorooxo;

Bismuthine, Chlorooxo-; Bismuthyl Chloride;

Chlorbismol; Chlorooxo- Bismuthine;

Chlorooxobismuthine; Ci 77163; Pearl Super Supreme

Page 17: Perona Pipi (Rouge)

17

Pemerian : Bubuk kristal halus berwarna putih, tidak berbau. Tidak

larut dalam air, tetapi larut dalam cairan minyak.

Rumus Kimia : BiClO

BM : 260.43 g mol−1

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam minyak

Fungsi : Pengkilap, Colorant

c. Methyl parabenSinonim : Nipagin, metill p-hisroksi benzoate

Pemerian : Serbuk hablur kecil tidak berwarna atau sebruk hablur

putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai

sedikit rasa terbakar.

Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 3.5 bagian etanol(95%) dan dalam3 bagian aseton

P, mdah larut dalam eter P dan dalam larutan

alkalihidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas

dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas. Jika

didinginkan larutan tetap jernih

Suhu Lebur : 125 - 128 o C

Fungsi : Pengawet (konsentrasi pakai: 0,1 -0,20 %)

(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)

d. PropylparabenSinonim : Nipasol, propel p-hisroksi benzoate

Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol

dan eter dan sukar larut dalam air mendidih, larut dalam

minyak, propilenglikol dan gliserol

Suhu Lebur : Antara 95- 98 o C

Fungsi : Pengawet (konsentrasi pakai: 0,05 -0,1%)

(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)

e. Paraffin Liquidf.

Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan berminyak yang

Page 18: Perona Pipi (Rouge)

18

viskos, tidak berfluoresensi pada siang hari. Tidak berasa,

tidak berbau saat dingin. Memiliki sedikit bau petroleum

saat dipanaskan.

Kelarutan : Tidak larut dalam etanol 95%, gliserindan air.

Larut di dalam aseton, benzena, kloroform, karbon

disulfida, eter dan pertroleum eter. Larut dalam minyak

menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak

hangat.

Fungsi : Basis minyak, emollient, lubrikan, pengikat (

Stabilitas : Terkena cahaya dan panas secara langsung akan

teroksidasi

(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)

f. KaolinPemerian : Serbuk, putih, ringan, tidak mengandung butiran

kasar,tidak atau hampir tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam mineral.

Fungsi : Pengisi, pelincir, absorben.

g. Zinc StearateSinonim : Octadecanoid Acid, Zinc Salt; Stearic Acid, Zinc Salt; Zinc

Distearate; Dibasic Zinc Stearate; Zinc Octadecanoate;

Pemerian : Berbentuk bubuk padat; serbuk putih, serbuk yang

hidrophobik, berbau jelas, Tidak larut dalam air, Dapat larut

dalam pelarut asam, benzene. Tidak larut dalam eter, alkohol

Rumus kimia : ZN-(C18H35O2)2

Titik leleh : 120-1220C

pH : 6,5 - 7,5 (33%)

Kegunaan : Bahan ini membantu dalam hal pelekatan dalam kulit.Selain

meningkatkan daya lekat (daya adesif), menghasilkan produk

yang lembut

Kadar : 3% dan 10%; jumlah yang besar dari ini menghasilkan efek

bercak pada kulit, sehingga akan mengurangi sifat “slip” dari

bahan yang lain

(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)

Page 19: Perona Pipi (Rouge)

19

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 FORMULA PERONA PIPI

No. BahanFormula (% b/b)

Fungsi BahanF I F II F III F IV

2 Bismuth Oxychloride 6 4 Pengkilap, Adhesi3 Calcium Silicate 0.2 Absorbent, Opacifying4 D & C Red No. 30 Lake 1 Pewarna5 Dicapryl malate 3 Emmolient6 Dimetichone 2 Emmolient

7 Ekstrak Biji KesumbaKeling

6 Pewarna

8 Ekstrak bungabelilimbing wuluh

6 Pewarna

9 Imidazolidinyl urea 0.25 Pengawet10 Iron Oxide, red 0.25 Pewarna11 Iron Oxide, yellow 0.5 Pewarna12 Isopropyl Myristate 4 Pengikat, emollient13 Kaolin 9 9 9 Pengikat14 Lanolin 5 Emollient15 Magnesium Myristate 3 Opacifying, Anticaking14 Methyl paraben 0.2 0.2 0.2 Pengawet15 Mica 20 Opacifiying agent19 Paraffin liq 3 3 Emollient, pengikat20 Perfume qs qs qs Pewangi21 Pigment 3 Pewarna

22Polyglyceryl-3diisostearate

0.5 Emulsifying

23 Preservative qs Pengawet24 Prophyl paraben 0.1 0.1 Pengawet

25Talc 48 80 Ad

100Ad100

Pengisi

27 Zinc myristate 5 Opacifying, Anticaking

28 Zinc stearate 3 3 Cosmetic colorant,Anticaking

Ket: F I : Harry’s Cosmeticology F III : Zahniar, 20011

F II : New Cosmetic Science F IV : Formula Sendiri

Page 20: Perona Pipi (Rouge)

20

Formula Karakteristik

F I Sediaan compact yang dihasilkan memiliki karakteristik berwarna agakkemerahan, bau khas, tidak mudah pecah dan agak mengkilap.

F II Sediaan compact yang memiliki warna dan bau yang khas, daya oles dan“masking” baik, serta tidak mudah pecah

F III Sediaan compact yang hasilkan homogen berwarna agak kemerahan, bau khasperfume, hasil uji poles baik dan merata, kekerasan sediaan 0.2 Kg dan tidakmudah pecah. Stabilitas fisik berubah setelah hari ke 75 yakni terjadiperubahan warna dan bau.

F IV Sediaan yang dihasilkan memiliki karakteristik bentuk compact, berwarnamerah, agak mengkilap, memiliki bau khas mawar dan daya oles baik.

3.2 PEMBAHASAN

a. Formula I

Pada formula ini Talc, Sericite, methicone berfungsi sebagai basis yang memberikan

rasa halus dan lembut. Magnesium myristate berfungsi untuk meningkatkan gaya

kohesi antar partikel serbuk dan untuk mencegah caking / membantu ditambahkan

Calcium silicate. Bismuth Oxychloride memberikan kilau pada sediaan dan disertai

dengan penambahan warna D&C Red no 30 Lake, Iron Oxide, yellow dan Iron Oxide,

red akan menambah nilai estetik pada produk. Untuk menghindari perusakan oleh

mikroba pada formula ini ditambahkan pengawet (Metyl Paraben dan Propyl Paraben)

dan Imidazolidinyl urea. Pada formula ini sebagai pelembab ditambahkan Dicapryl

malate, Dimethicone dan Polygliceryl 3-diisostearate.

b. Formula II

Campur semua bahan – bahan kecuali Perfume dan Pengikat (Liquid paraffin)

bersama-sama dengan blender. Semprotkan pengikat dan perfume ke dalam blender

dan kemudoan serbukkan. Ayak dan cetak menjadi bentuk compact rouge.Pada

formula ini Talc berfungsi sebagai basis yang memberikan rasa halus.Kaolin

berfungsi sebagai facial masking. Zinc myristate berfungsi anticaking. Sebagai

emollient ditambahkan Liquid paraffin.Untuk mencegah mikroba ditambahkan

Preservative dan untuk meningkatkan nilai estetika di tambahkan Pigment dan

Perfume.

c. Formula III

Page 21: Perona Pipi (Rouge)

21

Pada formula III ini ekstrak bunga belimbing wuluh didapat dari ekstraksi bunga

belimbing wuluh dibuat dengan cara maserasi 500 gram bunga belimbing

menggunakan 500 ml etanol 96% yang telah dicampurkan dengan 2% asam sitrat dan

0,1% natrium metabisulfit. Maserat lalu dipekatkan dengan penguap berputar (rotary

evaporator) pada suhu ± 48°C sampai diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya hasil

yang diperoleh dilakukan pengeringan beku (freeze drying) -40°C selama 2 hari

sehingga diperoleh ekstrak bunga belimbing wuluh kental sebanyak 41,62 gram.

Ekstrak diformulasi dengan menggunakan talkum, kaolin, zink stearat, parfum,

nipagin, isopropyl miristat, lanolin dengan variasi konsentrasi ekstrak 2, 4, 6, 8 dan

10%. Campuran dikempa dengan menggunakan pencetak diameter 1,5cm. Kemudian

dilakukan pemeriksaan mutu fisik (homogenitas, uji poles (pay off), uji kekerasan, uji

keretakan), uji cemaran mikroba, uji iritasi, kesukaan dan stabilitas. (Fahraint, 2013)

Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan menunjukan bahwa sediaan memiliki warna

yang homogeny, hasil polesan baik dan rata. Hasil uji kekerasan pewarna pipi

menggunakan pewarna ekstrak bunga belimbing wuluh 6% adalah 0,2 kg. Warna dan

bau dari semua sediaan yang dibuat mengalami perubahan (tidak stabil) selama 75

hari. Hal ini dikarenakan bahan dalam formula mengalami oksidasi. Semua sediaan

tidak pecah, tidak stabil dalam penyimpanan selama 90 hari dan tidak menyebabkan

iritasi.

d. Formula IV

Formula IV ini merupakan formula yang didisain sendiri. Pada formula ini zat warna

merah diperoleh dari tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.). Bagian tanaman

yang digunakan untuk diektraksi ialah bagian biji. Ekstraksi zat warna dari biji

kesumba keling dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%

kemudian ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap berputar sampai

diperoleh ekstrak kental. Zat warna yang terdapat dalam biji kesumba keling

dihasilkan oleh zat warna yang bernama bixin dan norbixin yang berwarna orange

sampai merah.

Formula sediaan perona pipi ini terdiri dari talcum, yang berfungsi sebagai pengisi,

kaolin dan paraffin liquid yang berfungsi sebagai pengikat, methyl paraben dan propyl

paraben berfungsi sebagai pengawet, bismuth oxychloride sebagai pengkilap dan

peningkat adhesi sehingga saat di aplikasikan ke wajah/pipi mudah teroleskan atau

tersapukan. Parfum yang digunakan ialah oleum roase, sehingga perona pipi yang

Page 22: Perona Pipi (Rouge)

22

dihasilkan diharapkan memiliki bau/aroma mawar. Penggunaan zinc stearat pada

formula perona pipi tersebut juga berfungsi sebagai anticaking yang menjaga agar

sediaan tetap dalam keadaan “free flowing” sehingga memudahkan serbuk mengalir

saat akan dikempa. Selain itu anticaking agent juga dapat berfungsi sebagai penyerap

kelembaban yang berlebihan dan juga melapisi partikel sehingga menjadikannya anti

air. Sementara lparaffin liquid juga dapat berfungsi sebagai emollient.

Dari penggunaan bahan-bahan tersebut maka sediaan perona pipi yang diharapkan

memiliki karakteristik sebagai berikut berbentuk compact, berwarna merah, agak

mengkilap, memiliki bau khas mawar dan daya oles baik serta tidak mudah luntur

karena keringat. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat adalah pemeriksaan mutu fisik

mencakup pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan selama periode tertentu. Selian

juga dilakukan uji terhadap keamanan sediaan perona pipi tersebut seperti uji mikroba

dan uji iritasi.

Page 23: Perona Pipi (Rouge)

23

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Secara umum karakteristik perona pipi berbentuk compact rouge ialah formula mudah

dikempa, memiliki kekerasan yang sesuai sehingga tidak mudah pecah dan retak,

memiliki dispersi warna yang homogen, dan mudah diaplikasikan pada wajah atau

pipi.

2. Komponen dalam pembuatan perona pipi berbentuk compact terdiri dari bahan

pengisi serti talcum, pigmen warna, pengikat/binder, pengawet, dan bahan tambahan

lain seperti parfume, anticaking agent, pengkilap dan emollient.

3. Pigmen warna merah dari biji kesumba keling dihasilkan oleh senyawa bixin dan

norbixin. Pada formula IV, perona pipi yang dihasilkan diharapkan memiliki

karakteristik berbentuk compact, berwarna merah, agak mengkilap, memiliki bau khas

mawar dan daya oles baik serta tidak mudah luntur karena keringat.

4.2 SARAN

Sebaiknya dilakukan percobaan mengenai jumlah konsentrasi ekstrak biji kesumba

keling yang digunakan sebagai pewarna dalam perona pipi sehingga menghasilkan

perona pipi dengan warna merah yang sesuai. Serta dilakukan pembuatan terhadap

formula-formula tersebut sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap sedian tersebut,

baik evaluasi secara fisik maupun evaluasi uji keamanan sabun wajah. Sehingga dapat

ditemukan formula menghasilkan perona pipi dengan warna merah yang paling baik.

Page 24: Perona Pipi (Rouge)

24

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Puspa Swara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia, edisi 11. Vol

I. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Bismuth Oxychloride. Diambil dari

http://www.ewg.org/skindeep/ingredient/700778/BISMUTH_OXYCHLORIDE/.

Tanggal akses 26 Juni 2014

Bismuth Oxychloride. Diambil dari http://www.makingcosmetics.com/Bismuth-

Oxychloride_p_234.html. Tanggal akses 26 Juni 2014

Fahraint, Izafella. 2014. Skripsi. Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Dalam Bentuk Padat

Dengan Menggunakan Esktrak Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Mitsui, T. 1993. New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier

Moffat, dkk.2004. At a Glance Anatomy. Jakarta: Penerbit Erlangga

Rieger MM, editor. 2000. Harry's cosmeticology. 8lh ed. New York: Chemical Publishing Co.

Inc.

Rowe, Raymond C, dkk, editor. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th edition.

London: Pharmaceutical Press.

Sherwood, L. 2001. Figiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Tranggono, Retno Iswari. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.

gramedia Pustaka Utama.

Zahniar. 2011. Skripsi. Penggunaan Serbuk Zat Warna Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana,

L) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut Bentuk Larutan. Medan: Fakultas

Farmasi Universitas Sumatra Utara.