Laporan Salting Out
description
Transcript of Laporan Salting Out
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah molekul organik terbanyak yang terdapat dalam sel. Fungsi
protein antara lain memicu kontraksi dalam melakukan gerak dan memicu terjadinya
berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim. Protein dapat pula berperan
membawa informasi dari luar ke dalam sel dan di dalam bagian-bagian sel sendiri.
Selain itu protein juga mengendalikan dapat tidaknya, serta waktu yang tepat untuk
pengungkapan informasi yang terkandung di dalam DNA, yang diperlukan untuk
sintesis protein itu sendiri. Secara kimia, protein adalah heteropolimer dari asam-
asam amino yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptida.
Protein jenis apapun dan berasal dari makhluk apapun tersusun atas 20 asam
amino. Jadi sebenarnya perbedaan antara protein yang satu dengan yang lainnya
disebabkan oleh jumlah dan kedudukan asam-asam amino di dalam tiap-tiap
molekul. Molekul protein berinteraksi dengan molekul air melalui ikatan hidrogen
dan membentuk mantel air. Dikarenakan molekul protein besar, maka di dalam air
protein membentuk larutan koloid. Adanya sejumlah elektrolit dengan konsentrasi
encer sangat meningkatkan kelarutan suatu protein (salting in). Sifat ini, yakni
kelarutan dalam bentuk larutan koloid yang dipermudah oleh mantel air dan elektrolit
encer, dimanfaatkan untuk pemisahan protein.
Selain sifat tersebut, protein juga mempunyai sifat lain yang berperan penting
dan menjadi dasar dalam pemisahan protein yaitu ukuran molekulnya yang berbeda-
beda sebagai akibat dari perbedaan jumlah asam amino penyusun protein serta
muatan yang dikandungnya. Sifat-sifat protein tersebut menjadi dasar pemisahan
protein yang digunakan untuk deteksi atau diagnosis molekuler. Pemisahan protein
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu kromatografi gel, elektroforesis, dan salting
out.
Dasar dari proses elektroforesis adalah fakta bahwa protein adalah
makromolekul yang terdiri dari asam amino yang terikat secara kovalen. Setiap
protein dibedakan dari muatan elektronnya yang berikatan secara kovalen atau ionik.
Hal inilah yang menyebabkan suatu larutan dengan pH tertentu dapatmengandung
protein dengan muatan listrik yang berbeda-beda. Sebab, susunan dan jumlah asam
amino setiap protein tidaklah sama. Apabila larutan protein diletakkan dalam suatu
medan listrik, tiap protein akan bermigrasi ke kutub yang berlawanan dari muatan
yang dikandung protein tersebut. Protein yang bermuatan negatif akan bergerak ke
anode yang adalah kutub positif. Sementara itu, protein yang tidak bermuatan tidak
akan bergerak. Suatu molekul harus dapat berinteraksi dengan molekul air dengan
membentuk ikatan hidrogen sehingga molekul tersebut tersebar rata di antara
molekul-molekul air. Adanya muatan listrik pada molekul terlarut sangat membantu
kelarutan karena muatan yang sama saling menjauhi sehingga agregasimolekul tidak
terjadi. Inilah yang mendasari proses salting out. Setiap keadaan yang menyebabkan
ditariknya air yang mengelilingi molekul protein sangat mengurangi kelarutan
protein sehingga protein mengendap.
Pada percobaan salting out, larutan garam bivalen lebih efisien dalam
mengendapkan protein karena berdisosiasi menjadi tiga ion yang berinteraksi
sempurna dengan air. Globulin dapat diendapkan dengan ammonium sulfat setengah
jenuh, sedangkan albumin dapat diendapkan oleh ammonium sulfat jenuh, tidak
dapat mengendap dengan NaCl jenuh, kecuali dengan penambahan asama mineral
yang sangat kecil.
1.2 Tujuan
1. Memperlihatkan, bahwa protein mempunyai ikatan peptida yang bereaksi
positif dengan uji biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul lain.
2. Memperlihatkan, bahwa sebagai makromolekul yang larut dalam bentuk
larutan koloid, protein dapat dipisahkan satu dari yang lain, dengan menggunakan
larutan garam divalen konsentrasi tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk larut dalam air, suatu molekul dapat berinteraksi dengan molekul air
dengan cara membentuk ikatan hidrogen sehingga molekul tersebut tersebar rata di
antara molekul-molekul air. Adanya muatan listrik pada pada molekul terlarut sangat
membantu kelarutan, karena muatan yang sama saling menjauhi, sehingga agregasi
molekul tidak terjadi.
Protein merupakan makromolekul karena memiliki BM (Berat Molekul)
besar. Pada umumnya protein mudah larut dalam air karena protein mempunyai
kedua sifat berikut. Gugus –CO-dan –NH- yang pada ikatan peptida dapat
berinteraksi dengan molekul air melalui ikatan hidrogen, sedangkan berbagai rantai
samping , yang diantaranya ada yang hidrofilik, bahkan juga bermuatan, sangat
mudah berinteraksi dengan molekuk air. Selain itu,muatan listrik yang sama dalam 2
partikel molekul protein yang sama, akan bertolakan, sehingga membantu
meningkatkan kelarutan protein (salting out).
Setiap keadaan yang menyebabkan ditariknya air yang mengelilingi molekul
protein, sangat mengurangi kelarutan protein, sehingga protein mengendap. Larutan
garam berkonsentrasi tinggi bersifat demikian. Selain itu, larutan garam
berkonsentrasi tinggi akan menetralkan muatan listrik sehingga kelarutan akan makin
berkurang.
Oleh karena pengendapan dengan cara ini hanya bersifat menarik, air di
sekeliling protein, sedangkan molekul protein sendiri tidak mengalami perubahan
kimia, maka perubahan tersebut bersifat reversibel. Kelarutan dan fungsi protein
umumnya akan pulih kembali bila dikembalikan ke keadaan semula.1
Larutan garam divalen lebih efisien dalam mengendapkan protein, karena di
dalam air garam tersebut akan berdisosiasi menjadi 3 ion, yang masing-masing
berinteraksi sempurna dengan air. Sebagai contoh, globulin dapat diendapkan oleh
(NH4)2SO4 setengah jeaptnuh, sedangkan NaCl baru dapat mengendapkan protein
tersebut bila berada dalam larutan jenuh. Albumin, yang baru akan mengendap oleh
jenuh, tidak dapat diendapkan oleh NaCl jenuh, kecuali dengan penambahan asam
mineral dalam jumlah yang sangat kecil.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum salting out dan uji biuret ini berlangsung pada hari rabu, 04 Mei
2014 di ruang praktikum Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya.
3.2 Alat Dan Bahan
- Serum sapi 10 mL
- Larutan Amonnium sulfat (NH4)2SO4 jenuh 25 mL
- Kristal Amonnium sulfat (NH4)2SO4 jenuh 10 mL
- Larutan NaCl 0,9% 1 mL
- Larutan NaOH 10% 2ml
- Larutan CuSO4 0,1% beberapa tetes
- Aquades
- Spectrophotometer
- Spatula
- Kertas Penyaring
- Corong
- Tabung reaksi
- Gelas Kimia
- Pipet tetes
- Kertas Labe
IV. CARA KERJA
Cara kerja untuk pengendapan protein dengan larutan garam konsentrasi
tinggi (salting out) dan uji biuret pada filtrat dan presipitate 50%:
1. Siapkan tabung reaksi, gelas ukur, corong, pipet, dan kertas saring.
2. Ambil 10 mL serum sapi lalu tambahkan dengan 10 mL larutan ammonium sulfat
(NH4)2SO4 jenuh.
3. Aduk dengan cara putar gelas tersebut namun tidak boleh sampai berbusa.
4. Lipat kertas saring menjadi dua bagian lalu ambil bagian tengahnya sehingga
membentuk seperti corong.
5. Kemudian larutan tersebut disaring dengan kertas saring dengan cara
meletakkannya diatas corong
6. Ambil 1 mL filrat 50%. Kemudian, lakukan uji Biuret dengan menambahkan
CuSO4 1 tetes untuk tabung 1.
7. Ambil sedikit presipitannya (presipitate 50%) dengan sendok pengaduk,
tambahkan 1 mL NaCl 0,9%. Kemudian, lakukan uji Biuret dengan menambahkan
CuSO4 1 tetes untuk tabung 2.
Cara kerja untuk pengendapan protein dengan larutan garam konsentrasi
tinggi (salting out) dan uji biuret pada filtrat dan presipitate 100%:
1. Siapkan tabung reaksi, gelas ukur, corong, pipet, dan kertas saring.
2. Ambil 10 mL serum sapi lalu tambahkan dengan 10 mL larutan ammonium sulfat
(NH4)2SO4 jenuh.
3. Putar gelas tersebut namun tidak boleh sampai berbusa.
4. Lipat kertas saring menjadi dua bagian lalu ambil bagian tengahnya sehingga
membentuk seperti corong
5. Kemudian larutan terebut disaring dengan kertas saring dengan cara
meletakkannya diatas corong
6. Ambil 1 mL filrat 50%. Kemudian, lakukan uji Biuret dengan menambahkan
CuSO4 1 tetes untuk tabung 1.
7. Ambil sedikit presipitannya (presipitate 50%) dengan sendok pengaduk,
tambahkan 1 mL NaCl 0,9%. Kemudian, lakukan uji Biuret dengan menambahkan
CuSO4 1 tetes untuk tabung 2.
V. HASIL
Tabung Warna Hasil Uji Biuret AnalisisFiltrat 50% Lembayung + Mengandung albuminPresipitat 50% Lembayung + Mengandung globulinFiltrat 100% Biru - Tidak mengandung proteinPresipitat 100% Lembayung + Mengandung albumin
Foto-foto hasil Uji Biuret
Ket : Tabung 1
Presipitat 50% + uji biuret -> warna Lembayung (+)
Ket :Tabung 2Filtrat 50% + uji biuret -> warna Lembayung (+)
Ket :Tabung 3
Presipitat 100% + uji biuret -> warna Lembayung (+)
Ket :Tabung 4Filtrat 100% + uji biuret -> tidak berwarna Lembayung (-)
VI. PEMBAHASAN
Presipitat atau endapan I, merupakan presipitat setengah jenuh yang
kemudian diencerkan dengan menambahkan NaCl 0,1 % sebanyak 2 ml
dan dilakukan uji biuret dengan menambahkan 2 ml NaOH 10% kedalam
larutan setengah jenuh (presipitat 50%) dan kemudian ditambahkan
CuSO4 0,1 % tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna pada
larutan. Setelah ditetesi CuSO4 larutan berubah warna menjadi lembayung
yang menandakan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat protein
globulin. Hal ini dikarenakan berat dan ukuran protein globulin lebih
besar dibanding protein albumin sehingga pada proses pengendapan
setengah jenuh protein globulin tidak dapat melewati kertas penyaring.
Filtrat I, merupakan filtrat setengah jenuh yang kemudian diencerkan
dengan menambahkan NaCl 0,1% sebanyak 2 ml kemudian dilakukan uji
biuret dengan menambahkan NaOH 10% sebayak 2 ml dan kemudian
ditambahkan CuSO4 tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna pada
larutan. Setelah diberikan CuSO4 tetes demi tetes, larutan berubah warna
menjadi lembayung yang membuktikan adanya protein yang terkandung
dalam larutan tersebut. Protein yang terkandung dalam larutan tersebut
ialah Albumin, sebab albumin tidak mengendap pada larutan setengah
jenuh sehingga akan melewati kertas penyaring sehingga akan tetap
berada dalam filtrat. Pemberian amonium sulfat pada tahap 2
menyebabkan sebagian protein larut air (salting in) dan lolos dari kertas
saring sedangkan sebagian lainnya tertahan. Hal ini juga yang
memberikan intensitas warna lembayung yang mirip pada tabung 1 dan 2.
Endapan II, merupakan presipitat jenuh yang kemudian diencerkan
dengan menambahkan NaCl 0,1 % sebanyak 2 ml dan dilakukan uji biuret
dengan menambahkan 2 ml NaOH 10% kedalam larutan jenuh (presipitat
100%) dan kemudian ditambahkan CuSO4 0,1 % tetes demi tetes hingga
terjadi perubahan warna pada larutan. Setelah ditetesi CuSO4 larutan
berubah warna menjadi lembayung yang menandakan bahwa di dalam
larutan tersebut terdapat protein. Presipitat jenuh ini mengandung protein
albumin. Semakin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan, semakin
besar konsentrasi protein.
Filtrat II, merupakan filtrat jenuh yang kemudian diencerkan dengan
menambahkan NaCl 0,1% sebanyak 2 ml kemudian dilakukan uji biuret
dengan menambahkan NaOH 10% sebayak 2 ml dan kemudian
ditambahkan CuSO4 tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna pada
larutan. Setelah diberikan CuSO4 tetes demi tetes, larutan berubah warna
menjadi biru yang membuktikan bahwa tidak ada protein yang terkandung
dalam larutan tersebut. Perubahan warna biru pada larutan menunjukkan
tidak adanya ikatan peptida pada larutan yang diuji.
Ditemukannya albumin pada presipitat jenuh sedangkan globulin tidak
disebabkan oleh dua hal, yakni berat molekul dan konsentrasi kedua
protein tersebut. Protein albumin memiliki berat molekul yang lebih besar
daripada berat molekul globulin (Berat molekul albumin serum adalah 69
kDa sedangkan β2-mikroglobulin memiliki berat molekul 11.5 kDa). Hal
tersebut terkait pula dengan tingkat konsentrasi kedua protein dalam
plasma. Konsentrasi albumin serum dalam plasma adalah 35 – 45 mg/ml
sedangkan konsentrasi β2-mikroglobulin dalam plasma adalah 0.0013
mg/ml. Tingginya konsentrasi albumin serum dalam plasma
mengindikasikan keberadaannya dalam fase presipitat 100% sedangkan
rendahnya konsentrasi β2-mikroglobulin dalam plasma mengindikasikan
keberadaannya dalam fase filtrat 100% yang nol (tidak ada).
VII. KESIMPULAN
Tabung 1,2 dan 3 berubah warna menjadi ungu setelah diuji dengan uji biuret
m enunjukkan adanya protein. Intensitas warna ungu yang lebih kuat pada tabung
3 menunjukkan larutan pada tabung 3 memiliki konsentrasi protein yang lebih
besar dibandingkan tabung 1 dan tabung 2. Tabung 3 menunjukkan perubahan
warna menjadi biru sebagai tanda bahwa tidak ada protein pada larutan ini.
Sedangkan tabung 4 tidak bereaksi negatif dengan menghasilkan warna biru.
Globulin merupakan protein yang berukuran lebih besar sehingga dapat
dipisahkan pada penyaringan pertama. Albumin berukuran lebih kecil daripada
globulin sehingga bovine serum harus diberi garam sampai jenuh untuk dapat
dipisahkan. Pada campuran setengah jenuh, presipitan mengandung globulin dan
filtrat mengandung albumin. Pada campuran jenuh, presepitan mengandung
albumin dan filtrat tidak mengandung protein.
DAFTAR PUSTAKA1. Buku Pedoman Praktikum Modul Biologi. PSPD.
Universitas Palangka Raya.2014.2. Panil, Zulbadar. Teori dan Praktik Biokimia Dasar
Medis. Jakarta : EGC. 2007.3. Murray, RK. Granner. DK., Rodwel. Vw.Editor.
Brahm. Biokimia Herper. Ed .27. Jakarta : EGC, 2009.
4. Soewoto H, Sodikin M, Kurniati M. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta : Widyo Melika. 2000.
LAMPIRAN
Ket :
Hasil pencampuran serum sapi 25 ml dengan (NH)4SO4 kristal 25 ml
Ket :
Penyaringan hasil campuranserum sapi 25 ml dengan (NH)4SO4
kristal 25 ml
Ket :
Presipitat hasil penyaringan campuran serum sapi 25 ml dengan (NH)4SO4 kristal 25 ml
Ket :
Filtrat hasil penyaringan campuran serum sapi 25 ml dengan (NH)4SO4
kristal 25 ml
Ket :
Hasil uji biuret presipitat 1 dengan campuran 2 ml NaCl dan beberapa tetes CuSO4 hingga warnanya berubah menjadi lembayung
Ket :
Hasil uji biuret filtrat 1 dengan campuran 1 ml fitrat dengan 1 ml NaOH dan beberapa tetes CuSO4 hingga warnanya berubah menjadi lembayung
Ket :
Hasil pencampuran fitrat 1 10ml dengan kristal (NH)4SO4 10 ml
Ket :
Penyaringan hasil campuranFiltrat 1 10 ml dengan Kristal (NH)4SO4 10 ml
Ket :
Presipitat hasil penyaringan filtrat 1 dengan Kristal (NH)4SO4 10 ml
Ket :
Filtrat 2 hasil penyaringan campuran filtrat 1 dengan Kristal (NH)4SO4 10 ml
Ket :
Hasil uji biuret presipitat 2 dengan campuran 2 ml NaCl dan beberapa tetes CuSO4 hingga warnanya berubah menjadi lembayung
Ket :
Hasil uji biuret filtrat 2 dengan campuran 1 ml filtrat 2 dengan 1 ml NaCl ditambah 2ml NaOH dan beberapa tetes CuSO4
hingga warnanya berubah
menjadi lembayung
MODUL BIOLOGI MOLEKULER
LAPORAN PRAKTIKUM
SALTING OUT
Kelompok 2
Puspa Negara FAA 113 013
Nurul Hidayanti Maharani FAA 113 014
Efraim Said Sudarto FAA 113 015
Dian Triyeni Asi FAA 113 016
Sheren Vinera Lin’s FAA 113 017
Feromiya Oksa FAA 113 018
Sofia Eugenia Manginte FAA 113 019
Mira Aprilia FAA 113 020
Ismi Sholihah FAA 113 021
Widi Cahya Utami FAA 113 022
Pipin Septiana FAA 113 023
FASILITATOR/TUTOR:
Fatmaria,S.Farm.,Apt
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2014