KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBUATAN SOAL HIGHER ORDER...
Transcript of KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBUATAN SOAL HIGHER ORDER...
KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBUATAN SOAL
HIGHER ORDER THINKING SKILL
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MUATAN IPS KELAS V
DI MADRASAH IBTIDAIYAH JOMBOR
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Alfarobi Brillian Fikri
NIM. 23040160083
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
رليأمريواحللب ر عقدةمنلسانياشرحليصدريويس
قولييفقهوا
“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan
lepaskanlah kekakuanku dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”
(QS. Thaha : 25-28)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah dan ibunda tersayang, Makhasin Ariffi Setya dan Sulastri yang
selalu membimbing, memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, bersusah
payah bekerja tanpa mengeluh demi masa depan saya dan menjadi
motivasi dalam kehidupan saya sehingga proses penempuhan gelar
sarjana ini bisa tercapai.
2. Bapak K.H. Muhammad Hanif Muslih dan Ibu Nyai Fashihah beserta
segenap keluarga besar PP Futuhiyyah yang telah memberikan bimbingan
dan ilmu yang bermanfaat.
3. Bapak Kyai Ma’arif, Bapak Ustadz Khusnul Kirom, Ibu Nyai Rosilah,
Ibu Nyai Kamalah Isom, beserta segenap keluarga besar PP Al-Hasan
Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.
4. Saudara kandung saya, kakak Alvin Nurinnajmi dan adik Salisa Nuzila
Firdausy atas motivasi yang tak ada hentinya sehingga proses
penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
5. Guru-guru saya sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi baik formal
maupun non formal.
6. Teman-teman PP Al-Hasan Salatiga terlebih kepada kakak angkatan saya,
Mas Ahmad Murtadho dan Mbak Dani Hasanah yang mana telah
memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
vii
7. Seluruh sahabat dan teman baik yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu yang selalu ada untuk saya. Tanpa inspirasi, dorongan, dan dukungan
yang telah kalian berikan, mungkin saya bukan apa-apa saat ini. Saya
bahkan tidak bisa menjelaskan betapa bersyukurnya memiliki kalian
dalam hidup saya.
8. Seluruh pembaca yang budiman.
viii
KATA PENGANTAR
بسماللهالرحمنالرحيم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu
memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga skripsi dengan
judul Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal Higher Order Thinking Skill
pada Pembelajaran Tematik Muatan IPS Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat
terselesaikan.
Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia
dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya manusia
yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman
terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dr. Peni Susapti, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah dan sekaligus pembimbing skripsi yang telah
ix
mencurahkan segala tenaga, pikiran dan bimbingannya dengan penuh
kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama 4 tahun menjadi mahasiswa IAIN Salatiga.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang
telah mendidik dan membekali ilmu pengetahuan selama penulis menimba
ilmu di IAIN Salatiga.
6. Ayahanda Makhasin Ariffi Setya dan Ibunda Sulastri yang selalu yang selalu
membimbing, memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, bersusah payah
bekerja tanpa mengeluh dan menjadi motivasi dalam kehidupan sehingga
proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
7. Ibu Nur Hidayati selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Jombor dan Ibu
Suharsini selaku guru kelas V yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
8. Seluruh pihak yang ikut terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Demikan ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa
kepada Allah SWT, semoga jasa dan amal kebaikan yang sudah diberikan
diridhai oleh Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Dengan banyaknya keterbatasan
dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
x
kritik dan saran yang membangun selalu terbuka luas dan penulis harapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 10 Maret 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO IAIN ................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
ABSTRAK ......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ........................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 10
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Guru ................................................................................ 12
a. Pengertian Kemampuan Guru ......................................................... 12
b. Kemampuan yang Harus Dimiliki Guru ......................................... 13
c. Prinsip Dasar Guru dalam Pembuatan Soal..................................... 14
2. Pembuatan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) ........................ 15
a. Pengertian HOTS ............................................................................. 15
b. Karakterisrik Soal HOTS ................................................................. 16
c. Tujuan Pembuatan Soal HOTS ........................................................ 21
3. Pembelajaran Tematik Muatan IPS ..................................................... 23
a. Pembelajaran Tematik ..................................................................... 23
1) Pengertian Pembelajaran Tematik.............................................. 23
2) Prinsip Pembelajaran Tematik ................................................... 24
3) Karakteristik Pembelajaran Tematik .......................................... 25
4) Rambu-rambu Pembelajaran Tematik ........................................ 26
b. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ........................................................ 27
1) Pengertian IPS ............................................................................ 27
2) Karakteristik Pembelajaran IPS ................................................. 28
3) Tujuan Pembelajaran IPS ........................................................... 28
4) Konsep Pembelajaran IPS .......................................................... 29
B. Kajian Pustaka.......................................................................................... 30
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................. 32
B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 33
C. Kehadiran Peneliti .................................................................................... 33
D. Sumber Data ............................................................................................ 33
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 35
F. Analisis Data ............................................................................................ 38
G. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 40
H. Tahap-tahap Penelitian ............................................................................ 41
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Profil Madrasah Ibtidaiyah Jombor ..................................................... 45
a. Identitas Madrasah........................................................................... 45
b. Visi Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Jombor ........................ 46
c. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Jombor ........................... 47
d. Data Tenaga Pendidik Madrasah Ibtidaiyah Jombor ...................... 48
e. Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Jombor ........................................ 48
f. Data Siswa Kelas V ......................................................................... 49
g. Program Pendidikan Muatan Lokal................................................. 49
2. Hasil Temuan ....................................................................................... 51
a. Pemahaman Guru terhadap Pembuatan Soal HOTS ........................ 51
b. Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal HOTS........................... 52
1) Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru terkait HOTS ............ 52
xiv
2) Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal HOTS ..................... 53
c. Penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor .......................... 55
d. Kendala-kendala Guru dalam Pembuatan Soal HOTS .................... 56
B. Analisis Data
1. Pemahaman Guru terhadap Pembuatan Soal HOTS ............................ 58
2. Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal HOTS ............................... 59
3. Penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor ............................... 61
4. Kendala-kendala Guru dalam Pembuatan Soal HOTS ......................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 65
B. Saran......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identatis Madrasah ................................................................................. 45
Tabel 4.2 Struktur Organisasi MI Jombor.............................................................. 47
Tabel 4.3 Data Tenaga Pendidik ............................................................................ 48
Tabel 4.4 Tabel Data Siswa MI Jombor................................................................. 48
Tabel 4.5 Tabel Siswa Kelas V .............................................................................. 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Kode Penelitian
2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara
3. Lampiran 3 Verbatim Wawancara
4. Lampiran 4 Catatan Lapangan Penelitian
5. Lampiran 5 Foto
6. Lampiran 6 Data-data
7. Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
8. Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
9. Lampiran 9 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
10. Lampiran 10 Daftar Nilai SKK
11. Lampiran 11 Lembar Konsultasi
12. Lampiran 12 Riwayat Hidup Penulis
xvii
ABSTRAK
Fikri, Alfarobi Brillian. 2020. Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal
Higher Order Thinking Skill pada Pembelajaran Tematik Muatan IPS
Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi, Salatiga:
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. Peni Susapti, M. Si.
Kata Kunci: Soal Higher Order Thinking Skill, Pembelajaran Tematik IPS
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan guru dalam pembuatan soal Higher Order Thinking
Skill (HOTS) pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2019/2020.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik. Tahap-tahap penelitian meliputi tahap pra
lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) guru belum mempunyai
pemahaman yang baik mengenai pembuatan soal HOTS pada pembelajaran
tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020; (2) guru belum
mempunyai kemampuan yang baik dalam pembuatan soal HOTS pada
pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020; (3)
Madrasah Ibtidaiyah Jombor belum mampu menerapkan Kurikulum 2013
yang berorientasi pada pembelajaran HOTS; (4) guru masih mengalami
kendala dalam pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS
kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2019/2020.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penyesuaian yang
baik dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan sebagai sarana dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus terus berproses dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Standar-standar dalam dunia
pendidikan juga terus mengalami peningkatan seiring dengan perubahan dan
tuntutan zaman. Salah satu isu terkini dalam dunia pendidikan modern adalah
kemampuan guru dalam pembuatan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
bagi peserta didik.
Pembelajaran untuk mencapai HOTS memerlukan proses dan juga interaksi
yang menghasilkan suatu keseimbangan yang kuat antara seluruh pelaku
pendidikan. Dimulai dari kurikulum sebagai fondasi dasar kegiatan pendidikan
harus diterapkan secara nyata dan bermakna.
Kurikulum menjadi hal yang sangat penting dalam membangun kemajuan
dunia pendidikan di abad 21 ini dan menjadi solusi bagi masa depan peserta
didik yang semakin kompetitif. Akhir dari kurikulum 2013 adalah terlahirnya
peserta didik yang kompeten sesuai dengan standar kelulusan yang telah
ditetapkan. Kurikulum menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang dibingkai oleh sikap ketuhanan dan nilai-nilai sosial yang terintegrasi
dalam proses pembelajaran.
2
Implementasi HOTS pada kurikulum 2013 saat ini diharapkan mampu
menjawab permasalahan pendidikan nasional yang mengarah pada perbaikan
sistem pendidikan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter yang
memahami jati diri bangsanya dan menciptakan generasi yang unggul serta
mampu bersaing di dunia Internasional.
Menurut Sanusi (2013: 23), pendidikan sebagai aktivitas mendidik atau
aktivitas belajar mengajar, yang esensinya terletak pada belajar, dan esensi dari
belajar terletak pada berpikir. Sedangkan menurut Sugiarto (2004: 14),
pembelajaran yang masih sekedar kemampuan berpikir rendah juga berakibat
peserta didik terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang
menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
Oleh karena itu, penerapan kurikulum 2013 pada tingkatan sekolah dasar
merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
sebagai sarana dalam pencapaian HOTS dan merupakan upaya yang sangat
bagus dalam meningkatkan kualitas berfikir peserta didik sedini mungkin.
Pembelajaran HOTS mulai mengemuka sejalan dengan adanya
penyempurnaan yang diarahkan pada pencapaian kompetensi abad ke-21 yang
terdiri dari kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan
komunikatif. Kompetensi ini bisa tercapai apabila proses pembelajaran dan
penilaian mengarah pada terwujudnya keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Belajar berpikir kritis sebagai ciri dari HOTS tidak seperti belajar tentang
materi secara langsung, tetapi berpikir kritis berkaitan dengan bagaimana
memecahkan masalah yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
3
Penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh
guru. Selain guru harus benar-benar menguasai materi dan strategi
pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan peserta
didik yang diajarnya. Salah satu tuntutan untuk guru adalah bagaimana guru
harus membuat soal HOTS untuk semua muatan pembelajaran yang dipelajari
di sekolah dasar. Pada penilaian Kurikulum 2013, guru diharapkan mampu
membuat soal-soal HOTS agar peserta didik tidak hanya menjawab pada level
C-1 (mengingat), C-2 (memahami), dan C-3 (mengaplikasikan) saja, tetapi
juga pada level C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mencipta).
Namun, fakta dilapangan masih ditemukan banyak sekali guru yang
kebingungan untuk membuat soal HOTS dan masih banyak juga guru yang
salah persepsi terkait HOTS. Ketidakmampuan guru dalam merencanakan dan
mengembangkan pembelajaran serta membuat soal HOTS hampir terjadi di
seluruh Indonesia. Hal ini sebagaimana dilansir Republika.co.id, dinyatakan
bahwa:
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menilai, proses ajar yang
mengacu pada cara berpikir dengan nalar tinggi atau Higher Order Thinking
Skill di berbagai daerah masih belum merata dan optimal. JPPI
menyimpulkan ketidakoptimalan itu disebabkan oleh mutu para pendidik
yang masih rendah, bahkan belum paham tentang konsep Higher Order
Thinking Skill (Maharani, 2018).
Dengan demikian, melalui permasalahan yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan keterampilan
berpikir tingkat tinggi di Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Peneliti ingin menganalisis berbagai pendukung
pembelajaran peserta didik terutama dalam pembelajaran tematik muatan IPS.
4
Hal tersebut peneliti lakukan untuk mengetahui bahwa pembelajaran yang
didapatkan oleh peserta didik tidak hanya dari kemampuan yang bersifat
hafalan saja, tetapi peserta didik mampu mendapatkan nilai baik berdasarkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterapkan oleh pihak guru. Selain
itu, peneliti juga ingin mengetahui penerapan HOTS yang terdapat pada
sekolah tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai penerapan HOTS pada pembelajaran tematik
muatan IPS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang. Penelitian ini tidak hanya dilakukan pada proses pembelajaran saja
tetapi pada kemampuan pembuatan soal evaluasi yang dibuat oleh pihak guru.
Melalui penelitian ini, diharapkan banyak pihak terutama dalam bidang
pendidikan mengetahui seberapa jauh penerapan HOTS di tingkat sekolah
dasar, sehingga segala pihak yang terkait bisa mengambil langkah lebih lanjut
terhadap kenyataan penerapan HOTS yang ada di lapangan. Oleh karena itu,
peneliti mendapatkan ide untuk melakukan penelitian dengan judul
Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal Higher Order Thinking Skill
pada Pembelajaran Tematik Muatan IPS Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2019/2020.
5
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat
memfokuskan beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pemahaman guru terhadap pembuatan soal HOTS pada
pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020 ?
2. Bagaimanakah kemampuan guru dalam pembuatan soal HOTS pada
pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020 ?
3. Bagaimanakah penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020 ?
4. Apakah kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembuatan soal HOTS
pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2019/2020 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, hasil penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pemahaman guru terhadap pembuatan soal HOTS pada
pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
6
2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam pembuatan soal HOTS pada
pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
3. Untuk mengetahui penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembuatan
soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2019/2020.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada
semua pihak sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memperkuat dan melengkapi tentang evaluasi pembelajaran,
terutama pada pembuatan soal HOTS di tingkat sekolah dasar.
b. Dapat memberikan motivasi dan dasar untuk penelitian sejenis pada
masa yang akan datang dalam lingkup yang lebih kompleks dan menjadi
alternatif referensi sebagai kemungkinan dilakukannya pengembangan
penelitian serta dapat memberikan saran dan juga petunjuk.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap sekolah dalam meningkatkan kemampuan guru membuat soal
7
HOTS dan dengan harapan dapat dijadikan contoh bagi sekolah-sekolah
lain.
b. Bagi Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah bagian kurikulum,
serta seluruh guru pada khususnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi solusi alternatif dalam mengatasi problematika yang berkaitan
dengan pembelajaran tematik muatan IPS terutama dalam membuat soal
HOTS dan sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuan dalam
pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS.
c. Bagi Peneliti, manfaatnya yaitu dapat menambah wawasan, pola pikir,
pengalaman dan mengetahui kemampuan serta kendala guru dalam
pembuatan soal HOTS yang nantinya bisa bermanfaat dalam
peningkatan keprofesionalan sebagai calon guru.
E. Penegasan Istilah
Upaya untuk menghindari kesalahan dalam memahami atau menafsirkan
istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian, maka beberapa hal yang
perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Guru
Menurut Hoetomo (2005: 332), kemampuan berasal dari kata “mampu”
yang berarti kuasa, sanggup melakukan, atau dapat. Menurut Kunandar
(2008: 52), kemampuan adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
8
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar,
dan menengah.
Menurut Nurdin (2010: 128), guru dalam pandangan Islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan seluruh potensi kognitif maupun psikomotorik.
Berdasarkan definisi tersebut dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa
kemampuan guru merupakan kecakapan atau kesanggupan yang dikuasai
oleh guru yang digunakan untuk melakukan suatu aktifitas atau kegiatan.
2. Soal HOTS
Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir
yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau
merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite) (Kemendikbud, 2018: 10).
Dimana pada konteks ini, pembuatan soal HOTS mengukur
kemampuan, seperti transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses
dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
menelaah ide dan informasi secara kritis.
3. Pembelajaran Tematik Muatan IPS
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam
intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan
9
keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi
peserta didik (Majid dan Rochman, 2014: 106).
Menurut Susanto (2013: 137), IPS merupakan ilmu pengetahuan yang
mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan
manusia dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan
pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat
dasar dan menengah.
Berdasarkan definisi tersebut dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa
tujuan pembelajaran tematik muatan IPS adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun masyarakat sekitarnya.
4. Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Madrasah Ibtidaiyah Jombor merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan dasar yang berada di Jalan Jawa Nomor 10, RT 01 RW 03, Desa
Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Tujuan pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Jombor yaitu memberikan bekal kemampuan dasar
pada peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi
anggota masyarakat, warga Negara, serta mempersiapkan peserta didik
untuk melanjutkan sekolah lanjutan tingkat pertama.
10
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami pokok bahasan dari skripsi ini,
maka peneliti membagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal,
bagian inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat diuraikan
sebagai berikut:
Bagian awal meliputi: halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN
Salatiga, halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian,
halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar lampiran dan abstrak.
Bagian inti terdiri dari lima bab, meliputi:
Bab I pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika
penulisan.
Bab II kajian pustaka, berisi tentang landasan teori terhadap pokok
permasalahan penelitian dan kajian pustaka yang berisi tentang penelitian
terdahulu yang dibuat sebagai acuan dalam penelitian.
Bab III metode penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
kehadiran peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV paparan dan analisis data, paparan data mengenai profil subjek
penelitian dan analisis data temuan mengenai kemampuan guru dalam
11
pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di
Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Bab V penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
Bagian akhir, meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat
hidup.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Guru
a. Pengertian Kemampuan Guru
Menurut Hoetomo (2005: 332), kemampuan berasal dari kata
“mampu” yang berarti kuasa, sanggup melakukan, atau dapat.
Kunandar (2008: 52) menjelaskan tentang pengertian kemampuan
yaitu suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas dan
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Menurut Nurdin (2010: 128), guru dalam pandangan Islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan seluruh potensi kognitif maupun
psikomotorik.
Berdasarkan definisi tersebut dapat peneliti ambil kesimpulan
bahwa kemampuan guru merupakan kecakapan atau kesanggupan
yang dikuasai oleh guru yang digunakan untuk melakukan suatu
aktifitas atau kegiatan.
13
b. Kemampuan yang Harus Dimiliki Guru
Menurut Rusydie (2012: 13-14) secara sederhana, dapat
dikatakan bahwa menjadi sosok profesional adalah menjadi sosok
yang ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan, perlu diketahui
bahwa hampir semua orang dipastikan bisa menjadi guru akan tetapi
tidak semua guru benar-benar memiliki skill dan keahlian dalam
mendidik, guru akan disebut sebagai seorang yang profesional apabila
memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1) Memiliki kemampuan intelektual yang memadai, terutama
berkaitan dengan materi pembelajaran yang diampu, hal ini
menuntut guru untuk mempelajari banyak hal berkaitan dengan
materi, sehingga sumber pengajaran tidak hanya dari buku
panduan saja.
2) Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan,
sehingga dengannya anda dapat membuat skala prioritas dan
bekerja dengan terarah.
3) Memiliki keahlian dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau
menguasai metodologi pembelajaran yang baik.
4) Memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep perkembangan
murid.
5) Memiliki kemampuan mengorganisasi murid sehingga kegiatan
belajar dapat efektif.
14
c. Prinsip Dasar yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pembuatan
Soal
Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh guru
dalam pembuatan soal, agar soal tersebut dapat mengukur tujuan
pembelajaran atau mengukur kemampuan peserta didik. Sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Sudijono (2012: 97-99) sebagai berikut:
1) Soal harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar sesuai tujuan
pembelajaran. Kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar yang
dikehendaki akan memudahkan bagi guru dalam menyusun butir-
butir soal tes hasil belajar.
2) Soal harus merupakan sampel representatif dari populasi bahan
pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili
seluruh performa selama siswa mengikuti suatu unit pengajaran.
3) Soal harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk
mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan itu
sendiri.
4) Soal harus didesain sesuai dengan kegunannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, soal harus
disusun relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing-
masing jenis tes.
5) Soal harus mempunyai reliabilitas yang dapat diandalkan.
Artinya tes itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek yang
sama, hasilnya relatif sama.
15
6) Soal harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan siswa, juga
harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
2. Pembuatan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
a. Pengertian HOTS
HOTS merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level
kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving,
taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan
penilaian (Saputra, 2016: 91). HOTS ini meliputi kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
kemampuan berargumen dan kemampuan mengambil keputusan.
Menurut Newman dan Wehlage dalam Widodo (2013: 162)
dengan HOTS peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan
secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah,
mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan
memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas.
Tujuan utama dari HOTS adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara
kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam
memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki
serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks
(Saputra, 2016: 91-92).
16
Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite) (Kemendikbud, 2018: 10).
Pembuatan soal HOTS mengukur kemampuan, seperti transfer
satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan
informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda,
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah
ide dan informasi secara kritis.
Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa HOTS merupakan kemampuan berpikir yang
bukan sekedar mengingat dan menyatakan kembali, tetapi
kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif,
berkreasi serta mampu memecahkan masalah.
b. Karakteristik Soal HOTS
Menurut Widana (2017: 3-6) karakteristik soal HOTS sangat
direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian
kelas, sebagai berikut:
1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
17
kemampuan berargumen (reasoning) dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern,
sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri
atas:
a) Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar.
b) Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.
c) Menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda
dengan cara-cara sebelumnya.
Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk
mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk
menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk HOTS. Dengan
demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki
tingkat kesukaran yang tinggi.
2) Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
18
menyelesaikan masalah. Berikut ini diuraikan lima karakteristik
asesmen kontekstual yang disingkat REACT.
a) Relating, asesmen terkait langsung dengan kontesk pengalaman
kehidupan nyata.
b) Experencing, asesmen yang ditentukan kepada penggalian
(exploration), penemuan (discovery) dan penciptaan (creation).
c) Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam
kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d) Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta
didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada
kesimpulan konteks masalah.
e) Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam
kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
3) Membangun bentuk soal beragam
Bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai
berikut:
19
a) Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang
bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari
pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban
terdiri atas jawaban dan pengecoh (distractor).
b) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji
pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara
komperhensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang
lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus
yang bersumber pada situasi kontekstual.
c) Isian singkatan atau melengkapi
Soal isian singkatan atau melengkapi adalah soal yang
menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan
cara mengisi kata, frase, angka atau symbol, karakteristik soal
isian singkatan atau melengkapi adalah sebagai berikut:
(1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu
bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian
supaya tidak membingungkan siswa.
(2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti
yaitu berupa frase, kata, angka, simbol, tempat atau waktu.
20
d) Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal
yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase
terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik soal jawaban singkat
adalah sebagai berikut:
(1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat
perintah.
(2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat
jawaban yang singkat.
(3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa
pada semua soal diusahakan relatif sama.
(4) Hindari penggunaan kata, kalimat atau frase yang diambil
langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa
untuk sekedar mengingat atau menghafal apa yang ditulis
di buku.
e) Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya
menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal
yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.
21
c. Tujuan Pembuatan Soal HOTS
Kemendikbud menjelaskan tujuan pembuatan soal HOTS ada
empat, yaitu:
1) Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad 21
Penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan diharapkan
dapat membekali peserta didik mempunyai kemampuan abad 21,
yaitu mempunyai karakter yang baik, memiliki sejumlah
kompetensi, dan menguasai literasi.
Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian dapat melatih
peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilan
sesuai dengan tuntutan kemampuan abad 21 di atas. Melalui soal
HOTS keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan rasa percaya
diri akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah.
Dalam membuat soal HOTS, diharapkan dapat
mengembangkan secara kreatif sesuai dengan perkembangan
yang ada di daerah masing-masing, terutama dalam pembuatan
stimulus soal HOTS. Berbagai permasalahan yang ada di daerah
tersebut dapa diangkat sebagai stimulus kontekstual, sehingga
akan sangat menarik sebab dapat dirasakan langsung oleh peserta
didik.
22
Di samping itu, penyajian stimulus yang ada di daerahnya
tersebut, akan membangkitkan rasa cinta pada daerahnya,
sehingga peserta didik akan merasa terpanggil dalam memberikan
solusi dari berbagai macam permasalhan terserbut.
3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Pendidikan formal hendaknya dapat menjawab tantangan-
tantangan yang ada di masyarakat. Ilmu pengetahuan yang
dipelajari di kelas, agar terkait langsung menjawab permasalahan
dimasyarakat. Dengan demikian, peserta didik merasakan bahwa
materi yang dipelajari di kelas dapat dijadikan bekal untuk terjun
di masyarakat. Tantangan-tantangan di masyarakat dapat
dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penelitian,
sehingga munculnya soal-soal HOTS diharapkan dapat
menambah motivasi belajar peserta didik.
4) Meningkatkan mutu penilaian.
Penilaian yang berkualitas akan dapta meningkatkan mutu
pendidikan dengan melatih peserta didik untuk menjawab soal-
soal HOTS, diharapkan dapat mempunyai keterampilan berpikir
kritis dan kreatif.
23
3. Pembelajaran Tematik Muatan IPS
a. Pembelajaran Tematik
1) Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek
baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga
pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik (Majid dan
Rochman, 2014: 106).
Menurut Kemendikbud (2013: 193), pembelajaran tematik
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran
terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai
pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa
mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.
Karena peserta didik dalam memahami sebuah konsep yang
mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.
Oleh karena itu, dengan pembelajaran tematik peserta didik
diharapkan mendapatkan hasil belajar yang optimal dan
menghindari kegagalan pembelajaran yang masih banyak terjadi
dengan model pembelajaran yang lain.
24
2) Prinsip Pembelajaran Tematik
Menurut Majid (2014: 89), ada beberapa prinsip yang
berkenaan dengan pembelajaran tematik sebagai berikut:
a) Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat
dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari
beberapa mata pelajaran.
b) Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata
pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian,
materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara
bermakna.
c) Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran temati
harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan
pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
d) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema
selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat,
kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal.
e) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan,
artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah
dipadukan.
25
3) Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Majid (2014: 89-90), pembelajaran tematik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep
26
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan
siswa berada.
f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
4) Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Menurut Majid (2014: 91), ada beberapa rambu-rambu
pembelajaran tematik sebagai berikut:
a) Tidak semua mata pelajaran disatukan.
b) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas
semester.
c) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus
dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan
dibelajarkan secara tersendiri.
d) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu
harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan
secara tersendiri.
27
e) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan
membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai
moral.
f) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik
siswa, lingkungan dan daerah setempat.
b. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1) Pengertian IPS
IPS merupakan mata pelajaran wajib pada kurikulum 2013,
khususnya pada tingkat SD/MI. IPS merupakan integrasi disiplin
ilmu sosial meliputi: Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta
disiplin ilmu sosial lainnya yang dipadukan menjadi nama mata
pelajaran (Sapriya, 2009: 7).
Menurut Susanto (2013: 137), IPS merupakan ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan manusia dikemas secara ilmiah dalam
rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam
kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah.
Dengan demikian, mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI
mengintegrasikan disiplin ilmu sosial dengan mata pelajaran
lainnya yang terbentuk dalam sebuah tema pembelajaran yang
mempunyai tujuan memberikan suatu pengertian tentang
kewarganegaraan melalui program pendidikan di sekolah dan
28
tersusun beberapa konsep kajian yang meliputi generalisasi,
peristiwa, dan fakta yang berhubungan dengan ilmu sosial.
2) Karakteristik Pembelajaran IPS
Menurut Susanto (2014: 21-22), terdapat beberapa
karakteristik dalam mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI, sebagai
berikut:
a) IPS adalah integrasi disiplin ilmu yang tergabung dalam unsur-
unsur ilmu sosial.
b) Topik pembahasan berbentuk tema yang dihasilkan dari KI
dan KD meliputi keilmuan sejarah, geografi, sosiologi, dan
ekonomi.
c) KI dan KD dalam IPS berhubungan dengan permasalahan
sosial yang disusun secara interdisipliner.
d) KI dan KD berhubungan dengan fenomena sosial yang terjadi
di masyarakat yang mencakup tata nilai dalam kehidupan.
e) KI dan KD dalam IPS melakukan pengkajian fenomena sosial
secara keseluruhan dengan menggunakan tiga dimensi.
3) Tujuan Pembelajaran IPS
Pada saat ini, mata pelajaran IPS pada tingkat SD/MI
berorienasi pada pendekatan yang bersifat terpadu (integrated).
Tahap perkembangan dan kebiasaan peserta didik menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan materi pembelajaran yang
disajikan dalam bentuk tema.
29
Menurut Sapriya (2009: 194), terdapat beberapa tujuan
pembelajaran IPS pada tingkat SD/MI, sebagai berikut:
a) Mengenal kehidupan sosial berdasarkan sesuai konsepnya.
b) Kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c) Sadar dan berkomitmen terhadap pentingnya nilai sosial dan
kehidupan.
d) Mampu menjalin interaksi, gotong royong dan berlomba
dalam kehidupan majemuk, lokal, nasional, dan global.
4) Konsep Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS pada tingkat SD/MI merupakan hasil
perpaduan dari kajian mata pelajaran lain. Perpaduan tersebut
kemudian diikat dengan suatu tema yang berfokuskan pad satu
masalah tertentu yang akan dijadikan bahan kajian pembelajaran.
Pembelajaran IPS pada tingkat SD/MI dikemas dengan
penyesuaian tiap jenjang pendidikan. Pada jenjang kelas I-III
SD/MI, mata pelajaran IPS melebur atau menjadi bagian pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan PPKn.
Sedangkan, pada jenjang kelas IV-VI mata pelajaran IPS berdiri
sendiri dengan penerapan pembelajaran tematik terpadu yang
diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain. Sehingga dari
30
beberapa kajian materi tersebut nantinya akan dapat berkaitan
baik antar disiplin ilmu atau mata pelajaran.
B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam
melakukan penelitian, sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian
terdahulu, peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti
judul penelitian ini. Namun, peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai
referensi serta bahan kajian pada penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Agustina Amelia yang membahas
tentang analisis kualitas tes hasil belajar matematika yang dibuat oleh guru
mengenai materi pecahan untuk siswa kelas V. Hasil penelitian ini adalah
uji analisis tingkat kesukaran soal yaitu 1 soal (5%) memiliki tingkat
kesukaran yang sedang dan 4 soal (20%) memiliki tingkat kesukaran yang
sukar. Hasil uji pengecoh pada soal secara keseluruhan ada 11 pengecoh
tidak berfungsi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Fajriyah dan Ferina Agustini yang
membahas tentang kemampuan siswa dalam menerapkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi sesuai dengan kompetensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa berada
pada level rendah. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal berbasis
keterampilam berpikir tingkat tinggi yang tergolong masih rendah
sebanyak 53,3%.
31
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi, Marzuki, dan Andi Usman yang
yang membahas tentang deskripsi pembelajaran tematik terpadu berbasis
lingkungan untuk memperoleh kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta
didik di SD. Hasil penelitian ini adalah bahwa kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik dapat dikategorikan baik, karena dalam pembelajaran
tematik terpadu berbasis lingkungan sebagian besar peserta didik
memperoleh kemampuan berpikir tingkat tinggi yang berupa menganalis,
mengevaluasi, dan mengkreasikan.
Berdasarkan tiga kajian penelitian terdahulu diatas, peneliti ingin
mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti ini memiliki khas
atau perbedaan yang mendasar dengan penelitian sebelumnya dan belum ada
yang mengulasnya. Perbedaannya adalah fokus kajian serta tempat dari
penelitian ini, yaitu kemampuan guru dalam pembuatan soal higher order
thinking skill pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Oleh karena itu,
peneliti berpendapat bahwa penelitian ini sangat penting.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan penelitian
yang bersifat ilmiah dan juga sistematis (Sarwono, 2006: 206). Menurut
Sukmadinata (2008: 60), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Taylor
dan Bogdan mendefinisikan metodologi ini sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2008: 3).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Karena
penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan, variable, dan
fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan
menyajikan apa adanya. Metode penelitian ini dipilih karena disesuaikan
dengan pokok permasalahan yang akan diteliti, gunanya untuk mendapatkan
data dan informasi dalam mendukung penelitian ini yang berupa kemampuan
guru dalam pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS
kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
33
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Jombor yang beralamatkan
di Jalan Jawa Nomor 10, RT 01 RW 03, Desa Jombor, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut salah satunya yaitu lokasi penelitian
yang strategis dan mudah dijangkau serta ingin mengetahui penerapan HOTS
di sekolah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian. Oleh
karena itu, peneliti tertarik dan melakukan penelitian di sekolah tersebut
mengenai kemampuan guru dalam pembuatan soal HOTS pada pembelajaran
tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor.
C. Kehadiran Peneliti
Peneliti melakukan penelitian secara langsung di Madrasah Ibtidaiyah
Jombor yang bertindak sebagai pengamat partisipan dan pengumpul data dalam
upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Peneliti melakukan pengamatan
dengan keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau
sumber data lainnya sehingga memperoleh data yang detail.
D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data . Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua sebagai
berikut:
a. Data primer, yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
34
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.
b. Data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2009: 137).
Data primer dapat diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti dengan
cara diambil dan kemudian diolah sendiri oleh peneliti sehingga mendapatkan
kesimpulan. Adapun sumber data primer ini adalah Guru Kelas, Kepala
Sekolah dan sebagainya. Data primer tersebut diperoleh melalui wawancara
terbuka kepada pihak terkait, sebagaimana informasi digali secara mendalam
terkait kemampuan guru dalam pembuatan soal HOTS pada pembelajaran
tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor.
Data sekunder dapat diperoleh secara tidak langsung dari sumber penelitian.
Adapun sumber data sekunder yang dibutuhkan seperti data-data guru maupun
peserta didik, foto/gambar, dokumen dapat berupa catatan pribadi, buku dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan Madrasah Ibtidaiyah Jombor. Data
sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang
telah dikumpulkan.
35
E. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Moleong (2009: 174), metode observasi digunakan untuk
mengetahui situasi dan kondisi lingkungan sekolah serta para guru yang ada.
Pengamatan disini termasuk juga didalamnya penelitian mencatat peristiwa
dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun
langsung diperoleh dari data.
Alasan peneliti melakukan observasi ini adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan,
memperoleh data-data yang diperlukan dan membantu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut. Oleh karena itu, dengan pengamatan langsung di
lapangan, peneliti dapat mengetahui tentang kemampuan guru dalam
pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di
Madrasah Ibtidaiyah Jombor.
2. Wawancara
Menurut Suprayogo (2001: 172), wawancara merupakan percakapan
langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu, yang memberikan jawaban atas
36
pertanyaan itu. Esterberg dalam Sugiyono (2017: 319), mengemukakan tiga
macam wawancara sebagai berikut:
a. Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informan apa yang
akan diperoleh, oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawaban pun telah disiapkan. Dengan wawancara
ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama maka dengan ini
peneliti menggunakan beberapa wawancara.
b. Wawancara semiterstruktur (semistructured interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat dan idenya. Dalam melakukan
wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang disampaikan oleh informan.
c. Wawancara tak terstruktur (unstructured interview)
Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman
37
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan.
Peneliti menggunakan wawancara terstruktur (structured interview)
yang akan dilakukan kepada para narasumber, yaitu guru kelas, kepala
sekolah, dan pihak terkait lainnya. Alasan peneliti menggunkan teknik ini
untuk memperoleh data terkait kemampuan guru dalam pembuatan soal
Higher Order Thinking Skill pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas
V di Madrasah Ibtidaiyah Jombor.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006: 158), dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Menurut Sugiyono (2011: 240), dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bias berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya karya
seni, yang dapat berupa gambar, patung, dan film. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.
Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data
berdasarkan sumber data yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Jombor, seperti
gambaran umum mengenai sekolah, profil sekolah, sejarah sekolah,
38
bangunan fisik, struktur organisasi, jumlah guru dan peserta didik dan juga
hal yang terkait dengan pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik
muatan IPS. Oleh karena itu, dengan metode dokumentasi ini akan tercipta
data yang otentik mengenai gambaran nyata di Madrasah Ibtidaiyah Jombor.
F. Analisis Data
Menurut Arikunto (2014: 147), analisis data adalah upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum di
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data
kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis (Sugiyono, 2011: 245).
Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber data yaitu
wawancara, observasi, dokumentasi dan sebagainya. Setelah data dapat
dikumpulkan oleh peneliti, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data
yang sudah ada dengan dukungan teori-teori yang sudah ada, sehingga dapat
disimpulkan beberapa hasil penelitian. Aktivitas dalam analisis data sebagai
berikut:
39
1. Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti di lapangan
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih, hal-hal pokok, dicari tema dan polanya, dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono, 2017: 338).
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan penyajian data akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang tealah dipahami (Sugiyono, 2017: 341).
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification)
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles da
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung tahapan dalam
pengumpulan data. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal (Sugiyono,
2017: 345).
40
G. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji validitas internal
(credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability),
objektivitas (comfirmability).
Peneliti menggunakan pengujian validitas internal (credibility) atau cara
pengujian kredibilitas data terhadap data hasil penelitian kualitatif yang antara
lain dilakukan dengan: perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatif dan membercheck.
Menurut Sugiyono (2017: 330), tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari
kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Peneliti memilih
menggunakan triangulasi dalam pengujian validitas internal (credibility)
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, teknik dan waktu.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber bertujuan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Selanjutnya data tersebut dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, berbeda dan spesifik dari
tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, sehingga
dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
41
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik bertujuan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu
dicek dengan observasi, dan dokumentasi. Apabila dengan tiga teknik
pengujian tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang terkait atau yang
lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau semuanya
benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari, disaat
narasumber masih segar belum banyak masalah akan memberikan data
yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengajuan kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan wawancara, pengamatan/observasi atau teknik lain dalam
waktu dan situasi yang berbeda. Apabila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukannya
kepastian datanya (Sugiyono, 2017: 373-374).
H. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu yang
berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian. Menurut Moleong (2009:
127), dalam penelitian kualitatif dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut:
42
1. Tahap pra lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahap penelitian sebelum berada di
lapangan. Ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti. Dalam
tahap ini ditambah satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika
dalam penelitian lapangan. Kegiatan tersebut antara lain:
1) Menyusun rancangan penelitian.
2) Memilih lapangan penelitian.
3) Mengurus perizinan.
4) Menjajaki dan menilai lapangan.
5) Memilih dan memanfaatkan informan.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
Tahapan pra lapangan ini digunakan sebelum peneliti melakukan
penelitian yang sebenarnya. Setelah peneliti membuat rancangan
penelitian, peneliti memilih salah satu lokasi penelitian yaitu di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan merupakan tahap penelitian yang
sebenarnya. Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri.
2) Memasuki lapangan.
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data.
Tahap pekerjaan lapangan ini, peneliti terjun langsung di lokasi
penelitian untuk mencari informasi dan mengumpulkan data yang
43
berkaitan dengan fokus penelitian yaitu tentang kemampuan guru dalam
pembuatan soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V.
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data merupakan tahap kegiatan sesudah kembali dari
lapangan. Pada tahap ini, analisis data yang sudah tersedia dari sumber
yaitu wawancara, pengamatan, dokumen pribadi dan sebagainya. Setelah
data dapat dikumpulkan oleh peneliti, maka tahap selanjutnya yaitu
menganalisis data yang sudah ada dengan dukungan teori-teori yang sudah
ada sehingga dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian. Dalam tahap
analisis data terdapat empat alur kegiatan, yaitu:
1) Pengumpulan data, merupakan kegiatan analisis yang mengantisipasi
kegiatan atau dilakukan sebelum penelitian di lapangan, ketika
penelitian dirancang sehingga nantinya dimudahkan disaat
menganalisis dan sebagai bukti pada penelitian.
2) Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian data
kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis dan bukan suatu hal yang
terpisah dari analisis.
3) Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan melihat data, kita akan memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menganalisis
44
atau mengambil tindakan yang berdasarkan atas pemahaman yang
didapatkan dari penyajian tersebut.
4) Verifikasi data atau kesimpulan, yaitu dari permulaan pengumpulan
data, seorang penganalisis kualitatif mencari makna, penjelasan, dan
sebab akibat.
Tahapan-tahapan penelitian ini merupakan bentuk urutan/jenjang
yang dimulai dari tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan dan analisis
data. Meski demikian, segala sifat dari kegiatan penelitian yang dilakukan
pada masing-masing tahap bukanlah bersifat ketat, melainkan disesuaikan
dengan situasi serta kondisi yang ada.
45
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. PAPARAN DATA
1. Profil Madrasah Ibtidaiyah Jombor
a. Identitas Madrasah
Berdasarkan dokumen letak geografis (LG/D/01) Madrasah
Ibtidaiyah Jombor beralamatkan di Jalan Jawa Nomor 10, RT 01 RW
03, Dusun Krajan, Desa Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang. Kemudian, berdasarkan dokumen profil sekolah
(PS/D/02) diperoleh identitas Madrasah Ibtidaiyah Jombor sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Identitas Madrasah
No Identitas Keterangan
1 NSM 111233220074
2 Nama MI Jombor
3 Akreditasi A
4 Jenjang MI
5 Status Swasta
6 Telp/hp 085865381353
7 Email [email protected]
8 Tahun Berdiri 1 Februari 1959
9 Luas Tanah 971 m²
10 Luas Bangunan 564 m²
11 Status Tanah Milik Sendiri
46
b. Visi Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Berdasarkan dokumen (VM/D/03) visi misi dan tujuan dari
Madrasah Ibtidaiyah Jombor yaitu:
1) Visi
Menjadi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU yang terbuka dan
berkualitas guna menyiapkan generasi muda yang cerdas, kreatif
dan inovatif berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepadan
Allah SWT dan berakhlaqul karimah.
2) Misi
a) Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga setiap
berkembang optimal.
b) Menanamkan dasar-dasar Akhlaqul Karimah.
c) Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama
dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan
dalam bertindak.
d) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan
seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah.
3) Tujuan
a) Memberikan pelayanan pembelajaran yang efektif untuk
perkembangan siswa secara optimal.
b) Memprioritaskan pendidikan akhlak agar siswa memiliki
wawasan dan perilaku akhlaqul karimah.
47
c) Mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam setiap
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
d) Mengembangkan madrasah menjadi lembaga pendidikan
milik masyarakat dan warga sekolah sehingga terwujud
MADRASAH BISA.
c. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang harus ada
pada setiap lembaga pendidikan termasuk sekolah. Hal ini
dimaksudkan untuk memperlancar semua pelaksanaan program
kerja dari lembaga pendidikan tersebut.
Demikian halnya dengan struktur organisasi Madrasah
Ibtidaiyah Jombor untuk mempermudah melaksanakan suatu
program kerja seusai dengan tugas dan tanggung jawab setiap bagian
agar tercapai suatu tujuan pendidikan khususnya di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor. Berdasarkan dokumen (SO/D/04) adapun
struktur organisasi Madrasah Ibtidaiyah Jombor sebagai berikut:
Tabel 4.2 Struktur Organisasi MI Jombor
No Nama Status/Jabatan
1 Nur Hidayati, S.Pd.I Kepala Madrasah
2 Suharsini, S.Ag Waka Kurikulum
3 Budi Ani Fatmawati, S.PdI Waka Kesiswaan
4 Amin Rohadi, S.Pd.I Waka Sarpras
5 Muslikhin, S.Pd Waka Humas
6 Siti Sumiyati,S.Pd.I Bendahara
48
d. Data Tenaga Pendidik Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Berdasarkan dokumen (DG/D/05), adapun tenaga pendidik di
Madrasah Ibtidaiyah Jombor yaitu:
Tabel 4.3 Data Tenaga Pendidik
No Nama Status/Jabatan
1 Nur Hidayati, S. Pd. I Kepala Madrasah
2 Siti Sumiyati,S. Pd. I Guru Kelas VI
3 Suharsini, S. Ag Guru Kelas V
4 Amin Rohadi, S. Pd. I Guru Kelas IV
5 Istinganatun Nafiah S. Pd. I Guru Kelas III
6 Budi Ani Fatmawati, S. Pd. I Guru Kelas II A
7 Nafsyiah A, B. F. F Guru Kelas II B
8 Miftahul Hidayati, S. Pd. I Guru Kelas I
9 Muslikhin, S.Pd Guru Mapel
10 Nasikhatul Umami, S. Pd. I Guru Mapel
11 M.Fikrul Umam S. Pd. I Guru Mapel
e. Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Berdasarkan dokumen (DSM/D/06), adapun jumlah siswa
Madrasah Ibtidaiyah Jombor yaitu:
Tabel 4.4 Data Siswa MI Jombor No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kelas I 9 21 30
2 Kelas II 28 13 36
3 Kelas III 8 11 19
4 Kelas IV 9 18 27
5 Kelas V 10 8 18
6 Kelas VI 13 14 27
49
f. Data Siswa Kelas V
Berdasarkan dokumen (DS/D/07), adapun jumlah siswa kelas V
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Data Siswa Kelas V
No Nama
1 AL
2 CC
3 FAJ
4 JYN
5 MSNT
6 MAA
7 MFD
8 L
9 MLM
10 MMM
11 RLR
12 SAAH
13 SS
14 TPH
15 ZLA
16 MSRA
17 DAM
18 ATM
g. Program Pendidikan Muatan Lokal
Berdasarkan dokumen (PML/D/08), adapun program
pendidikan muatan lokal Madrasah Ibtidaiyah Jombor yaitu:
1) Komponen Muatan Lokal
Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas madrasah dan potensi daerah,
50
termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada yaitu:
a) Bahasa Jawa
b) Bahasa Inggris
c) Ke-NU-an
2) Komponen Pengembangan Diri
Pengembangan diri dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah yaitu:
a) Pembentukan karakter bangsa melalui kegiatan upacara
setiap hari senin dan hari-hari besar nasional.
b) Bimbingan konseling dilaksanakan secara insendental oleh
konselor.
c) Unit pengembangan bakat dan minat dilaksanakan melalui
ekstrakurikuler yaitu:
(1) Pramuka
(2) Seni Baca Al Qur’an
(3) Seni Tari Tradisional
(4) Drumband
(5) Rebana
(6) Calistung
(7) Olahraga
51
(8) Pencak Silat Pagar Nusa
2. Hasil Temuan
a. Pemahaman Guru terhadap Pembuatan Soal HOTS
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dalam
membuat soal HOTS guru harus mampu memahami dengan baik
terkait pembuatan soal HOTS dan juga karakteristiknya.
Sebagaimana penjelasan SHN:
”Dalam membuat soal HOTS, guru harus mampu memahami
dengan baik apa itu soal HOTS dan karakteristiknya agar
dapat diberikan kepada siswa pada saat penilaian atau
evaluasi. Karena soal HOTS itu ya merupakan soal yang
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis
permasalahan kontekstual, mengandung stimulus dan
terbarukan.”(PMH/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Kemudian, kepala sekolah menyampaikan tanggapan terkait
pemahaman guru kelas V tersebut mengenai soal HOTS, sebagai
berikut:
”Untuk tanggapan saya, ya pastinya beliau mengetahui dan
paham tentang HOTS itu. Karena, kita juga pernah berdiskusi
tentang masalah HOTS itu. Beliau juga begitu
antusias.”(PMH/W/NH/R/02/18-12-2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan SHN dan NH dapat
diketahui bahwa guru kelas V sudah mengetahui mengenai
pembuatan soal HOTS beserta karakteristik soal HOTS.
52
b. Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal HOTS
1) Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru terkait HOTS
Upaya dalam meningkatkan kemampuan guru terkait
HOTS, kepala sekolah juga sering memberikan himbauan
kepada guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
mengenai HOTS. NH mengakatan:
“Ya, kami selalu memberikan himbauan dan pastinya
setiap ada pendidikan dan pelatihan kami selalu
ikutkan.”(PLT/W/NH/R/02/18-12-2019)
NH juga menambahkan penjelasan, dari pendidikan dan
pelatihan tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan dan
menambah wawasan mengenai HOTS serta bekal yang baik bagi
guru.
“Membuat soal HOTS bagi siswa tentu memerlukan
berbagai bekal kemampuan pedagogik guru yang baik.
Disamping itu, juga perlu adanya wawasan yang luas
terkait hal itu. Jadi, upaya yang kami lakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru yaitu ya seperti tadi yang
sudah dijelaskan, sering mengajak guru mengikuti
pelatihan untuk mengasah kemampuan mereka. Karena
dari pendidikan dan pelatihan dapat menambah wawasan
dan membantu guru sebagai bahan kajian untuk membuat
soal HOTS.” (PLT/W/NH/R/02/18-12-2019)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh SHN:
“Meningkatkan kemampuan guru terkait HOTS yang
utama yaitu guru harus peka terhadap perkembangan dan
pastinya harus mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk
menambah wawasan baru, juga dapat berdiskusi,
sekaligus praktek menerapkan pembelajaran dan juga
penilaian HOTS.”(PLT/W/SHN/R/01/18-12-2019)
53
Karena, dapat dipastikan dari pendidikan dan pelatihan
tersebut menjadi sarana yang baik dan strategis bagi guru untuk
meningkatkan kemampuannya terkait HOTS. Seperti
pernyataan SHN:
”Ya pastinya, melalui forum ilmiah seperti diklat atau
kegiatan KKG menjadi sarana yang baik dan strategis
untuk menyusun pembelajaran dan juga penilaian yang
HOTS.” (PLT/W/SHN/R/01/18-12-2019)
2) Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal HOTS
Membuat soal HOTS merupakan pekerjaan yang harus
dilakukan oleh guru. Meski terdapat kesulitan yang terpenting
ada kemauan dari guru, seperti ungkapan SHN:
“Ya, sebagai guru itu pastinya harus sanggup dan mampu
dalam membuat soal HOTS. Karena kesulitan itu hanya
di awal saja, yang terpenting ada kemauan dan banyak
belajar agar dapat menambah wawasan pengetahuan
serta kemampuan.”(KMP/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Hal senada juga disampaikan NH:
“Kalau untuk kesulitan ya itu di awal-awal pastinya guru
sulit dan bingung juga. Namun, yang terpenting ada
kemauan dari guru untuk berlatih dan untuk sekarang ini
saya kira sudah mampu karena sudah mempunyai bekal
dan wawasan yang lebih terkait hal
itu.”(KMP/W/NH/R/02/18-12-2020)
Walaupun guru sempat mengalami kesulitan di awal
dalam memberikan soal kepada siswa dan dari adanya kemauan
dari guru untuk berlatih, akhirnya guru dapat memberikan soal
kepada siswa yang kemampuannya sangat beragam:
“Jadi, pertama sempat mengalami kesulitan dalam
memberikan soal HOTS kepada siswa yang
54
kemampuannya sangat beragam dan untuk selanjutnya
mulai bisa dan mampu memberikan soal-soal
HOTS.”(KMP/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Oleh karena itu, ada beberapa kemampuan atau
keterampilan yang harus dikuasai oleh guru untuk membuat soal
HOTS. SHN memberikan penjelasan:
“Untuk keterampilan yang dibutuhkan guru dalam
membuat soal HOTS yaitu kemampuan dalam
menganalisis KD, menyusun kisi-kisi soal, menentukan
bentuk stimulus serta menentukan deskripsi stimulus dan
membuat pedoman penskoran atau kunci
jawaban.”(KMP/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, bisa dikatakan
bahwa guru kelas V sudah mempunyai pengalaman dalam
memberikan soal kepada siswa. Bahkan, kepala sekolah juga
memberikan pujian terkait pengalaman dan kemampuannya
dalam membuat soal:
“Kalau untuk pengalaman beliau ya sudah tidak perlu
ditanyakan lagi. Beliau bisa dikatakan berpengalaman
dan mempunyai kemampuan. Apalagi beliau termasuk
guru yang kegiatannya paling padat setiap minggunya.”
(KMP/W/NH/R/02/18-12-2019)
c. Penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Salah satu elemen perubahan pada kurikulum 2013 pada
jenjang Sekolah Dasar adalah penguatan proses pembelajaran atau
penerapan HOTS dalam pembelajaran. Pembuatan soal HOTS juga
harus diikuti dengan pembelajaran yang HOTS. Berdasarkan
pengalaman SHN sebagai guru kelas V, mengatakan:
55
“Menurut pengalaman saya, dalam membuat soal HOTS itu,
juga harus melakukan pembelajaran yang HOTS
juga.”(PMB/W/SHN/R/01/18-12-2019)
SHN juga menambahkan penjelasan kembali:
”Selain itu, membuat soal HOTS pada dasarnya adalah hal
yang baik, tetapi hal ini memang harus diawali dengan
pembelajaran yang HOTS juga, karena akan terasa ganjil
apabila pembelajaran yang biasa-biasa saja, tetapi guru ujug-
ujug memberikan soal yang HOTS bagi siswa. Dengan
demikian, penilaian yang HOTS harus didasari oleh
pembelajaran yang HOTS juga.”(PMB/W/SHN/R/01/18-12-
2019)
Oleh karena itu, pada penerapan pembelajaran kurikulum 2013
terdapat beberapa perubahan paradigma yang selama ini digunakan
oleh guru, perubahan tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan tuntutan zaman atau tuntutan kurikulum untuk
mempersiapkan sumber daya manusia. Sebagaimana yang
dijelaskan NH:
“Disini kami sudah menerapkan K-13 yang berorientasi pada
pembelajaran HOTS juga. Karena tuntutan zaman dan
tuntutan K-13 yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif, maka siswa harus terus menerus dilatih untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan penguatan kompetensi
guru dalam melakukan analisis K-13 otomatis juga
menguatkan kompetensi soal evaluasi termasuk soal HOTS
itu.” (PMB/W/NH/R/02/18-12-2019)
Penilaian juga dilakukan dengan mengukur tingkat berpikir
siswa mulai dari level yang rendah hingga yang tinggi. Bukan hanya
sekedar menghafalkan suatu konsep, melainkan sampai siswa dapat
menghasilkan sebuah karya. Hal tersebut ditambahkan oleh SHN:
“......apalagi pembelajaran di abad 21 ini harus meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa. Bahkan, sampai
56
membuat siswa menghasilkan sebuah karya. Dengan kata
lain, pembelajaran diharapkan berada pada level yang lebih
tinggi sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.”
(PMB/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Merujuk pada paparan di atas, salah satu upaya penerapan
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa adalah dengan melakukan reformasi pada
pembelajaran untuk mengubah strategi pengajaran dengan
menggeser penekanan dari pembelajaran berbasis hafalan kepada
eksplorasi dan pembelajaran berbasis permasalahan yang
berorientasi pada fenomena dunia nyata sesuai dengan tuntutan
zaman dan kurikulum.
d. Kendala-kendala Guru dalam Pembuatan Soal HOTS
Kurikulum 2013 menuntut adanya penilaian atau evaluasi,
dalam menjalankan proses penilaian pembelajaran berbasis HOTS
memiliki kendala tersendiri oleh guru dalam membuat soal evaluasi
dan menerapkan pembelajaran berbasis HOTS. Karena pada
prakteknya penerapan HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan
oleh guru. Sebagaimana penjelasan SHN:
“Pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal
yang mudah dilaksanakan oleh guru. Karena guru dihadapkan
pada tantangan dengan lingkungan siswa yang berbeda-beda.
Kadang sudah merasa berbuat maksimal tetapi respon siswa
relatif pasif.”(KDL/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Sebagai guru kelas V beliau juga menceritakan banyak hal
terkait berbagai kendala lain dalam membuat soal HOTS untuk
57
siswa. Meski terdapat kendala beliau juga tetap berusaha membuat
soal sebaik mungkin dan tidak seadanya. Berikut pernyataan SHN:
“Kalau kendala yang sering saya alami yaitu yang pertama
kurangnya waktu untuk membuat soal HOTS, yang kedua
terkadang terdapat kendala dalam menyesuaikan antara soal
dengan KKO yang terdapat dalam indikator, yang terakhir
adanya perbedaan cara siswa dalam menunjukkan
kemampuannya dalam berpikir dimana ada siswa yang aktif
terhadap materinamun saat diberi soal cenderung nilainya
dibawah rata-rata. Begitupun sebaliknya, ada siswa yang
tidak aktif namun saat diberi soal cenderung nilainya
memuaskan. Meski begitu, saya sendiri juga tetap berusaha
membagi waktu dan tidak melarikan diri terus membuat soal
seadanya.(KDL/W/SHN/R/01/18-12-2019)
Dalam hal ini NH menambahkan:
”Untuk kendala menurut pengamatan saya karena sibuknya
beliau yang sering kegiatan keluar, ya kurangnya alokasi
waktu dalam pembuatan soal pastinya. Meski begitu, saya
lihat beliau tetap bertanggung jawab dalam membuat soal
yang baik siswa.”(KDL/W/NH/R/02/18-12-2019)
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kendala
yang dialami guru terdiri dari beberapa diantaranya adalah sempat
kebingungan mengatasi siswa yang berbeda-beda kemampuannya,
kurangnya alokasi waktu untuk membuat soal karena padatnya
kegiatan, sering terdapat kendala dalam menyesuaikan antara soal
dengan kata kerja operasional yang terdapat dalam indikator
pembelajaran yang berbasis HOTS, dan terkendala dengan berbagai
siswa yang mempunyai perbedaan cara untuk menunjukkan
kemampuannya dalam berpikir.
Meski masih terdapat kendala, SHN juga memberikan pesan
kepada para pendidik untuk tetap meningkatkan wawasannya karena
58
tanpa bekal pengetahuan pasti akan terasa sulit dalam membuat soal
HOTS dan tetap sabar dalam menghadapi berbagai kendala yang
ada.
”Membuat soal HOTS tanpa bekal pengetahuan yang
memadai pasti terasa sulit, bingung. Oleh karena itu, saya
Pmengajak kepada rekan pendidik untuk tetap sabar dan
meningkatkan wawasannya agar dimudahkan tugas-
tugasnya.”(KDL/W/SHN/R/01/18-12-2019)
B. ANALISIS DATA
1. Pemahaman Guru terhadap Pembuatan Soal HOTS
Guru profesional memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan prestasi peserta didik. Guru harus senantiasa memperbarui
dirinya dengan melakukan pengembangan keprofesian yang
berkelanjutan,seperti halnya pemahaman guru dalam pembuatan soal
HOTS. Guru dalam pandangan Islam merupakan orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan seluruh potensi kognitif maupun psikomotorik (Nurdin,
2010: 128).
Berdasarkan hasil temuan sebelumnya, dapat diketahui bahwa guru
memang sudah terlihat memahami dalam pembuatan soal HOTS.
Namun setelah dilakukan cross check data dengan membandingkan
temuan dengan sumber lain, ditemukan fakta bahwa guru hanya sebatas
mengetahui, belum memahami betul tentang pembuatan HOTS. Oleh
karena itu, dalam membuat soal HOTS guru harus mampu memahami
59
dengan baik terkait pembuatan soal HOTS dan karakteristiknya.
Beberapa karakteristik pengembangan soal HOTS, yaitu:
a. Pertama, mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga
menuntut siswa benar-benar berpikir tidak hanya mengingat.
b. Kedua, berbasis pada permasalahan kontekstual.
c. Ketiga, menggunakan stimulus yang menarik.
d. Keempat, mengelola kompleksitas kognitif dan tingkat kesukaran
secara terpisah.
2. Kemampuan Guru dalam Pembuatan Soal HOTS
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa menjadi sosok profesional
adalah menjadi sosok yang ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan,
perlu diketahui bahwa hampir semua orang dipastikan bisa menjadi guru
akan tetapi tidak semua guru benar-benar memiliki skill atau keahlian
(Rusydie, 2012: 13). Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru
adalah kemampuannya dalam melakukan penilaian. Dan upaya untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun skenario penilaian
HOTS adalah melalui forum seperti pendidikan dan pelatihan atau
kegiatan KKG yang menjadi sarana strategis untuk menambah
pengetahuan dan mengasah kemampuan.
Membuat soal HOTS tentu memerlukan berbagai bekal kemampuan
pedagogik guru. Oleh sebab itu, guru juga harus peka terhadap
perkembangan dan melalui berbagai forum dapat menambah wawasan
serta membantu guru sebagai bahan kajian untuk membuat soal HOTS.
60
Penilaian berbasis HOTS memang sebuah bentuk penilaian yang
baru bagi guru sekolah dasar. Penilaian berbasis HOTS ini juga
memaksimalkan kemampuan atau keterampilan guru dalam melakukan
penilaian. Karena dalam menjalankan tugas, guru dituntut untuk
memiliki kompetensi dan keterampilan yang memadai. Namun
berdasarkan hasil temuan dan cross check data, dapat diketahui bahwa
kemampuan guru dalam membuat soal HOTS berada pada kategori
belum mampu. Hal itu dibuktikan dengan adanya pembuatan kisi-kisi
soal, komposisi soal serta konstruksi soal yang belum baik. Oleh karena
itu, ada beberapa kemampuan atau keterampilan yang harus dikuasai
oleh guru untuk membuat soal HOTS, yaitu:
a. Kemampuan dalam menganalisis KD
b. Menyusun kisi-kisi soal
c. Menentukan bentuk stimulus serta menentukan deskripsi stimulus
d. Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban.
3. Penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Perkembangan zaman yang semakin maju mengharuskan guru
untuk menyesuaikannya, termasuk pola pembelajaran yang diterapkan.
Salah satunya yaitu penerapan HOTS di Madrasah Ibtidaiyah Jombor.
Tuntutan ini wajib diimbangi dengan kemampuan gurunya. Hal ini
menjadi bagian dari tantangan untuk memiliki sikap yang maju untuk
mencapai tujuan.
61
Tujuan utama dari HOTS adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama
yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam
menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan
suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat
keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks (Saputra, 2016: 91-92).
Pembelajaran dan penilaian HOTS menjadi salah satu tujuan
diimplementasikannya Kurikulum 2013. Melalui implementasi
Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Jombor,
diharapkan ada perubahan paradigma pada pelaksanaan pembelajaran.
Karena pada dasarnya pembuatan soal HOTS harus dilakukan dengan
pembelajaran yang HOTS juga.
Karakteristik pembelajaran yang berorientasi pada Kurikulum 2013
memberikan sinyal pentingnya penerapan pendekatan pembelajaran
yang berbasis HOTS. Penerapan pendekatan pembelajaran yang
meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan
mengkomunikasikan diharapkan mampu mengubah iklim pembelajaran
menjadi lebih aktif dan mampu merangsang kemampuan berpikir kritis
dan analitis siswa, bahkan sampai membuat siswa menghasilkan sebuah
karya.
Berdasarkan hasil temuan dan dilakukannya cross check data, dapat
diketahui bahwa implementasi penilaian berbasis HOTS di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor belum dapat dikatakan berhasil sesuai harapan dan
62
masih perlu dilakukan upaya perbaikan. Dengan kata lain, pembelajaran
diharapkan berada pada level yang lebih tinggi sesuai dengan tuntutan
zaman dan tuntutan kurikulum.
4. Kendala-kendala Guru dalam Pembuatan Soal HOTS
Dalam rangka mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
inovatif. Implementasi HOTS pada sebagian besar guru menjadi
tantangan tersendiri. Sejalan dengan implementasi Kurikulum 2013,
salah satu harapan yang dibebankan kepada guru adalah guru mampu
menerapkan pembelajaran dan penilaian yang berbasis HOTS. Meski
pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah
dilaksanakan oleh guru. Karena guru juga dihadapkan pada tantangan
dengan lingkungan siswa yang berbeda-beda. Kadang sudah merasa
berbuat maksimal tetapi respon siswa juga relatif pasif. Hal itu yang
menjadi salah satu tantangan berat yang harus dilewati oleh guru.
Berdasarkan hasil temuan peneliti, dapat diketahui bahwa kendala
yang dialami guru diantaranya yaitu:
a. Sempat kebingungan mengatasi siswa yang berbeda-beda
kemampuannya.
b. Kurangnya alokasi waktu untuk membuat soal karena padatnya
kegiatan.
c. Sering terdapat kendala dalam menyesuaikan antara soal dengan
kata kerja operasional yang terdapat dalam indikator pembelajaran
yang berbasis HOTS.
63
d. Terkendala dengan berbagai siswa yang mempunyai perbedaan cara
untuk menunjukkan kemampuannya dalam berpikir.
Pada konteks ini, terlihat bagaimana pentingnya seorang guru
memiliki suatu skill atau kemampuan untuk menjadi guru yang
profesional. Menurut Rusydie (2012: 13-14) guru akan disebut sebagai
seorang yang profesional apabila memenuhi beberapa kriteria, antara
lain:
a. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai, terutama berkaitan
dengan materi pembelajaran yang diampu, hal ini menuntut guru
untuk mempelajari banyak hal berkaitan dengan materi, sehingga
sumber pengajaran tidak hanya dari buku panduan saja.
b. Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan,
sehingga dengannya anda dapat membuat skala prioritas dan bekerja
dengan terarah.
c. Memiliki keahlian dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau
menguasai metodologi pembelajaran yang baik.
d. Memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep perkembangan
murid.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang ada dalam penelitian.
Maka terdapat beberapa hal yang menjadi garis besar sebagai kesimpulan
pada skripsi ini, sebagai berikut:
1. Guru belum mempunyai pemahaman yang baik mengenai pembuatan
soal HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2019/2020.
2. Guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam membuat soal
HOTS pada pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2019/2020.
3. Madrasah Ibtidaiyah Jombor belum mampu menerapkan Kurikulum
2013 yang berorientasi pada pembelajaran HOTS.
4. Guru masih mengalami kendala dalam pembuatan soal HOTS pada
pembelajaran tematik muatan IPS kelas V di Madrasah Ibtidaiyah
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2019/2020.
65
B. Saran
Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan oleh
peneliti untuk meningkatkan kualitas supaya menjadi lebih baik. Maka
peneliti ingin memberikan saran, sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Kabupaten Semarang, sebagai bahan pemikiran pentingnya
diadakannya pendidikan dan pelatihan untuk membuat dan
mengembangkan soal HOTS secara menyeluruh kepada guru-guru,
sehingga guru-guru dapat mengetahui, memahami dan juga
mempraktikkannya.
2. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya tetap memberikan himbauan dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tentang HOTS agar terjalin
kerja sama antar guru sebagai bekal dalam mengasah ketrampilan untuk
meningkatkan mutu guru dan meningkatkan mutu sekolah.
3. Bagi guru, hendaknya secara aktif mempelajari seluk-beluk soal HOTS
dan cara pengembangannya serta dalam melaksanakan tugas untuk
menyusun soal sangat perlu mengadakan kerja sama dan bertukar
pikiran dengan guru lain melalui forum ilmiah, seperti diklat dan KKG.
66
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Maria Agustina. 2016. Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order
Thinking Skills (HOTS) Matematika Materi Pecahan untuk Kelas
5 Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian, (Online), Vol. 20, No. 20,
(http://e-journal.usd.ac.id, diakses 2 Desember 2019).
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
_______________. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fajriyah, Khusnul dan Ferina Agustini. 2017. Analisis Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa SD Pilot Project Kurikulum 2013 Kota
Semarang. Jurnal Kreatif:Jurnal Kependidikan Dasar, (Online),
Vol. 8, No. 1, (http://journal.unnes.ac.id, diakses 2 Desember
2019).
Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: PT Mitra
Pelajar
Kemendikbud. 2018. Buku Penilaian Berorientasi pada Higher Order
Thinking Skills: Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran
Berbasis Zonasi. Jakarta: Kemendikbud.
Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: Grafindo Persada.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
_______________. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Professional Menciptakan yang Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
67
__________. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Maharani, Esthi. 2018. Kemendikbud Akui Banyak Guru Salah Persepsi
Terkait HOTS. Dalam Republika.co.id, 27 Desember 2018.
Jakarta.
Rusydie, Salman. 2012. Tuntutan Menjadi Guru Favorit. Yogyakarta: Flash
Books.
Sanusi, A. 2013. Kepemimpinan Pendidikan: Strategi Pembaruan, Semangat
Pengabdian, Manajemen Modern. Bandung: Nuansa Cendekia.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (Higher
Order Thinking Skill). Bandung: SMILE’s Publishing.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sugiarto, Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir
Holistik dan Kreatif. Jakarta: Gramedia Utama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2017. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
68
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta:
PT Genta Press.
Widana, I. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Widodo, T dan Kadarwati. 2013. Higher Order Thinking Berbasis
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Berorientasi Pembentukan Karakteristik Siswa. Cakrawala
Pendidikan.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1
KODE PENELITIAN
1. Responden
a. NH
b. SHN
2. Metode
Kode Metode Penelitian
W Wawancara
P Pengamatan
D Dokumentasi
3. Media Penyimpanan Data
Kode Penyimpanan Data
R Rekaman
F File
4. Kategori
Kode Keterangan
PS Profil Sekolah
LG Letak Geografis
VM Visi Misi
SO Struktur Organisasi
DG Data Guru/Tenaga Pendidik
DSM Data Siswa MI Jambar
DS Data Siswa Kelas V
PML Program Pendidikan Muatan Lokal
PMH Pemahaman Guru
KMP Kemampuan Guru
PLT Pelatihan Guru
PMB Pembelajaran HOTS
KDL Kendala
71
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Suharsini S. Ag.
Status/Jabatan : Guru Kelas V
Tanggal Wawancara : 20 Desember 2019
No. Butir-butir Pertanyaan
1 Bagaimanakah pemahaman ibu tentang pembuatan soal Higher Order
Thinking Skill ?
2 Apakah sebelumnya ibu pernah mengikuti suatu pelatihan mengenai
pembuatan soal Higher Order Thinking Skill ?
3 Apakah upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan
mengenai Higher Order Thinking Skill ?
4 Bagaimana pengalaman ibu dalam pembuatan soal Higher Order
Thinking Skill ?
5 Keterampilan apa saja yang dibutuhkan guru dalam pembuatan soal
Higher Order Thinking Skill ?
6 Apakah ibu mampu dalam membuat soal Higher Order Thinking Skill
atau mengalami kesulitan ?
7 Apakah Higher Order Thinking Skill sudah mampu untuk diterapkan di
sekolah ini?
72
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Nur Hidayati, S. Pd.I., M. Pd.
Status/Jabatan : Kepala Madrasah
Tanggal Wawancara : 20 Desember 2019
No. Butir-butir Pertanyaan
1 Bagaimana tanggapan ibu sebagai kepala sekolah tentang pengetahuan
guru kelas V mengenai karakteristik soal Higher Order Thinking Skill ?
2 Apakah ibu sebagai kepala sekolah memberikan himbauan kepada guru
agar mengikuti suatu pelatihan mengenai Higher Order Thinking Skill ?
3 Apakah upaya yang dilakukan ibu sebagai kepala sekolah untuk
meningkatkan kemampuan guru mengenai Higher Order Thinking Skill ?
4 Bagaimana tanggapan ibu tentang pengalaman guru kelas V dalam
pembuatan soal Higher Order Thinking Skill ?
5 Apakah upaya yang dilakukan ibu sebagai kepala sekolah, untuk mengasah
keterampilan guru dalam pembuatan soal Higher Order Thinking Skill ?
6 Bagaimana kemampuan guru di sekolah ini dalam membuat soal Higher
Order Thinking Skill atau mengalami kesulitan ?
7 Apakah Higher Order Thinking Skill sudah mampu untuk diterapkan di
sekolah ini ?
73
Lampiran 3
VERBATIM WAWANCARA
Kode responden : SHN
Kode data : W/SHN/R/01
Status/jabatan : Guru Kelas V
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Desember 2019
Waktu : 08:00 WIB
Tempat : di depan ruang kelas IV
No Butir-butir Pertanyaan Hasil Wawancara Kode
1 Bagaimanakah
pemahaman ibu tentang
pembuatan soal Higher
Order Thinking Skill ?
Kalau untuk pemahaman saya.
Soal HOTS itu ya merupakan soal
yang berbasis permasalahan
aktual, mengandung stimulus dan
terbarukan.
PMH
2 Apakah sebelumnya ibu
pernah mengikuti suatu
pelatihan mengenai
pembuatan soal Higher
Order Thinking Skill ?
Ya pastinya, melalui forum ilmiah
seperti diklat, atau kegiatan KKG
menjadi sarana strategis untuk
menyusun pembelajaran dan
penilaian yang HOTS.
PLT
3 Apakah upaya yang
dilakukan guru untuk
meningkatkan
Kalau upaya yang dilakukan guru
untuk meningkatkan kemampuan
HOTS, yaitu harus peka terhadap
perkembangan dan pastinya harus
mengikuti pendidikan dan
pelatihan untuk menambah
PLT
74
kemampuan mengenai
Higher Order Thinking
Skill ?
wawasan baru, juga dapat
berdiskusi, sekaligus praktek
menerapkan pembelajaran dan
juga penilaian HOTS.
4 Bagaimana pengalaman
ibu dalam pembuatan soal
Higher Order Thinking
Skill ?
Menurut pengalaman saya, dalam
membuat soal HOTS itu, juga
harus melakukan pembelajaran
yang HOTS juga. Pada prakteknya,
penerapan pembelajaran HOTS
bukan hal yang mudah
dilaksanakan oleh guru. Karena
guru dihadapkan pada tantangan
dengan lingkungan siswa yang
berbeda-beda. Kadang sudah
merasa berbuat maksimal tetapi
respon siswa relatif pasif. Jadi,
pertama sempat mengalami
kesulitan dalam memberikan soal
HOTS kepada siswa yang
kemampuannya sangat beragam
dan untuk selanjutnya mulai bisa
dan mampu memberikan soal-soal
HOTS.
PMB,
KDL,
KMP
5 Keterampilan apa saja
yang dibutuhkan guru
dalam pembuatan soal
Higher Order Thinking
Skill ?
Untuk keterampilan yang
dibutuhkan guru dalam membuat
soal HOTS yaitu kemampuan
dalam menganalisis KD,
menyusun kisi-kisi soal,
menentukan bentuk stimulus serta
menentukan deskripsi stimulus
dan membuat pedoman penskoran
atau kunci jawaban. Selain itu,
membuat soal HOTS pada
dasarnya adalah hal yang baik,
tetapi hal ini memang harus
diawali dengan pembelajaran yang
HOTS juga, karena akan terasa
ganjil apabila pembelajaran yang
biasa-biasa saja, tetapi guru tiba-
tiba memberikan soal yang HOTS
KMP,
PMB
75
bagi siswa. Dengan demikian,
penilaian yang HOTS harus
didasari oleh pembelajaran yang
HOTS juga.
6 Apakah ibu mampu
dalam membuat soal
Higher Order Thinking
Skill atau mengalami
kesulitan ?
Ya sebagai guru pastinya harus
sanggup dan mampu dalam
membuat soal HOTS. Karena
kesulitan itu hanya di awal saja,
yang terpenting ada kemauan dan
banyak belajar agar dapat
menambah wawasan pengetahuan
serta kemampuan. Membuat soal
HOTS tanpa bekal pengetahuan
yang memadai pasti terasa sulit,
bingung. Oleh karena itu, saya
mengajak kepada rekan pendidik
untuk tetap sabar dan
meningkatkan wawasannya agar
dimudahkan tugas-tugasnya.
Kalau kendala yang sering saya
alami yaitu yang pertama
kurangnya waktu untuk membuat
soal HOTS, yang kedua terkadang
terdapat kendala dalam
menyesuaikan antara soal dengan
KKO yang terdapat dalam
indikator, yang terakhir adanya
perbedaan cara siswa dalam
menunjukkan kemampuannya
dalam berpikir dimana ada siswa
yang aktif terhadap materi namun
saat diberi soal cenderung nilainya
dibawah rata-rata. Begitupun
sebaliknya, ada siswa yang tidak
aktif namun saat diberi soal
cenderung nilainya memuaskan.
Meski begitu, saya sendiri juga
tetap berusaha membagi waktu dan
tidak melarikan diri terus membuat
soal seadanya.
KMP,
KDL
76
7 Apakah Higher Order
Thinking Skill sudah
mampu untuk diterapkan
di sekolah ini?
Kita sudah menerapkan
Kurikulum 2013. Jadi kita harus
sesuaikan, apalagi pembelajaran di
abad 21 ini harus meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan
analitis siswa. Bahkan, sampai
membuat siswa menghasilkan
sebuah karya. Dengan kata lain,
pembelajaran diharapkan berada
pada level yang lebih tinggi sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013.
PMB
77
VERBATIM WAWANCARA
Kode responden : NH
Kode data : W/NH/R/02
Status/jabatan : Kepala Madrasah Ibtidaiyah Jombor
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Desember 2019
Waktu : 08:45 WIB
Tempat : di depan ruang kelas IV
No Butir-butir Pertanyaan Hasil Wawancara Kode
1 Bagaimana tanggapan ibu
sebagai kepala sekolah
tentang pengetahuan guru
kelas V mengenai
karakteristik soal Higher
Order Thinking Skill ?
Untuk tanggapan saya, ya pastinya
beliau mengetahui dan paham
tentang HOTS itu. Karena kita juga
pernah berdiskusi tentang masalah
HOTS itu. Beliau juga antusias.
PMH
2 Apakah ibu sebagai
kepala sekolah
memberikan himbauan
kepada guru agar
mengikuti suatu pelatihan
mengenai Higher Order
Thinking Skill ?
Ya, kami selau memberikan
himbauan dan pastinya setiap ada
pendidikan dan pelatihan kami
selalu ikutkan.
PLT
78
3 Apakah upaya yang
dilakukan ibu sebagai
kepala sekolah untuk
meningkatkan
kemampuan guru
mengenai Higher Order
Thinking Skill ?
Membuat soal HOTS bagi siswa
tentu memerlukan berbagai bekal
kemampuan pedagogik guru yang
baik. Disamping itu juga perlu
adanya wawasan yang luas terkait
hal itu. Jadi, upaya yang kami
lakukan untuk meningkatkan
kemampuan guru yaitu ya seperti
tadi yang sudah dijelaskan, sering
mengajak guru mengikuti
pelatihan untuk mengasah
kemampuan mereka. Karena dari
pendidikan dan pelatihan dapat
menambah wawasan dan
membantu sebagai bahan kajian
untuk membuat soal HOTS.
PLT
4 Bagaimana tanggapan ibu
tentang pengalaman guru
kelas V dalam pembuatan
soal Higher Order
Thinking Skill ?
Kalau untuk pengalaman beliau ya
sudah tidak perlu ditanyakan lagi.
Beliau bisa dikatakan
berpengalaman dan mempunyai
kemampuan. Apalagi beliau
termasuk guru yang kegiatannya
paling padat setiap minggunya.
KMP
5 Apakah upaya yang
dilakukan ibu sebagai
kepala sekolah, untuk
mengasah keterampilan
guru dalam pembuatan
soal Higher Order
Thinking Skill ?
Ya seperti tadi yang sudah
dijelaskan, sering mengajak guru
untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan agar menambah
pengetahuan dan mengasah
keterampilan. Karena membuat
soal HOTS tanpa bekal
pengetahuan yang memadai akan
terasa sulit pastinya.
PLT
79
6 Bagaimana kemampuan
guru di sekolah ini dalam
membuat soal Higher
Order Thinking Skill atau
mengalami kesulitan ?
Kalau untuk kesulitan ya itu di
awal-awal sebelum mengikuti
pendidikan dan pelatihan pastinya
guru sulit dan bingung juga.
Namun, yang terpenting ada
kemauan dari guru untuk berlatih
dan untuk sekarang ini saya kira
sudah sanggup karena sudah
mempunyai bekal dan wawasan
yang lebih terkait hal itu. Untuk
kendala menurut pengamatan saya
karena sibuknya beliau yang sering
keluar, ya kurangnya alokasi
waktu dalam pembuatan soal
pastinya. Meski begitu, beliau
tetap bertanggung jawab dalam
membuat soal yang baik bagi
siswa.
KMP,
KDL
7 Apakah Higher Order
Thinking Skill sudah
mampu untuk diterapkan
di sekolah ini ?
Disini kami sudah menerapkan K-
13 yang berorientasi pada
pembelajaran HOTS juga. Karena
tuntutan zaman dan tuntutan K-13
yaitu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, maka
siswa harus terus menerus dilatih
untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dan penguatan kompetensi
guru dalam melakukan analisis K-
13 otomatis juga menguatkan
kompetensi soal evaluasi
termasuk soal HOTS itu.
PMB
80
Lampiran 4
Catatan Lapangan Penelitian
KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBUATAN SOAL HIGHER ORDER
THINKING SKILL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MUATAN IPS
KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH JOMBOR KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020
No Tanggal Deskripsi Kegiatan
1 18 Desember 2019 Hari Rabu merupakan hari dimana saya
datang kembali ke Madrasah Ibtidaiyah
Jombor setelah dulu pernah melakukan
PPL di sana selama 2 bulan. Adapun tujuan
saya pergi ke Madrasah Ibtidaiyah Jombor
adalah untuk menindak lanjuti rencana
penelitian yang akan saya lakukan di sana,
yaitu untuk menemui Ibu Suharsini selaku
guru kelas V dan Ibu Nur Hidayati selaku
Kepala Madrasah guna memberikan surat
penelitian dan meminta ijin untuk
melakukan penelitian. Setelah
mendapatkan ijin, saya langsung pulang
dikarenakan guru-guru akan ada rapat
dengan wali murid.
2 20 Desember 2019 Pada hari Jum’at, saya datang kembali ke
Madrasah Ibtidaiyah Jombor untuk
memulai melakukan penelitian di sana. Hal
yang pertama saya lakukan adalah saya
menemui Ibu Suharsini untuk meminta izin
bahwa hari ini saya akan memulai
81
penelitian. Setelah Ibu Suharsini
mengijinkan, kemudian hal yang pertama
saya lakukan adalah menyiapkan
pertanyaan untuk mewawancarai beliau.
Setelah kurang lebih 45 menit
mewawancarai beliau dan setelah data
dirasa sudah cukup kemudian saya mohon
izin untuk melanjutkan wawancara kepada
Ibu Nur Hidayati. Selanjutnya agar
mendapatkan data yang lebih mendalam
saya melanjutkan wawancara dengan ibu
Nur Hidayati. Setelah data dirasa cukup
kemudian saya meminta ijin untuk pulang,
karena sebentar lagi beliau dan guru yang
lain akan ada kegiatan, seperti
mempersiapkan siswa untuk persiapan
lomba tari. Jadi, kegiatan observasi dan
dokumentasi untuk memperoleh data yang
lain saya pending dan pulang.
3 6 Januari 2020 Pada hari Senin, setelah penelitian saya
pending beberapa minggu karena liburan
akhir tahun. Saya kembali lagi untuk
melakukan observasi dan dokumentasi
guna memperoleh data yang saya
butuhkan. Dikarenakan Ibu Suharsini ada
kegiatan di luar, data yang ingin saya minta
pada beliau harus di pending esok hari.
Kemudian saya, mencari data lain yang
saya butuhkan dan meminta bantuan
kepada guru-guru yang sedang berada di
82
kantor. Setelah data lain dirasa sudah
cukup, saya ijin untuk pulang.
4 7 Januari 2019 Hari Selasa adalah hari terakhir saya
melakukan penelitian. Data kemarin yang
saya butuhkan sudah dipersiapkan oleh Ibu
Suharsini. Setelah data yang saya peroleh
sejak awal penelitian sampai sekarang
sudah cukup. Akhirnya, saya menemui Ibu
Suharsini bahwa penelitian yang saya
lakukan sudah berakhir serta mengucapkan
terima kasih kepada beliau atas segala
bantuannya dan saya menitipkan salam
kepada beliau untuk disampaikan kepada
Ibu Nur Hidayati dikarenakan beliau
sedang ada urusan lain. Kemudian saya ijin
pulang kepada guru-guru yang lain juga
dan pulang dengan membawa surat
keterangan telah melakukan penelitian.
83
Lampiran 5
Proses wawancara dengan Guru Kelas V
Proses wawancara dengan Kepala Madrasah
84
Lampiran 6
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
Lampiran 7
95
Lampiran 8
96
Lampiran 9
97
Lampiran 10
98
99
100
Lampiran 11
101
102
Lampiran 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Alfarobi Brillian Fikri
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 10 April 1998
Alamat : Jalan Pahlawan 1 Km 1, Gang Semboja 1 RT 03
RW 01, Kelurahan Kalibuntu Wetan, Kecamatan
Kota Kendal, Kabupaten Kendal
Riwayat Pendidikan :
1. MIN Kalibuntu Wetan Kendal
2. MTs Futuhiyyah Mranggen Demak
3. MAN Kendal
4. IAIN Salatiga