Jejak manusia purba di sangiran

22
i KARYA TULIS ILMIAH JEJAK MANUSIA PURBA DI SANGIRAN DI SUSUN OLEH: Nama : Intan Novitasari Kelas : X IIS 4 SMA NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2014-2015

Transcript of Jejak manusia purba di sangiran

Page 1: Jejak manusia purba di sangiran

i

KARYA TULIS ILMIAH

JEJAK MANUSIA PURBA DI SANGIRAN

DI SUSUN OLEH:

Nama : Intan Novitasari

Kelas : X IIS4

SMA NEGERI 1 PUNGGUR

TAHUN PELAJARAN 2014-2015

Page 2: Jejak manusia purba di sangiran

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan karya Tulis Jejek

Manusi Purba Di Sangiran untuk menunjang tugas pembelajaran atau pembahasan Sejarah

Jejek Manusia Purba Di Sangiran.

Penyusun karya tulis ini menunjang pembelajaran mengenai Sejarah Manusia Purba

Di Sangiran agar tidak terlupakan dari masa kemasa.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian

karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga karya tulius ini dapat

membantu proses pembelajaran Sejarah Manusia Purba Di Sangiran terutama bagi diri saya

sendiri dan teman-teman.

Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat banyak kesalahan, sehingga saya

membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang menunjang atau dapat membantu

memperbaiki karya tulis ini.

Punggur, 2014

Penyusun

Intan Novita Sari

Page 3: Jejak manusia purba di sangiran

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................. 2

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................. 2

D. MANFAAT PENULISAN .............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

A. Sejarah Terbentuknya Museum Purbakala Sangiran ................ 3

B. Keadaan Geo-Stratigrafi Dan Pertanggalan

Manusia Purba Homo Erectus ...................................................... 6

C. Pemeliharaan Dan Pelestarian Benda-Benda

Yang Terdapat Di Museum Sangiran ........................................... 10

D. Pengembangan Museum Purbakala Sangiran ............................. 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17

A. KESIMPULAN ............................................................................... 17

B. SARAN ............................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

Page 4: Jejak manusia purba di sangiran

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam

pembangunan nasional, disamping sebagai sumber perolehan devisa juga banyak

memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya, diantaranya

menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan

masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya

bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia mempunyai

potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena mempunyai

tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Hal tersebut

merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia, karena rasa

keingintahuannya, potensi pertama adalah masyarakat (people), masyarakat

Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa bersahabat dengan bangsa

manapun, potensi kedua adalah alam (nature heritage), Indonesia mempunyai

alam yang indah, yang tidak dipunyai negara-negara lain, misalnya

pegunungan yang ada di setiap pulau, pantai yang indah, goa, serta hamparan

sawah yang luas dan enak untuk dinikmati, potensi ketiga adalah budaya

(cultural heritage), Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya

yang beragam.

Setiap suku, Kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari segi logat, baju,

bangunan rumah, musik, maupun upacara-upacara adat dan transportasi

tradisionalnya, semuanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang kaya budaya, ketiga unsur tersebut yang akan mendukung pesatnya

kemajuan pariwisata Indonesia. Indonesia dikenal mempunyai sejarah dan

budaya yang beraneka ragam, budaya juga meliputi sistem pengetahuan dan

sistem ide gagasan yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang

berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, seperti pola-

Page 5: Jejak manusia purba di sangiran

v

pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-

lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?

2. Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo

erectus yang ada di Sangiran?

3. Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di museum

sangiran

4. Bagaimana pengembangan situs sangiran?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?

2. Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo

erectus yang ada di Sangiran?

3. Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di Museum

Purbakala Sangiran?

4. Bagaimana pengembangan Museum Purbakala Sangiran?

D. MANFAAT PENULISAN

1. Mengenali keadaan geologi umum daerah Sangiran dan membandingkannya

dengan data literatur.

2. Menambah pengetahuan tentang Museum Purbakala Sangiran

3. Menambah referensi tentang Museum Purbakala.

Page 6: Jejak manusia purba di sangiran

vi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa,

Indonesia.Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km

(tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran

berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan

Kalioso (Kabupaten Karanganyar).Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju

Situs Sangiran, Desa Krikilan.Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan

± 5 km.

Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997)

secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten

Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan

Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah

(Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya

Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida,

Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan

Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun

tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Pada awalnya Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah

Sangiran. Puncak kubah ini kemudian melalui proses erosi sehingga membentuk

depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung

informasi tentang kehidupan di masa lampau.Museum Sangiran beserta situs

arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena

penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan

dunia.

Page 7: Jejak manusia purba di sangiran

vii

Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola

kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu

pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi.Di lokasi

situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah

Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog

Jerman, Profesor Von Koenigswald.Di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan

berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga

kini.Relatif utuh pula.Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah

sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.

Bentang lahan situs tersebut meliputi areal seluas ± 48 km2 yang berbentuk

seolah seperti kubah (dome), sehingga situs tersebut dinamakan dengan

Sangiran Dome.Situs Sangiran merupakan salah satu situs manusia purba yang

sangat berperan penting dalam perkembangan penelitian di

bidang palaeoanthropology di Indonesia.Pada tahun 1934 penelitian yang dilakukan

oleh G.H.R. von Koenigswald yang menemukan beberapa alat sepih yang terbuat

dari batu kalsedon di atas bukit Ngebung, arah Baratlaut SangiranDome.

Berdasarkan penelitian geologis, situs Sangiran merupakan kawasan yang

tersingkap lapisan tanahnya akibat proses orogenesa (pengangkatan dan penurunan

permukaan tanah) dan kekuatan getaran di bawah permukaan bumi (endogen)

maupun di atas permukaan bumi (eksogen). Aliran Sungai Cemoro yang melintasi

wilayah tersebut juga mengakibatkan terkikisnya kubah Sangiran menjadi lembah

yang besar yang dikelilingi oleh tebing-tebing terjal dan pinggiran-pinggiran yang

landai. Beberapa aktifitas alam di atas mengakibatkan tersingkapnya lapisan

tanah/formasi periode pleistocen yang susunannya terbentuk pada tingkat-

tingkat pleistocen bawah (lapisan Pucangan),pleistocen tengah (lapisan Kabuh),

dan pleistocen atas (lapisan Notopuro). Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di

laipsan-lapisan tersebut berasosiasi dengan fosil-fosil fauna yang setara dengan

lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan Ngandong.

Diperkirakan situs Sangiran pada masa lampu merupakan kawasan subur

tempat sumber makanan bagi ekosistem kehidupan.Keberadaanya di wilayah

katulistiwa, pada jaman fluktuasi jaman glassial-interglassial menjadi tempat tujuan

Page 8: Jejak manusia purba di sangiran

viii

migrasi manusia purba untuk mendapatkan sumber penghidupan.Dengan demikian

kawasan sangiran pada kalapleistocen menjadi tempat hunian dan ruang subsistensi

bagi manusia pada masa itu.

Tempat-tempat terbuka seperti padang rumput, semak belukar, hutan kecil

dekat sungai atau danau menjadi pilihan sebagai tempat hunian manusia pada

kala pleistocen. Mereka membuat pangkalan (station) dalam aktifitas perburuan

untuk m,endapatkan sumber kebutuhan hidupnya. Pilihan situs

Sangiran dome sebagai pangkalan aktifitas perburuan mengingatkan kita

dengan living floor (lantai hidup) atau old camp site di lembah Olduvai, Tanzania

(Afrika). Indikasi suatu situs sebagai tempat hunian dan ruang subsistensi adalah

temuan fosil manusia purba, fauna, dan artefak perkakas yang ditemukan saling

berasosiasi.

Secara geo-stratigrafis, Situs Sangiran yang posisinya berada pada depresi

Solo di kaki Gunung Lawu ini dahulu merupakan suatu kubah (dome) yang tererosi

di bagian puncaknya sehingga menyebabkan terjadinya reverse (kenampakan

terbalik). Kondisi deformasi geologis seperti ini kemudian semakin diperjelas oleh

aliran Kali Brangkal, Cemoro dan Pohjajar (anak-anak cabang Bengawan Solo) yang

mengikis situs ini mulai di bagian utara, tengah dan selatan. Akibat dari kikisan

aliran sungai tersebut maka menyebabkan lapisan-lapisan tanah tersingkap secara

alamiah dan memperlihatkan berbagai jejak fosil (manusia purba dan hewan

vertebrata) (Widianto & Simanjuntak 1995).

Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan

GHR.Von Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan batuan

jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934 (Koenigswald,

1936).Temuan alat-alat serpih yang kemudian terkenal dengan istilah ‘Sangiran

Flakes-industry’ tersebut diperkirakan berasal dari lapisan (seri) Kabuh Atas yang

berusia Plestosen Tengah. Namun hasil pertanggalan tersebut banyak dikritik oleh

para ahli (de Terra, 1943; Heekeren, 1972) karena temuan tersebut dihubungkan

dengan konteks Fauna Trinil yang tidak autochton (Bartstra dan Basoeki, 1984:

1989) atau bukan dari hasil pengendapan primer (Bemellen, 1949).

Page 9: Jejak manusia purba di sangiran

ix

Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik dan berkelanjutan ketika pada

tahun 1936 ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula) manusia purba

Homo erectus yang kemudian disusul oleh temuan fosil-fosil lainnya.Setelah masa

pasca Koenigswald atau pada sekitar tahun 1960-an, penelitian terhadap fosil-fosil

hominid dan paleotologis di situs ini kemudian diambil alih oleh para peneliti dari

Indonesia (antara lain T. Jacob dan S. Sartono) serta terus berkelanjutan sampai

sekarang. Penelitian yang sangat ‘spektakuler’ terjadi ketika Puslit Arkenas

melakukan kerjasama penelitian dengan Museum National d’Histoire Naturelle

(MNHN), Perancis melalui ekskavasi besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989 –

1993) di bukit Ngebung yang menghasilkan sejumlah temuan secara ‘insitu’ dan

pertanggalan absolut yang sangat menarik. Penelitian Situs Sangiran semakin

berkembang pesat dalam dekade lima tahun belakangan ini setelah Balar Yogya ikut

berpartisipasi langsung dan melakukan program-program penelitian secara intensif

dan terpadu (Widianto 1997; Jatmiko 2001).

B. Keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus

Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di Indonesia dan

cukup terkemuka di dunia.Keberadaan situs ini secara resmi telah diakui oleh

UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia sejak bulan Desember 1996

(Widianto 2000). Dari sekitar 100 individu temuan fragmen fosil manusia purba

yang didapatkan di Indonesia, hampir 65% -nya berasal dari Situs Sangiran dan

mencakup sekitar 50 % dari populasi taxon Homo erectus di dunia. Pada umumnya

fosil-fosil tersebut ditemukan secara kebetulan (temuan penduduk) dan dalam bentuk

fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan femur.

Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi utama di Pulau

Jawa; yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong dan Sambungmacan (Jawa

Tengah) serta di daerah Trinil dan Perning (Jawa Timur). Berdasarkan bentuk fisik

dan lingkungan endapan asalnya, secara umum temuan fosil-fosil manusia purba di

Indonesia dikategorikan menjadi 3 kelompok utama (Widianto, 1996); yaitu

kelompok Pithecanthropus arkaik yang berasal dari Formasi Pucangan (Plestosen

Bawah) yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7 – 0,7 tahun. Termasuk dalam

kelompok ini adalah Meganthropus palaeojavanicus dan Pithecanthropus

mojokertensis. Kelompok kedua adalah jenis Pithecanthropus klasik yang berasal

dari Formasi Kabuh (Plestosen Tengah) yang mempunyai usia sekitar 800.000 –

Page 10: Jejak manusia purba di sangiran

x

400.000 tahun. Jenis kelompok ini (Homo erectus) yang paling banyak ditemukan di

Sangiran.Kelompok yang ketiga adalah Pithecanthropus progresif yang berasal dari

Formasi Notopuro (Plestosen Atas) dan mempunyai umur antara 400.000 – 100.000

tahun.Termasuk dalam kelompok ini adalah temuan Homo soloensis dari Ngandong

dan Trinil (Widianto 1996, Semah et.al. 1990).

Dome Sangiran merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil

penelitian terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologis yaitu diawali

pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng bumi,letusan

gunung berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang

akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat keatas, hal ini dibuktikan dengan

endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan

lempeng biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan

lautan dan hingga sekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil moluska laut.

Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya:

1. Formasi KalibengLempung biru yang membentuk apa yang disebut kalangan

arkeolog sebagai Formasi Kalibeng di bagian paling bawah adalah endapan paling

tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta tahun lalu ketika daerah ini masih

merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam lapisan lempung biru, selain

mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan

lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4 juta

s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan:

Lapisan napal (Marl)

Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam

Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal

Lapisan balanus batu gamping

Lapisan lahar bawah dari endapan air payau

Page 11: Jejak manusia purba di sangiran

xi

2. Formasi Pucangan

Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 –

700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan

ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut.

Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar

Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak

mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil (buaya

dan kura-kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil

kayu. Berumur 1.8 juta s/d 700 ribu tahun lalu. Dengan lapisan:

Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar

Lapisan batuan kongkresi

Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff)

Lapisan batuan nodul

Lapisan batuan diatome warna kehijauan

3. Formasi Grenzbank

Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi

Pucangan.Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari

pegunungan selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-kerikal vulkanik

dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut menyatu di

Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4 meter, yang disebut

grenzbank alias lapisan pembatas. Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara

Formasi pucangan dan Formasi Kabuh.Pengendapan grenzbank menandai

perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di

Sangiran. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula

fosil Homo Erectus.

4. Formasi Kabuh

Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran,

berasal dari Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba.Letusan hebat telah

memuntahkan jutaan kubik endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh

aliran sungai yang ada di sekitarnya saat itu. Aktivitas vulkanik tersebut tidak

hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi susul-menyusul dalam periode

Page 12: Jejak manusia purba di sangiran

xii

lebih dari 500.000 tahun.Aktivitas alam ini meninggalkan endapan pasir fluvio-

volkanik setebal tidak kurang dari 40 meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh.

Lapisan ini mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang

luas saat itu: ada sungai utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu

lingkungan vegetasi terbuka. Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah

Kali Cemoro.

Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga

300.000 tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini."Mereka" diendapkan pada

sejumlah tempat di Sangiran.Badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih

tetap ada pada Formasi Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, Elephas

hysudrindicus dan Epileptobos groeneveldtii (banteng).

Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala

Plestosen Tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah:

hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir, puncak dari

kehidupan Homo erectus beserta lingkungan fauna dan budayanya. Lapisan ini

merupakan lapisan yang paling banyak menghasilkan fosil manusia dan

binatang.Berumur 700 ribu s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan:

Lapisan konglomerat

Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas

Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff)

Lapisan pasir halus silang siur

Lapisan pasir gravel.

5. Formasi Notopuro

Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini

sekitar 500.000 – 250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu

gamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik.Lahar

vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang juga mengangkut material

batuan andesit berukuran kerikil hingga bongkah. Di dalam lapisan ini banyak

ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga

Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu,

Page 13: Jejak manusia purba di sangiran

xiii

kapak penetak, dan kapak persegi. Selain itu, lapisan ini jugaditandai oleh

endapan lahar, breksi, pasir dan juga banyak ditemukan alat serpih, fosil

kerbau dan kijang.

Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara

umum di Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk

kubah raksasa.Erosi K. Cemoro berlangsung terus-menerus di bagian puncak

kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang saat ini menjadi ciri khas dari

morfologi situs Sangiran. Berumur 250 ribu s/d 15 ribu tahun lalu. Dengan

lapisan:

Lapisan lahar atas

Lapisan teras

Lapisan batu pumice

6. Formasi Teras Solo (Kali Pasir)

Berumur 15 ribu s/d 1.5 ribu tahun lalu.Dimana hanya memiliki lapisan endapan

sungai batu kerikil dan kerakal.

C. Pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di Museum

Sangiran

Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah

ditemukan. Jumlah ini mewakili 65 % dari fosil Homo erectus yang ditemukan di

seluruh Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo erectus di dunia

.Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809

buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan

10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Dilihat dari hasil

temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang

sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs

purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut,

Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia nomor 593 oleh Komite World

Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.

Page 14: Jejak manusia purba di sangiran

xiv

Koleksi Museum Sangiran

1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus, Pithecanthropus

mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus

palaeojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo soloensis , Homo

neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .

2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas

namadicus (gajah),Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon

sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis

palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),Rhinocerus

sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp(rusa dan domba).

3. Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi

ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda

nil), Mollusca (kelas Pelecypodadan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura),

dan foraminifera .

4. Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis

5. Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola

batu dan kapak perimbas-penetak

6. Koleksi lainnya

a. Fosil kayu yang terdiri dari:

Fosil kayu

Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo

Kabupaten Karanganyar. Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan

tanah lempung warna abu-abu ditemukan pada formasi pucangan

Fosil batang pohon

Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen. Fosil ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah

lempung Warna abu-abu dari endapan ditemukan pada Formasi

pucangan

b. Tulang hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november 1975 di

tanah lapisan lempung warna abu –abu Formasi kabuh bawah.

Page 15: Jejak manusia purba di sangiran

xv

c. Tulang paha

Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen

pada tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu

dari endapan ditemukan pada formasi pucangan atas.

d. Tengkorak kerbau

Ditemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung,

Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan

tanah Warna coklat kekuning-kunginan yang bercampur pasir ditemukan

formasi kabuh berdasarkan penanggalan geologi berumur 700.000-500

tahun.

e. Gigi Elephas Namadicus

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12 Desember 1975,

Pada lapisan tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan

pada Formasi kabuh

Fragmen gajah purba

Hidup di daerah cagar budaya sangiran. Jenisnya adalah:

Mastodon

Stegodon

Elephas

f. Tulang rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran,

Desa Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan

lempung warna abu – abu dari endapan pucangan atas.

g. Ruas tulang belakang (Vertebrae)

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15 Desember 1975

di lapisan tanah pasir berwarna abu – abu pada formasi kabuh bawah.

Page 16: Jejak manusia purba di sangiran

xvi

h. Tulang jari (Phalanx)

Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada lapisan

tanah pasir kasar warna cokelat kekuning-kuningan pada formasi kabuh.

i. Rahang atas Elephas Namadicus

Rahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh

Ngrejo, Desa Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen pada

tanggal 24 April 1980 pada lapisan Grenz bank antara formasi pucangan

dan kabuh.

j. Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)

Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe,

Kabupaten Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada lapisan tanah

lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas kala pleistosen bawah

k. Tulang kering

Ditemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan

Kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4 januari 1993 lapisan tanah

lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas.

l. Fosil Molusca

a. Klas Pelecypoda

b. Klas Gastropoda

m. Binatang air

Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.) ditemukan pada tanggal 17 Desember

1994 oleh Sunardi di Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan

kalijambe kabupaten Sragen pada formasi pucangan

Kura – kura (Chlonia Sp.) ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990 oleh

hari Purnomo Dukuh Pablengan, Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe,

kabupaten Sragen pada Formasi pucangan

Page 17: Jejak manusia purba di sangiran

xvii

Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh

Suwarno di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada

formasi pucangan

Selain mendirikan museum situs prasejarah sangiran untuk menjaga

kawasan sangiran, pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang tentang

perlindungan cagar budaya sangiran, yaitu:

1. Mengeluarkan SK. Mendikbud No. 70 / 111 / 1977 dan menetapkan

sangiran sebagai cagar budaya. Semua fosil-fosil di wilayah sangiran

dilindungi dan setiap temuan harus diserahkan kepada pemerintah.

2. UU No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya yang lebih keras

yaitu, menetapkan sangiran sebagai cagar budaya ( UNESCO )

Meskipun pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan

tentang perlindungan cagar budaya, tetapi pada kenyataannya masih

mengalami beberapa masalah yaitu;

a. Daerah yang seluas 32 km² hanya diawasi oleh tenaga yang sangat

terbatas. Daerah itu hanya dijaga oleh 27 personil, termasuk 8 orang

bertugas sebagai satpam.

b. Adanya tradisi memberi hadiah terhadap penemu fosil yang telah

berlangsung sejak jaman pendudukan Belanda.

c. Para pembeli asing menawarkan harga yang lebih tinggi

dibandingkan dari pemerintah, sehingga banyak penduduk setempat

yang menjual fosil temuannya kepada pembeli asing.

D. Pengembangan Museum Purbakala Sangiran

Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di

Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Wakil Menteri

pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain

Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD. Dua puluh tahun silam

tempat tersebut masih berupa joglo sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan

fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan, Toto Marsono. Kini, ditanah yang berusia

1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan museum bertaraf

internasional. Berbagai rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum,

Page 18: Jejak manusia purba di sangiran

xviii

mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia

hingga pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa. Selain

itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air berusia 1,2 juta tahun

yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan Indonesia – Perancis. Museum

Sangiran berdiri di dalam Cluster Krikilan yang merupakan Cluster pertama yang

telah selesai dibangun. Masih ada tiga Cluster lainnya yang akan mulai dibangun

tahun depan, yaitu Cluster Ngebung, Cluster Bukuran, keduanya terletak di wilayah

Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang terletak di wilayah Kab.Karanganyar.

Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman purba sesuai

masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian

arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan menjadi pusat sejarah temuan fosil.

Pembangunan Cluster akan melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten Sragen serta Kabupaten Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya

pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran

antara lain :

Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan

bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen

mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang

pameran tambahan.

Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih

representative menggantikan museum yang ada secara bertahap.

Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang

basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II

untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang

audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang

pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman

purbakala, dan lain-lain.

Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan

pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas

yang memadai.

Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs

Purbakala Sangiran kepada publik nasional.

Page 19: Jejak manusia purba di sangiran

xix

Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan

tiga titik wisata purba yang menakjubkan. Di museum I, pengunjung dapat

menyaksikan pameran fosil-fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian

dimuseum II dihadirkan 12 langkah kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam,

terbentuknya kepulauan Indonesia dan Jawa, kedatangan manusia pertama, proses

evolusi sekitar 1,5 juta tahun lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia

modern. Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan Homo

Erectus Sangiran yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .

Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat

Krikilan. Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan dengan peristiwa

lima tahun silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian

Mexico, dimana Pemerintah Indonesia menerima tanda pengesahan Situs Sangiran

ditetapkan sebagai warisan dunia. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang

sangat membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen sendiri

mengharapkan agar bisa dinikmati oleh semua kalangan tidak hanya kalangan

peneliti. Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs yang

mengungkap rahasia sejarah manusia purba.Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak

terputus sejarah perjalanan manusia purba hingga menjadi manusia modern. Dan di

tanah yang telah berusia lebih dari 1,8 juta tahun ini ternyata masih banyak

menyimpan fosil-fosil purba yang bisa digali, peran serta masyarakat sangat

diperlukan untuk menemukan fosil-fosil ini dan menyerahkannya kepada pemerintah

Indonesia.

Page 20: Jejak manusia purba di sangiran

xx

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba)

di Jawa,Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar

15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs

Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara

Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar).Gapura ini dapat dijadikan

penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan.Jarak dari gapura situs

Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya

disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya

Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang pameran (fosil

manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide, menara pandang,

wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas Sangiran.

Keadaan geo-stratigrafi Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa

formasi, diantaranya :

Formasi Kalibeng

Formasi Pucangan

Formasi Grenzbank

Formasi Kabuh

Formasi Notopuro

Formasi Teras Solo (Kali Pasir)

Upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia

Purba Sangiran antara lain :

Page 21: Jejak manusia purba di sangiran

xxi

Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan

audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior

ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.

Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative

menggantikan museum yang ada secara bertahap. Didirikan bangunan

perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I

untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya

adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan

pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan,

taman purbakala, dan lain-lain.

Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan

pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang

memadai.

Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala

Sangiran kepada publik nasional.

B. SARAN

Kita sebagai generasi muda tidak boleh melupakan sejarah jejek manusia

purba atau yang lainnya. Kita diharuskan menjaga kelestariannya dan mengenalkan

sejarah kenegara lain. Sebagai pelajar hal yang bisa kita lakukan yaitu belajar dengan

sungguh-sungguh dan menghargai karya orang lain.

Page 22: Jejak manusia purba di sangiran

xxii

DAFTAR PUSTAKA

www.bukusejarahindonesiaedisi2014

www.gogle.com