BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laktasi
2.1.1 Pengertian
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusia. Masa laktasi bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun
secara baik dan benar serta anak mendapat kekebalan tubuh secara alami
(Ambarwati, 2010).
2.1.2 Fisiologi Laktasi
Menurut Dewi (2011), laktasi atau proses menyusui merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan
beberapa jenis hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI
dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pembentukan kelenjar payudara
a. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas
dari duktus yang baru, percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon
yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin,
8
9
laktogen plasenta, karionik gonadotropin, insulin, kortisol,
hormon tiroid, hormon paratoroid, hormon pertumbuhan.
b. Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise / hipofise anterior mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang
disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih
dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang
ditekan.
c. Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon terhadap
pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa
seorang Ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana
bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
2. Produksi ASI
Pada proses laktasi tedapat 2 refleks yang berperan yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting
karena isapan bayi.
a. Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
10
korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi
berkurang. isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang
hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Produksi
hormon prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi,
operasi, stress atau pengaruh psikis, hubungan seks, rangsangan
puting susu. Sedangkan keadaan yang menghambat pengeluaran
hormon prolaktin adalah gizi ibu yang jelek serta penggunaan
obat-obatan (KB).
b. Refleks aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
11
hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi.
Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah; melihat
bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Sedangkan faktor yang menghambat refleks let
down adalah keadaan bingung / pikiran kacau, takut dan cemas.
3. Pengeluaran ASI
Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula
pituitaria posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini
menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong ASI masuk alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin
selain dipengarui oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis.
2.1.3 Mekanisme Menyusui
Proverawati (2009), mengemukakan bahwa bayi yang sehat
mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya
menyusui seperti;
1. Refleks mencari (rooting refleks)
12
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling
mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari
pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu
yang menempel dan diikuti dengan membuka mulut dan kemudian
puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
2. Refleks mengisap (sucking refleks)
Refleks ini timbul apabila bagian kanker limfomamaligna (kanker
kelenjar).
Komponen gizi ASI paling lengkap termasuk protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin dan zat penting lain yang belum
terungkap sehingga kecukupan gizi bayi tercapai. ASI adalah cairan
hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh bayi secara cepat,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi akan berlangsung
normal, sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat ini
tetap diperoleh meski status gizi ibu kurang. Pemberian ASI
membantu perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi karena
gerakan menghisap mulut bayi pada payudara atas (palatum) mulut
bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum maka
sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian
sinus laktiferus yang berada di bawah areola tertekan antara gusi,
lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
3. Refleks menelan (swallowing refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka akan
timbul mekanisme menelan masuk ke lambung.
13
2.1.4 Manfaat Pemberian ASI / Menyusui
Menurut Ambarwati (2010), pemberian ASI tidak hanya bermanfaat
untuk bayi saja tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara.
1. Manfaat pemberian ASI untuk bayi
a. Kesehatan
Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap ampuh di
segala zaman. Karenanya bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih
sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. ASI
juga mampu mencegah terjadinya
Manfaat ASI untuk kesehatan lainnya adalah bayi terhindar
dari alergi, mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian
malokulasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula.
b. Kecerdasan
Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik,
selain laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses
pematangan otak agar dapat berfungsi optimal. Selain itu pada
saat dilakukan pemberian ASI terjadi proses stimulasi yang
merangsang terjalinnya jaringan saraf dengan lebih banyak.
c. Emosi
Saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan
merangsang terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi.
2. Manfaat pemberian ASI untuk ibu
a. Aspek kesehatan ibu
14
Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian
karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah
daripada ibu ynag tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat
diperoleh ibu yang memberikan ASI secara eksklusif.
b. Aspek kontrasepsi
Isapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf
sensorik sehingga post anterisor hipofise mengeluarkan prolaktin.
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen
akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian
ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6
bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
(eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
c. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui secara eksklusif tenyata lebih mudah dan
lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.
Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin
juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini
sebetulnya memang disiapakan sebagai sumber tenaga dalam
produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh akan menghasilkan ASI
lebih banyak sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai
15
cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak
menyusut, berat badan ibu akan segera kamebali seperti sebelum
hamil.
d. Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,
rasa yang dibutuhkan oleh sesama manusia.
3. Manfaat pemberian ASI untuk keluarga
a. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga uang yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena
bayi yang mendapat ASI lebh jarang sakit sehingga mengurang
biaya berobat.
b. Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih
jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air, botol, susu
formula dan sebagainya.
4. Manfaat pemberian ASI untuk negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
16
Adanya faktor protektif dan nutrien dalam ASI menjamin
status gizi bayi baik sehingga kesakitan dan kematian anak
menurun.
b. Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua
ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp
8,6 miliar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung
akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi
komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi
biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang
mendapat ASI lebih jarang sakit dibanding anak yang mendapat
susu formula.
d. Peningkatan kualitas penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI akan bertumbuh dan berkembang
optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
2.1.5 Teknik Pemberian ASI
Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar (Dewi,
2011).
1. Posisi dan perlekatan menyusui
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman
dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui
17
yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau
berbaring.
Gambar 2.1 Posisi Menyusui Sambil Berdiri Gambar 2.2 Posisi Menyusui Sambil
Duduk
(Dewi, 2011) ` (Dewi, 2011)
Gambar 2.3 Posisi Menyusui Sambil Rebahan
(Dewi, 2011)
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti
ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan disamping kepala ibu dengan
posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
18
seperti memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada
ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.
Gambar 2.4
Posisi Menyusui Bayi Pada Kondisi
Normal(Proverawati,2009).
Gambar 2.5
Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir Yang Benar
di RuangPerawatan(Proverawati,2009).
Gambar 2.6. Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir Yang Benar di Rumah(Proverawati,2009).
Gambar 2.7
Posisi Menyusui Bayi Bila ASI Penuh
(Proverawati ,2009).
Gambar 2.8
Posisi Menyusui Bayi Kembar Secara
Bersamaan (Proverawati,2009).
19
2. Langkah menyusui
Menurut Dewi (2011), beberapa langkah menyusui yang benar
adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan
oleskan disekitar puting, duduk atau berbaring dengan santai.
b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat
tidur/kursi. Ibu harus merasa rileks.
c. Lengan ibu menopang kepala, dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke
payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu. Posisi bayi
harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu.
Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya
menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak
melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan
panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
Gambar 2.9. Cara Meletakan Bayi (Proverawati,2009).
d. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu)
dan mengamati bayi yang siap menyusu; membuka mulut,
bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan
payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi
tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu.
20
e. Ibu menyentuhkan bibir bayi ke puting susunya menunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut
bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting
susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan
dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari
di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf C.
Semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola.
Gambar 2.10 Gambar 2.11
Cara Memegang Payudara Cara Merangsang mulut bayi
(Proverawati,2009) (Proverawati,2009).
f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut
bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh
bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
Gambar 2.12 Perlekatan Bayi Pada Puting Susu (Proverawati,2009)
21
g. Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan puting dari
mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara
mulut dan payudara.
h. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk punggung
bayi.
3. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Proverawati (2009), mengemukakan bahwa menyusui dengan
teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda sebagai
berikut :
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk
f. Hidung bayi mendekati dan seringkali menyentuh payudara ibu
g. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya
puting susu saja) lingkar areola atas terlihat lebih banyak bila
dibandingkan dengan lingkar areola bawah
h. Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah
22
i. Bibir bayi melengkung keluar
j. Bayi tempak menghisap kuat dengan irama perlahan
k. Puting susu tidak terasa nyeri
l. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
m. Kepala bayi agak menengadah
n. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang
disertai dengan berhenti sesaat
4. Lama dan frekuensi menyusui
Menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi
dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1 – 2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2002).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi
akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
23
disusukan akan memicu produksi ASI sebagai hasil dari efek prolaktin
(Soetjiningsih, 2002).
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara.
Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa
kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui,
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan.
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
1. Perubahan sosial budaya
a. Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan
susu botol
c. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
2. Faktor psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b. Tekanan batin
3. Faktor fisik Ibu
Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
5. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri
yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu formula.
(Soetjiningsih,2002)
24
2.1.7 Tanda Bayi Cukup ASI
Menurut Dewi (2011), bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mandapat
kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut :
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapat
ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi
lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir.
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis
6. Warna bayi merah, dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik
pertumbuhan
8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan
rentang usianya)
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan
cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur
pulas.
2.1.8 Petunjuk Untuk Mengetahui Produksi ASI
Menurut Inung (2009), untuk mengetahui produksi ASI, kriteria yang
dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak
yaitu :
1. ASI keluar sejak hari pertama pasca persalinan
25
2. ASI keluar memancar saat hari pertama pasca persalinan
3. Tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari
payudara ibu dan susu memeres dari payudara lain yang sedang tidak
diisap bayi.
4. ASI yang banyak dapat merembes melalui puting susu
5. Bayi menghisap dan menelan pada payudara secara terus menerus
6. Sebelum disusukan payudara terasa tegang dan setelah disusukan
payudara terasa lunak.
2.1.9 Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Menurut Dewi (2011), ibu yang normal akan menghasilkan ASI kira-
kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi
yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral, yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak
kurang lebih 8-12 gelas per hari.
Bahan makanan yang dibatasai untuk ibu menyusui :
a. Yang merangsang seperti cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
26
b. Yang membuat kembung seperti ubi, singkong, kool sawi dan
daun bawang
c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang
selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai
bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan
tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik
harus dalam keadaan tenang.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung
estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan
durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka
tidak ada dampak terhadap produksi ASI.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8
memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang
terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka
puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi.
5. Faktor aktivitas/istirahat
Kondisi kelelahan akibat aktivitas serta kondisi kurang istirahat
akan memberikan efek kelemahan pada sistem yang terkait dalam
27
proses laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.
6. Faktor isapan anak
Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian
hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan
rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi
prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelanjar susu (alveoli) untuk
memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna, frekuensi menyusui
yang jarang serta puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat
produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun
dan produksi ASI terganggu.
7. Berat lahir bayi dan usia kehamilan saat persalinan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI.
Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang
dari 36 minggu), dan dengan berat badan yang kurang, sangat lemah
dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir
dengan berat badan normal (>2.500 gr). Lemahnya kemampuan
menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang
rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
8. Konsumsi alkohol dan rokok
Merokok dan konsumsi alkohol dapat mengurangi produksi ASI
karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk
28
produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
2.1.10 Masalah Menyusui
1. Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi
mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera
hilang.
Cara menanganinya:
1) Pastikan posisi menyusui sudah benar.
2) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit, guna
membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.
3) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting
susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai
puting susu kering.
2. Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-
kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet ini sering terjadi saat
minggu pertama setelah bayi lahir, hal ini biasanya disebabkan karena:
1) Kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu
pada putting susu saja tidak sampai ke aerola
2) Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada puting susu
ibu
29
3) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting susu
4) Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek,
menyebabkan bayi hanya dapat mengisap sampai puting susu ibu
saja
5) Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.
Cara menanganinya:
1. Cari penyebab puting susu lecet.
2. Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi
menyusui.
3. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi.
4. Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak
begitu sakit.
5. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-
kali memberikan obat lain, seperti krim, salep dan lain-lain.
6. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri
dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.
7. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri.
8. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan dengan sabun.
30
9. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh.
10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI.
11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas
Jangan menggunakan dot.
12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula
dengan waktu yang lebih singkat.
13. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas.
3. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2 - 4 jam) payudara sering terasa
penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara
bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
a. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah.
b. Produksi ASI berlebihan.
c. Terlambat menyusui.
d. Pengeluaran ASI yang jarang.
e. Waktu menyusui yang terbatas.
Perbedaan payudara penuh dan payudara bengkak adalah :
a. Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dank eras. Bila
diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam.
31
b. Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, putting susu
kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/
diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam.
Untuk mengetahui maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang
baik, menyusui “on demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila
terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Untuk merangsang reflex oksitosin maka dilakukan:
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
b. Ibu harus rileks.
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara).
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan
kearah tengah).
e. Stimulasi payudara dan putting.
f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.
g. Pakailah BH yang sesuai.
h. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.
Cara mengatasinya :
a. Susui bayi semaunya dia sesering mungkin tanpa jadwal dan
tanpa batas waktu.
b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan
atau pompa ASI yang efektif.
32
c. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat
dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage
payudara, massage leher dan punggung.
d. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema.
4. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya
kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu
setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan
atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan
menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.
Tindakan yang dapat dilakukan:
a. Kompres hangat/panas dengan pemijatan.
b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit
yaitu stimulasi puting susu, pijat leher punggung, dll.
c. Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-
10 hari.
d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk pengilang
rasa nyeri.
e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin
perlu tindakan bedah
(Maryunani, 2009).
33
2.2. Air Susu Ibu (ASI)
2.3.1 Pengertian
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung
nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan
(Hubertin, 2003).
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan
serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu ibu berada pada
tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan
sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak dan perkembangan
sistem saraf (Yahya, 2007).
2.3.2 Komposisi ASI
1. Mengandung zat gizi (nutrien)
Menurut Dewi (2011), ASI mengandung zat yang sangat
dibutuhkan bayi, yang terdiri dari:
a. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori (energi) utama dalam ASI
dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50%. Lemak ASI
juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, tetapi
mudah diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi. Lemak
ASI terdiri dan trigliserida (98- 99%). Enzim lipase yang terdapat
34
dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurangi
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Salah satu
keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,
yaitu docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidnoic acid (AA).
Selain itu juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
b. Karbohidrat
Karbohidrat utama (kadarnya paling tinggi) dalam ASI
adalah lactose yang mempertinggi penyerapan kalsium yang
dibutuhkan bayi.
c. Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio
protein whey = 60:40. Selain itu, protein ASI mempunyai
kandungan alfa-laktabumin, asam amino esensial taurin yang
tinggi, serta kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk
sintesis protein pada ASI yang tinggi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama
laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh
diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama
kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Bayi
yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan
garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan
di bawah kondisi umum.
e. Air
35
Sekitar 88% ASI terdiri atas ASI yang berguna melarutkan
sat-sat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi.
f. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D
dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali
riboflafin dan asam penthpthenik lebih kurang.
1) Vitamin A; air susu manusia yang sudah masak (dewasa)
mengandung 280 IU, vitamin A dan kolostrum mengandung
2 kali itu.
2) Vitamin D; vitamin D larut dalam air dan lemak terdapat
dalam ASI
3) Vitamin E; kolostrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan
tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari
cedera akibat oxide.
4) Vitamin K; diperlukan untuk sintesis faktor pembekuan
darah.
5) Vitamin B kompleks; semua vitamin B pada tingkat yang
diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan.
6) Vitamin C; vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen,
ASI mengandung 43 mg/ml vitamin C.
2. Mengandung zat protektif
36
Perinasia (2009), mengemukakan bahwa ASI mengandung zat
protektif untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
a. Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi
asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran
pencernaan bersifat asam segingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan
diare. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang
mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang
berikatan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan
laktobasilus bifidus.
b. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100mg/100ml tertinggi
diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka
laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu, yaitu stafilokokus dan E coli yang juga mengeluarkan zat
besi untuk pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri tersebut,
laktoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur kandida.
c. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
dan antiinflamantori, bekerja sama dengan peroksida dan
askorbat untuk menyerang E Coli dan salmonela. Konsentarsinya
dalam ASI sangat banyak dan merupakan komponen terbesar
37
dalam fraksi whey ASI. Keunikan lisozim lainnya adalah bila
faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI,
maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah
kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan
bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan
faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen
dan penyakit diare pada periode ini.
d. Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini walaupun kadarnya dalam ASI rendah,
mempunyai daya opsonik, anafilaktosis, dan kemotaktik yang
bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam
ASI.
e. Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi
bayi terhadap infeksi kuman tersebut.
f. Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay
terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung
imunoglobulin yaitu secretori IgA, IgE, IgM, dan IgG. Dari
semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah IgA.
Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan
bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran
pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga
38
mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam
mukosa usus.
2.3.3 Jenis ASI
Menurut Dewi (2011), ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai
berikut :
1. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral,
dan antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada sekitar
hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah selanjutnya menjadi ASI
yang matang. ASI yang matang sekitar 15 hari sesudah bayi lahir. Bila
ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui maka
proses adanya ASI akan meningkat. Kolostrum merupakan cairan
dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan.
Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI
matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan
laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG,
IgA, dan Igm), yang digunakan sebagi zat antibodi untuk menceah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum
yang keluar sedikir menurut, tetapi volume kolostrum yang ada dalam
payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga
39
merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi.
2. ASI transisi atau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selam 2
minggu, volume ASI bertambah banyak dan berubah warna, serta
komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan
lemak dan laktosa meningkat.
3. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih, kandungannya ASI relatif konstan. ASI yang
mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak,
tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjunya ASI berbah
menjadi hindmilk yang kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk
membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Tabel 2.2 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur
No Kandungan Kolostrum ASI transisi ASI matur1. Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,02. Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,03. Lemak 2,9 3,6 3,84. Protein 1,195 0,965 1,3245. Mineral 0,3 0,3 0,3Imunoglobulin:1. IgA 335,9 - 119,62. IgG 5,9 - 2,93. IgM 17,1 - 2,94. Lisosin 14,2-16,4 - 24,3-27,55. Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber; Dewi (2011)
2.3.4 ASI eksklusif
40
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan,
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim (Ambarwati, 2010).
ASI eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lainnya.
Setelah 6 bulan beru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP
ASI). Asi dapat diberikan sampai anak berusi 2 tahun atau lebih.
Menurut Ambarwati (2010), pengenalan makanan tambahan dimulai
pada usia 6 bulan, hal ini dikarenakan :
1. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah komposisi ASI masih cukup
untuk pertumbuhan, dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan
secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada
kenyataannya 60% bayi sudah diberikan susu formula sejak sebelum
usia 6 bulan.
2. Bayi pada saat berumur 6 bulan, sistem pencernaannya mulai matur.
Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir.
Porinya berongga sehinga memungkinkan bentuk protein ataupun
kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat
menimbulkan alergi. Pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat
setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian usia bayi setelah 6
bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.
41
Top Related