menurut Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm dan
Tafsir
al-Mishbah)
Tesis
(M. Ag) Dalam Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Oleh:
PASCA SARJANA MAGISTER (S2)
2018 M/1439 H
menurut Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm dan
Tafsir
al-Mishbah)
Tesis
(M. Ag) Dalam Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Oleh:
H. M. Ziyad Ulhaq, Ph. D
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
PASCA SARJANA MAGISTER (S2)
2018 M/1439 H
Tesis dengan judul “Warna Dalam Al-Quran (Studi Komparatif
Penafsiran
Ayat-Ayat Isyarat Tentang Warna menurut Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr
Al-
Qur’ân Al-Karîm dan Tafsir al-Mishbah)” oleh Sonif Mahfud dengan
NIM
215410647 telah diujikan di sidang Munaqasyah Program
Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Quran Jakarta pada tanggal 18 Februari 2019. Tesis
tersebut
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Agama
(M. Ag) dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir.
Dr. M. Azizan Fitriana, MA. (………………………..)
Ketua Sidang
Penguji I
Penguji II
Pembimbing/Promotor I
Pembimbing/Promotor II
Sekertaris Sidang
Nama : Sonif Mahfud
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Warna dalam Al-Quran,
(Studi Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat isyarat tentang Warna
menurut Tafsir Al-Jawhir Fii Tafsir Al-Qur’an Al-Kariim dan
Tafsir
Al-Mishbah)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali
kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan
didalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 21 Desember 2018
KATA PENGANTAR
kepada Dzat (yang maha pemberi segala Rahmat, Taufiq, Hidayah
dan
Inayah, Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Shalawat
salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw,
para
keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan dengan
bantuan,
motivasi dan doa dari banyak pihak, baik secara langsung maupun
tidak
langsung, moril maupun materil, perorangan maupun institusi.
Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu
Al-
Quran (IIQ) Jakarta, yang telah memberikan kuliahnya dalam
mentransfer ilmu baik secara langsung maupun tidak langsung,
semoga Allah SWT meridhoinya.
2. Bapak Dr. KH. Muhammad Azizan Fitriana, MA, direktur
program
pasca sarjana Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, yang
telah
memberikan motivasi selama perkuliahan khususnya dalam
penulisan
tesis ini. Semoga Allah meridhoinya.
3. Ibu Dr. Hj. Nadjematul faizah, MA, wakil rektor II Institut Ilmu
Al-
Quran (IIQ) Jakarta semoga Allah meridhoinya.
4. Dr. H. Ahmad Syukran, MA. Selaku ketua program Ilmu
Al-Quran
dan Tafsir, semoga Allah meridhoinya.
5. H. Edward Maofur Ph. D dan H. Muhamad Ziyad Ulhaq Ph. D,
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan
penuh kesabaran dan rela meluangkan waktunya untuk membimbing
dan mengoreksi, serta memberi motivasi kepada penulis hingga
menyelesaikan tesis ini.
6. Segenap bapak dan ibu dosen pasca sarjana Institut Ilmu
Al-Quran
(IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama
penulis menyelesaikan tesis ini.
dilingkungan pasca sarjana Institut Ilmu Al-Quran (IIQ)
Jakarta
8. AlAlim al-„Allamah al-„Arif billah Sayyiduna Syekhul Kabir
Habib
Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim yang telah
mendidik penulis untuk mengenal Allah SWT dan Rasulullah SAW
dan Umi Waheeda, S. Psi., M.Si beserta Ahlul Bait yang telah
mendidik, mengajarkan kami arti kehidupan yang nyata, semoga
beliau selalu dalam naungan dan kasih sayang Allah SWT, amin.
9. Ayahanda Bpk Kostolani bin Kyai Turmudzi tercinta dan Ibunda
ibu
Siti Waqiah binti Muhammad Syafii yang telah membesarkan,
mendidik, jasmani dan rohani, mengajar kami arti kehidupan
yang
nyata, semoga beliau selalu dalam naungan kasih sayang Allah
SWT.
amin,dan kakak dan adik-adiku semua.
10. Ayahanda Bpk H. Abdul Hakim dan Ibunda Hj. Nur Khatijah
yang
selalu mengajarkan arti pengorbanan, arti kesabaran dan arti
sebuah
keikhlasan semoga Rahmat kasih sayang Allah SWT selalu
menaunginya amin
11. Istriku tersayang Miratul Chasanah S. Pd. I dan anak-anaku
Nur
Hidayati, Abid Najmuddin dan Hubbullah Naja yang telah
menghibur, membantu dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan tesis ini. Semoga kalian semua menjadi hamba
yang
selalu diridhoi Allah SWT.
tergabung dalam kelas ilmu Al-Quran dan tafsir. Semoga Allah
memberikan yang terbaik bagi kehidupannya di dunia dan di
akhirat.
13. Pada semua pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan
dan
doa-doanya yang tak kenal lelah, semoga Allah meridhoinya.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan para praktisi Ilmu Al-Quran
dan Tafsir. Harapan penulis adalah kritik dan saran atau tulisan
ini
akan diterima dengan lapang dada untuk menyempurnakannya,
semoga bermanfaat. Amin
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf abjad yang
satu ke
abjad yang lain. Dalam penyusunan tesis di Institut Ilmu Al Quran
(IIQ)
Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
T A
Zh B
Fathah A : a ...- : ai
Kasrah I : i ...- : au
Dhammah U : u
a. Kata sandang yang diikuti alif lam )( Qamariyyah
ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh :
al-Madinah : al-Baqarah :
b. Kata sandang yang diikuti alif lam )( Syamsiyyah
ditransliterasikan
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya.
Contoh :
lambang ) ). Sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan
dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid
.
aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang di tengah kata,
di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh :
ix
d. Ta Marbutah )(
Ta Marbutah )( apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata
sifat (naat), maka huruf tersebut dialih aksarakan sebagai huruf
“h”.
Contoh :
Islamiyyah
dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf
“t”.
Contoh :
al-Kubra
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi
apabila telah dialih aksarakan, maka erblaku ketentuan ejaan
yang
disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-
lain. Ketentuan yang berlaku di EYD berlaku pula dalam aksara
ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan
lainnya.
Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka
huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh : ‘Ali Hasan al-‘Aridh, al-Asqalani,
al-Farmawi,
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata al-Quran dan
nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital, contoh : Al-Quran,
al-
Baqarah, al-Fatihah, dan seterusnya.
B. Permasalahan
...........................................................................................
12
1. Tujuan Penelitian
.............................................................................
13
2. Manfaat enelitian
..............................................................................
13
D. Kajian Pustaka
.........................................................................................
14
E. Metodologi Penelitian
.............................................................................
16
1. Jenis Penelitian
.................................................................................
16
3. Metode Pengumpulan Data
..............................................................
17
4. Metode Analisis Data
.......................................................................
17
F. Validitas Data
..........................................................................................
18
G. Langkah Penelitian
..................................................................................
18
1. Teknik Penulisan
...............................................................................
18
2. Sistematika Penulisan
........................................................................
19
A. Warna menurut Al-Quran
......................................................................
20
1. Isyarat Warna Kuning dalam Al-Quran
.......................................... 21
2. Isyarat Warna Putih dalam Al-Quran
............................................. 26
3. Isyarat Warna Hitam dalam Al-Quran
............................................ 33
4. Isyarat Warna Hijau dalam Al-Quran
............................................. 36
5. Isyarat Warna Biru dalam Al-Quran
............................................... 42
6. Isyarat Warna Merah dalam Al-Quran
........................................... 43
B. Warna Menurut
Sains..............................................................................44
1. Makna Warna
..........................................................................................
44
2. Teori Warna
.....................................................................................
46
3. Pembagian Warna
............................................................................
58
4. Psikologi Warna
..............................................................................
62
5. Manfaat Warna
.................................................................................
64
BAB III Profil Tafsir Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm
Dan
Tafsir al-Misbah
...........................................................................................
73
1. Profil Tafsir Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm
........................ 73
A. Biografi Thanthawi Jauhari
..............................................................
73
1) Nama Tempat dan tanggal lahir
................................................. 74
2) Latar belakang pendidikan Thanthawi al-Jauhari.
....................75
3) Karya- karya Thanthawi Jauhari..........
.....................................76
B. Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm .......
............................76
1) Latar Belakang Penulisan .
..........................................................77
2) Corak Tafsîr Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm.. ..
.............79
3) Metode dan Karakteristik Tafsir Thanthawi al-Jauhari. .
...........81
4) Contoh Penafsiran Thanthawi al-Jauhari. ..
...............................83
2. Profil Tafsir al-Misbah ............
.....................................................................84
1) Latar Belakang Pendidikan Quraish Shihab
.............................. 85
2) Karya–karya Quraish Shihab
..................................................... 87
B. Tafsir al-Misbah
..............................................................................
87
3) Metode Penulisan Tafsir Al-Misbah ..
........................................90
4) Contoh penafsiran Quraish Shihab
................................................ 92
Bab IV Ayat-Ayat Isyarat Tentang Warna dalam Al-Qur’an dan
Perbandingannya antara Thanthawi Jauhari
dan Quraish Shihab
..........................................................................
.......94
tentang Warna menurut Thanthawi Jauhari dan Qurais
Shihab...........136
Bab V
penutup............................................................................................151
A. Kesimpulan........ .....
..............................................................................151
B. Saran-saran .....
.......................................................................................153
“WARNA DALAM AL-QURAN (Studi Komparatif Penafsiran Ayat-
Ayat Tentang Warna Dalam Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân
Al-Karîm
dan Tafsir al-Mishbah)”
warna dalam Al-Quran. Kedua metode analitis digunakan untuk
menganalisa ayat-ayat isyarat tentang warna dalam penafsiran
Thanthawi
Jauhari dan Quraish Shihab, dan yang ketiga metode komparatif
yang
digunakan untuk membandingkan ayat-ayat isyarat tentang warna
antara
Thanthawi Jauhari dan Quraish Shihab.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Skripsi yang
berjudul
“Simbolisasi Warna Dalam Al-Quran” karya Hamdan Hidayat. Dalam
hal
ini penulis sudah sepakat dengan peneliti sebelumnya untuk meneliti
ayat-
ayat tentang warna dalam Al-Quran yang lebih mendalam lagi, karena
itu
penulis mencoba mengkaji dari sumber yang lebih mendukung
kajian
penelitian penulis melalui “Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân
Al-Karîm
dan Tafsir Al-Misbah.”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam Al-Quran
terdapat
dua penyebutan istilah warna, yaitu kata laun (bentuk tunggal) yang
terdapat
dalam satu ayat, dan kata alwân (bentuk jamak) sebanyak enam kata
dalam
enam ayat. Adapun Jenis warna dalam Al-Quran sebanyak enam
yaitu:
kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah yang terdapat dalam 30
ayat
dengan jumlah redaksi sebanyak 21 dalam bentuk yang sama dan
berbeda.
Yang kedua ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Quran secara
umum
menitik beratkan pada sesuatu yang melambangkan sebuah objek
tertentu dan
sebagai perumpamaan untuk menjelaskan keadaan objek tertentu.
Thanthawi
Jauhari lebih banyak memaparkan ayat-ayat isyarat tentang warna
dalam Al-
Quran, apabila konteks ayat tersebut mengungkap tentang
tanda-tanda
kekuasaan-Nya, sedangkan Quraish Shihab memaparkan ayat-ayat
tersebut
lebih singkat, padat dan jelas.
xiv
Abstract
“The Color in The Holy Al-Quran (Comparative Study of The
Colors
Verses in The Holy Al-Quran from Jawahir in Tafsir Al-Quran
Al-Karim
Interpretation and Al-Misbah Interpretation).
This study was continued to early studied about Symbolization of
Color
in The Holy Al-Quran the works of Hamdan Hidayat. The researshes
agreed
him to deep understanding the colors verses in The Holy Al-Quran
with
trying to get the source from Tafsir Jawahir fi Tafsir Al-Quran
Al-Karim and
Tafsir al-Misbah to supported this Study.
This study used three methodelogies, firstly is descriptive
methodology
to descript the colors verses in The holy Al-Quran. Secondly is
analityc
metodhology to analize the colors verses from Thanthawi Jauhari
and
Quraish Shihab interpretation. Thirdly is comparative methodology
to
compare between Thanthawi Jauhari and Quraish Shihab.
The conclution of this study. That (1) in the Holy Al-Quran there
are
two names for color. Laun (singular verb) in one verse and Alwan
(plural
verb) six times in six verses. There are variates of color. Yellow,
white,
black, green, blue and red in 30 verses with 21 redaction in the
same form
and differences. (2) the concept of colors verses had symbolized
the
situation of certainly object. Thanthawi Jauahri more explain the
colors
verses to revealed signs of power of Allah SWT while Quraish
Shihab
explain that verses shorten solid and clearly.
xv
" )
."( .
.
.
,
.
.
) : (
( ( . , , , , , :
,
.
1
pengetahuan umum (sains) tidak terlepas dari Al-Qur„an Al-Karim.
Siapapun
yang membaca, menghayati, dan mengamalkannya tidak akan pernah
celaka
dan tersesat dari jalan yang benar, karena kedudukannya sebagai
petunjuk
dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia hingga hari akhir
nanti. Al-
Qur„an menjadi pembimbing orang-orang yang ingin mengikuti
aturannya,
dan begitu juga sebaliknya bagi orang-orang yang tidak ingin
mengikuti
ajarannya pasti akan tersesat dan tidak tahu tujuan hidup yang
sebenarnya,
yang pada akhirnya ia menempuh perjalanan hidup dengan kekacauan
dan
kebingungan. 1 Peran Al-Quran bagi umat manusia, khususnya umat
Islam
adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
sebagaimana
firman-Nya;
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi
mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah[2]: 2)
Al-Quran juga merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan
Allah
SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk dijadikan sebagai hudan,
bayyinah, dan furqan oleh umat manusia dalam setiap aspek
kehidupannya.
Ia memiliki kedudukan yang sangat sentral dalam setiap sendi
kehidupan,
dan selalu relevan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan
juga teknologi di masa kini maupun mendatang (sholihun li kulli
zaman wal
makan) 2 .
„amaliah saja, tetapi tentang ilmu juga banyak termaktub dalam
ayat-ayat
suci Al-Qur`an, baik mengenai istilah yang menunjuk kata ilmu,
objek-objek
1 Aid bin Abdullah Al-Qarni, „Ala Maidati al-Quran, (Jakarta:
Grafindo Khazanah
Ilmu, 2004), cet. 1, h. 15. 2 Ali Akbar, Kontribusi Teori Ilmiah
Terhadap Penafsiran JURNAL USHULUDDIN, Vol.
23, No. 1, Juni 2015, hal. 31.
2
yang menjadi kajian ilmu, bagaimana cara memperoleh ilmu, atau
bagaimana
pemanfaatan dan pengembangan ilmu 3 .
Masuknya pengaruh pemikiran para ilmuwan dan filsuf Yunani
sejak
masa Dinasti Abbasiyah memunculkan nuansa baru dalam upaya
penafsiran
terhadap ayat-ayat Al-Quran. Para mufassir mencoba melakukan
penafsiran
dengan pendekatakan filsafat. Mereka juga berusaha menggali
berbagai ilmu
pengetahuan dari Al-Quran terutama ketika harus menafsirkan
ayat-ayat
yang berhubungan dengan alam (kauniyyah). Banyak di antara para
ulama
dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah berusaha membekali dirinya
dengan
teori-teori ilmiah yang sudah ada. 4
Hubungan ilmu pengetahuan dan sains dapat berjalan secara
harmonis, ketika periode pertengahan yaitu, abad kelima sampai
dengan
sepuluh masehi, yaitu periode dimana Eropa sedang mengalami
masa
kegelapan, sementara umat Islam sedang mengalami masa puncak
keemasan
di zaman dinasti Abbasiyah yang ditandai muncul ilmuwan-ilmuwan
muslim
ternama seperti Ibnu Haitsam, 5 dan para ilmuwan yang lahir pada
masa
keemasan Islam, mereka memiliki background sebagai ahli agama,
filsafat
sekaligus saintis. Dari sini pula mulai muncul penafsiran Al-Quran
berbasis
sains atau yang disebut juga dengan at-Tafsir al-„Ilmi. Keberadaan
Tafsir al-
„Ilmi sejalan dengan perkembangannya telah membuka wawasan baru
bagi
cara berpikir umat Islam dan menentukan sikap mereka dalam
menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan yang cendrung selalu maju.
Menurut istilah pengertian at-Tafsir al-„ilmi dapat kita pahami
dari
beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli tafsir. Muhammad
Husayn
adz-Dzahaby dalam kitabnya, At-Tafsir wa al-Mufassirûn,
misalnya
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan at-Tafsir al-„ilmi
adalah
penafsiran yang dilakukan untuk menentukan istilah-istilah keilmuan
dalam
ayat-ayat Al-Quran dan berijtihad guna memunculkan beberapa ilmu
dan
pandangan filsafat dari ayat-ayat tersebut, 6 sedangkan Abd
al-Majid as-Salam
al-Muhtasib dalam kitabnya, Ittijâhat at-Tafsir fi al-„Ashr
al-Hadîts,
mengatakan bahwa at-Tafsîr al-„ilmiy adalah penafsiran yang
dimaksudkan
oleh para mufassirnya untuk mencari adanya kesesuaian
ungkapan-ungkapan
dalam ayat-ayat Al-Quran terhadap teori-teori ilmiah (penemuan
ilmiah) dan
3 Khusnul Khotimah, Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam
Al-Quran,
Epistemé, Volume 9, Nomor 1, Juni 2014, hal. 70. 4 Khusnul
Khotimah, Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam
Al-Quran,
Episteme, Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014, hal. 46-47 5 Ia bernama
lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Al-Hasan bin al-Haitsam al-Bashri
al-
Misri atau dikenal dengan nama latin al-Hazen. M. Ishom el-Saha, 55
Ilmuan Muslim
Terkemuka, (Tangerang: Darul Ilmi, 2008), h. 43 6 Muhammad Husein
adz-Dzahabi. al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo : Maktabah
Wahbah 1409 H), h. 474
3
pemikiran filsafat. 7
dalam menemukan hubungan antara ayat-ayat kauniyah (kosmos)
Al-Quran
dengan penemuan ilmu-ilmu eksperimen yang bertujuan untuk
mengungkapkan kemukjizatan Al-Quran sebagai sumber ilmu yang
sesuai
dan sejalan di setiap waktu dan tempat. 8
Dalam pandangan mereka, Al-Quran mengajak umat Islam untuk
melakukan pengembangan ilmu pengetahuan, memerdekakan akal
dari
belenggu keraguan, merdeka dalam berpikir (menggunakan akal)
dan
mendorong untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena (gejala)
alam.
Al-Quran mendorong umat manusia untuk mengamati ayat-ayat
kauniyyah
dan memperhatikan kandungan maknanya yang menjelaskan proses
keilmiahan itu tercipta. 9
Di dalam Al-Quran terdapat lebih kurang 750 ayat-ayat kauniyyah.
10
Ayat-ayat kauniyah dalam Al-Quran menginspirasi para ilmuan
untuk
mengkaji dan meneliti fenomena alam yang begitu banyak dan
mengagumkan. Para ilmuan mengkaji dan meneliti fenomena alam
salah
satunya dengan menggunakan kekuatan akalnya. Anugerah akal
bagi
manusia merupakan kekuatan terbesar untuk memahami mekanisme
kerja
alam semesta dan kemudian dipergunakan untuk merekonstruksi asal
muasal
alam semesta, planet dan sistem tatasurya. Akal manusia juga
dipergunakan
untuk memahami dan menginterpretasi fakta-fakta kauniyah dan juga
ayat-
ayat Quraniyah.
bagi kehidupan manusia sendiri, juga menjadi jalan unuk mengenal
Allah
SWT sebagai pencipta dirinya dan juga sebagai pencipta alam
semesta. 11
Sebagaimana firman-Nya:
7 Abd al-Majid Abd al-Salam al-Muhtasib, Ittijahat al-Tafsir fi
al-„Ashr al-Hadîts
Jilid 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1973), h. 247. 8 Al-Rûmi, Ittijâhât
al-Tafsîr fi al-Qarn al-Râbi' 'Asyar, (Beirut: Dar al-Fikri, tt),
h.
549. 9 Ahmad Hanafi, Al-Tafsir al-„Ilmiy li al-Ayat al-Kauniyyat fi
al-Quran, (Beirut:
t.p., t.t.), Cet, Ke-2, h. 6 10 Imron Rossidy, Fenomena Flora dan
Fauna dalam Perspektif Al-Quran,
(Malang: UIN Malang Press, 2008), 39 11 Lajnah Pentashihan Al-Quran
Badan Litbang Kemenag dan LIPI, Penciptaan
Jagad Raya dalam Perspektif Al-Quran dan Sains, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Al-Quran,
2010), Cet. 1, h. xxi
4
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa
yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang
memikirkan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 164)
Keberadaan salah satu ayat kauniyah pada ayat di atas
tersirat
pengertian bahwa manusia memiliki potensi untuk mengetahui
dan
memanfaatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena alam
tersebut,
seperti pergantian malam dan siang, serta proses turunnya hujan
lalu akibat
yang ditimbulkan bagi bumi setelah turunnya hujan tersebut.
Namun
pengetahuan dan pemanfaatan ini bukan merupakan tujuan puncak
(ultimate
goal). Alam semesta dan segala isinya, beserta hukum-hukum
yang
mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWT
serta
diatur dengan segala teliti. 12
Bumi yang kita pijak adalah sarana dari Allah SWT untuk
hamba-
hamba-Nya mengabdikan diri, diantaranya menjadi manusia yang
bermanfaat
bagi sesama. Karena itu diciptakanlah pula keanekaragaman bentuk,
jenis,
dan aneka warna-warni makhluk ciptaannya, seperti pepohonan,
bunga-
bunga, buah-buahan dan berbagai aneka ragam hayati, begitu pula
binatang
baik di darat maupun di laut yang tak terhitung banyaknya dengan
identitas
warna yang berbeda-beda menambah ketakjuban kita akan desain seni
Ilahi
yang begitu sempurna. 13
Al-Quran senantiasa mengajak para pembaca mampu melakukan
kerja-kerja penafsiran yang maksimal untuk menemukan pesan-pesan
Allah
SWT yang bisa dijangkau baik yang tersurat maupun yang tersirat,
dalam
ayat-ayat Quraniyah maupun kauniyah, sehingga ia bisa menjadi
pedoman
dan petunjuk. Artinya, Allah SWT selalu memberikan kesempatan
kepada
12 Quraish Shihab, membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), h. 132 13 M.I.
Jeffries, Biodiversity and Conservation, Second Edition, (New
York:
Routledge, 2006), hal. 24
kemampuannya dengan tetap berpijak pada visi dasar Al-Quran
sebagai
Rahmatan lil alamin.
yang mengajak manusia untuk mengeksplorasi ayat-ayat Al-Quran
yang
berdimensi ilmiah. 14
yang ada, dan terjadi di jagad raya ini, 15
antara lain yang akan dikaji oleh
penulis di sini adalah tentang makna ayat-ayat isyarat tentang
warna dalam
Al-Quran.
Warna warni yang menghiasi mata kita dengan keindahan aneka
jenis
warna bunga-bunga, buah-buahan, pepohonan yang menghampar
sepanjang
mata memandang, aneka jenis binatang dengan warna warni kulit, dan
bulu
yang menghiasinya baik di darat maupun di laut, Allah SWT
juga
menjadikan manusia mempunyai kulit untuk melindungi badannya dari
panas
dan dingin cuaca, demikian juga warna kulit manusia pun
berbeda-beda, ada
yang hitam, ada yang putih, kuning, cokelat dan sebagainya.
Warna-warni yang terdapat pada tumbuhan, buah-buahan, bunga-
bunga, binatang yang hidup di daratan dan lautan menjadikan betapa
indah
dan sempurnanya alam semesta dan isinya yang telah Allah SWT
ciptakan.
Lebih kurang 15 abad yang lalu, Allah SWT telah mengisyaratkan
aneka
warna ciptaan-Nya di dalam Al-Quran, seperti warna kuning pada
kata
shafra (QS. Al-Baqarah[2]: 69), putih pada kata al-abyadhu (Q.S
Al-
Baqarah[2]: 187), hitam pada kata al-aswad (Q.S Al-Baqarah[2]:
187), hijau
pada kata khadhira (QS. Al-Anam[6]: 99), biru pada kata zurqa
(Q.S
Thaha[20]: 102), dan merah pada kata humrun (Q.S Al-Fathir[35]:
27).
Di dalam Al-Quran masih banyak lagi bentuk-bentuk redaksi
ayat-ayat
isyarat tentang jenis keenam warna di atas, yang tentunya
memberikan pesan
dan kesan yang berbeda-beda. Apa yang kita lihat dalam kehidupan
sehari-
hari berupa aneka warna dalam bentuk objek yang berbeda-bedapun
akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula, baik rasa suka, senang,
takut,
sedih, marah dan lain-lainnya.
tujuannya, di antaranya Allah SWT menginginkan agar manusia
memperhatikan segala aneka bentuk dan jenis ciptaan-Nya, yang
meliputi
warna, rasa, dan aroma pada jenis tumbuhan, buah-buahan dan bunga,
lalu
sifat, perilaku, perangai, warna kulit dan bulu pada manusia dan
pada jenis
14 Ali Akbar, “Kontribusi Teori Ilmiah Terhadap Penafsiran”, dalam
Jurnal
Ushuluddin, vol. 23 No. 1, Juni 2015, h. 31 15 Fatimah, Ayat-ayat
sains dalam Al-Quran (Telaah Balaghah), Jurnal Al-Hikmah,
vol. 5, no. 2 Oktober, 2017, h. 2
6
pepohonan, buah-buahan Allah SWT mendahului firman-Nya dengan
menyinggung soal bagaimana Ia menurunkan hujan dan akibat
setelahnya.
Tentunya adanya sebuah pertanyaan dari Allah SWT dalam
mengungkap
isyarat ilmiah mengandung hikmah yang begitu besar dan agar
manusia
mengamati, mempelajari dan mengkaji isyarat-syarat ilmiah yang ada
di
dalamnya.
Kontribusi mufassir dalam kitab tafsirnya mempunyai peran
yang
sangat penting dalam memberikan kepahaman berupa isyarat-isyarat
ilmiah
dalam Al-Quran khususnya tentang warna. Sebagaimana
Al-Qurthubi
menjelaskan makna kalimat ... pada surat Al-Anam ayat...
ke-99, dengan penyerupaan pada daun-daunnya, seperti daun buah
zaitun
menyerupai daun buah delima dahannya dan semua cabangnya, tetapi
pada
buah dan rasanya tidak serupa. 16
As-suyuthi menyatakan bahwa kata
mutasyâbih adalah penyerupaan pada daunnya saja tetapi buahnya
berbeda. 17
Muhammad Zaglunnajar mengemukakan pendapatnya terkait dengan
isyarat warna pada lafadz menurutnya (QS. Fathir[35]: 27)
bahwa konteks isyarat ayat di atas semuanya mengungkap tentang
fenomena
alam yang begitu mengesankan, bahwa perbedaan jenis
buah-buahan
melambangkan perbedaan pada warnanya, sebagaimana juga
perbedaan
aromanya dan rasanya. Semua itu berkaitan dengan kandungan
zat-zat
didalamnya dan pembawaan sifat buah-buahan tersebut, apakah terdiri
dari
unsur-unsur yang dibutuhkan untuk dimakan atau hanya terdiri dari
air
saja. 18
sedikit berbeda dalam mengemukakan warna-warni pada tanaman, bunga
dan
buah-buahan.
juga mempengaruhi
kandungan vitamin, gizi, dan zat-zat lainnya, seperti buah yang
berwarna
16 Al-Qurthubi, al-Jami li ahkâmi Al-Quran, (Beirut: Al-Resalah
Publishers,
2006), Juz. 8, h. 474 17 As-suyuthi, ad-Durru al-Mantsur at-Tafsir
bi al-Matsur, (Mesir: Dar al-Kutub,
2003) Juz. 6, h. 159 18 Muhammad Zaglunnajar, Tafsir al-Ayat
al-Kauniyah fi Al_Quran Al-Karim,
(Mesir: Maktabah Asy-Syuruq ad-Dauliyah, 2008 ), uz. 3, h. 109 19
Menurut Muhammad Bin Ibrahim, (1) Tsamaratin mukhtalifan
al-wanuha
berwarna merah, kuning, hijau, dan lain-lain, lihat Tafsir
al-Khazin, (Mesir: Dar al-Kutub,
tt), Juz. 3, h. (2) Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha, menurut Ibnu
Katsir warnanya kuning, .
merah, hijau, putih, dan lain-lain. Lihat: Ibnu Katsir, Tafsir
Al-Quran Al-“adzim, (Jizah:
Maktabah Aulad as-Syekh liltsurat. tt), juz, Ke-11, h. 318. lihat
al-Kalaby, Tafsir at-Tashil,
li „Ulumi Al-Quran, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyah, 1995), juz
2, h. 216. Lihat.
Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha menurut “Abu Hayyan” warnanya
sangat banyak,
bahkan ciptaan warna yang Allah SWT isyaratkan dalam Al-Quran lebih
luas maknanya
7
antosianin 20
kanker kandung kemih, sedangkan likopen menghambat fungsi
kemunduran
fisik dan mental agar tidak mudah pikun, selain itu likopen juga
mencegah
bermacam-macam penyakit kanker, sedangkan warna merah pada
sayuran
menandakan bahwa sayuran itu mengandung flavonoid 22
yang berfungsi
Buah yang berwarna merah seperti; semangka, stroberi, tomat,
dan
jambu biji merah, sedangkan sayur berwarna merah adalah kol merah
dan
bayam merah. Warna ungu seperti pada anggur, blackberry, raspberry
dan
cranberry kaya akan antosianin pigmen pemberi warna merah
ungu.
Antosianin yang berfungsi sebagai anti inflamasi 23
juga mampu menurunkan
menggempur berbagai bibit sel kanker. 24
Ternyata di dalam penciptaan warna hijau pada sayur-sayuran
dan
tanaman banyak terkandung manfaat yang luar biasa banyaknya,
sebagaimana telah dikemukakan di atas pada surat Al-Anam ayat
ke-99.
dari pewarnaan yang dibuat manusia bukan hanya kuning, merah,
hijau, dan putih saja, atau
bahkan dari kombinasi atau campuran warna primer, sekunder, dan
tertier. Lihat: Abu
Hayyan, Tafsir Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiah.
1993), juz. Ke-7, h. 296.
(4) Tsamaratin mukhtalifan al-wanuha, menurut Ali ash-Shabuni
“berbeda bentuk, warna
dan mathumi, Ali ash-Shabuni, Al-Muqtathafu „uyuni at-Tafasir
(Mesir: Dar al-Assalam.
1996), juz. Ke-4, h. 324. (5) lihat: At-Thibrisi, majmu al-Bayan fi
tafsir Al-Quran, (Beirut:
Dar al-Fikri, 1994), juz. Ke-2, h. 213. 20 Antosianin adalah zat
pewarna alami golongan flavonoid yang tersebar luas di
seluruh alam. Senyawa antosianin memberikan warna merah, biru, ungu
pada beberapa
bunga, buah, dan sayuran dalam tanaman antosianin hampir ditemukan
diseluruh bagian
tanaman, misal kulit buah, mahlota bunga,dan
akar.http://atom-green-.blogspot.com.2015.
diakses pada hari sabtu 1 januari 2019. 21 Likopen adalah senyawa
yang membuat tomat berwarna merahdan sebagai
antioksidan yang membantu menangkal radikal bebas di tubuh. Tetapi
di sisi lain kelebihan
radikal bebas dari sisa metabolisme dapat menyebabkan kerusakan sel
yang berpotensi
menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.
www.infonutrisidankesehatan.blogspot.com. Diakses sabtu 1 januari
2019. 22 Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang
terdesar ditemukan di
alam. Senyawa ini merupakan zat pembawa warna merah, ungu, dan biru
dan sebagian lagi
zat warna kuning yang ditemukan pada sebagian tumbuhan. Maryati
Abd. Gofur, dkk,
Kumalaningsih, Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas,
(Surabaya: 2007), h. 117 23 Inflamasi merupakan respon protektif
setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau
mengurung
(sekuestrasi) baik agen pencedera atau jaringan yang cedera. www.
Deherba.com/inflamasi
adalah akar-akar sebagian penyakit...html. diakses 24 Desember
2018. 24 Savitri Komarayanti, Ensiklopedia Buah-Buahan Lokal
Berbasis Potensi Alam
Jember, Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, Vol. 2, No. 2,
2017, h. 71
Tentunya hal ini adalah anugerah yang sangat besar bagi manusia
karena
Allah SWT.
mereka tidak mampu melihat proses pencampuran warna-warni
pada
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan 25
. Allah SWT menciptakan warna-warni
sempurna. Keberadaan ciptaan Allah SWT tersebut memberi pengaruh
bagi
siapa saja yang melihat dan mengamatinya, tanpa kita mengetahui
kapan
serta bagaimana terjadinya warna-warna itu. Keindahan panorama alam
yang
penuh warna-warni, dan semua benda yang mempunyai warna tertentu,
dapat
diketahui dengan indra luar luar (eksotoris). 26
Keberadaan ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Quran
tidak
selalunya memberikan kesan makna yang indah dan menyenangkan
tetapi
bisa memberikan kesan yang sebaliknya. Di dalam Al-Quran
terdapat
beberapa penyebutan isyarat warna kuning seperti pada kata shafra
faqi
yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-69. Apabila dipahami
dari
redaksi kata tersebut memberikan makna warna kuning tua, akan
tetapi antara
mufassir yang satu dengan yang lain tentunya mempunyai pandangan
yang
berbeda-beda mengenai kesan makna dari kata tersebut. Lalu pada
ayat yang
lain juga mengisyaratkan warna kuning seperti pada kata mushfarra,
yang
terdapat dalam Surat Ar-Rum ayat ke-51. Kata mushfarra walaupun
berbeda
redaksinya dengan kata shafra tetapi memiliki makna yang sama
yaitu
warna kuning. 27
Mata yang kita miliki adalah anugerah dari Allah SWT yang
sangat
penting, karena dengannya kita bisa melihat keindahan aneka warna
alam
semesta ciptaan-Nya dengan adanya bantuan cahaya, baik cahaya
matahari,
bulan dan lampu. Munculnya rasa indah ketika melihat aneka warna
di
sekitar kita adalah bagian dari fitrah manusia yang Allah SWT sudah
berikan
sejak manusia dilahirkan 28
Keberadaan warna tidak bisa dipisahkan dengan cahaya atau
(diyâ),
karena kita bisa membedakan warna warni benda di sekeliling kita
dan kita
25 Asy-Syarawi, Tafsir asy-Syarawi, (Mesir: Dar al-Kutub, ),h.
224.
“sesungguhnya perbedaan warna pada penciptaan buah-buahan dan
tumbuhan dikembalikan
maknanya kepada keaslian warna asalnya, lihat: Fahrurrazi, Tafsir
Maftihu al-Ghaibi,
(Beirut. Dar al-Fikri. 1994), juz. 3, h. 22 26 Hasan Yusufian,
Ahmad Husain. S, Akal dan Wahyu, (Jakarta: The Islamic
College, 2011), cet. Ke-1, hal. 11 27 Al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi
maâlim at-Tanzîl, (Riyadh: Dar Thayyibah, 1411
H), Juz. 6, h. 277 28 Fitrah adalah, “potensi-potensi tertentu yang
ada pada diri manusia, yang
dibawanya semenjak ia dilahirkan”, Achmad Ghozali Syafii, Penulisan
Huruf dan Warna
Dalam Al-Quran, RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: h.
104
9
cahaya lampu yang menerangi benda-benda tersebut sebagaimana
Allah
SWT sudah menegaskan dalam firman-Nya:
…
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya”
(QS. Yunus[10]: 5)
bulan bercahaya. Al-Quran menggunakan kata untuk matahari
sehingga
ia bermakna matahari bersinar, dan kata untuk bulan sehingga
ia
bermakna bulan bercahaya. Hanafi Ahmad yang menulis tafsir tentang
ayat-
ayat kauniyah membuktikan bahwa Al-Quran menggunakan kata
dalam berbagai bentuknya untuk benda-benda yang cahayanya
bersumber
dari dirinya sendiri. Al-Quran menggunakan kata tersebut untuk api
(QS. Al-
Baqarah:17), kilat (QS. Al-Baqarah: 20), demikian juga minyak
zaitun (QS.
Al-Nur: 35). 29
balâghah, Abu Hilâl al-'Askariy bahwa, diyâ ialah sesuatu yang
memancar
dari benda yang bersinar, adapun nûr adalah sesuatu yang
diperoleh
(pantulan) dari benda lainnya yang bersinar. Sinar di siang hari
dikatakan
“diyâu an-nahâr” tidak dikatakan “nûr an-nahâr.” 30
Tentu kita tidak bisa mengenal benda yang ada di malam hari tanpa
ada
cahaya yang menyinari benda tersebut, dan begitu pula kita tidak
bisa melihat
benda-benda yang beraneka macam warnanya di siang hari tanpa
adanya
cahaya matahari. Hal pertama yang diperlukan untuk mengenal warna
adalah
keberadaan cahaya (Light/ diyâ). Cahaya yang datang dari matahari
ke bumi
harus memiliki panjang gelombang terntentu agar menghasilkan
warna.
Bagian cahaya ini dikenal dengan “cahaya tampak” dibandingkan
dengan
semua cahaya yang lain yang dipancarkan matahari adalah satu
berbanding
(sepuluh pangkat dua puluh lima). 31
29 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
jilid 6, cet. Ke-1,
h. 20 30 Abu Hilâl al-'Askariy, Al-Furuq Al-Lughawiyyah, (Beirut:
Dar al-Kutub al-
Alamiyyah), h. 256 31 Harun yahya, kesempurnaan seni warna Ilahi,
(Bandung: PT Syamil Cipta
Media, 2004), cet. Ke-1, h. 8
10
jagad raya mengandung beberapa karakteristik yang membahayakan
mata.
Oleh karena itu, cahaya yang sampai ke bumi harus dalam bentuk
tertentu
sehingga dapat ditangkap oleh mata dengan mudah dan tidak
membahayakannya. Untuk itu sinar ini harus melewati suatu filter
raksasa.
Filter raksasa ini adalah atmosfer. 33
Warna merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan. Warna yang
ada di sekitar kita, baik di alam ataupun benda-benda yang biasa
kita pakai
memiliki banyak sekali macamnya. Warna dipakai hampir di seluruh
aspek
kehidupan manusia. Menurut ilmuwan fisika Isac Newton, warna
bersumber
dari cahaya. Dikatakan juga bahwa beberapa tokoh di Yunani Kuno
pun
sempat menyinggung tentang warna. Hingga sampai pada akhirnya
Isac
Newton menemukan 7 warna pelangi yang disebut dengan spektrum
warna.
Newton pun diklaim sebagai penemu teori lingkaran warna pertama.
34
Warna-warni yang muncul di sekeliling kita menyebabkan
penggunaannya menghasilkan kebijakan-kebijakan tertentu baik
terhadap
penggunaan suatu objek ataupun pemaknaannya. Setiap manusia
bahkan
binatangpun mampu memahami fenomena alam yang rutin terjadi,
atau
bahkan binatangpun dengan panca indranya mampu mengenal beberapa
jenis
warna hewan selainnya yang ditemuinya. 35
Makhluk hidup mempunyai bahasa warna yang bekerja berdasarkan
cahaya dan sistem pengindra yang mereka miliki. warna yang
berbeda
memilki arti yang berbeda pula bagi setiap makhluk hidup. Agar
bisa
bertahan hidup, setiap makhluk hidup harus mengetahui bahasa warna
yang
berlaku di dalam habitatnya, seperti beberapa hewan menggunakan
warna
untuk melindungi diri dari musuh dengan cara berkamuflase.
Hewan-hewan
yang melindungi diri dengan cara berkamuflase tentunya mengenal
warna
hewan di sekelilingnya yang membahayakan maupun yang tidak
membahayakan nyawanya, karena fungsi-fungsi vital hanya dapat
dikontrol
dengan memahami bahasa ini. 36
32 Rays adalah sinar matahari, lihat; John M. Echols, Hasan
Sadzily, Kamus Inggris
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), cet. ke-18, h. 467 33
Atmosfer adalah, 1. lapisan udara yg menyelubungi bumi sampai
ketinggian 300
km terutama yang strukturnya terdiri atas campuran berbagai gas,
yaitu nitrogen, oksigen,
organ, dan sejumlah kecil gas lain; 2 satuan tekanan yg besarnya
sama dengan tekanan udara
pada permukaan laut (1.033 kg setiap cm2), Kamus Pussat Bahasa,
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa, 2008), h. 103 34 Sulasmi
Darmaprawira, Warna, Teori dan kretifitas Penggunannya,
(Bandung:
ITB, 2002), cet, ke. 2, h. 9 35Sulasmi Darmaprawira, Warna, Teori
dan kretifitas Penggunannya, (Bandung:
ITB, 2002), cet, ke. 2, h. 13 36 Harun Yahya, Cita Rasa Seni Warna
Ilahi, (Bandung: Dzikra, 2002), Cet. Ke-1,
h. 42
yang berkaitan dengan nilai simbolis, namun kini sepertinya lebih
kepada
hal-hal yang berkaitan dengan psikologis, seperti beberapa orang
suka
memakai pakaian yang berwarna biru, karena warna biru
menurutnya
nyaman di hati. Di sisi lain ada juga penggunaan warna yang
masih
bersinggungan dengan nilai-nilai simbolis yang masih berlaku
dalam
beberapa budaya tertentu, seperti warna yang digunakan untuk
membuat
wayang kulit, harus sesuai dengan tokoh dalam wayang kulit yang
dibuatnya.
Kedua hal tadi tidak menghilangkan makna warna dari segi visualnya
yang
masih memiliki kaidah estetika yang memukau. 37
Dalam kehidupan warna-warna memegang suatu peranan penting.
Secara psikologis warna-warna bukanlah suatu gejala yang hanya
dapat
diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan
penting
dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya akan
bermacam-
macam benda. Salah satu fungsi warna, secara psikologis yaitu
dapat
memberikan pengaruh tertentu pada perangai kita dan penghidup jiwa
kita.
Warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat
mempengaruhi emosi manusia dan menggambarkan suasana hati
seseorang. 38
Dalam hal ini bahwa warna dapat memberikan pengaruh tertentu
pada
perangai, perasaan maupun jiwa kita. Beberapa macam warna seperti
abu-abu
dan hijau membuat kita lebih tenang sedangkan warna-warna lain
seperti
merah dan kuning membuat kita gelisah dan aktif. Efek lainnya
yang
ditimbulkan adalah warna-warna gelap terlihat lebih berat daripada
warna-
warna terang dan warna gelap kepada suatu permukaan memberi kesan
lebih
kecil dari warna terang pada permukaan yang sama besarnya. 39
Dari beberapa hal yang sudah diuraikan tentang warna di atas
melatar
belakangi penulis untuk mengkaji dan meneliti ayat-ayat isyarat
tentang
warna dalam Al-Quran dengan judul: “Warna Dalam Al-Quran,
Studi
Komparatif Penafsiran Ayat-Ayat Isyarat tentang Warna dalam
Tafsir
Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm, dan Tafsir al-Misbah.
Alasan yang mendasari penulis mengambil kajian dari kedua
tafsir
tersebut, karena beberapa hal di antaranya adalah; walaupun Quraish
Shihab
berbeda corak tafsirnya dengan Thanthawi Jauhari tetapi beliau
menafsirkan
isyarat keilmiahan dalam Al-Quran, khususnya tentang warna. bahasa
dalam
mengungkap ayat-ayat isyarat tentang warna, dan perbedaan geografis
dan
budaya dari kedua mufassir tersebut. Dari beberapa hal di atas
penulis akan
37 Astararianty, Penafsiran warna-warna Tradisional , jurnal
NIRMANA, vol. 15, no.
3 Januari 2015 38 Sulasmi Darmaprawira, Warna teori dan kreativitas
penggunaannya, (Bandung:
ITB. 2002), edisi ke-2, h. 49 39 Atkinson, R.L, dkk, Pengantar
Psikologi, terj, Nurdjanah Taufiq an Rukmini, (
Jakarta: Erlangga, 1999), Jilid. 1, h. 93
12
B. Permasalahan
melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu
merumuskan
masalah yang akan diteliti. 40
Warna merupakan bagian dari seni Ilahi yang
Allah SWT ciptakan untuk seluruh makhluk-Nya, khususnya
manusia
yang mempunyai rasa dan cipta, agar dengan karunia itu manusia
mampu
menjaga dan melestarikan keindahan karya seni warna Ilahi pada
tanaman
dan tumbuhan, bunga-bunganya dan buah-buahannya.
Apabila diperhatikan dari uraian latar belakang masalah diatas,
maka
penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1) Ayat-ayat yang mengungkap isyarat tentang warna dalam
Al-Quran
mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda
2) Warna buah dan rasanya tidaklah selalu sama, walaupun
sama-sama
berasal dari satu jenis buah tertentu.
3) Adanya perbedaan dan kesesuaian di antara warna tertentu
dengan
bidang atau jenis bendanya.
4) Adanya beberapa perbedaan penafsiran dalam tafsir klasik, dan
tafsir
kontemporer dalam menafsirkan ayat-ayat isyarat tentang
warna.
5) Masing-masing warna mempunyai manfaat, dan fungsi yang
berbeda-
beda
mufassir.
tentang warna antara Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân
Al-Karîm,
dan Tafsir al- Misbah.
sebagai berikut:
1) Ayat-ayat isyarat tentang warna menurut penafsiran
Thanthawi
Jauhari dan Quraish Shihab dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr
Al-Qurân
Al-Karîm, dan Tafsir al- Misbah.
40 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), h. 25.
13
Quran.
warna, maka penulis hanya akan memaparkan makna ayat-ayat
isyarat
tentang warna, kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah,
sesuai
makna lahiriyahnya.
menarik suatu perumusan masalah dengan harapan agar
pembahasan
masalah ini lebih terarah dan sistematis. Adapun rumusan
masalahnya
sebagai berikut:
1) Bagaimana penafsiran ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
Al-
Quran menurut Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm, dan
Tafsir al- Misbah?
isyarat tentang warna dalam Al-Quran antara Thanthawi Jauhari
dan
Quraish Shihab dalam tafsirnya Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân
Al-
Karîm, dan Tafsir al- Misbâh?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
mendasari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat isyarat tentang warna
dalam
Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm dan Tafsir al-
Misbâh.
2) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran
ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân
Al-
Karîm, dan Tafsir al- Misbâh.
2. Manfaat Penelitian
kemudian hari, baik untuk kalangan akademisi maupun umum,
sehingga
hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan
sumbangsih
berupa:
tafsirnya, khususnya dalam memahami ayat-ayat kauniyah-Nya.
2) Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber referensi bagi
akademisi
yang ingin melakukan penelitian dengan kajian yang serupa dan
menjadi motivasi bagi akademisi yang ingin mengkaji isyarat
ayat-
ayat ilmiah lainnya.
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan yang mendasari
penelitian
yang sedang berlangsung. 41
Penelitian tentang isyarat ilmiah dalam Al-
Quran telah banyak dilakukan, tetapi penelitian ilmiah terkait
warna dalam
Al-Quran belum banyak, diantara beberapa kajian pustaka tentang
warna
yang terdahulu yaitu:
1. Skripsi dengan judul: Simbolisasi Warna Dalam Al-Quran,
karya
Hamdan Hidayat, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:
Jurusan
Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam,
UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Ia meneliti ayat-ayat tentang warna dalam Al-Quran, dan ia
mengatakan bahwa di dalam Al-Quran terdapat enam warna yaitu,
kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah, yang terdapat pada 33
ayat
yang tersebar dalam 22 surat. Ia juga mengatakan bahwa
ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Quran menitik beratkan kepada
sesuatu
yang menggambarkan pada sebuah objek tertentu. Pada
kesimpulannya
ia menjelaskan bahwa masing-masing warna melambangkan obyek
tertentu. Sedangkan fokus penelitian penulis pada penafsiran
makna
ayat-ayat isyarat tentang warna menurut Thanthawi Jauhari dan
Quraish
Shihab dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm, dan
Tafsir
al-Misbâh, dan bagaimanakah persamaan dan perbedaan penafsiran
dari
Thanthawi Jauhari dan Quraish Shihab.
2. Jurnal Pemikiran Islam AN-NIDA yang berjudul: “Warna dalam
Islam”
karya Achmad Gozali Syafii Dosen tetap Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Edisi Juni 2017, vol.
41,
no. 1.
Fokus penelitian jurnal ini menjelaskan asal-usul warna-warni
yang ada di seliling kita. Ia menjelaskan bahwa warna bersumber
dari
cahaya dan sinar, baik cahaya matahari maupun sinar bulan dan
lampu.
Ia melandaskan pemikirannya pada ayat-ayat isyarat tentang
cahaya
matahari dan sinar bulan. Sedangkan penelitian penulis fokus
kepada
pembahasan makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
Al-Quran.
3. Jurnal Internasional yang berjudul warna putih menurut
perspektif Al-
Quran dan Hadits, Vol. 3, No. 4, 2013, karya Munirah Abd. Razak
dkk.
Fokus pembahasan jurnal ini hanya mengungkap tentang warna
putih dalam Al-Quran. Ia mengatakan dalam analisanya terhadap
ayat-
41 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif,
(Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), h. 254
15
ayat tentang warna putih bahwa warna putih sebagai cahaya
siang,
sebagai mukjizat Nabi Musa as, sebagai bagian dari warna
gunung,
sebagai minuman ahli surga dan sifat wanita surga. Sedangkan
penelitian
penulis mengungkap semua makna ayat-ayat isyarat tentang
warna
dalam Al-Quran dan juga menjelaskan pesan ayat-ayat tersebut
melalui
penafsiran Thanthawi Jauhari dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr
Al-Qurân
Al-Karîm dan penafsiran Quraish Shihab dalam tafsirnya Tafsir
al-
Misbâh.
4. Harun Yahya, menulis buku berjudul “Allahs Artistry Color,
(terjemahan, “Kesempurnaan Seni Ilahi”).
kekuasaan-Nya menciptakan aneka warna-warni pada makhluk
ciptaan-
Nya khususnya yang berada di bumi, seperti tumbuhan,
buah-buahan,
eneka jenis binatang baik di darat maupun di laut. Buku ini
juga
menguraikan kejadian terbentuknya macam-macam warna, teori
warna,
manfaat warna, pesan warna yang berbeda-beda. Semua yang
berkaitan
dengan ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Quran telah
disinggung dengan penjelasan yang sistematis. Perbedaan buku
ini
adalah penulis tidak mencantumkan refensi atau sumber buku
utama
yang menjadi rujukan dalam penulisan buku tersebut. Sedangkan
penelitian penulis ini merujuk kepada sumber-sumber yang relefan
dan
terpercaya.
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trisemester III”
Jurnal ini berisi tentang peneletian terapi warna hijau untuk
ibu
yang sedang mengalami kehamilan pertama dan sudah mencapai
tiga
bulan mendekati persalinan di Puskesmas Simpang Timbangan.
Penelitian jurnal ini dilakukan karena pentingnya menjaga rasa aman
dan
nyaman terhadap ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama,
sehingga penulis memberikan solusi terapi dengan warna hijau agar
ibu
yang hamil merasa aman dan nyaman, selanjutnya harapan
melahirkan
anak-anak dengan normal dan sehat insyaAllah bisa tercapai.
Perbedaan
jurnal ini dengan penelitian penulis adalah, jurnal ini hanya
membahas
manfaat warna hijau sebagai media terapi untuk menghilangkan
kecemasan pada ibu yang baru mengalami kehamilan pertama dan
sudah
masuk tiga bulan terakhir masa persalinan, sedangkan penelitian
penulis
mengungkap makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
Al-Quran
dan seluk beluknya, di antaranya manfaat warna yang bukan hanya
di
bidang kedokteran tetapi lebih luas seperti manfaat warna sebagai
media
pembelajaran, komunikasi, simbolisasi dan warna sebagai
budaya.
16
(Library Research), 42
dianalisa berbentuk tulisan, baik data atau sumber itu berkaitan
langsung
dengan tema penelitian maupun tidak langsung berkaitan. Penelitian
ini
juga bersifat kualitatif, 43
disertasi, tesis dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait langsung
dengan
tema penelitian penulis.
yaitu sumber data primer sebagai sumber utama penelitian penulis
dan
sumber data sekunder sebagai sumber data pelengkap untuk
membantu
penelitian. Untuk sumber data primer penelitian ini adalah
Tafsir
Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm karya Thanthawi Jauhari
dan
Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.
Adapun sumber data sekundernya adalah kitab-kitab tafsir,
khususnya tafsir kontemporer yang mengungkap isyarat ilmiah
tentang
warna, karya-karya ilmiah yang lain seperti jurnal-jurnal yang
terkait
dengan objek penelitian penulis yang mengungkap isyarat tentang
warna
dalam Al-Quran serta menurut beberapa ilmuan .
42 Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pustaka (library
research) yaitu
sebuah penelitian yang fokus penelitiannya menggunakan data dan
informasi dengan bantuan
berbagai macam material yang terdapat di perpustakaan seperti
buku-buku, majalah, naskah-
naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan lain-lain yang
diikuti dengan menulis,
mengedit, mengklarifikasi, mereduksi dan menyajikan. Noeng Muhajir,
Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Surasin, 2002), hlm. 78.
Lihat: penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih
baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.
Chaterine Marshal dan
Gretchen B. Rossman, Designing Qualitative Research, (California:
Sage Publication, 1995),
p. 63 43 Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah
prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati, demikianlah pendapat Bogdan dan Guba,
Metodologi
Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2014), cet.
Ke. 2, h. 181
berarti cara atau jalan. 44
Metode pengumpulan data pada kajian ini
adalah metode dokumentasi. dengan teknik menulusuri data
kemudian
mengumpulkan data-data tersebut yang berupa sumber-sumber
primer
dan sekunder yang didapatkan dari perpustakaan-perpustakaan,
berupa
kitab-kitab tafsir, serta buku-buku, jurnal dan karya ilmiah
lainnya yang
objek penelitiannya mendukung penelitian penulis.
4. Metode Analisis Data
menggunakan metode dokumentasi content analysis 45
untuk mencari
muqarrin (komparatif), untuk membandingkan penafsiran
ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân
Al-Karîm
karya Thanthawi Jauhari dan Tafsir al-Misbah karya Quraish
Shihab.
Karena objek penelitian bukan perbandingan tafsir ssaja, maka
yang menjadi fokus penelitian penulis adalah redaksi ayat-ayat
isyarat
tentang warna pada sumber primer dan sumber data sekunder
yang
mendukung penelitian penulis, serta sumber-sumber lainnya
yang
berkaitan dengan penelitian. Adapun tahapan analisis data yang
penulis
lakukan dalam penelitian ini adalah sebaga berikut:
1. Menggambarkan biografi Thanthawi Jauhari dan Quraish
Shihab
diikuti dengan metode dalam tafsir kedua mufassir dan
penjelasan
keduanya dalam menfasirkan ayat-ayat isyarat tentang warna
dalam
tafsirnya.
2. Reduksi data yaitu dengan memilih ayat-ayat tertentu yang
memang
mengandung isyarat tentang warna dalam Al-Quran. Mengingat
banyaknya redaksi ayat tentang warna, maka penulis hanya akan
mengambil ayat-ayat yang berkitan dengan enam warna yaitu,
kuning,
putih, hitam, hijau, biru dan merah mengikuti tertib
mushhafinya.
44 Fuad Hassan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi
Ilmiah, (Jakarta:
Gramedia, 1977), h. 16. “metode” Dalam bahasa Inggris, kata itu
ditulis “method”, dan
bahasa Arab menerjemahkannya dengan thariqat dan manhaj. Sedangkan
dalam bahasa
Indonesia, kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan
berpkir baik-baik untuk
mencapai maksud [dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya]; cara kerja
yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai suatu
tujuan yang
ditentukan. Tim Penyusun Kamus Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 580-581 45 Guide H. Stempel, Content
Analysis, alih bahasa Jalaluddin Rahmat dan Arko
Kasta, (Bandung: Arai Komunikasi, 1983), h. 8.
18
3. Penulis tidak akan mengambil semua ayat-ayat isyarat tentang
warna
dalam Al-Quran, tetapi hanya akan mengambil yang ada
kesesuaian
dengan makna lahirnya.
4. Penelitian pada redaksi tafsir dari kedua mufassir sehingga
ditemukan
persamaan dan perbedaan dalam penafsiran ayat-ayat isyarat
tentang
warna dalam Al-Quran, juga akan merujuk kepada penafsiran
mufassir lain sehingga akan diketahui ragam redaksi tafsir suatu
ayat.
5. Analisis sosio historis untuk menyingkap sebab terjadinya
perbedaan
penafsiran oleh kedua mufassir.
mengemukakan makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-
Quran.
data untuk menguji validitas (keabsahan data), yaitu pengecekan
data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, karena penelitian ini adalah
penelitian
library research yang fokus pada penelitian dokumen-dokumen dan
tidak
turun kelapangan, maka validitas data difokuskan kepada
pengecekan
sebanyak mungkin sumber-sumber penelitian yang ada dan berkaitan
dengan
judul penelitian yaitu “warna dalam Al-Quran.”
G. Langkah penelitian
berikut:
dengan jenis warnanya.
2. Memaparkan makna ayat-ayat isyarat tentang warna dalam
Al-Quran
dari kedua tafsir kemudian menjelaskan tentang penafsiran
kedua
mufassir terhadap makna ayat-ayat isyarat tentang warna
tersebut.
3. Membandingkan penafsiran kedua mufassir tentang makna
ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Quran, kemudian dianalisa
persamaan
dan perbedaannya untuk mengetahui kecendrungan dan pola pikir
masing-masing mufassir.
H. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
penelitian ini mengacu kepada Buku Panduan Penulisan Proposal
Tesis
Program Pasca Sarjana Magister (S2), Institut Ilmu Al-Quran
(IIQ)
Jakarta, 2017.
sistematis sesuai dengan tujuan dan kegunaannya, maka
sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut:
Permasalahan, latar belakang masalah, identifikasi Masalah,
Pembatasan
Masalah Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian,
Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian, jenis penelitian, sumber
data
penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data,
validitas
data, langkah-langkah penelitian, Teknik dan Sistematika
Penulisan.
Bab kedua, merupkan landasan teoritis bagi bab-bab
selanjutnya,
berisi tentang gambaran warna secara umum menurut Al-Quran
dan
Sains, dengan pemaparan makna ayat-ayat isyarat tentang warna
menurut beberapa mufassir, makna warna menurut Sains, teori
warna,
pembagian warna, psikologi warna, dan manfaat warna.
Bab ketiga, berisi tentang profil Tafsir Jawâhir fî Tafsîr
Al-Qurân
Al-Karîm dan Tafsir al- Misbâh. Pada sub bab ini yang pertama
diungkapkan tentang biografi pengarang kitab tafsir Tafsir Jawâhir
fî
Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm yaitu Thanthawi Jauhari, latar
belakang
pendidikan, karya-karya Thanthawi Jauhari dan latar belakang
penulisan
kitab Tafsir Jawâhir fî Tafsîr Al-Qurân Al-Karîm, corak
penafsiran,
metode dan karakteristiknya. Pada sub bab yang kedua ini
mengungkapkan biografi Quraish Shihab, latar belakang
pendidikan,
latar belakang penulisan, corak dan karakteristik tafsirnya,
metode
penulisan tafsir, contoh karya-karya Quraish Shihab dan
penafiran
Quraish Shihab.
Bab keempat, merupakan kajian utama, yang terdiri dari dua
bagian yaitu: yang pertama penafsiran kedua mufassir terhadap
ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Quran dan yang kedua persamaan
dan
perbedaan dari kedua mufassir dalam menafsirkan makna
ayat-ayat
isyarat tentang warna dalam Al-Quran.
Bab kelima Penutup, berisi tentang kesimpulan, dan
saran-saran.
20
152
menyimpulkan hasil penelitian ini bahwa, Thanthawi Jauhari
dalam
tafsirnya mengatakan kata alwân dalam surat Fathir ayat ke-27
maknanya bukan hanya, merah, kuning, hijau dan lain-lain,
tetapi
juga jenisnya bermacam-macam, sedangkan kata alwân pada surat
Az-Zumar ayat ke-21 maknanya warna hijau, merah, kuning, dan
putih baik jenisnya berupa tanaman gandum, biji-bijian,
obat-obatan,
dan makanan hingga tak terhitung banyaknya.
Quraish Shihab mengatakan bahwa kata alwân dalam surat
Fathir ayat ke-27 maknanya bukan hanya warna-warni, tetapi
bermacam-macam juga bentuk, rasa dan aroma buahnya. sedangkan
kata alwân pada surat Az-Zumar ayat ke-21 maknanya adalah
macam-macam jenis tanaman pertanian, bentuk, rasa, dan
warnanya.
Menurut Thanthawi Jauhari makna Isyarat warna yang lain
seperti warna kuning, putih, hitam, hijau, biru dan merah dalam
Al-
Qur’an yang berkaitan dengan tanaman, seperti isyarat warna
hijau
(QS. Al-An’am[6]:99), beliau tafsirkan dengan teori
ilmiahnya,
seperti warna hijau pada tanaman terjadi karena adanya
fotosintesis
sehingga menghasilkan zat hijau daun yang dibutuhkan oleh
semua
makhluk hidup, khususnya tanaman itu sendiri dan manusia.
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan kita hanya disuruh untuk
memperhatikan proses fenomena tersebut dan bagaimana proses
terjadi perubahan warna pada buah-buahan dari mentah menjadi
matang.
Zumar[39]: 21), beliau mengatakan bahwa makna isyarat warna
tersebut adalah jenis tanaman, manfaat dan kegunaan tanaman,
apakah termasuk jenis obat-obatan sayur-sayuran dan yang
lainnya.
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa isyarat warna
tersebut
dengan bermacam-macamnya jenis, bentuk, rasa dan warna
tanaman
pertanian. Pada isyarat warna putih yang berhubungan dengan
mukjizat nabi Musa As. (QS. Thaha[20]:22).
Thanthawi Jauhari menjelaskan lafadz , kenapa Allah SWT
memerintahkan nabi Musa As. untuk mendekapkan kedua tangannya
pada dadanya untuk menghilangkan ketakutan dalam dirinya.
153
maknanya adalah menggabungkan atau menempelkan tangan
kanannya pada ketiaknya nabi Musa As. Pada isyarat warna hitam (QS.
Ali Imran[3]: 106). Thanthawi Jauhari mengatakan
dengan lambang orang yang sedih, susah, dan mengalami
kesulitan.
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa isyarat warna hitam
tersebut hanya sebagai perumpamaan bukn sebuah kenyataan
kulit
wajahnya menjadi hitam.
ayat-ayat isyarat tentang warna dalam Al-Qur’an seperti pada
isyarat
warna kuning (QS. Az-Zumar[39]: 21), Thanthawi jauhari dan
Quraish Shihab sama-sama berpendapat bahwa isyarat warna
tersebut
melambangkan awal kematian tanaman. Adapaun perbedaannya
Thanthawi Jauhari mengatakan bahwa tanaman tersebut menjadi
mati
karena Allah SWT mengirimkan angin kering atau basah,
sedangkan
Quraish Shihab mengatakan matinya tanaman tersebut karena
adanya
hama.
warna putih (QS. Thaha[20]:22). Persamaannya adalah keduanya
sepakat bahwa warna putih yang keluar dari tangan nabi Musa
As.
bukan berasal dari tangannya, adapun perbedaannya adalah
Thanthawi Jauhari menjelaskan karena tangan nabi Musa As.
warnanya kecoklatan sedangkan Quraish Shihab menjelaskan
karena
warna kulit nabi Musa As. kehitaman seperti orang India dan
Sudan.
Adapun persamaan dan perbedaan penafsiran keduanya pada
isyarat warna hitam (QS. Ali Imran[3]: 106), yaitu bahwa
kesamaannya adalah keduanya mencontohkan wajah-wajah yang
hitam di hari kiamat dengan orang-orang kafir, munafik dan
musyrik.
Adapun perbedaanya adalah Thanthawi Jauhari menjelaskan
keadaan
mereka itu dalam kesusahan, sedih, kesulitan dan sebagai hinaan
dan
celaan dari Allah SWT. sedangkan Quraish Shihab tidak
menjelaskan
demikian.
Adapun persamaan dan perbedaan penafsiran keduanya pada
isyarat warna hijau (QS. Al-An’am[6]: 99) yaitu bahwa
perbedaannya
adalah, Thanthawi menjelaskan kenapa setelah turun hujan bumi
dan
tanaman menjadi hijau, karena air hujan mengandung pupuk
alami
yang kandungan zat-zat di dalamnya sangat dibutuhkan berbagai
jenis
tanaman. Sedangkan Quraish Shihab tidak menjelaskan demikian
tetapi beliau mengatakan manusia disuruh memperhatikan
fenomena
hujan dan akibat setelahnya yang menjadikan bumi dan tanaman
menjadi hijau.
dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengharapkan dengan
saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya ada penelitian lanjutan
tentang warna dalam Al-
Qur’an oleh mahasiswa dan mahasiswi pasca sarjana IIQ
khususnya dan umumnya para akademisi.
2. Apabila ada penelitian lanjutan tentang warna dalam
Al-Qur’an
hendaknya peneliti mengkaji satu jenis warna saja atau
tema-tema
lain yang berkaitan dengan pembahasan warna.
3. Hendaknya apabila ada penelitian tentang ayat-ayat
kauniyah
lainnya dalam Al-Qur’an baiknya mengambil sumber primernya
dari kitab Tafsir al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm
154
Publishers, 2006), juz, ke-17
Al-Muhtasib bin al-Majid Abd al-Salam, Ittijâhat al-Tafsîr fi
al-‘Ashr
al-Hadîts Jilid 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1973)
Abdullah Al-Qarni, Aid bin, ‘Ala Ma’idati al-Qur’ân,
(Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu, 2004), cet. 1
Abu Hilal al-Asykariy, Al-Furûq al-Lughawiyyah (Beirut: Dar-
al-
Kutub al-Ilmiyah,tt).
Abu Zahrah Muhammad, Zahratu at-Tafâsir, (Qahirah: Dar
al-Fikri
al-„Arabi, 1974), Juz, ke. Al-Yamanî Abû Abdullah bin Asad bin „Ali
bin Sulaiman al-Yâfîî
al-Makkî, Mir’atu al-Jinân wa ‘Ibratu al-Yaqzhân, (Beirut Dar
al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2010), juz. 1 Adib Shohibul, M. syihabuddin Muin, dkk,
Ulum Al-Quran: Profil
para Mufassir Al-Quran dan para Pengkajinya, (Banten: Pustaka
Dunia,
2011)
Ahmad Hanafi, At-Tafsîr al-‘Ilmiy li al-Ayat al-Kauniyyat fî
Al-
Qur’ân, (Beirut: t.p., t.t.), Cet, Ke-2,
Aizah Siti, Susi Erna Wati, “Upaya Menurunkan Tingkat Stres
Hospitalisasi Dengan Aktifitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6
Tahun
Di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kediri”. Jurnal Efektor, Desember
tahun
2014. Nomor 25. Volume 01
Akbar Ali, Kontribusi Teori Ilmiah Terhadap Penafsiran JURNAL
USHULUDDIN, Vol. 23, No. 1, Juni 2015.
Al- Iyazi Muhammad Ali, Al- Mufassirun Hayatuhum wa
Manhajuhum,
Al-Aridl li Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta:
Rajawali
Press, 1994)
Al-Andalusi, al-Muharar al-Wajîz fi tafsîr Al-Kitab Al-‘Azîz,
(Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001), Juz. 5 Ashfahani, Mufradâtu al-Fâdz
Al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-Qalam,
2009), cet, ke-4
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek
Peningkatan Prasarana dan Saran Perguruan Tinggi Agama /IAIN,
1992/1993)
Al-Dzahabi Muhammad Husein, Penyimpangan-Penyimpangan
155
Rajawali Press, 1996)
Ilmi, 2008)
Publishers, 2006), juz. 3
juz. 1
Al-Sibagh Muhammad, Lamhat fi ‘Ulûm Al-Qur’ân wa Ittijâhat
al-
Tafsîr, (Beirut: Dar al-Qalam, 2009)
al-Zuhayli, Wahbah (1998). al-Tafsir al-munir fi al-„aqidah wa
al-
shari „ah wa al-manhaj, cet. 2, juz. 13, (Beirut: Dar al-Fikr
al-Mu„asir), , cet.
2, juz. 13, h. 207
Anna Josefin, dkk, Ketidaksadaran Kolektif Akan Warna dan
Bidang, Jurnal, Vis. Art & Design, Vol. 8, No. 1, 2016,
67
An-Najjar Jamal Mustafa Abdul Hamid, Tabaqat wa Ittijâhat ta-
Tafsiriyah, (Kairo, t.p, t.th), h. 258
Anwar Rosihan, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka
Setia, 2009).
Pemikiran M. Quraish Shihab”, dalam Suplemen Jurnal Ilmu dan
Kebudayaan, Ulumul Qur’an, No. 5. Vol IV, 1993
Ar-RifaI, Muhammad Nasib Ar-RifaI, Kemudahan Dari Allh;
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta :Gema Insani Press,
1999)
Ash-Shabuni Ali, Al-Muqtathafu ‘uyûni at-Tafâsir (Mesir: Dar
al-
Assalam. 1996), juz. Ke-4
“alamiyah,1994), juz, ke-2,
juz, ke-1
1997 ), Juz. 7, Astararianty, Penafsiran warna-warna Tradisional ,
jurnal NIRMANA,
vol. 15, no. 3 Januari 2015
Asy-Syarawi, Tafsir asy-Sya’rawi, (Mesir: Dar al-Kutub, )
At-Thabari, Jami’ul Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, (Beirut: Dar
alAlamiyah, 2004), cet, ke. 1, Juz. 1
At-Thabarsi, Tafsir Majmu’ al-Bayân, (Beirut, Dar al-Kutub
al-
„Alamiyah, 1997), cet, Ke. 1, juz. 1
At-Thibrisi, majmu’ al-Bayân fi tafsîr Al-Qur’ân, (Beirut: Dar
al-
Fikri, 1994), juz. 2
156
Az-Zujjaz, Ma’âni Al-Qur’ân wa I’râbuhu, (Beirut: Dar al-Kutub
al-
„Ilmiyah, 1988), Juz. 5
Az-Zuhayli Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr fî al-„Aqîdah wa al-Shari
„ah
wa al-Manhaj, (Beirut: Dar al-Fikr al-Mu„asir, 1998), cet. 2, juz.
13 Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi, (Jakarta:
Jalasutra,
2003)
Bassano Mary, Terapi Musik dan Warna (Manfaat musik dan Warna
bagi kesehatan), terjm, Susilowati dan Hafidz Hidayat,
(Yogyakarta;
Rumpun, 2009)
Bear Jacci Howard, What Colors Appeal to men, The New York
Times Company, 2008)
Casofa Fachmy, Alib isa, Jagat Desain Grafis, (Jakarta. PT
Bumi
Aksara,2013), h. 12
Christina Luzar Monica Laura, Efek Warna Dalam Dunia Desain
Dan
Periklanan, Jurnal, HUMANIORA, Vol.2 No.2 Oktober 2015.
Coleman Jamest, C, Abnormal Psycology and Moder Life Serent
Edition Scott, (London: Foresmen and Comani, 1985)
Darmaprawira, Sulasmi, Warna, Teori dan kretifitas
Penggunannya,
(Bandung: ITB, 2002), cet, ke. 2
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, h. 1188,
Jilid,
ke. 3, h. 1187
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1991)
warna” h.8.
warna”(Bogor, IPB, Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan
Alam)
Dimyathi Nur Faizah, Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad saw. Wa
Maadza Yukhrihu, Trj. , Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad saw.
Wa
Maadza Yukhrihu, Oleh AdnanTharsyah (Jakarta, Gema Insani,
2006)
Fahrurrazi, Tafsir Mafâtihu al-Ghaibi, (Beirut. Dar al-Fikri.
1994),
juz. 3
Al-Hikmah, vol. 5, no. 2 Oktober, 2017
Ghafur Saiful Amin, Profil Para Mufassir Al-Qur’an,
(Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008)
“Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015
Gunawan Agnes Paulina, Peranan Warna dalam Karya Fotografi,
HUMANIORA, Vol. 3, no. 2, 2017
157
hingga Ideologi, (Bandung: Teraju, 2002)
Habsari Sinung Utami, “Aplikasi Simiotik dan efek psikologis
Tampilan Warna pada Rumah Minimalis”, Riptek, Vol. 4, No. 1,
Tahun
2010)
Memahami Al-Qur’an, (Bogor: CV IDeA Pustaka Utama,2003), cet.
ke-1
Hakim Atang Abd, Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam,
(Bandung:
PT. Rosda Karya, 2000), cet. Ke-1
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1971), vol.
1
Hanafi Hasan, Metode Tafsir dan Kemaslahatan Umat, Terj,
Yudian
Wahyudi (Yogyakarta: Pesantren Nawesea, 2007).
Hartman Taylor, The Color Code (Kode Warna), (Batam:
Interaksara,
2004). Hayyan Abu, Tafsir Bahr al-Muhîth, (Beirut: Dar al-Kutub
al-
„Alamiah. 1993), juz. Ke-7.
Hawwa Said, al-Asâs fi Tafsîr, (Mesir: Dar as-Salam, 1999), Juz.
Ke-
2, h. 849.
Pustaka,2000), edisi ke 2, cet. Ke-1
Ibrahim Muhammad Bin, Tafsir al-Khazin, (Mesir: Dar al-Kutub,
tt),
Juz. 3
1993), juz. 2
Jurnal: TSAQAFAH, h. 250. Fauzul Iman dkk, al-Qalam Jurnal
Keagamaan
dan Kemasyarakatan, (Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian
Kepada
Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2004), vol. 21
Jauhari Thanthawi, Al- Jawâhîr fî Tafsîr Al- Qur’ân Al-Karîm,
(Mesir, Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuhu, 1350 H)
Jeffries M.I, Biodiversity and Conservation, Second Edition,
(New
York: Routledge, 2006).
Profesional, 1997),
K. Hitti Philip, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin
&
Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010)
Kamus Pussat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Kamus Pusat Bahasa, 2008)
Studi Analisa Semantik (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Tesis
2008)
158
Katsir Ibnu, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Mesir: Maktabah
aulad
asy-Syeikh litturats, 2000),juz. 9
Katsir Ibnu, lubâb at-Tafsîr Al-Qur’ân Al-‘Adzîm, terj. M.
Abdul
Ghaffar, (Bogor: Pustaka Imam Syafii), cet, ke-1
Katsir Ibnu, Tafsîr Al-Qur’ân Al-‘Adzîm, (Jizah: Maktabah Aulad
as-
Syekh littsurat. tt), juz,
Al-Kalby, Tafsîr at-Tashil, li ‘Ulûmi Al-Qur’ân, (Beirut: Dar
al-
Kutub al-„Ilmiyah, 1995), juz 2
Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004),
Al-Quran, Epistemé, Volume 9, Nomor 1, Juni 2014
Komarayanti Savitri, Ensiklopedia Buah-Buahan Lokal Berbasis
Potensi Alam Jember, JURNAL BIOLOGI DAN PEMBELAJARAN
BIOLOGI, Vol. 2, No. 2
Luzar Monica Laura Christina, Efek Warna Dalam Dunia Desain
Dan
Periklanan, Jurnal, HUMANIORA, Vol.2 No.2 Oktober 2015.
Shihab Quraish, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Penerbit Lentera
Hati,
2003), cet. Ke-1
Mahlufi al, Shafwatu al-Bayan Li Ma’ani Al-Qur’an, (Beirut Dar
al-
„Alamiah, 1999),
Marry Bassano, Healing with music and colour. Edisi bahasa
Indonesia, terapi musik dan warna. (Yogyakarta: Rumpun 2009)
Meilani, “Teori Warna Penerapan Lingkaran Warna dalam
Berbusana” HUMANIORA, Vol. 4, No. 1 April 2013
Muhajir Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian kuantitatif,
Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), cet.
Ke. 2
Muharyani Putri Widita, Jaji, Ayu Kurniati Sijabat, Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 2, No. 1, Januari 2015
Mujib, Abdul, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002)
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 343. Sedangkan menurut Larry
Mustaqim Abdul, Dinamika Sejaah Tafsir al-Qur’an,
(Yogyakarta:
Adab Press, 2012),
Djambatan, 2002),
159
jilid 2
Pasya Ahmad Fuad, Dimensi Sains Al-Qur’an, Menggali Ilmu
Pengetahuan dari Al-Qur’an, (Solo: Tiga Serangkai, 2004). Program
Pascasarjan IAIN Gunung Djati, Jurnal Teks, Jurnal Studi
Qur’an (Bandung, RQiS, 2000)
Qardhawi Yusuf,, Berinteraksi dengan al-Qur’an, terj. Abdul
Hayyie
Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I
Quraish Shihab, membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994)
Raje Airey, 50 Rahasia Alami Pernafasan Sehat, (Jakarta;
Erlangga,
2005), h. 26.
Jumâlu Al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-Marifat, tt).
Rossidy Imron, Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-
Qur’an, (Malang: UIN Malang Press, 2008), 39
Sadjiman, Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain, (Yogyakarta: Arti
Bumi
Intaran, 2005).
Said Hawwa, al-Asas fi Tafsîr, (Mesir: Dar as-Salam, 1999), Juz.
Ke-2
Samovar Larry A. dan Ricard E. Porter, Communication Between
Culture, (Belmont California: Wadsworth, 1991).
Sanjaya I ketut, M. A, Pengantar Sejarah Jepang, (Depok:
FSUI,
2001).
Sadjiman, Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain, (Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran, 2005). Sadi Ibnu, Taisiru al-Karîm ar-Rahmân, fi
Tafsîr kalâm al-Mannan,
(Beirut: Dar Ibnu Jauzi, tt). Santa Ulitua Gabriella Hutauruk,
pengaruh efek warna netral di
ruang baca dewasa terhadap psikologi pengunjung bapusida jawa
barat,
Jurnal E-Proceeding of Art & Design: vol. 3, no. 3, desember
2016
Sarwono Jonathan, Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif,
(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,2006), cet. ke.1
Shanqiti,Al, Adwa’ al-Bayan fi Idah al-Qur’an bi al-Qur’an, j.
6,
Jeddah: Majma al-Fiqh al-Islami, 2008), juz
Shihab Alwi, Islam Inklusif: Menuju Terbuka dalam Beragama,
(Bandung: Mizan,1999)
Ulumul Qur’an, Vol. V, (No. 3, 1993)
Shihab Quraish, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qr’an dan Dinamika
Kehidupan Masyarkat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006)
160
Permasalahan Umat (Bandung : Mizan , 2000)
Shihab Quraish, Wawasan Alquran; Tafsir Maudhu’ i atas
Berbagai
Permasalahan Umat (Bandung : Mizan , 2000)
Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir, Syarat , Ketentuan, dan Aturan
yang
Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an,
(Ciputat,
Lentera Hati, 2013)
Hospitalisasi Dengan Aktifitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6
Tahun
Di Ruang Anggrek Rsud Gambiran Kediri”. Jurnal Efektor, Desember
tahun
2014. Nomor 25. Volume 01
Stempel Guide H., Content Analysis, alih bahasa Jalaluddin
Rahmat
dan Arko Kasta, (Bandung: Arai Komunikasi, 1983)
An-Nawawi Imam, Riyadhus Shalihin, terj. Sunarto Achmad,
(Jakarta:Pustaka Amani:1999), jilid 1
Syukur Abdul, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, (Jakarta:
Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2008)
(Bandung.Dzikra,2004), cet. Ke-1
Taylor Hartman, The Color Code (Kode Warna), (Batam: Interaksara,
2004)
William G Beasley, The Japanese Experience: A Short History
of
Japan. (University of California Press, 1999)
Yahya Harun, kesempurnaan seni warna Ilahi, (Bandung: PT
Syamil
Cipta Media, 2004), cet. Ke-1
Yusufian Hasan, Ahmad Husain. S, Akal dan Wahyu, (Jakarta:
The
Islamic College, 2011), cet. Ke-1
Zahrah Muhammad Abu, Zahratu at-Tafasir, (Mesir: Dar al-Fikri
al-
„Arabi, 1974), Juz, ke. 3.