Vivi anggelia
405100154
LO:1
Anatomy sistem pernafasan atas
Pembagian traktus respiratorius
Berdasarkan anatomi
Saluran pernafasan atas• Nose• Nasal cavity • Pharynx• larynx
Saluran pernafasan bawah• Trachea• Bronkus• paru
Berdasarkan fisiologi
Zona conducting • jaringan di dalam dan luar paru• fungsi: penyaringan,
penghangatan, pelembaban udara pernafasan
• Terdiri dari:– Nose– Nasal cavity– Pharynx– Larynx– Trachea– Bronchi– Bronchioles– Terminal bronchioles
Zona respiratory• Jaringan di dalam paru• Fungsi: pertukaran gas
antara udara dah darah• Terdiri dari:
– Respiratory bronchioles– Alveolar ducts– Alveolar sacs– alveoli
1. Hidung
Fungsi • Respirasi• Penciuman• Filtrasi debu• Menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk
• Muara sinus paranasal dan ductus nasolacrimlais
Terdiri atas 2 bagian• External nose• Internal nose/ nasal cavity
1a.Hidung luar
Bagian tulang• Frontal bone/ pars nasalis ossis
frontalis• Nasal bones / os nasale• Maxilla / pars nasalis ossis
frontalis
pars cartilaginosa
• Septal nasal cartilage anterior portion of the nasal septum
• Lateral nasal cartilage inferior of he the nasal bones
• Alar cartilages portion of the wall of the nostrils– Alar major– Alar minor
Hidung luar Radix nasi
Basis nasi
1b.Cavitas nasi• Berbentuk trowongan dari depan ke belakang di
pisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
• Lubang masuk kavum nasi di bagian depan (nares anterior) dan lubang belakang ( nares posterior/ koana) menghubungan cavum nasi dengan nasofaring
• Dilapisi oleh mukosa kecuali vestibulum nasi ( dibelakang nares anterior, yang banyak kelenjar sebasea dan vibrise)
• Mukosa kavtas nasi berhubungan dengan mukosa nasopharynx, sinus paranasal, saccus lacrimalis dan conjuctiva
Batas-batas cavitas nasi
• Anterior nares• Posterior choana• Lateral dibentuk oleh maaxilla dibagian
anterio-inferior, os palatina di posterior dan os ethmoidalis di superior. Terdapat 3 choana nasalis pada dinding lateral
• Atap os nasalis, of frontalis, os ethmoidalis dan os sphenoidalis
• Dasar palatum durum
Mukosa cavitas nasi
• Vestibulum nasi:– Dilapisi kulit dengan rambut kasar
• 2/3 inferior= area respiratorius– Chonca, meatus, septum– Mukoa mengansung kapiler dan epitel saluran nafas
dengan bayak sel goblet– Menghangatkan dan melembabkan udara pernafasan
• 1/3 superior= area olfactorius– Muka berwarna kuning/ epitel olfactorius– Mengandung cabang2 N. olfactorus
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding
• Dinding medial• Dinding lateral• Dinding inferior, dan• Dinding superior
a.Dinding medial hidung
• Merupakan septum nasi, yg dibentuk oleh– Tulang lamina perpendikulairs os.ethomidalis,
vomer, kritas nasalis os maxilla , krista nasalis os palatina
– Tulang rawan kartilago septum/lamina kuadrangulairs dan kolumela
• Septum ini– dilapisi o/ perikondrium pada bagian tulang rawan– di lapisi o/ periosteum pada bagian tulang– dilapisi o/ mukosa hidung pada sisi luarnya
b.Dinding lateral
• Terdapat 4 buah konka– Konka inferior tulang tersendiri yang melekat pada
os maxilla dan labirin etoid– Konka mediamerupakan bagian dari labirin etmoid– Konka superior idem dengan konka media– Konka suprema(rudimeter) idem dengan konka
media
• Diantara konka-konka dan dinding lateral terdapat rongga sempit meatus
4buah konka nasalis
4 meatus • Meatus inferior
– Diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung
– Muara: ductus nasolacrimalis• Meatus medius
– Diantara konka media dengan dinding lateral rongga hidung– Muara : sinus frontalis, maxila dan etmoid anterior dan medius
• Meatus superior– Diantara konka superior dan konka media– Muara: sinus etmoid posterior dan sinus sfenoidalis
• Meatus sphenoethamoidalis– Terletak diatas concha superior– Muara: sinus sphenoidalis
Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)
Komplek ostiomeatel/ KOM• Celah pada dinding lateral hidung yg dibatasi oleh koka
media dan lamina papiasea• Struktur anatomi pembentuk KOM:
– prosesus unsinatus, – infundibulum etmoid, – hiatus semilunaris, – bula etmoid, – agger nasi dan – resesus frontal
• unit fungsional yang merupakantempay ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya dianterior yaitu: sinus maxilla, etmoid anterior dan frontal
KOM
Vaskularisasi Persarafan Fungsi
Hidung luar A. carotis interna A. ophthalmika A. ethmoidalis anterior
• N. trigeminus• N. olfaktorius• N. Opthalmikus
• Penghidu :Sel pseudo kolumner bertingkat non silia
• Respirasi :Sel pseudo kolumner bertingkat bersilia
Hidung Dalam A. maksilaris internaA. Palatina mayorA. sfenopalatina a. sfenoplatina, a.etmoid anterior dan posterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor plexus kiesselbach
PEMBEDA S MAXILLARIS S FRONTALIS S SPHENOIDALIS
S ETHMOIDALIS
LETAK Dalam corpus maxillaris
Dalam os frontale; dipisahkan oleh septum tulang (sering menyimpang dari bidang median)
Dalam corpus ossis sphenoidalis
Dalam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita
MUARA Dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris
Dalam meatus nasi medius melalui infundibulum
Dalam recessus sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superior
Anterior : dalam infundibulumMedia : dalam meatus nasi medius, pada atau diatas bulla ethmoidalisPosterior : meatus nasi superior
PERSARAFAN MEMBRAN MUCOSA
n. Alveolaris superior dan n. Infraorbitalis
n. Supraorbitalis
n. Ethmoidalis posterior
n. Ethmoidalis anterior dan posterior
Sinus Maksilaris Sinus Ethmoidalis
Sinus frontalis Sinus sfenoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.
Terbentuk pada usia fetus bulan IV
Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
Terbentuk pada fetus usia bulan IIITerletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.
Sinus terbesar (15 cc pada org dewasa)
Volume pada orang dewasa ± 7cc, bermuara ke infundibulum
Berhubungan dengan :Cavum orbita, Gigi, Ductus nasolakrimalis,
Berhubungan dengan :•Fossa cranii anteriorOrbita, Nervus Optikus, Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.
Berhubungan dengan :Fossa cranii anteriorOrbita,
Berhubungan dengan :Sinus cavernosusGlandula pituitari, chiasma n.opticum.Tranctus olfactorius.Arteri basillaris brain stem (batang otak)
2. Pharynx
Nasopharynx
Oropharynx
Laryngopharynx
PEMBEDA NASOPHARYNX OROPHARYNX LARYNGOPHARYNX
LETAK Di belakang rongga hidung; di atas palatum molle
Di belakang cavum oris dan terbentang dari pallatum molle sampai ke pinggr atas epigllotis
ATAP Dibentuk corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis
Dibentuk permukaan bawah palatum molle & isthmus pharyngeus
DASAR Dibentuk permukaan atas pallatum molle yang miring
Dibentuk 1/3 posterior lidah (hampir vertikal) dan celah antara lidah dan permukaan anterior apiglottis
DINDING ANTERIOR
Dibentuk apertura nasalis posterior
Terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus oropharynx (isthmus faucium)
Dibentuk aditus laryngis dan membran mucosa yang meliputi permukaan posterior larynx
DINDING POSTERIOR
Membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap
Disokong corpus vertebra cervicalis 2 dan 3
Disokong corpus vertebra cervicalis 3,4,5, dan 6
DINDING LATERAL
Tiap2 sisi punya muara tuba auditiva ke pharynx
Ada arcus palatoglosus & arcus palatopharyngeus
Disokong cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea
KETERANGAN Atap tonsilla pharyngealis; bila m’besar (adenoids) gangguan pendengaran,obstruksi nasal, otitis media
• Terjadi persimpangan antara tractus digestivus dan tractus respiratorius
• Ada tonsila palatina (di fossa tonsillaris) Radang tonsilitis
Ring of waldeyer (jar. Limfoid inkomplit) :tonsilla pharingealis, palatina, lingualis
3. larynx
Fungsi Larynx• Sebagai katup antara tract.respiratorius dengan
tract.digestivus• Pengatur jumlah udara• Vokalisasi • Menghubungkan laryngopharynx dengan trachea• Rangka pembentuk larynx:
– Cartilago thyroidea– Cartilago cricoidea– Epiglotis– Cartilago arytenoidea– Cartilago corniculata– Cartilago cuneiformis
Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)
Cavitas Laryngeus:•Vestibulum laryngis▫Aditus laryngis –plica vestibularis
•Ventriculus laryngis▫Plica vestibularis –plica vocalis
•Cavitas infraglotticum▫Plica vocalis –pinggir caudal
cartilago cricoidea
LO.2
Menjelaskan histologi
Rongga hidungRongga hidungRegio Regio
vestibulvestibulumumRegio Regio
Cavum nasiCavum nasiRegio Regio
OlfaktoriusOlfaktorius
EpitelEpitel
Lam. PropLam. Prop
Berlap. Gepeng +Tanduk
VibrissaeKel. sebaseaKel. sudorifera
Bertgk. torak, siliaSel goblet
Limfosit, Eosinofil, Sel Plasma, Makrofag. Kel. Seromukosa
Idem
Sel olfaktorius
Sel sustentakuler
Sel basal
Kel. Serosa Bowman(Tubulo alv. Bercab.)
bertingkat bersilindris
Mikroskopis :Mikroskopis :
• Epitel bertingkat torak, silia, sel goblet
•Lamina propria tipis
•Kelenjar seromukosa
Nasofaring:Nasofaring:
Hidung Nasofaring Laring
Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia
Orofaring:Orofaring:
Rongga mulut Orafaring Oesofagus
Mikroskopis : Epitel belapis gepeng
Sinus Paranasalis :-Sinus Maksilaris-Sinus Frontalis
-Sinus Etmoidalis-Sinus Sfenoidalis
TRAKEATRAKEABR. INTRABR. INTRA
PULM.PULM.BRONKIOLUSBRONKIOLUS
TN. MUKOSATN. MUKOSA
bertingkatTorak
++
-(LEI)
++++
bertingkatTorak
+++
++++
bertingkatTorak
+++
-+++
bertingkatTorak
+++
---+
Tl. RawanKel. SeromukosaLimfonodusOtot polos
TN. SUBMUKOSATN. SUBMUKOSA
SiliaSel gobletTn. Musk. Muk.
Epitel
BR.BR.TERMINALTERMINAL
BronkiolusBronkiolusTerminalTerminal
BronkiolusBronkiolusRespiratoriusRespiratorius
DuktusDuktusAlveolaAlveola
risrisAlveoliAlveoli
TN. MUKOSATN. MUKOSA
Selapis torak
rendah
+
-
+
-
-
-
+
Selapis
kubis
+
-
+
-
-
-
+
Selapis
Kubis+Alv
-
-
+
-
-
-
+
Pulm.
Sac.
-
-
-
-
-
-
+
SokusSokusAlveola Alveola
risris
Alveol.
-
-
-
-
-
-
-
Gepen
g,
Alv.
-
-
-
-
-
-
-
Tl. Rawan
Kel.Seromuko
sa
Limfonodus
Otot polos
TN. SUBMUKOSATN. SUBMUKOSA
Silia
Sel goblet
Tn. Musk. Muk.
Epitel
HIDUNG• Bangunan berongga terbagi oleh sekat ditengah
menjadi kanan dan kiri• Masing-masing rongga disusun oleh dinding kaku
tdd atas tilang rawan dan tulang rawan hialin.• Permukaan luar hidung ditutupi kulit yang
memiliki kelenjar sebasea, krlrnjar keringatdan folikel rambut.
• Di bagian vestibulum nasi dilapisi oleh epitel berlapis gepeng, pada bagian respirasi dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet.
ALAT PENGHIDU• Pada setiap puncak rongga hidung terdapat area
berwarna coklat kekuningan disebut daerah olfaktoria / mukosa olfaktoria
• Epitel pada bagian ini adalah bertingkat silindris tanpa sel goblet. Epitel ini disusun oleh 3 jenis sel :– Sel penyokong
• Berbentuk silindris dan tinggi• Lebar dipuncak, sempit didasar• Bag. apikal terdapat mikrovili
– Sel basal• Berbentuk kerucut, kecil, berinti lonjong• Dianggap sel induk yang mempu berkembang mjd sel penyokong
– Sel olfaktorius• Tersebar diantara sel penyokong• Inti bulat, terletak lebih ke basal• Berakhir sbg bangunan bulat disebut vesikula olfaktoria• Vesikula silia fila olfaktoria bulbus olfaktorius di otak
LO.3
Fisiologi
Fungsi Utama Respirasi
Menjamin tersedianya O2 bagi kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel-sel
secara terus-menerus
Fungsi tambahan
•Mengeluarkan air dan panas dari dalam tubuh
•Meningkatkan aliran balik vena ( sebagai pompa pernapasan )
•Membantu proses berbicara, bernyanyi dan vokalisasi
•Menjaga keseimbangan asam basa
•Mempertahankan tubuh dari benda-benda asing
•Mengeluarkan , memodifikasi , mengaktifkan / menginaktifkan berbagai
bahan/materi yang melewati sirkulasi pulmonal
•Organ penciuman
Hidung(fungsi pelembab
udara)
1. Udara dihangatkan oleh permukaan konka & septum yang luas, dengan total area 160 cm
2. Udara dilembabkan – hampir lembab sempurna bahkan sebelum udara meninggalkan hidung
3. Udara disaring sebagian
Laring
1. konstriksi dinding pharynx ketika menelan2. memperpendek pharynx & larynx ketika menelan &
bicaraFaring
Memproduksi suara
BronkusLempeng kartilago kecil & melengkung m’pertahankan rigiditas namun memungkinkan pergerakan yg cukup
paru dapat mengembang & mengempis
Trakea
Bronkiolus
Alveoli Pertukaran O2 & CO2
A. Despopoulos et al - Color Atlas of Physiology 5th Ed Thieme 2003
LO1 – AnATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI4 Tahap Respirasi:
• Tahap 1 (ventilasi)– Keluar masuk udara dari paru
pertukaran udara atmosfir & alveoli– Terjadi akibat proses mekanik bernafas
/ ventilasi– Kerja ventilasi bergantung pada
kebutuhan metabolisme uptake O2 dan pengeluar CO2
• Tahap 2 (difusi)– Terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada
alveoli dengan darah di kapiler paru melalui proses difusi
• Tahap 3 (transportasi)– Darah mengangkut O2 dan CO2 antara
paru dengan jaringan tubuh lainnya• Tahap 4
– Pertukaran O2 dan CO2 antara darah dengan sel jaringan secara difusi di sepanjang perdarahan kapiler sistemik
Fungsi respirasi hidung • Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem repirasi melalui
nares anterior, lalu naik ke tas setinggi konka media dan kemudian turun kebawah ke arah nasofaring, aliran udara di hidung ini berbentuk lengkungan /akus.
• Udara yg dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir• Suhu udara yang melalui hidun diatur sehingga berkisar 37
derajat celcius.• Fungsi pengatur suhu pembuluh darag di bawah pitel dan
adanya permukaan konka dn septum yang luas.• Partikel debu, virus bakteri dan jamur yg terhirup bersama udara
akan disaring oleh rambut pada vestibulum nasi, silia, plaut lendir dikeluarkan lewat bersin.
Fungsi penghidu
• Dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
• Partikel bau mencapai daerah tsb dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas kuat
Fungsi fonetik
• Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi sumbatan hidung rinolalia.
• Hidung membantuk proses pembentukan kata-kata. Kata yg dibentuk oleh lidah bibir dan palatum mole.
• Pd pembentukan konsonan (n,m,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.
Reflek nasal
• Mukoa hidung merupakan reseptor reflek yg berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan,
• Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan reflek bersin dan nafas berhenti.
• Rangsangan bau tertentu akan mneyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
REFLEKS PERNAFASAN
• Refleks batuk– Daerah peka pada saluran pernafasan
• Daerah peka perabaan– Laring– Trakea– Bronkus
• Daerah peka rangsangan kimiawi– Bronkus terminalis– alveoli
• Refleks bersin
Rangsangan
Sensor taktil dan kemoreseptor aferen di daerah peka pada sal pernafasan
Nervus vagus
Medula Oblongata
Respon tubuh
• Inspirasi udara ke paru• Epiglotis menutupan glotis• Penutupan pita suara Tekanan dalam alveolus
Otot abdomen dan otot ICS internaKontraksi kuat
Ekspirasi mendadak
Epiglotis dan pita suaraterbuka
Udara cepat melewati bronkus dan trakea
Benda asing keluarREFLEKS
BATUK
REFLEKS
BERSIN
Rangsangan
Reseptor taktil di hidung
Nervus trigeminus
Medula Oblongata
Respon tubuh
• Inspirasi udara ke paru• Epiglotis menutupan glotis• Penutupan pita suara
Tekanan dalam alveolusOtot abdomen dan otot ICS interna
Kontraksi kuat
Ekspirasi mendadak
Epiglotis dan pita suaraTerbuka
Uvula ke bawah
Aliran ekspirasi kuat melaluiRongga mulut dan hidung
Benda asing keluar
Sistem transport mukosilier• sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri, jamur, dan
partikel lain yang terhirup bersama udara.• Efektivitas tergantung kualitas silia & palut lendir.• Palut lendir dihasilkan oleh sel globet pd epitel dan kelenjar seromusinosa
submukosa• Bagian bawah palut lendir tdr dari cairan serosa, mengandung laktoferin,
lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, IgA sekeretorik (s-IgA)• Bagian permukaan tdr dari mukus yg elastis & banyak protein plasma (albumin,
IgG, IgM, faktor komplemen) • Glikoprotein yg dihasilkn sel mukus utk pertahanan lokal bersifat
antimikrobial• IgA mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dgn mengikat antigen pada
lumen sal.napas• IgG memicu reaksi inflamasi bila terpajan dengan antigen bakteri
Sistem transport mukosilier
Sinus maxillaris• Sistem transport mukosiliar menggerakkan sekret
sepanjang dinidng anterior, medial, posterior dan lateral serta atap rongga sinus gambaran halo/ bintang yang mengarah ke ostium alamiah
• Setinggi ostium sekret akan lebih kental tetapi drenasenya lebih cepat untuk mecegah tekanan negatif dan berkembangnya infeksi.
• Kerusakan mukosa yg ringan tidak akan menghentikan atau mengubah transport sekret.
Sistem transport mukosilierSinus frontal• Mengikuti gerakan spiral• Sekret berjalan menuju septum interfrontal,
kemudian keatap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior dan posterior menuju resesus frontal.
• Gerakan spiral meuju ke ostiumny yg terjadi pada sinus sfenoid, sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan rektilinear jika ostium terletak didasar sinus
Sistem transport mukosilier• Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar transport mukosilier.• Rute 1 gabungan sekresi sinus frontal, maxilla dan etmoid
anteriordi infundibulum etmoid tepi bebas prosessus unsinatus dan sepanjang dinding medial konka inferior nasofaring melewati bagian antero-inferior orifisium tuba eustachius.
• Trasport aktif berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pd nasofaring, selanjutny jatuh kebawah dibantu oleh gaya gravitasi dan menelan
• Rute2 gabunag sekresi sinus etmoid posterior dan sfenoid ysng bertemu di resesus sfenoetmoid dan menuju nasofaring pd bagian postero-superior orifisium tuba eutachius.
• Sekret yg berasal dari meatus sup dan septum bergabung dengan rute 1.
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : •Iritasi mukosa hidung refleks bersin dan nafas terhenti. •Rangsang bau tertentu sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
Sistem imun pada traktus respiratorius
Bersin Keluarnya udara semi otonom
yang terjadi dengan keras lewat hidung dan mulut
Kecepatan udara sampai 70 m/detik (250 km/jam)
Bersin dapat menyebarkan penyakit lewat butir-butir air yang terinfeksi yang diameternya antara 0,5 hingga 5 µm
Sekali bersin dapat hasilkan + 40.000 butir air seperti itu
Mekanisme Bersin Bersin mungkin disebabkan o.k ada sesuatu yang telah
mengiritasi atau merangsang bagian dalam hidung Rangsangan impuls dikirim oleh N.V (Trigeminus) medula
oblongata pusat bersin mengirimkan stimulus ke semua otot terkait (otot2 abdomen, otot2 dada, diafragma, otot2 yg mengatur vokalisasi, otot2 di belakang tenggorokan, dan otot2 kelopak mata) bersin
Contoh-contoh iritan : Debu Udara dingin Bubuk merica Bulu binatang Polen
Sistem imun pada traktus respiratorius
• Pada sistem imun terdapat sekelompok sel heterogen yang disebut antigen presenting cells (APC), yaitu: dendritic cell, makrofag, dan sel B. Dendritic cell akan membawa antigen dari jaringan perifer ke limfonoduli sehingga akan berinteraksi dengan reseptor pada sel T helper (CD4+).18 Apabila terjadi invasi bakteri, protozoa intraseluler atau virus maka dendritic cell meningkatkan produksi IL-12. Produksi IL-12 oleh dendritic cell ini membantu sel Th0 (naïve Th cell) berkembang menjadi sel subset Th1, sebaliknya kurangnya rangsangan dari IL-12 atau adanya prostaglandin E2 (PGE2) akan mendorong perkembangan ke arah sel subset Th2.
• Alergen misalnya serbuk bunga, antigen dari serbuk bunga yang masuk ke mukosa hidung akan diproses oleh antigen presenting cell (APC) dan dipresentasikan pada sel Th (pada penderita alergi adalah sel T helper 2). Sel Th2 yang teraktivasi akan melepaskan sitokin IL-4 dan IL-13 (homolog IL-4) yang menimbulkan reaksi isotype switching IgG menjadi IgE pada sel B.
• Pada paparan ulang, alergen akan berikatan dengan IgE spesifik pada membran mastosit dan menimbulkan degranulasi mastosit yang akan melepaskan beberapa mediator, histamin, prostaglandin dan leukotrien yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi pada hidung, kulit dan paru.
Vander - Human Physiology - The Mechanism of Body Function, 8th ed (McGraw-Hill 2001)
HistamineLeukotriensSRSA (slow-reacting
substance of anaphylaxis)
Sistem imun pada traktus respiratorius
Allergy
Rhinitis Alergi
Rhinitis adalah respon peradangan pada lapisan membran hidung dan dapat berlangsung akut atau kronis
Ear, Nose, and Throat, and Head and Neck Surgery, 3rd ed., Dhillon R.S, East C.A., Churchil Livingstone, Elsevier, 2006.
Rhinitis
Non-allergic Allergic
Acute & chronic
infections
Non infective:
Drugs, irritants,
hormonal, idiopathic
Seasonal allergens
Perennial allergens Occupational
PollenGrassesWeeds
House dustDust mite
Animal danderFeather
WheatEggsMilkNuts
Etiologi:• Inhalasi
– Pollen– Rumput dan alang-alang– Debu– Dust mite– Bulu binatang(liur/protein)
• Ingestion– Gandum , terigu (gluten)– Telur– Susu– Kacang, etc
Rhinitis Non alergikaDefinisi• Rhinitis Non-Alergika adalah suatu peradangan pada
selaput lendir hidung tanpa latar belakang alergi.
Klasifikasi Rhinitis infeksiosa
Virus Bakteri
Rhinitis Medicamentosa
Rhinitis Hormonal Rhinitis Vasomotor
Etiologi Infeksi akut dan kronis Non-infeksi
Obat / medicametosa Iritan Hormonal Idiopatik rhinitis vasomotor Rhinitis struktural
abnormalitas struktural
Terapi Farmakologi:• Pengobatan rinitis non-alergika berdasarkan penyebabnya: Infeksi
karena virus biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari; sedangkan infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotik.
• Untuk status hipotiroid perbatasan, bisa diberikan ekstrak tiroid. • Rinitis karena kehamilan biasanya akan berakhir pada saat persalinan
tiba. • Untuk mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB
dikurangi atau diganti dengan kontrasepsi lainnya.
Obat-obatan yang bisa diberikan untuk meringankan gejala rinitis: • Obat tetes hidung yang mengandung corticosteroid (untuk
mengurangi peradangan) • Obat tetes hidung yang mengandung simpatomimetik (untuk
mengurangi pembengkakan dan penyumbatan hidung)
• Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).
• Terjadi bilamana suatu antigen merangsang satu dari enam reseptor neurokimia hidung :– Reseptor histamin H1
(menyebabkan bersin, gatal, dan rinore)– Adrenoseptor alfa– Adrenoseptor beta2– Kolinoseptor– Reseptor histamin H2– Reseptor iritan
Epidemiology• Perkiraan tepat tentang prevalensi rhinitis alergi agak sulit 4 – 40%• Ada kecenderungan peningkatan prevalensi rhinitis alergi di AS dan di seluruh
dunia• Penyebab belum bisa dipastikan, tetapi nampaknya ada kaitan dengan
meningkatnya polusi udara, populasidust mite, kurangnya ventilasi di rumah atau kantor, dll.
Etiologi: Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur • Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,
telur, coklat, ikan dan udang • Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
atau sengatan lebah • Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Reaksi yg disebabkan masukan antigen asing ke dalam tubuh
• Respons primer– Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen– Bersifat non spesifik– Bila Ag tidak berhasil seluruhnya hilang respons sekunder
• Respons sekunder– Bersifat spesifik yang mempunyai 3 kemungkinan ialah
sistem umunitas seluler/ humoral/ keduanya.– Bila Ag masih ada resposn tertier
• Respons tertier– Bersifat sementara atau menetap, terganutng dari daya eliminasi Ag
oleh tubuh.
Gell dan coombs, mengklasifikasi reaksi resposn tertier:
• Tipe 1: reaksi anafilaksis/ immediate hypersentitivity
• Tipe 2: reaksi sitotoksik/sitolitik• Tipe 3: rekais kompleks imun• Tipe 4: reaksi tuberkulin/ delayed
hypersenstivity– Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang bnayak
dijumpai dibidang THT adalah TIPE rhinitis alergi
KLASIFIKASIBerdasarkan waktunya, ada 3 golongan rhinitis alergi :
• Seasonal allergic rhinitis (SAR):terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya musim bunga, banyak serbuk sari berterbangan
• Perrenial allergic rhinitis (PAR):terjadi setiap saat dalam setahun penyebab utama: debu, animal dander, jamur, kecoa
• Occupational allergic rhinitis :terkait dengan pekerjaan
Klasifikasi Rhinitis Alergi Menurut Guideline ARIA (2001)
PatofisiologiRhinitis Alergi
• Histamine: pruritis, sneezing, rhinorrhea• Acetylcholine: stimulates glandular secretion
Alergen Dipresentasikan ke sel T helper
APC Th2 Sel B
IgE berikatan dengan FcR Produksi IgE
sel plasma Sel memori
IL-1 IL-4, IL-13
Pelepasan amin vasoaktif
Histamin
Aleregen
Degranulasi sel mast
+
Leukotrin
Cytokines
Kemotaksis
Menyebabnkan congesti nasal dan post nasal drip
-Bersin-Rhinorea
-Gatal
RA
FC
, ter
jadi
sel
ama
10-1
5 m
nt s
elet
ah te
rpaj
an
Late phase, terjadi 4-6 jam setelah sensitisasi awal
Mekanisme reaksi tipe I
Gambaran Klinis:• Bersin berulangkali• Hidung berair (rhinorrhea)• Obstruksi nassal• Tenggorokan, hidung, kerongkongan
gatal• Mata merah, gatal, berair (lacrimasi)• Post-nasal drip
Anamnesis Riwayat penyakit alergi keluarga Gangguan alergi selain hidung, seperti asma, ekzema, urtikaria, atau
sensitivitas obat Waktu terjadi Perubahan lingkungan (tempat tinggal lembab/berdebu, timbul saat
aktivitas di luar rumah) Hewan peliharaan Riwayat pengobatan
Diagnosa 1. Anamnesis
– Bersin, rhinorea, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, mata berair (lakrimasi).
– Pada anak kadang keluhan kurang, keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala.
2. Pemeriksaan fisik– Rinoskopi anterior – tampak mukosa edema, basah, berwarna
pucat disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten tampak hipertrofi mukosa inferior.
– Nasoendoskopi.– Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic
shiner).– Tampak anak menggosok-gosok hidung karena gatal (allergi
salute) lama kelamaan akan timbul garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah (allergic crease).
– Mulut sering terbuka.
– Dinding posterior faring tampak granuler dan edema, dinding lateral faring menebal.gambaran peta.
– Lidah tampak seperti
3. Pemeriksaan penunjang
– In vitro:
• Hitung eoosinofil dalam darah tepi N/↑
• IgE total N
• Sitologi hidung
– Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak alergi inhalan
– Basofil > 5 sel/lap alergi makanan
– Ditemukan sel PMN infeksi bakteri
– In vivo:
• Tes cukit kulit
• Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri
• Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test uji alergi makanan
• Diet eleminasi dan provokasi “Challenge Test”
• Cara skin test :suntikkan ekstrak alergen secara subkutan dan tunggu reaksinya
• Skin prick test : kulit digores dengan jarum steril, ditetesi senyawa alergen lalu tunggu reaksinya
Triple Response of Lewis-Red spot-Wheal-Flare
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Virus, bakteri, atau fungal infeksi • Sinusitis • Rhinitis medicamentosa • Vasomotor rhinitis • Deviasi septum • Bronkitis • Nasal polyps • Rhinitis kronis
DIAGNOSA BANDING
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan rhinitis alergika :1.Menghindari alergen penyebab2.Meningkatkan kondisi tubuh : olah raga,
gizi yg cukup, istirahat cukup, hindari stress.
3.Obati Simtomatik
Algoritma evaluasi dan pengobatan rhinitis alergi
Treatment options for allergic rhinitis adapted from ARIA, 2001.Tipe
Rhinitis Alergi
Pengobatan lini pertama
Pengobatan alternatif/
ditambahkan
Komentar
Beratintermittent
Oral antihistamin, intranasal antihistamin
intranasal decongestan
Penghindaran alergen mungkin dapat mengeliminasi kebutuhan akan obat
Berat Persistent / moderate- severe intermittent
Oral antihistamin, intranasal corticosteroids, intranasal antihistamin
intranasal decongestanSodium cromoglicate
Sodium cromoglicate : antihistamin & corticosteroids sangat berguna sbg alternatif ,terutama pada anak2
moderate- severe Persistent
intranasal corticosteroids
Oral antihistamin, intranasal antihistamin, sodium cromoglicate,Ipratropium bromide,Leukotriene antagonists
Ipratropium bromide berguna utk hidung berair persistent .
Leukotriene antagonists mungkin berguna jika disertai asthma
Agent Inflamation Congestion Rhinorrhea Sneezing Nasal Itch
Ocular Symptom
Antihistamines
1st generation
2nd generation
Topical antihistamines
Decongestants
Intranasal steroids
Oral steroids
Intranasal cromolyn
-
+
+
-
+
+
+
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
Penatalaksanaan Farmakologis
+, some activity; +, good activity
Antihistamin Jenis
Kelas 1 Etanolamin adalah antagonis H1 yang sangat poten dan efektif. Efek samping utama adalah sedasi. ESO saluran cerna yang jarang terjadi.
Kelas 2 Etilendiamin adalah antagonis H1 yang sangat efektif. ESO adalah gangguan saluran cerna.
Kelas 3 Alkilamin merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Lebih jarang menimbulkan sedasi. Tiga dari empat resep yang dibuat dokter serta produk OTC mengandung antihistamin klas 3.
Kelas 4 Piperazin adalah antagonis H1 dengan masa kerja memanjang.
Kelas 5 Fenotiazin adalah antagonis H1 dengan efek sedatif berat.
1. Menghindari pencetus (alergen)• Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus (debu,
serbuk sari, bulu binatang, dll)• Jika perlu, pastikan dengan skin test• Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan
berkebun. Jika harus berkebun, gunakan masker wajah
2. Imunoterapi : terapi desensitisasi
Penatalaksanaan Non farmakologi
Komplikasi• Polip hidung• Otitis media• Sinusitis• Hipertrofi konka• Asma
• Gangguan fisiologis lapisan mukosa hidung yang disebabkan peningkatan aktivitas parasimpatis. Gejalanya mirip dengan rinitis alergi, tetap bukan suatu reaksi alergi atau inflamasi.
• Diagnosa banding : Rinitis Alergi• Etiologi:
– Faktor risiko iritasi asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yg tinggi, bau yg merangsang
– Faktor endokrin kehamilan, pubertas, hipotiroidisme– Faktor psikis cemas dan tegang– Neurogenik (disfungsi sistem otonom)– Trauma– Nitrit Oksida– Obat-obatan yang menghambat kerja saraf simpatis ergotamin,
klorpromazin, obat antihipertensi, vasokontriktor lokal– Neuropeptida
• Gejala Klinis, dibedakan menjadi 3 golongan :– Golongan bersin (sneezers) antihistamin dan glukokortikosteroid topikal– Golongan rinore (runners) anti kolinergik– Golongan tersumbat (blocker) glukokortikosteroid topikal dan
vasokontriktor oral
• Manifestasi Klinis:– Hidung tersumbat bergantian dr kiri & kanan, tergantung posisi.– Rinorea yg mukus atau serosa– Jarang disertai bersin– Tidak disertai gatal di mata– Gejala memburuk pada pagi hari perubahan suhu.– Berdasarkan gejala, dibedakan atas gol obstruksi dan rinorea
• Diagnosis: pemeriksaan rinoskopi anterior :– edem mukosa hidung– konka bewarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat– di rongga hidung terdapat sekret mukoid– pada gol. Rinorea sekret biasanya serosa dan banyak.
• Tatalaksana:– Menghindari penyebab– Pengobatan simtomatis dekongestan, kortikosteroid– Operasi bedah beku, elektroauter, atau konkotomi konka inferior– Neurektominervus vidianus operasinya susah dan komplikasinya berat.
• Suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokontriktor lokal (tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan,sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap
• Tanda & Gejala– Mengeluh hidung tersumbat terus menerus dan berair– Pada pemeriksan tampak edema/hipertrofi konka dengan
sekret hidung yang berlebihan
Patofisiologi• Pemakaian topikal vasokontriktor hidung fase dilatasi berulang
setelah vasokontriktor gejala obstruksi pasien menggunakan lagi obat tersebut agonis alfra adrenergik tinggi pada mukosa hidung dan penurunan sensitivitas reseptor alfa adrenergic toleransi aktivitas tonus simpatis menghilang vasokontriksi menghilang dilatasi dan kongesti jaringan mukosa rebound congestion
• Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu yang lama adalah : – Silia rusak– Sel goblet berubah ukurannya– Membran basal menebal– Pembuluh darah melebar– Stroma tampak edema– Hipersekresi kelenjar mukus dan perubahan pH sekret hidung– Lapisan submukosa menebal– Lapisan periostium menebal
Tatalaksana• Hentikan pemakaian obat tetes atau semprot
vasokontriktor hidung• Untuk mengatasi sumbatan berulang
kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan dosis diturunkan secara bertahap dengan menurunkan dosis sebanyak 5 mg/hari, dapat juga pemberian kortikosteroid topikal selama 2 minggu untuk mengembalikan proses fisiologik mukosa hidung
• Dekongestan oral
• Penyakit virus common cold, flu• Penyebab : rhinovirus, myxovirus, ECHO virus,
Coxsackie virus• Sangat menular dan bergejala akibat penurunan
kekebalan tubuh• Stadium prodormal beberapa jam rasa panas,
kering, gatal di hidung, bersin berulang, hidung tersumbat, ingus encer, demam, nyeri kepala, mukosa hidung merah dan bengkak, ingus bisa menjadi mukopurulen (infeksi sekunder bakteri)
• Terapi : istirahat, obat simtomatis (analgetika, antipiretika, dekongestan, antibiotik jika ada infeksi bakteri)
• Atropi progresif mukosa dan tulang• Mukosa berubah jadi kubik, gepeng Silia hilang
Kelenjar degenerasi• Penyebab : belum diketahui
– Ditemukan terutama Klepsiella, juga terdapat Streptococcus, Staphylococcus, Pseudomonas
– Sinusitis– Defisiensi Fe– Hormonal– Penyakit kolagen– Defisiensi vitamin A
• Gejala– Krusta– Ingus kental– Cephalgi– Hipostomia, anosmia– Nasal obstruksi
• Klinis– Cavum nasi lapang– Mukosa tipis, atropi
Terapi Cari penyebab
hilangkan Test resitensi
antibiotik Obat cuci hidung R/ : Na Cl NH4Cl NaHCO3 Aqua ad 300 cc Operatif
• Penyebab : Treponema pallidum• Gejala:
–Primer dan sekunder mirip rhinitis lain + bercak/bintik pada mukosa
–Tersier : gumma atau ulkus• Pemeriksaan klinis : krusta + sekret mukopurulen
berbau, perforasi septum/hidung pelana• Diagnosis : pemeriksaan mikrobiologik dan biopsi• Pengobatan : penicilin + cuci hidung
• Kejadian infeksi tuberkulosa extrapulmoner• Berbentuk noduler atau ulkus perforasi• Pemeriksaan klinis mukopurulen dan krusta hidung tersumbat
• Diagnosis ditemukan BTA (+) pada sekret hidung
• Pemeriksaan histopatolgi sel datia Langhans dan limfositosis
• Pengobatan :–Anti TBC–Obat cuci hidung
• Dapat terjadi bersama sinusitis invasif dan non invasif • Tipe noninvasif menyerupai rinolith, tidak terjadi destruksi kartilago
dan tulang• Tipe invasif ditemukan hifa jamur pada lamina propia perforasi
septum dan hidung pelana• Menentukan Jamur peyebab pemeriksaan histopatologi• Pemeriksaan hidung sekret mukopurulen, mungkin ada ulkus atau
perforasi pada septum + jaringan nekrotik berwarna kehitaman• Penatalaksanaan :
– Invasif : eradikasi agen dengan anti jamur oral dan topikal– Noninvasif : mengangkat seluruh bola jamur, debridement seluruh jaringan,
rekonstruksi
• Penyebab Corynobacterium diphteriae• Dapat terjadi primer (hidung), sekunder (tenggorok), akut
maupun kronik• Dugaan riwayat imunisasi tidak lengkap• Gejala akut demam, toksemia, limfadenitis, paralisis otot
pernafasan, ingus bercampur darah, pseudomembran putih dan mudah berdarah, krusta coklat di nares anterior dan rongga hidung
• Gejala kronik lebih ringan, dapat sembuh sendiri, menular
• Diagnosis periksa kuman dan sekret hidung• Terapi antibiotik, isolasi, ADS
• Sinusitis adalah radang sinus paranasal.• Bila terjadi pada beberapa sinus, disebut
multisinusitis.• Bila mengenai seluruh sinus paranasal, disebut
pansinusitis.
• Yang paling sering terkena adalah sinus maxillaris, kemudian sinus frontalis, ethmoidalis, dan sphenoidalis.
• Hal ini disebabkan karena:– Sinus maxillaris adalah sinus terbesar– Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar– Dasarnya adalah akar gigi sehingga infeksinya dapat
berasal dari infeksi gigi– Ostiumnya terletak di meatus medius, disekitar hiatus
semilunaris yang sempit sehingga sering tersumbat.
Etiologi sinusitisFaktor Predisposisi
Klasifikasi Lama Riwayat
Catatan
akut ≤ 4 minggu ≥ 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 minor atau sekret purulen pada pemeriksaan
Demam atau muka sakit saja tidak mendukung, tanpa adanya gejala ata tanda hidung yang lain.
Sub akut 4-12 minggu Seperti kronik Sembuh sempurna setelah pengobatan yang efektif.
Akut,rekuren ≥ 4 eps.dlm setahun, setiap eps.berlangsung ≥ 7-10 hari
Kronik ≥ 12 minggu ≥ 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan
Muka sakit tidak mendukung, tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain
Klasifikasi Lama Riwayat Catatan
Kronik ≥ 12 minggu ≥ 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan
Muka sakit tidak mendukung, tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain
Eksaserbasi akut pada kronik
Perburukan mendadak dari rhinosinositis kronik, dan kembali ke asal setelah pengobatan
Kriteria gejala RSA menurut AAOA• Gejala mayor : sakit daerah muka, hidung buntu,
ingus purulen/post nasal drip, gangguan penciuman, demam.
• Gejala minor : batuk-batuk, lendir ditenggorok, nyeri kepala, nyeri geraham, halitosis.
RSA dicurigai bila didapatkan 2 gejala mayor atau lebih , atau 1 gejala mayor dan 2 minor.
Patofisiologi
Organ2 yg bentuk KOM
Organ2 yg bentuk KOM Bila edemaBila edema
Mukosa yg berhadapan
bertemu
Mukosa yg berhadapan
bertemu
Silia tak dpt bergerak & ostium
tersumbat
Silia tak dpt bergerak & ostium
tersumbat
Tekanan (-) dlm rongga sinus
Tekanan (-) dlm rongga sinusTransudasi,
mula2 serousTransudasi,
mula2 serous
RINOSINUSITIS non-bacterial
RINOSINUSITIS non-bacterial
Sekret jadi purulenSekret jadi purulen
Inflamasi berlanjuthipoksia
Bakteri anaerob berkembang
Mukosa makin bengkak
Rantai siklus terus berputar
Mukosa jd kronik
Hipertrofi, polipoid
RINOSINUSITIS Akut
Bacterial
Sembuh tnp
pengobatan
Perlu terapi antibiotik
menetap
Tak
berhasil
Operasi
• Mempercepat penyembuhan• Mencegah komplikasi• Mencegah perubahan menjadi kronik
• Prinsip pengobatan: membuka sumbatan di kompleks osteo-meatal memperbaiki drainase dan ventilasi sinus secara alami
• Virus, bakteri, atau jamur.• Kuman yang tersering adalah Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae (70% kasus).
• Rinitis akut• Infeksi faring: faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut• Infeksi gigi molar M1, M2, M3 serta premolar P1,
P2• Berenang dan menyelam• Trauma• Barotrauma
• Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk > 7 hari.
• Gejala subjektif:– Demam– Malaise– Hidung tersumbat– Ingus kental kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip) batuk
dan sesak pada anak– Hipoosmia / anosmia– Sakit kepala lebih berat pada pagi hari– Nyeri di daerah sinus yang terkena– Kadang nyeri alih ke tempat lain (referred pain).
• Gejala obyektif: tampak pembengkakan di daerah muka.
• Pada rinoskopi anterior: mukosa konka hiperemis dan edema.
SINUSITIS MAXILLARIS
SINUSITIS ETHMOIDALIS
SINUSITIS FRONTALIS
SINUSITIS SPHENOIDALIS
LOKASI NYERI UTAMA
Di bawah kelopak mata, pipi, kadang menyebar ke alvelolus hingga terasa di gigi
Di pangkal hidung dan kantus medius, kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya
Terlokalisasi di dahi atau seluruh kepala
Di verteks, oksipital, retro orbital, dan sphenoid
LOKASI NYERI ALIH
Gigi, dahi dan daun telinga
pelipis
GEJALA OBYEKTIF
Pembengkakkan di pipi dan kelopak mata bawah
Jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi
Pembengkakkan di dahi dan kelopak mata atas
RINOSKOPI ANTERIOR
Tampak mukopus di meatus medius
(pada sinusitis ethmoidalis posterior sama seperti pada sinusitis sphenoidalis)
Tampak nanah keluar dari meatus superior
• Pemeriksaan termudah: transiluminasi. Berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan menghindari bahaya radiasi pada wanita hamil. Bermakna bila hanya salah satu sisi sinus yang sakit. Dilakukan untuk sinus maxillaris dan frontalis.
• Pemeriksaan foto Rö: posisi Waters, PA, dan lateral. Sinusitis akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa dan gambaran air fluid level.
• Pemeriksaan kultur kuman dan uji resistensi dari sekret rongga hidung.
• Rinitis atrofi• Ca hidung• Benda asing di rongga hidung
• Terapi medikamentosa:– Antibiotik selama 10-14 hari (dapat diperpanjang sampai
semua gejala hilang)• Amoxicillin , ampisilin, erhythromycin, sefaklor monohidrat, asetil
sefuroksim, trimethoprim-sulfametoksazol, amoxicillin -asam klavulanat, klaritromisin.
• Jika dalam 24-72 jam tidak ada perbaikan klinis, diganti dengan antibiotik untuk kuman penghasil β–laktamase: amoxicillin atau ampisilin + asam klavulanat.
• Dekongestan hidung memperlancar drainase sinus.
–Dapat diberikan sistemik maupun topikal.–Khusus topikal dibatasi 5 hari menghindari
terjadinya rinitis medikamentosa.–Dekongestan sistemik yang sering digunakan:
pseudoefedrin, fenilpropanolamin• Irigasi nasal dengan NaCl membantu
pemindahan sekret kental dari sinus ke rongga hidung.
• Pemberian antihistamin tidak dianjurkan pada sinusitis akut purulen mengentalkan sekret dan menghambat drainase sinus.
• Analgesik menghilangkan nyeri• Mukolitik mengencerkan sekret, kerja silia,
merangsang fibrinolisis.• Steroid intranasal (beklometason, flunisolid,
triamnisolon) mengurangi edema di daerah kompleks osteo-meatal (terutama bila dicetuskan oleh alergi)
• Sama dengan sinusitis akut, hanya tanda-tanda akutnya sudah reda.
• Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di nasofaring.
Transiluminasi sinus yang sakit tampak suram atau gelap.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Antibiotik spektrum luas / spesifik selama 10-14 hari• Obat simptomatis: dekongestan lokal (tetes hidung)• Analgesik• Antihistamin• Mukolitik• Diatermi memperbaiki vaskularisasi sinus• Jika belum membaik, lakukan pencucian sinus.• Operasi koreksi septum• Pengangkatan polip• Konkotomi
• Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik silia rusak perubahan mukosa hidung rentan terhadap infeksi.
• Terdapat edema konka mengganggu drainase sekret silia rusak.
• Gejala hidung dan nasofaring: sekret di hidung dan nasofaring (post nasal drip) batuk kronik.
• Gejala faring: rasa tidak nyaman di tenggorokan.• Gejala telinga: gangguan pendengaran akibat
sumbatan tuba Eustachius.• Nyeri kepala: pada pagi hari, berkurang pada
siang hari.• Gejala mata: akibat penjalaran infeksi melalui
ductus nasolacrimalis.
• Gejala gangguan napas: batuk, kadang komplikasi di paru (sino-bronkitis), serangan asma meningkat.
• Gejala GIT: gastroenteritis• Hasil pemeriksaan klinis: tidak seberat sinusitis
akut (tidak terdapat pembengkakkan di muka).• Rinoskopi anterior: sekret kental purulen dari
meatus medius atau meatus superior.• Rinoskopi posterior: sekret purulen di nasofaring
atau turun ke tenggorokan.
• Pemeriksaan mikrobiologik: infeksi campuran.• Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maxillaris dan
sinus frontalis.• Rö• Pungsi sinus maxillaris• Sinuskopi sinus maxillaris• Pemeriksaan histopatologi• Nasoendoskopi meatus medius dan meatus superior.• Tomografi komputer (untuk evaluasi sinusitis kronik
yang tidak membaik dengan terapi, sinusitis dengan komplikasi, evaluasi pre operatif, dugaan keganasan)
• MRI (membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan perluasan intrakranialnya)
http://www.5min.com/Video/Rhinoscopy-Travel-Through-The-Nose-114223399
FIGURE 2. Nasal endoscopic view of pus emanating from the hiatus semilunaris (H) located just behind the uncinate process (U) in the "middle meatus" lateral to the anterior end of the middle turbinate (T) in a patient with ethmoid rhinosinusitis (S = septum).
• Pungsi atau antrostomi dan irigasi untuk sinusitis maxillaris memperbaiki drainase dan pembersihan sekret
• Pencucian Proetz untuk sinusitis frontalis, ethmoidalis, dan sphenoidalis.
• Bila dalam 5-6x tidak ada perbaikan klinis: lakukan operasi radikal
• Pada sinusitis frontalis: osteomielitis dan abses superiostal
• Pada sinusitis maxillaris: fistula oroantral• Pada sinusitis ethmoid: kelainan orbita
– Edema palpebra– Selulitis orbita– Abses orbita– Trombosis sinus kavernosus
• Kelainan intrakranial: meningitis, abses otak• Kelainan paru: bronkitis kronik, bronkiektasis, asma
bronkial
KOMPLIKASI SINUSITIS• Kelainan orbita disebabkan o/ sinus paranasal yg
berdekatan dgn mata (orbita).• Kelainan intrakranial berupa meningitis, abses
ekstradural/subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.
• Osteomielitis dan abses subperiostal paling sering timbul akibat sinusitis frontal & biasanya ditemukan pd anak2.
• Kelainan paru bronkitis kronik dan bronkiektasis.– Adanya kelainan sinus paranasal disertai dgn kelainan paru
ini sinobronkitis.
Pada
sin
usiti
s kr
onik
Pada
sin
usiti
s kr
onik
Pada
sin
usiti
s ak
utPa
da s
inus
itis
akut
Prognosis sinusitis
• Prognosis sinusitis akut baik sekali, 70% pasien sembuh tanpa pengobatan.
• Jika disebabkan kelainan anatomic, dapat dilakukan operasi dengan prognosis baik.
Top Related