VI. VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MINERAL
6.1 Valuasi Kelayakan Finansial
Valuasi ekonomi mineral dilakukan untuk mengetahui prospek mineral
yang ada di wilayah studi. Tabel 44 mendeskripsikan wilayah-wilayah yang
memilki potensi cadangan dan mineralisasi yaitu porphiry Cu-Au, epitermal AU-
AG-Cu dan epitermal Au-Ag yang telah didetilkan penelitian eksplorasinya yaitu
daerah Sungai Mak dan Cabang Kiri. Potensi di wilayah lain sedang dalam
perencanaan penelitian eksplorasi dan meskipun kegiatan eksplorasi ini tidak jauh
dari kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) di wilayah Motomboto dan Desa
Bangio, namun belum pernah ada konflik yang terjadi.
Tabel 44 Prospek Mineralisasi Kecamatan Tombulilato
LOKASI POTENSI MINERALISASI
Wilayah Konsesi
Kontrak Karya PT
Gorontalo Minerals
Porphyry Cu – Au
Cabang Kiri East
Sungai Mak
Kayubulan
Cabang Kanan
Gunung Lintah
Epithermal Au – Ag –
Cu
Tulabolo
Main Motomboto
East Motomboto
West Motomboto
Mohutango
Wilayah konsesi Ephitermal Au – Ag
Kaindundu
Mamungaa
Mootayu
Sumber: Olahan Data PT Gorontalo Minerals
Pada umumnya setiap valuasi ekonomi untuk suatu sektor usaha dilakukan
tidak lepas dari aspek perspektif manajemen. Asumsi apa yang akan terjadi bila
usaha ini diputuskan untuk dikerjakan dan bagaimana kita meresponnya adalah
dua pertanyaan yang selalu muncul untuk dijawab baik secara konsepsi maupun
dari aspek terapan dan umpan baliknya terhadap suatu usaha. Oleh karena itu
metode valuasi ekonomi harus mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang dan strategi apa yang harus disiapkan untuk
132
menghadapinya serta tujuan dari memilih alternatif untuk memaksimalkan value.
Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam melakukan perhitungan asset
pertambangan diantaranya:
Manajemen selalu diperhadapkan oleh suatu pengelolaan usaha
pertambangan dengan dihantui oleh ketidakpastian.
Bila demikian pendekatan apa yang seharusnya dilakukan untuk menilai
suatu proyek pertambangan?
Adakah infomasi pasar dari lembaga resmi yang menjadi pedoman
manajemen untuk menjual produk berbasis pertambangan?
Persoalan ini relatif dialami oleh manajemen PT Gorontalo Minerals untuk
melakukan perhitungan dan penilaian cadangan tambang baik dari aspek teknis
seperti hasil penelitian eksplorasi dan aspek non-teknis terkait. Hal tersebut terkait
dengan kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang belum tentu dapat
digeneralisir dengan aspek teknis dan non-teknis yang berlaku di perusahaan
pertambangan yang lain. Akibatnya ada perbedan dalam pendekatan keputusan
manajemen.
Nilai waktu (time value) yang digunakan di awal penelitian sampai masuk
pada perhitungan cadangan sangat tergantung pada data yang diperoleh di lokasi
sangat krusial karena terkait dengan nilai waktu itu sendiri yang semakin hari
semakin naik nilainya. Data yang sangat dibutuhkan dalam studi ekonomi yaitu
adanya hasil kajian prospek cadangan tembaga, emas dan perak di wilayah
konsesi PT Gorontalo Minerals (PT.GM). Selain dilakukan studi berdasarkan
aspek-aspek teknis juga dilakukan studi berdasarkan aspek finansial dan
keekonomian. Analisis keekonomian dilakukan berdasarkan skenario rencana
penambangan dan produksi tahunan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
pada bab perencanaan tambang.
Adapun hasil kajian teknis yang wajib disusun oleh perusahaan dalam
rangka mendukung operasi tambang meliputi aspek konstruksi maupun aspek
produksi yang meliputi, aspek geologi, penambangan, pengolahan tembaga-emas
serta kajian mengenai transportasi (baik konsentrat maupun tailing). Aspek-aspek
lain yang berkaitan dengan analisis keekonomian seperti discount rate, eskalasi
133
harga dan biaya dan nilai tukar valas. Oleh karena itu besarnya nilai investasi serta
biaya operasi yang diperlukan maka analisis ini digunakan indikator-indikator
umum yang diperoleh dari operasi penambangan lainnya yang sejenis. Aliran kas
prospek cadangan tembaga-emas PT.GM disimulasi berdasarkan rencana
penambangan tembaga-emas dengan metode tambang bawah tanah yang
direncanakan akan berjalan selama 30 tahun. Kemudian dilanjutkan dengan
simulasi tambang terbuka selama 22 tahun yang dimulai setelah tambang bawah
tanah beroperasi sampai tahun ke 9, dengan umur tambang secara keseluruhan
adalah 30 tahun.
Asumsi operasi penambangan yang akan digunakan adalah metode
tambang bawah tanah dan tambang terbuka dengan rencana produksi masing-
masing 15.000 tpd untuk tambang bawah tanah dan 15.000 tpd untuk tambang
terbuka dengan 365 hari kerja selama satu tahun. Kegiatan penambangan dimulai
dengan operasi tambang terbuka. Pada tambang terbuka, di tahun-tahun awal
tingkat produksi tembaga-emas PT.GM diasumsikan terus ditingkatkan hingga
mencapai target produksi maksimum sebesar 15.000 pada tahun ke-3 dan konstan
sampai tahun ke-30. Produksi pada tahun ke-1 adalah 25 persen dari 15.000 tpd
atau sama dengan 3.750 tpd. Sedangkan produksi tahun ke-2 adalah 75 persen dari
rencana produksi maksimum atau sebesar 11.250 tpd.
Sementara itu, tambang bawah tanah mulai dikembangkan setelah
tambang terbuka mencapai produksi maksimum yaitu tahun ke-4. Dengan masa
pengembangan selama 3 tahun, tambang bawah tanah mulai dioperasikan pada
tahun ke-7 dengan produksi awal sebesar 33 persen dari 15.000 tpd atau sama
dengan 5.000 tpd. Produksi pada tahun ke-8 adalah 66 persen dari rencana
produksi maksimum atau sebesar 10.000 tpd dan produksi maksimum dicapai
pada tahun ke-9 sampai dengan tambang berakhir di tahun 30 sebesar 15.000 tpd.
Analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan konsep aliran kas
diskonto. Beberapa komponen dasar yang digunakan untuk analisis keekonomian
antara lain biaya kapital, biaya produksi dan jumlah produksi tembaga-emas.
Indikator utama yang digunakan untuk menentukan kelayakan rencana produksi
tembaga-emas adalah Net Present Value (NPV). NPV yang bernilai positif
menunjukkan bahwa rencana penambangan tembaga-emas PT.GM layak secara
134
ekonomi. Indikator lain yang juga dapat digunakan untuk menentukan kelayakan
adalah Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP).
Mengingat terjadinya fluktuasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi
kelayakan ekonomi, pengambilan keputusan perlu didukung oleh analisis
sensitivitas atas indikator-indikator tersebut. Dengan analisis sensitivitas dapat
diketahui pengaruh faktor-faktor seperti harga dan biaya operasi terhadap nilai
NPVserta parameter mana yang paling sensitif terhadap perubahan. Dengan
adanya kegiatan produksi tembaga-emas oleh PT.GM, secara tidak langsung
Pemerintah Pusat maupun Pemda setempat akan mendapatkan keuntungan
melalui royalty dan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Nominal royalty dan
pajak yang akan diterima oleh pemerintah ditunjukkan secara kuantitatif pada
proyeksi aliran kas.
6.1.1 Biaya Kapital
Faktor ketersediaan modal yang diperlukan untuk membiayai investasi-
investasi berkenaan dengan rencana produksi tembaga dan emas oleh perusahaan.
Dimana sampai saat ini perusahaan masih berada pada tahap penelitian dalam
rangka memperoleh data yang lebih akurat dan sesuai dengan rencana kerja.
Perusahaan akan mulai masuk pada tahap Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) setelah itu akan dilanjutkan ke tahap konstruksi infrastruktur dan
bangunan tambang. Nantinya akan sampai pada tahap kegiatan operasional atau
kegiatan produksi pada wilayah Kuasa Pertambangan yang mereka miliki akan
berjalan sesuai dengan aturan dan mekanisme perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu sebelum memulai kegiatan produksi, PT.GM harus
menyiapkan infrastruktur dan sarana prasarana penunjang seperti misalnya akses
jalan, kantor, asrama (mess), fasilitas pengolahan, dsb. Biaya kapital yang
diperlukan untuk penambangan pada wilayah konsesi PT.GM mencakup biaya
perijinan, kompensasi untuk struktur dan bangunan yang digunakan, Processing
plant, Biaya konstruksi jalan, biaya tailing pond, konstruksi jetty, explorasi dan
biaya lainnya.
Biaya kapital yang diperlukan oleh perusahaan untuk memulai produksi
tembaga-emas dan perak diperkirakan dengan melakukan pendekatan unit cost
135
method. Pada metode tersebut, biaya kapital untuk kegiatan penambangan
diperbandingkan atau asumsi umum yang dilakukan terhadap beberapa proyek
penambangan sejenis (sesuai dengan metode penambangan yang diterapkan).
Selain itu juga mempertimbangkan metode tersebut dengan memperhatikan
faktor-faktor non teknis dilapangan seperti faktor geopolitik di wilayah sekitar dan
faktor isu lingkungan yang selalu diidentikan dengan kegiatan pertambangan.
Dari pengumpulan dan evaluasi data pada beberapa tambang tembaga-
emas yang telah beroperasi, dapat diketahui bahwa unit biaya kapital untuk
penambangan tembaga-emas dengan metode tambang terbuka sebesar USD
12,500 tpd. Sedangkan unit biaya kapital untuk penambangan tembaga-emas
dengan metode tambang bawah tanah sebesar USD 17,500 tpd. Dengan kedua unit
biaya kapital tersebut, diturunkan perkiraan biaya yang dibutuhkan oleh
PT.Gorontalo Minerals untuk mencapai tingkat produksi maksimum sebesar
15.000 tpd seperti ditunjukkan pada Tabel 45.
Perhitungan yang membutuhkan dukungan data akurat yaitu di saat fase
konstruksi akan dimulai. Hal ini penting karena data mengenai karakter atau sifat
cadangan yang akan diproduksi diasumsikan telah melalui pengujian tahap
sebelumnya yaitu tahap penelitian eksplorasi. Adapun biaya capital tersebut
dikeluarkan berdasarkan lamanya waktu pembangunan (developmenent) tambang
bawah tanah (grounded mining) dan tambang terbuka (open pit).
Pada tambang bawah tanah rencana pembangunan dilakukan selama enam
tahun, sementara tambang terbuka development dilakukan selama tiga tahun.
Jadwal Investasi tambang bawah tanah dibagi kedalam enam tahap, yaitu pada
tahun ke -5 sebesar 50 persen dari total biaya kapital dan sebesar 50 persen dibagi
merata selama tahun ke -4 – 0. Sementara untuk investasi tambang terbuka juga
akan dilakukan dalam tiga tahap, sebesar 33 persen dari total biaya modal
tambang terbuka pada tahun ke 6 dan sisanya pada tahun ke 7 dan 8. Rencana
pembiayaan ini sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah terprogram dalam
jadwal kegiatan perusahaan.
136
Tabel 45. Perkiraan Biaya Kapital PT. Gorontalo Minerals
CAPEX
Underground
Daily Ore Production 15,000 Ton
Average CAPEX 17500 USD/tpd
Estimated CAPEX 262,500,000 USD
Open Pit
Yearly Ore Production 15,000 Ton
Average CAPEX 12500 USD/tpd
Estimated CAPEX 187,500,000 USD
Total Estimated 450,000,000 USD
Sumber: Olahan Data PT Gorontalo Minerals
Biaya modal yang akan digunakan pada fase konstruksi (development)
terbagi menjadi dua jenis, dengan menggunakan data karakter mineral logam yang
akan diproduksi yaitu :
Pertambangan tertutup (under ground mining)
Pertambangan terbuka (open pit mining)
Kedua jenis tambang ini telah dianalisis asumsi pembiayaaan masing-
masing dimana bila dibandingkan maka pembiayaan yang paling banyak yaitu
pada model penambangan tertutup. Meskipun biaya tersebut diasumsikan akan
digunakan pada tahun ke 4 yaitu $ 52,500,000 atau 20 persen dari total biaya
kapital, namun pada tahun kelima biaya kapital yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan yaitu $ 105,000,000, atau 40 persen demikian pula pada tahun ke 6
proyek pembangunan berjalan yaitu $ 105,000,000 atau 40 persen. Meskipun
model penambangan terbuka biaya yang dibutuhkan tidak sebesar biaya kapital
pada penambangan tertutup namun pada tahun pertama biaya yang dibutuhkab
yaitu $ 61,875,000 atau 33 persen dari total pembiayaan, dan pada tahun kedua
dengan nilai yang sama yaitu $ 61,875,000 atau 33 persen, selanjutnya pada tahun
ke 3 biaya yang diperlukan yaitu $ 63,750,000. Sehingga waktu pembiayaan yaitu
selama 6 tahun.
137
Tabel 46. Prosentase Biaya Kapital Digunakan Pada Fase Konstruksi
CAPEX
Distribution
Proporsi
Capex
-2
(USD
000)
-1
(USD
000)
0
(USD
000)
4
(USD
000)
5
(USD
000)
6
(USD
000)
Develop.
Year 1
(U/G)
20% 52,500
Develop.
Year 2
(U/G)
40% 105,000
Develop.
Year 3
(U/G)
40% 105,000
Develop.
Year 1
(Open Pit)
33% 61,875
Develop.
Year 2
(Open Pit)
33% 61,875
Develop.
Year 3
(Open Pit)
34% 63,750
Capital Cost USD 61,875 61,875 63,750 52,500 105,000 105,000
6.1.2 Modal Kerja
Modal kerja adalah modal yang digunakan oleh perusahaan untuk
melakukan kegiatan operasional dan membayar kewajiban jangka pendek sebelum
perusahaan memperoleh pendapatan dari penjualan melalui pembiayaan sendiri
atau melakukan pinjaman. Namun berdasarkan definisi tersebut modal kerja yang
diperlukan oleh PT.Gorobntalo Minerals meliputi biaya operasional dan
pembayaran kewajiban jangka pendek selama 3 bulan pada tahun pertama
produksi. Hal tersebut perlu dipertimbangkan karena adanya asumsi
ketidakpastian iklim usaha saat ini.
Karena aliran kas dihitung dalam basis tahunan, maka dapat diasumsikan
bahwa PT Gorontalo Minerals tidak memerlukan modal kerja untuk memulai
usahanya. Bila asumsi pembiayaan ini akan digunakan bukan berarti bahwa
manajemen perusahaan tidak memiliki resiko pembiayaan. Keputusan manajemen
untuk memilih membiayai sendiri merupakan keputusan strategis yang telah
138
disepakati di tingkat Dewan Komisaris (shareholder) karena perusahaan ini
adalah perusahaan Perseroan Terbuka (Go Public) yang memiliki tanggung
terhadapa para pemegang saham.
6.2 Model Pembiayaan dan Pendapatan
Secara umum, terdapat beberapa model pembiayaan yang diputuskan oleh
manajemen perusahaan. Diantaranya yaitu keputusan membiayai sendiri atau
keputusan melakukan pinjaman terhadap pihak Bank (Kreditur). Keputusan
pembiayaan sangat dipengaruhi oleh asset yang dimiliki oleh perusahaan karena
motif dari pembiayaan yaitu untuk mengoptimumkan asset yang dimiliki untuk
emningkatkan nilai perusahaan yang akan amsuk adalam arus kas.
Hasil informasi yang diperoleh dari manajemen perusahaan bahwa secara
umum sumber pembiayaan dapat diperoleh dari dua sumber. Pertama yaitu dari
dana perusahaan sendiri atau dari pinjaman, namun dalam perencanaan yang ada
bahwa seluruh pembiayaan untuk investasi diasumsikan diperoleh dari
PT.Gorontalo Minerals sendiri (100 persen equity). Kemampuan perusahaan dapat
meningkatkan kepercayaan diri manajemen yang dapat diharapkan berpengaruh
kepada kinerja perusahaan. Hasil pengamatan bahwa perusahaan ini merupakan
(Holding Company) PT Bumi Resources Minerals yang memiliki empat
Perusahaan Tambang Minerals dan logam yaitu PT. Dairi Minerals, PT Citra Palu
Minerals, PT Gorontalo Minerals dan PT Mauritania Minerals.
6.2.1 Biaya Produksi
Meskipun asumsi yang digunakan dalam biaya produksi adalah murni
diperoleh dari internal perusahaan, tidak berarti semua pembiayaan itu akan
menjadi lebih mudah pelaksanaanya. Hal ini karena keputusan manajemen
perusahaan untuk item ini merupakan hal yang normatif dan strategis.
Sehubungan dengan biaya produksi, dalam analisis investasi pada kegiatan
perusahaan ini menggunakan analisis atau estimasi biaya produksi meliputi biaya
penambangan, biaya pengolahan (mill), biaya G&A dan biaya lain-lain. Dimana
biaya produksi yang diperlukan oleh perusahaan ketika berada pada tahap operasi
produksi tembaga-emas dan perak diperkirakan dengan melakukan perbandingan
139
biaya produksi terhadap beberapa operasi penambangan sejenis. Perincian biaya
operasi yang akan digunakan oleh PT.Gorontalo Minerals dalam aliran kas adalah
sebagai berikut:
- Tambang bawah tanah:
o Biaya penambangan : 1.50 USD/ton ore
o Biaya Pengolahan : 5.20 USD/ton ore
o G&A : 2.00 USD/ton ore
o Biaya lain-lain : 0.34 USD/ton ore (5 persen dari total biaya
penambangan dan pengolahan)
- Tambang terbuka:
o Biaya penambangan : 2.30 USD/ton ore
o Biaya Pengolahan : 5.20 USD/ton ore
o G&A : 2.00 USD/ton ore
o Biaya lain-lain : 0.38 USD/ton ore (5persen dari total biaya
penambangan dan pengolahan)
Nilai mata uang yang digunakan dalam melakukan analisis aliran kas
relatif dipengaruhi oleh negara mana yang dominan menjadi tempat transaksi
tembaga-emas dunia. Adapun analis aliran kas untuk evaluasi rencana produksi
tembaga-emas dan perak pada perusahaan akan dilakukan dengan metode analisis
dollar tereskalasi dimana faktor eskalasi biaya yang digunakan adalah 2 persen per
tahun. Perkiraan biaya dalam jangka panjang ditunjukkan pada (Tabel 41).
Tabel 47. Perkiraan Biaya Operasi
Komponen Biaya Operasi Underground Open Pit Unit
Mine 1.50 2.30 USD/t
Mill 5.20 5.20 USD/t
G&A 2.00 2.00 USD/t
Other 0.34 0.38 USD/t
140
6.2.2 Pendapatan
Analisis aliran kas dalam analisis investasi rencana produksi tembaga-
emas dan perak sangat dipengaruhi oleh perkiraan harga jual produk yang
dihasilkan. Semakin akurat proyeksi dan perkiraan harga jual komoditi dimasa
yang akan datang akan semakin meningkatkan ketepatan perhitungan keuntungan
proyek. Karena hal ini akan sangat mempengaruhi perhitungan analisis investasi
serta penentuan kelayakan proyek. Pengolahan bijih akan menghasilkan tiga
produk yaitu tembaga, emas dan perak. Untuk memperkirakan jumlah pendapatan
yang akan diperoleh dari penjualan ketiga produk tersebut maka digunakan
estimasi harga jual jangka panjang yaitu :
Tembaga : 3.0 USD/lb,
Emas : 1100 USD/oz,
Perak : 14.00 USD/oz.
Faktor eskalasi: 1 persen pertahun
Aspek penting dalam perkiraan pendapatan (revenue) yaitu asumsi dasar
yang digunakan untuk menghitung biaya produksi. Maksudnya adalah bila
cadangan telah terjual maka jumlah cadangan bijih yang menghasilkan logam
dalam jumlah yang cukup untuk menutupi biaya produksi diasumsikan bahwa
produk logam atau biji tersebut dijual dengan harga pasar yang berlaku.
Prosentase bijih yang terjual untuk tembaga, emas dan perak adalah sebagai
berikut:
Tembaga : 96.5 persen,
Emas : 97 persen,
Perak : 90 persen.
6.3. Analisis Kelayakan
Pada analisis ekonomi dan investasi rencana produksi tembaga-emas
PT.Gorontalo Minerals akan dilakukan dengan menggunakan analisis aliran kas
diskonto. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis antara lain:
Discount rate sebesar 10 persen pertahun berdasarkan perhitungan WACC.
141
Pajak sebesar 30 persen, sumber pembiayaan diasumsikan 100 persen
equity.
Royalty untuk setiap produk yaitu tembaga 4.00 persen, emas 3.75 persen,
perak 3.25 persen,
Perhitungan depresiasi dan amortisasi menggunakan metode linear dengan
jangka waktu depresiasi selama 20 tahun.
Asumsi-asumsi lain yang juga digunakan sebagai faktor pengurang dalam
perhitungan pendapatan bersih ditunjukkan dalam Tabel 48.
Adapun informasi tambahan (additional information) terkait dengan
asumsi-asumsi yang berpedoman pada mekanisme pertambangan yang berlaku
saat ini terutama bagaimana menghitung asumsi pendapatan bersih setelah
dikurangi pajak dan royalty serta perhitungan depresiasi dan amortisasi yang
mengasumsikan umur ekonomis dan umur teknis seluruh peralatan mesin yang
dimiliki yaitu 20 tahun. Hal yang menarik pada analisi ekonomi tambang tidak
memasukan faktor bunga bank dalam perhitungan pendapatan bersih karena
pembiayan produksi ini tidak menggunakan biaya atau anggaran pinjaman.
Asumsi untuk perhitungan pendapatan bersih dapat dilihat pada (Tabel 48).
Tabel 48. Asumsi untuk Perhitungan Pendapatan Bersih
Additional Information Value Unit
Copper Sales fee 0.005 USD/lb
Gold Sales fee 1.20 USD/oz
Silver Sales fee 1.20 USD/oz
Copper Refining Charges 0.08 USD/lb
Gold Refining Charges 4.00 USD/oz
Silver Refining Charges 0.30 USD/oz
VAT 10% Percent
Dari data biaya kapital, biaya produksi dan perkiraan pendapatan,
dihasilkan proyeksi aliran kas pertahun. Dimana proyeksi aliran kas dihasilkan
kriteria-kriteria untuk penilaian investasi antara lain IRR (Internal Rate of Return)
142
21.39 persen, NPV (Net Present Value) USD 462.42 juta, PBP (Payback Period)
selama 7.84 tahun. Berdasarkan kriteria-kriteria investasi yang dievaluasi
berdasarkan analisis konstan dollar, dapat disimpulkan bahwa rencana produksi
tembaga-emas PT.GM layak secara ekonomi karena nilai NPV dan IRR
menunjukkan nilai positif. Lebih jelasnya perhitungan ini dapat ditunjukkan pada
Lampiran 3.
Namun demikian nilai keekonomian Proyek ini masih perlu untuk
dipertegas lagi, mengingat masih terdapat ketidakpastian terhadap besarnya
cadangan tertambang, kadar bijih dan faktor operasi lain, akibat kegiatan
eksplorasi yang belum selesai. Nilai keekonomian diperkirakan akan berubah
membaik sejalan dengan perubahan ketidakpastian terhadap besarnya cadangan
tertambang, kadar bijih, dan faktor operasi lain dengan dilakukannya kegiatan
eksplorasi dan kajian lebih detail.
Oleh karena itu faktor kehati-hatian dalam analisis kelayakan suatu proyek
pertambangan sangat dibutuhkan, aspek ini sangat menentukan berhasil atau
gagalnya suatu proyek pertambangan dimana cadangan yang menjadi indikator
perhitungan berada didalam tanah dengan kedalaman yang sulit diperkirakan serta
karakter cadangan yang berbeda di setiap wilayah prospek. Untuk meminimalisir
kondisi ini, perlu adanya model analisis yang dapat digunankan. Bila menyimak
proyek pertambangan wilayah lain seperti PT Aneka Tambang, analisis yang
digunakan yaitu analisis sensitivitas, lebih jelas dibahas pada bagian berikut ini.
6.4. Analisis Sensitivitas
Pada perhitungan analisis investasi dan penentuan kelayakan, faktor
ketidakpastian (uncertainty) menjadi masalah yang penting dan berhubungan
dengan tingkat kepercayaan hasil perhitungan yang diperoleh. Oleh karena itu
harus dilakukan klasifikasi dan analisis pengaruh faktor-faktor ketidakpastian
tersebut terhadap analisis investasi dan penentuan kelayakan. Analisis
ketidakpastian dalam investasi dapat dilakukan dengan menganalisis parameter-
parameter yang berpengaruh terhadap suatu kriteria investasi. Dalam hal ini nilai
NPV setiap parameter akan dibandingkan untuk mengetahui pengaruh parameter
tersebut terhadap tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Penentuan parameter
143
yang paling berpengaruh terhadap perubahan tingkat keuntungan proyek dapat
dilakukan dengan menganalisis grafik sensitivitas, ditunjukkan dari parameter
yang memiliki kemiringan garis paling tegak. Terkait dengan rencana produksi
tembaga-emas dan perak oleh perusahaan, dibutuhkan analisis sensitivitas, dimana
hal ini hanya dilakukan terhadap parameter:
- Discount rate
- Harga tembaga,emas, dan perak
- Biaya produksi
- Biaya modal
Analisis untuk mengukur dapat ketidakpastian parameter aliran kas akan
dilakukan dengan dua metode yaitu metode deterministik dan probabilistik.
Berikut ini adalah analisis yang dilakukan dengan 2 metode tersebut:
6.4.1 Metode Deterministik
Analisis sensitivitas dengan metode deterministik dilakukan dengan
perubahan parameter harga, biaya produksi dan biaya modal serta discount rate
sebesar ± 5 persen, ± 10 persen, ± 15 persen, ± 20 persen, dan ± 25 persen untuk
perhitungan net present value (NPV). Adapun hasil pengujian sensitivitas dengan
metode deterministik memberikan hasil seperti pada Gambar 32. Garis warna biru
yaitu harga tembaga, garis warna jingga yaitu harga emas dan garis warna kuning
yaitu biaya operasi, sedangka garis warna biru langit yaitu nilai biji tembaga.
Transaksi yang digunakan yaitu dalam bentuk dollar Amerika ($) karena hampir
seluruh transaksi logam mulia di pasar internasional menggunakan alat tukar ini.
Gambar 32. Grafik Sensitivitas
144
Dari analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa pada sampai dengan
kenaikan 10 persen biaya operasi dari base case dan 10 persen penurunan harga
komoditas emas dan tembaga serta 10 persen penurunan kadar emas dan tembaga,
proyek masih layak untuk masuk ke dalam tahap selanjutnya. Artinya meskipun
asumsi discout rate berada jauh dari base rate yang digunakan dalam analisis
optimisme kelayakan masih dapat dipetahankan dengan asumsi bahwa faktor non-
teknis seperti isu lingkungan dan geopolitik di wilayah sekitar prospek terkendali
dengan baik.
6.4.2 Metode Probabilistik
Analisis sensitivitas dengan metode probabilistik dilakukan dengan input
berupa harga jual produk, biaya produksi, dan biaya modal. Untuk distribusi harga
komoditas adalah diasumsikan 20 persen dari nilai rata-rata harga yang ada. Jenis
distribusi yang digunakan untuk harga adalah distribusi log normal. Sama halnya
dengan harga, untuk biaya produksi dan biaya modal menggunakan standar
deviasi sebesar 20 persen dan menggunakan jenis distribusi log normal.
Penggunaan jenis distribusi lognormal untuk harga karena dari data
historikal harga komoditas yang ada menunjukkan harga yang tinggi frekuensinya
kecil dibandingkan harga yang rendah. Sehingga jika ditunjukkan dalam bentuk
distribusi berbentuk distribusi lognormal. Untuk biaya produksi dan biaya modal
juga menggunakan distribusi lognormal.
Hal ini berdasarkan nilai biaya produksi dan biaya kapital diasumsikan
dapat mengalami peningkatan meskipun frekuensinya kecil. Metode probabilistik
ini menggunakan simulasi perhitungan Monte Carlo dengan software Crystal
Ball. Selanjutnya setelah penentuan jenis distribusi, kemudian dimasukkan
inputan nilai standar deviasi pada parameter harga, biaya produksi, dan biaya
modal. Setelah itu ditentukan forecast yaitu (net prent value) (NPV) dari PT.
Gorontaslo Minerals. Kemudian dilakukan iterasi sebanyak 2000 trial untuk
diperoleh hasil dari grafik distribusi NPV. Dari simulasi Monte Carlo diperoleh
hasil sebagaimana tertera pada (Gambar 33).
145
Tabel 49. Probabilitas NPV Tembaga, Emas dan Perak
Percentiles
Forecast Probabilities NPV Values (USD M)
Tembaga emas perak
0% 0.73 62.01 94.11
10% 120.59 148.06 152.09
20% 140.64 160.95 165.41
30% 156.99 173.59 175.56
40% 171.51 182.50 182.45
50% 184.32 189.61 190.06
60% 197.87 197.54 196.85
70% 211.17 206.12 203.88
80% 227.85 215.23 212.30
90% 249.58 226.67 222.94
100% 428.50 285.50 270.67
Gambar 33. Grafik Frekuensi Probabilitas NPV Tembaga
146
Dengan parameter harga tembaga, biaya produksi dan biaya modal maka
hasil simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata nilai NPV adalah sebesar USD M
184.5. Hasil tabulasi dari probabilitas NPV ditunjukkan pada (Tabel 49) :
Gambar 34. Grafik Frekuensi Probabilitas NPV Emas
Dengan parameter harga emas, biaya produksi dan biaya modal maka hasil
simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata nilai NPV adalah sebesar USD M
188.55. Hasil tabulasi dari probabilitas NPV ditunjukkan pada (Tabel 49):
Gambar 35. Grafik Frekuensi Probabilitas NPV Perak
147
Dengan parameter harga silver, biaya produksi dan biaya modal maka dari
hasil simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata nilai NPV adalah sebesar USD M
188.78. Hasil tabulasi dari probabilitas NPV ditunjukkan pada (Tabel 49):
6.5. Kontribusi Ekonomi PT.Gorontalo Minerals Kepada Pemerintah
Bila menelaah Undang-Undang RI No 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan daerah pada pasal 14 tentang
penerimaan Negara yang berasal dari sumberdaya alam sebagaiman dimaksud
dalam pasal 11 ayat (3) antara lain ditetapka pada huruf a yaitu penerimaan
kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Penguasaan Hutan (IHPH) dan
Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari wilayah Indonesia dibagi
20% (duapuluh persen) untuk pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk
daerah. Selanjutnya pada Pasal 15 ayat (2) dana bagi hasil dari penerimaan PSDH
yang menjadi bagian Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a,
dibagi denganrincian 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten / kota penghasil; dan 32% (tiga
puluh dua persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupaten / kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
Kontribusi ekonomi baik berupa royalty maupun pajak dengan
menggunakan asumsi masa produksi awal dimulai tahun 2016 sampai 2045 dapat
dilihat pada (Tabel 50).
148
Tabel 50. Kontribusi Ekonomi PT. Gorontalo Minerals
Th Royalty
($ m)
Pajak
( $m)
Total
( $m) Tahun
Royalty
( $m)
Pajak
( $m)
Total
( $m) 2016 1.71 3.14 4.85 2031 8.98 25.68 34.66
2017 3.29 9.74 13.03 2032 8.98 25.93 34.90
2018 5.01 17.32 22.34 2033 8.87 25.19 34.06
2019 4.90 16.55 21.45 2034 8.87 25.40 34.27
2020 4.90 16.59 21.49 2035 8.76 24.62 33.38
2021 5.23 19.17 24.40 2036 8.76 24.79 33.55
2022 5.23 18.30 23.53 2037 8.76 24.56 33.32
2023 5.34 18.29 23.63 2038 8.76 24.31 33.07
2024 6.12 17.79 23.92 2039 8.76 24.05 32.82
2025 7.80 19.26 27.06 2040 8.76 23.78 32.54
2026 8.58 22.23 30.81 2041 8.76 23.49 32.25
2027 8.79 23.85 32.64 2042 8.76 24.12 32.88
2028 8.82 23.87 32.69 2043 8.76 24.73 33.49
2029 8.98 23.98 32.96 2044 8.76 25.35 34.11
2030 8.98 23.85 32.83 2045 8.76 25.00 33.76
Secara tidak langsung rencana produksi tembaga-emas PT.GM akan
memberikan kontribusi kepada Pemerintah Pusat maupun Pemda setempat.
Bentuk kontribusi tersebut antara lain berupa royalty dan pajak. Tabel 52.
menunjukkan perincian kontribusi PT.GM per tahun. Total kontribusi PTGM
dalam bentuk royalty selama umur tambang adalah USD 334.99 miliyar dan pajak
selama umur tambang adalah USD 1499.90 juta, sehingga total kontribusi PTGM
selama umur tambang adalah USD 1834.88 juta.
Adapun skema bagi hasil berdasarkan Pasal 15 ayat (2) untuk sektor
pertambangan emas, tembaga dan perak yang di hitung dalam skema bagi hasil
yaitu komponen royalty, sedangkan komponen pajak dihitung dan di
distribusikan ke daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang memiliki
ketentuan tersendiri dalam pengaturannya, antara lain luas wilyah dan jumlah
penduduk di daerah tersebut. Selanjutnya skema bagi hasil ke daerah pdapat
dilihat pada (Tabel 51).
149
Tabel 51. Skema Bagi Hasil Ke Daerah
Tahun Royalty ($ m) Pajak ( $m) Total ( $m)
2016 1.369 1.2664803 2.64
2017 4.101 9.1551585 13.26
2018 5.459 18.739017 24.20
2019 5.446 18.60082 24.05
2020 5.497 18.235878 23.73
2021 5.772 17.910639 23.68
2022 8.325 30.112775 38.44
2023 10.692 43.04898 53.74
2024 13.106 56.387904 69.49
2025 13.106 56.661081 69.77
2026 13.106 56.92854 70.03
2027 13.106 57.190055 70.30
2028 13.106 57.445394 70.55
2029 13.106 57.694319 70.80
2030 13.106 57.936587 71.04
2031 13.106 58.171948 71.28
2032 13.106 58.400146 71.51
2033 13.106 58.620921 71.73
2034 13.106 59.762128 72.87
2035 13.106 60.895367 74.00
2036 13.106 62.048482 75.15
2037 13.106 62.236809 75.34
2038 13.106 62.416303 75.52
2039 13.106 62.586661 75.69
2040 13.106 63.535074 76.64
2041 13.106 65.261223 78.37
2042 13.106 66.977283 80.08
2043 13.106 67.107922 80.21
2044 13.106 67.227799 80.33
2045 13.106 67.336565 80.44
Total 334.99 1499.90 1834.88
Proyeksi yang dapat dilihat pada Tabel 51 yaitu asumsi nilai royalty, land
rent dan pajak yang akan diserahkan ke Pemerintah Pusat. Sesuai dengan aturan
berlaku maka sebagian bagi hasil ini akan diserahkan ke daerah penghasil, daerah
kabupaten dan kota disekitar daerah penghasil dan Provinsi wakil pemerintah
pusat di daerah tersebut. Bila melihat jumlah atau nilai dari pembagian ini nampak
150
nilai royalty yang diserahkan ke pemerintah akan mengalami kenaikan sampai
tahun 10 masa produksi berjalan, selanjutnya pada tahun 11 sampai tahun 30 tidak
naik lagi. Hal yang menarik nilai yang akan diserahkan ke pemerintah pada land
rent, nampak dari tahun 1 produksi sampai tahun 30 produksi tidak pernah
mengalami kenaikan. Asumsi pajak yang akan diterima oleh pemerintah nampak
berbeda dengan nilai royalty dan land rent, karena pajak dari tahun 1 produksi
sampai tahun 30 produksi akan terus mengalami kenaikan. Artinya pendapatan
pemerintah pada sektor ini akan lebih banyak diperoleh dari sektor pajak.
Tabel 52. Skema Bagi Hasil Sesuai Peruntukan
Tahun Royalty
( $m)
Land-
Rent
Pajak
($ m)
Total
( $m)
Tahun Royalty
( $m)
Land-
Rent
Pajak
( $m)
Total
( $m)
2016 1.37 0.11 1.27 2.74 2031 13.11 0.11 58.17 71.39
2017 4.10 0.11 9.16 13.36 2032 13.11 0.11 58.40 71.61
2018 5.46 0.11 18.74 24.31 2033 13.11 0.11 58.62 71.83
2019 5.45 0.11 18.60 24.16 2034 13.11 0.11 59.76 72.98
2020 5.50 0.11 18.24 23.84 2035 13.11 0.11 60.90 74.11
2021 5.77 0.11 17.91 23.79 2036 13.11 0.11 62.05 75.26
2022 8.33 0.11 30.11 38.55 2037 13.11 0.11 62.24 75.45
2023 10.69 0.11 43.05 53.85 2038 13.11 0.11 62.42 75.63
2024 13.11 0.11 56.39 69.60 2039 13.11 0.11 62.59 75.80
2025 13.11 0.11 56.66 69.87 2040 13.11 0.11 63.54 76.75
2026 13.11 0.11 56.93 70.14 2041 13.11 0.11 65.26 78.47
2027 13.11 0.11 57.19 70.40 2042 13.11 0.11 66.98 80.19
2028 13.11 0.11 57.45 70.66 2043 13.11 0.11 67.11 80.32
2029 13.11 0.11 57.69 70.91 2044 13.11 0.11 67.23 80.44
2030 13.11 0.11 57.94 71.15 2045 13.11 0.11 67.34 80.55
Implikasi dari skema bagi hasil berdasarkan undang RI Nomor 33 tahun
2004 belum mampu memecahkan masalah ketimpangan wilayah antara daerah
penghasil dan daerah sekitarnya karena komponen royalty yang dibagi langsung
ke daerah cukup kecil nilainya bila dibandingkan dengan komponen pajak yang di
alokasikan pada dana alokasi umum (DAU) dimana kriteria alokasi yang
digunakan oleh pemerintah seperti luas wilayah dan jumlah penduduk tidak
memiliki hubungan langsung dengan komponen pajak yang dihasilkan di suatu
daerah. Selain itu komponen royalty memiliki tantangan (obstacle) tersendiri
dalam menghitung proyeksi penerimaan, karena komponen ini dipengaruhi oleh
151
variable harga komoditi emas, tembaga dan perak di pasar internasional yaitu
Landon Metal exchange (LME). Aspek lain yang turut mempengaruhi yaitu
variable produksi, artinya perusahaan pertambangan akan terus meningkatkan
produksi apabila permintaan produknya cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada
(Tabel 53).
Tabel 53. Dana Bagi Hasil Atas Pengenaan Royalty ke Kabupaten Bone Bolango,
Kab/kota Sekitar serta Provinsi Gorontalo
tahun
Royalty
( $m)
daerah asal
($ m)
daerah sekitar
($ m)
Provinsi
($ m)
2016 1.37 0.4384 0.4384 0.2192
2017 4.1 1.312 1.312 0.656
2018 5.46 1.7472 1.7472 0.8736
2019 5.45 1.744 1.744 0.872
2020 5.5 1.76 1.76 0.88
2021 5.77 1.8464 1.8464 0.9232
2022 8.33 2.6656 2.6656 1.3328
2023 10.69 3.4208 3.4208 1.7104
2024 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2025 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2026 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2027 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2028 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2029 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2030 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2031 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2032 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2033 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2034 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2035 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2036 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2037 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2038 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2039 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2040 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2041 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2042 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2043 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2044 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
2045 13.11 4.1952 4.1952 2.0976
152
Adapun hasil proyeksi pembagian pada Tabel 55 diatas mennjukan bahwa
jumlah yang diterima oleh daerah penghasil dan Kabupaten/Kota disekitarnya
sama, sedangkan yang diterima oleh provinsi lebih kecil. Akan tetapi
dibandingkan dengan nilai resiko yang diterima oleh daerah penghasil dengan
beban pembiayaan akibat pembukaan bentang alam yang akan berdampak
terhadap lingkungan tidak seimbang.
6.6 Model Analisis Hotelling
Ciri utama dari sumberdaya alam yang tidak terbarukan seperti tembaga,
emas dan perak adalah cadangannya bersifat tetap (unremovable stock). Oleh
karena itu salah satu faktor yang sulit ditentukan yaitu faktor waktu yang
pembentukannya memerlukan ribuan bahkan jutaan tahun sehingga penting untuk
menentukan produksi yang optimal. Meskipun dalam model ekonomi kompetitif
bahwa maksimisasi keuntungan ditentukan pada saat penerimaan marginal (p)
sama dengan biaya marginal (BM) atau p=B. Apabila sebagian stok atau cadangan
tidak terekstraksi hal ini dapat tercerminkan pada biaya oportunitasya, sehingga
biaya marginal harus memperhatikan biaya oportunitas. Adapun tujuannya
dilakukannya analisis Hotelling sebagai berikut:
1. Menjadi pendapat kedua (second opinion) dari model yang digunakan pada
valuasi ekonomi dimana manfaat bagi pembangunan wilayah
menggunanakan mekanisme rent transfer berupa pajak usaha pertambangan
yang pada dasarnya model itu hanya dapat mempengaruhi present value dari
sumberdaya yang diekstraksi namun tidak akan mempengaruhi laju
ekstraksi. Selanjuutnya kualitas informasi melalui analisis isu-isu
lingkungan eksternal perusahaan untuk mendukung kegiatan operasi usaha
sehingga resiko yang ditimbulkan atas kondisi lingkungan eksternal
perusahaan dapat dihitung dan dianalisis aspek-aspek lingkungan tersebut
dengan model penyederhanaan ekonometrika agar prinsip keberlanjutan
menjadi bagian dari dokumen keputusan manajemen perusahaan.
2. Memperkecil resiko kegagalan manajemen perusahaan yang diakibatkan
oleh isu-isu lingkungan yang dapat meningkat menjadi isu politik praktis
sehingga pemerintah sebagai regulator akan mengevaluasi izin kegiatan
153
operasional perusahaan. Adapun model pendekatan ini telah banyak di
terapkan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan berskala besar, seperti
PT INCO, PT Aneka Tambang dan PT Kaltim Prima Coal. Untuk melihat
bagaimana ekstraksi yang optimal dengan skenario perubahan discount rate
dan harga serta biaya lingkungan yang harus dikeluarkan akibat usaha
penambangan, model Hoteling (Fauzi A, 2010) digunakan sebagai
instrumen analisis. Analisis model Hotelling dilakukan dengan
memperhatikan tiga aspek utama yakni pengaruh (discount rate) atau
(disconto), pengaruh perubahan harga mineral, dan biaya lingkungan yang
timbul akibat penambangan.
6.6.1 Pengaruh Diskonto Pada Ekstraksi
Tabel 55 menunjukkan bahwa pada 10 tahun pertama, faktor perubahan
diskonto sebesar 5 persen, 8 persen, 10 persen dan 15 persen. Hal ini cukup
memiliki pengaruh terhadap nilai cadangan karena pada T1 kecenderungan untuk
mengoptimalkan nilai ekstraksi semakin tinggi. Pada periode 10 tahun kedua
cenderung mengalami penurunan namun tidak seperti pada periode 10 tahun
pertama. Hal ini dipengaruhi karena pada periode ini perusahaan sudah
memperoleh keuntungan (profit), tetapi pada 10 tahun ketiga cadangan
tertambang terus mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi bila tidak penemuan
cadangan baru dan harga tidak mengalami kenaikan.
Tabel 54. Pengaruh Diskonto Terhadap Ekstraksi
t y10 y8 y5 y15
0 162.34 144.00 123.43 222.56 1 147.67 128.40 109.16 193.66 2 134.34 118.96 103.03 168.53 3 122.21 110.21 97.24 146.68 4 111.19 102.12 91.78 127.68 5 101.18 94.62 86.63 111.16 6 92.07 87.67 81.76 96.79 7 83.79 81.24 77.17 84.29 8 76.26 75.28 72.84 73.43 9 69.42 69.77 68.76 63.98
10 63.20 64.66 64.90 55.77
Dilanjutkan pada halaman berikutnya
154
Lanjutan tabel 54
t y10 y8 y5 y15
11 57.55 59.93 61.26 48.62 12 52.41 55.54 57.82 42.41 13 47.73 51.48 54.58 37.01 14 43.49 47.72 51.51 32.31 15 39.62 44.23 48.62 28.23 16 36.11 41.00 45.89 24.68 17 32.92 38.01 43.31 21.59 18 30.02 35.24 40.88 18.90 19 27.38 32.67 38.58 16.57 20 24.98 30.28 36.40 14.54 21 22.80 28.07 34.35 12.77 22 20.82 26.02 32.41 11.24 23 19.02 24.12 30.57 9.90 24 17.38 22.35 28.84 8.74 25 15.89 20.72 27.20 7.73 26 14.54 19.19 25.65 6.85 27 13.31 17.78 24.18 6.09 28 12.19 16.46 22.79 5.43 29 11.17 15.24 21.47 4.85
rata-rata 56.77 56.77 56.77 56.77
Sebagaimana terlihat pada Tabel 54, hasil analisis menunjukkan bahwa
diskonto cukup berpengaruh pada periode awal dimana diskonto yang besar
cenderung meningkat ekstraksi pada periode awal. Ekstraksi akan menurun karena
berkurangnya cadangan. Proyeksi cadangan tambang pada Tabel 55 berdasarkan
lama waktu kontrak karya tahap satu selama 30 tahun dan diproyeksi berdasarkan
informasi harga komoditi logam mulia di pasar internasional.
Tabel 55. Nilai Diskonto Terhadap Ekstraksi
y5 y8 y10 y15
T1 88.79 97.90 105.79 122.23
T2 47.88 43.61 39.22 28.49
T3 27.49 21.11 16.35 8.18
Hasil uji simulasi nampak pada Gambar 36 garis kurva yang menunjukkan
bahwa bila jumlah cadangan mineral logam 88.79 juta ton dengan asumsi
discount rate 8,7 persen. Maka pada periode tahun ketiga cadangan tertambang
155
sisa 8,18 juta ton. Gambar 36 memperjelas ketersediaan cadangan tertambang
dimana pada 10 tahun pertama kecenderungan peningkatan produksi tambang
cukup tinggi sehingga cadangan tertambang saat itu banyak yang dihasilkan untuk
menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Hal ini berakibat pada 10 tahun
kedua dan 10 tahun ketiga cadangan tertambang semakin mengalami penurunan
(deminishing). Kondisi tersebut tidak mempengaruhi kegiatan usaha
pertambangan karena harga logam mulia cenderung meningkat saat ini.
Gambar 36. Grafik Pengaruh Diskonto Pada Ekstraksi Cadangan
6.6.2. Pengaruh Perubahan Harga Pada Ekstraksi
Untuk melihat seberapa basar pengaruh perubahan harga pada jalur
ekstraksi yang optimal dalam model Hotteling, maka dilakukan analisis perubahan
harga pada asumsi $ 900, $ 1200, $ 1600 dan $ 2000. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 57 dimana pengaruh harga terhadap ekstraksi pada awal periode yang
cenderung mengalami peningkatan ekstraksi. Hal ini sering dilakukan perusahaan
untuk memenuhi permintaan pasar karena komoditi ini diperdagangkan dengan
sistem pasar terbuka (market mechanism) dan juga untuk menutupi biaya produksi
pada awal kegiatan perusahaan. Meskipun antara harga $ 900 dan harga $ 1200
sampai harga $ 2000 /troy/once posisi nilai ekstraksi tidak begitu mengalami
penurunan. Artinya, meskipun harga telah mencapai $ 2000 /troy/once namun hal
ini tidak akan menunda pengekstraksian cadangan oleh perusahaan.
156
Bila disimak pada periode kedua, maka cadangan terus mengalami
penurunan dan mengikuti asumsi harga yang digunakan yang cukup
mempengaruhi cadangan itu. Dimana pada tahun ke dua puluh sisa cadangan yaitu
36,47 juta ton dengan asumsi harga $ 900 kemudian pada asumsi harga $ 1200
cadangan yaitu 36,16 juta ton, selanjutnya asumsi harga $ 1600 maka cadangan
tertambang saat itu 36,40 juta ton, sedangkan asumsi harga $ 2000 cadangan
tertambang 35, 92 juta ton.
Tabel 56. Pengaruh Perubahan Harga Pada Ekstraksi
T p900 P1200 P1600 P2000
0 121.91 128.15 123.43 134.12 1 109.17 109.16 109.16 109.14 2 103.03 103.02 103.03 102.99 3 97.25 97.22 97.24 97.19 4 91.79 91.76 91.78 91.71 5 86.64 86.59 86.63 86.54 6 81.78 81.72 81.76 81.66 7 77.19 77.13 77.17 77.06 8 72.86 72.79 72.84 72.71 9 68.78 68.69 68.76 68.60
10 64.92 64.82 64.90 64.72 11 61.29 61.17 61.26 61.06 12 57.85 57.72 57.82 57.60 13 54.61 54.47 54.58 54.33 14 51.55 51.39 51.51 51.24 15 48.66 48.49 48.62 48.31 16 45.94 45.74 45.89 45.55 17 43.36 43.15 43.31 42.94 18 40.93 40.70 40.88 40.47 19 38.64 38.38 38.58 38.14 20 36.47 36.19 36.40 35.92 21 34.42 34.12 34.35 33.83 22 32.49 32.16 32.41 31.85 23 30.66 30.30 30.57 29.97 24 28.93 28.55 28.84 28.18 25 27.30 26.88 27.20 26.49 26 25.75 25.31 25.65 24.89 27 24.29 23.81 24.18 23.36 28 22.91 22.40 22.79 21.91 29 21.61 21.05 21.47 20.53
Rata-rata 56.77 56.77 56.77 56.77
157
Pada Tabel 56 menyajikan nilai periode masing-masing 10 tahun pengaruh
harga terhadap ekstraksi. Nampak bahwa pada harga $ 1600 /Troy/Once berada
pada harga yang cukup baik karena tingkat penurunan nilai ekstraksi berbeda
dengan harga-harga yang lain meskipun bila dilihat dari aspek periode masing
tetap mengalami penurunan juga.
Tabel 57. Pola Ekstraksi Pada Tingkat Harga yang Berbeda
p900 P1200 P1600 P2000
T1 88.67 89.19 88.79 89.68
T2 47.93 47.74 47.88 47.56
T3 27.60 27.17 27.49 26.78
Demikian juga bila dilihat pada penggambaran Grafik 37, hampir tidak ada
perbedaan antara harga yang satu dan lainnya, akan tetapi karena nilai ekstraksi
dalam jumlah yang besar (jutaan ton) maka hal itu memiliki yang besar juga
terhadap setiap perubahan harga pada cadangan tertambang dalam (juta ton).
Gambar 37. Grafik Ekstraksi Pada Tingkat Harga Berbeda
6.6.3 Pengaruh Biaya Lingkungan terhadap Ekstraksi
Salah satu aspek penting dalam ekstraksi mineral adalah adanya dampak
lingkungan. Dalam hal ini harus dihitung oleh pihak perusahaan dalam bentuk
biaya lingkungan baik untuk pengembangan program tanggung jawab perusahaan
(CSR) dan program pengembangan komunitas (community development) serta
pemulihan pascatambang yang secara konsisten dan konsekuen dilakukan oleh
158
perusahaan agar tidak menimbulkan dampak sosial maupun dampak lingkungan.
Hal ini sangat terkait juga dengan aspek kredibilitas perusahaan yang
berkecimpung dalam dunia pertambangan sehingga nanti masyarakat sebagai
penerima manfaat sekaligus sebagai korban akan memiliki nilai empati dan
simpati kepada perusahaan itu. Pada model Hotelling biaya lingkungan ini
diasumsikan antara 1 persen, 1,5 persen dan 5 persen dari total biaya ekstraksi.
Adapun hasil analisis model ini dapat dilihat pada Tabel 58 berikut.
Tabel 58. Pengaruh Ekstraksi Pada Biaya Lingkungan Berbeda
t Yling5% Yling1.5% Yling1%
0 115.66 151.75 115.66
1 109.17 109.07 109.17
2 103.05 102.90 103.05
3 97.27 97.08 97.27
4 91.82 91.58 91.82
5 86.68 86.39 86.68
6 81.83 81.48 81.83
7 77.26 76.85 77.26
8 72.94 72.47 72.94
9 68.87 68.33 68.87
10 65.03 64.42 65.03
11 61.40 60.72 61.40
12 57.98 57.22 57.98
13 54.76 53.91 54.76
14 51.72 50.78 51.72
15 48.84 47.81 48.84
16 46.14 45.01 46.14
17 43.58 42.35 43.58
18 41.17 39.82 41.17
19 38.90 37.43 38.90
20 36.75 35.16 36.75
21 34.73 33.00 34.73
22 32.82 30.94 32.82
23 31.02 28.99 31.02
24 29.32 27.13 29.32
25 27.72 25.35 27.72
26 26.20 23.65 26.20
27 24.78 22.02 24.78
28 23.43 20.46 23.43
29 22.16 18.96 22.16
159
Hasil simulasi model Hotelling, ditemukan bahwa perubahan biaya
lingkungan antara 1 persen, 1,5 persen dan 5 persen tidak memiliki perubahan
(sama). Maka hal ini memungkinkan manajemen perusahaan untuk meningkatkan
biaya lingkungan sehingga pada akhir masa produsi perusahaan tidak akan banyak
mengeluarkan biaya lagi kecuali untuk reklamasi dan revegetasi. Jika biaya
lingkungan berbeda antara 1,5 persen dan 5 persen yaitu perbedaan yang
signifikan terjadi pada periode 10 tahun pertama. Namun pada periode kedua
perbedaanya cenderung tidak signifikan lagi yaitu biaya lingkungan 1,5 persen
(47,02 juta ton) sedangkan biaya lingkungan 5 persen yaitu (48.12 juta ton). Pada
periode terakhir perbedaan ini nampak lagi, hal ini dipengaruhi oleh cadangan
tertambang yang semakin menurun. Rekapitulasi perubahan biaya lingkungan
dapat dilihat pada (Tabel 59).
Tabel 59. Pola Ekstraksi pada Biaya Lingkungan berbeda
Yling5% Yling1.5%
T1 88.14 91.12
T2 48.12 47.02
T3 28.02 25.61
Gambar 38 menunjukan pola ekstraksi terhadap biaya lingkungan, dimana
pengaruh antara pola pembiayaan lingkungan yang berbeda tidak cenderung
memiliki perbedaan pengaruh terhadap nilai ekstraksi dimasing-masing pola
pembiayaan. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memasukkan biaya
lingkungan dalam perhitungan valuasi ekonomi mineral.
Gambar 38. Grafik Pengaruh Ekstraksi Pada Biaya Lingkungan Berbeda
160
Pendekatan ini hampir tidak dapat ditemui di setiap kegiatan perusahaan
baik perusahaan di bidang produksi maupun jasa. Isu yang sangat sensitif pada
kegiatan usaha pertambangan adalah isu lingkungan dimana kegiatan usaha
pertambangan selalu diidentikan dengan isu perubahan bentang alam dan hasil
limbahnya dapat menurunkan kualitas sumberdaya air yang sangat dibutuhkan
oleh semua mahluk di dunia ini. Pada bagian ini kemungkinan untuk menerapkan
telah dianalisis dengan menggunakan model matematika yang sama dengan
asumsi mengelurkan biaya ekstraksi 8 persen. Adapun hasil uji tersebut dapat
dilihat pada grafik dimana meskipun nilai cadangan mineral logam ini tidak
banyak mengalami penurunan sampai umur usaha pertambangan 30 tahun namun
penurunan nilai cadangan ini hampir memiliki tren yang sama dengan grafik
sebelumnya. Dari hasil di atas terlihat bahwa perubahan harga cukup sensitif pada
periode awal ekstraksi selanjutnya tidak banyak mengalami perubahan karena
menurunnya cadangan. Sementara besaran biaya lingkungan cukup berpengaruh
terhadap besar ekstraksi pada periode awal dimana biaya lingkungan yang rendah
akan meningkatkan ekstraksi pada periode awal dan ketika biaya tersebut
meningkat ekstraksi juga menurun karena pengaruh biaya yang harus dikeluarkan
menyebabkan ekstraksi tidak optimal jika harus dalam jumlah besar.
Top Related