11
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH(PPUK)
USAHA PENGOLAHAN TAPIOKA
22
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
ii
KATA PENGANTAR Cetakan syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga).
Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan, meskipun beberapa sudah dilakukan pembaharuan data, tapi bagi peminat yang ingin memanfaatkannya disarankan untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2009 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 30 judul buku. Tahun 2010 ini, satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah usaha budidaya pengolahan tepung tapioka.
Diantara sekian banyak akad pembiayaan syariah, usaha budidaya pengolahan tepung tapioka tersebut dibiayai dengan akad murabahah (jual beli). Pemilihan akad tersebut mengacu pada karateristik dari komponen yang dibiayai. Akad murabahah sesuai untuk pembiayaan komponen fisik seperti mesin dan bahan baku. Keragaman jenis akad tersebut memberi kemudahan baik bagi LKM maupun nasabah untuk menentukan komponen yang perlu untuk dibiayai dengan dana pinjaman syariah.
Penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah ini, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak, khususnya PT. Bank
iiii Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Syariah Mandiri*) serta berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU) menyampaikan terimakasih.
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini dan atau ingin mengajukan pertanyaan terkait isi dalam buku ini dapat menghubungi: DKBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat:
Gedung D, Lantai 8,Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951Email: [email protected]
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta, November 2010Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
*) PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah PT. Bank Negara Indonesia Syariah PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia PT. Bank Syariah Mega Indonesia
iiiiii
No Unsur Pembiayaan Uraian
1 Jenis Usaha Industri Pengolahan Tepung Tapioka
2 Skala Usaha Usaha Kecil
3 Lokasi Usaha Kabupaten Lampung Timur
4 Dana yang diperlukan - Investasi Rp265.000.000,-- Modal Kerja Rp254.784.375,-- Total Rp519.784.375,-
5 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri
6 Plafon Pembiayaan dan kontribusi nasabah
a. Plafon pembiayaan dari LKS- Pembiayaan investasi
Rp102.000.000,-- Pembiayaan modal kerja
Rp152.100.000,-b. Kontribusi nasabah
- Biaya investasi Rp163.000.000,-- Biaya modal kerja Rp102.684.375,-- Total Rp265.684.375,-
7 Akad Pembiayaan Kebutuhan pembiayaan syariah untuk usaha pengolahan tepung tapioka dipenuhi dengan akad murabahah (jual beli), hal ini karena sifat kebutuhan pembiayaan adalah untuk pembelian mesin dan bahan baku
8 Jangka waktu pembiayaan
Jangka waktu kredit adalah 4 tahun , tanpa tenggang waktu
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA
iviv Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
9 Perhitungan margin Merujuk pada kesepakatan dan kelaziman akad jual beli dengan mempertimbangkan expected return bank
10 Tingkat margin bank (murabahah)
8,0%
11 Periode pembayaran pembiayaan
Angsuran pokok dan margin dibayarkan setiap bulan
12 Pola Usaha- Periode Proyek- Kapasitas Produksi
- Tingkat Teknologi- Produk yang
dihasilkan- Pemasaran produk
5 tahun12 Ton tapioka/per hari atau Rp10.800.000,-Mekanik SederhanaTepung tapioka dan OnggokTepung tapioka dijual ke agen dengan harga Rp 900 /kg dan Onggok dijual ke agen pabrik saus dan obat nyamuk dengan harga Rp 300/kg
13 Kelayakan Usaha a. Total margin yang diperoleh dari pembiayaan investasi dan modal kerja adalah Rp36.648.000,-
b. Usaha pengolahan tepung tapioka, mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS
c. Usaha pengolahan tepung tapioka layak untuk diusahakan
vv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i RINGKASAN .............................................................................................. iiiDAFTAR ISI ................................................................................................ vDAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR FOTO ........................................................................................... viiDAFTAR BAGAN ....................................................................................... vii I Pendahuluan .................................................................................. 1
II Profil Usaha dan Pola Pembiayaan ............................................... 52.1. Profi l Usaha ......................................................................... 52.2. Pola Pembiayaan ................................................................ 8
III Aspek Pemasaran .......................................................................... 93.1. Permintaan dan Penawaran ............................................. 9
3.1.1. Permintaan ................................................................ 93.1.2. Penawaran................................................................. 103.1.3. Persaingan ................................................................. 11
3.2. Persaingan dan Peluang Pasar ......................................... 113.2.1.Harga .......................................................................... 113.2.2. Jalur Pemasaran Produk ........................................... 123.2.3. Kendala Pemasaran ................................................. 13
IV Aspek Produksi ............................................................................. 154.1. Loksai Usaha ...................................................................... 154.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan ....................................... 154.3. Bahan Baku ........................................................................ 164.4. Tenaga Kerja ...................................................................... 16
DAFTAR ISI
vivi Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
4.5. Teknologi ........................................................................... 174.6. Proses Produksi .................................................................. 174.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ...................................... 21 4.8. Produksi Optimum ............................................................. 214.9. Kendala Produksi ............................................................... 21
V Aspek Keuangan ............................................................................ 235.1. Pemilihan Usaha ................................................................ 235.2. Pemilihan Paket Usaha dan Pembiayaan ......................... 245.3. Asumsi ............................................................................ 275.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional ........... 29 5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ......... 315.6. Produksi dan Pendapatan .................................................. 325.7. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point (BEP) .............. 335.8. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ......................... 355.9. Analisis Sensitivitas Kelayakan Proyek ............................ 37
VI Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan ....................... 396.1. Aspek Sosial Ekonomi ........................................................ 396.2. Dampak Lingkungan .......................................................... 39
VII Penutup ........................................................................................ 417.1. Kesimpulan ........................................................................ 417.2. Saran ............................................................................ 42
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 43
viivii
2.1. Luas Areal dan Jumlah Produksi Singkong .................................. 52.2. Perusahaan, Kapasitas Produksi dan Sumber Dana ..................... 63.1. Ekspor Tapioka Indonesia tahun 1997 .......................................... 103.2. Perkembangan Harga Tapioka ...................................................... 124.1. Fasilitas dan Peralatan Produksi .................................................... 154.2. Perbedaan Teknologi Pengolahan Tapioka .................................. 175.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ........................ 285.2. Komponen Biaya Investasi Pengolahan Tapioka.......................... 295.4. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi ......................................... 325.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan ............................................... 335.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) ........................... 345.7. Proyeksi Arus Kas ........................................................................... 36
1.1. Singkong ......................................................................................... 14.1. Pencucian Singkong ....................................................................... 184.2. Pemerasan / Pengepresan .............................................................. 194.3. Tepung Hasil Endapan yang Siap Dikeringkan ............................ 204.4. Pengeringan Tapioka dengan Sinar Matahari ............................. 204.5. Tepung Tapioka ............................................................................ 21
3.1. Alur Pemasaran Produk ................................................................. 12
DAFTAR TABEL
DAFTAR FOTO
DAFTAR BAGAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
11
BAB I PENDAHULUAN
Singkong (manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Singkong merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti industri makanan, farmasi, tekstil dan lain-lain. Industri makanan dari singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk, timus, keripik, gemblong, dan berbagai jenis makanan lain yang memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri makanan, pengolahan singkong, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioka.
Foto 1.1: Singkong
Pada industri tepung tapioka, teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pertama; tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang masih mengandalkan sinar matahari dan
2
Pendahuluan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
produksinya sangat tergantung pada musim, kedua; semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan dan yang ketiga; full otomate yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin dari proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka yang menggunakan peralatan full otomate ini memiliki efi siensi tinggi, karena proses produksi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan tapioka berkualitas.
Selain menghasilkan tepung, pengolahan tapioka juga menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat seperti kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu limbah cair pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava.
Peluang pasar untuk tapioka cukup potensial baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan dalam negeri terutama berasal dari wilayah Pulau Jawa seperti Bogor, Tasikmalaya, Indramayu. Sementara permintaan pasar luar negeri berasal dari beberapa negara ASEAN dan Eropa.
Di Indonesia, industri tepung tapioka memiliki asosiasi yaitu Assosiasi Tepung Tapioka Indonesia (ATTI) yang berpusat di Jakarta. Keberadaan asosiasi ini belum begitu dirasakan oleh pihak-pihak terkait terutama petani yang tidak dapat menikmati harga singkong sesuai dengan kesepakatan antara pemda, petani dan pengusaha. Sementara pengusaha tidak dapat memperoleh bahan baku secara langsung dari petani. Asosiasi ini diharapkan dapat berperan dalam pengendalian harga pasar tepung tapioka, harga bahan baku serta akses permodalan bagi pengusaha, sehingga industri tapioka dapat berkembang dalam rangka memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.
3
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Industri tapioka mulai marak tahun 1980-an. Dalam melakukan usaha selama ini, industri pengolahan tapioka menggunakan modal sendiri dan sebagian menggunakan modal dari perbankan dan bantuan dari BUMN serta kemitraan. Di kabupaten Lampung Timur usaha ini cukup berkembang dan pemerintah telah mempermudah perizinan dan aktif melakukan pembinaan, disamping itu hampir seluruh perbankan di Lampung Timur membiayai usaha ini.
Industri tapioka yang terdapat di Propinsi Lampung, terutama yang berada di Kabupaten Lampung Timur yang menjadi daerah survei dalam penyusunan buku ini, pada tahun 2003 memiliki 38.964 hektar lahan untuk penanaman singkong yang menghasilkan 592.358 ton singkong dan memiliki 31 perusahaan menengah besar yang terdaftar di Dinas Pertanian, disamping puluhan perusahaan menengah kecil yang merupakan industri tapioka rakyat (Dinas Pertanian Lampung Timur, 2004).
Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha pengolahan tepung tapioka, maka dalam buku lending model ini beberapa aspek yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan akan dijelaskan. Selanjutnya dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan usaha pengolahan tepung tapioka ini akan di ungguh (up load) dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK) yag sudah terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
55
BAB IIPROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profi l Usaha
Ubi kayu atau singkong merupakan bahan baku utama industri tapioka. Di Propinsi Lampung, pabrik tapioka dapat mengolah sekitar 4000-5000 ton perhari. Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu wilayah penghasil utama singkong. Tabel berikut ini menyajikan perkembangan luas areal dan jumlah produksi pada tahun 2003.
Tabel 2.1. Luas Areal dan Jumlah Produksi Singkong
Kecamatan Luas (hektar) Produksi (ton)
Metro Kibang 512 9,417
Batanghari 344 11,325
Sekampung 710 9,375
Marga Tiga 2,755 30,488
Sekampung Udik 1,468 28,207
Jabung 1,433 13,978
Pasir Sakti 98 1,140
Waway Karya 919 11,450
Labuhan Maringgai 563 5,003
Mataram baru 325 4,973
Bandar Sri Bawono 616 10,792
Melinting 578 9,042
Gunung Pelindung 55 1,838
Way Jepara 485 6,350
6
Profi l Usaha dan Pola Pembiayaan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Jumlah perusahaan tepung tapioka yang tercatat pada Dinas Pertanian Lampung Timur saat ini sebanyak 31 perusahaan dengan kapasitas 56.927,08 ton. Tabel 2.2. menyajikan perusahaan tapioka di Kabupaten Lampung Timur dengan kapasitas produksinya.
Kecamatan Nama PerusahaanKapasitas
(ton)Sumber Dana
Batanghari PT Wira Kencana
Adi Perdana
6.500,00 Swasta
PT Eka Inti Tapioka 6.000,00 SwastaPT Sumber Agung 1.600,00 SwastaHendra Sumardi 1.350,00 SwastaSumber Maju 547,20 SwastaAnugrah Jaya 547,20 SwastaSejahtera Mandiri 820,80 SwastaTohalo 410,40 SwastaKopastara n.a n.a
Braja Selebah 515 8,025
Labuhan Ratu 3,789 54,145
Sukadana 9,810 147,838
Bumi Agung 1,740 31,924
Batanghari Nuban 8,269 135,992
Pekalongan 936 8,858
Raman Utara 2,261 37,745
Purbolinggo 144 3,310
Way Bungur 639 11,183
Jumlah 38,964 592,398
Sumber: Dinas Pertanian Lampung Timur
Tabel 2.2. Perusahaan, Kapasitas Produksi, dan Sumber Dana
7
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Dari tabel tersebut diketahui sebagian besar sumber pendanaan usaha berasal dari swasta. Sumber pendanaan yang berasal dari pembangunan merupakan dana pemerintah yang disalurkan melalui dinas pertanian. Sementara industri tapioka yang disurvei belum tercatat di Dinas Pertanian Lampung Timur. Industri tapioka tersebut tergabung pada asosiasi industri tapioka rakyat yaitu Industri Tapioka Rakyat atau ITTARA Mandiri. Sumber pendanaan industri tapioka yang tergabung pada ITTARA Mandiri dari perbankan yaitu BRI, Bank Mandiri, kemitraan dan Pertamina.
Pekalongan Ngudi Makmur 820,00 SwastaWahyu Utama 382,04 SwastaSurya Perdana 383,04 SwastaWarga Sehati I 339,00 SwastaWarga Sukabumi n.a SwastaWarga Sehati II 665,00 SwastaSinar Metro 1,440,00 SwastaWonosari 630,00 SwastaMini Surya Pudana 1,200,00 Pembangunan
Sukadana Muara jaya n.a SwastaSido Rukun 638,40 SwastaRukun Santosa 912,00 SwastaSido Rukun 1.200,00 Pembangunan
Bumi Agung Harapan Sejahtera 684,00 SwastaLabuhan Ratu Surya Perdana 450,00 Swasta
Lestari Jaya n.a PembangunanWay Jepara PT Bumi Acid 12.500,00 SwastaS e k a m p u n g
Udik
PT Umas Jaya 15.084,00 Swasta
Raman Utara Sentral Intan n.a SwastaWay Raman n.a SwastaWaliyem 912,00 Swasta
Way Bungur Subur Jaya 912,00 SwastaJumlah 31 perusahaan 56.927,08
Sumber: Dinas Pertanian Lampung Timur
8
Profi l Usaha dan Pola Pembiayaan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
2.2. Pola Pembiayaan
Dalam menjalankan usaha pengolahan tapioka, sumber modal pengusaha
terdiri dari modal sendiri dan atau bantuan pihak lain maupun dari kredit
perbankan konvensional dengan proporsi yang sangat beragam. Selain dari
modal tersebut, pada beberapa tahun terakhir pengusaha pengolahan tapioka
dilokasi kajian juga mendapatkan bantuan permodalan dari PT. Pertamina.
Pembiayaan yang berasal dari perbankan meliputi kredit modal kerja
dan investasi. Untuk modal investasi, pengusaha wajib memiliki 30% modal
investasi dan pihak bank membiayai 70% modal investasi. Tingkat bunga kredit
yang disalurkan perbankan di Wilayah Lampung Timur adalah 13% (Bank
Mandiri) dan 22% (BRI) per tahun dengan sistem angsuran bulanan, dengan
jangka waktu 12 bulan dengan pembayaran efektif menurun. Tingkat bunga
kredit yang diperoleh dari BUMN sebesar 6% per tahun dengan jangka waktu
12 bulan, angsuran per bulan dengan pinjaman maksimal Rp50 juta.
Sumber pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat
berasal dari perbankan syariah. Merujuk pada perkembangan perbankan
syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah.
Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk pembiayaan
usaha pengolahan tapioka adalah murabahah (jual beli).
Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis
kredit/pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak),
capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition
(kondisi).
Usaha pengolahan singkong di wilayah Lampung Timur telah banyak
dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Pertanian Lampung Timur
telah mengeluarkan kebijakan tentang harga beli bahan baku di tingkat
petani, namun Dinas Industri dan Perdagangan Lampung Timur belum memiliki
peraturan khusus yang mengatur perdagangan tapioka terutama kebijakan
mengenai harga jual, standar produk serta pemasaran tepung tapioka.
99
BAB III ASPEK PEMASARAN
3.1. Permintaan dan Penawaran
3.1.1. Permintaan
a. Pasar Dalam NegeriPermintaan tepung tapioka di Indonesia cenderung meningkat
karena peningkatan jumlah industri makanan yang menggunakan bahan baku tapioka. Selama ini, sebagian besar hasil produksi tapioka hanya mampu memenuhi kebutuhan beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Surabaya, Bogor, Indramayu dan Tasikmalaya.
Pada tahun 1996 sampai 2001 Indonesia menghasilkan rata-rata 15 sampai 16 juta ton tapioka dari industri tapioka yang berlokasi di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Jumlah produksi tapioka yang terserap pasar dalam negeri sebanyak 13 juta ton dan permintaan dalam negeri mengalami peningkatan 10% per tahun. Saat ini, produksi tapioka Indonesia belum dapat memenuhi pasar dengan maksimal karena setiap tahun meningkat 10% atau 1,3 juta ton pertahun. Sementara 70% produksi dihasilkan dari Pulau Sumatra, sedangkan 30% merupakan produksi Pulau Jawa dan Sulawesi. (foodmarketexchange.com). Hal tersebut mengindikasikan masih luasnya potensi usaha dan permintaan tapioka di Indonesia.
Tepung tapioka Indonesia sangat berpeluang untuk meraih pasar Asia dan Eropa. Ketersediaan lahan dan bahan baku serta tenaga yang murah menyebabkan produk Indonesia mampu bersaing dalam harga.
b. Pasar EksporEkspor tapioka Indonesia telah menjangkau berbagai negara di Asia
10
Aspek Pemasaran
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
dan Eropa, dengan ekspor terbesar ke Korea (54%) dan Cina (30%) dari total ekspor (Tabel 3.1). Luasnya negara tujuan ekspor di beberapa negara Asia dan Eropa menunjukkan bahwa ekspor komoditi ini sangat potensial.
Tabel 3.1. Ekspor Tapioka Indonesia Tahun 1997
Negara TujuanTotal Ekspor
(Dari Berbagai Bentuk) (kg)
Nilai Ekspor (FOB) (US$)
Korea 120.797.083 12.125.792Cina 67.502.292 5.473.891Belanda 20.400.000 1.371.550Malaysia 2.342.962 436.884Jerman 4.500.000 328.000Swiss 3.000.000 165.000Jepang 762.000 154.570Pilipina 558.000 107.884Taiwan 570.000 85.500Inggris 26.600 57.399Singapura 247.000 53.106Vietnam 697.920 41.875
Sumber: Biro Pusat Statistik 1997
3.1.2. Penawaran
Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya, produksi tepung tapioka di Lampung Timur pada tahun 2003 mencapai 56.927,08 ton (yang tercatat pada Dinas Pertanian) di mana produksi tersebut belum mampu memenuhi pasar dalam negeri.
Selain Kabupaten Lampung Timur terdapat beberapa daerah produksi tapioka lainnya seperti Lampung Tengah, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur maupun Sulawesi. Wilayah nusantara yang subur dan tanaman singkong yang mudah tumbuh menyebabkan potensi pengolahan tepung tapioka semakin terbuka lebar.
11
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
3.1.3. Persaingan dan Peluang Pasar
Indonesia adalah produsen nomor dua di Asia setelah Thailand. Produksi rata-rata tapioka Indonesia mencapai 15-16 ton, sedangkan Thailand 30 juta ton tapioka pertahun dan Vietnam berada pada urutan ketiga yaitu 2-3 juta ton tapioka per tahun.
Perdagangan bebas yang akan dilaksanakan di masa mendatang akan memberikan dampak positif terhadap produk pertanian Indonesia, termasuk industri tapioka. Ditinjau dari segi harga dan kualitas, tapioka Indonesia dapat bersaing dengan Thailand. Sebagaimana diungkapkan foodmarketexchange.com, bahwa tapioka Indonesia merupakan salah satu ancaman bagi pasar tapioka Thailand.
Peluang pasar tapioka Indonesia masih sangat terbuka terutama pasar Eropa seperti Spanyol, Belanda, Jerman, Prancis dan Portugal. Disamping itu pasar dalam negeri yang sampai saat ini belum dapat terpenuhi.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga tepung tapioka ditentukan oleh kualitas tepung tapioka dan harga bahan baku, yakni singkong. Kualitas tepung yang baik adalah tepung tapioka yang berwarna putih dan empuk. Di Kabupaten Lampung Timur yang menjadi daerah survei regulasi yang mengatur perdagangan singkong dan tepung tapioka belum ada sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan harga yang lebar pada tingkat produsen dan petani.
Harga singkong di tingkat petani Rp80,- per kilogram, sementara industri tepung tapioka mampu membeli singkong dengan harga antara Rp165,- hingga Rp225,- per kilogram. Regulasi tersebut dimaksudkan agar petani sebagai produsen bahan baku dapat membiayai dan tetap melangsungkan usahanya. Sementara regulasi perdagangan tapioka
12
Aspek Pemasaran
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
PENGUSAHA PEDAGANG PERANTARA
PENGEPUL KONSUMEN
AKHIR
dimaksudkan agar terjadi kestabilan harga. Penurunan harga tapioka ditingkat produsen di Kabupaten Lampung Timur tersebut disebabkan oleh tidak adanya regulasi perdagangan tapioka. Pedagang perantara memiliki peran yang signifi kan terhadap penentuan harga tersebut.
Tabel 3.2. menunjukkan perkembangan harga tepung tapioka ditingkat produsen dengan kualitas baik mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir ini.
Tabel 3.2. Perkembangan Harga Tapioka
Tahun Harga (Rp/kg)2004 525 - 1.3002003 800 - 1.6002002 1.350 - 1.7002001 1.700 - 1.800
Sumber: Data primer, diolah
Harga tepung tapioka Rp525,- sampai Rp1.300,- per kilogram di tingkat pengusaha, sedangkan harga rata-rata Rp800,- sampai Rp900,- per kg, dan harga pada tingkat konsumen akhir mencapai Rp2.300,- per kilogram.
3.2.2. Jalur Pemasaran Produk
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil survei, jalur pemasaran produk tapioka di Lampung Timur masih sederhana. Alur pemasaran tapioka tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Bagan 3.1. Alur Pemasaran Produk
Sumber: Data Primer
13
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Dalam memasarkan tapioka, pengusaha menjual ke pedagang perantara yang kemudian dijual ke pengepul. Dari pengepul tersebut, tapioka didistribusikan ke pasar di Jawa, industri pengolahan yang menggunakan bahan baku tapioka dan pedagang pengecer di pasar.
3.2.3. Kendala Pemasaran
Salah satu kendala pemasaran tapioka terletak pada minimnya informasi mengenai harga dan jumlah permintaan pasar yang dapat diperoleh pengusaha. Selain tidak memiliki informasi pasar yang sempurna, belum adanya regulasi mengenai perdagangan seperti standar produk dan pemasaran juga menjadi kendala usaha ini.
Disamping itu, mutu bahan baku juga menentukan kualitas tapioka. Kualitas bahan baku sering tidak selalu baik, karena masih banyak petani yang menerapkan pola panen singkong yang tidak optimal, di mana petani sering kali memanen singkong lebih dini dari usia panen yang seharusnya yakni singkong belum berumur 7 bulan. Padahal singkong yang menghasilkan mutu tapioka yang baik berumur lebih dari 7 bulan. Menurunnya kualitas tapioka tersebut menyebabkan rendahnya harga jual tapioka dan tepung tidak bertahan lama.
Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan pembinaan mulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan pemasaran produk. Dalam peyediaan bahan baku diperlukan kemitraan antara petani dan pengusaha agar ketersediaan dan kualitas bahan baku tetap terjaga. Dalam hal pemasaran produk diperlukan regulasi dan pembinaan akses pasar bagi pengusaha industri tapioka.
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
1515
BAB IVASPEK PRODUKSI
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi pengolahan tapioka sebaiknya dipilih wilayah yang memiliki sumber air dan akses yang baik terhadap panas matahari. Panas matahari merupakan faktor produksi yang penting bagi industri pengolahan tapioka, dengan demikian, lokasi usaha yang memiliki akses yang baik terhadap panas matahari akan mendukung keberhasilan usaha pengolahan tapioka, karena umumnya pengusaha kecil pada bidang pengolahan tapioka belum mampu menyediakan teknologi pengeringan tapioka. Ketersediaan air juga sangat penting, terutama untuk pencucian dan penyaringan tepung.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Untuk memproduksi tapioka, dengan kapasitas 30 ton singkong per hari dibutuhkan fasilitas dan peralatan produksi sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel. 4.1. Fasilitas dan Peralatan Produksi
No Asumsi Satuan Jumlah/nilai
1 Mesin Penggerak/Generator buah 2
2 Mesin Parut buah 2
3 Mesin Pompa buah 2
4 Mesin Ayakan buah 10
5 Bak Kaca m2 25
6 Bak Penampung buah 4
16
Aspek Produksi
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Dari tabel diatas dapat dilihat dengan jelas fasilitas dan peralatan produksi yang digunakan. Masing-masing peralatan memiliki fungsi yang bebeda. Mesin induk merupakan mesin yang menjadi pusat dari seluruh proses produksi.
4.3. Bahan Baku
Bahan baku tepung tapioka adalah singkong yang diperoleh melalui pemasok. Singkong yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan akan menghasilkan tapioka berkualitas baik.
4.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada industri tapioka tidak memerlukan keahlian khusus. Jumlah tenaga kerja ditentukan oleh kapasitas produksi dan teknologi yang digunakan. Besarnya penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan tapioka ditentukan oleh volume produksi. Semakin tinggi volume produksi semakin besar jumlah tenaga kerja yang diserap. Tenaga kerja yang dibutuhkan meliputi seluruh proses produksi dari pengupasan sampai pada pengeringan produk.
7 Alat Semprot buah 1
8 Saringan buah 10
9 Bambu buah 1000
10 Pipa set 1
11 Rak m2 16
12 Tambir buah 10.000
13 Mesin Induk buah 1
14 Timbangan buah 2
Sumber: Data Primer, diolah
17
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Tabel 4.2. Perbedaan Tekonologi Pengolahan Tapioka
Proses Tradisional Semi Modern Full Otomate
Pengupasan Manual Manual Mesin
Pencucian Manual Manual Mesin
Pemarutan Mesin Mesin Mesin
Pemerasan Mesin Mesin Mesin
Pengendapan Manual Manual Mesin
Pengeringan Sinar Matahari Oven Mesin
Sumber: Data Primer
Untuk pembuatan tapioka pada industri kecil menggunakan teknologi mekanik sederhana. Pada teknologi ini, sebagian proses produksi menggunakan mesin penggerak untuk melakukan pemarutan dan pengepresan, sedangkan pengeringan masih mengandalkan bantuan sinar matahari.
4.6. Proses Produksi
1. Pengupasan Pengupasan dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk
memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari
4.5. Teknologi
Pengolahan tapioka memiliki beberapa tingkatan teknologi. Tingkatan teknologi tersebut adalah tradisional atau mekanik sederhana, semi modern, dan full otomate. Perbedaan teknologi pengolahan tapioka dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini
18
Aspek Produksi
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka dan dijadikan pakan ternak.
2. Pencucian Pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-
remas singkong di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.
3. PemarutanParut yang digunakan ada 2 macam yaitu :a. Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan
tenaga manusia sepenuhnya.b. Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator
4. Pemerasan/EkstraksiPemerasan dilakukan dengan 2 cara yaitu:a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara
manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.
Foto 4.1 : Pencucian Singkong
19
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.
Foto 4.2: Pemerasan/Pengepresan
5. Pengendapan Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4
jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan dikeringkan.
20
Aspek Produksi
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
6. Pengeringan Sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan
cara menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang diletakkan di atas rak-rak bambu selama 1-2 hari (tergantung dari cuaca). Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 15-19%.
Foto 4.4: Pengeringan tapioka dengan sinar matahari
Foto 4.3: Tepung hasil endapan yang siap dikeringkan
21
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Untuk menghasilkan tepung tapioka yang berkualitas, dibutuhkan singkong yang memiliki kadar tepung tinggi yaitu singkong yang dipanen setelah berusia lebih dari 7 bulan.
4.8. Produksi Optimum
Produksi optimal tepung tapioka ditentukan oleh kualitas bahan baku. Dengan kualitas bahan baku yang baik, satu ton singkong dapat menghasilkan 400 kilogram tapioka dan 160 kilogram onggok.
4.9. Kendala Produksi
Kendala dalam industri pengolahan singkong ini adalah ketersediaan bahan baku. Ketersediaan bahan baku sangat penting karena apabila terjadi kelangkaan bahan baku maka produksi akan macet. Untuk itu, kemitraan dengan petani sebagai pemasok bahan baku sangat diperlukan. Disamping untuk menjamin ketersediaan bahan baku, kemitraan ini juga untuk menjamin kualitas bahan baku.
Foto 4.5: Tepung Tapioka
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
2323
BAB V ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pengolahan tepung tapioka.
5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah
Produk pembiayaan konvensional hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga. Sedangkan pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fl eksibel.
Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk.
Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profi t and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Profi t sharing, nisbah bagi hasil
24
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.
Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fl eksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan
5.2.1. Pemilihan Usaha
Usaha pengolahan tapioka harus memperhatikan ketersediaan bahan baku, musim dan modal. Untuk usaha yang menggunakan mesin pengering, faktor alam seperti sinar matahari dan musim tidak menjadi kendala yang berarti, namun baik teknologi sederhana, semi modern maupun full otomate faktor ketersediaan air harus tetap diperhatikan. Usaha pengolahan tepung tapioka di Indonesia masih potensial untuk dilaksanakan karena Indonesia masih memiliki lahan yang potensial untuk penanaman singkong, sehingga ketersediaan bahan baku untuk industri tapioka dapat terjamin. Disamping itu, industri pengolahan tapioka dapat dilakukan dengan teknologi yang sederhana dan tidak membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus.
5.2.2. Pola Usaha dan Pembiayaan
Pola usaha yang dipilih adalah pengolahan tepung tapioka. Kegiatan
25
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
ini mempunyai prospek usaha yang cukup baik. Mengingat komoditas yang dihasilkan dapat menjadi pengganti dari sumber bahan pakan utama yakni beras. Apabila dilihat dari trend permintaan dari komoditas maka terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara perusahaan pengolah tepung tapioka dan petani singkong sebagai penyedia bahan baku melalui pola kemitraan. Perhitungan analisis keuangan ini didasarkan pada kelayakan usaha pengolahan tepung tapioka. Model kelayakan usaha merupakan pengembangan usaha yang telah berjalan dan diharapkan dapat mendorong kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha ini di wilayah lain.
Pada buku ini, model kelayakan usaha pengolahan tepung tapioka diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha. Kebutuhan pembiayaan yang diperlukan meliputi biaya investasi dan modal kerja yang dipenuhi dengan pembiayaan yang bersumber dari pengusaha dan LKS. Pembiayaan yang diberikan oleh LKS meliputi biaya investasi untuk pembelian mesin penggerak dan mesin ayakan. Sedangkan biaya modal kerja berupa pembelian bahan baku. Jangka waktu pembiayaan investasi selama 3 tahun, sedangkan pembiayaan modal kerja selama 1 tahun dan dapat diperpanjang setiap tahunnya.
Merujuk pada system keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, sistem pembiayaan syariah yang sesuai untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dimaksud adalah akad murabahah (jual beli). Pertimbangannya adalah karena dengan produk murabahah pengusaha dapat membiayai pengadaan barang/peralatan/mesin/bahan baku sesuai kemampuannya. Di samping itu pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen.
26
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
5.2.3. Produk Murabahah
Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maupun oleh nasabah. Untuk mengenal produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada penjual (bai’), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman) dan ijab qabul (sighat). Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain: 1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus
diberitahukan.2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan
tidak berubah selama periode akad.3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank /Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifi kasinya.5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli
barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
6. Pembayaran secara murabahah dapat dilakukan secara tunai atau dengan cicilan.
7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:
27
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
a. Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah,
b. Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
5.3. Asumsi
Analisis keuangan suatu proyek terdiri dari proyeksi penerimaan dan pengeluaran selama periode proyek. Analisis keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pendapatan dan biaya, kemampuan melunasi kredit dan kelayakan proyek.
Penyusunan analisa keuangan dalam buku ini menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan pada hasil pengamatan lapangan serta masukan dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan serta referensi yang mendukung dalam penentuan parameter yang digunakan. Tabel 5.1. menyajikan asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan.
Tenaga kerja tetap, termasuk di dalamnya tenaga kerja manajerial, berjumlah 6 orang dengan upah Rp750.000 per orang per bulan. Dari hasil survai, pemilik usaha kecil pengolahan tapioka sekaligus bertindak sebagai tenaga manajerial yang gajinya sama dengan tenaga kerja tetap.
28
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai1 Periode proyek tahun 5
2 Luas tanah hektar 3
3 Hari kerja per bulan hari 25
- Bulan kerja per tahun bulan 12
- Hari kerja tenaga borongan hari 300
4 Produksi dan Harga
- Kapasitas maksimum per hari ton 30
- Produksi per bulan ton 195
- Produksi per tahun ton 2,340
- Harga tapioka per ton Rp 900,000
- Produksi onggok per bulan ton 62
- Harga onggok Rp/ton 300,000
5 Rendemen per ton bahan baku
- Tapioka % 25%
- Onggok % 8%
6 Penggunaan tenaga kerja
- Tenaga manajerial orang
- Tenaga kerja tetap orang 6
- Tenaga kerja borongan orang 20
7 Upah tenaga kerja per hari
- Tenaga manajerial Rp/orang
- Tenaga kerja tetap Rp/orang 25,000
- Tenaga kerja borongan Rp/orang 15,000
8 Bahan Baku per bulan ton 780
9 Harga bahan baku Rp/ton 195,000
10 Margin Pembiayaan Mudarabah % 8.0%
11 Jangka waktu Pembiayaan tahun 5
Sumber : Lampiran 2
29
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional
a. Biaya InvestasiBiaya investasi merupakan biaya tetap (fi xed cost) untuk melakukan
pengolahan tepung tapioka. Biaya investasi industri pengolahan tapioka meliputi perizinan, sewa tanah dan bangunan, mesin dan peralatan. Jumlah biaya investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 sebesar Rp265.000.000. Selama periode proyek, terdapat beberapa komponen biaya investasi yang harus melakukan reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya, antara lain sewa tanah dan bangunan serta peralatan lain seperti kain saringan, rak bambu, dan tambir.
b. Biaya OperasionalBiaya operasional merupakan biaya tidak tetap (variable cost) yang
besarnya tergantung pada jumlah produk. Komponen biaya operasional dalam pengolahan tapioka ini meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Tabel 5.3. menunjukkan biaya operasional yang dibutuhkan untuk industri pengolahan tapioka ini.
Tabel 5.2. Komponen Biaya Investasi Pengolahan Tapioka
No. Jenis Biaya Nilai (Rp) Persentase1 Perijinan 0 0.00%2 Sewa tanah dan bangunan 30,000,000 11.32%3 Mesin/Peralatan 235,000,000 88.68%
Jumlah 265,000,000
Sumber : Lampiran 3
30
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Tabel 5.3. Biaya Operasional Pengolahan Tapioka
No Input Satuan
Harga per
satuan (Rp)
Nilai per bulan (Rp)
Nilai per tahun (Rp)
1 Tenaga kerja - Tetap orang/
bulan750,000 4,500,000 54,000,000
- Tidak tetap orang/bulan
15,000 7,500,000 90,000,000
Sub jumlah 12,000,000 144,000,0002 Bahan baku - Singkong ton 195,000 152,100,000 1,825,200,000 Sub jumlah 152,100,000 1,825,200,0003 Biaya
overhead
- Solar liter/hari 1,850 1,156,250 13,875,000 - Listrik bulan 400,000 400,000 4,800,000 - Telepon bulan 2,000,000 2,000,000 24,000,000 Sub jumlah 3,556,250 42,675,0004 Transportasi - Penjualan
outputton/
bulan10,000 1,950,000 23,400,000
5 Perbaikan dan pemeliharaan alat
bulan 250,000 250,000 3,000,000
Total 169,856,250 2,038,275,000
Dalam usaha pengolahan tepung tapioka ini modal kerja yang dibutuhkan diasumsikan selama 1,5 bulan, sehingga jumlah modal sebesar Rp254.784.375Sumber : Lampiran 4
31
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp2.038.275.000. Biaya variabel pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan karena kapasitas mesin yang tetap, biaya bahan baku merupakan harga yang telah disepakati antara petani, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Jumlah tenaga kerja tidak tetap yang terlibat dalam usaha ini tergantung pada kapasitas mesin dan jumlah produksi sedangkan upah tenaga kerja tetap tidak mengalami kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum propinsi.
5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana untuk usaha pengolahan tapioka sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya meliputi biaya investasi Rp265.000.000,- dan biaya modal kerja sebesar Rp254.784.375,-. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana milik sendiri.
Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk pengadaan mesin penggerak (2 unit) dan mesin ayakan (10 unit). Sedangkan peralatan lainnya diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha sebagai kontribusi dalam usaha.
Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk operasional usaha. Pada usaha pengolahan tepung tapioka, modal kerja meliputi biaya operasional usaha selama satu setengah bulan. Berkaitan dengan kebutuhan modal kerja, komponen yang dibiayai oleh LKS adalah untuk pengadaan bahan baku berupa singkong sebesar Rp152.100.000,-. Kebutuhan komponen biaya modal kerja yang lain juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan.
Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan syariah ditampilkan pada tabel 5.4.
32
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Tabel 5.4. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi
No Uraian Jumlah (Rp)1 Total Biaya Investasi 265,000,000 Pembiayaan untuk pembelian mesin penggerak,
mesin ayakan102,000,000
2 Total Biaya modal kerja 254,784,375 Pembiayaan pembelian bahan baku 152,100,0003 Total Biaya produksi 519,784,375 a. Pembiayaan 254,100,000 b. Modal sendiri 265,684,3754 Total pembiayaan dan margin 290,748,000 a. Pembiayaan investasi 102,000,000 Margin investasi 24,480,000 b. Pembiayaan modal kerja 152,100,000 Margin modal kerja 12,168,000 c. Total margin 36,648,000
Sumber : Lampiran 6
Jangka waktu pembiayaan untuk investasi adalah 3 tahun sedangkan untuk modal kerja adalah 1 tahun tanpa grace period. Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi jangka waktunya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayar. Tingkat margin pembiayaan yang digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 8,0%.
Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara bertahap dengan cara jumlah pembiayaannya dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan siklus produksinya.
5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Output usaha pengolahan tapioka adalah onggok dan tepung tapioka. Dari penjualan output tersebut diperoleh pendapatan sebesar
33
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Rp2.330.640.000 yang diperoleh dari produksi tepung tapioka sebanyak 2.340 ton per tahun dengan harga jual Rp900/kg dan 749 ton per tahun onggok dengan harga jual Rp300/kg.
Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
NoKete-
ranganSatuan Jumlah
Harga
per
satuan
(Rp)
Pendapatan
per bulan
(Rp)
Pendapatan
per tahun
(Rp)
1 Tapioka ton 195 900,000 175,500,000 2,106,000,000
2 Onggok ton 62 300,000 18,720,000 224,640,000
Jumlah Total 194,220,000 2,330,640,000
Sumber : Lampiran 5
5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP)
Proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha pengolahan tapioka mampu memperoleh laba sebesar Rp196.917.760,- dengan rata-rata profi t margin tiap tahun sebesar 8,92% per tahun dan BEP rata-rata Rp380.238.319,- atau BEP produksi rata-rata 422 ton.
34
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Tab
el
5.6
. Pro
yeksi
Lab
a R
ug
i d
an
Bre
ak E
ven
Po
int
(BEP)
No
Ura
ian
Tah
un
Jum
lah
12
34
5
APe
ner
imaa
n2,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
11,6
53,2
00,0
00
BPe
ng
elu
aran
2,09
8,97
2,04
82,
086,
804,
048
2,08
6,80
4,04
82,
078,
644,
048
2,07
8,64
4,04
810
,429
,868
,238
a.
Bia
ya o
per
asio
nal
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
010
,191
,375
,000
b.
Pen
yusu
tan
40,3
69,0
4840
,369
,048
40,3
69,0
4840
,369
,048
40,3
69,0
4820
1,84
5,23
8
c.
An
gsu
ran
po
kok
00
00
00
d.
An
gsu
ran
mar
gin
pem
bia
yaan
20,3
28,0
008,
160,
000
8,16
0,00
00
036
,648
,000
CR
/L s
ebel
um
paj
ak23
1,66
7,95
224
3,83
5,95
224
3,83
5,95
225
1,99
5,95
225
1,99
5,95
21,
223,
331,
762
DPa
jak
(15%
)34
,750
,193
36,5
75,3
9336
,575
,393
37,7
99,3
9337
,799
,393
183,
499,
764
ELa
ba
sete
lah
paj
ak19
6,91
7,76
020
7,26
0,56
020
7,26
0,56
021
4,19
6,56
021
4,19
6,56
01,
039,
831,
998
FPr
ofi
t o
n s
ales
8.45
%8.
89%
8.89
%9.
19%
9.19
%8.
92%
GB
EP :
Ru
pia
h48
3,85
7,39
438
6,85
8,00
138
6,85
8,00
132
1,80
9,09
932
1,80
9,09
91,
901,
191,
594
BEP
: Pr
od
uks
i – T
on
538
430
430
358
358
2,11
2
BEP
Rp
/to
n b
erd
asar
kan
- B
iaya
Op
eras
ion
al87
1,05
887
1,05
887
1,05
887
1,05
887
1,05
887
1,05
8
- To
tal B
iaya
896,
997
891,
797
891,
797
888,
309
888,
309
891,
442
BEP
rat
a-ra
ta
- R
up
iah
380,
238,
319
- Pr
od
uks
i – T
on
422
Sum
ber
: La
mp
iran
8
35
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
5.8. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Untuk aliran kas (cash fl ow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash infl ow) dan arus keluar (cash outfl ow). Arus masuk diperoleh dari penjualan tapioka dan onggok selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya tetap termasuk angsuran pokok pembiayaan, angsuran margin pembiayaan dan pajak penghasilan.
Evaluasi untuk kelayakan usaha pengolahan tepung tapioka dengan pembiayaan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan diawal akad, sehingga pada analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 8,0% p.a., usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha pengolahan tepung tapioka tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan.
Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi Internal Rate of Return (IRR), Net Benefi t-Cost Ratio (Net B/C Ratio), Pay Back Period (PBP). Nilai IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR, maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha).
36
Aspek Keuangan
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
No
Ura
ian
Tah
un
01
23
45
AA
rus
Mas
uk
1. P
ener
imaa
n0
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
0
2. P
emb
iaya
an
a
. In
vest
asi
102,
000,
000
00
00
0
b
. Mo
dal
Ker
ja15
2,10
0,00
00
00
00
3. M
od
al S
end
iri
265,
684,
375
00
00
0
4. N
ilai s
isa
00
00
095
,954
,762
Tota
l Aru
s M
asu
k51
9,78
4,37
52,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
426,
594,
762
Aru
s M
asu
k u
ntu
k m
eng
hit
un
g IR
R0
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,42
6,59
4,76
2
BA
rus
Kel
uar
1. B
iaya
Inve
stas
i26
5,00
0,00
00
30,0
00,0
0030
,000
,000
50,9
33,3
3330
,000
,000
2. B
iaya
Mo
dal
Ker
ja25
4,78
4,37
5
3. B
iaya
Var
iab
el/
Op
eras
ion
al
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
0
4. A
ng
sura
n P
oko
k Pe
mb
iaya
an
186,
100,
000
34,0
00,0
0034
,000
,000
00
5. A
ng
sura
n M
arg
in
Pem
bia
yaan
20
,328
,000
8,16
0,00
08,
160,
000
00
6. P
ajak
(15
%)
34
,750
,193
36,5
75,3
9336
,575
,393
37,7
99,3
9337
,799
,393
Tota
l Aru
s K
elu
ar51
9,78
4,37
52,
279,
453,
193
2,14
7,01
0,39
32,
147,
010,
393
2,12
7,00
7,72
62,
106,
074,
393
Aru
s K
elu
ar u
ntu
k m
eng
hit
un
g IR
R51
9,78
4,37
52,
073,
025,
193
2,10
4,85
0,39
32,
104,
850,
393
2,12
7,00
7,72
62,
106,
074,
393
CTo
tal A
rus
Kas
un
tuk
men
gh
itu
ng
IRR
051
,186
,807
183,
629,
607
183,
629,
607
203,
632,
274
320,
520,
369
DK
um
ula
tif
Aru
s K
as0
51,1
86,8
0723
4,81
6,41
441
8,44
6,02
162
2,07
8,29
594
2,59
8,66
4
Sum
ber
: La
mp
iran
9
Tab
el
5.7
. Pro
yeksi
Aru
s K
as
37
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
5.9. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan
Pola Pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha Pengolahan Tepung Tapioka adalah murabahah (jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu usaha baru atau peremajaan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat margin 8,0% per tahun, selama 3 tahun untuk modal investasi dan 1 tahun untuk modal kerja, menghasilkan margin sebesar Rp36.648.000,-. Tingkat margin ini diberlakukan fl at (tetap) per tahun.
Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data rujukan) untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran10.
3838 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
3939
BAB VI ASPEK EKONOMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN
6.1. Aspek Sosial Ekonomi
Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial, usaha pengolahan tapioka memiliki dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini, diantaranya adalah petani singkong, masyarakat, dan pengusaha itu sendiri. Pihak-pihak yang terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari usaha tersebut. Dampak lain selain kenaikan pendapatan adalah bahwa usaha pengolahan tapioka mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja pengolahan tapioka diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran.
6.2. Dampak Lingkungan
Usaha pengolahan tepung tapioka ini menghasilkan limbah padat, cair dan udara. Sebagian limbah ini ada yang dapat dimanfaatkan lagi secara ekonomis. Limbah padat atau sering disebut onggok merupakan bahan baku pembuat saus dan obat nyamuk bakar. Limbah padat yang lain adalah kulit singkong yang banyak dimanfaat untuk pupuk dan pakan ternak. Limbah cair dari usaha ini digunakan untuk mengairi sawah sekitar lokasi pabrik sehingga keberadaan industri tepung tapioka ini sangat bermanfaat bagi petani. Polusi udara yang dihasilkan tidak mengganggu masyarakat karena terletak jauh dari pemukiman masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada limbah dari usaha pengolahan tapioka ini yang merugikan baik makhluk hidup maupun lingkungan yang tinggal di sekitarnya.
4040 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
4141
BAB VII PENUTUP
7.1. Kesimpulan
1. Peluang pasar komoditi tepung tapioka baik untuk ekspor maupun pemenuhan dalam negeri masih terbuka dan berpotensi memberikan peluang bagi pengembangan dan peningkatan produksi tapioka di Indonesia. Dilihat dari potensinya, sumber daya lahan dan sumber daya manusia untuk pengembangan produksi tapioka di Indonesia masih banyak tersedia di berbagai daerah.
2. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha dalam pengembangan usaha tapioka antara lain masalah bahan baku dan pemasaran tapioka. Masalah bahan baku disebabkan oleh harga jual singkong dari petani yang rendah sehingga petani tidak dapat membiayai usaha penanaman singkong, sedangkan masalah pemasaran tapioka disebabkan oleh minimnya informasi yang diperoleh pengusaha mengenai harga dan jumlah permintaan pasar.
3. Kebutuhan usaha pengolahan tepung tapioka yang dapat dibiayai oleh LKS adalah pembelian mesin penggerak, mesin ayakan dan bahan baku.
4. Akad murabahah sesuai untuk pembiayaan yang peruntukkannya adalah pengadaan barang/peralatan/mesin/bahan baku. Akad ini memberi keleluasaan bagi pengusaha untuk memilih barang dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kemampuan keuangannya.
5. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pendirian usaha baru atau peremajaan usaha, dengan produk murabahah (jual-beli), maka diperlukan modal usaha sebesar Rp519.784.375,- yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp265.000.000,- dan modal kerja sebesar
42
Penutup
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Rp254.784.375,-. Modal tersebut diasumsikan berasal dari pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebesar Rp254.100.000,- dan dari pemilik/pengusaha sebesar Rp265.684.375,-.
6. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan usaha pengolahan tepung tapioka layak untuk diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat margin 8,0%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya.
7. Pengembangan usaha pengolahan tepung tapioka memberikan manfaat yang positif dari aspek social ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifi kan.
7.2. Saran
1. Untuk menjaga kestabilan harga baik harga bahan baku dan harga tapioka pengusaha harus mengoptimalkan fungsi asosiasi atau perkumpulan pengusaha tepung tapioka.
2. Untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan keberlangsungan usaha, setiap pengusaha diharapkan bermitra dengan petani, dengan memberikan perhatian terhadap masalah penanaman ubi yang menentukan kualitas tapioka dengan menyertakan pemberian pupuk organik di samping pupuk anorganik (seperti urea) dan mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah serta memperhatikan umur tanam ubi.
3. Meskipun usaha ini layak dibiayai oleh LKS, namun LKS perlu untuk melakukan analisis pembiayaan yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian LKS.
4343
LAMPIRAN
44
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ................. 45
Lampiran 2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Tapioka ................................................. 50
Lampiran 3 Biaya Investasi ........................................................ 51
Lampiran 4 Biaya Operasional per tahun ................................ 52
Lampiran 5 Proyeksi Pendapatan ............................................. 53
Lampiran 6 Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan Pengolahan Tapioka .............................................. 54
Lampiran 7 Proyeksi Pendapatan dan Biaya ............................ 55
Lampiran 8 Proyeksi Laba Rugi Usaha ..................................... 56
Lampiran 9 Proyeksi Arus Kas ................................................... 57
Lampiran 10 Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah .................................................................... 58
45
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat.
Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.
Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:
1. Informasi data nasabah2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil3. Proyeksi laporan keuangan4. Akad pembiayaan
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
46
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
a. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha.
Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan.
b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil.
Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing.
c. Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dan lain-lain.
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah
47
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfl uktuasi sesuai dinamika usahanya).
d. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.
Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel Pengenalan Produk Syariah
Prinsip Dasar Jenis – jenis
Bagi Hasil (Profi t Sharing)
Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation)Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.
Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profi t and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
48
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profi t Sharing)Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield)Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Jual Beli (Sale and Payment Sale)
Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale)Adalah akad jual beli sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifi kasinya.
Bai’ as Salam (in front Payment Sale)Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture)Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
Sewa (Operational Lease and Financial Lease)
Al-Ijarah (operational Lease)Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.
49
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option)Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa.
Jasa (Fee-Based Services)
Al Wakalah (Deputyship)Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan
Al-Kafalah (Guaranty)Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.
Al-Hawalah (Transfer service)Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya
Ar-Rahn (Mortgage)Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis
Al-qardh (soft and Benevolent Loan)Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan
50
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai1 Periode proyek tahun 52 Luas tanah hektar 33 Hari kerja per bulan hari 25 - Bulan kerja per tahun bulan 12 - Hari kerja tenaga borongan hari 3004 Produksi dan Harga - Kapasitas maksimum per hari ton 30 - Produksi per bulan ton 195 - Produksi per tahun ton 2,340 - Harga tapioka per ton Rp 900,000 - Produksi onggok per bulan ton 62 - Harga onggok Rp/ton 300,0005 Rendemen per ton bahan baku - Tapioka % 25% - Onggok % 8%6 Penggunaan tenaga kerja - Tenaga manajerial orang - Tenaga kerja tetap orang 6 - Tenaga kerja borongan orang 207 Upah tenaga kerja per hari - Tenaga manajerial Rp/orang - Tenaga kerja tetap Rp/orang 25,000 - Tenaga kerja borongan Rp/orang 15,0008 Bahan Baku per bulan ton 7809 Harga bahan baku Rp/ton 195,00010 Margin Pembiayaan Mudarabah % 8.0%11 Jangka waktu Pembiayaan tahun 5
Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Tapioka
5151
No
.Je
nis
Bia
ya
Satu
an
Jum
lah
Harg
a
per
satu
an
Nil
ai
(Rp
)U
mu
r Eko
no
mis
Pen
yu
suta
n
pert
ah
un
(R
p)
Nil
ai
Sis
a
1Pe
rijin
an
0
00
00
2Se
wa
tan
ah d
an b
ang
un
anh
ekta
re3
10,0
00,0
0030
,000
,000
1
0
3M
esin
/Per
alat
an
-
Mes
in P
eng
ger
ak/G
ener
ato
ru
nit
222
,500
,000
45,0
00,0
0010
4,50
0,00
022
,500
,000
-
Mes
in P
aru
tu
nit
280
0,00
01,
600,
000
1016
0,00
080
0,00
0
-
Mes
in P
om
pa
un
it2
1,40
0,00
02,
800,
000
1028
0,00
01,
400,
000
-
Mes
in A
nya
kan
un
it10
5,70
0,00
057
,000
,000
105,
700,
000
28,5
00,0
00
-
Bak
Kac
am
225
12,0
00,0
0012
,000
,000
101,
200,
000
6,00
0,00
0
-
Bak
Pen
amp
un
gu
nit
44,
000,
000
16,0
00,0
007
2,28
5,71
44,
571,
429
-
Ala
t Se
mp
rot
un
it1
8,50
0,00
08,
500,
000
51,
700,
000
0
-
Sari
ng
anu
nit
1030
,000
300,
000
310
0,00
010
0,00
0
-
Bam
bu
un
it10
003,
000
3,00
0,00
05
600,
000
0
-
Pip
au
nit
180
0,00
080
0,00
05
160,
000
0
-
Rak
m2
162,
500,
000
2,50
0,00
03
833,
333
833,
333
-
Tam
bir
un
it10
000
6,00
060
,000
,000
320
,000
,000
20,0
00,0
00
-
Mes
in In
du
ku
nit
115
,000
,000
15,0
00,0
0010
1,50
0,00
07,
500,
000
-
Tim
ban
gan
un
it2
3,75
0,00
07,
500,
000
1075
0,00
03,
750,
000
-
Pera
lata
n la
inn
ya
3,00
0,00
05
600,
000
0
Su
b ju
mla
h
235,
000,
000
40
,369
,048
95,9
54,7
62
Jum
lah
Bia
ya I
nvest
asi
265,0
00,0
00
40,3
69,0
48
95,9
54,7
62
No
.Je
nis
Bia
ya
Nil
ai
(Rp
)Pers
en
-ta
se1
Peri
jinan
00.
00%
2Se
wa
tan
ah d
an b
ang
un
an30
,000
,000
11.3
2%
3M
esin
/Per
alat
an23
5,00
0,00
088
.68%
Ju
mla
h265,0
00,0
00
Lam
pir
an
3.
Bia
ya In
vest
asi
52
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
No
Inp
ut
Satu
an
Harg
a p
er
satu
an
(R
p)
Nil
ai
per
bu
lan
(R
p)
Nil
ai
per
tah
un
(R
p)
1Te
nag
a ke
rja
-
Teta
po
ran
g/b
ula
n75
0,00
04,
500,
000
54,0
00,0
00
- Ti
dak
tet
apo
ran
g/b
ula
n15
,000
7,50
0,00
090
,000
,000
Su
b ju
mla
h
12
,000
,000
144,
000,
000
2B
ahan
bak
u
- Si
ng
kon
gto
n19
5,00
015
2,10
0,00
01,
825,
200,
000
Su
b ju
mla
h
15
2,10
0,00
01,
825,
200,
000
3B
iaya
ove
rhea
d
- So
lar
liter
/har
i1,
850
1,15
6,25
013
,875
,000
-
List
rik
bu
lan
400,
000
400,
000
4,80
0,00
0
- Te
lep
on
bu
lan
2,00
0,00
02,
000,
000
24,0
00,0
00
Sub
jum
lah
3,55
6,25
042
,675
,000
4Tr
ansp
ort
asi
-
Pen
jual
an o
utp
ut
ton
/bu
lan
10,0
001,
950,
000
23,4
00,0
00
5Pe
rbai
kan
dan
p
emel
ihar
aan
ala
tb
ula
n25
0,00
025
0,00
03,
000,
000
Tota
l169,8
56,2
50
2,0
38,2
75
,000
Mo
dal
ker
ja y
ang
dib
utu
hka
n d
iasu
msi
kan
sel
ama
1,5
bu
lan
Jum
lah
Mo
dal
Ker
jaR
p25
4,78
4,37
5
Lam
pir
an
4.
Bia
ya O
per
asio
nal
per
tah
un
53
Usaha Pengolahan Tepung Tapioka
No
Kete
ran
gan
Satu
an
Jum
lah
Harg
a p
er
satu
an
(R
p)
Pen
dap
ata
n
per
bu
lan
(R
p)
Pen
dap
ata
n
per
tah
un
(R
p)
1Ta
pio
kato
n19
590
0,00
017
5,50
0,00
02,
106,
000,
000
2O
ng
go
kto
n62
300,
000
18,7
20,0
0022
4,64
0,00
0
Jum
lah
To
tal
194,2
20,0
00
2,3
30,6
40,0
00
Lam
pir
an
5.
Pro
yeks
i Pen
dap
atan
54
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total Biaya Investasi 265,000,000
Pembiayaan untuk pembelian mesin penggerak, mesin ayakan 102,000,000
2 Total Biaya modal kerja 254,784,375
Pembiayaan pembelian bahan baku 152,100,000
3 Total Biaya produksi 519,784,375
a. Pembiayaan 254,100,000
b. Modal sendiri 265,684,375
4 Total pembiayaan dan margin 290,748,000
a. Pembiayaan investasi 102,000,000
Margin investasi 24,480,000
b. Pembiayaan modal kerja 152,100,000
Margin modal kerja 12,168,000
c. Total margin 36,648,000
Lampiran 6.Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan Pengolahan Tapioka
Keterangan:
Angsuran pengembalian pembiayaan
1 tahun 12 bulan
Margin 8.0% (setara fl at rate per tahun)
A Pembiayaan Investasi 102,000,000
Jangka waktu 3 tahun
Besarnya margin 24,480,000
Uang muka 0
Angsuran pokok per tahun 34,000,000
Angsuran margin per tahun 8,160,000
B Pembiayaan modal kerja 152,100,000
Jangka waktu 1 tahun
Besarnya margin 12,168,000
Uang muka 0
Angsuran pokok per tahun 152,100,000
Angsuran margin per tahun 12,168,000
5555
Lam
pir
an
7.
Pro
yeks
i Pen
dap
atan
dan
Bia
ya
No
Ura
ian
Tah
un
01
23
45
1Pe
nd
apat
an
a.
Tap
ioka
-
2,
106,
000,
000
2,1
06,0
00,0
00
2,
106,
000,
000
2,
106,
000,
000
2,
106,
000,
000
b
. On
gg
ok
-
24,
640,
000
2
24,6
40,0
00
224,
640,
000
224,
640,
000
224,
640,
000
c.
Nila
i Sis
a
-
95,
954,
762
To
tal
pen
dap
ata
n -
2,3
30,6
40,0
00
2,3
30,6
40,0
00
2,3
30,6
40,0
00
2,3
30,6
40,0
00
2,4
26,5
94,7
62
2Pe
ng
elu
aran
a.
inve
stas
i
sew
a ta
nah
3
0,00
0,00
0
30,
000,
000
30,
000,
000
30,
000,
000
30,
000,
000
mes
in/p
eral
atan
23
5,00
0,00
0
20,
933,
333
ju
mla
h a
26
5,00
0,00
0
30,
000,
000
30,
000,
000
50,
933,
333
30,
000,
000
b
. Bia
ya O
per
asio
nal
Mo
dal
ker
ja25
4,78
4,37
5
Ten
aga
Ker
ja
144,
000,
000
1
44,0
00,0
00
144,
000,
000
144,
000,
000
144,
000,
000
Bah
an B
aku
1,82
5,20
0,00
0 1
,825
,200
,000
1,82
5,20
0,00
0
1,82
5,20
0,00
0
1,82
5,20
0,00
0
Bia
ya O
verh
ead
4
2,67
5,00
0
4
2,67
5,00
0
4
2,67
5,00
0
4
2,67
5,00
0
4
2,67
5,00
0
Tran
spo
rtas
i
23,
400,
000
23,
400,
000
23,
400,
000
23,
400,
000
23,
400,
000
Pem
elih
araa
n d
an
Perb
aika
n a
lat
3,0
00,0
00
3,
000,
000
3
,000
,000
3,0
00,0
00
3
,000
,000
Ju
mla
h b
254,
784,
375
2,
038,
275,
000
2,0
38,2
75,0
00
2,
038,
275,
000
2,
038,
275,
000
2,
038,
275,
000
To
tal
pen
gelu
ara
n 5
19,7
84,3
75
2,0
38,2
75,0
00
2,0
68,2
75,0
00
2,0
68,2
75,0
00
2,0
89,2
08,3
33
2,0
68,2
75,0
00
3Su
rplu
s (
519,
784,
375)
292,
365,
000
2
62,3
65,0
00
262,
365,
000
241,
431,
667
358,
319,
762
To
tal s
urp
lus
89
7,06
2,05
4
R
ata-
rata
per
tah
un
17
9,41
2,41
1
5656 Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
No
Ura
ian
Tah
un
Jum
lah
12
34
5
APe
ner
imaa
n2,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
11,6
53,2
00,0
00
BPe
ng
elu
aran
2,09
8,97
2,04
82,
086,
804,
048
2,08
6,80
4,04
82,
078,
644,
048
2,07
8,64
4,04
810
,429
,868
,238
a.
Bia
ya o
per
asio
nal
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
010
,191
,375
,000
b
. Pen
yusu
tan
40,3
69,0
4840
,369
,048
40,3
69,0
4840
,369
,048
40,3
69,0
4820
1,84
5,23
8
c.
An
gsu
ran
po
kok
00
00
00
d
. An
gsu
ran
mar
gin
p
emb
iaya
an20
,328
,000
8,16
0,00
08,
160,
000
00
36,6
48,0
00
CR
/L s
ebel
um
paj
ak23
1,66
7,95
224
3,83
5,95
224
3,83
5,95
225
1,99
5,95
225
1,99
5,95
21,
223,
331,
762
DPa
jak
(15%
)34
,750
,193
36,5
75,3
9336
,575
,393
37,7
99,3
9337
,799
,393
183,
499,
764
ELa
ba
sete
lah
paj
ak19
6,91
7,76
020
7,26
0,56
020
7,26
0,56
021
4,19
6,56
021
4,19
6,56
01,
039,
831,
998
FPr
ofi
t o
n s
ales
8.45
%8.
89%
8.89
%9.
19%
9.19
%8.
92%
GB
EP :
Ru
pia
h48
3,85
7,39
438
6,85
8,00
138
6,85
8,00
132
1,80
9,09
932
1,80
9,09
91,
901,
191,
594
B
EP :
Pro
du
ksi -
To
n53
843
043
035
835
82,
112
B
EP R
p/t
on
b
erd
asar
kan
-
Bia
ya O
per
asio
nal
871,
058
871,
058
871,
058
871,
058
871,
058
871,
058
-
Tota
l Bia
ya89
6,99
789
1,79
789
1,79
788
8,30
988
8,30
989
1,44
2
B
EP r
ata-
rata
-
Ru
pia
h38
0,23
8,31
9
-
Pro
du
ksi -
To
n42
2
Lam
pir
an
8.
Pro
yeks
i Lab
a R
ug
i Usa
ha
(Rp
)
5757
No
Ura
ian
Tah
un
01
23
45
AA
rus
Mas
uk
1.
Pen
erim
aan
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2.
Pem
bia
yaan
a. I
nve
stas
i10
2,00
0,00
00
00
00
b. M
od
al K
erja
152,
100,
000
00
00
0
3.
Mo
dal
Sen
dir
i26
5,68
4,37
50
00
00
4.
Nila
i sis
a0
00
00
95,9
54,7
62
To
tal A
rus
Mas
uk
519,
784,
375
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,42
6,59
4,76
2
A
rus
Mas
uk
un
tuk
men
gh
itu
ng
IRR
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
330,
640,
000
2,33
0,64
0,00
02,
426,
594,
762
BA
rus
Kel
uar
1.
Bia
ya In
vest
asi
265,
000,
000
030
,000
,000
30,0
00,0
0050
,933
,333
30,0
00,0
00
2.
Bia
ya M
od
al K
erja
254,
784,
375
3.
Bia
ya V
aria
bel
/O
per
asio
nal
2,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
2,03
8,27
5,00
02,
038,
275,
000
4.
An
gsu
ran
Po
kok
Pem
bia
yaan
18
6,10
0,00
034
,000
,000
34,0
00,0
000
0
5.
An
gsu
ran
Mar
gin
Pe
mb
iaya
an
20,3
28,0
008,
160,
000
8,16
0,00
00
0
6.
Paj
ak (
15%
)
34,7
50,1
9336
,575
,393
36,5
75,3
9337
,799
,393
37,7
99,3
93
To
tal A
rus
Kel
uar
519,
784,
375
2,27
9,45
3,19
32,
147,
010,
393
2,14
7,01
0,39
32,
127,
007,
726
2,10
6,07
4,39
3
A
rus
Kel
uar
un
tuk
men
gh
itu
ng
IRR
519,
784,
375
2,07
3,02
5,19
32,
104,
850,
393
2,10
4,85
0,39
32,
127,
007,
726
2,10
6,07
4,39
3
DTo
tal A
rus
Kas
un
tuk
men
gh
itu
ng
IRR
051
,186
,807
183,
629,
607
183,
629,
607
203,
632,
274
320,
520,
369
EK
um
ula
tif
Aru
s K
as0
51,1
86,8
0723
4,81
6,41
441
8,44
6,02
162
2,07
8,29
594
2,59
8,66
4
Lam
pir
an
9.
Pro
yeks
i Aru
s K
as
58
DAFTAR LAMPIRAN
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)
Lampiran 10. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah
Jenis Bank Margin Murabahah Porsi Bagi Hasil
Margin Istina/ijaroh
1. BMI 14% -16% efektif
Porsi 5 – 95 bagian, tergantung kondisi usahanya
14% -16% efektif
2. Bukopin Syariah
15% -16% efektif
Porsi 5 – 95 bagian, tergantung kondisi usahanya
Belum ada produk
3. BRI Syariah 15% - 17,5% efektif
Porsi bagi hasil tergantung kondisi usahanya
Belum ada produk
4. BNI Syariah 14% -16% efektif
Porsi bagi hasil tergantung kondisi usahanya
14% -16% efektif untuk ijaroh, sedangkan untuk istina belum ada produk
5. BSM Belum bisa mengkonfi rmasikan besaran margin dan bagi hasil
Keterangan:1. Data per Januari 20102. BMI = Bank Muamalat Indonesia3. BRI = Bank Rakyat Indonesia4. BNI = Bank Negara Indonesia5. BSM = Bank Syariah Mandiri
Top Related