perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN HASIL BELAJAR IPS DALAM
MEMBACA PETA MELALUI TEHNIK PERMAINAN KARTU BERWARNA
BAGI SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS III SDLB NEGERI
KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
TRI ASRIATI
NIM. X5209026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN HASIL BELAJAR IPS DALAM
MEMBACA PETA MELALUI TEHNIK PERMAINAN KARTU BERWARNA
BAGI SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS III SDLB NEGERI
KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
TRI ASRIATI
NIM. X5209026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Munawir Yusuf, M.Psi Drs. Gunarhadi, MA, Ph.D
NIP. 19550501 198103 1 003 NIP. 19550210 198203 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 13 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. R. Indianto, M.Pd …………………………..
Sekretaris : Priyono, S.Pd., M.Si …………………………..
Penguji I : Drs. Munawir Yusuf, M.Psi .…………………………..
Penguji II : Drs. Gunarhadi, MA, Ph.D …………………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Tri Asriati. NIM. X5209026. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN HASIL
BELAJAR IPS DALAM MEMBACA PETA MELALUI TEHNIK PERMAINAN
KARTU BERWARNA BAGI SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS III
SDLB NEGERI KOTA PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan hasil belajar IPS
dalam membaca peta melalui tehnik permainan kartu berwarna bagi siswa tuna
rungu wicara kelas III SDLB Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Subyek penelitian adalah anak tuna rungu wicara kelas III di SDLB Negeri Kota
Pekalongan, dengan jumlah 4 orang siswa terdiri dari 2 orang anak laki-laki dan 2
orang anak perempuan. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dan tes. Sedangkan tehnik analisis data menggunakan model
interaktif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan
nilai tes setelah siklus II.
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
berdasarkan nilai kondisi awal rata-rata 47,50 meningkat menjadi 60,00 pada siklus
I dan pada siklus II menjadi 73,75. Sehingga terjadi peningkatan rata-rata dari
47,50 menjadi 73,75.
Dengan demikian penggunaan tehnik permainan kartu berwarna dapat
meningkatkan hasil kemampuan belajar IPS dalam membaca peta melalui tehnik
permainan kartu berwarna bagi siswa tuna rungu wicara kelas III SDLB Negeri
Kota Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Tri Asriati. NIM.X5209026. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE SOCIAL
SCIENCE LEARNING COMPETENCY IN READING MAP USING COLOR
CARD GAME FOR THE DEAF III GRADERS OF SDLB NEGERI OF
PEKALONGAN CITY IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis.
Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University.
June. 2011.
The objective of this research is to improve the Social Science Learning
Competency in Reading Map using Color Card Game for the deaf III graders of
SDLB Negeri of Pekalongan City in the school year of 2010/2011.
The study belongs to a Classroom Action Research. The subject of research
was the deaf III graders of SDLB Negeri of Pekalongan City, consisting of 4
students (2 boys and 2 girls). Techniques of collecting data used were observation,
interview and test. Meanwhile the technique of analyzing data used was an
interactive model, namely to compare the prior condition test value, after cycle I
test value, and after cycle II test value.
From the result of classroom action research, it can be concluded that the
mean prior condition value of 47.50 increases to 60.00 in cycle I and 73.75 in cycle
II. Thus, there is an increase in the mean value from 47.50 to 73.75.
Thus, the use of Color Card Game technique can improve the Social
Science Learning Competency in Reading Map using Color Card Game for the
deaf III graders of SDLB Negeri of Pekalongan City.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya orang yang memberikan pendidikan/bimbingan kepada anak-
anaknya itu lebih dari sedekah”
(Hadist Riwayat Tirmidzi)
Kesuksesan, keberhasilan, dan kebahagiaan hanya dapat diraih dengan
perjuangan dan niat yang sungguh-sungguh, usaha yang keras serta tidak
lepas dari doa.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
- Suami tercinta
- Anak-anak tersayang
- Rekan-rekan PKh FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Khusus,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.
3. Drs. Gunarhadi, MA, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Khusus
dan pembimbing II telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi, selaku pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Khusus (PKh)/PLB yang
telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Kepala SDLB Negeri Kota Pekalongan yang telah membantu memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam proses penyusunan skripsi.
7. Seluruh staf pengajar di SDLB Negeri Kota Pekalongan yang telah membantu
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam proses penyusunan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Seluruh siswa SDLB Negeri Kota Pekalongan yang telah membantu dan
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam proses penyusunan skripsi.
9. Bapak dan ibuku yang telah memberikan doa restu dan motivasinya sehingga
skripsi ini dapat selesai.
10. Suamiku dan anak-anaku, terima kasih atas doa, kasih, dorongan, dan kesetiaan
serta kesabarannya, semoga Allah meridhoi kita selamanya. Amin.
11. Teman-teman se-almamater khususnya kelas PPKHB, terima kasih untuk
segala bantuannya.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 5
A. Kajian Teori .............................................................................. 5
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Rungu Wicara ..................... 5
a. Pengertian Anak Tuna Rungu Wicara ............................ 5
b. Sebab-sebab Anak Tuna Rungu Wicara ......................... 5
c. Ciri-ciri Anak Tuna Rungu Wicara ................................. 6
d. Cara Mendeteksi Ketunarunguan .................................... 8
e. Klasifikasi Anak Tuna Rungu Wicara ............................ 9
2. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran ...................... 11
a. Pengertian Belajar ........................................................... 11
b. Pengertian Pembelajaran ................................................. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS .................................. 14
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ..................... 14
b. Tinjauan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) . 15
c. Ruang Lingkup IPS SDLB .............................................. 16
4. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ............................... 16
a. Pengertian media Pembelajaran ...................................... 16
b. Klasifikasi Media Pembelajaran ..................................... 16
c. Manfaat dan Fungsi Media ............................................. 17
d. Media Peta....................................................................... 19
e. Permainan Kartu ............................................................. 19
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 22
C. Hipotesis Tindakan ................................................................... 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24
A. Setting Penelitian ...................................................................... 24
a. Tempat Penelitian ................................................................ 24
b. Waktu Penelitian .................................................................. 24
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 24
C. Sumber Data .............................................................................. 24
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 24
a. Observasi ............................................................................. 24
b. Tes ........................................................................................ 26
c. Wawancara .......................................................................... 27
E. Validitas Data ........................................................................... 28
F. Analisis Data ............................................................................. 29
G. Indikator Kinerja ........................................................................ 29
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAAN PEMBAHASAN ............................ 33
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 33
1. Kondisi Awal (Pre Test) ...................................................... 33
2. Deskripsi Siklus I ................................................................. 35
3. Deskripsi Siklus II ............................................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 44
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 46
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 52
A. Simpulan ................................................................................... 52
B. Implikasi ................................................................................... 52
C. Saran ......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. Nilai Hasil Prestasi Belajar IPS Materi Membaca Peta Siswa Kelas III
SDLB Negeri Kota Pekalongan Pekalongan (Kondisi Awal). ................. 33
Tabel 3. Data Hasil Rekapitulasi Penilaian Hasil Evaluasi Siswa Mata
Pelajaran IPS Materi Membaca Peta Pada Kondisi Awal ........................... 34
Tabel 4. Data Hasil Rekapitulasi Penilaian Hasil Evaluasi Siswa Mata
Pelajaran IPS Materi Membaca Peta Pada Siklus I ..................................... 38
Tabel 5. Data Hasil Rekapitulasi Penilaian Hasil Evaluasi Siswa Mata
Pelajaran IPS Materi Membaca Peta Pada Siklus II .................................... 43
Tabel 6. Prestasi Belajar IPS Materi Membaca Peta Setiap Siklus
Melalui Penerapan Teknik Permainan Kartu Yang Berwarna. ................... 47
Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Matematika Materi Nilai
Pecahan Setiap Siklus .................................................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR SKEMA, DIAGRAM DAN GRAFIK
Halaman
Daftar Skema
Skema 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................. 23
Skema 2. Skema Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ...................... 30
Daftar Diagram
Diagram 1. Diagram Prestasi Belajar IPS (Kondisi Awal) ............................. 34
Diagram 2. Diagram Prestasi Belajar IPS Siklus I .......................................... 38
Diagram 3. Diagram Prestasi Belajar IPS Siklus II ......................................... 43
Daftar Grafik
Grafik 1. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi IPS
Materi Membaca Peta Setiap Siklus Melalui Teknik Permainan
Kartu Berwarna ............................................................................. 48
Grafik 2. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi IPS
Materi Membaca Peta Setiap Siklus ............................................. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus ...................................................................................................... 57
2. Lembar Soal Pre Test ................................................................................ 62
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 63
4. Lembar Soal Post Test dan Kunci Jawaban Siklus I ................................ 75
5. Denah, Peta, dan Media Pembelajaran Siklus I ....................................... 78
6. Foto-foto Kegiatan dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I ................. 83
7. Silabus ....................................................................................................... 90
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................... 95
9. Lembar Soal Pos Test dan Kunci Jawaban Siklus II ............................... 107
10. Denah, Peta, dan Media Pembelajaran Siklus II ...................................... 110
11. Foto-foto Kegiatan dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II ................ 114
12. Instrumen Pengamatan .............................................................................. 119
13. Surat Ijin Penelitian Dari Pembantu Dekan III Kepada Rektor
14. Surat Keputusan Menyusun Skripsi dari Pembantu Dekan I
15. Surat Ijin Menyusun Skripsi kepada BAPPEDA Jateng
16. Surat Ijin Penelitian kepada Kepala Sekolah
17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari Kepala Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal usul,
status sosial ekonomi maupun keadaan fisik seseorang termasuk anak-anak yang
mengalami kelainan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1
“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional tentang Pendidikan Luar Biasa menegaskan bahwa :
Pendidikan luar biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut mampu
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun
anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan
interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya anak-anak tuna rungu
sangat mengalami hambatan terutama dalam komunikasi dikarenakan anak tuna
rungu wicara alat pendengarannya dan organ bicaranya tidak dapat berfungsi secara
sempurna, sehingga dalam menerima informasi lewat pendengaran mengalami
kesulitan. Keadaan seperti itu sangat berpengaruh terhadap penguasaan membaca
peta dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Sebagai makluk sosial anak tunarungu wicara juga sangat diharapkan mampu
mengkomunikasikan dirinya dengan lancar, baik di dunia pendidikan maupun di
lingkungan masyarakat sekitarnya. Di lingkungan pendidikan misalnya, dapat
berkomunikasi dengan guru, teman-teman dan karyawan yang berada di lingkup
sekolahnya dengan baik serta dapat mengikuti pelajaran yang diterimanya.
Kemampuan berkomunikasi merupakan faktor yang mendominasi bentuk sosialisasi
tersebut. Karena dengan indera pendengaran dan organ bicara anak tunarungu wicara
tidak dapat dimanfaatkan secara sempurna, ini sangat menghambat perkembangan
kepribadian, kecerdasan dan penampilan sebagai mahkluk sosial.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Untuk mencapai keberhasilan suatu pendidikan bukanlah persoalan yang
mudah, banyak masalah atau kendala yang harus dihadapi dan diatasi untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu keberhasilan suatu proses belajar mengajar,
sehingga tercapai prestasi belajar siswa yang memuaskan, demikian juga untuk
menghadapi anak-anak berkelainan mereka memerlukan pelayanan khusus agar
mereka dapat mengoptimalkan sisa-sisa kemampuannya secara maksimal.
Pendidikan yang diperuntukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus tertuang
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
tentang Pendidikan Luar Biasa yarg berbunyi :
Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses belajar karena
kelainan fisik, emosional mental, sosial dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Anak berkebutuhan khusus tersebut memperoleh pendidikan melalui
Pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu: TKLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB serta melalui sekolah regular sistem terpadu yang disebut pendidikan
inklusi. Tingkat belajar siswa kelas III untuk anak tuna rungu wicara di SDLB
Negeri Kota Pekalongan dalam pelajaran IPS terutama dalam kemampuan
membaca peta masih rendah. Maka perlu dicari penyebabnya, mungkin
penggunaan media belajar yang tidak tepat atau mungkin dapat juga dari pihak
guru dalam penyampaiannya yang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Inilah
yang menjadi pangkal tolak mengapa guru perlu menggunakan media belajar
yang tepat dalam melakukan proses belajar mengajar.
Penguasaan membaca peta bagi anak-anak tuna rungu wicara
merupakan modal utama untuk dapat mengikuti pelajaran IPS dengan baik,
semakin tepat media belajar dimiliki besar pula kemungkinan dalam
membaca peta. Dalam membaca peta tidak hanya cukup melalui peragaan,
tetapi harus menggunakan media yang sifatnya konkrit.
Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa salah satu strategi untuk
peningkatan kemampuan membaca peta pada pelajaran IPS adalah dengan
menggunakan media peta melalui teknik permainan kartu berwarna. Hal ini
dikarenakan siswa lebih menyukai kartu gambar daripada tulisan, apalagi jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kartu gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah
tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
dengan media kartu gambar juga akan dapat memperjelas suatu fakta yang
berupa peristiwa/ kejadian, keadaan secara realistik dan kongkrit.
Dari beberapa kegiatan pembelajaran IPS terutama penguasaan membaca
peta oleh peneliti dan kebanyakan guru di SDLB Negeri Kota Pekalongan dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari hanya sedikit menggunakan kartu gambar,
lainnya menggunakan peragaan, media gambar hanya untuk menunjukkan kata
benda itu saja hanya di gambar di papan tulis, sehingga siswa kurang tertarik di
dalam mengikuti pelajaran serta kurang cepat dapat memahami apa yang sedang
dipelajari.
Berangkat dari uraian permasalahan di atas melalui teknik permainan kartu
yang berwarna yang menarik diharapkan kemampuan membaca peta untuk anak
tunarungu wicara kelas III di SDLB Negeri Kota Pekalongan dapat meningkat.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, peneliti berharap agar kemampuan
belajar IPS dalam membaca peta dapat meningkat. Maka peneliti mengemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
“Apakah teknik permainan kartu berwarna dapat meningkatkan
kemampuan hasil belajar IPS dalam membaca peta anak tunarungu wicara kelas III
SDLB Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan hasil
belajar IPS dalam membaca peta anak tunarungu wicara kelas III SDLB Negeri
Kota Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011”.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Manfaat teoritis
a) Hasil penelitian ini minimal dapat mengembangkan penggunaan teknik
media permainan kartu yang berwarna dalam upaya peningkatan belajar IPS
dalam membaca peta bagi anak tuna rungu wicara.
b) Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengelola anak tuna rungu
wicara.
c) Membuka cakrawala baru bagi dunia pendidikan, masyarakat dan khususnya
bagi keluarga anak tuna rungu wicara, bahwa kemampuan membaca peta juga
penting sebagai sarana untuk wawasan dan interaksi dengan lingkungan
sekitar bagi siswa.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa dengan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memaksimalkan
belajarnya sehingga kemampuan membaca peta dapat meningkat secara optimal.
b) Bagi guru dengan penelitian ini dapat mengembangkan proses pembelajaran
yang lebih baik, menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran,
meningkatkan semangat dalam menjalankan tugas menguasai materi yang
diajarkan.
c) Bagi institusi dapat untuk meningkatkan kerja sama yang baik antara
sesama guru dan kepala sekolah.
d) Bagi orang tua dapat dijadikan masukan dalam membimbing anaknya
dalam belajar di rumah, sehingga kerja sama antara guru orang tua dapat terjalin
dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu Wicara
a. Pengertian Anak Tuna Rungu Wicara
Pengertian anak tuna rungu wicara sebagaimana dikemukakan dalam
buku yang berjudul “Komunikasi Total” oleh Soewito dan Soejono (2000: 9)
adalah seorang yang mengalami ketulian berat sampai total, yang tidak dapat
lagi menangkap tutur kata tanpa membaca gerak bibir lawan bicaranya.
Menurut Sudibyo Markus yang dikutip Sardjono (2002: 5) dalam buku
“Orthopaedagogik Anak Tuna Rungu”, pengertian anak tunarungu adalah
sebagai berikut :
1) Tuna Rungu adalah mereka yang menjalani kekurangan tetapi
masih mampu (tidak kehilangan kemampuan berbicara).
2) Tuna Wicara adalah mereka yang menderita tuna rungu sejak bayi/
lahir, yang karenanya tidak dapat manangkap pembicaraan orang
lain, sehingga tak mampu mengembangkan kemampuan bicaranya
meskipun tak mengalami gangguan pada alat suaranya.
Menurut Herry Widyastono (2003: 52-61) bahwa secara medis
ketunarunguan berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan dengar yang
disebabkan oleh kerusakan dan/atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
alat pendengaran; sedangkan secara pedagogis ketunarunguan ialah
kekurangan atau kehilangan kemampuan dengar yang mengakibatkan
hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tuna rungu
wicara adalah anak yang mengalami ketulian berat sampai total, tetapi mereka
masih mempunyai kemampuan berbicara.
b. Sebab-sebab Anak Tuna Rungu Wicara
Pendapat Brown seperti dikutip dalam buku “Special Needs
Education” oleh Howard dan Orlensky (2000: 263-264) memberikan contoh
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penyebab kerusakan pendengaran yaitu :
1) Materna Rubella (campak), pada waktu ibu mengandung muda
terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya
pendengaran anak.
2) Faktor keturunan, yang tampak dari adanya beberapa anggota
keluarga yang mengalami kerusakan pendengaran.
3) Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur,
berat badan kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya.
4) Meningitis (radang otak), sehingga ada semacam bakteri yang dapat
merusak sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.
5) Kecelakaan/trauma atau penyakit.
Sebab-sebab kelainan pendengaran atau tunarungu wicara dapat terjadi
sebelum anak dilahirkan, atau sesudah anak dilahirkan. Menurut Sardjono
(2002:10-20) dalam buku “Orthopaedagogik Anak Tuna Rungu”,
mengemukakan bahwa faktor penyebab ketunarunguan dapat dibagi dalam:
1) Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)
a) Faktor keturunan
b) Cacar air, campak (rubella, gueman measles)
c) Terjadi toxaemia (keracunan darah)
d) Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar
e) Kekurangan oxygen (anoxia)
f) Kelainan organ pendengaran sejak lahir
2) Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal)
a) Faktor rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis
b) Anak lahir pre mature
c) Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)
d) Proses kelahiran yang terlalu lama
3) Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)
a) Infeksi
b) Meningitis (peradangan selaput otak)
c) Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
d) Otitis media yang kronis
e) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan penyebab
ketunarunguan pada individu terdiri dari tiga faktor yaitu prenatal, natal dan
postnatal.
c. Ciri-ciri Anak Tuna Rungu Wicara
Banyak anak tuna rungu wicara yang menghadapi persoalan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
penyesuaian diri dengan lingkungan karena kecacatannya. Tuna rungu
menuntut orang lain supaya memahami mereka dan memberikan toleransi
yang lebih besar, kadang-kadang anak tuna rungu itu menjadi lebih sensitif
akan reaksi orang lain.
Perbedaan-perbedaan tersebut yang dapat menjadikan suatu ciri atau
karakteristik yang membedakannya dengan anak normal. Adapun ciri-ciri
anak tuna rungu menurut Sardjono (2002: 24-25) adalah sebagai berikut:
1) Ciri dari segi fisik
a) Cara berjalan cepat dan agak membungkuk.
b) Gerakan mata cepat dan agak beringas.
c) Gerakan anggota badan cepat dan lincah.
d) Waktu bicara pernapasan pendek dan agak terganggu.
e) Dalam keadaan bisa (bermain, tidur, tidak bicara) pernapasan
biasa.
2) Ciri khas dalam intelegensi.
Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental/ seseorang.
Anak tuna rungu dalam hal intelegensi tidak banyak berbeda dengan
anak normal pada umumnya.
3) Ciri dari segi emosi
Anak tuna rungu memiliki emosi yang tidak stabil, sehingga dapat
menghambat perkembangan kepribadiannya dengan menampilkan
sikap menutup diri, bertindak secara agresif atau sebaliknya,
menampakkan kebimbangan, dan keragu-raguan.
4) Ciri dari segi sosial
Perlakuan yang kurang wajar dari keluarga atau dari anggota
masyarakat yang berada di sekitarnya dapat menimbulkan beberapa
aspek negatif antara lain:
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan.
2) Perasaan cemburu dan merasa diperlakukan kurang adil.
3) Kurang dapat bergaul.
4) Cepat merasa bosan dan tidak tahan berfikir lama.
5) Ciri dalam segi bahasa, antara lain:
1) miskin kosa kata
2) sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung arti
kiasan.
3) sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung irama dan
gaya bahasa.
Sedangkan menurut Van Uden yang dikutip Muh. Bandi (2000:64)
mengungkapkan bahwa ciri khas anak tuna rungu wicara adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Sifat egosentris yang lebih besar dari anak normal disebabkan oleh
sempitnya dunia penghayatan mereka terhadap kejadian-kejadian di
sekitar mereka.
2) Mempunyai rasa takut akan hidup, sedikit banyak mereka kurang
dapat menguasai dunia sekitar. Hal ini membawa sifat ragu-ragu.
3) Selalu menunjukkan sikap tergantung pada orang lain, disebabkan
perasaan khawatir.
4) Perhatian mereka sulit dialihkan apabila mereka melakukan sesuatu
yang menurut mereka senangi dan dikuasai.
Meskipun demikian sesuai dengan kemampuannya, pelajaran membaca
peta perlu diajarkan sebaik-baiknya, mengingat bahwa membaca peta itu
sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari bagi setiap orang.
d. Cara Mendeteksi Ketunarunguan
Keturanguan dapat terjadi setiap saat, baik masih dalam kandungan
(prenatal), saat kelahiran (natal), ataupun setelah kelahiran (postnatal).
Sehingga perlu cara-cara untuk mendeteksi ketunarunguan seseorang dengan
tujuan semakin cepat teridentifikasi ketunarunguan maka semakin besar
tingkat keberhasilan dalam penanganannya.
Menurut Sardjono (2002:48) dalam buku “Orthopaedagogik Anak
Tuna Rungu”, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
kelainan pendengaran seseorang. Adapun tes-tes yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kelainan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Tes bisik (whisper test)
Jika testee dapat mengerjakannya secara tepat, berarti
pendengarannya masih baik. Tes ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Dilakukan di tempat yang tenang
b) Jarak anak dan pemeriksa antara 5 atau 6 meter
c) Periksa dahulu telinga kanan
d) Telinga menghadap pemeriksa
e) Pemeriksa membisikkan kata-kata yang harus diterima si anak
2) Tes detik jam
a) Mendengarkan detik jam tangan dan menghitung jarak dimana
anak tersebut tidak bisa mendengar detik tersebut (beberapa
sentimeter)
b) Dilakukan terhadap dua telinga bergantian.
c) Bandingkan dengan pemeriksa (dengan catatan pendengaran
pemeriksa normal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Apabila cara 1 dan 2 tidak bisa, dapat dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
Apakah ada reaksi apabila anak dipanggil namanya dari belakang,
atau dibunyikan suara. Misal : suara bel, pukulan piring dan sendok,
dan lain-lain.
4) Tes mendengar suara
Dapat dilakukan dengan cara pemeriksa membunyikan suara
binatang (kambing, ayam, kucing, dan lain-lain) kemudian anak
disuruh menyebutkan binatangnya.
Menurut Muljono Abdurrachman dan Sudjadi S. (2001: 28) dalam
buku “Pendidikan Luar Biasa Umum”, cara mendeteksi ketunarunguan pada
seseorang adalah sebagai berikut:
1) Deteksi dini ketunarunguan (pemeriksaan pendengaran secara
klinis) sederhana.
2) Deteksi dini ketunarunguan (pemeliharaan pendengaran secara
klinis) dengan menggunakan instrumen (alat) dan dilakukan oleh
ahli.
e. Klasifikasi Anak Tuna Rungu Wicara
Banyak ahli yang mengklasifikasikan anak tuna rungu, baik itu
berdasarkan berat ringannya, faktor penyebabnya ataupun waktu kejadiannya.
Dalam penulisan ini akan kami kemukakan menurut berat ringannya, seperti
yang dikemukakan oleh Charles W. Telford dan James M. Swrey (2000:112)
dalam buku “Education for children with special needs”. Mereka
mengelompokkan anak tuna rungu menjadi lima kelompok yaitu:
1) Mild Losses (20-30 dB), yaitu gangguan pendengaran dalam taraf
ringan, anak kelompok ini masih bisa belajar bicara dengan
menggunakan sisa pendengarannya dengan cara-cara yang
dilakukan oleh anak yang memiliki kemampuan pendengaran
normal. Kemampuan mendengar mereka berada dalam batas normal
dan setengah mendengar.
2) Marginal Losses (31-40 dB), yaitu anak yang kehilangan
kemampuan pendengaran, yang biasanya mengalami kesulitan
dalam mendengarkan pembicaraan pada jarak beberapa langkah dari
pembicara, tetapi mereka masih mampu mempelajari bicara dan
bahasa melalui pendengarannya.
3) Moderate Losses (41-60 dB), yaitu gangguan kemampuan
pendengaran tingkat sedang. Pada tingkat ini mereka mendengar
percakapan harus keras suaranya, dan matanya selalu menangkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mimik muka dan bibir pembicara. Gangguan tingkat ini masih bisa
belajar bicara bahasa dengan menggunakan sisa pendengarannya.
4) Severe Losses (61-75 dB), yaitu gangguan pendengaran pada taraf
berat dimana mereka harus mempelajari bicara dan bahasa dengan
menggunakan teknik khusus. Kemampuan mendengar mereka
terletak di antara setengah mendengar dan tuli (deae).
5) Profoun Losses (lebih dari 75 dB), yaitu gangguan kemampuan
pendengaran yang sangat berat. Anak ini sudah tidak bisa lagi
menggunakan kemampuan pendengarannya untuk latihan bicara dan
bahasa, walaupun dengan suara yang keras.
Menurut Emon Sastrowinoto yang dikutip Sardjono (2000: 30) dalam
buku “Orthopaedagogik Anak Tuna Rungu I” mengklasifikasikan
ketunarunguan sesuai sengan dasar-dasarnya yaitu:
1) Klasifikasi secara etiologis
a) Tuna rungu endogen atau turunan
b) Tuna rungu eksogen atau disebabkan penyakit atau kecelakaan
2) Secara anatomis fisiologis tuna rungu dapat dibagi menjadi:
a) Tuna rungu hantaran (konduktif)
b) Tuna rungu saraf (perceptif)
c) Tuna rungu campuran
3) Klasifikasi menurut terjadinya ketuna runguan
a) Tuna rungu yang terjadi pada waktu dalam kandungan (pre natal)
b) Tuna rungu yang terjadi pada saat kelahiran (neo natal)
c) Tuna rungu yang terjadi setelah kelahiran (post natal)
4) Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran
audiometer
a) Tuna rungu taraf ringan antara 5-25 dB
b) Tuna rungu taraf sedang antara 26-50 dB
c) Tuna rungu taraf berat anatara 51-75 dB
d) Tuli total >75 dB
Menurut Bishop yang dikutip Herry Widyastono (2003:52-61), taraf
ketunarunguan dapat diukur dengan Audiometer, dan diklasifikasi sebagai
berikut :
1) Ketunarunguan pada taraf 30-40 dB (decibel), yaitu ketunarunguan
taraf sangat ringan. Anak tunarungu pada taraf ini masih dapat
belajar bersama anak normal asalkan mereka ditempatkan di
bangku pada depan.
2) Ketunarunguan pada taraf 45-55 dB, yaitu ketunarunguan taraf
ringan. Anak tunarungu pada taraf ini masih dapat belajar bersama
anak normal dengan pemakaian alat bantu dengar.
3) Ketunarunguan pada taraf 60 – 70 dB, yaitu ketunarunguan taraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sedang. Anak tunarungu pada taraf ini masih dapat belajar bersama
anak normal dengan pemakaian alat bantu dengar, dengan diberi
latihan bicara, membaca ujaran, dan latihan mendengar.
4) Ketunarunguan pada taraf 75 – 90 dB, yaitu ketunarunguan taraf
berat. Anak tunarungu pada taraf ini sudah memerlukan pendidikan
khusus dengan latihan bicara, membaca ujaran, dan latihan
mendengar.
5) Ketunarunguan pada taraf 90 dB ke atas, yaitu ketunarunguan taraf
sangat berat (tuli). Anak tunarungu pada taraf ini sudah harus
mengikuti program pendidikan di sekolah khusus (SLB-B) dengan
mengutamakan pelajaran bahasa, bicara dan membaca ujaran.
Penggunaan alat bantu dengar tidak memberikan manfaat baginya.
Tuna rungu dapat diklasifikasikan menjadi kelompok tunarungu ringan,
sedang, berat, dan tuli total. Selain itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan
akademik anak tunarungu wicara mengalami keterbatasan dibanding anak
normal. Keadaan seperti ini disebabkan karena anak tunarungu mengalami
gangguan dalam menerima informasi lewat pendengaran.
2. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Sebelum berbicara tentang hakekat belajar dan pembelajaran akan lebih
tepat jika mengetahui tentang arti “belajar” terlebih dahulu. Menurut pendapat
James O.Whittaker yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah (2000: 12), dikatakan
bahwa “Belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman”. Sedangkan Howard L. King Skey mengatakan
bahwa learning is the procecss by which behavior (in the broader sense)
isoriginated or changed trough practice or training. Belajar adalah proses di mana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Masih dalam buku yang sama, tokoh pendidikan Crombach berpendapat bahwa
learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai
suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai dan hasil
pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas tentang
pengertian belajar, ada kata yang penting perlu kita catat sehubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
hakekat belajar, yakni kata “perubahan” atau “change”. Misalnya saja
Crombach mengatakan bahwa belajar merupakan aktivitas yang ditunjukkan
oleh perubahan tingkah laku...., dan Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa belajar
adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan...”. Tokoh lain mungkin tidak menyebut kata “perubahan” dalam
mengartikan belajar, namun secara tersirat mengandung makna perubahan.
Perubahan yang dimaksud tentu perubahan yang dikehendaki dalam belajar yang
memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Ahmad Badawi (2000: 14) ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam belajar sebagai berikut :
1) Perubahan yang terjadi secara sadar.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya
itu memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru,
maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah belajar. Perubahan yang
dimaksud adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan
mempengaruhi tingkah laku seperti ciri-ciri yang telah disebutkan di atas.
Perubahan tingkah laku akibat mabuk karena minum-minuman keras, akibat
gila, akibat tabrakan, dan sebagainya bukanlah kategori yang dimaksud.
(Ahmad Badawi, 2000: 14)
Dari pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat belajar
adalah perubahan dan tidak semua perubahan adalah hasil dari belajar.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang berarti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman (Poerwodarminto, 2007: 79). Menurut pendapat
Hilgard dan Bower dalam Ngalim Purwanto (2002: 84) mengemukakan, “Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang”. Sedangkan menurut Rooijakers yang dikutip Aben Ambarita (2003),
mengatakan bahwa belajar adalah proses belajar (pembelajaran), merupakan sesuatu
yang harus ditempuh seseorang untuk mengerti sesuatu yang sebelumnya tidak
diketahui.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan proses belajar. Dalam proses tersebut melibatkan
beberapa unsur yakni a). Pembelajar, b) Guru (yang bertindak sebagai orang yang
membelajarkan siswa, c). Sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Maka
salah satu ciri seseorang yang telah mengikuti pembelajaran yakni mengerti
sesuatu hal serta mampu menerapkan apa yang telah ia pelajari. Proses belajar
(Pembelajaran) terdiri dari beberapa tahap yang harus dilalui apabila seseorang
ingin sungguh belajar. Berikut tahap-tahap proses belajar menurut Alben Alberto
(2006: 64):
1) Motivasi untuk belajar
2) Minat (perhatian) pada materi pelajaran
3) Menerima dan mengingat
4) Reproduksi
5) Generalisasi dan
6) Melaksanakan latihan dan umpan balik dari belajar yang
diperoleh.
Dari uraian dan pendapat++6+456+456+ beberapa ahli pendidikan di
atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
membelajarkan subyek didik/ pebelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/ pembelajar
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sebagai
sistem maka pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang meliputi tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan
tindak lanjut pembelajaran (pelayanan remedial dan pengayaan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Tinjauan Tentang Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Sumantri (2000: 3) mengemukakan bahwa batasan Pembelajaran
IPS ini digambarkan sebagai “Program pendidikan yang memilih bahan pendidikan
dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanities yang diorganisasi dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Pendapat yang senada
disampaikan Al Muchtar (2001: 32) bahwa “Pembelajaran IPS merupakan
berbagai macam pengorganisasian ilmu-ilmu sosial dan kegiatan-kegiatan dasar
manusia dengan segala permasalahannya, yang diorganisir dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan FIPS Pascasarjana”. Sedangkan
Max Helly (2000: 60-63) menjelaskan bahwa “Pembelajaran IPS ialah suatu
program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya
mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun lingkungan
sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi,
penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, termasuk di dalamnya sosiologi, sejarah,
ekonomi, antropologi, politik, psikologi”. Sejalan dengan itu, Ken Worthy (2001:
12) menegaskan pula bahwa pada kenyataannya dapat disebutkan “Antropologi,
sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu politik, sejarah dan psikologi merupakan
lapangan pendidikan IPS, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik,
agama, dan filsafat serta ilmu-ilmu lainnya”.
Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dari
Puskur seperti dikutip oleh Mulyasa (2006: 125) dikatakan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran. IPS
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang
cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan
berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh
karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan
di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran IPS merupakan program pendidikan atau bidang studi yang
mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan
pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan
manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari
manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Seperti yang tertulis dalam Garis-garis Program Pembelajaran (GBPP,
1994) seperti yang dikutip oleh Purwanto (2001: 199) dikatakan bahwa “Mata
Pelajaran IPS SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi dirinya
dalam kehidupan sehari-hari”. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu
mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia
sejak masa lalu hingga kini, sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Sedangkan Mulyasa (2006: 125)
menuliskan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,
dan global.
c. Ruang Lingkup IPS SDLB
Ruang Lingkup IPS menurut KTSP telah ditetapkan oleh Depdiknas
seperti yang dikutip oleh Mulyasa (2006: 126) disebutkan sebagai berikut:
1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3) Sosial dan Budaya
4. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media menurut istilahnya berasal bahasa latin medium yang artinya adalah
perantara atau pengantar. Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Poerwodarminto, 2007: 640) media diartikan “Alat (sarana) komunikasi”. Robert
Henick (2001: 7) memberikan pengertian “media are caries of information between
receiver”. Media adalah membawa informasi dengan penerima. Suharsimi Arikunto
(2003: 19) menyebutkan “Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang
digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih
mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan”.
Sedangkan Oemar Hamalik (2002: 22) mengemukakan media adalah “Alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi guru
dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”. Menurut Briggs
yang dikutip oleh Arsito Rahadi (2004: 8) mengartikan media sebagai “Alat untuk
memberikan perangsang bagus agar terjadi proses belajar”.
Berdasarkan dan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian media
adalah suatu sarana yang digunakan dalam proses belajar sehingga terjadi
komunikasi antara guru dan siswa.
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan di dunia pendidikan, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pendidikan formal maupun non formal memiliki berbagai jenis. Pembagian
jenis media tersebut berdasarkan sudut pandang dan kemajuan teknologi yang
berkembang. Secara garis besar jenis media terbagi menjadi tiga yaitu media
suara, media gerak dan media visual. Arsito Rahadi (2004: 17) membagi jenis
media sebagai berikut:
1) media audio
2) media cetak
3) media visual diam
4) media audio semi gerak
5) media audio semi gerak
6) media semi gerak
7) media audio visual diam
8) media audio visual gerak
Lebih jauh Arsito Rahadi (2004: 18) mengelompokkan media menjadi 10
golongan yaitu :
1) Audio contohnya dalam pembelajaran adalah kaset audio, siaran
radio, CD, telepon.
2) Cetak, contoh dalam pembelajaran adalah buku pelajaran, modul,
brosur, leaflet, gambar.
3) Audio cetak, contoh dalam pembelajaran adalah kaset audio yang
dilengkapi bahan tertulis.
4) Proyeksi visual diam, contoh dalam pembelajaran adalah overhead
tranparansi (OHT), film bingkai (slide).
5) Proyeksi audio visual, diam contoh dalam pembelajaran adalah film
bingkai (slide) bersuara.
6) Visual gerak, contoh dalam pembelajaran adalah film bisu.
7) Audio visual gerak, contoh pembelajaran adalah film gerak
bersuara, video /VCD, televisi.
8) Obyek fisik contoh dalam pembelajaran benda nyata, model,
specimen.
9) Manusia dan lingkungan, contoh dalam pembelajaran adalah guru,
pustakawan, laboran.
10) Komputer contoh dalam pembelajaran adalah CAI
(pembelajaran berbantukan Komputer, CBI (pembelajaran berbasis
Komputer).
c. Manfaat dan Fungsi Media
Media dalam pendidikan memiliki berbagai manfaat dan fungsi. Sehingga
setiap media yang akan diciptakan atau digunakan harus memiliki nilai
kebermanfaatan baik bagi guru maupun bagi siswa terutama dalam mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tujuan pembelajaran. Arsito Rahadi (2004: 15) mengemukakan bahwa manfaat
media pembelajaran adalah sebagai berikut;
1) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih
kongkrit.
2) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu.
3) Media dapat membantu keterbatasan indera manusia
4) Media juga dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau
peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas.
5) Infomasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri
siswa.
Adapun fungsi media pembelajaran menurut Roestijah (2002: 29) adalah
sebagai berikut:
1) Fungsi edukatif
Media pendidikan dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung
nilai-nilai pendidikan.
2) Fungsi sosial
Dengan media pendidikan hubungan antara anak dapat lebih baik, sebab
mereka secara gotong royong dapat bersama-sama mempergunakan media
tersebut.
3) Fungsi ekonomis
Dengan satu macam alat, media pendidikan sudah dapat dinikmati oleh
sejumlah anak dan dapat digunakan sepanjang waktu.
4) Fungsi politis
Dengan media pendidikan berarti sumber pendidikan dari pusat akan sampai
ke daerah.
5) Fungsi seni budaya
Dengan adanya media pendidikan berarti kita dapat bermacam-macam hasil
budaya manusia sehingga pengetahuan anak tentang nilai budaya
manusia makin bertambah luas.
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2002:57) fungsi media
pembelajaran adalah :
1) bersifat kongkrit untuk berfikir dan dapat mengurangi verbalisme.
2) memperbesar perhatian siswa.
3) membuat pelajaran menjadi lebih mudah.
4) memberikan pelajaran pengalaman yang nyata kepada siswa
5) menumbuhkan pemikiran siswa secara teratur.
6) membantu tumbuhnya pengertian dalam kemampuan berbahasa.
7) memberikan pengalaman serta membantu berkembangnya efisiensi
yang lebih mendalam belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Media Peta
Pengertian peta merupakan suatu media yang menunjukkan letak tanah,
laut, sungai, gunung dan sebagainya, denah representatif melalui gambar dari
satu daerah yang menyatakan sifat-sifat seperti batas daerah, dan sifat permukaan.
Media peta mempunyai fungsi antara lain ;
1) Menyajikan data-data lokasi jarak arah, wilayah daratan, lautan,
kepulauan.
2) Menggambarkan secara visual tentang permukaan bumi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi.
3) Memberi pengetahuan pada peserta didik tentang posisi dari kesatuan
politik, keadaan alam daerah kepulauan, dll.
4) Merangsang minta belajar peserta didik terhadap penduduk dan
keadaan geografis.
5) Mengkongkritkan pesan-pesan yang abstrak
6) Memahami kejadian-kejadian yang terjadi di muka bumi, bentuk
bumi, distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
7) Memperjelas pengetahuan peserta didik tentang peta.
e. Permainan Kartu
Pengertian media yaitu media yang memuat instruksi-instruksi yang
berupa pertanyaan dan latihan yang digunakan untuk mempelajari ide mereka
dalam bentuk kartu angka.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, maka yang
dimaksud media permainan kartu dalam penelitian ini adalah media permainan
kartu yang berbentuk empat persegi panjang yang terbuat dari kertas asturo
berwarna yang berukuran 15 x 10 cm yang berisi gambar dan angka, yang
bertujuan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, dimana peserta yang
terlibat di dalamnya atau pemain-pemainnya bermain dengan menggunakan
aturan-aturan yang telah ditentukan.
1) Fungsi Media Permainan Kartu Berwarna Anak Tunarungu
John D. Latuheru (2001:112-113) mengemukakan fungsi permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kartu sebagai berikut:
a) Kondisi atau situasi dimana permainan sangat penting bagi anak
didik, karena mereka akan bersikap lebih positif terhadap
permainan kartu ini.
b) Permainan dapat mengajarkan tentang fakta dan konsep secara
tetap guna, sama dengan pembelajaran konvensional pada objek
yang sama.
c) Pada umumnya permainan kartu dapat meningkatkan motivasi
belajar anak didik, permainan dapat juga mendorong siswa untuk
saling membantu satu sama lain.
d) Bantuan yang paling baik dari permainan kartu adalah bagi
dominan efektif (yang menyangkut perasaan atau budi pekerti)
yaitu memberi bantuan motivasi untuk belajar serta bantuannya
dalam masalah yang menyangkut perubahan sikap.
e) Guru maupun siswa harus dapat memilih bentuk media permainan
kartu mana yang mengandung nilai tinggi dan bermakna untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
f) Dalam bidang berhitung, media permainan dapat meningkatkan
kemampuan anak, dan dapat memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan proses pembelajaran yang konvensional.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat
ditegaskan bahwa fungsi media permainan kartu berwarna dalam pelajaran
IPS terutama materi membaca peta bagi anak tunarungu wicara adalah
sebagai berikut:
a) Membangkitkan motivasi belajar IPS bagi anak tunarungu, media
permainan kartu berwarna dibuat dari gambar-gambar yang bermacam-
macam sehingga menarik perhatian anak dan anak mau mencobanya
serta aktif dalam belajar, yang ada akhirnya memotivasi belajar anak.
b) Meningkatkan kemampuan membaca peta bagi anak tunarungu wicara,
karena anak sudah termotivasi untuk lebih lama dan mencobanya secara
berulang-ulang, sehingga kemampuan membaca peta anak tunarungu
meningkat.
c) Membantu menumbuhkan pengertian konsep dari yang abstrak menjadi
konkret, media permainan kartu berwarna memang dirancang untuk
menjadikan konsep-konsep yang abstrak menjadi konkret, sehingga
membantu menumbuhkan pengertian menjadi jelas.
d) Memperbesar dan meningkatkan perhatian anak, media permainan kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berwarna sengaja dibuat supaya anak tertarik untuk mencobanya
sehingga dapat memperbesar dan dapat meningkatkan perhatian anak.
e) Memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan bakat serta
minat anak tunarungu wicara, media ini dibuat atau dirancang
(disesuaikan dengan kemampuan anak).
2) Keuntungan Media Permainan Kartu
John D. Latuheru (2001:112-113) mengemukakan keuntungan
permainan kartu sebagai berikut:
a) Melalui permainan kartu siswa dapat dengan segera melihat atau
mengetahui hasil dari pekerjaan mereka.
b) Permainan kartu memungkinkan peserta untuk memecahkan
masalah-masalah nyata.
c) Biaya untuk latihan dapat dikurangi dengan adanya permainan.
d) Permainan memberikan pengalaman-pengalaman nyata dan dapat
diulangi sebanyak yang dikehendaki.
e) Permainan dapat digunakan hampir semua bidang pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat
ditegaskan bahwa keuntungan media permainan kartu berwarna sebagai berikut:
a) Belajar IPS dengan menggunakan media permainan kartu berwarna anak
akan senang, sebab anak memperjelas pengetahuan tentang peta
dengan melakukan permainan itu.
b) Materi pelajaran IPS khususnya materi tentang peta akan lebih jelas
dikuasai anak sebab dengan menggunakan media permainan kartu berwarna,
materi sering diulang-ulang.
c) Anak tunarungu wicara sukar memahami sesuatu yang abstrak, dengan
menggunakan media permainan kartu berwarna dalam pelajaran IPS anak
akan lebih konkrit dalam menerima pelajaran.
3) Kelemahan Media Pembelajaran Kartu
John D. Latuheru (2001:115) mengemukakan bahwa kelemahan
media permainan kartu sebagai berikut :
a) Efektivitas belajar dengan melalui permainan tergantung dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
materi yang dipilih secara khusus serta bagaimana
menggunakannya.
b) Penggunaa bahan untuk permainan biasanya memerlukan suatu
pengaturan kelompok secara khusus, bila ada siswa yang tidak
melakukan, biasanya mengganggu atau menghambat keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.
c) Bahan permainan mungkin sekali membutuhkan biaya yang cukup
besar serta membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
d) Membutuhkan adanya diskusi-diskusi sesudah permainan dan itu
dilaksanakan demi keberhasilan tujuan pembelajaran tersebut.
e) Waktu dalam hal ini merupakan suatu rintangan yang sangat
berarti secara induktif memang membutuhkan waktu jika
dibandingkan dengan mengajar secara langsung.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat
ditegaskan bahwa kelemahan media permainan kartu berwarna dalam
pelajaran IPS materi membaca peta bagi anak tunarungu wicara dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a) Penggunaan media permainan kartu berwarna dalam pelajaran IPS
membutuhkan waktu yang banyak, bila dibandingkan dengan belajar
biasa.
b) Media permainan kartu membutuhkan biaya yang cukup tinggi bila
dibandingkan dengan alat peraga yang lain dalam meningkatkan
kemampuan belajar IPS anak tunarungu wicara.
c) Penggunaan media permainan kartu berwarna harus disesuaikan
dengan materi pelajaran yang diajarkan.
d) Media permainan kartu berwarna sulit diajarkan bagi siswa yang jumlahnya
banyak, terutama anak tunarungu wicara.
B. Kerangka Berpikir
Mata Pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran yang diberikan pada siswa
tunarungu di SDLB. Mata pelajaran IPS diberikan pada siswa tunarungu wicara dengan
tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang ekonomi dalam hidup sehari-hari,
kondisi suatu wilayah dan sejarah. Dengan tujuan itu diharapkan siswa tunarungu
dalam kehidupan sehari-harinya dapat menerapkan di lingkungan hidupnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Kondisi anak tunarungu wicara yang lemah dalam pendengaran berakibat sulitnya
menerima materi pelajaran yang bersifat abstrak. Dengan kondisi tersebut anak tunarungu
wicara memiliki prestasi belajar yang rendah khususnya dalam mata pelajaran IPS. Hal ini
dikarenakan materi dalam IPS banyak materi dengan tingkat abstraksi yang cukup
tinggi.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat
mempermudah penjelasan materi yang disampaikan. Media tersebut dapat berupa media
buatan sendiri maupun media yang sudah jelas. Salah satu media yang digunakan dalam
mata pelajaran IPS yaitu media peta. Media peta sebagai salah satu media yang memiliki
berbagai kelebihan dan kemudahan dalam menjelaskan materi pada pembelajaran IPS.
Adapun untuk memperjelas kerangka berfikir dapat dilihat pada diagram berikut :
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan teknik permainan kartu
berwarna dapat meningkatkan kemampuan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dalam
membaca peta pada siswa tunarungu wicara kelas III SDLB Negeri Kota Pekalongan
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Kemampuan Awal, Prestasi Belajar
Ilmu Pengetahuan sosial
Guru memberikan pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dalam materi membaca peta dengan
Menggunakan teknik permainan kartu berwarna
Kemampuan akhir, diduga dengan menggunakan
teknik permainan kartu berwarna dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman membaca
peta pada anak runarungu wicara
Skema 1. Skema Kerangka berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi diperolehnya data yang dibutuhkan
dan harus sesuai dengan tujuan penelitian dan pokok permasalahan yang
dirumuskan. Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian di kelas III SDLB
Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu 2 (dua) jam per
minggu dari bulan Februari sampai dengan Mei 2011.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jenis Kegiatan Februari Maret April Mei
1.Persiapan Penelitian
a. Penyusunan Judul
b. Penyusunan proposal
c. Perijinan
2. Perencanaan Tindakan
3. Implementasi Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
4. Review
5. Penyusunan Laporan
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDLB Negeri Kota
Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011 sejumlah 4 (empat) anak.
Tabel 2. Daftar Nama Subyek Penelitian
No Nama Umur L/P Ketajamanan
pendengaran Keterangan
1.
2.
3.
4.
Chairun Nisa
Siswi
Tiyo
Yogi
11
13
11
11
P
P
L
L
Belum ada
Belum ada
Belum ada
Belum ada
Semua belum diperiksakan karena
keterbatasan ekonomi orangtua
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Sumber Data
Sumber data adalah sebagian individu yang menjadi subyek penelitian.
Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah siswa tuna rungu wicara
kelas III SDLB Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini
merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian
dapat tercapai.
Metodologi penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 136) “Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2000: 59) berpendapat bahwa
“Metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan
secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan data untuk pemecahan suatu masalah.
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis
gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi,
dokumentasi, dan tes.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Berdasarkan beberapa literatur yang diperoleh, pengertian observasi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi
Arikunto, 2006: 197).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:
1) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.
2) Observasi Terfokus
Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat
yang disediakan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya
dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
kemampuan membaca peta melalui teknik permainan kartu. Alasan digunakan
observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer melakukan
pengamatan dan observasi terstruktur sesuai dengan masalah yang diteliti.
2. Tes
a. Pengertian Tes
Berdasarkan beberapa literatur, diperoleh pengertian bahwa: “Tes
adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus
dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:
138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat
yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa
baik secara individu atau kelompok.
b. Macam-macam Tes
Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2)
Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes
jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006:139).
c. Tes yang Digunakan
Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes
yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta
untuk menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes lisan atau perbuatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Wawancara
a. Pengertian Wawancara
Dari beberapa literatur, diperoleh pengertian wawancara sebagai
berikut:
“Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula” (Margono,
2009: 165). Sedangkan pengertian wawancara menurut Masri Singarimbun dan
Sofian Effendi (2005: 192), “Wawancara adalah mendapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada responden”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara
adalah alat pengumpul informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.
b. Teknik Wawancara
Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di
kelas.Wawancara dilakukan antara peneliti dan guru kelas. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca peta sebelum
menggunakan teknik permainan kartu berwarna dan sesudah menggunakan
teknik permainan kartu berwarna.
Dari wawancara serta kegiatan pengamatan yang telah dilakukan,
kemudian diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan
dengan pembelajaran kemampuan membaca peta.
E. Validasi Data
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi review
informan kunci. Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan
dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data
validitas tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar
yang kuat dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memeriksa validitas adalah triangulasi.
Moleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan
triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan
data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber yang berbeda.
Sedang triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan
metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau dokumen
yang ada.
Untuk menjaga validitas, secara kolaboratif data akan didiskusikan dengan
teman sejawat, serta diupayakan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1)
observer akan mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas; 2)
tujuan, batas waktu dan rambu-rambu observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat
lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi harus dilakukan secara obyektif.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan model interaktif yaitu membandingkan
nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi indikator kinerja adalah adanya peningkatan kemampuan belajar
IPS dalam membaca peta.
Untuk mengetahui keberhasilan apabila siswa telah diadakan pembelajaran
dengan menggunakan teknik permainan kartu berwarna, maka perolehan nilai
siswa meningkat dari sebelumnya baik nilai individu siswa maupun rata-rata kelas
sehingga mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
H. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui empat langkah
utama yang saling berkaitan, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan
Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan model PTK sebagaimana yang dikemukakan oleh Suhardjono
dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008: 74).
Agar di dalam penelitian ini dapat berjalan dan mendapatkan hasil yang
baik, optimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka perlu adanya
prosedur penelitian. Untuk lebih jelas mengenai tahapannya, dapat dilihat pada
bagan berikut :
Skema 2. Skema Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan/
Pengumpulan
Data I
Refleksi I
Perencanaan
Tindakan II Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan
Data II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Permasalahan baru
Hasil refleksi
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang matang dan terorganisir digunakan dalam penelitian
untuk mendapatkan hasil dan dapat berjalan dengan baik, optimal, sesuai
dengan yang diharapkan. Adapun perencanaan tindakan ini adalah:
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah ini merupakan hasil dari observasi yang menunjukkan
bahwa siswa kelas III SDLB Negeri Kota Pekalongan tahun pelajaran
2010/2011 masih rendah pemahaman mengenai kemampuan membaca peta.
b. Alternatif tindakan
Alternatif tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah dari uraian
perencanaan (planning) tersebut di atas adalah dengan cara peningkatan
kemampuan membaca peta dipersiapkan oleh guru dengan cara teknik
permainan kartu berwarna secara berulang-ulang. Dalam pembelajaran ini
guru memberi contoh pada anak teknik permainan kartu berwarna, anak
disuruh melakukannya secara berulang-ulang.
c. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran
Agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa
yang diharapkan, maka seorang guru mempersiapkan perangkat
pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran tersebut adalah silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran, dan alat peraga. Siklus I dilaksanakan
pada bulan Februari 2011 dengan kompetensi dasar membaca peta wilayah
lingkungan setempat (lingkungan sekolah, kelurahan, kecamatan, kabupaten
atau atau kota) propinsi Jawa Tengah.
Dalam pembelajaran secara klasikal sesuai deskripsi yang diberikan, siklus
II dan III dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2011 dengan kompetensi
dasar kompetensi dasar membaca peta wilayah lingkungan setempat
(lingkungan sekolah, kelurahan, kecamatan, kabupaten atau atau kota)
propinsi Jawa Tengah.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Guru dalam melaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran peningkatan
kemampuan membaca peta melalui teknik permainan kartu berwarna. Dengan
cara pembelajaran secara klasikal kemudian dalam artikulasi diterapkan
pembelajaran secara individual mengingat kemampuan anak tuna rungu
terbatas. Guru memberikan penguatan berupa pujian pada anak setelah
mengucapkan kata dengan benar dan tepat. Data pelaksanaan tindakan
diperoleh dari hasil pengamatan kepada siswa saat berlangsung pelaksanaan
pembelajaran dan hasil belajar setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
3. Pemantauan (Observasi)
Pada tahap pemantauan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa
sumber untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas dan tindakan yang
dilaksanakan. Data tentang keberhasilan pemahaman membaca peta diperoleh
dari teknik permainan kartu berwarna, data tentang aktifitas dan pemulihan
metode diperoleh dari observasi selama pelaksanaan pembelajaran oleh guru
mitra/kolaborator.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis, tentang perubahan
pada siswa, suasana kelas, dan guru. Kemudian mendiskusikan hasil sebelum
dan sesudah tindakan, setelah itu merumuskan hasil berupa keberhasilan
maupun kekurangannya untuk ditindaklanjuti dengan langkah penyempurnaan
dan pengembangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal (Pre Test)
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siswa kelas III SDLB Negeri
Kota Pekalongan pada kondisi awal dengan metode ceramah, Berikut ini dapat
disajikan prestasi belajar IPS materi membaca peta yang terkait dengan kondisi
awal pembelajaran IPS.
Tabel 3. Nilai Hasil Prestasi Belajar IPS Materi Membaca Peta Siswa Kelas III
SDLB Negeri Kota Pekalongan Pekalongan (Kondisi Awal).
No.
Urut
Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Nisa 40 Belum tuntas
2 Siswi 40 Belum tuntas
3 Tiyo 60 Tuntas
4 Yogi 50 Belum tuntas
Jumlah 190
Rerata Nilai IPS 47,5
Ketuntasan Klasikal 25,00% Belum tuntas
Dengan rentangan skor sebagai berikut :
1. Tinggi apabila memperoleh nilai 80 – 100
2. Sedang apabila memperoleh nilai 60 – 79
3. Rendah apabila memperoleh nilai < 60
Adapun data hasil rekapitulasi penilaian hasil evaluasi siswa mata
pelajaran IPS materi membaca peta pada kondisi awal adalah sebagai berikut :
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4. Data Hasil Rekapitulasi Penilaian Hasil Evaluasi Siswa Mata Pelajaran
IPS Materi Membaca Peta Pada Kondisi Awal
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Prosentase Kriteria
1 80 – 100 - 0% Tinggi
2 60 – 79 1 25% Sedang
3 < 60 3 75% Rendah
Jumlah 4 100%
Prestasi belajar awal IPS siswa kelas III SDLB Negeri Kota
Pekalongan dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Nilai
40
40
60
50Nisa
Siswi
Tiyo
Yogi
Diagram 1. Diagram Prestasi Belajar IPS (Kondisi Awal)
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 3 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai 60 hanya 1 siswa. Nilai rerata 47,5 dengan tingkat ketuntasan
secara klasikal sebesar 25,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS
materi membaca peta pada siswa kelas III SDLB Negeri Kota Pekalongan
belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi
awal ini pembelajaran IPS materi membaca peta dapat dikatakan belum mencapai
tujuan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berdasarkan prestasi belajar IPS materi membaca peta yang masih rendah,
maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi
belajar IPS materi membaca peta dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru
kelas serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi,
dilakukan motivasi pembelajaran dengan menerapkan metode permainan kartu
yang berwarna dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar IPS materi nilai
membaca peta.
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi
kegiatan-kegiatan :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran IPS
materi membaca peta siklus 1 ini dirancang dengan satu kali
pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap
pertemuan. RPP siklus 1 yang mencakup ketentuan; kompetensi dasar,
materi pokok, indikator, skenario pembelajaran, media/sumber belajar,
dan sistem penilaian.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus untuk
pelaksanaan pembelajaran. (2) Mempersiapkan alat peraga sesuai
dengan materi pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar observasi.
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup
kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang
digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam
pembelajaran yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pertanyaan guru, rasa ingin lahu dan mengajukan pertanyaan, pengamatan
bahan IPS materi membaca peta dan mengerjakan LKS. Lembar
pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi: memberikan
informasi secara tepat, menggunakan berbagai sumber, menggunakan
waktu secara tepat sesuai perencanaan, penuh perhatian terhadap siswa,
memotivasi siswa, melakukan penilaian proses dan tanya jawab,
melakukan evaluasi, memberikan tindak lanjut.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I, diawali oleh guru memulai
kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama, selanjutnya guru menjelaskan
atau pengarahan kepada siswa tentang kartu berwarna serta
menggunakannya. Pada kesempatan tersebut, guru memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan segala
sesuatunya yang belum jelas. Alokasi untuk penjelasan ini menggunakan
waktu selama 10 menit.
Kegiatan berikutnya, guru menyiapkan alat peraga berupa kartu yang
berwarna merah, kuning, hijau, biru, coklat, ungu, orange, pink,dan lain-
lain sebagai media pembelajaran. Setiap siswa diberi kesempatan untuk
mencermati alat peraga yang disediakan yaitu dengan melihat, memegang,
mengucapkan dan mengidentifikasikan alat peraga tersebut. Guru juga
memotivasi anak dengan menanyakan alamat rumahnya serta
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Alokasi waktu yang
digunakan untuk kegiatan ini adalah 40 menit.
Setelah memperhatikan teknik permainan kartu berwarna, siswa
mencermati materi pelajaran membaca peta dan teknik mempelajarinya
sesuai dengan bimbingan yang diberikan guru. Pada saat kegiatan
pembelajaran dimulai yaitu anak disuruh maju satu persatu mencoba
menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol yang ada di peta, guru kolaborasi
mengadakan pengamatan mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru
dengan menggunakan blangko yang telah dipersiapkan. Guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bantuan apabila ada siswa yang memerlukan penjelasan atau bimbingan.
Berdasarkan hasil pembelajaran melalui teknik permainan kartu berwarna
pada pembelajaran IPS materi membaca peta, guru menyempurnakan atau
melakukan revisi terhadap hasil pengamatan terhadap penerapan teknik
permainan kartu berwarna.
Pembelajaran siklus I diakhiri dengan refleksi, yakni merenungkan apa
saja yang terjadi. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit.
Sebelum mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menjawab
beberapa pertanyaan sesuai dengan materi membaca peta.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa belum dapat mengenal warna gambar peta dengan tepat. Hal ini
terlihat pada saat guru memberikan tugas dengan menerapkan teknik
permainan kartu berwarna, tidak semua siswa mengenal warna gambar
peta, masih terdapat siswa yang kebingungan membedakan jenis warna,
sehingga siswa belum menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol yang
ada pada peta sampai kegiatan pembelajaran berakhir. Hal ini terjadi karena
siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia
sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada
diri siswa. Masih ada di antara siswa yang masih takut untuk maju ke depan
pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan teknik permainan kartu
berwarna, karena siswa diutamakan untuk berani maju ke depan terlebih
dahulu kemudian menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol yang ada pada
peta.
Dari hasil diskusi antara guru pamong dan guru kolaborasi, peran guru
untuk membangkitkan semangat siswa masih kurang. Guru kurang
memperhatikan siswa secara perseorangan. Seyogyanya guru selalu
menatap siswanya karena yang dihadapi adalah siswa tuna rungu wicara
yang perhatian yang tinggi. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
maksimal dalam menerapkan teknik permainan kartu berwarna, karena guru
kelas sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran konvensional (ceramah),
yang lebih mengutamakan teori daripada praktek langsung.
Hasil belajar IPS materi membaca peta melalui teknik permainan
kartu berwarna pada Siklus 1 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Nilai Hasil Prestasi Belajar IPS Materi Membaca Peta Siswa Kelas
III SDLB Negeri Kota Pekalongan pada Siklus I.
No.
Urut
Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Nisa 50 Belum tuntas
2 Siswi 50 Belum tuntas
3 Tiyo 70 Tuntas
4 Yogi 70 Tuntas
Jumlah 240
Rerata Nilai IPS 60,00
Ketuntasan Klasikal 50,00% Belum tuntas
Prestasi belajar IPS materi membaca peta siklus I di atas dapat
digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Nilai
50
50
70
70Nisa
Siswi
Tiyo
Yogi
Diagram 2. Diagram Prestasi Belajar IPS Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, siswa
belum aktif memperhatikan penjelasan guru serta maju ke depan untuk
menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol yang ada di peta. Kemampuan
siswa dalam memahami materi bidang membaca peta pada pertemuan awal
sudah menunjukkan perubahan yang berarti. Hal ini ditunjukkan nilai rata-rata
kelas mencapai 60,00. Siswa yang mendapat nilai > 6,0 berjumlah 2 siswa.
Pada kegiatan siklus I siswa yang memperoleh nilai > 60 sebanyak 2
siswa atau 50% dari 4 siswa, hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik permainan kartu berwarna
telah meningkat walaupun secara klasikal belum mencapai nilai ketuntasan
maksimal.
Kurangnya konsentrasi dan keberanian siswa dalam melakukan
kegiatan pembelajaran IPS dan jarangnya tanya jawab dilakukan antara siswa
dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh kurangnya motivasi bagi
siswa untuk meningkatkan prestasi belajar IPS materi membaca peta
sehingga masih terdapat siswa yang kurang berani dan berkonsentrasi pada
saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran Oleh sebab itu, pada pembelajaran
pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri
dan serta mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan teknik
permainan kartu berwarna yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk
menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan prestasi belajar materi
membaca peta. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum
termotivasi serta belum membedakan gambar peta dengan tepat . Untuk
menindaklanjutinya, pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada
siswa pentingnya konsentrasi pada saat pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3. Deskripsi Siklus II
Pembelajaran IPS materi membaca peta siswa kelas III SDLB Negeri
Kota Pekalongan pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap
pemanfaatan teknik permainan kartu berwarna. Pelaksanaannya dirancang sebagai
berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran
matematika materi nilai pecahan siklus II dirancang dengan dua kali
pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap
pertemuan. RPP mencakup ketentuan: kompetensi dasar, materi pokok,
indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem
penilaian.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
biasa digunakan setiap hari; (2) Mempersiapkan alat peraga sesuai dengan
materi pembelajaran.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup
kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang
digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam
pembelajaran yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, menjawab
pertanyaan guru, rasa ingin tahu dan mengajukan pertanyaan; mengamati
metode yang dilakukan guru di depan kelas, dan mengerjakan LKS.
Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi: memberikan
informasi secara tepat, menggunakan berbagai sumber, menggunakan
waktu secara tepat sesuai perencanaan, penuh perhatian terhadap siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
memotivasi siswa, melakukan penilaian proses dan tanya jawab,
melakukan evaluasi, memberikan tindak lanjut.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, diawali oleh guru memulai
kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama. Setelah itu guru memberikan
informasi berupa denah dan gambar peta dapat berupa denah lokasi. Alokasi
untuk penjelasan ini menggunakan waktu selama 10 menit.
Kegiatan berikutnya, guru menyiapkan alat peraga berupa kartu yang
berwarna merah, kuning, hijau, biru, coklat, ungu, orange, pink, dan lain-
lain sebagai media pembelajaran. Setiap siswa diberi kesempatan untuk
mencermati alat peraga yang disediakan yaitu dengan melihat, memegang,
mengucapkan dan mengidentifikasikan alat peraga tersebut. Guru juga
memotivasi anak dengan menanyakan alamat rumahnya serta
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Alokasi waktu yang
digunakan untuk kegiatan ini adalah 40 menit.
Setelah memperhatikan teknik permainan kartu berwarna, siswa
mencermati materi pelajaran membaca peta lingkungan setempat (peta
kabupaten/kota) dan teknik mempelajarinya sesuai dengan bimbingan yang
diberikan guru. Pada saat kegiatan pembelajaran dimulai yaitu anak disuruh
maju satu persatu mencoba menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol yang
ada di peta, kemudian secara bersama-sama siswa untuk bermain kartu dan
membaca peta yang ditunjuk. Guru kolaborasi mengadakan pengamatan
mengenai aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan blangko yang telah
dipersiapkan. Guru memberikan bantuan apabila ada siswa yang memerlukan
penjelasan atau bimbingan. Berdasarkan hasil pembelajaran melalui teknik
permainan kartu berwarna pada pembelajaran IPS materi membaca peta, guru
menyempurnakan atau melakukan revisi terhadap hasil pengamatan
terhadap penerapan teknik permainan kartu berwarna.
Pembelajaran siklus II diakhiri dengan refleksi, yakni merenungkan
apa saja yang terjadi. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
menit. Sebelum mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk
menjawab beberapa pertanyaan sesuai dengan materi membaca peta.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa belum dapat mengenal warna gambar peta dengan tepat. Hal ini
terlihat pada saat guru memberikan tugas dengan menerapkan teknik
permainan kartu berwarna, semua siswa mengenal warna gambar peta,
siswa sudah dapat menyebutkan dan menunjuk peta wilayah yang diwarnai.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada
diri siswa. Masih ada di antara siswa yang masih takut untuk maju ke depan
pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan teknik permainan kartu
berwarna, karena siswa diutamakan untuk berani maju ke depan terlebih
dahulu kemudian menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol yang ada pada
peta. Terdapat siswa yang kurang aktif ketika siswa dikelompokan yang satu
memainkan kartu yang lain menunjukkan dan menyebutkan tempat sesuai
petunjuk kartu.
Dari hasil diskusi antara guru pamong dan guru kolaborasi, peran guru
untuk membangkitkan semangat siswa sudah meningkat. Guru sudah
memperhatikan siswa secara perseorangan/individu. Hal itu penting karena
yang dihadapi adalah siswa tuna rungu wicara yang perlu perhatian yang
tinggi. Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah maksimal dalam
menerapkan teknik permainan kartu berwarna yang lebih bervariatif, karena
guru kelas sudah dapat mempraktekkan teknik permainan kartu berwarna
tersebut agar lebih menarik perhatian siswa.
Hasil belajar IPS materi membaca peta melalui teknik permainan
kartu berwarna pada Siklus 1 disajikan dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 5. Nilai Hasil Prestasi Belajar IPS Materi Membaca Peta Siswa Kelas III
SDLB Negeri Kota Pekalongan pada Siklus II.
No.
Urut
Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Nisa 65 Tuntas
2 Siswi 70 Tuntas
3 Tiyo 80 Tuntas
4 Yogi 80 Tuntas
Jumlah 295
Rerata Nilai IPS 73,75
Ketuntasan Klasikal 100 % Tuntas
Prestasi belajar IPS materi membaca peta siklus II di atas dapat
digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Diagram 3. Diagram Prestasi Belajar IPS Siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, siswa
telah aktif memperhatikan penjelasan guru serta maju ke depan untuk
menunjuk dan menyebutkan simbol-simbol serta warna-warna yang bervariasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pada peta. Kemampuan siswa dalam memahami materi bidang membaca peta
pada pertemuan awal sudah menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini
ditunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 73,75. Siswa yang mendapat nilai >
6,0 berjumlah 4 siswa.
Pada kegiatan siklus II siswa yang memperoleh nilai > 60 sebanyak 4
siswa atau 100% dari 4 siswa, hasil tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik permainan kartu
berwarna yang lebih variatif telah meningkat dan telah mencapai nilai
ketuntasan yang ditentukan.
Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan
kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri dan serta memperhatikan
pengarahan dan mempraktekan dari guru dengan sungguh-sungguh.
Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan teknik
permainan kartu berwarna yang lebih variatif yang dilaksanakan guru
bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan
prestasi belajar materi membaca peta. Siswa masih perlu dibimbing dan
diarahkan dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa sudah
termotivasi serta dapat membedakan warna kartu peta dengan tepat.
Untuk menindaklanjutinya, untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya perlu
ditekankan pada siswa pentingnya konsentrasi pada saat pembelajaran.
B. Hasil Penelitian
Hasil evaluasi belajar matematika materi nilai pecahan materi pada siklus I
menunjukkan bahwa 2 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00 yang dinyatakan
belum tuntas belajar IPS materi m embaca peta. Sedangkan 2 siswa mendapat
nilai > 60,00 yang dinyatakan telah tuntas belajar IPS materi membaca peta. Nilai
rata-rata kelas 60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 50,00% yang
dinyatakan belum tuntas belajar IPS materi membaca peta secara klasikal.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran IPS materi
membaca peta melalui teknik permainan kartu berwarna pada siklus 1 belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berjalan maksimal dan perlu perbaikan karena masih berada di bawah indikator
kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan 80% dari jumlah siswa mendapat
nilai 60,00 ke atas.
Dari hasil tindakan siklus I yang belum tuntas baik secara individu
maupun secara klasikal, maka masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran IPS
materi membaca peta melalui teknik permainan kartu berwarna dari guru kelas.
Guru berusaha meningkatkan aktivitas mengajar dengan melakukan perbaikan
terhadap indikator yang masih kurang sehingga diharapkan pada siklus II aktivitas
guru mengajar dapat mencapai ketuntasan mengajar.
Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan
aktivitas guru dalam pembelajaran IPS materi membaca peta dapat disimpulkan
bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran IPS materi membaca peta melalui
teknik permainan kartu berwarna yang lebih variatif telah menunjukkan aktivitas
yang diharapkan, guru telah mendalami teknik permainan kartu berwarna, dengan
penekanan tersebut terdapat peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas guru
dalam pembelajaran IPS materi membaca peta.
Dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS materi
membaca peta melalui teknik permainan kartu berwarna pada siklus II aktivitas
belajar siswa sudah sesuai yang diharapkan, rata-rata aktivitas belajar siswa telah
mencapai nilai ketuntasan minimal, guru terus memotivasi belajar siswa dengan
menjelaskan keuntungan dan kelebihan pembelajaran IPS melalui teknik
permainan kartu berwarna, dengan penekanan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Hasil evaluasi belajar IPS materi membaca peta pada siklus II,
menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di atas 60,00 yang dinyatakan telah
tuntas. Nilai rata-rata kelas sebesar 73,75. Ketuntasan secara klasikal sebesar
100% yang dinyatakan telah tuntas belajar IPS materi nilai pecahan secara
klasikal. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran
matematika materi nilai pecahan melalui metode demonstrasi pada siklus II
telah berjalan maksimal dan sudah berada di atas indikator kinerja ketuntasan
belajar yang telah ditentukan (80%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri
Hartati (2009) Dalam penelitian yang berjudul “Media Pembelajaran Permainan
Kartu Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Bagi Anak Tuna Grahita
Kelas D1/C SLB/B – C Langenharjo Sukoharjo Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar matematika bagi
anak tuna grahita setelah penerapan permainan kartu berwarna. Hasil pengamatan
kegiatan pembelajaran siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II terdapat
peningkatan prestasi belajar matematika siswa yaitu pada siklus I diketahui
kondisi awal nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, dan nilai rata-rata 60, pada
siklus I diketahui nilai terendah 50, nilai tertinggi 75, dan nilai rata-rata 65,
sedangkan pada siklus II diketahui nilai terendah 55, nilai tertinggi 80, dan nilai
rata-rata 67,5.
Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan teknik permainan kartu
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas pada anak tuna
grahita kelas D1/C SLB/B – C Langenharjo Sukoharjo tahun ajaran 2008/2009.
Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian yang sedang dilakukan
oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan teknik permainan kartu dalam
proses pembelajaran. Dari kedua penelitian di atas dapat diketahui bahwa melalui
pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan kartu telah berhasil
diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data awal prestasi belajar IPS materi membaca peta, diketahui
nilai rerata sebesar 60,00, terdapat 3 siswa nilai kurang dari 60,00 dan 1 siswa
mendapat nilai 60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 25,00%. Berdasarkan
data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan.
Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus 1, diketahui rerata nilai IPS materi
membaca peta sebesar 60,00, sebanyak 2 siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih
(tuntas belajarnya) dan tinggal 2 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih
di bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 50,00%. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai IPS materi
membaca peta sebesar 73,75, seluruh siswa siswa mendapat nilai > 60,00 (tuntas
belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%. Berdasarkan data
tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang
dilakukan pada pembelajaran IPS materi membaca peta melalui teknik permainan
kartu yang berwarna, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh
siswa.
Tabel 7. Prestasi Belajar IPS Materi Membaca Peta Setiap Siklus Melalui
Penerapan Teknik Permainan Kartu Yang Berwarna.
No. Nama Siswa Nilai Awal Siklus I Siklus II
1 Nisa 40 50 65
2 Siswi 40 50 70
3 Tiyo 60 70 80
4 Yogi 50 70 80
Jumlah 47,5 60,00 295
Rata-Rata (%) 25,00% 50,00% 73,75
Ketuntasan Belajar (%) 25,00 50,00 100,00
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Grafik 1. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi IPS Materi
Membaca Peta Setiap Siklus Melalui Teknik Permainan Kartu Berwarna
Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus prestasi belajar
IPS materi membaca peta dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:
Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Matematika Materi Nilai Pecahan
Setiap Siklus
Sik lus Nilai Rata-rata Peningkatan
Tes Awal 25,00 -
Siklus I 50,00 25
Siklus II 73,75 23,75
Dari peningkatan prestasi belajar matematika materi nilai pecahan siswa
kelas IV SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran
2010/2011 melalui metode demonstrasi secara klasikal dapat digambarkan dalam
bentuk grafik sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Grafik 2.Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi IPS Materi
Membaca Peta Setiap Siklus
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai IPS materi
membaca peta telah mencapai 73,75 dari 4 siswa seluruhnya mendapat di atas
60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% siswa mendapat nilai 60,00 ke
atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja secara klasikal telah mencapai
batas tuntas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bila dikaitkan dengan teori masih
relevan, karena secara umum tujuan penggunaan teknik permainan kartu
berwarna adalah untuk memperjelas pengertian, konsep dan memperlihatkan cara
melakukan atau mengerjakan sesuatu tindakan, prosedur dan ketrampilan
sebagaimana yang dikemukakan John D. Latuheru (2001:112-113)
mengemukakan fungsi permainan kartu sebagai berikut: 1) Kondisi atau situasi
dimana permainan sangat penting bagi anak didik, karena mereka akan
bersikap lebih positif terhadap permainan kartu ini; 2) Permainan dapat
mengajarkan tentang fakta dan konsep secara tetap guna, sama dengan
pembelajaran konvensional pada objek yang sama; 3) Pada umumnya
permainan kartu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik, permainan
dapat juga mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain; 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Bantuan yang paling baik dari permainan kartu adalah bagi dominan efektif
(yang menyangkut perasaan atau budi pekerti) yaitu memberi bantuan
motivasi untuk belajar serta bantuannya dalam masalah yang menyangkut
perubahan sikap; 5) Guru maupun siswa harus dapat memilih bentuk media
permainan kartu mana yang mengandung nilai tinggi dan bermakna untuk
mencapai tujuan pembelajaran; dan 6) Dalam bidang berhitung, media
permainan dapat meningkatkan kemampuan anak, dan dapat memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran yang
konvensional.
Lebih lanjut fungsi media permainan kartu berwarna dalam pelajaran
IPS terutama materi membaca peta bagi anak tunarungu wicara adalah sebagai
berikut: 1) Membangkitkan motivasi belajar IPS bagi anak tunarungu, media
permainan kartu berwarna dibuat dari gambar-gambar yang bermacam-macam
sehingga menarik perhatian anak dan anak mau mencobanya serta aktif dalam
belajar, yang ada akhirnya memotivasi belajar anak ; 2) Meningkatkan
kemampuan membaca peta bagi anak tunarungu wicara, karena anak sudah
termotivasi untuk lebih lama dan mencobanya secara berulang-ulang, sehingga
kemampuan membaca peta anak tunarungu meningkat; 3) Membantu
menumbuhkan pengertian konsep dari yang abstrak menjadi konkret, media
permainan kartu berwarna memang dirancang untuk menjadikan konsep-konsep
yang abstrak menjadi konkret, sehingga membantu menumbuhkan pengertian
menjadi jelas; 4) Memperbesar dan meningkatkan perhatian anak, media
permainan kartu berwarna sengaja dibuat supaya anak tertarik untuk
mencobanya sehingga dapat memperbesar dan dapat meningkatkan perhatian
anak; dan 5) Memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan bakat
serta minat anak tunarungu wicara, media ini dibuat atau dirancang (disesuaikan
dengan kemampuan anak).
Tujuan penggunaan teknik permainan kartu berwarna adalah mengajarkan
tentang fakta dan konsep secara tetap guna, sama dengan pembelajaran
konvensional pada objek yang sama dan melatih siswa agar dapat mandiri dan
berani memecahkan masalah secara kongkret. Siswa juga akan memperoleh fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dari pembelajaran dengan teknik permainan kartu diantaranya pengalaman
konkrit, pengalaman belajar yang bermanfaat serta dapat membahas semua
bagian materi pelajaran melalui peragaan tambahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah kemukakan maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik permainan kartu berwarna dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS materi membaca peta siswa kelas III SDLB
Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini maka
penulis menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis dalam upaya peningkatan prestasi belajar IPS.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini mendukung teori-teori yang telah ada yaitu bahwa
penerapan teknik permainan kartu berwarna dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya pada materi membaca peta kelas III SDLB Negeri Kota
Pekalongan. Hal ini sesuai dengan teori teknik permainan kartu berwarna yang
merupakan suatu instruksi-instruksi yang berupa pertanyaan dan latihan yang
digunakan untuk mempelajari ide mereka dalam bentuk kartu berwarna untuk
memperlihatkan suatu materi ajar kepada semua siswa sehingga dapat merangsang
siswa lebih bergairah dalam belajar dan prestasi siswa akan lebih meningkat lagi.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan bagi guru untuk menerapkan metode pengajaran dengan teknik
permainan kartu berwarna dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Kegiatan
pembelajaran tersebut harus yang disesuaikan pada pokok bahasan yang akan
diajarkan agar dapat memacu siswa untuk aktif ditambah dengan perhatian
terhadap motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Bagi sekolah sendiri dapat memberikan fasilitas yang lebih lengkap agar
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dalam proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik lagi.
B. Saran
Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian dan implikasi di atas, maka
peneliti dapat mengajukan saran-saran, yaitu:
1. Bagi Sekolah
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, ditemukan beberapa
masalah yang perlu diperhatikan sekolah sehingga penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
a. Sebaiknya mendukung guru untuk lebih meningkatkan kualitas/kompetensinya
melalui pelatihan, seminar, workshop, dll agar guru memiliki lebih banyak
pengetahuan mengenai metode, teknik, strategi pembelajaran dan sebagainya.
b. Hendaknya menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai
selama proses belajar mengajar, seperti buku perpustakaan yang perlu ditambah
agar proses belajar mengajar tidak terhambat.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru lebih berinovasi dalam menerapkan model, metode dan teknik
pembelajaran seperti penerapan teknik permainan dalam upaya meningkatkan
kemampuan belajar IPS siswa.
b. Hendaknya guru lebih menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman,
menyenangkan agar siswa tidak tegang dan antusias untuk mengikuti
pembelajaran IPS, misalnya dengan melakukan pendekatan langsung kepada
siswa, pemberian motivasi dan bimbingan yang berkelanjutan kepada siswa.
c. Sebaiknya guru lebih aktif untuk membuat PTK agar mampu memperbaiki
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
d. Metode pengajaran permainan kartu berwarna dalam pembelajaran IPS dapat
dijadikan guru sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan penerapan
metode pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3. Bagi Siswa
a. Sebaiknya lebih meningkatkan keaktifannya selama proses belajar mengajar
khususnya ketika menggunakan teknik permainan kartu.
b. Sebaiknya siswa lebih kreatif untuk menambah sumber belajar agar dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan praktik, baik dengan membaca
buku maupun mencari materi pembelajaran di internet.
c. Sebaiknya dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik dengan guru
maupun dengan siswa yang lain selama proses belajar mengajar, misalnya saat
guru menjelaskan materi siswa tidak membuat gaduh, mengerjakan tugas dan
sebagainya.
Top Related