Download - Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Transcript
Page 1: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Rangkuman

Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Unsur Transisi adalah suatu unsur yang terletak pada golongan B dan memilliki orbital elektron pada

tingkat energi d atau f yang umumnya tidak penuh, biasanya bersifat logam.Unsur Transisi pada

sistem periodik unsur berjumlah 56 unsur dari 103 unsur yang ada. Unsur transisi terbagi atas dua

kelompok yaitu Unsur Transisi dengan blok d dan Unsur Transisi Dalam dengan blok f (Aktinida dan

lantanida)

1. Sifat Unsur Transisi

Sebelum mengetahui sifatnya, kita lihat dahulu konfigurasi elektron unsur ini.

1.1. Elektron Valensi Unsur Transisi dan ionnya

Unsur-unsur transisi memiliki kaidah konfigurasi elektron tertentu yaitu

[logam Mulia] ns 2 ( n-1 )dx, dengan n= 4-7, x = 1-10 untuk unsur pada blok d dan

[logam mulia] ns 2 (n-2)f14 (n-1)dx dengan n=6 atau 7 untuk unsur pada blok f. Tetapi berbeda

dengan atom Cr dan Cu yang konfigurasi elektronnya mengikuti aturan penuh dan setengah

peenuh. Peran orbital (n-1)d menentukan tingkat oksidasi yang bervariasi, pembentukan

senyawa kompleks,dan sifat magnetik unsur. Unsur transisi berperan sebagai katalisator baik

dalam bentuk unsurnya maupun bentuk senyawa kompleksnya.

Contoh:

21Sc : [Ar] 4s2 3d1

22 Ti : [Ar] 4s2 3d2

23 V : [Ar] 4s2 3d3

24 Cr : [Ar] 4s1 3d5 Aturan Setengah Penuh

25 Mn : [Ar] 4s2 3d5

26 Fe : [Ar] 4s2 3d6

27Co : [Ar]4s2 3d7

28 Ni : [Ar]4s2 3d8

29 Cu : [Ar]4s1 3d10 Aturan Penuh

30 Zn : [Ar]4s2 3d10

Page 2: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

1.2. Sifat Atomik dan Fisis Unsur Transisi

1.2.1 Sifat dalam satu Periode

1.) Ukuran Atom

Ukuran atom pada unsur transisi dalam satu periode semakin menurun tetapi

kembali konstan akibat elektron orbital d melindungi elektron-elektron

terluarnya sehingga tidak terjadi penambahan ukuran pada atom tersebut.

2.) Keelektronegatifitas

Keelektronegatifiitas atom pada unsur transisi pada umumnya terjadi

perubahan peningkatan yang sangat kecil sehingga dapat dikatakan nilai

keelekronegatifitasnya cenderung sama atau konstan

3.) Energi Ionisasi

Energi Ionisasi pada unsur transisi ini juga meningkat relatif lebih kecil akibat

elektron pada orbital 3d melindungi elektron terluar dengan baik.

1.2.2 Sifat dalam satu golongan

1.) Ukuran Atom

Ukuran atom dalam satu golongan cenderung meningkat sedikit tetapi pada

periode 5 dan 6 dalam satu golongan, ukuran atomnya hampir sama akibat

penyisipan golongan unsur transisi lantanida dan aktinida (gambar 23.4 A)

Page 3: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

2.) Keelektronegatifitasnya

Keeletronegatifan pada unsur transisi inimengalami fluktuasi peningkatan lalu

turun sedikit ( Gambar 23.4 B) maka logam transisi yang lebih berat memiliki

ikatan kovalen yang lebih banyak dan menarik elektron lebih kuat daripada

unsur golongan Utama (A).

3.) Energi Ionisasi

Energi Ionisasi pada unsur golongan transisi ini meningkat sedikit karena

kombinasi antara peningkatan kecil ukuran atom dan peningkatan yang besar

dari mutan inti (gambar 23.4 C)

4.) Kerapatan

Kerapatan pada unnsur transisi segolongan ini meningkat cukup signifikan

akibat perubahan volume dari perode 5 ke 6 kecil sedangkan perubaan massa

dari kedua periode tersebut meningkat tajam (Gambar 23.4 D)

1.3. Sifat Kimia Unsur Transisi

1.3.1. Bilangan Oksidasi

Salah satu sifat kimia pada logam transisi adalah adanya bilangan oksidasi yang lebih

dari 1. Bilangan oksidasi tertinggi pada unsur golongan III B- VII B adalah sama

dengan nomor golongan tersebut. Berikut tabel bilangan oksidasi pada periode 4:

Page 4: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

1.3.2. Warna Unsur Transisi

Banyak logam transisi mempunyai warna-warna yang cerah, berbeda dengan unsur

golongan utama yang tidak berwarna karena elektron pada orbital d mampu

menyerap cahaya tampak.

Tabel 1.3.2 Bilangan Oksidasi dan Warna pada unsur Transisi periode 4

1.3.3. Sifat magnetik

Salah satu sifat unsur transisi adalah tertarik oleh medan magnet. Kita dapat

mengetahui sifat ini melalui adanya elektron yang tidak berpasangan. Semakin

banyak elektron tidak berpasangan maka semakin kuat daya tarik magnetiknya.

Karena elektron tersebut tidak berpasangan maka elektron tersebut cenderung akan

tertarik untuk menjadi senyawa yang stabil.

Paramagnetik adalah suatu kondisi pada atom atau ion yang elektron

berpasangannya banyak sehingga dapat ditarik kuat ke medan magnet atom

tersebut.

Diamagnetik adalah suatu kondisi pada atom atau ion yang tidak dapat tertarik

akibat elektron berpasangannya sudah terisi.

2. Unsur Transisi Dalam

Unsur transisi dalam terbagi atas dua yaitu lantanida dan aktinida karena kebanyakan tujuh

orbital pada 4f dan 5f telah terisi.

2.1. Lantanida

Lantanida disebut juga logam bumi yang jarang karena keberadaannya pada oksida yang

kurang familiar. Lantanida umumnya berwarna keperakan dan titik lelehnya 800oC-

1600oC. Oleh karena itu, logam lantanida sulit dipisahkan. Logam ini biasanya memiliki

konfigurasi elektron: [Xe] 6s 2 4fx 5dO

Contoh :

Page 5: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

60Ce : [Xe] 6s 2 4f1 5d1

2.2. Aktinida

Aktinida adalah logam yang bersifat radioaktif, berwarna, dan umumnya terisolasi.

Logam ini memiliki konfigurasi elektron: [Rn] 7s2 5fx 6do.

Contoh :

100 Fm : [Rn] 7s2 5f14 6d8

3. Senyawa Koordinasi

Senyawa koordinasi adalah suatu senyawa yang mengandung satu atau lebih ion

kompleks dengan sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau ion logam pusat,

biasanya atom atau ion logam pusat tersebut dari logam golongan transisi.

Senyawa koordinasi tersusun atas satu atau lebih ion kompleks dan ion counter (ion

yang bergabung dengan ion kompleks untuk mencapai keadaan netral).

Ion kompleks ini tersusun atas logam pusat kation ( baik berupa logam golongan utama

maupun golongan transisi) dan ligan ( satu atau lebih molekul yang terikat pada

atom/logam pusat yng bersifat anion atau netral)

Contoh : [Co(NH 3 )6]Cl3

3.1. Bilangan Koordinasi, Geometri dan Ligan

3.1.1. Bilangan Koordinasi

Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada atom pusat. Bilangan

koordinasi pada ion kompleks umumnya 6 tetapi 2 dan 4 juga ada.

Contoh : Bilangan koordinasi pada senyawa [Co(NH 3 )6]Cl3 adalah 6 karena

terdapat 6 buah ligan aminno pada senyawa tersebut.

3.1.2. Geometri

Bentuk/Geometri dari ion kompleks dipengaruhi oleh bilangan koordinasi dan

atom logam pusatnya. Bentuk-bentuk ion kompleks dengan bilangan

koordinasi 2, 4, dan 6 dapat dilihat pada tabel 23.6 berikut.

Ion kompleks

Atom pusat

Ligan

Ion Counter

Page 6: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

3.1.3. Donor atom per ligan

Donor atom per ligan adalah pemberian sepasang elektron bebas (lone pair of

electron) pada ion logam untuk membentuk suatu ikatan kovalen.

Donor atom per ligan ( disebut dengan “teeth”) terbagi atas 3 bagian yaitu:

a. Monodentate ligan ( one tooth ligand)

Adalah ligan yang memiliki 1 donor atom seperti NH3.

b. Bidentate

Adalah ligan yang memiliki 2 donor atom dan langsung berikatan dengan atom

pusat.

c. Polydentate

Adalah ligan yang memiliki lebih dari dua donor atomnya.

Contoh dan bentuk donor atom dapat dilihat pada tabel berikut.

3.2. Aturan Penulisan Formula dan Nama Senyawa Koordinasi

3.2.1. Aturan Penulisan Formula Senyawa Koordinasi

Ada tiga aturan yang sangat penting dalam penulisan formula senyawa yaitu:

1. Logam kation ditulis sebelum anion

2. Nilai muatan kation harus seimbang dengan nilai muatan anion agar dapat

menghasilkan suatu senyawa yang netral.

3. Ion kompleks ditulis didalam kurung siku dan ligan netral harus ditulis sebelum

ligan anion.

Jika ion kompleksnya kation maka ion counternya anion, begitu juga sebaliknya jika

ion kompleksnya anion maka ion counternya kation

Contoh : 1. K2[Co(NH3)2CI4]

2. [Co(NH3)4Cl2]CI

Untuk menentukan nilai ion pusat pada ion kompleks dapat dilakukan dengan cara:

Muatan ion kompleks = muatan ion logam pusat + Jumlah muatan ligan

Page 7: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Contoh : [Co(NH3)2CI4]2-

Muatan ion kompleks= muatan ion pusat + jumlah muatan Ligan

-2 = muatan ion pusat + {2(0)+4(-1)}

Muatan ion pusat = -2 + 4

Muatan ion pusat = +2

Jadi, ion logam pusat bermuatan +2 (Co2+)

3.2.2. Aturan Penulisan Nama pada Senyawa koordinasi

Ada 6 aturan penulisan nama yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Nama kation lebih dahulu ditulis dari anion

Contoh: [Co(NH3)4Cl2]CI = tetraamminedichlorocobalt(III) chloride

2. Nama ligan ditulis secara alfabetis sebelum nama ion pusatnya.

3. Ligan netral memiliki nama molekul tertentu tetapi ada pengecualian. Ligan

anion diberi penambahan “-ide” atau “-o” setelah nama utamanya (tabel 23.8)

4. Jumlah ligan lebih dari satu diberi awalan di- =2, tri- =3, tetra- =4 tetapi tidak

diurutkan secara alfabetis melainkan dari nama ligannya. Jika Ligan yang sudah

diberi awalan angka tetapi menunjukkan lebih dari ligan itu sendiri maka diberi

penambahan bis- =2, tris- = 3, dan tetrakis- = 4.

Contoh : ion kompleks yang memiliki 2 en (ethylendiammine) ditulis menjadi

“bis(ethylendiammine)”

5. Bilangan oksidasi ion logam pusat ditulis dengan angka Romawi.

6. Jika ion kompleksnya merupakan anion maka nama atom pusatnya diberi

akhiran –ate.

Contoh: K[Pt(NH3)CI5] = Potassium amminepentachloroplatinate(IV)

Tetapi ada sebagian nama logam anion yang berbeda yang sesuai dengan tabel

23.9

3.3. Perspektif Sejarah: Alfred Werner dan Teori Koordinasi

Unsur koordinasi yang ada pada zaman ini telah diketahui 200 tahun lalu oleh ahli kimia,

Alfred Werner yang berasal dari Swiss pada tahun 1890-an. Werner menganalisa suatu

unsur seperti senyawa kompleks cobalt (tabel 23.10) yang mengandung 1 ion cobalt

Page 8: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

(III), 3 ion chlorida dan beberapa molekul ammonia. Ia mengukur konduktivitas masing-

masing unsur terhadap larutan air untuk menentukan jumlah ion yang terpisah. Dengan

inilah ditentukan jumlah ion Cl- yang bebas per unit formula. Data yang dikemukakan

Werner tidak disetujui ilmuwan lainnya. Ilmuwan lainnya mengusulkan struktur rantai

pada senyawa organik pada data tersebut. Contoh struktur rantai dari senyawa [Co(NH

3 )6]CI 3:

Tetapi usul ini terbukti tidak cukup.

Warner mengajukan ide bahwa ion kompleks tersusun atas ion logam pusat dan

sejumlah molekul dan/atau anion memiliki ikatan kovalen. Untuk menetralkan ion

tersebut maka dibutuhkan ion dengan muatan yang berbeda satu sama lain sesuai

dengan tabel 23.10 berikut.

Werner mengusulkan dua jenis valensi, atau kemampuan mengombinasikan ion logam.

Valensi primer( kondisi oksidasi), adalah muatan positif pada logam ion yang harus

dipasangkan oleh muatan negatif. Di rangkaian Cobaltnya Werner , valensi primer

adalah + 3, dan ini selalu seimbang oleh tiga ion CI. Valensi sekunder di rangkaian

senyawa Co adalah 6. Seperti kamu lihat, Datanya Werner terpenuhi jika total angka

dari ligan yang tersisa untuk masing-masing senyawa adalah sama,maka angka dari ion

CI dan NH 3 pada molekul ion kompleks berbeda bervariasi. Antara lain, yang pertama

senyawa [Co(NH 3 )6] Cl 3, punya total empat ion: [Co(NH 3 )6] dan tiga CI- . Anehnya,

Werner adalah seorang ahli kimia organik, dan kerjaannya di senyawa koordinasi yang

hampir merevolusi jaman. Sebagai pelopor pembahasannya, terutama ramalannya

dengan isomeri optis Werner mendapat Hadiah Nobel di ilmu kimia pada 1913.

3.4. Isomer dalam Senyawa koordinasi

Isomer adalah senyawa yang rumus kimianya sama tetapi sifatnya berbeda.

Page 9: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

3.4.1. Isomer Konstitusional

Adalah Senyawa kimia yang rumus kimianya sama tetapi atom yang

menghubungkannya ionnya berbeda. Isomer ini terbagi atas 2 tipe yaitu:

1.) Isomer koordinasi

Terjadi ketika kandungan ion kompleksnya berubah tetapi unsurnya tetap sama

atau pada umumnya ketika ligan dan ion Counter bertukar posisi seperti

[Pt(NH3)4Cl2](NO2)2 dan [Pt(NH3)4(NO2)2]Cl 2

2.) Isomer Tautan

Terjadi ketika kandungan ion kompleksnya sama tetapi peletakkan donor atom per

ligan yang berubah. Contoh: atom Nitro (O2N:) dan atom nitrito (ONO:) untuk

memberikan isomer tautan, seperti pada senyawa jeruk pentaamminenitrocobalt

(III) Chloride [Co(NH3) 5(NO 2 )] Cl2 (sebelah kiri di bawah) dan yang merah, isometri

tautan pentaamminenitritocobalt (III) Chloride [Co(NH3 )5(ONO)] Cl2 (kanan bawah):

3.4.2. Isomer Stereo

Adalah senyawa yang atom penghubungnya sama tetapi letak penyusunan

atomnya berbeda. Isomer ini terbagi atas 2 jenis yaitu:

1.) Isomer Geometri

Disebut juga isomer cis-trans. Cis- dipakai ketika ion atau atom yang sama

berdekatan sedangkan trans- dipakai ketika ion atau atomnya saling

bersebrangan. Contohnya pada gambar 23.11 A

2.) Isomer Optical

Disebut juga enantiomers. Terjadi ketika molekul dan gambar

pencerminannya tidak dapat ditimpakan. Ciri yang paling kelihatan adalah

keempat cabangnya mengikat gugus yang berbeda satu sama lain. Contohnya

pada gambar 23.12 A dan B

Page 10: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

4. Dasar Teoritis Ikatan dan Sifat Senyawa Kompleks

4.1. Aplikasi dari Teori Ikatan Valansi ke Ion Kompleks

Teori Ikatan Valensi (VB), menjelaskan ikatan dan struktur di senyawa group utama , juga

digunakan untuk menggambarkan ikatan di ion kompleks. Ligan (Aturan Lewis) menyumbang

pasangan elektron dan ion logam (Asam Lewis) menerimanya untuk membentuk satu ikatan

kovalen dalam ion kompleks (Bagian 18.9). Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang

terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom

yang berikatan, sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan

bersama.

4.1.1. Kompleks Oktahedral

Ion hexaamminechromium(III) menngambarkan ikatan valensi oktahedral. Enam orbital

dari tingka energi terendah ion Cr3+ ,dua 3d, satu 4s, dan tiga 4p, bergabung dan menjadi enam

orbital yang ekivalen d2 sp 3 mengarah tepat disudut octahedron. Enam NH molekul 3

memberikan pasangan bebas dari nitrogennya untuk membentuk enam ikatan ligan logam.

Gambar 23.13 orbital hibrid dan ikatan pada octahedral [Cr(NH3)6]3+ ion.

A,ikatan Valensi dari [Cr (NH 3)6 ]3+ ion. B, Diagram orbital parsial menggambarkan campuran

dari dua 3d, satu 4s, dan tiga 4p orbital di Cr 3+ menjadi bentuk enam d 2 sp 3 bastar orbital,

yaitu diisi dengan enam pasangan NH3 bebas (red)

4.2.2. Kompleks Segiempat Planar

Ion logam denggan konfigurasi d8 umumnya memiliki bentuk segiempat planar.

Contohnya ion [Ni(CN)4]2- memiliki 4 molekul CN dan ion Ni2+ yang tersusun atas

satu 3d, satu 4s dan dua 4p bergabung membentuk hibridisasi dsp2

Page 11: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

4.2.3.

4.2.4.

4.2.5.

4.2.6.

Gambar 23.14 orbital hibridisasi dan ikatan pada segiempat planar ion [Ni(CN)4].

A, gambar ikatan valensi dari [Ni(CN)4]2-. B, dua elektron bebas 3d dipasangkan

sehingga tersisa satu orbital 3d yangg kosong karena 4 ion CN- akan masuk maka ion

siano tersebut masuk ke dalam satu orbital d, satu 4s dan dua 4p sehingga

membentuk hibridisasi dsp2.

4.2.7. Kompleks Tetrahedral

Ion logam yang memiliki orbital d yang akan diisi umumnya memiliki bentuk

tetrahedral(gambar 23.15)

Gambar 23.15 Orbital hybridisasi dan ikatan pada ion tetrahedral [Zn(OH)4] 2-. A,

ikatan valensi. B, satu orbital 4s dan tiga orbital 4p akan dimasukkan dengan ligan

OH sehingga membentuk hibridisasi Sp3

5. Teori Medan Crystal

Teori medan Crystal menjelaskan sedikit pengertian tentang ikatan ligan logam tapi

menjelaskan warna dan kemagnetan dengan jelas.

Warna Cahaya

Putih adalah radiasi elektromagnetik terdiri dari semua panjang gelombang pada jangkauan

tampak (Bagian 7.1). Ini dapat dibiaskan ke dalam satu spektrum warna, masing-masing dari yang

punya satu jangkauan lebih dangkal dari panjang gelombang. Objek tampak berwarna cahaya putih

karena menyerap panjang gelombang tertentu dan mencerminkan ke yang lain: satu objek buram

mencerminkan cahaya, sedangkan satu yang jelas mengirimkan ini.

Masing-masing warna punya warna komplementer. Antara lain, hijau dan merah adalah

warna komplementer. Campuran warna komplementer menyerap semua gelombang yang tampak

panjang dan tampak hitam.

Gambar 23.16 Hubungan pada suatu roda warna, dimana

warna komplementer tampak seperti kebalikan bagi satu sama

lain.

Page 12: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Suatu objek yang berwarna punya satu atau dua alasan :

Ini mencerminkan cahaya dari warna itu. Jadi, kalau satu objek menyerap semua panjang

gelombang kecuali hijau, pencerminan (atau terpancar) cahaya yang memasuki mata kita adalah

diinterpretasikan sebagai hijau.

Menyerap cahaya dari warna komplementer.

Jadi, kalau objek hanya menyerap merah, pelengkap dari hijau panjang gelombang memasuki mata

dan diinterpretasikan sebagai warna hijau juga.

Tabel 23.11 daftar warna yang diserap dan warna dihasilkan.

Memisahkan orbital d dalam Ligan Bidang Octahedral .

Dalam teori medan kristal dijelaskan sifat dari kompleks akibat dari berpisahnya energy orbital d ,

yang dibentuk dari interaksi elektrostatik di antara ion logam dan ligan. Pernyataan ini

mengasumsikan bahwa bentuk ion kompleks adalah hasil pergerakan elektrostatik antara kation dan

muatan negatif. Gambar yang terjadi pendekatan ligan. Gambar 23.17 menunjukan enam ligan

bergerak ke arah ion logam untuk membentuk satu octahedral kompleks.

Gambar 23.17 lima. orbital d pada bidang octahedral dari ligan. A, Kita mengasumsikan bahwa ligan

mendekati ion logam sepanjang tiga linear axes pada octahedral orientasi. B dan C, lobus dari dx2-y2

dan dZ 2 mendekat pada ligan, sehingga tolakan adalah lebih kuat. D ke F, dari dxy,dxz, dan d yz.

orbital terletak di antara dekat ligan, sehingga tolakan lebih lemah.

Page 13: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Warna dari Logam Peralihan

Pembeda warna dari senyawa koordinasi ditentukan oleh perbedaan Energy (Δ) di antara t 2g dan eg

setelan orbital pada ion kompleks. Ketika ion menyerap cahaya pada jangkauan tampak, elektron

dirangsang(" lompat") dari energy yang taraf lebih rendah t2g ke taraf lebih tinggi e g. Ingat

perbedaan antara dua level energy elektronik pada ion adalah persamaan Energy dari serapan foton:

Δ Eelektron = Efoton = hv = hv/λ

Warna Pada Logam Transisi

Untuk ligan, tergantung pada bilangan oksidasi atom pusatnya

Untuk ion logam, tergantung pada ligannya

gambar 1.2.6 Pengaruh bilangan oksidasi atom pusat dan warna ligan. A, larutan [V(H20)6] 2+ (kiri)

memiliki warna berbeda dengan [V(H20)6] 3+ (kanan). B, perubahan pada sebuah ligan dapat

mengakibatkan perubahan warna.

Pada ion [Cr(NH3)6] 3+ (kiri) berwarna orange sedangkan pada ion [Cr(NH3)5Cl]3+ berwarna ungu.

Sifat Magnetik Logam Transisi Kompleks

Adanya perbedaan electron yang dapat terisi penuh atau setengah penuh disebabkan pembelahan

energi pada orbital d sehingga menyebabkan gaya magnet.

Pembelahan Daerah Kristal Pada Kompleks Terahedral dan segi Empat Planar

Kompleks tetrahedral : ligan-ligan mendekat dari ujung-ujung tetrahedral. Perubahan energi

dari pembelahan orbital d pada tetrahedral lebih kecil daripada oktahedral.

Δtetrahedral < Δoktahedral

Gambar 23.25 Pembelahan energi orbital d pada bentuk tetrahedral.

Electron pada dxy, dxz, dan dyz memiliki energi tolakan yang lebih kuat daripada dx 2 -y 2 dan dz2 .

Sehingga pembelahan orbital berlawanan dengan oktahedral

Page 14: Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasinya

Persegi planar kompleks.

Akibat dari bidang ligan pada persegi planar lebih mudah untuk menggambar kalau kita

membayangkan permulaan dengan satu octahedral geometri kemudian ganjalkan kedua-duanya

ligan sepanjang poros-z d.

Gambar 23.26 Pembelahan energi orbital d pad

persegi planar.

Pada segiempat planar, tingkat energi dxz, dxy dan dx2

relatif menurun dari oktahedral