UNIVERSITAS AL-AZHAR SEJAK ABAD KE-20
Muhammad Idris
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hikmah Sumatera Utara Medan
Email: [email protected]
Abstrak
Al-Azhar dalam perkembangannya, bukan saja sebagai tempat untuk
mendalami ilmu agama atau penampungan bagi orang-orang miskin,
bahkan al-Azhar juga merupakan tempat pemersatu umat dalam
perjuangan membebaskan Mesir dari penjajahan. Keistimewaan al-Azhar,
tidak hanya piawai dalam melahirkan ulama-ulama yang berkualitas, akan
tetapi ia juga membangun peradaban dunia melalui dua cara, yaitu dengan
kepribadian yang dimiliki oleh al-Azhar sendiri, dan melalui lulusan-
lulusannya yang membawa perubahan terhadap masyarakat dunia.Al-
Azhar tidak hanya menjadi sejarah, tetapi menyaksikan dan mengukir
sejarah dalam keajaiban dunia pendidikan dan peradaban.Dan keberadaan
al-Azhar bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap
pendidikan, kesehatan, kesenian, serta ilmu pengetahuan umum lainnya.
Abstract
Al-Azhar in its development, not only as a place to study religion or shelter
for the poor, even al-Azhar is also a unifying place for the people in the
struggle to free Egypt from colonialism. The specialty of al-Azhar is not only
skilled in producing quality scholars, but it also builds world civilization in
two ways, namely the personality possessed by al-Azhar itself, and through
its graduates who bring change to the world community. Al-Azhar not only
becomes history, but witnesses and carves history in the wonders of the
world of education and civilization. And the existence of al-Azhar is clear
evidence that Islam is a religion that cares about education, health, arts,
and other general sciences.
Kata Kunci: Universitas Al-Azhar, Abad 20.
Muhammad Idris
2 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
Pendahuluan
Jami`atul-Azhar merupakan suatu lembaga pendidikan yang diawali
pembangunan sebuah masjid yang merupakan sebagai sarana pendidikan
yang memiliki fungsi yang lebih besar dibanding fungsinya sekarang.
Al-Azhar merupakan sarana dakwah yang gunakan oleh Dinasti Fatimiyah
sejak satu millennium lebih yang lalu yang mampu menjembatani antara
dakwah dan politik demi mengembangkan ajaran Syi`ah, dan Al-Azhar
merupakan perguruan Islam tertua di dunia.1
Universitas Al-Azhar merupakan hasil dari pengembangan masjid
sebagai pendidikan.Pendidikan menghendaki tersedianya tempat, adanya
sarana dan prasarana yang memadai dan tempat tinggal permanen bagi
mahasiswa yang datang dari tempat jauh.Seiring dengan perkembangan
peradaban Islam, pendidikan yang memang telah menjadi perhatian utama
sejak awal mengalami kemajuan pesat. Perhatian para bangsawan dan
dermawan terhadap bidang ini memungkinkan terdapatnya jaringan
kegiatan ilmiah yang meluas dengan dukungan dana yang terjamin.2
Lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari pandangan
atau konsep Islam itu sendiri mengenai pendidikan. Pendidikan Islam
merupakan wujud dari pengaruh berbagai kebudayaan atau peradaban
yang pernah ada dalam sejarah. Namun demikian para ahli pendidikan
Islam biasanya berpandangan bahwa pendidikan Islam memiliki karakter
dan tujuannya sendiri yang khas, karena ia didasarkan kepada tujuan
mencapai keridaan Allah swt.di dunia dan akhirat.3
1Muhammad `Abdul-Mun`im Khafaji, Al-Azhar fi Alfi `Am (Bairut: `Alamul-Kutub,
1407/1987), cet. ke-2, 3 jilid, jilid 1, hlm. 7.
2Hasan Asari. Menyikap Zaman Keemasan Islam (Bandung: Citapustaka Media,
2007), hlm. 72.
3Tajab, et.al., Dasar-Dasar Kependidikan dalam Islam: Suatu Pengantar Ilmu
Pendidikan Islam, dikutip dari Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya
(Jakarta: Logos, 1999), hlm. 24-25.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 3
Al-Azhar Hingga Abad Ke-19: Review Singkat
1. Mesir Sebelum Al-Azhar (Kekhalifahan `Umar ibn Khattab: 13-23/634-
644)
Peristiwa penaklukkan Mesir terjadi pada tahun 18 H, kemudian
membangun masjid tahun 21 H, yang sekarang dikenal dengan masjid
`Amr ibn al-`As.4
2. Mesir Masa Daulah Fatimiyyah5
a. Masa Awal
Abu `Abdillah asy-Syi`i adalah orang pertama yang
menyebarkan pemahaman Syi`ah kepada masyarakat Barbar Afrika
Utara.6
b. Berdirinya Daulah Fatimiyyah
Al-Mu`iz Lidinillah Abu Tamim Ma`d (341/953 – 365/975), pada
masa Al-Mu`iz inilah Mesir dapat dikuasai penuh. Panglima perang
dalam penaklukannya adalah Jauhar As-Siqilli Ar-Rumi.
4Tempat didirikannya masjid ini (daerah Fustat}), kemudian menjadi ibukota Mesir
dan pusat ilmu. Menetap di sini para sahabat, tabi`in, atba`ut-tabi`in, dan melahirkan para
muttahid seperti al-Lais ibn Sa`d (w. 175 H.), asy-Syafi`i (w. 204 H.), al-Buwaiti al-Mis}ri
(w. 231 H.). Baca:
1. Muhammad `Abdul-Mun`im Khafaji (w. 1427 H.). Al-Azhar fi Alfi `Am (Bairut:
`Alamul-Kutub, 1407/1987), cet. ke-2, 3 jilid, jilid 1, hlm. 13-18.
2. `Abdur-Rahman ibn Abi Bakr, Jalaluddin As-Suyuti (w. 911 H.). Husnul-
Muhadirah fi Tarikh Misr wal-Qahirah (Mesir: Dar Ihya' al-Kutub al-`Arabiyyah,
1387/1967), cet 1, 2 jilid, jilid 1, hlm. 72.
5Khafaji, hlm. 19.
6Peristiwa ini terjadi tahun 280/893-296/908, dan berhasil mengalahkan khalifah
Aglabi (Daulah Abbasiyah). Sejak saat itu kekhalifahan digantikan oleh `Ubaidullah ibn
Muhammad, berasal dari keturunan Ja`far as-Sadiq. Baca: Aiman Fuad Sayyid. Daulah
Fatimiyyah fi Misr Tafsir Jadid (Mesir: Darul-Misriyah, 2007), hlm. 30.
Muhammad Idris
4 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
c. Mendirikan Al-Azhar
Jami` Al-Azhar mulai dibangun pada hari Sabtu bulan Jumadil-
Awwal tahun 359/970, selesai pada tanggal 07 Ramadan tahun 361/22
Juni 972. Materi pembelajaran yang diberikan pada Jami` Al-Azhar
saat itu adalah fiqh mazhab Fatimi, filsafat, dan tauhid diajarkan oleh
30 orang pendidik.Pendidik yang berjasa pada masa awal adalah
Ya`qub ibn Kilis (369). Pada tahun 378/988, beliau mengusulkan untuk
mengajarkan secara umum di hari Jum`at materi-materi kesyi`ahan,
waktunya setelah salat Jum`at hingga waktu Asar.
a. Al-Azhar Masa Daulah Fatimiyyah
Al-Azhar memulai kegiatan pembelajaran dengan sistem halaqah
ilmiah pada tahun 365/976, kemudian berkembang menjadi universitas
Islam besar mulai tahun 378/988. Pada tahun 395-masa Al-Hakim
dengan mendirikan Darul-Hikmah atau Darul-`Ilm- pembelajaran untuk
materi-materi ilmu aqliyah mulai digalakkan, seperti matematika, fisika,
kedokteran, falak, dan geografi.7
b. Al-Azhar Masa Daulah Ayyubiyyah
Salahud-Din Yusuf ibn Ayyub adalah pendiri Daulah Ayyubiyyah
di mesir tahun 567.8 Di antara jasa beliau adalah menghapuskan
paham syi`ah, dengan menutup kegiatan pembelajaran di Al-Azhar
7Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992),
hlm. 175.
8Pengganti setelahnya adalah anaknya bernama `Imadud-Din `Usman (w. 595).
Setelah itu kekhalifahan dipimpin oleh paman beliau bernama Abu Bakr ibn Ayyub
(w. 616), pengganti setelahnya adalah anaknya bernama Muhammad (616-635), Abu Bakr
dan Ayyub (637) yang pada masa ini terjadi perang salib.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 5
selama 1 abad lamanya, dan mendirikan banyak madrasah9 untuk
penyebaran paham sunni.10
c. Al-Azhar Masa Daulah Mamalik (657-923 H.)
Daulah Mamalik11 terdiri dari dua periode, yaitu 1) periode
Mamalik Bahriyyah (berakhir 784 H.), 2) periode Mamalik Syara Kisah
Bajiyyah (784-923/1382-1517). Pada periode pertama, dibangun
Madrasah termegah saat itu yang sekarang dikenal dengan Jami` as-
Sultan. Kemudian pada periode kedua dibangun pula Madrasah yang
megah dinamai dengan Jami` Barquq, dan Jami` al-Mu'ayyid.12
Kurikulum pada dua periode ini terdiri atas kajian berbagai disiplin ilmu
di antaranya sastra dan hukum. Lembaga wakaf juga terorganisir
dengan baik sehingga ada madrasah khusus mendidik anak-anak yatim
secara gratis.
d. Al-Azhar Masa Daulah `Usmaniyyah
Daulah `Usmaniyyah menguasai Mesir pada tahun 923- 1220 H.
berakhir pada masa pemerintahan Muhammad `Ali. Pada masa Daulah
`Usmaniyyah ini seluruh ilmuan dan buku-bukunya dibawa ke
Konstantinopel, dan kini sebagian besar buku-buku tersebut masih ada
di perpustakaan Istanbul, di antaranya buku-buku abad ke- 9 Hijrah
yaitu al-Maqrizi, as-Suyuti, as-Sakhawi, dan Ibn Iyas. Al-Azhar ketika itu
bagaikan tempat yang tak berpenghuni, sunyi dari kegiatan ilmiahnya
bahkan hampir seluruh kegiatan pembelajarannya disibukkan dengan
pembahasan kosakata-kosakata tanpa ada ulasan tertentu, taqlid dan
9Dibangun berdekatan dengan masjid `Amru madrasah untuk mazhab Syafi`i,
madrasah mazhab Maliki, Hanafi, dan 25 madrasah di Kairo dan Fustat serta madrasah
untuk 4 mazhab.
10Taqiyuddin Al-Maqrizi (w. 845). al-Mawa`iz wal-I`tibar bi Zikril-Khattat wal-Asar
(Beirut: Darul-Kutub al-`Ilmiyyah, 1418), cet 1, 4 juz, juz 4, hlm. 193.
11Daulah ini menguasai Mesir tahun 658 H disebut Mamalik karena daulah terdiri
atas banyak kesultanan. Pada periode pertama terdiri dari 24 sultan sedangkan periode
kedua terdiri atas 23 sultan. 12
Pada awal tahun 800 H. jumlah talib al-Azhar berjumlah 570 orang, dan tahun
818 H. bertambah menjadi 750 berasal dari berbagai penjuru dunia.
Muhammad Idris
6 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
pengharaman pengkajian ilmu-ilmu aqliyah. Keadaan seperti ini terus
terjadi hingga akhir abad ke-12 Hijrah, masa penguasa Mesir Ahmad
Pasya tahun 1161 H/1748 M, saat itu `Abdullah asy-Syibrawi yang
menduduki jabatan Syaikhul-Azhar.13
e. Al-Azhar Setelah Masa Daulah `Usmaniyyah
Pada bulan Jumadil-'Ula tahun 1213/ Juli 1798 terjadi
peperangan antara Mesir dan Perancis.Demikian pula pada 23
Syawwal 1214/ 20 Maret 1800.14
Perkembangan Sistem Pendidikan Al-Azhar (1900- Sekarang) sebagai
Sebuah Lembaga Pendidikan Tertua di Dunia
1. Tujuan Pendidikan di Al-Azhar
Misi al-azhar di antaranya adalah mengembangkan nilai keislaman
yang universal, teloransi, moderat, sehingga menjadi rahmatal-lil `alamin
dalam menyebarkan agama dan budaya Islam. Untuk tujuan ini, para
Ilmuan Islam mengeluarkan fatwa untuk menjawab berbagai permasalahan
yang ditanyakan kepada mereka dari seluruh dunia. Al-Azhar juga melatih
para pendakwah yang ditunjuk oleh pemerintah Mesir.
Adapun tujuan Universitas al-Azhar secara rinci adalah: (1)
mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas Islam terhadap kemajuan
umat manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaannya di dunia dan
akhirat; (2) memberikan perhatian penuh terhadap ke-bangkitan turas ilmu,
pemikiran, dan keruhanian; (3) menyuplai dunia Islam dengan ulama-
13Kebijakan adanya jabatan Syaikhul-Azhar dimulai pada abad ke-10 Hijrah.
Syaikhul Azhar pertama adalah `Abdullah al-Kharasyi (w. 1101 H)
14Peperangan ini menginspirasi al-Azhar untuk memperbaharui sistem
pendidikannya. Sebelum kedatangan ekspedisi ini orang Mesir tidak pernah kenal pada
percetakan, majalah atau surat kabar, alat-alat ilmiah, seperti teleskop, mikroskop, alat-
alat untuk percobaan kimiawi. Sehingga Abdur-Rahman al-Jibrati, seorang ulama dari al-
Azhar dan penulis sejarah, pernah mengunjungi lembaga (suatu lembaga ilmiah bernama
Institut d’Egypte) di tahun 1799. Kesimpulan tentang kunjungan itu ia tulis: “Saya lihat di
sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal besar
untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita.”
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 7
ulama aktif yang beriman, percaya terhadap diri sendiri, mempunyai
keteguhan mental dan ilmu yang mendalam tentang akidah, syariah, dan
bahasa al-Quran; (4) mencetak ilmuwan agama yang aktif dalam semua
bentuk kegiatan, karya, kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik,
serta mencetak ilmuwan dari berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup
aktif dalam dakwah Islam yang dipimpin dengan hikmat kebijaksanaan dan
pelajaran yang baik di luar dan di dalam negeri; (5) meningkatkan
hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan universitas dan lembaga ilmiah
Islam di luar negeri.15
2. Kurikulum16
Awal abad 20 (1928) sistematisasi Universitas al-Azhar dimulai
dengan membuka tiga fakultas: bahasa arab, syari`ah, dan fakultas
usuludin, namun setelah keluar undang-undang nomor 103 tahun 1961
disebut undang undang pengembangan al-Azhar, mulai membuka fakultas
lainnya, saat ini ada 62 fakultas yang tersebar dari Utara sampai Selatan
ditambah 6 cabang lagi sehingga menjadi 68 fakultas.17
15Abuddin Nata.Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 93-94.
16Khafaji, hlm. 33, 35, 74, 108-112, 126, 179.
17Al-Azhar membagi fakultas menjadi dua, yaitu ilmy dan adaby. Hal ini
dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan zaman. Selain itu kefakultasan dibagi
menjadi dua: putra dan putri. Kefakultasan untuk putra dalam kategori Ilmy: Fakultas
Kedokteran, Perniagaan, Pertanian, Bahasa dan Terjemah, Ekonomi, Pendidikan, Teknik,
Farmasi, Kedokteran gigi, dan Fakultas Eksakta (sains). Adapun dari segi Adaby adalah
pertama: Fakultas Ushuludin yang mencakup Jurusan Tafsir, Hadis, dan Filsafat.
Semuanya ditempuh dalam waktu 4 tahun.Kedua, Fakultas Syariah wal Qanun. Ketiga,
Fakultas Bahasa, yang mencakup Jurusan Lugah Arabiyah, Jurusan Jurnalistik dan
publikasi. Semuanya ditempuh dalam waktu 4 tahun. Keempat, Fakultas Studi Islam
(jenjang pendidikan selama 4 tahun). Kelima, Fakultas Dakwah Islamiyah (jenjang
pendidikan 4 tahun).
Kefakultasan Adaby dan Ilmy untuk putri tidak kalah banyaknya. Dalam kategori
Adaby adalahFakultas Studi Islam dan Bahasa Arab, Syariah wal Qanun, Usuludin (Tafsir,
Muhammad Idris
8 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
Pendidikan di Mesir melaksanakan dua sistem yaitu Sistem
Pendidikan Kebangsaan dan Sistem Pendidikan Al-Azhar.
a. Sistem Pendidikan Kebangsaan
Di bawah sistem ini, pendidikan rendah, menengah dan tinggi
ditanganioleh Kementerian Pendidikan. Tempo pendidikan di bawah sistem
ini adalah:
1) Pendidikan Rendah (ibtidai): 6 tahun
2) Pendidikan Menengah Rendah (i`dadi): 3 tahun
3) Pendidikan Menengah Atas (sanawi): 3 tahun
4) Pendidikan Universitas (jamiah): 4-6 tahun
Terdapat 11 universitas di bawah Sistem Pendidikan Kebangsaan
yaitu: Universitas Qahirah, Universitas Ain Syams, Universitas Al-Mania,
Universitas Mansurah, Universitas Hilwan, Universitas Terusan Suez,
Universitas Iskandariah, Universitas Asyut, Universitas Tanta, Universitas
Zaqaziq, Universitas Al-Manufia.
b. Sistem Pendidikan Al-Azhar
Semua pusat pendidikan Al-Azhar dari pendidikan rendah hingga
pendidikan tinggi di bawah wewenang Majlis Tertinggi Al-Azhar yang
diorganisir oleh Syekh Al-Azhar. Tempo pendidikan di bawah sistem ini
adalah:
1) Pendidikan Rendah (ibtidai): 6 tahun
2) Pendidikan Menengah Rendah (i`dadi): 3 tahun
3) Pendidikan Menenengah Atas (sanawi): 4 tahun
Ulumul-Quran, Hadis dan Ulumul-Hadis, Aqidah dan Filsafat. Untuk masa studi sama
dengan putra. Untuk kefakultasan dalam kategori Ilmy untuk putri yaitu Fakultas Farmasi,
Ekonomi, Kedokteran, Eksakta, dan Fakultas Studi Kemanusiaan, yang memiliki beberapa
bidang, yaitu:
1. Bidang Humaniora, dibagi menjadi Jurusan Sosiologi, Ilmu Jiwa, Sejarah dan
Geografi
2. Bidang Bahasa Eropa dan Terjemah Langsung, yang mencakup Jurusan
Bahasa Inggris dan Terjemah, Bahasa Perancis dan Terjemah, Bidang Bahasa
Timur (Bahasa Persia dan Ibrani), Bidang Manuskrip, Perpustakaan dan
Informasi. Adapun jenjang pendidikan ditempuh dalam 4 tahun.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 9
4) Pendidikan Universiti (jami`ah): 4-6 tahun
Sistem pendidikan Mesir, baik Negeri maupun Al-Azhar, dan
pendidikan swasta lainnya, mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal
Alquran. Selain itu, pengajian di Masjid-masjid bagi jamaah, khususnya
anak-anak sekolah juga berperan penting untuk mendorong warga
menghafal Alquran, kata Menteri Zakzouk, yang juga mantan dekan
fakultas teologi Universitas Al-Azhar tersebut.
Sistem pendidikan di Mesir, sejak taman kanak-kanak sudah
diwajibkan menghafal Alquran. Di Universitas Al-Azhar, misalnya, bagi
mahasiswa Mesir program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz (setengah)
Alquran, program S-2 diwajibkan menghafal seluruh Alquran. Adapun
program S-3, tinggal diuji hafalan sebelumnya.
Kewajiban hafal Alquran ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing
(non-Arab), dimana program S-1 diringankan, yaitu hanya diwajibkan hafal
8 juz Alquran, dan program S-2 sebanyak 15 juz Alquran, sementara
program S-3 baru diwajibkan hafal seluruh Alquran. Sementara itu,
Pemerintah Mesir dalam setiap tahun mengalokasikan dana khusus
sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliar pound Mesir) untuk penghargaan bagi
penghafal Alquran.
Kemudian keberadaan Perpustakaan al-Azhar dianggap nomor dua
terpenting di Mesir setelah Perpustakaan dan Arsip Nasional Mesir. Al-
Azhar yang bermitra dengan ITEP, suatu perusahaan teknologi informasi
Dubai, pada bulan Mei 2005 meluncurkan Proyek YM Sheikh Mohammed
bin Rashid Al-Maktoum untuk melestarikan dan mempublikasikan Naskah
al-Azhar secara online (Proyek Al-Azhar Online); dengan membawa misi
untuk memberikan akses online kepada masyarakat atas seluruh koleksi
manuskrip langka yang dimiliki perpustakaan Al-Azhar.
3. Organisasi
a. Otoritas
Sistem pendidikan Mesir adalah tanggung jawab Kementrian
Negara. Kementrian Pendidikan bertanggung jawab mulai dari
pendidikan prasekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek
Muhammad Idris
10 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan
pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat provinsi
bertanggung jawab atas implementasinya. Mereka yang memiliki
lokasi, membangun, dan melengkapi serta mengawasinya agar
berjalan dengan baik. Mereka berusaha mendorong sumbangan dana
partisipasi masyarakat dan ikut bertanggung jawab atas segala
sesuatu untuk menjamin terselenggaranya operasional dengan efisien.
Menteri melaksanakan sidang dalam waktu-waktu tertentu
dengan Dewan-Dewan yang berada di bawah Kesekretariatan dan
sejumlah Dewan-Dewan lain. Menteri juga memimpin sidang Dewan
Universitas yang bertanggung jawab atas prencanaan dan pembuatan
kebijakan. Mesir juga dibagi dalam 140 distrik pendidikan dengan
jaringan supervisor dan administrator.18
b. Dewan Tertinggi Al-Azhar
Undang Undang nomor 193 menetapkan adanya Badan
Judikatif yang mempunyai hak meninjau aturan dan undang-undang
yang diberlakukan untuk perjalanan pendidikan dan manajemen di Al-
Azhar dan lembaga-lembaga pendidikan agama. Badan ini disebut
Majelis Tertinggi Al-Azhar, yang terdiri dari:
1) Syekh Jami` Al-Azhar
2) Deputi (Wakil) Jami` Al-Azhar dan lembaga-lembaga
pendidikan Islam. Ia berhak memegang kepemimpinan majelis
apabila Syekh Al-Azhar berhalangan
3) Mufti Diyar Misriyah
4) Para Syekh pada setiap Fakultas
5) Deputi Departemen Al-Haqqaniyah
6) Deputi Departemen Wakaf
7) Deputi Departemen Hubungan Sosial
8) Deputi Departemen Keuangan
18Agustiar Syah Nur. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandung:
Lubuk Agung, 2001), hlm. 15.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 11
9) Dua pejabat anggota Lembaga Tokoh Agama yang ditetapkan
dengan mandat Presiden selama dua tahun
10) Dua pejabat yang eksistensinya berguna bagi kepentingan
pendidikan di Al-Azhar dan lembaga-lembaga pendidikan Islam
dan diputuskan dengan mandat presiden selama dua tahun.
c. Struktur Lembaga Al-Azhar
Berdasarkan undang-undang revolusi yang dikeluarkan tahun
1961, institusi Al-Azhar terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:
1) Syekh Al-Azhar (Al-Imam Al-Akbar/Grand Syekh), pimpinan
tertinggi institusi Al-Azhar, diangkat melalui ketetapan Presiden
dari salah satu anggota Majma` Al-Buhus Al-Islamiyah, atau
orang yang memenuhi persyaratan untuk menjadi anggotanya
2) Wakil Syekh Al-Azhar, yang harus memenuhi syarat seperti
yang disyaratkan bagi Syekh Al-Azhar
3) Diangkat juga kementrian Al Azhar
Disamping itu, ditetapkan lima badan atau lembaga yang
menginduk kepada Al Azhar, yaitu:
a) Al-Majlis A`la lil-Azhar (Majelis Tinggi Al-Azhar)
b) Majma` Al-Buhus Al-Islamiyah (Lembaga Riset Islam)
Lembaga ini memiliki tiga divisi: Divisi Al-Buhus Al-Islamiyah,
Divisi Ad-Da`wah wal-Irsyad, dan Divisi Riset dan Penerbitan
yang mengelola majalah Al-Azhar
c) Kantor kebudayaan dan Al-Buhus Al-Islamiyah (kemudian
digabung ke dalam Majma` Al-Buhus Al-Islamiyah)
d) Universitas Al-Azhar
e) Al-Ma`ahid Al-Azhariyah.
Syekh dan Rektor Al-Azhar, keduanya mempunyai posisi
penting, tetapi jangkauan perannya berbeda. Syekh Al-Azhar
memimpin keseluruhan lembaga Al-Azhar sedangkan Rektor Al-
Azhar hanya menangani Universitas.
d. Para Syekh Al-Azhar
Pada akhir abad ke XI H/XVII M ditetapkanlah kedudukan Syekh
Al-Azhar sebagai pimpinan tertinggi. Sejak abad ini sistem Syekh atau
Muhammad Idris
12 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
Imam Al-Akbar merupakan ciri khusus yang digunakan dalam lembaga
tersebut, bahkan dapat dikatakan suatu sistem yang mampu
memelihara eksistensi Al-Azhar hingga ratusan tahun. Ada sepuluh
Syekh yang berada pada masa Daulah ini.
Kemudian pada akhir tahun 1220 H/1805 M. Mesir berada di
tangan Muhammad Ali. Al Azhar tetap baku menggunakan sistem
Masya'ikh-nya. Selanjutnya nama-nama Imam yang menduduki kursi
Masya'ikh sebanyak dua puluh sembilan.
Pada dua kepemimpinan belakangan ini Mesir tengah
mengalami kegoncangan politik besar-besaran, sebagai periode baru
menuju Mesir Modern, ditandai dengan terjadinya revolusi Juli 1952 M.
yaitu penggulingan Gamal Abdul Naser terhadap raja Faruq Dinasty
Kheidio, sekaligus peralihan sistem Kerajaan ke sistem Republik dan
pengembalian ibukota dari Iskandariyah ke Kairo. Adapun sistem
Masya'ikh Al-Azhar terus berlangsung sebanyak delapan, termasuk
kini Syekh Ahmad Tayyib yang menjabatnya.
Berkaitan dengan kisruh pemerintahan di Mesir, betapa al-Azhar
memainkan peranan yang strategis.Berdasarkan informasi dari
Republika pada tanggal 06 Juli 2014, sejak militer Mesir
memberhentikan Muhammad Mursi dari jabatannya sebagai presiden
dan diangkatnya ketua Mahkamah Konstitusi, Adli Mansur, sebagai
presiden sementara, para pendukung Mursi Ikhwanul Muslimin dan
sayap politiknya, Partai Keadilan dan Pembangunan, serta sejumlah
partai dan ormas Islam-menyatakan, pemberhentian Mursi sebagai
kudeta militer. Sebab, Mursi merupakan presiden pilihan rakyat Mesir
secara demokratis setahun lalu. Selama menjabat presiden, ia tak
pernah melanggar konstitusi atau pelanggaran berat lainnya yang
dapat dijadikan alasan melengserkannya.
Sebaliknya, para penentang Mursi seperti kelompok liberal,
sekuler, sosialis, dan militer mengatakan, pencopotan Mursi sebagai
pelurusan Revolusi 25 Januari 2011 yang menjatuhkan rezim presiden
Husni Mubarak. Minimal ada dua tuduhan yang mereka kemukakan
sebagai alasan penggulingan. Pertama, Mursi dituduh sedang
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 13
menjadikan Mesir sebagai negara Ikhwanul Muslimin atau lebih
tepatnya, ia sedang memperjuangkan nilai-nilai Islam pada
pemerintahannya. Kedua, pemerintahan Mursi dianggap tidak
profesional mengurus negara, karena ekonomi Mesir terus memburuk
selama setahun terakhir ini. Tuduhan-tuduhan yang tentu saja ditolak
oleh Mursi dan para pendukungnya.
Yang patut disayangkan, ternyata kelompok-kelompok Islam di
Mesir tidak cukup solid mendukung pemerintahan Mursi. Dalam setiap
zaman selalu saja muncul kelompok petualang politik. Kelompok yang
melihat “ke mana angin bertiup kencang ke sana mereka mengarah”.
Kelompok Salafi di Mesir misalnya, melalui sayap politiknya, Partai an-
Noor, semula mendukung Mursi. Namun, lantaran jabatan yang
diberikan dianggap tidak sesuai, mereka pun membelot ke pihak militer
dan oposisi. Demikian pula sikap Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad
Tayyib.
Meskipun tidak terkait dengan jabatan secara langsung, namun
Ahmad Tayyib dilihat dari perjalanan hidupnya-pada masa rezim
Mubarak, ia merupakan pendukung setianya. Bahkan, ketika muncul
aksi-aksi demonstrasi melawan Mubarak, sikapnya tidak jelas. Baru
setelah kelihatan Mubarak mau jatuh, ia pun berbelot ke revolusi rakyat
yang akhirnya menjatuhkan Mubarak. Malah ia sempat mengeluarkan
fatwa, meskipun terlambat, bahwa demonstrasi dan bahkan melawan
penguasa tiran dibolehkan. Karena itu, ia pun mendukung oposisi
Suriah menjatuhkan Presiden Basyar al-Assad.
Pada pemerintahan Mursi, Al-Azhar bahu-membahu dengan
kelompok Islam lainnya, terutama Al-Ikhwan Muslimin, untuk
mengamendemen konstitusi negara. Kostitusi baru-yang kemudian
disetujui rakyat melalui referendum ini meletakkan Al-Azhar pada posisi
strategis. Yakni, segala undang-undang dan peraturan yang terkait
dengan agama harus mendapat persetujuan dari Al-Azhar.Namun,
ketika aksi-aksi demo menentang Mursi semakin membesar dan
akhirnya didukung militer untuk menjatuhkan Mursi, Syekh Al-Azhar
Ahmad Tayyib tiba-tiba ikut menentang kekuasaan Mursi yang Islami.
Muhammad Idris
14 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
Bahkan, ia ikut mendampingi Panglima Angkatan Bersenjata
Jenderal Abdul Fattah as-Sisi ketika membacakan pengumuman
pemberhentian Mursi dari jabatannya sebagai presiden. Ahmad Tayyib
duduk berdampingan dengan Uskup Koptik Mesir, Uskup Tawadrus II,
dan sejumlah tokoh sekuler-liberal yang menentang kekuasaan Mursi.
Alasan yang dikemukakan sebagaimana dikutip Aljazirah.net adalah
untuk menghindarkan pertumpahan darah sesama rakyat Mesir.
Bahkan, Syekh Al-Azhar menyebut demonstrasi yang mendukung dan
menentang Presiden Mursi tidak ada kaitannya dengan agama, tetapi
demi kekuasaan. Menurutnya, alasan mendukung kudeta militer
sebagai menghindarkan terjadinya perang saudara.
Sikap dan pertanyataan Syekh Al-Azhar itu segera direspons
oleh Ketua Persatuan Ulama Dunia, Syekh Yusuf Qaradhawi: “Syekh
Tayyib, ketua lembaga ulama-ulama besar Mesir (rais kibarul ulama)
telah berbicara atas nama kami. Dia telah bersalah ketika mendukung
kudeta militer untuk memberhentikan presiden yang sah dan yang
terpilih secara demokratis. Dia telah berseberangan dengan
kesepakatan ulama Islam dunia. Karena itu, pendapatnya adalah
pribadi dan bukan atas nama para ulama. Pendapatnya yang
mendukung kudeta militer untuk menjatuhkan presiden yang sah dan
terpilih secara demokratis tidak bersandarkan pada Alquran maupun
Sunnah sama sekali”.
Mendapat serangan dari Syekh Qaradhawi, Syekh Al-Azhar
tampaknya tidak mau berhadapan dengan koleganya itu. Ia hanya
mengatakan akan terus beri’tikaf (berdiam diri) di rumahnya sembari
mendokan yang terbaik untuk bangsa Mesir. Namun, melalui
keterangan pers, Al-Azhar membantah semua pernyataan Syekh
Qaradhawi. Menurutnya, pendapat Qaradhawi merupakan fitnah dan ia
(Qaradhawi) tidak melihat kenyataan besarnya demo oposisi. Bila hal
itu dibiarkan justru akan menimbulkan pertumpahan darah yang tidak
perlu,” bunyi keterangan pers Al-Azhar sebagaimana dikutip Al-Ahram.
Qaradhawi dan Ahmad Tayyib sama-sama lulusan Al-Azhar.
Qaradhawi sering disebut sebagai mewakili kelompok Islam politik.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 15
Sedangkan, Syekh Al-Azhar mewakili kelompok Islam
kultural.Qaradhawi yang kini bermukim di Qatar selalu terlibat aktif-baik
fisik maupun melalui fatwa-fatwanya-dalam gerakan dan revolusi
rakyat melawan penguasa zalim seperti rezim Husni Mubarak dan kini
rezim Basyar al-Assad.Qaradhawi juga merupakan anggota Lembaga
Ulama Besar Mesir yang diketuai Syekh Tayyib. Sebaliknya, Syekh
Tayyib merupakan anggota Persatuan Ulama Dunia yang dipimpin
Syekh Qaradhawi.
Baik Syekh Qaradhawi maupun Syekh Al-Azhar masing-masing
mempunyai pengikut di berbagai belahan dunia Islam, termasuk di
Indonesia. Karena itu, perkembangan di Mesir, termasuk silang
pendapat dan perbedaan fatwa antara Syekh Qaradhawi dan Syekh Al-
Azhar terhadap penggulingan pemerintahan Presiden Mursi yang
Islami akan sangat menarik diikuti. Perbedaan pandangan Qaradhawi
dengan Ahmad Tayyib sedikit banyak berpengaruh pada
perkembangan fikih politik di dunia Islam.
Kemudian berdasarkan pemberitaan Islam Pos pada 05 Mei
2014, Al-Azhar telah memecat 76 mahasiswa dari fakultas yang
berbeda atas tuduhan keterlibatan mereka dalam kerusuhan, kantor
berita Mesir MENA melaporkan. Bentrokan terus-menerus antara
pasukan keamanan dan mahasiswa di beberapa kampus telah
memuncak dengan adanya beberapa kematian di antara barisan
mereka. Puluhan mahasiswa Al-Azhar telah adili, dengan puluhan
dihukum karena keterlibatan mereka dalam bentrokan dengan polisi.
Rektor Universitas Al-Azhar Osama El-Abd mengatakan bahwa
penyelidikan membuktikan para mahasiswa yang dipecat ikut ambil
bagian dalam kegiatan yang melanggar aturan al-Azhar dan 36 dari
mereka adalah mahasiswi dari cabang universitas Al-Azhar di kota
Delta Nil Zagazig, menurut laporan MENA.
Presiden interim Mesir Adly Mansour mengubah hukum pada
bulan Februari lalu sehingga memungkinkan kepala Universitas
mengusir mahasiswa yang melakukan aksi protes.
Muhammad Idris
16 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
4. Jaringan
Universitas Al-Azhar tidak hanya berpusat di Kairo saja. Tetapi
terdapat banyak cabang di luar Kairo, di antaranya:
a. Untuk Putra
1) Fakultas Usuludin dan Dakwah, juga Fakultas Bahasa Arab di
Zaqaziq
2) Fakultas Usuludin dan Dakwah, juga Fakultas Syari`ah dan
Qanun di Tanta
3) Fakultas Usuludin dan Dakwah, juga Fakultas Bahasa Arab di
Mansurah
4) Fakultas Usuludin dan Dakwah, juga Fakultas Bahasa Arab di
Syibin el-Koum
5) Fakultas Syariah dan Qanun, juga Bahasa Arab di Damanhur
6) Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Dimyat
7) Fakultas Alquranul-Karim dan Ilmu Qira'at di Tanta
8) Faklutas Syariah dan Qanun di Daqahliyah
9) Fakultas Usuluddin dan Dakwah, Fakultas Syariah dan Qanun,
Fakultas `Ulum (Sains), Fakultas Kedokteran, Fakultas
Farmasi, Fakultas Bahasa Arab di Asyut
10) Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Qena
11) Fakultas Bahasa Arab di Garga
12) Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Aswan
b. Untuk Putri
1) Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Iskandariyah
2) Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Mansurah
3) Fakultas Ekonomi Rumah Tangga di Tanta
4) Kulliyantul-Banat di Asyut
5) Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Suhaj
5. Pengaruh
Seperti yang terjadi di banyak negara lain, di Indonesia pun
perkembangan ajaran Islam tidak dapat dipisahkan dari keberadaan al-
Azhar. Pengaruhnya tak dapat dinafikan dalam pertumbuhan modernisasi
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 17
Islam di Tanah Air. Al-Azhar menjadi saksi hubungan antara Indonesia-
Mesir. Menurut Soekarno, Indonesia mengenal Mesir itu justru karena ada
al-Azhar.19 Pada tahun 1960, Presiden Sukarno menerima gelar Doctor
Honoris Causa dari Al-Azhar. Selain Bung Karno, penganugerahan Doktor
kehormatan dari al-Azhar sebelumnya diberikan kepada Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) pada tanggal 21 Januari 1958.
Sekarang ini kurang lebih 2.516 mahasiswa Indonesia sedang
belajar di universitas tersebut,20 mengisahkan dengan baik sejarah, dan
peranannya dalam mengembangkan pola pendidikan dan pandangan
keislaman moderat dalam konteks global.
a. Sistem Wakaf
Wakaf merupakan satu tradisi sosial yang diturunkan oleh
Rasulullah saw. dimana tradisi tersebut dipegang kuat oleh sahabat-
sahabat dan para pengikutnya. Sistem wakaf telah memberikan
manfaat dan melahirkan para ilmuan serta berbagai institusi dalam
peradaban Islam.
Di antara pusat pengkajian Islam ternama hasil dari amalan
wakaf termasuk Universitas Al-Azhar. Hingga saat ini, hasil wakaf di
Mesir dalam batas-batas tertentu masih didistribusikan untuk keadilan
sosial, meski belum maksimal. Hasil wakaf di Mesir diberikan untuk
bidang: 1) Dakwah Islam; antara lain untuk para khatib, takmir mesjid,
para penghafal Alquran, dan penerjemahan Alquran. 2) Bidang
pendidikan dan pelatihan; antara lain untuk lembaga pendidikan yatim
piatu dan beasiswa bagi sebagian mahasiwa al-Azhar, baik dari dalam
maupun luar negeri. Jumlahnya sebanyak 700 orang kali 4 angkatan.
Setiap mahasiswa memperoleh 160 Found Mesir (sekitar Rp. 240.000).
3) Bidang penyebaran kebudayaan Islam seperti penerbitan buletin
Islam, pencetakan buku-buku dan ensiklopedi Islam, penelitian
19http://soekarnocare.org/2014/03/11/soekarno_dikenang/ diakses 12 Juni 2014,
pukul 00.05 WIB.
20http://www.atdikcairo.org/data-pendidikan/cek-data-lapor-pendidikan diakses
15 Maret 2014, pukul 11.00 WIB.
Muhammad Idris
18 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
filologis naskah kuno Islam, dan penyelenggaraan pameran
kebudayaan Islam. 4) Bidang sosial, seperti bantuan eknomi bagi
yang tidak mampu dan bantuan kesehatan.21
b. Sistem Riwaq
Secara kelembagaan, meskipun masih kontroversi, teori tentang
asal-usul pesantren dapat dipetakan menjadi dua. Pendapat pertama,
pesantren merupakan kesinambungan dari lembaga pendidikan
keagamaan pra-Islam, seperti perdikan, sama sekali bukan struktur
lembaga baru yang diimpor. Pendapat kedua mengatakan bahwa
pesantren diadopsi dari sistem riwaq sebuah sistem pendidikan Islam
di Al-Azhar.22
Sistem pendidikan pesantren memiliki persamaan baik dengan
sistem pendidikan di Timur Tengah maupun dengan lembaga
pendidikan Hindu-Budha.Tradisi kedua sistem pendidikan ini berubah
sifat khasnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran
(konvergensi) yang muncul dalam pesantren.23
Analisis Kritis Terhadap Sistem Al-Azhar
Al-Azhar adalah produk sekaligus pembangun peradaban.Sebagai
lembaga pendidikan yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyyah, Al-Azhar
merupakan sebuah bukti peradaban yang maju kala itu. Sementara dalam
proses perkembangannya, Al-Azhar sebagai perguruan tinggi merupakan
bengkel gerakan intelektual yang menjadi saksi sejarah atas konteks yang
berlaku di sekitarnya sehingga mempengaruhi perkembangan intelektual di
dalamnya, tetapi juga sebagai penghasil pemikiran dan berbagai produk
21Muhammad Abdul-Halim Umar, Tajribah Idarah al-Auqaf fi Jumhuriyyah Misr al-
’Arabiyyah, (Kairo: Markaz Salih Kamil, tt.), hlm. 31; Abu Bakar Ahmad bin Umar as-
Syaibani, Kitab Ahkam al-Auqaf, (Kairo: Maktabah as-Saqafah ad-Diniyyah, tt.), hlm. 294-
295.
22Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan,
1992), hlm. 35.
23Hanun Asrahah, Pesantren di Jawa Asal-Usul, Perkembangan dan
Pelembagaan (Jakarta: Depag RI-INCIS, 2002), cet. 1, hlm. 3.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 19
turunannya yang mempengaruhi masyarakat dan perkembangan keilmuan
Islam. Tidak hanya mempengaruhi perkembangan keilmuan dan
pendidikan di dunia Arab, Al-Azhar pun menjadi kiblat pendidikan dunia
Islam, termasuk di Indonesia.
Peranan al-Azhar sebagai penjaga turas terkait dengan jatuhnya
Baghdad dan Andalusia, yang menimbulkan “kepanikan intelektual”, yang
berimplikasi pada munculnya penulisan syarah, ikhtisar, hawasyi dan
taqarir guna merekonstruksi dan menjaga warisan intelektual Islam.
Penjagaan turas ini berperan penting dalam penyediaan rujukan primer
dalam keilmuan Islam, akan tetapi jika hal ini berlanjut pada sikap keilmuan
yang eksklusif dan bahkan penolakan terhadap khazanah keilmuan yang
baru, tentu hal ini justru membahayakan perkembangan keilmuan Islam.
Sempitnya khazanah keilmuan hanya menghasilkan kemandekan ilmu
pengetahuan yang bisa mengakibatkan kegagapan umat Islam dalam
menghadapi kehidupan yang terus berkembang dan akhirnya menjadikan
umat Islam hanya sebagai konsumen dari produk keilmuan dan teknologi
yang dihasilkan Barat. Implikasi lainnya adalah sistem pendidikan yang
cenderung dikotomis, tidak berimbang dan tidak terpadu antara fakultas
agama dan “non-agama” pun menciptakan ketimpangan keilmuan yang
akhirnya sulit untuk menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat Islam
masa kini, bahkan memunculkan kebingungan pada masyarakat dalam
menyikapi problem-problem kehidupan.24
Berbeda dengan kebanyakan universitas lain yang sudah
memberlakukan sistem modern dan canggih, al-Azhar hingga kini masih
eksis dengan sistem klasiknya (sistem administrasi yang masih manual
menggunakan tulisan tangan). Hal ini pula yang membuat para mahasiswa
harus mengantri panjang, bahkan harus menunggu berhari-hari untuk
menyelesaikan administrasi kuliah.
Tidak adanya absensi di semua tingkat kuliah layaknya universitas-
universitas lain, kecuali beberapa tingkat saja. Mahasiswa di sini begitu
24Kusmana (ed.). Belajar Islam ke Timur Tengah (Departemen Agama Republik
Indonesia), hlm. 69.
Muhammad Idris
20 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
bebas dalam perkuliahan, hal ini memang terlihat rancu dan kurang
kondusifnya sistem pembelajaran di al-Azhar. Begitu juga dengan ruang
kuliah, al-Azhar masih menggunakan meja dan bangku panjang yang bisa
diduduki sekitar lima sampai tujuh orang, yang seharusnya mahasiswa
duduk sendiri-sendiri layaknya perkuliahan lain.
Penutup
Al-Azhar dalam perkembangannya, bukan saja sebagai tempat
untuk mendalami ilmu agama atau penampungan bagi orang-orang miskin,
bahkan al-Azhar juga merupakan tempat pemersatu umat dalam
perjuangan membebaskan Mesir dari penjajahan. Meskipun para penulis
sejarah Al-Azhar menyatakan mulai tahun 1872 sebagai tahun di mana
pendidikan telah modern, tapi baru pada kepemimpinan Syaikh Hasunah
An-Nawawi Al-Hanafi (Syaikhul-Azhar ke 24 dan 29) kira-kira mulai tahun
1903 kurikulum ilmu-ilmu aqliyah dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan al-Azhar.
Keistimewaan al-Azhar, tidak hanya piawai dalam melahirkan
ulama-ulama yang berkualitas, akan tetapi ia juga membangun peradaban
dunia melalui dua cara, yaitu dengan kepribadian yang dimiliki oleh al-
Azhar sendiri, dan melalui lulusan-lulusannya yang membawa perubahan
terhadap masyarakat dunia. Dalam memainkan peranannya tentu ada
kekurangan-kekurangan yang tidak akan dapat dihindari. Namun, karena
perubahan merupakan sebuah sunnatullah, al-Azhar terus mengalami
peningkatan kemajuan dari zaman ke zaman.
Sungguh, al-Azhar adalah sejarah yang berjalan, selama 1000
tahun lebih ia menjadi saksi atas perubahan–perubahan sistem
pemerintahan, pengalihan kekuasaan, saksi akan kelahiran para ulama,
ilmuan, dan filosof yang terkenal sampai sekarang, dan diusianya yang
sangat tua, ia tetap menjadi idola untuk mendalami ilmu agama. Al-Azhar
tidak hanya menjadi sejarah, tetapi menyaksikan dan mengukir sejarah
dalam keajaiban dunia pendidikan dan peradaban.Dan keberadaan al-
Azhar bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap
pendidikan, kesehatan, kesenian, serta ilmu pengetahuan umum lainnya.
Universitas Al-Azhar
Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H 21
Daftar Pustaka
Hasan Asari. Menyikap Zaman Keemasan Islam, Bandung: Citapustaka
Media, 2007.
Hanun Asrahah. Pesantren di Jawa Asal-Usul, Perkembangan dan
Pelembagaan, Jakarta: Depag RI-INCIS, 2002.
Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat Bandung:
Mizan, 1992.
Khafaji, Muhammad `Abdul-Mun`im. Al-Azhar fi Alfi `Am, Beirut: `Alamul-
Kutub, 1407/1987.
Kusmana (ed.). Belajar Islam ke Timur Tengah, Departemen Agama
Republik Indonesia.
Al-Maqrizi, Taqiyuddin. Al-Mawa`iz wal-I`tibar bi Zikril-Khattat wal Asar,
Beirut: Darul-Kutub al-`Ilmiyyah, 1418.
Abuddin Nata. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Agustiar Syah Nur. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung:
Lubuk Agung, 2001.
As-Suyuti, `Abdur-Rahman ibn Abi Bakr, Jalaluddin. Husnul-Muhadirah fi
Tarikh Misr wal-Qahirah, Mesir: Dar Ihya' al-Kutub al-`Arabiyyah,
1387/1967.
Sayyid, Aiman Fu'ad. Daulah Fatimiyyah fi Misr Tafsir Jadid, Mesir: Darul
Misriyah, 2007.
As-Syaibani, Abu Bakar Ahmad bin Umar. Kitab Ahkam al-Auqaf, Kairo:
Maktabah as-Saqafah ad-Diniyyah. tt.
Tajab.et. al., Dasar-Dasar Kependidikan dalam Islam: Suatu Pengantar
Ilmu Pendidikan Islam, dikutip dari Maksum. Madrasah: Sejarah
dan Perkembangannya, Jakarta: Logos, 1999.
Muhammad Idris
22 Studi Multidisipliner Volume 5 Edisi 2 2018 M/1440 H
Umar, Muhammad Abdul-Halim.Tajribah Idarah al-Auqaf fi Jumhuriyyah
Misr al-’Arabiyyah, Kairo: Markaz Salih Kamil, tt.
Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1992.
Top Related