UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi, L)
DENGAN METODE DPPH
Ira Ferdian Utomo
Jurusan FramsaiSekolah Tinggi Farmasi Bandung
Jl.Soekarno Hatta No. 754 Bandung
ABSTRAK
Indonesia memiliki berbagai tanaman berkhasiat untuk kesehatan, salah satunya adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.). Telah dilakukan penelitian untuk mengaplikasikan manfaat dari daun belimbing wuluh yang memiliki aktivitas antioksidan untuk pemeliharaan kesehatan. Metodologi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, fraksinasi ekstrak, uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-picrylhydrazyl). Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa daun belimbing wuluh mengandung golongan senyawa metabolit sekunder flavonoid, tanin, dan saponin. Uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-picrylhydrazyl) pada ekstrak etanol daun belimbing wuluh mempunyai IC50 sebesar 210,580 ppm, fraksi n-heksan dari ekstrak etanol mempunyai IC50 sebesar 111,105 ppm, fraksi etil asetat dari ekstrak etanol mempunyai IC50 sebesar 21,747 ppm, fraksi metanol-air dari ekstrak etanol mempunyai IC50 sebesar 71,889 ppm, ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 67,786 ppm, fraksi n-heksan dari ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 1567,413 ppm, fraksi etil asetat dari ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 31,856 ppm, fraksi air dari ekstrak air mempunyai IC50 sebesar 75,559 ppm, dan vitamin C sebagai pembanding mempunyai IC50
1
sebesar 7,714 ppm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan daun belimbing wuluh masih lemah dibandingkan dengan vitamin C.
Kata kunci: Averrhoa blimbi, L, antioksidan, DPPH
ABSTRACT
Indonesia has a range of nutritious crops for health, one of which is the star fruit leaves (Averrhoa blimbi L.). Studies have been conducted to investigate the benefit of star fruit leaves with antioxidant activity for health maintenance. The methodology in this study included data collection, processing of raw materials, plant determination, characterization of crude, phytochemical screening, making extracts, extracts fractionation, antioxidant activity assay qualitatively and quantitatively using the DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl). Phytochemical screening results showed that the star fruit leaves fruit contains a secondary metabolites such as flavonoids, tanins, and saponins. Study on antioxidant activity qualitatively and quantitatively using the DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) in the ethanol extract of the star fruit leaves has IC50 of 210,580 ppm, n-hexane fraction of the ethanol extract has IC50 of 111,105 ppm, ethyl acetate fraction of the ethanol extract has IC50 21,747 ppm, methanol-water fraction of the ethanol extract has IC50 71,889 ppm, water extract has IC50 67,786 ppm, n-hexane fraction of the water extract has IC50 of 1567,413 ppm, ethyl acetate fraction of the water extract has IC50 31,856 ppm, water fraction of the water extract has IC50
75,559 ppm, and vitamin C as a comparison has IC50 7,714 ppm. From these data it can be concluded that the antioxidant activity of star fruit leaves were still weak compared to vitamin C.
Keywords: Averrhoa blimbi L, an antioxidant, DPPH
2
PENDAHULUAN
Radikal bebas menyerang sel-sel tubuh dan menyebabkan
kerusakan permanen. Penyebab utama radikal bebas adalah
polusi, makanan gorengan, radiasi, dan sinar matahari. Namun,
tubuh juga menghasilkan radikal bebas ketika mengatasi infeksi,
saat berolahraaga, atau saat bernapas seperti biasa. Dari waktu ke
waktu, kerusakan akibat radikal bebas akan bertambah dan tanda-
tanda penuaan pun akan makin tampak.
Salah satu tanaman yang mengandung banyak manfaat
bagi tubuh ialah daun belmbing wuluh. Manfaat daun belimbing
wuluh diantaranya ialah sebagai antidiabetes, antiinflamasi, dan
antioksidan. Antioksidan akan melumpuhkan radikal bebas dan
menghambat proses kerusakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
(i) Fase gerak BAA (butanol:asam asetat:air) (4:1:5)
(a) (b) (c) (d)
3
Gambar 6.1: Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam silika gel GF254 pra salut. Pengembang Butanol- asam asetat-air (4:1:5), (1) Ekstrak etanol, (2) Fraksi etil asetat, (3) Fraksi n-heksan, (4).Fraksi metanol-air, penampak bercak sinar UV λ 254 nm (a), penampakk bercak sinar UV λ 366 nm (b), penampak bercak AlCl3 5% dalam metanol dibawah sinar UV λ 366 nm (c), penampak bercak FeCl3 1% secara visual (d).
Dari hasil pemantauan KLT ekstrak dan fraksi simplisia
daun belimbing wuluh ,pada pengembang yang menggunakan
Butanol:Asam asetat:Air (4:1:5), dilihat dengan sinar uv ((a) dan
(b)) sudah terlihat banyak terdapat senyawa tetapi masih belum
spesifik. Yang merah pada λ 366 nm fraksi etil asetat (2) dengan
nilai Rf 0,9 diduga senyawa antosianin (b). Sedangkan pada (c)
senyawa flavonoid lebih terlihat kuat pada fraksi etil asetat (2)
yang ditunjukkan adanya warna kuning pada λ 366 nm setelah
disemprot dengan AlCl3 pada Rf 0,72. Adanya senyawa polifenol
dapat terlihat pada fraksi etil asetat (2) yang ditunjukkan dengan
bercak berwarna hitam setelah disemprot FeCl3 pada Rf 0,7 (d).
4
(ii) Fase gerak Metanol-Kloroform (3:7)
(a) (b) (c) (d)Gambar 6.2 : Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam
silika gel GF254 pra salut. Pengembang Metanol-kloroform (3:7), (1) Ekstrak air, (2) Fraksi etil asetat, (3) Fraksi n-heksan, (4).Fraksi metanol-air, penampak bercak sinar UV λ 254 nm (a), penampak bercak sinar UV λ 366 nm (b), penampak bercak AlCl3 5% dalam metanol dibawah sinar UV λ 366 nm (c), penampak bercak FeCl3 1% secara visual (d).
Pada pengembang yang menggunakan metanol:kloroform
(3:7), dilihat dengan sinar uv ((a) dan (b)) sudah terlihat banyak
terdapat senyawa tetapi masih belum spesifik. Yang merah pada λ
366 nm pada fraksi etil asetat (2) dengan nilai Rf 0,92 diduga
senyawa antosianin (b). Sedangkan pada (c) senyawa flavonoid
lebih terlihat kuat pada fraksi etil asetat (2) yang ditunjukkan
adanya warna kuning pada λ 366 nm setelah disemprot dengan
AlCl3 pada Rf 0,76. Adanya senyawa polifenol dapat terlihat pada
fraksi etil asetat (2) yang ditunjukkan dengan bercak berwarna
hitam setelah disemprot FeCl3 pada Rf 0,26 (d).
5
(iii) Fase gerak n-Heksan-Etil Asetat (3:7)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 6.3 : Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam silika gel GF254 pra salut. Pengembang n-Heksan-Etil Asetat (3:7), (1) Fraksi etil asetat ekstrak etanol, penampak bercak sinar UV λ 254 nm (a), penampakk bercak sinar UV λ 366 nm (b), penampak bercak AlCl3 5% dalam metanol dibawah sinar UV λ 366 nm (c), penampak bercak FeCl3 1% secara visual (d).
Profil pemantauan KLT secara kualitatif dengan
menggunakan pengembang n-heksan:etil asetat (3:7) dilakukan
terhadap fraksi etil asetat pada ekstrak etanol. Di lihat dengan
sinar uv ((a) dan (b)) sudah terlihat banyak terdapat senyawa
tetapi masih belum spesifik. Yang merah pada λ 366 nm pada
fraksi etil asetat (1) dengan nilai Rf 0,9 diduga senyawa
antosianin (b). Sedangkan pada (c) senyawa flavonoid lebih
terlihat kuat pada fraksi etil asetat (1) yang ditunjukkan adanya
warna kuning pada λ 366 nm setelah disemprot dengan AlCl3
pada Rf 0,8. Adanya senyawa polifenol dapat terlihat pada fraksi
etil asetat (2) yang ditunjukkan dengan bercak berwarna hitam
setelah disemprot FeCl3 pada Rf 0,3 (d).
6
Penentuan KLT dilakukan dengan menggunakan fase
diam plat silika gel GF254 dan fase gerak butanol-asam asetat- air
(4:1:5), metanol-kloroform (3:7), dan n-heksan-etil asetat(3:7).
(a) (b) (c)
Gambar 6.4 : Kromatogram lapis ekstrak dan fraksi fase diam silika gel GF254 pra salut (a) Butanol-asam asetat-air (4:1:5), (b). Metanol-kloroform (3:7), (c) n-heksan-etil asetat (3:7)
Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif
dengan metode DPPH dari ekstrak dan daun belimbing wuluh
menunjukan bahwa fraksi etil asetat dari ekstrak etanol memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih baik. Hal ini terlihat dari
ditunjukkan bercak kuning berlatar belakang ungu dalam waktu
yang lebih cepat dengan nilai Rf 0,80.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan profil KLT dari
fraksi etil asetat yang lebih baik, dilakukan pengujian dengan
pengembang n-heksan:etil asetat (3:7).
Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol
menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 10, 20, 40, 80,
160, dan 320 ppm.
7
Tabel 6.4Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak etanol
daun belimbing wuluh
0 50 100 150 200 250 300 3500
20
40
60
80f(x) = 0.224251599147122 x + 2.8302487562189R² = 0.987235237126161
Kurva daya hambat ekstrak etanol daun belimbng wu-luh terhadap radikal bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.5 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 210,580 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksan dari ekstrak
etanol menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 5, 10, 20,
40, 80, dan 160 ppm.
Tabel 6.5
8
Konsentrasi (ppm)
Absorban % InhibisiIC 50 (ppm)
10 0,716 2,98
210,580
20 0,707 4,2040 0,646 12,4780 0,560 24,12160 0,425 42,41320 0,206 72,08
Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi n-heksan ekstrak etanol daun belimbing wuluh
0 20 40 60 80 100 120 140 160 1800
20
40
60
80
f(x) = 0.407077469793888 x + 4.78009950248756R² = 0.950775150296368
Kurva daya hambat fraksi n-heksan ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% In
hibi
si
Gambar 6.6 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi
n-heksan ekstrak etanol daun belimbing wuluh
Dari data di atas, di dapat nilai IC50 sebesar 111,105 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dari ekstrak
etanol menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 1, 2, 4, 8,
16, dan 32 ppm.
Tabel 6.6
9
Konsentrasi (ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
5 0,726 1,63
111,105
10 0,686 7,0520 0,651 11,7940 0,549 25,6180 0,399 45,93160 0,259 64,90
Pemeriksaan aktivitas antioksidan frasi etil asetat ekstrak etanol daun belimbing wuluh
0 5 10 15 20 25 30 350
20
40
60
80
f(x) = 2.12771144278607 x + 3.74402985074626R² = 0.990182561980412
Kurva daya hambat fraksi etil asetat ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap radikal
bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.7 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 21,747 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan pada fraksi metanol-air dari
ekstrak etanol menggunakan metode DPPH pada konsentrasi
5,10, 20, 40, dan 80 ppm.
Tabel 6.7
10
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
1 0,635 2,76
21,747
2 0,603 7,664 0,576 11,798 0,497 23,8916 0,388 40,5832 0,201 69,83
Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi metanol-air ekstrak etanol daun belimbing wuluh
0 10 20 30 40 50 60 70 80 900
102030405060
f(x) = 0.67252688172043 x + 1.69166666666666R² = 0.99728101089029
Kurva daya hambat fraksi metanol-air ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas
DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.8 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi metanol-air ekstrak etanol daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 21,747 ppm,
hal tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas
antioksidan
Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak air menggunakan
metode DPPH pada konsentrasi 10, 20, 40, dan 80 ppm.
Tabel 6.8
11
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
5 0,717 4,14
71,88910 0,685 8,4220 0,635 15,1140 0,521 30.3580 0,339 54,68
Pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak air daun belimbing wuluh
0 10 20 30 40 50 60 70 80 900
10203040506070
f(x) = 0.828052173913044 x − 6.12695652173913R² = 0.998417317176523
Kurva daya hambat ekstrak air daun belimbing wu-luh terhadap radikal bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.9 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi ekstrak air daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 67,786 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksan dari ekstrak
air menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 50, 100, 200,
400, 800 dan 1600 ppm.
Tabel 6.9
12
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
10 0,647 0,92
67,78620 0,578 11,4940 0,473 27,5780 0,263 59,72
Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi n-heksan ekstrak air daun belimbing wuluh
0200
400600
8001000
12001400
16001800
0
10
20
30
40
50
60
f(x) = 0.0296751954513149 x + 4.5455223880597R² = 0.983046974919492
Kurva daya hambat n-heksan ekstrak air daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhbi
si
Gambar 6.10 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi n-heksan ekstrak air daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 1567,413 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dari ekstrak
air menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 1, 2, 4, 8, 16
dan 32 ppm.
13
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibis
i
IC 50 (ppm)
50 0,723 2,56
1567,413
100 0,683 7,95200 0,664 10,51400 0,604 18,60800 0,513 30,861600 0,369 50,27
Tabel 6.10Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak air
daun belimbing wuluh
0 5 10 15 20 25 30 350
102030405060
f(x) = 1.48827292110874 x + 2.59980099502488R² = 0.979522479545385
Kurva daya hambat fraksi etil asetat ekstrak air daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas
DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.11 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak air
daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 31,856 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan pada fraksi air dari ekstrak air
menggunakan metode DPPH pada konsentrasi 5, 10, 20, 40, dan
80 ppm.
Tabel 6.11
14
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
1 0,712 0,42
31,856
2 0,674 5,734 0,654 8,538 0,592 17,2016 0,506 29,2332 0,370 48,25
Pemeriksaan aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak air daun belimbing wuluh
0 10 20 30 40 50 60 70 80 900
102030405060
f(x) = 0.613518817204301 x + 3.68291666666667R² = 0.991897783968766
Kurva daya hambat fraksi air ekstrak air daun belimbing wuluh terhadap radikal bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.12 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi fraksi air ekstrak air daun belimbing wuluh
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 75,559 ppm, hal
tersebut menujukkan bahwa fraksi tersebut memiliki aktivitas
antioksidan.
Sebagai pembanding digunakan vitamin C pada
konsentrasi 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ppm.
Tabel 6.12Pemeriksaan aktivitas antioksidan vitamin C
15
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
5 0,705 5,46
75,55910 0,699 10,3220 0,633 15,1540 0,515 30,9780 0,361 51,61
4 5 6 7 8 9 10 110
1020304050607080
f(x) = 10.0605714285714 x − 27.6042857142857R² = 0.972581149386655
Kurva daya hambat vitamin c terhadap radikal bebas DPPH
C Sampel (ppm)
% I
nhib
isi
Gambar 6.13 : Grafik hasil perhitungan regresi linier % inhibisi terhadap konsentrasi vitamin C
Dari data di atas, didapat nilai IC50 sebesar 7,714 ppm.
Maka dari hasil pengujian aktivitas antioksidan secara
kuantitatif dengan metode DPPH nilai IC50 dari ekstrak air yang
memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik yaitu sebesar
67,786 ppm. Dan fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan yang
baik yaitu fraksi etil asetat dari ekstrak etanol dengan IC50 sebesar
21,747 ppm. Sedangkan aktivitas antioksidan dari vitamin C yang
memiliki nilai IC50 sebesar 7,714 ppm. Maka aktivitas
16
Konsentrasi
(ppm)
Absorban
% Inhibisi
IC 50 (ppm)
5 0,648 21,45
7,714
6 0,532 35,527 0,503 39,038 0,378 54,189 0,273 66,9110 0,247 70,01
antioksidan daun belimbing wuluh masih lemah apabila
dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari vitamin C.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan :
1. Hasil skrining fitokimia dan penentuan profil KLT
menunjukan bahwa kandungan senyawa daun
belimbing wuluh yang di maksud bermanfaat sebagai
antioksidan. Dalam simplisia daun belimbing wuluh
yaitu golongan senyawa yang diduga sebagai
antioksidan yaitu flavonoid pada fraksi etil asetat pada
ekstrak etanol yang menunjukkan bercak kuning
dengan latar belakang ungu pada plat silika Gel254
yang telah di semprot dengan penampak bercak
DPPH.
2. Ekstrak air memiliki aktivitas antioksidan yang paling
kuat dengan nilai IC50 sebesar 67,786 ppm.
sedangkan ekstrak etanol memiliki nilai IC50 sebesar
210,580 ppm.
3. Fraksi etil asetat dari ekstrak etanol memliki aktivitas
antioksdan yang paling kuat dengan nilai IC50 sebesar
21,747 ppm sedangkan fraksi n-heksan memiliki nila
IC50 sebesar 111,105 ppm dan fraksi metanol air
memiliki nilai IC50 sebesar 71,889 ppm.
17
4. Fraksi etil asetat dari ekstrak air memliki aktivitas
antioksidan yang paling kuat dengan nilai IC50 sebesar
31,856 ppm sedangkan fraksi n-heksan memiliki nila
IC50 sebesar 1567,413 ppm dan fraksi air memiliki
nilai IC50 sebesar 75,559 ppm
DAFTAR PUSTAKA
1. M, Fauziah. 2007. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Niaga Swadaya. Hal : 16
2. Syamsu Hidayat, Sri Sugiati, Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat. Jilid I. DepKes RI. Badan Penelitian dan Pengembanagn Kesehatan
3. Hariana, Arief. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal : 35
4. Dalimartha, Setiawan. 2008. Belimbing Manis. Semarang : Aneka Ilmu. Hal : 7-8
5. Wardatul M, 2010. Skripsi Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) terhadap Efektivitas antibakteri secara In Vitro. FakultasMIPA UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.
6. Soedibyo, B.R.A, Moeryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta : Balai Pustaka.
7. Luximon-Ramma, A., Bahorun, T., Soobrattee, A.M. and Aruoma, O.I. 2002. Antioxidant Activities of Phenolic,
18
Proanthocyanidin and Flavonoid Components in Extracts of Acacia Fistula. J. Agric Food Chem, Hal : 50: 5042-5047.
8. Auterhoff, H and K.A. 1987, Identifikasi Obat, Penerbit ITB. Bandung. Hal : 197-200
9. Winarsi, Herry, 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Tanisios : Yogyakarta. Hal : 11, 13, 15, 77, 78, 137-138.
10. Rahardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya. Hal : 19-20.
11. Hanani, Endang. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyyspongia Sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Departemen Farmasi, FMIPA-UI Depok, 2005. Hal : 11.
12. Hoan, Tan Tjay & Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal : 218
13. Markham, K.R, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, penerjemah, K, Padmawinata., Bandung, Institut Teknologi Bandung. Hal : 1-9
14. Simanjuntak, Megawati. 2008, Ekstraksi dan Fraksinansi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma Malabathricum L.) serta Pengujian Efek sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal : 7-8
15. Maulida, Dewi dan Zulkarnaen, Naufal. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopein) Dari Buah Tomat dengan
19
Menggunakan Solven Campuran, n-Heksana, Aseton, dan Etanol, Fakultas Teknik Universiras Diponegoro Semarang. Semarang. Hal : 13
16. Khopkhar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Universitas Indonesia.
17. Azizah, Fazat. 2002. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd). Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Semarang. Hal : 12
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta
19. Ditjen POM. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. DepKes RI : Jakarta. Hal : 536-553
20
Top Related