CASE REPORT SESSION
TUMOR MAMMAE
DISUSUN OLEH :
Maulana Agies Riadi (23.07.838.2011)
Hafizh Budhiman Mahmud (12100114050)
Pembimbing Klinik
dr. H. Yuswardi, Sp.B, FinaCS, MH.Kes
STASE BEDAH RSUD SYAMSUDIN KOTA SUKABUMI
PROGRAM STUDI DOKTER
2015
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan ridho-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah pada Stase Bedah yang berjudul
Tumor Mammae.
Makalah ini penulis buat dengan berusaha untuk menjadikan makalah pada Stase
Bedah yang berjudul Tumor Mammae menjadi lebih sempurna. Penulis bertujuan agar dapat
dipahami dan diterima oleh semua pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, didasarkan hasil diskusi kelompok, dan penulis
merujuk pada buku-buku serta website di internet.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dr. H. Yuswardi, Sp.B, FinaCS,
MH.Kes sebagai pembimbing, dan teman-teman yang telah bekerja sama membantu penulis
sehingga dapat terselesaikan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan suatu
harapan yang tinggi, semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi
semuanya.
Wassalam. wr. wb.
Sukabumi, September 2015
Penulis
2
STATUS PASIEN
I. KETERANGAN UMUMNama : Ny. EtUsia : 50 tahunStatus : MenikahPekerjaan : Ibu rumah tanggaPendidikan : SMPAgama : IslamAlamat : Babakanpentas
II. ANAMNESISKeluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan sejak 8 bulan SMRSAnamnesis :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada payudara kanan sejak 8 bulan SMRS. Awalnya ukuran benjolan dirasakan sebesar kelereng dan semakin lama semakin membesar menjadi sebesar bola tenis. Benjolan terasa keras dan nyeri, tidak ada tarikan pada payudara, dan tidak ada cairan yang keluar dari puting, terdapat penurunan berat badan + 4kg dalam waktu 4 bulan. Pada payudara kiri, ketiak dan leher tidak teraba adanya benjolan.
Riwayat penyakit dahulu memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis disangkal, riwayat pengobatan TB paru disangkal, riwayat benjolan di bagian tubuh lain disangkal. Riwayat penyakit tumor dalam keluarga disangkal, riwayat operasi disangkal
Riwayat penggunaan KB pasien menggunakan KB implant, pasien menyusui kedua anaknya hingga usia 2 tahun, pasien belum pernah melakukan pengobatan, riwayat alergi tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK Status GeneralisKeadaan umum : tampak sakit sedangKesadaran : komposmentis Gizi : cukupTanda Vital : BP: 130/80 mmHg N = 84 x/menit R = 20 x/menit S=36 oCKepala : Normocephal, rambut hitam, lurus, tidak rontokMata : Konjungtiva anemis (-/-), skelar ikterik (-/-)Hidung : Tidak ada deformitas, sekret (-/-), epistaksis (-/-)Leher : pembesaran KGB (-/-), Pembesaran thyroid (-/-), Pembesaran KGB supra klavikula (-/-)Thoraks : Bentuk dan gerak simetrisMammae
Inspeksi : tidak terlihat adanya retraksi putting, dimpling, peau d’orange, sekretPalpasi : teraba adanya benjolan di mammae dextra, ukuran ± 10x7cm, konsistensikeras, bentuk lonjong, tepi tidak rata, permukaan kasar, imobile, nyeri +
JantungI : Tidak terlihat ictus cordisP : Ictus cordis tidak terabaP : Batas jantung sulit diperiksa A: Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
3
Paru I : Bentuk dan gerak nafas simetris, retraksi sela iga (-), suprasternal (-).P : Vocal fremitus simetris dektra dan sinistraP : Redup di hemitoraks dekstra setinggi ICS V A : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronchi (-/-)AbdomenI : Abdomen supel, tidak terlihat tegangA : Bising usus (+) normalP : Nyeri tekan (+) pada ulu hati, tidak teraba massa, organomegali (-)P : Timpani pada seluruh quadran abdomenEkstremitas : edema - / -, RCT < 2 detik
Sianosis -/-, RCT < 2 detik Status lokalis :a/r Mammae dextraa/r Mammae Dextra
Inspeksi : Tampak massa di upper outer quadran memanjang ke lower inner quadran, berbentuk lonjong.
AsimetrisWarna : hiperemis (-)Peau’ de Orange : -Niple Dimpling : +Retraksi Puting : +Nipple Discharge : +Edema : -
Palpasi : Teraba adanya benjolan di mammae dextra, ukuran ± 10x7cm, konsistensi keras, bentuk lonjong, tepi tidak rata, permukaan kasar, imobile, nyeri +
IV. RESUME
Wanita, 50 tahun mengeluh ada benjolan di payudara kanan sejak kurang lebih 8 bulan lalu, benjolan awalnya benjolan sebesar kelereng, kenyal kemudian semakin besar sampai sebesar bola tenis sekarang. Benjolan terasa keras dan nyeri, tidak ada tarikan pada payudara, dan tidak ada cairan yang keluar dari puting, terdapat penurunan berat badan + 4kg dalam waktu 4 bulan. Pada payudara kiri, ketiak dan leher tidak teraba adanya benjolan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan teraba adanya benjolan di mammae dextra, ukuran ± 10x7cm, konsistensi keras, bentuk lonjong, tepi tidak rata, permukaan kasar, imobile, nyeri (+), nipple discharge (-), niple dimpling (-), skin retraction (-), niple retraction (-)
V. DIAGNOSA KLINIS ONKOLOGI
0 Tumor mammae dextra suspek malignasi (ca mammae)
VII. USULAN PEMERIKSAAN
– Pemeriksaan darah rutin
– Pemeriksaan kimia darah: SGOT, SGPT, ureum, kreatinin
4
– Foto thorax PA: Pulmo tidak berbercak ataupun terdapat coin lesion
Kesan : Thorax Foto dalam batas normal
– Pemeriksaan histopatologis
– Uji reseptor estrogen
VIII. DIAGNOSIS KERJA
TUMOR MAMMAE DEXTRA SUSP. GANAS
IX. PENATALAKSANAAN
Umum:
• Bedrest
• IVFD RL – 20gtt/mnt
Khusus:
• Operasi Mastektomi
• Post op:
– As. Mefenamat 3 x 500 mg
– Ciprofloxacin 2 x 500 mg
5
TUMOR MAMMAE
EMBRIOLOGI
Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat berasal dari ektoderm, sedang
lemak dan elemen fibreusnya berasal dari mesoderm. Payudara tumbuh mulai dengan
penebalan “ milk ridge (line) “ sejak intrauterin bulan ke 2, dan terbentang dari aksilla
sampai inguinal. Sebagian besar menghilang tetapi di daerah pektoral yang tinggal, tempat
dimana payudara normal berada. Bila terjadi persisten sepanjang linea tersebut akan terjadi
payudara lebih sepasang atau polymastia atau polythelia. Pada tempat tersebut ektoderm akan
proliferasi dan pada akhir kehidupan foetal akan terbentuk “ mammaria pit “ (celah
payudara). Sebelum lahir pit membentuk konversi kedalam dan sedikit menonjol. Pada
pertumbuhan selanjutnya akan dipengaruhi oleh hormon dari pituitary dan ovarium. (Bedah
Tumor, 2008)
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio,
yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang
dari aksila sampai ke regio inguinal. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Pada manusia, golongan primata gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari
garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang
menjadi cikal-bakal payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral
atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis
neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan turnbuhnya asinus
serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar
estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini menurun, dan ini
merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan
perubahan pada payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
ANATOMI
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
6
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar
susu dan facia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper
yang memberi rangka untuk payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mamaria interna, a.torakalis lateralis, yang bercabang dari a. aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.interkostalis.
Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi
yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pascabedah, yakni
n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah
aksila dan bagian medialis lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin
disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong,
2005)
7
Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.torakodorsalis
yang mengurus m. latissmus dorsi, dan n.torakalis longus yang mengurus m. serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Penyaluran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10
sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis.
Saluran limf dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral
aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut
langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa supraklavikuler. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
Jalur limf lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.
rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatic ke hati, pleura, dan payudara
kontralateral. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
8
Payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu upper inner quadrant (UIQ), lower inner
quadrant (LIQ), upper outer quadrant (UOQ) dan lower outer quadrant (LOQ).
Pembagian Kuadran Payudara
FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid
mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
9
Upper outer quadrant (UOQ)
Upper inner quadrant (UIQ)
Upper lower quadrant (UIQ)Lower outer
quadrant (UIQ)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan
ginekologi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring, atau kedua-
duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan,
retraksi, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Dengan lengan
terangkat lurus ke atas, kelainan terlihat lebih jelas. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di
punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak jari
tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara.
Yang diperhatikan pada hakikatnya sama dengan penilaian tumor di tempat lain.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring kadang lebih
mudah ditemukan. Perabaan aksila pun agaknya lebih mudah pada posisi duduk.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah,
atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu harus dibandingkan. Pengeluaran
cairan dari puting payudara di luar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan,
seperti karsinoma, papiloma, di salah satu duktus, dan kelainan yang disertai ektasia duktus.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Enam langkah pemeriksaan payudara untuk deteksi karsinoma mamma (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
1. Inspeksi: penderita duduk
- Bandingkan kiri dengan kanan
2. Inspeksi: sewaktu angkat kedua lengan dan turunkan
- Bandingkan kiri dengan kanan
3. Pemeriksaan puting mamma
4. Palpasi: keempat kuadran
- Bandingkan kiri dengan kanan
10
5. Palpasi ketiak
6. Pemeriksaan diarahkan untuk mencari adanya metastasis
TUMOR JINAK
Kelainan fibrokistik
Kelainan ini disebut juga mastitis kronik kistik, hyperplasia kistik, mastopatia kistik,
dysplasia payudara, dan banyak nama lainnya. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Kelompok penyakit ini sering mengganggu ketentraman penderita karena kecemasan
akan keluhan nyerinya. Yang penting harus dipastikan bahwa kelainan tersebut bukan tumor
ganas. Nyeri yang hebat dan berulang atau penderita yang khawatir dapat menjadi indikasi
eksisi untuk meyakinkan penderita. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung resiko untuk berkembang menjadi
karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak demikian. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda.
Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma teraba sebagai
benjolan bulat atau berbenjol – benjol, dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat.
Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Kadang – kadang
fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa adolesens, fibroadenoma bisa terdapat dalam
ukuran yang lebih besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan esterogen meninggi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Fibroadenoma harus di ekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Tumor Filoides
Tumor illoides (sistosarkoma filoides) merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat
menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat
ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan
pads usia sekitar 45 tahun. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Penanggulangan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor sudah besar,
biasanya perlu dilakukan mastektomi simpleks. Bila tumor ternyata ganas, harus
dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti
sarkoma. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
11
Papiloma Intraduktus
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola
mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Adenosis Sklerosis
Secara klinis, adenosis sklerosis teraba seperti kelainan fibrokistik, tetapi secara
histopatologik tampak proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira
suatu karsinoma. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Mastitis Sel Plasma
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan radang
subakut yang didapat pada sistem duktus yang mulai di bawah areola. Gambaran klinisnya
sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan
menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran
kelenjar getah bening aksila. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering
agak nyeri, tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya biasanya tidak
rata. Secara klinis, kelainan ini sukar dibedakan dengan karsinoma. Secara histopatologik
terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian jadi fibrosis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
TUMOR GANAS
Insidens dan Epidemiologi
Insiden kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan kecenderungan
meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan semakin baiknya edukasi dan teknologi yang
mempunyai dampak luas dalam penemuan penyakit, semakin tingginya keadaan status social
ekonomi yang mempunyai dampak pula terhadap perubahan pola hidup (life style).
(Reksoprodjo, 1995)
Sekitar 203.000 kasus baru ditemukan pada tahun 2003. Ini merupakan penyebab
kematian kedua terbesar pada wanita (setelah kanker paru - paru), dengan sekitar 40.000
kematian di tahun 2003. Kanker payudara pada laki – laki terhitung < 1% dari total
12
keseluruhan kasus; gejala klinis, diagnosa, dan manajemen klinisnya sama, hanya saja laki –
laki cenderung jarang. (Beers, 2006)
Berdasarkan penelitian (Haagensen) kanker payudara lebih sering terjadi di kuadran
lateral atas, kemudian sentral (subareolar). Payudara sebelah kiri lebih cenderung sering
terkena bila dibandingkan dengan sebelah kanan. (Reksoprodjo, 1995)
Berdasarkan umur, kanker payudara lebih sering ditemukan pada umur 40 – 49 tahun
(dekade V) yaitu 30,35% untuk kasus – kasus di Indonesia; di Jepang pun demikian yaitu
40,6% kanker payudara ditemukan pada usia 40 – 49 tahun (dekade V) (Goi sakamoto, 1981)
(Reksoprodjo, 1995)
Etiologi dan Faktor Resiko
Dapat dicatat bahwa faktor etiologinya sampai saat ini faktor etiologinya belum diketahui
pasti, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang
saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain: (Reksoprodjo, 1995)
1. Konstitusi genetika
Ini berdasarkan:
a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara daripada
keluarga lain.
b. Adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa.
c. Pada kembar monozygote; terdapat kanker yang sama.
d. Terdapat persamaan lateralitas kanker buah dada pada keluarga dekat dari penderita
kanker buah dada.
e. Seorang dengan klinefelter akan mendapat kemungkinan 66 kali pria normal.
2. Pengaruh hormon
a. Kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki – laki kemungkinan ini sangat
rendah.
b. Pada usia di atas 35 tahun insidensnya jauh lebih tinggi.
c. Ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker payudara
lanjut.
3. Virogen
Terbukti pada penelitian pada kera, pada manusia belum terbukti.
4. Makanan
Terutama makanan yang mengandung lemak.
Karsinogen: terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan hidup kita.
13
5. Radiasi daerah dada
Ini sudah lama diketahui, karena radiasi dapat menyebabkan mutagen.
Hal berikut ini tergolong dalam faktor resiko tinggi kanker payudara yaitu keadaan –
keadaan dimana kemungkinan seorang wanita mendapat kanker payudara lebih tinggi dari
yang tidak mempunyai faktor tersebut yaitu: (Reksoprodjo, 1995)
1. Umur > 30 tahun
2. Anak pertama lahir pada usia ibu > 35 tahun (2x)
3. Tidak kawin (2 – 4x)
4. Menarche < 12 tahun (1,7 – 3,4x)
5. Menopause terlambat > 55 tahun (2,5 – 5x)
6. Pernah operasi tumor jinak payudara (3 – 5x)
7. Mendapat terapi hormonal yang lama (2,5x)
8. Adanya kanker payudara kontralateral (3 – 9x)
9. Operasi ginekologi (3 – 4x)
10. Radiasi dada (2 – 3x)
11. Riwayat keluarga (2 – 3x)
Tingkat Penyebaran
Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru menembus
ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara bersifat
multisentris. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Tingkat penyebaran secara klinik Ketahanan hidup lima tahun (%)
I T1 N0 M0
(kecil, terbatas pada mamma)
II T2 N1 M0
(tumor lebih besar; kelenjar terhinggapi
tetapi bebas dari sekitarnya)
III T0-2 N2 M0
85
65
40
14
T3 N1-2 M0
(kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar
lanjut, tetapi semuanya terbatas di
lokoregional)
IV T (semua) N (semua) M1 (tersebar di
luar loko regional)
10
Lokoregional dimaksudkan untuk daerah yang meliputi struktur dan organ tumor
primer, serta pembuluh limf, daerah saluran limf dan kelenjar limf dari struktur
organ yang bersangkutan.
Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan
ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat
penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor
estrogen yang bila positif lebih baik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Persentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang diobati
lengkap. Pada tingkat I ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan TNM
dilakukan secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro tidak dapat
ditemukan. Pada 85% orang yang hidup setelah lima tahun, tentu termasuh penderita yang
tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit atau karena.
metastasis. Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-IV. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan
ganas yang kecil sukar dibedakan dengan bejolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba
benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar, perlekatan
lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari putting
biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih
mengarah ke kelainan fibrokistik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
15
Klasifikasi TNM pada tumor ganas adalah standar global untuk stadium kanker:
(UICC - International Union Against Cancer, 2009)
T = Tumor utama
N= Kelenjar getah bening regional
M=Metastase jauh
Klasifikasi penyebaran TNM (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
T
TX
Tis
T0
T1
T2
T3
T4
N
NX
N0
N1
N2
N3
Tumor primer tidak dapat ditentukan
Karsinoma in situ dan penyakit paget pada papilla tanpa teraba tumor
Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tumor < 2 cm
Tumor 2 – 5 cm
Tumor > 3 cm
Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan tanda
udem, tukak, atau peau d’orange
Kelenjar regional tidak dapat ditentukan
Tidak teraba kelenjar aksila
Teraba kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
Teraba kelenjar aksila yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan
sekitarnya
Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
16
M
MX
M0
M1
Tidak terdapat dtentukan metastasis jauh
Tidak ada metastasis jauh
Terdapat metastasis jauh
Keterangan:
Lekukan pada kulit, retraksi papilla, atau perubahan lain pada kulit, kecuali yang terdapat
pada T4, bisa terdapat pada T1, T2, atau T3 tanpa mengubah klasifikasi.
Dinding toraks adalah iga, otot interkostal, dan m. serratus anterior, tanpa otot pektoralis.
Metastasis hematogen kanker payudara (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Letak Gejala dan Tanda Utama
Otak
Pleura
Paru
Hati
Tulang
Nyeri kepala, mual – muntah, epilepsi, ataksia,
paresis, parestesia
Efusi, sesak nafas
Biasanya tanpa gejala
Kadang tanpa gejala
Massa, ikterus obstruktif
17
- Tengkorak
- Vertebrae
- Iga
- Tulang panjang
Nyeri, kadang tanpa keluhan
Kempaan sumsum tulang
Nyeri dan patah tulang
Nyeri dan patah tulang
Gejala dan tanda penyakit payudara (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Nyeri
- berubah dengan daur haid
- tidak tergantung daur haid
Benjolan payudara
- yang keras
- penyebab fisiologis seperti pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit fibrokistik
- tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi
- permukaan licin pada fibroadenom
- permukaan kasar, berbenjol, atau melekat
pada kanker atau inflamasi non-infektif
- kelainan fibrokistik
- lipoma
18
- kenyal
- lunak
Perubahan warna kulit
- bercawak
- benjolan kelihatan
- kulit jeruk
- kemerahan
- tukak
Kelainan puting/areola
- retraksi
- inversi baru
- eksema
Keluarnya cairan
- seperti susu
- jernih
- hijau
- hemoragik
- sangat mencurigakan karsinoma
- kista, karsinoma, fibroadenoma besar
- di atas benjolan: kanker (tanda khas)
- infeksi (jika panas)
- kanker lama (terutama orang tua)
- fibrosis karena kanker
- retraksi fibrosis karena kanker (kadang
fibrosis karena pelebaran duktus)
- unilateral; penyakit paget (tanda khas kanker)
- kehamilan atau laktasi
- normal
- (peri) menopause
- Pelebaran duktus
- Kelainan fibrokistik
- Karsinoma
- Papiloma intraduktus
Pemeriksaan Penunjang
Dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa
mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada
mammografi tidak ditemukan apa – apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsy sebab
sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya, jika mammogram positif dan
secara klinis tidak teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsy di
tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
19
Indikasi mammografi: (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
1. Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan samar di payudara
2. Mamma kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara
3. Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan sumbernya tidak diketahui
4. Penapisan karsinoma mamma pada resiko tinggi
5. Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau kosmetik
Hanya dengan pemeriksaan histology. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan cara:
(Reksoprodjo, 1995)
1. Eksisional biopsy, kemudian diperiksa potong beku atau kasus – kasus yang diperkirakan
masih operabel/stadium dini.
2. Insisional biopsy; cara ini untuk kasus – kasus ganas yang sudah inoperabel/lanjut.
Ultrasonografi berguna terutama untuk menentukan adanya kista: kadang tampak kista
sebesar 1 – 2 cm. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Cara lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy). Suatu pemeriksaan
sitopatologi. Cara ini memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan di dalam
mengambil aspiratnya. Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli (ahli
sitopatologi) dan tepat cara pengambilannya. (Reksoprodjo, 1995)
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil
positif palsu selalu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2005)
Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologik dapat diperoleh secara pungsi jarum besar
yang menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik
biokimia. Biopsi secara ini, yang biasa disebut core biopsy, dapat digunakan untuk biopsi
kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto mamma. (Sjamsuhidajat & Jong,
2005)
Terapi
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosa klinis dan histopatologik
serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosa klinis harus sama dengan
diagnosa histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana yang keliru.
Atas dasar diagnosa tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rencana
terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan diambil.
Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan
20
demi kesembuhan. Akan tetapi, bila tindakannya paliatif, alasan nonkuratif menentukan
terapi yang dipilih. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bagan Penanganan Benjolan di Mammae
Pembedahan. Untuk mendapat diagnosis histologi, biasanya dilakukan biopsi
sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan mamma.
Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit.
Bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, operasi diselesaikan. Akan tetapi, pada
21
hasil yang menunjukkan tumor ganas, operasi dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah
kuratif. Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, dan bedah
konservatif merupakan eksisi tumor luas. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke
dinding dada dan kulit mamma, atau infiltrasi dari kelenjar limf ke struktur sekitarnya.
Tumor disebut mampu-angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal seluruh tumor dan
penyebarannya di kelenjar limf dapat dikeluarkan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian
besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus.
Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke-20 hingga tahun lima
puluhan. Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang
dimodifikasi oleh Patey. Pada operasi ini, m.pektoralis mayor dan m.pektoralis minor di-
pertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan
payudara. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada
(sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus
dilaksanakan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut "terapi dengan
mempertahankan payudara". Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan
tumor kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt) untuk penyinaran.
Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dart jaringan tumor
yang tertinggal atau dart sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). (Sjamsuhidajat & Jong,
2005)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada saat terakhir biasanya dilakukan
bedah radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila ada kemungkinan dan tersedia sarang
penyinaran pascabedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara, yaitu berupa
lumpektomi luas, segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi kelenjar aksila,
yaitu terapi kuratif dengan mempertahankan payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bila dilakukan pengangkatan mamma, pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi
mamma dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi prostesis
atau rekonstruksi mamma secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif
atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi ajuvan, atau rehabilitasi penderita
selesai. Jika hal ini tidak mungkin atau tidak dipilih, usahakan prostesis eksterna, yaitu
prostesis buatan yang disangga oleh kutang. Bentuk dan beratnya disesuaikan dengan bentuk
dan berat payudara di sisi lain. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
22
Penyulit pada mastektomi radikal. Penyulit biasanya terdiri atas hematom, infeksi
luka, dan seroma. Oleh karena dilakukan diseksi kelenjar, harus dipasang penyalir
isap untuk mencegah seroma yang terdiri atas cairan luka dan limf. Cairan yang disalir
pada hari pertama bisa mencapai beberapa ratus ml. limf jernih. Mobilisasi ekstremitas
yang bersangkutan harus diperhatikan untuk mencegah kontraktur. Kadang terdapat mati
rasa kulit ketiak dan bagian medial lengan atas akibat cedera n.interkostobrakialis
yang tak dapat dihindari. Kelumpuhan m.serratus anterior akibat cedera n.torakalis longus
menyebabkan skapula alata yang memang harus dicegah. Kerusakan n.torakodorsalis
mengakibatkan kelumpuhan m.latissimus dorsi. Saraf pektoralis, balk yang untuk
m.pektoralis mayor maupun untuk m.pektoralls minor, harus ditangani dengan hatihati
pada bedah radikal yang dimodifikasi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Bedah paliatif. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah
dilakukan. Kadang residif lokoregional yang soliter dieksisi, tetapi biasanya pada
awalnya saja tampak soliter, padahal sebenarnya sudah menyebar sehingga pengangkatan
tumor residif tersebut sering tidak berguna. Kadang dilakukan amputasi kelenjar
mamma pada tumor yang tadinya tak mampu angkat karena ukurannya kemudian telah
diperkecil oleh radioterapi. Walaupun tujuan terapi tersebut paliatif, kadang ada yang
berhasil untuk waktu yang cukup berarti. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Radioterapi. Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai
terapi kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi
paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif, tetapi
sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar berguna.
Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah
tak mampu-angkat secara lokal. Tumor disebut tak mampu-angkat bila mencapai tingkat T4,
misalnya ada perlekatan pada dinding toraks atau kulit. Pada penyebaran di luar daerah loko-
regional, yaitu di luar kawasan payudara dan ketiak, beclah payudara tidak berguna
karena penderita tidak dapat sembuh. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi. Akan
tetapi, penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar
ketiak supraklavikula. Jadi, radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang tak
mampuangkat atau jika ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi mamma
setelah tumor mengecil oleh radiasi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Kemoterapi. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan kepada
23
pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan metastasis
di sebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastasis yang
biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis.
Obat yang diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil
(CMF) selama enam bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan kepada yang
pascamenopause diberikan terapi ajuvan hormonal berupa pil antiestrogen. (Sjamsuhidajat &
Jong, 2005)
Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis
sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain CMF (lihat di atas) atau
vinkristin dan adriamisin (VA), atau 5-fluorourasil, adriamisin (adriablastin), dan
siklofosfamid (PAC). (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Terapi hormonal. Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi
sistemik akibat metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum
kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi
tidak semua karsinoma mamma peka terhadap terapi hormonal. Hanya kurang
lebih 60% yang bereaksi baik dan penderita mana yang ada harapan memberi respons
dapat diketahui dari "uji reseptor estrogen" pada jaringan tumor. (Sjamsuhidajat & Jong,
2005)
Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pramenopause
dengan cara ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen, seperti tamoksifen atau
aminoglutetimid. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopause yang uji
reseptor estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar
aksila yang berisi metastasis. Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen tamoksifen;
kadang menghasilkan remisi selama beberapa tahun. Estrogen tidak dapat diberikan karena
efek samping terlalu berat. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Keadaan khusus
Karsinoma mamma pada kehamilan. Prognosis kanker payudara ditemukan
oleh stadium penyakit ketika mulai ditangani dan bukan oleh ada tidaknya kehamilan. Oleh
karena mamma membesar sewaktu hamil, diagnosis mungkin tertunda sebab tumor kecil
sukar diraba. Akan tetapi, pertumbuhan dan perkembangannya tidak dipercepat atau
diperlambat oleh kehamilan.
Pemeriksaan ekografi mamma untuk menyingkirkan kemungkinan kista dapat dilakukan.
Mammografi pun dapat dibuat asal dipakai sarana canggih untuk melindungi janin
24
dari sinar r6ntgen walaupun mammogram umumnya sukar dinilai karena densitas mamma
besar pada kehamilan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Penanganan kuratif dapat dikerjakan seperti biasa, baik berupa pembedahan yang
disusul penyinaran bila ada indikasi maupun kemoterapi ajuvan.
Pembedahan radikal yang dimodifikasi atau yang mempertahankan payudara disusul
dengan penyinaran mamma dapat diadakan seperti lazimnya. Anestesia dapat dilakukan
seperti biasa, hanya jangka pemberian radioterapi dan kemoterapi harus disesuaikan. Pada
tiga bulan pertama, kemoterapi maupun radiasi tidak dapat diberikan karena berefek
teratogenik untuk janin. Sebaiknya kemoterapi pada tiga bulan terakhir juga ditunda sampai
pascapartus. Obat-obat kemoterapi dapat sampai ke janin melalui air susu. Siklofosfamid dan
metotreksat dapat mengakibatkan neutropenia pada bayi sehingga harus diganti.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Setelah penanganan karsinoma mamma, umumnya dianjurkan untuk menunda
konsepsi baru selama dua tahun jika kanker tersebut berada pada tingkat TI, NO, MO
karena prognosis relatif baik. Akan tetapi, setiap dokter tahu bahwa tidak ada jaminan
pasti bahwa kankei tidak akan kambuh dalam sepuluh tahun. Bila kanker berada pada
stadium T2 atau T3, prognosis jauh lebih buruk sehingga ada kecenderungan memberi nasihat
untuk tidak hamil lagi berdasarkan alasan sosial-etis, bukan alasan medis. Penggunaan pil KB
dapat dibenarkan tanpa batas waktu. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Keadaan lain. Pada penderita karsinoma mamma yang residif dan bermetastasis biasanya tidak
dikerjakan lagi pembedahan, kecuali biopsi, mengingat radioterapi dapat digunakan pada penanganan
setempat, dan kemoterapi atau obat hormonal memberikan efek paliasi sistemik. (Sjamsuhidajat &
Jong, 2005)
Karsinoma mamma yang lanjut setempat (T4) dapat menjalani radioterapi dulu, beberapa
minggu kemudian dapat dilakukan mastektomi sekunder bila memang dapat diangkat, dan terapi
hormon atau kemoterapi tidak dapat diteruskan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Karsinoma inflamasi yang berupa gambaran kulit memerah dengan bintik panas dan
nyeri, yang disebut mastitis karsinomatosa, prognosisnya amat buruk. Jika dilakukan radiasi sinar
ortovolt, bagian yang meradang akan membasah dan nyeri sekali sehingga mengganggu
kehidupan pasien. Kemoterapi kombinasi yang diikuti radiasi dapat memberikan efek paliasi yang
lumayan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Karsinoma mamma pada wanita lanjut usia pada pokoknya sama dengan penderita lebih
muda. Kemoterapi pada orang yang tua sekali biasanya dibatasi berhubungan dengan cadangan faal
hati, ginjal, dan jantung. Dari segi kosmetik tentu pertimbangan jenis dan cara terapi tidak berbeda
25
dengan wanita umur lebih muda. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Reaksi psikologis yang cukup besar bisa ditemukan pada penderita kanker payudara. Biasanya
mereka khawatir tentang dua hal, yakni prognosis penyakitnya dan kehilangan payudara.
Penjelasan teliti tentang prognosis, kemungkinan sembuh, dan cara penanganan sangat
diperlukan. Penderita harus mengetahui rencana terapi. Peranan keluarga, terutama suami
amatlah penting. Cacat mastektomi sangat berat dirasakan oleh penderita. Suamilah yang harus
sadar akan perannya dan harus mendampingi isterinya. Dari pihak dokter atau perawat diharapkan
petunjuk untuk memperoleh prostesis mamma yang memadai. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Pencegahan
Mencegah karsinoma mamma dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab,
kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari ke-8
menstruasi dapat dianjurkan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Sebaiknya SADARI dikerjakan setelah menstruasi, yaitu hari ke 7 – 10 dari hari
menstruasi pertama; karena saat ini pengaruh hormonal esterogen dan progesteron sangat
rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak udem/tidak membengkak
sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan. Dilakukan waktu mandi atau
waktu lain di depan cermin.
American Cancer Society dalam proyek Breast Cancer Screening menganjurkan untuk
mendapatkan kasus dini pada a symptomatic woman; (wanita yang tidak ada keluhan) agar
melakukan upaya sbb:
1. Wanita > 20 tahun; melakukan SADARI setiap bulan
2. Wanita 20 – 40 tahun; tiap 3 tahun memeriksakan diri ke dokter
3. Wanita > 40 tahun; tiap 1 tahun
4. Wanita 35 – 40 tahun; dilakukan base line mammografi
5. Wanita < 50 tahun; konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi
6. Wanita > 50 tahun; tiap tahun mammografi kalau bisa
Pemeriksaan oleh dokter bila ada yang dicurigai, dan bila seseorang tergolong dalam risiko
tinggi, diperlukan pada waktu tertentu, terutama bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu, dapat
dibuat mammografi. Apakah mammografi perlu dilakukan secara rutin, masih dipertanyakan,
mengingat bahaya radiasi sendiri, kecuali dengan alat rontgen penyaring yang mutakhir.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Orang sehat di keluarga dengan risiko tinggi atas terjadinya karsinoma payudara atas
26
dasar mengidap mutasi onkogen, seperti BRCA1, BRCA2 atau CHEK dapat nempertimbangkan
mastektomi bilateral preventif. Masalah ini dapat dikonsultasikan pada tim kelainan atau
penyakit herediter yang terdiri atas pakar onkologi, spesialis penyakit. herediter, dan psikolog.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Kanker payudara lelaki
Kejadian kanker payudara pada lelaki dibandingkan dengan wanita adalah 1:100.
Perjalanan penyakitnya pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara tidaklah setebal pada
wanita sehingga pada tahap dini sudah melekat ke sekitarnya. Tingkat penyebarannya (TNM) pun
sama dengan wanita. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
Diagnosis sering agak lambat ditegakkan. Mungkin didapatkan benjolan atau pengeluaran
clarah dari puting susu atau terdapat tukak maligna. Pada perabaan jelas terdapat perlekatan,
berbeda dengan ginekomastia yang mudah bergerak. Tindakan terapi dan prognosis sama seperti
pada wanita. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)
27
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, Win de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed.2. EGC. Jakarta : 2005.
Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006.
Beers, Mark H., dkk. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. ed. XVIII. New Jersey:
Merck Research Laboratories. 2006
Lukitto Pisi, Priosodewo Monty. Penuntun Diagnosis dan Tindakan Terapi Tumor Ganas.
Sagung seto. Bandung : 2009.
28
Top Related