SEJARAH MESIR MODERN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen pengampu :Ust. Ahmad Mujib, MA.
Disusun oleh :
Gasha Rendy Arwida
Mukhlisin
JURUSAN ADAB
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mesir merupakan Negara yang mempunyai sejarah panjang dan salah satu
peradaban tertua di dunia ada di sana. Mesir kuno telah menghasilkan peradaban
yang maju pada masanya yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalannya
berupa piramida dan bangunan kuno lainnya. Sungai Nil adalah salah satu hal
terpenting yang tidak dapat dipisahkan dari Mesir. Dari lembah sungai Nil yang
subur inilah peradaban tersebut mulai muncul.
Ditinjau dari wilayahnya, Mesir terletak di wilayah Afrika, akan tetapi
dilihat dari sejarahnya Mesir tidak bisa dilepaskan dari Asia Barat. Sebelum
dikuasai oleh kaum muslimin, Mesir berada di bawah pemerintahan Romawi.
Ketika pasukan kaum muslimin berhasil menguasai Syam dan Palestina dari
tangan Romawi, untuk menjaga stabilitas maka ‘Amr ibn ‘Ash meminta ijin
kepada Umar untuk menakhlukkan Mesir. Penakhlukkan tersebut terjadi pada
tahun 20 H/640 M dan sejak saat itu Mesir menjadi bagian dari khilafah Islam.1
Khilafah Islam terakhir dipegang oleh Turki Utsmani (923-1342 H), dan
Mesir menjadi salah satu bagian dari kekuasaannya. Selama 5 abad pemerintahan
Utsmaniyah telah memainkan peranan utama sebagai panjaga dan pelindung kaum
muslimin. Utsmaniyah merupakan pemerintahan Islam yang terkuat masa itu,
bahkan merupakan negara paling besar di dunia.2Ketika Turki Utsmani mulai
melemah, hal ini mempengaruhi daerah-daerah kekuasaannya termasuk Mesir.
Dalam menumbangkan kekhalifahan Islam Utsmaniah, peran dari Mustafa
Kemal Attaturk sangatlah besar. Pada awalnya ia menipu umat Islam dengan
seolah-olah berupaya mendukung khilafah, namun setelah mendapatkan jabatan
dan posisi yang mantap ia mulai memperlihatkan sikap yang keji. Dialah
1 Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Akbar Media, Jakarta, 2003, hal. 157-1582 Ibid, hal. 351
1
pelaksana yang meruntuhkan sistem khilafah dan menggantinya dengan bentuk
republik yang sekuler.3
Khilafah Islamiah dibubarkan pada tanggal 2 Maret 1924. Setelah
pembubaran itu keadaan Mesir betul-betul runyam dan bergejolak. Bukan hanya
Mesir saja yang bergejolak akan tetapi berbagai dunia Islam lainnya juga ikut
memanas.4 Berbagai peristiwa tersebut pada akhirnya mempengaruhi perjalanan
sejarah Mesir modern. Selain itu, dari kekacauan yang terjadi muncul para tokoh
dari Mesir yang berusaha untuk memperbaiki keadaan dan membangkitkan
kembali Islam pada kejayaannya.
B. Pokok Masalah
Dari uraian yang ada di atas dapat dirumuskan beberapa pokok masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Mesir modern?
2. Siapa tokoh pemikir yang berpengaruh?
3. Bagaimana pemikiran-pemikirannya?
3 Mahmud, Ali Abdul Halim, Metode Pendidikan Ikhwanul Muslimin, Jilid I, Gema Insani Press, Jakarta, 1997, hal. 48
4 Ibid., hal. 61
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Mesir Modern
Situasi dan kondisi suatu daerah biasanya mempengaruhi terhadap
munculnya para tokoh dan pemikiran-pemikirannya. Pemikiran yang hebat
tidak bisa lepas dari kondisi pada zaman pemikiran itu lahir. Oleh karena itu,
sebelum kita membahas tokoh dan pemikiran di Mesir modern terlebih dahulu
kita membahas tentang sejarah Mesir modern.
1. Demografi Mesir
Mesir merupakan negara Arab paling banyak penduduknya sekitar
74 juta orang. Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang Sungai Nil,
terutama Iskandariyah dan Kairo, dan sepanjang Delta Nil dan dekat
Terusan Suez. Hampir 90% dari populasinya adalah pemeluk Islam dan
sisanya Kristen (terutama denominasi Coptic).
Penduduk Mesir hampir homogenous. Pengaruh Mediterania
(seperti Arab dan Italia) dan Arab muncul di utara, dan ada beberapa
penduduk asli hitam di selatan. Banyak teori telah diusulkan mengenai
asal-usul orang Mesir, namun tidak ada yang konklusif, dan yang paling
banyak diterima adalah masyarakat Mesir merupakan campuran dari orang
Afrika Timur dan Asiatik yang pindah ke lembah Nil setelah zaman es.
Orang Mesir menggunakan bahasa dari keluarga Afro-Asiatik
(sebelumnya dikenal sebagai Hamito-semitic).5
2. Sejarah Mesir Modern
Mesir di bawah kekuasaan Turki Utsmani yang dimulai oleh Sultan
Salim 1517 M. Dalam pertempuran Ridaniyah dekat Kairo pada tahun 923
H, Sultan Salim berhasil mengalahkan pasukan Mamluk dan membunuh
penguasanya Thuman Bey. Pada tahun yang sama Khalifah Abbasiyah di
Kairo menyerahkan khilafah kepadanya.6
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir#Demografi, jum’at 20 april 2012, pkl. 17.30
6 Al-Usairy, op.cit., hal. 364
3
Dengan dalih menghukum penguasa-penguasa Mamluk yang
berlaku sewenang-wenang, Napoleon Bonaparte menyerang Mesir. Pada
tanggal 2 Juni 1789 Napoleon mendarat di Alexandria dan menguasainya.
Pada tanggal 22 Juli Mesir pun berhasil dikuasainya.7
Napoleon menyebarkan ide-ide yang sedang berkembang di
Perancis. Ada tiga ide baru yang ia kenalkan pada rakyat Mesir :
1. Sistem Pemerintahan republik yang kepala negaranya dipilih
untuk waktu tertentu, tunduk pada undang-undang dan bisa
dijatuhkan oleh parlemen.
2. Ide persamaan, artinya persamaan kedudukan dan turut
sertanya rakyat dalam pemerintah.
3. Ide kebangsaan, umat islam pada waktu itu adalah seluruh umat
Islam, mereka tidak sadar akan perbadaan bangsa dan suku
bangsa.8
Untuk mengambil hati kaum muslim di Mesir, Napoleon membuat
pamflet berbahasa Arab yang isinya menyatakan bahwa orang Mamluk
bukanlah muslim yang baik, tidak sebaik orang Frank yang datang untuk
memulihkan kewibawaan pemerintahan Utsmani di Mesir.9 Napoleon
kembali ke Perancis disebabkan oleh kondisi dalam negeri dan
meninggalkan pasukannya di Mesir. Sultan Turki menolak kedaulatan
Perancis di Mesir. Ia mengirim Muhammad Ali, pemimpin kelompok
Albania dalam pasukan Utsmani untuk memerangi Perancis. Bekerja sama
dengan Inggris, Rusia, dan Mamluk, Turki Utsmani memaksa Perancis
meninggalkan Mesir.10
Pada bulan Agustus 1789 armada Inggris menghancurkan armada
Perancis di Abuqir dekat Iskandaria. Pada pertempuran dengan Inggris
tahun 1801 Perancis semakin melemah dan mengalami kekalahan pada
7 Siti Maryam, dkk.ed. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, cet. 2, LESFI, Yogyakarta, 2004, hal. 298
8 Ibid., hal. 302-303.9 Karim, Muhammad Abdul, Sejarah Pemikiran dan Perdaban Islam, cet. 1, Pustaka Book
Publisher, Yogyakarta, 2007, hal. 346-34810 Al-Usairy, op.cit., hal. 417 dan Karim, loc.cit.
4
tanggal 31 Agustus 1801.11Dampak dari penjajahan Perancis pada Mesir
yang singkat menyadarkan kaum muslimin akan ketertinggalan peradaban
mereka dari Eropa.
Setelah Napoleon berhasil diusir, Muhammad Ali diangkat menjadi
jendral tahun 1801 dan pada April 1806 dia diangkat menjadi Wali Negara
Mesir dengan gelar Pasya. Pada tahun 1807 dia berhasil mengusir Inggris
dari Rosetta.12 Keturunannya menguasai Mesir sampai terjadi revolusi
perwira tahun 1372 H/ 1952 M.13
Muhammad Ali memiliki perhatian besar untuk menjadikan Mesir
sebagai negara modern mengikuti kemajuan Eropa. Ia membuka lebar-
lebar pintu Mesir untuk dimasuki kebudayaan Barat. Angkatan bersenjata
dimodernisasikan, mendirikan sekolah-sekolah, pabrik, rumah sakit, dan
mengirim pelajar-pelajar ke Eropa terutama Perancis.14
Campur tangan asing dalam bidang ekonomi Mesir dan bidang-
bidang lain menimbulkan keresahan. Pada tahun 1879 terjadi unjuk rasa
besar-besaran, dan pada tahun 1881 Ahmad Urabi melakukan
pemberontakan. Pemberontakan tersebut dipadamkan oleh Inggris dan
sekaligus menguasai Mesir pada tahun 1299 H/ 1882 M.15
Pada perang dunia I, 1914, Inggris mengumumkan protektoratnya
terhadap Mesir pada tanggal 18 Desembar 1914, mengumumkan
berakhirnya kedaulatan Khilafah Islamiah atas Mesir, menyingkirkan
Khedive Abbas, dan menunjuk Husen Kamil sebagai penggantinya serta
memberinya gelar sultan.16
Mesir mendapatkan kemerdekaan dari Inggris secara resmi pada
tahun 1922. Akan tetapi dalam pemerintahan Raja Faruk pengaruh Inggris
sangat besar. Inggris masih memainkan peranan penting terutama dalam
keberhasilan “kelompok perwira” yang dipimpin Jamal Abd al-Nasser 11 Siti Maryam, op.cit., hal. 30012 Ibid., hal. 302-30313 Al-Usairy, op.cit., hal. 41914 Siti Maryam, op.cit., hal. 30315 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hal. 275 dan
Al-Usairy, op.cit., hal. 41916 Mahmud, op.cit., hal. 58
5
dalam mengulingkan Raja Faruk tanggal 23 Juli 1952. Setelah peristiwa
tersebut Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka.17
B. Tokoh Pemikir Mesir
Dalam situasi politik Mesir yang tidak menentu sebagaimana diuraikan
di atas, muncul tokoh yang berusaha untuk mengembalikan kejayaan Islam
sebagaimana pada masa-masa khilafah Islam. Lewat organisasi al-Ikhwan al-
Muslimun ia berdakwah menyeru kepada umat Islam untuk bangkit melawan
penjajahan dan budaya Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tokoh
tersebut adalah Imam Hasan al-Banna.
1. Biografi Hasan al-Banna
Imam Hasan al-Banna lahir di Desa al-Mahmudiyah salah satu
desa di wilayah Buhairah Mesir pada tahun 1906. Sejak kecil Hasan al-
Banna dididik dalam lingkungan rumah tangga yang mempunyai
perpustakaan lengkap. Ayahnya berprofesi sebagai tukang jam dan
mengajarkan keahliannya tersebut pada Imam Hasan.18
Ia memulai pendidikannya di Madrasah Diniyah al-Rasyad yang
dipimpin oleh Syaikh Muhammad Zahran. Hasan al-Banna sering diminta
oleh Syaikh Zahran membacakan kitab-kitab untuknya, karena beliau
seorang tuna netra. Ia juga sering ikut mendengarkan diskusi Syaikh
Zahran dengan cendekiawan lainnya. Ayahnya kemudian
memindahkannya ke sekolah I’dadiyah yang setingkat dengan Madrasah
Ibtida’iyah. Di sekolah tersebut ia ikut dalam “perhimpunan akhlak mulia”
yang dibentuk oleh gurunya. Dalam perhimpunan tersebut setiap anggota
yang melanggar aturan dikenakan denda yang hasilnya digunakan untuk
kegiatan sosial.19
Kemudian beliau melanjutkan ke sekolah guru pertama di
Damanhur lalu meneruskan kuliah di Universitah Darul Ulum, Kairo.
Beliau menyelesaikan studinya pada tahun 1927 dengan menyandang
17 Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 188 dan Supriyadi, loc.cit.
18 Mahmud, op.cit., hal. 2319 Al-Banna, Hasan, Memoar Hasan al-Banna Untuk Dakwah dan Para Da’inya, Era
Intermedia, Solo, 2006, hal. 26-30
6
predikat cumlaode. Setelah itu, sejak Septamber 1927 ia diangkat menjadi
guru SD di lingkungan Departemen Pendidikan dan di tempatkan di kota
Ismailia.20
Di Ismailia Hasan al-Banna menemui kondisi masyarakat terjadi
perbedaan pendapat dan pandangan yang sulit untuk disatukan. Melihat
hal itu beliau ingin menyatukan semua kelompok yang berbeda-beda
tersebut. Ia memulainya dengan dakwah di kedai-kedai kopi dan
mendapatkan sambutan yang hangat di masyarakat.
Pada bulan Dzul-Qa’dah, bertepatan engan bulan Maret 1928 enam
orang berkunjung ke rumah beliau. Mereka tertarik dengan dakwah beliau
dan bermaksud untuk menggabungkan diri. Hasan al-Banna menyambut
niat baik mereka dengan senang hati dan mengusulkan nama al-Ikhwan al-
Muslimun bagi kelompok mereka.21
Ikhwanul Muslimin berkembang sangat pesat, pada tahun 1929 4
cabang didirikan, 1932 menjadi 15 cabang, 300 cabang pada 1948, dan
menjadi 2000 cabang pada 1948.22 Pada 1933, Hasan al-Banna mengubah
Ikhwan al-Muslimin menjadi sebuah gerakan politik. Dalam anggaran
dasarnya, disebut juga adanya organisasi khusus (al-Tandzim al-Khash),
orang luar menyebutnya “Organisasi Rahasia” atau “Sayap Militer”.
Satuan bersenjata Organisasi Khusus ini mendemonstrasikan
kemampuannya ketika ikut ambil bagian dalam pemberontakan Arab di
Palestina pada 1936 dan dalam perang Arab-Israel 1948-1949.23
Pada November 1948, sebuah demonstrasi besar mahasiswa
anggota Ikhwan berakhir dengan kematian dua petugas Inggris, dan
sebuah Jip bermuatan bahan peledak dan senjata dalam perjalanannya ke
anggota Ikhwan dicegat di Kairo. Dekrit militer membubarkan Ikhwanul
Muslimin pada 6 Desember 1948. Pada tanggal 28 Desember tahun itu
juga Perdana Menteri Nuqrasyi, yang mengeluarkan dekrit itu, dibunuh
20 Mahmud, op.cit., hal. 2321 Al-Banna, op.cit., hal. 124-12522 Esposito, John L., Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, penerjemah : Eva Y.N.,
dkk, Mizan, Bandung, 2001, hal. 26523 Ibid., hal. 265
7
oleh seorang mahasiswa yang berafiliasi dengan Ikhwan. Melalui tiga
tulisannya Hasan al-Banna menyatakan tidak bertanggung jawab atas
tindakan tersebut. Ketiga tulisan itu antara lain : al-Qaul al-Fashl, al-
Bayan, dan Laisu Ikhwan wa Laisu Muslimin. Polisi rahasia membunuh
Hasan al-Banna di Jalan pada 12 Februari 1949. Upacara pemakamannya
berlangsung di bawah penjagaan militer yang ketat dan tanpa prosesi.24
2. Pemikiran Hasan al-Banna
Dalam bidang politik, Hasan al-Banna berpendapat, “Jika ada yang
menyangka bahwa agama tidak berkaitan dengan politik atau bahwa
politik bukan bagian dari sasaran agama, berarti orang itu telah menzalimi
dirinya sendiri, dan menzalimi keilmuannya terhadap Islam. Dan kita tidak
mengatakan bahwa dia menzalimi Islam, karena Islam adalah syari’at
Allah yang tidak mengandung kebatilan dari dalamnya maupun dari
belakangnya.
Alangkah indahnya perkataan Imam al-Ghazali r.a., “ketahuilah,
syari’ah adalah dasar, dan raja adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak
mempunyai dasar akan runtuh, dan sesuatu yang tidak ada penjaganya
akan hilang. Daulah Islam tidak akan berdiri kecuali berdasarkan asas
dakwah, sehingga dia menjadi agama risalah, bukan sekedar urusan
administrasi, dan tidak menjadi pemerintahan yang material, beku dan tuli,
yang tidak mempunyai ruh. Dan dakwah Islam pun tidak berdiri kecuali di
bawah naungan penjagaan negara, bantuan dan kekuatannya.25
Diantara pemikiran yang dilakukan oleh Hasan Al Banna adalah
karya-karyanya yaitu :
1. Majmuah Rasa’il
2. Detik-detik Hidupku
3. Usul Dua Puluh
4. Kemana Kita Menyeru
5. Satu Saranan
24 Ibid., hal. 26625 Herry Mohammad, dkk., Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, Gema Insani
Press, Jakarta, 2006, hal. 203
8
Dari karya-karyanya, Hasan Al Banna mengungkapkan seluruh hal
yang berkaitan dengan Islam dan sekelilingnya. Hasan menyebutkan
bahwa Islam bukan sekedar pemahaman terhadap kata Islam itu sendiri
melainkan pemahaman dari seluruh rangkaian kehidupan yang dilandasi
Islam. Hasan menyatakan bahwa terdapat sepuluh rukun bai’at yaitu ;
a. fahm (pemahaman)
b. ikhlas,
c. amal (aktivitas),
d. jihad,
e. tadhiyah (pengorbanan),
f. taat (kepatuhan),
g. tsabat (keteguhan),
h. tajarrud (kemurnian),
i. ukhuwwah,
j. tsiqah (kepercayaan).26
Pada karya ini Hasan menerangkan seluruh tata cara kehidupan dan
dalam bertingkah laku. Melaksanakan seluruh perintah Allah lewat Islam,
menjauhi segala laranganNya, menggunakan hidup sebaik-baiknya,
menghindari segala hal yang tidak bermanfaat, memegang teguh prinsip
Alquran dan Sunnah. Berdiri tegak bersama Islam dengan memiliki
pribadi-pribadi pemimpin juga menjelaskan Islam dari segala segi seperti
mengatur tata cara berkeluarga dan menjelaskan beberapa pilar
didalamnya, yakni ;
1. ta’aruf (perkenalan)
2. tafahum (pemahaman)
3. takaful (saling menanggung beban)
Hasan Albanna juga menerangkan point yang menjadi pandangan
hidup Islam yang dijelaskan sebagai berikut :
26Al Banna, Hasan, Majmu’ah Rasa’il, hal. 4-28
9
TUJUAN HIDUP DALAM AL-QURAN
Al-Qur'an telah menjelaskan tentang tujuan hidup manusia dan
sikap yang semestinya mereka ambil dalam menentukan tujuannya. Al-
Qur'an menjelaskan bahwa sebagian manusia menjadikan makan dan
kesenangan yang lain sebagai tujuan hidupnya. Firman Allah swt.,
"Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka
makan seperti makannya binatang-binatang dan nereka adalah tempat
tinggal mereka." (Muhammad: 12)
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini,: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia: dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga)."(Ali-Imran: 14)
Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa ada sebagian manusia yang
menjadikan penyebaran fitnah, kejahatan, dan kerusakan sebagian tujuan
hidupnya. Firman Allah swt.,
"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya. Padahal ia adalah penantang yang paling keras.Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak,
dan Allah tidak menyukai kerusakan." (Al-Baqarah: 204-205)
Itulah beberapa macam tujuan manusia dalam menjalani hidupnya
menurut Al-Qur'an. Allah swt. telah membersihkan kaum mukminin dari
tujuan-tujuan buruk itu dan mencanangkan untuk mereka sebuah tujuan
yang lebih mulia lagi luhur. Di atas pundak mereka Allah meletakkan
beban besar yang sangat luhur; yaitu tugas membawa manusia ke jalan
kebenaran, membimbing mereka ke jalan kebaikan, menerangi seluruh
penjuru dunia dengan matahari Islam.
10
TANGGUNG JAWAB SEORANG PEMIMPIN
Sesungguhnya Allah swt. telah menyerahkan urusan umat ini
kepada Tuan, Kemaslahatan urusan mereka di hari ini dan masa
mendatang merupakan amanah Allah yang harus Anda tunaikan. Anda
bertanggung jawab di hadapan Allah swt. Jika generasi hari ini adalah
kekuatan bagi Anda, maka generasi esok merupakan tanaman. Alangkah
mulianya seseorang, jika ia bersikap amanah, bertanggung jawab, dan mau
memikirkan umatnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya tersebut." Dahulu, pernah berkata seorang pemimpin
yang adil, "Seandainya seekor kambing di Irak terpeleset kakinya, maka
aku menganggap dirikulah yang harus bertanggungjawab di hadapan
Allah. Mengapa aku tidak membuatkan jalan untuknya?" Umar bin
Khathab menggambarkan tentang betapa agungnya tanggung jawab
dengan sebuah ungkapan, "Saya sudah cukup senang jika dapat keluar dari
dunia ini dengan impas: tidak mendapat dosa dan tidak pula diberi pahala."
Masa Peralihan
Dengan pengamatan yang jeli terhadap perjalanan hidup manusia,
kita dapat menyimpulkan bahwa masa yang paling rawan dalam
kehidupan umat adalah ketika berlangsungnya masa peralihan. Karena saat
itulah ideologi kehidupan yang baru diberlakukan, langkah-langkah ke
depan mulai digariskan, dan nilai-nilai dasar kehidupan –di mana umat
akan tegak di atasnya– mulai dibangun.
Oleh karenanya, jika langkah, program, dan sistem nilai yang
hendak dibangun itu jelas dan baik, maka berbahagialah umat tersebut.
Mereka akan menikmati kehidupan yang sarat dengan aktivitas yang mulia
dan agung. Demi keberhasilan yang telah mengantarkan umat pada
11
kehidupan yang baik, maka berilah kabar gembira kepada pemimpinnya
dengan pahala yang agung, keriangan indah yang abadi, sejarah yang
bersih, dan perjalanan hidup yang lurus.
Masa peralihan bagi umat itu paling tidak memiliki dua urgensi:
Pertama, membebaskan umat dari belenggu penindasan dalam
kehidupan politik sampai mereka memperoleh kemerdekaannya, sehingga
kebebasan dan kepemimpinan yang dulu dimilikinya bisa diperoleh
kembali.
Kedua, menegakkan bangunan umat mulai dari awal, agar
eksistensi mereka diakui oleh bangsa lain dan mampu bersaing dengan
mereka secara sehat. Saat ini – hingga waktu tertentu– ketegangan politik
telah berangsur mereda, dan kalian bersama umat ini telah memasuki
sebuah era baru. Di hadapan kalian terbentang dua jalan, yang masing-
masing mengajak kalian untuk mengarahkan pandangan umat kepadanya
dan meniti langkah di atasnya. Masing-masing jalan tersebut memiliki
keistimewaan, kekhususan, pengaruh, dan produk-produk yang
dihasilkannya.
Selain itu juga memiliki para penyerunya. Jalan yang pertama
adalah jalan Islam; dengan landasan pemikiran, prinsip dasar, dari
peradabannya. Sedangkan jalan yang kedua adalah jalan Barat; dengan
segala fenomena kehidupan yang melingkupinya, undang-undang, serta
sistem ideologinya.
Kita berkeyakinan bahwa jalan pertamalah (jalan Islam) – dengan
segenap prinsip nilai dan fikrahnya– satu-satunya jalan yang wajib
ditempuh dan menjadi orientasi utama dalam mengarahkan umat, baik di
masa kini maupun di masa mendatang.
RABANIYAH ‘ALAMIYAH
Karakter paling specifik dakwah kami adalah rabaniyah 'alamiyah
(ketuhanan universal).
12
I. Adapun ia dikatakan Rabaniyyah, karena pusat yang menjadi
pores bagi seluruh sasaran dakwah kami adalah bagaimana manusia itu
bisa mengenal Tuhannya. Di atas ikatan yang kokoh ini tegaklah spiritual
yang mulia, yang mengantarkan jiwa-jiwa mereka melambung tinggi,
lepas dari belenggu kegersangan dan kehampaan materi menuju kesucian,
keutamaan dan keindahan hakikat manusia. Kami, Ikhwanul Muslimin,
selalu menyatakan dari lubuk hati kami, "Allahu Ghayatuna" (Allah
tuluan kami). Maka dari itu, sasaran pertama dari dakwah ini adalah
mengajak manusia untuk membangun kembali hubungan spiritual
transendental yang mengikat mereka dengan Allah tabaraka wataala, yang
umumnya manusia sudah melupakannya, maka Allah pun melupakan
mereka.
"Wahai sekalian manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian, yang telah
menciptkan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi
orangorang bertaqwa". (Al-Baqarah: 21)
2. Adapaun ia disebut 'alamiyah (universal atau Internasionalisme), karena
dakwah kami ini ditujukan kepada seluruh umat manusia, dan semua
manusia itu pada dasarnya bersaudara; asal kejadian mereka satu, bapak
mereka satu, serta nasab dan keturunan mereka pun satu. Tidak ada yang
paling utama di antara mereka kecuali taqwa dan kebajikan serta
keutamaan yang bisa dipersembahkan salah seorang di antara mereka
kepada yang lainnya.
ANTARA PEMIKIRAN METAFISIK DAN LOGIKA ILMIAH
Sejak pertama kali manusia mendiami bumi hingga sekarang,
pemikiran mereka selalu dalam kebingungan — sampai mereka
mendapatkan hidayah Allah — di hadapan tiga fase, atau katakanlah, tiga
bentuk pemikiran.
1. Fase pemikiran khurafat, di mana manusia bersandar secara total kepada
keyakinan akan adanya kekuatan ghaib yang tidak terjangkau oleh akal
dan indera. Ia mengembalikan segala urusan hidupnya kepadanya dan
13
menafsiri berbagai kejadian dengannya tanpa merasa perlu berusaha
bekerja dan berfikir. Fase pemikiran seperti ini banyak terdapat pada
manusia di masa-masa awal periode kehidupannya, saat ia masih bodoh
dan dibodohkan oleh situasi yang ada. Namun demikian banyak pula
manusia hingga hari ini berfikir dengan cara itu.
2. Fase pemikiran rasional materialis yang menolak keberadaan kekuatan
ghaib, yang ada di luar jangkauan indera dan akal manusia. Ia
menerjemahkan segala 'fenomena alam dengan pendekatan yang rasional
materialis melalui metode berpikir eksperimental, setelah melakukan
berbagai eksperimen dan studi yang melelahkan.27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak yang diterangkan oleh Asy-Syahid Hasan Al Banna melalui
Ikhwanul Muslimin yang jika digabungkan maka sebenarnya Hasan Al Banna
mendefinisikan Islam secara kaffah dan menggabungkan aspek-aspek kehidupan.
Menujukan surat kepada para aktifis untuk menentukan siapa sebenarnya objek
dakwah yang dilakukan oleh Hasan Al Banna. Dalam kitab Majmu’ah Rasa’il,
Hasan Al Banna memuat seluruh kehidupan beserta isinya kemudian diselaraskan
dengan apa yang ada di AlQuran dan Sunnah nabi.
27 Albanna, Hasan, op.cit., hal 373-376.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al Banna, Hasan, Majmu’ah Rasa’il
Al-Banna, Hasan, Memoar Hasan al-Banna Untuk Dakwah dan Para Da’inya,
Era Intermedia, Solo, 2006
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Akbar Media, Jakarta, 2003
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2008
15
Esposito, John L., Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, penerjemah : Eva
Y.N., dkk, Mizan, Bandung, 2001
Herry Mohammad, dkk., Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, Gema
Insani Press, Jakarta, 2006
Herry Mohammad, dkk., Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, Gema
Insani Press, Jakarta, 2006
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir#Demografi, jum’at 20 april 2012, pkl. 17.30
Karim, Muhammad Abdul, Sejarah Pemikiran dan Perdaban Islam, cet. 1, Pustaka
Book Publisher, Yogyakarta, 2007
Mahmud, Ali Abdul Halim, Metode Pendidikan Ikhwanul Muslimin, Jilid I, Gema
Insani Press, Jakarta, 1997
Siti Maryam, dkk.ed. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern, cet. 2, LESFI, Yogyakarta, 2004,
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007
16
Top Related