TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman sangat diperlukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan.
Kebutuhan prasarana dan sarana bidang ke -PLP - an yaitu sistem penyaluran air hujan
(drainase) dan sistem penyaluran air buangan (sewerage) saat ini sudah merupakan
kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar lagi. Kondisi rendahnya tingkat kesehatan,
degradasi kualitas sumber air baku dan lingkungan merupakan indikasi kebutuhan prasarana
dan sarana, yang kini bukan hal yang mewah lagi. Sebab setiap masyarakat saat ini, apalagi
yang tinggal di perkotaan (urban ) sudah sangat meningkat dengan pesat, dan sudah menuntut
hidup dilingkungan yang bersih dan sehat. Hal lain perlu dicermati adalah perlunya
paradigma dalam penanganan program ke-PLP-an yang mendasarkan pada pendekataan
outcome dan dampak, serta keberpikiran pada lingkungan.
Selain itu, masalah yang terjadi saat ini adalah air yang berkualitas sudah semakin
sedikit, karena air yang digunakan tidak semua habis terpakai, misalnya air sisa mencuci
atauoun mandi akan dibuang ke lingkungan, sisa dari aktifitas manusia ini apabila tidak
dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kualitas
lingkungan . berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dari pembuatan undang –
undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup hingga memberikan penyuluhan kesehatan
lingkungan kepada masyarakat, tetapi sejauh ini upaya – upaya dari pemerintah tersebut
belum sepenuhnya berhasil karena kurangnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat itu
sendiri sebagai sumber terbesar dalam menghasilkan air buangan.
Diperlukan suatu penanganan khusus pada air buangan ini sebelum disalurkan ke
badan air seperti dengan membuat sistem pengelolaan air buangan baik yang bersifat off-site
(penanganan di luar terjadinya pembuangan) ataupun yang bersifat on-site (penanganan di
tempat terjadinya buangan) serta yang bersifat gabungan, sehingga air pengelolaan ini tidak
mengganggu lingkungan dan manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 1
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Maksud dari perencanaan sistem drainase dan sewerage ini adalah untuk
menghambat terjadinya limpasan air pada daerah up stream (hulu) selama aliran tersebut
tidak membahayakan kepentingan manusia, serta menyalurkan air buangan hasil aktifitas
manusia.
Tujuan dari perencanaan system drainase ini adalah :
o Mengendalikan banjir didaerah Kecamatan Jetis
o Mengendalikan elevasi air tanah pada lahan produktif
o Mencegah terjadinya erosi tanah
o Mencegah terjadinya lingkungan yang kurang sehat atau penyebaran penyakit
melalui air
Adapun tujuan dalam perencanaan suatu system penyaluran air buangan antara
lain :
o Mengurangi dan menghilangkan pengaruh negatif air buangan pada kesehatan
manusia dan lingkungannya yang akan berdampak pada terciptanya suatu
kondisi lingkungan yang sehat
o Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan, dan
atau pemanfaatan air buangan untuk kepentingan hidup manusia dan
lingkungannya
o Melalui desain sistem penyaluran yang baik akan diperoleh suatu jaringan
yang efektif dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan memperoleh
hasil yang maksimal.
o Mencegah timbulnya penyakit bawaan air dan secara estetika mencegah bau
tidak sedap yang ditimbulkan air buangan.
1.3 Ruang Lingkup
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 2
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tugas perencanaan system drainase ini yaitu wilayah pemukiman Kecamatan Jetis.
Adapun ruang lingkup perencanaan meliputi :
Perencanaan saluran drainase terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Penentuan daerah pelayanan
2. Perencanaan sistem jaringan drainase, meliputi :
a. Penentuan sistem yang direncanakan
b. Lay out jaringan
3. Perhitungan beban aliran :
a. Penentuan blok pelayanan (sub area)
b. Perhitungan kapasitas aliran (sesuai tata guna lahan)
c. 1. Menghitung curah hujan rata – rata (ekivalen) daerah dengan
menggunakan cara Thiessen, menghitung hujan harian maksimum dengan
metode :
Gumbel
Iwai kadoya
Log Pearson III
2. Menghitung distribusi hujan dengan menggunakan metode Hasper
Weduwen
3. Menghitung lengkung intensitas hujan untuk tinggi hujan rencana yang
dipilih menggunakan cara :
Talbot
Ishiguro
Sherman
4. Pemilihan bentuk dan bahan saluran
5. Perhitungan dimensi dan elevasi saluran
6. Rencana bangunan pelengkap :
a. Pompa dan rumah pompa (bila diperlukan)
b. Bangunan bantu bila diperlukan
7. BOQ dan RAB
Sedangkan untuk perencanaan saluran air buangan terdiri atas beberapa tahapan,
yaitu :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 3
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
1. Penetuan daerah pelayanan
2. Perencanaan jaringan saluran air buangan, meliputi :
a. Penentuan sistem yang direncanakan
b. Lay out jaringan
3. Kriteria perencanaan
4. Perhitungan beban aliran :
a. Penentuan sub area pelayanan
b. Perhitungan kapasitas aliran (domestik, non domestik, fasilitas umum, dll)
5. Perhitungan dimensi saluran
6. Rencana bangunan pelengkap (bila diperlukan)
a. Pompa
b. Bangunan perlintasan dan sebagainya
7. BOQ dan RAB
1.4 Peraturan Terkait
Agar suatu perencanaan dapat berjalan teratur, dan sesuai standar di Indonesia, maka
dalam perencanaan ini peraturan – peraturan terkait mengacu pada :
NSPM
Pereturan Pemerintah Republik Indonesia
Kementrian Pekerjaan Umum Permukiman dan Prasarana Wilayah
Buku – buku referensi
Dan sebagainya
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Administratif Wilayah
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 4
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kota
Yogyakarta. Berdasarkan hasil registrasi Kecamatan Jetis memilik penduduk tahun 2007
sebanyak 37.812 jiwa dengan mata pencahariannya sebagian besar di sektor jasa dan
perdagangan. Hal ini didukung oleh banyaknya perkantoran, dan tempat perdagangan/ pasar
yang ada di Kecamatan Jetis.
Kecamatan Jetis terletak diantara dua sungai yaitu sungai Code dan sungai Winongo
dengan iklim tropis yang memiliki suhu maksimum 33o C dan minimum 23oC. ketinggiannya
kurang lebih 100 m dari permukaan laut, dan curah hujan antara 1500 mm s/d 2500 mm per
tahun. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Table 2.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Jetis
Arah Kecamatan
Utara
Selatan
Timur
Barat
Tegalrejo
Gedongtengen
Danurejan
Gondokusuman
Tegalrejo
Sumber : BPS Kota Yogyakarta (2008)
2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kecamatan Jetis pada umumnya
berbasiskan pada kegiatan perdagangan dan sektor jasa. Hal ini disebabkan jarak yang relatif
dekat dengan pusat kota. Di Kecamatan Jetis tidak ada lahan yang digunakan sebagai lahan
pertanian dan perikanan, karena daerah tersebut merupakan daerah dengan kepadatan tinggi.
Apalagi dengan adanya beberapa industri kecil dan menengah serta pasar tradisional.
Berdasarkan analisis data yang terkumpul, pertumbuhan penduduk relatif lambat dan
stagnan. Untuk rasio pertumbuhan berkisar 0,5 – 0,6 % per tahun. Selain Karena sudah sangat
padatnya pemukiman, maka kebanyakan penduduk berpindah atau merantau ke luar kota.
2.3 Keruangan Wilayah Kecamatan Jetis
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 5
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Keruangan Kecamatan Jetis menunjukkan bahwa kecamatan ini berada di dalam Kota
Yogyakarta dan terdapat banyak jalan raya yang menghubungkan antara kecamatan yang satu
dengan yang lainnya di dalam Kota Yogyakarta.
Ruang – ruang fungsional yang ada di Kecamatan Jetis menunjukkan adanya beberapa fungsi
pokok yaitu perkantoran, tempat perdagangan/ pasar, tempat pelayanan jasa dan perumahan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk ruang yang merata di semua wilayah Kecamatan
Jetis.
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Perencanaan Drainase
Pada perencanaan ini menurut Kementrian PU dan Kimpraswil (2003). Dimana fungsi
drainase perkotaan yaitu :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 6
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Mengeringkan bagian – bagian wilayah kota Dari genangan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif
Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya
Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
3.1.1 Berdasarkan Fungsi Pelayanan
Sistem drainase kota yang dipakai dalam perencanaan ini, yaitu sistem drainase
utama, yang termasuk sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, dan
tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian besar warga
masyarakat. Tetapi dalam perencanaan ini hanya menggunaka saluran primer dan sekunder.
Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota (NSPM,
2009).
3.1.2 Berdasarkan Fisiknya
Sistem drainase yang digunakan dalam perencanaan ini, yaitu :
a. Sistem saluran primer (utama) adalah saluran utama yang menerima masukkan aliran
dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar, akhir saluran primer adalah
badan air penerima atau sungai
b. Sistem saluran sekunder adalah saluran terbuka yang berfungsi menerima aliran air
dari saluran tersier dan limpasan alir dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air
ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
3.1.3 Curah hujan Maksimum
Curah hujan rata – rata menggunakan curah hujan rata – rata untuk wilayah Kota
Yogyakarta. Dengan pertimbangan bahwa dalam satu kota memiliki curah hujan yang sama.
Dimana luas Kota Yogyakarta32 km2 yang terbagi dalam 4 stasiun pengamatan.
Data curah hujan maksimum menggunakan perhitungan metode Gumbel, Iwai Kadoya, dan
Log Pearson III. Untuk menghitung intensitas yang digunakan dalam Periode Ulang Hujan
(PUH). Hal ini berfungsi agar saluran memiliki kapasitas yang maksimal untuk digunakan.
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 7
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Sedangkan untuk PUH digunakan metode Talbot, Sherman, Ishiguro yang kemudian dicari
nilai beda yang mendekat nol, untuk dipakai dalam PUH perencanaan yang kemudian
menjadi dasar rumus intensitas dalam pembangunan saluran. Untuk perhitungan intensitas
digunakan PUH 5 tahun, dimana Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk luas wilayah 10 – 100
ha, menggunakan PUH 2 – 5 tahun (Suripin, 2003). Sehingga perencanaan ini untuk saluran
sekunder dan primer menggunakan PUH yang sama.
3.1.4 Perencanaan Saluran
Menurut Suripin (2003), saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan
debit rencana dengan aman. Dalam perencanaan ini, dapat disebutkan sebagai berikut :
Tipe saluran yang digunakan yaitu jenis saluran terbuka dengan pertimbangan
memudahkan dalam memantau salurannya
Bentuk saluran yang digunakan yaitu bentuk ekonomis segi empat, dengan
pertimbangan mengacu pada Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), dimana bentuk
saluran ini umumnya digunakan pada daerah yang lahannya tidak terlalu lebar, dan
harga lahan mahal. Umunya digunakan untuk saluran yang relatif besar dan sedang.
Hal ini sesuai untuk topografi di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan material konstrusinya, saluran drainase perencanaan in menggunakan
saluran beton (yang diberi lapisan). Menurut Kementrian PU dan Kimpraswil (2003),
umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi yang terlalu miring atau
terlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas. Lapisan saluran
dimaksudkan untuk melindungi saluran dari erosi, serta untuk memudahkan
pengaliran pada volume air yang kecil
Perhitungan drainase kota menggunakan perhitungan sistem drainase , dari peta
situasi diperoleh data :
Kemiringan saluran rencana
Panjang saluran rencana
Luas masing – masing catchment area untuk masing – masing saluran
Koefisien run off masing – masing jenis catchment area untuk masing – masing
saluran. Dimana dalam perencanaan ini koefisien aliran ( c ) untuk periode desain5 –
10 tahun
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 8
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Slope limpasan dihitung dengan menggunakan beda tinggi elevasi, berdasarkan garis
kontur dan panjang limpasan dalam meter. Panjang limpasan merupakan panjang
jarak terjauh dari saluran drainase. Sedangkan slope saluran menggunakan panjang
saluran yang digunakan dalam meter
Waktu konsentrasi (Tc) menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich
(1940) untuk memudahkan perhitungan intensitas hujan
Luas area ditentukan berdasarkan luas zona/ blok yang dilayani saluran tersebut.
3.2 Perencanaan Sewerage
3.2.1 Periode Desain
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Kecamatan Jetis didesain untuk periode
15 tahun kedepan. Penentuan periode desain ini dilakukan berdasarkan sistem pembangunan
di Indonesia yang biasanya dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Dengan
demikian diharapkan selama dalam periode tertentu perencanaan tidak terlau kesulitan dalam
menyediakan dana untuk kelangsungan proyek tersebut. Selain itu, periode desain juga harus
disesuaikan dengan kondisi kota yang akan direncanakan sistem penyaluran air buangannya,
sehingga penduduk yang ada pada saat itu dan proyeksi penduduk yang akan datang dapat
terlayaniseluruhnya.
3.2.2 Sistem Jaringan Penyaluran Air Buangan
Sistem penyaluran air buangan yang akan digunakan untuk daerah perencanaan ini
adalah sistem terpisah (separate sewer system ) dengan pertimbangan bahwa daerah
perencanaan terletak di daerah tropis dengan periode musim hujan dan musim kemaraunya
cukup panjang sehingga dengan diterapkan sistem terpisah akan memerlukan dimensi saluran
air buangan yang kecil.
3.2.3 Sistem Pengaliran
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 9
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Sistem pengaliran air buangan yang digunakan adalah sistem pengaliran secara
gravitasi dengan mengikuti topografi daerah yang mempunyai kondisi tanah yang menurun.
3.2.4 Ketentuan Lokasi
Mengacu pada NSPM (2009) lokasi sewerage yang dipilih adalah lokasi yang
bermasalah terhadap pencemaran lingkungan akibat penduduk yang terlalu padat dan
umumnya terletak dipusat perkotaan. Masyarakat Kecamatan Jetis sangat memerlukan
dengan indikasi tingkat kesehatan lingkungan yang makin menurun. Dimana dalam
perencanaan ini mampu melayani kawasan perumahan/ lingkungan yang menampung air
mandi, cuci, dapur, tinja.
3.2.5 Penentuan Blok Pelayanan
Daerah pelayanan jaringan penyaluran air buangan disesuiakan dengan kebutuhan.
Pada perencanaan ini luas Kecamatan Jetis adalah 1,70 km2 dan daerah yang akan terlayani
adalah 80% dari luas total daerah perencanaan. Penentuan blok pelayanan in dilakukan
dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut mempunyai kepadatan yang cukup tinggi,
sehingga sistem penyaluran air buangan tidak mungkin menggunakan sistem on site, karena
terbatasnya lahan yang tersedia. Sedangkan untuk daerah – daerah yang mempunyai
kepadatan yang cukup rendah, penyaluran air buangannya dapat menggunakan sistem on site.
Penentuan luas blok daerah pelayanan berguna untuk mempermudah perencanaan
penyaluran air buangan dan untuk mempermudah penentuan beban aliran air buangan yang
akan disalurkan ke pipa yang akan melayani daerah pelayanan. Pembagian blok pelayanan
penyaluran air buangan biasanya berdasarkan kepadatan penduduk, keadaan topografi,
perkembangan daerah, dan tata guna lahan. Dalam perencanaan sistem penyaluran air
buangan Kecamatan Jetis dibagi dalam 4 blok pelayanan yang dapat dilihat pada peta
Kecamatan Jetisdalam lampiran gambar.
3.2.6 Perencanaan Pipa
Akan dijelaskan dalam 5.2.2
3.2.7 Penanaman Minimum Pipa
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 10
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Penempatan saluran air buangan perlu dipertimbangkan terhadap keadaan lapangan,
keamanan sistem jaringan itu sendiri dan pengaruh terhadap jaringan pipa distribusi yang ada
ataupun yang direncanakan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan pipa air buangan adalah sebagai
berikut :
Pipa service dipasang dibelakang rumah dan pipa lainnya dipasang di tepi jalan, di
bawah trotoar, hal ini mengingat kemungkinan penggalian jika diperlukan perbaikan,
atau ditengah median (jalur hijau) yaitu jalur antara jalur lambat dan jalur cepat
Kedalaman minimal saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran terhadap beban –
beban diatasnya. Kedalaman saluran harus disesuaikan dengan kedalaman
maksimum: 6 – 7 m.
BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE
4.1 Penentuan Daerah Pelayanan
Daerah yang akan dilayani dalam perencanaan ini adalah Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta dengan luas wilayah 170 ha2 (BPS Kota Yogyakarta, 2008).
4.2 Perencanaan sistem Jaringan Drainase
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 11
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Pada saluran ini menggunakan saluran terbuka, system jaringan dalam perencanaan
yang digunakan menggunakan system saluran terbuka. Dengan saluran yang digunakan yaitu
saluran primer dan sekunder (gambar terlampir).
4.3 Perhitungan Beban Aliran
4.3.1 Penentuan Blok Pelayanan
Blok yang dilayani dalam perencanaan ini dibagi dalam 4 blok, yang dibagi berdasarkan
jalan utama di Kecamatan Jetis (gambar terlampir).
Tabel 4.1 Pembagian Blok Kecamatan Jetis
Blok Luas ( km2)
I 0,54
II 0,24
III 0,21
IV 0,69
Total 1,7
4.3.2 Penentuan Kapasitas Aliran
Kapasitas aliran ditentukan berdasarkan curah hujan yang ada di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan menggunakan cakupan wilayah Kota Yogyakarta, dengan 4 stasiun pengamat.
Alasan menggunakan wilayah Kota Yogyakarta didasarkan atas pertimbangan curah hujan
dalam setiap kota sama.
Terdapat beberapa pengamatan stasiun yang hilang seperti dalam tabel 4.4, hal tersebut dapat
dilengkapi sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Harian Maksimum pada Stasiun Pengamat
No. Tahun ST.A ST.B ST.C ST.E
(mm) (mm) (mm) (mm)1 1995 239 269 2452 1996 265 275 268 2483 1997 285 286 220 4 1998 286 330 2665 1999 278 251 2726 2000 387 252 317 2537 2001 229 247 275 293
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 12
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
8 2002 262 414 223 2689 2003 292 214 292
10 2004 268 326 255 31911 2005 238 263 28512 2006 267 266 210 30013 2007 244 252 14 2008 270 282 232 25515 2009 243 246 241 356
Rata-rata 268 289 248 281
Rumus perhitungan data curah hujan yang hilang ( Analisis Hidrologi, 2009) :
4.1
Keterangan :
Px = curah hujan yang hilang
PA, PB, PC… = curah hujan pada stasiun A,B,C
Nx = curah hujan tahunan rata - rata pada stasiun yang kehilangan data
NA, NB, NC = curah hujan tahunan rata – rata pada stasiun A,B,C
Contoh 4.1 : Perhitungan untuk curah hujan harian yang hilang Stasiun B
Tahun 1995 – stasiun BDengan menggunakan persamaan (4.1) maka dapat dihitung :
PB = 1
n−1( Nx
NAPA+ Nx
NCPC+ Nx
NEPE)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 13
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
PB = 1
4−1(250
232239+ 250
215269+ 250
243245)
PB = 274 mm
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 DATA LENGKAP CURAH HUJAN RATA - RATA
No. Tahun
ST.A ST.B ST.C ST.E(mm
) (mm) (mm) (mm)
1 1995 239 274 269 2452 1996 265 275 268 2483 1997 285 286 220 3134 1998 286 330 282 2665 1999 262 278 251 2726 2000 387 252 317 2537 2001 229 247 275 2938 2002 262 414 223 2689 2003 259 292 214 292
10 2004 268 326 255 31911 2005 238 263 263 28512 2006 267 266 210 30013 2007 244 261 252 25414 2008 270 282 232 25515 2009 243 246 241 356
Setelah dilengkapi data curah hujan maksimum setiap stasiun, maka luas stasiun pengamat hujan dapat dihitung dengan metode polygon Thiessen ( gambar terlampir ). Prosedur penerapan metode ini menurut Suripin, 2003 meliputi langkah – langkah sebagai berikut :
1. Lokasi pos stasiun pengamat hujan di plot pada peta DAS. Antar stasiun dibuat garis lurus penghubung
2. Tarik garis tegak lurus ditengah – tengah tiap garis penghubung sedemikian rups (90o), sehingga membentuk polygon Thiessen. Luas masing – masing stasiun dapat diketahui dalam tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Luas Stasiun Pengamat Hujan Cara Polygon Thiessen
Blok Luas ( km2 )
A 0,6
B 0,3
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 14
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
C 0,5
D 0,3
Jumlah 1,7
3. Hujan rata – rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sosrodarsono dan Takeda, 2006 ) :
X = PA A 1+PB A 2+PC A 3+Pn An
A 1+A 2+ A 3 … An (4.2)
Dari perhitungan luas setiap stasiun maka dapat diketahui data curah hujan rata – rata setiap tahun menggunakan metode polygon ThiessenContoh 4.2 Perhitungan curah rata – rata dengan menggunakan persamaan (4.2), sebagai berikut :R Tahun 1995
(239 x 0,6 )+(274 x 0,3 )+(269 x 0,5 )+(245 x0,3)1,7
= 255,06
Tabel 4.7 Data Curah Hujan Rata – rata
No. Tahun R (mm)1 1995 255,062 1996 264,653 1997 2714 1998 289,065 1999 263,356 2000 318,947 2001 2578 2002 278,419 2003 257,7610 2004 283,41
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 15
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
11 2005 258,0612 2006 255,8813 2007 251,1214 2008 258,2915 2009 248,06∑ R (mm) 4010,1Rata-rata 267,34
4.4 Kala Ulang Hujan
Suatu data hujan adalah (x) akan mencapai suatu harga tertentu/ disamai (x1) atau kurang dar (x1 ) atau lebih dilampaui dari (x1 ) dan diperkirakan terjadi sekali dalam kurun waktu T tahun, maka T ini dianggap sebagai periode ulang dari (x1 ). Analisa frekuensi terhadapdata hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain Gumbel, Iwai Kadoya, dan Log Pearson III ( Hardihardjaja, 1997 ).
4.4.1 Metode Gumbel
Dari data hujan rata – rata yang telah diperoleh, maka dapat dihitung curah hujan harian maksimum dengan menggunakan metode Gumbel.
Tabel 4.8 Data Curah Hujan Rata – rata
No. TahunR (R - Rrata)
(R-Rrata)^2(mm) (mm)1 1995 255,06 -12,27843 150,7598772 1996 264,65 -2,690196 7,237154943 1997 271 3,6627451 13,41570174 1998 289,06 21,721569 471,8265445 1999 263,35 -3,984314 15,87475596 2000 318,94 51,603922 2662,964727 2001 257 -10,33725 106,8588398 2002 278,41 11,07451 122,6447679 2003 257,76 -9,572549 91,633694710 2004 283,41 16,07451 258,38986511 2005 258,06 -9,278431 86,089288712 2006 255,88 -11,4549 131,21477913 2007 251,12 -16,21961 263,07567914 2008 258,29 -9,043137 81,778331415 2009 248,06 -19,27843 371,657916∑ R (mm) 4010,1 ~ 4835,42191
(R) Rata-rata 267,34 ~ ~
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 16
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Perhitungan dengan metode Gumbel mengikuti kaidah Sosrodarsono dan Takeda (2006), sebagai berikut :
Menghitung rata – rata ( r )
r =∑ Rn
(4.3)
Menghitung nilai Standar Deviasi (SD)
SD = √∑ (R−r ) ²n−1
(4.4)
Menghitung nilai reducer deviation ( Yt )
YT = [ ln x ln TT−1 ] (4.5)
Menghitung reducer standar deviation (Sn) yang juga tergantung pada jumlah data n (lampiran pustaka, 4)
Menghitung nilai faktor probabilitas (K) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan :
K = YT−Yn
Sn (4.6)
Contoh 4.3 : Perhitungan curah hujan metode Gumbel
1. Tahun PUH menggunakan 5, 10, 15, 20, dan 25
2.Yt dari persamaan (4.5) YT = [ ln x ln 55−1 ]
YT = 1,4999
3. Yn = 0,51 (lampiran pustaka)
4. Menghitung Sn =1,02 (lampiran pustaka)
5. Nilai K dari persamaan (4.6)
K = 1,499−0,5128
1,0206 = 0,9672
6. Nilai r dari persamaan (4.3)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 17
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
r = 4010,1
15 = 267,34
7. SD dari persamaan (4.4)
SD = √ 4835,4215−1
= 18,58
8. Untuk nilai RT selanjutnya dapat ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9 Curah Hujan Harian Maksimum Metode Gumbel
PUH YT Yn sn K Rrata SD RT
5 1,499939987 0,5128 1,0206 0,967215
267,34 18,584
285,315
10 2,250367327 0,5128 1,0206 1,702496 298,979
15 2,673752092 0,5128 1,0206 2,117335 306,689
20 2,970195249 0,5128 1,0206 2,407795 312,086
25 3,198534261 0,5128 1,0206 2,631525 316,244
RT adalah hasil curah hujan maksimum untuk metode Gumbel.
4.4.2 Metode Iwai Kadoya
Metode Iwai Kadoya disebut pula cara distribusi terbatas sepihak. Prinsipnya adalah mengubah variabel (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan maksimum ke log x atau mengubah kurva distribusi yang asimetris menjadi kurva distribusi normal.
Hal pertama yang dilakukan menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006), yaitu urutkan data curah hujan rata – rata terlebih dahulu dari terbesar sampai terkecil, seperti dalam tabel 4.10. Selanjutnya tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Pengurutan Curah Hujan Rata – rata
Derajat X log X X + b log X + b (log X + b)^2
1 318,9412
2,503711 93,05178372 1,968724703 3,875876955
2 289,058 2,46098 63,16943078 1,800506964 3,241825326
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 18
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
8 6
3 283,4118
2,452418 57,52237196 1,759836786 3,097025514
4 278,4118
2,444688 52,52237196 1,720344331 2,959584617
5 2712,43296
9 45,11060725 1,654278673 2,736637929
6 264,6471
2,422667 38,75766608 1,588357617 2,522879918
7 263,3529
2,420538 37,46354843 1,57360891 2,476245002
8 258,2941
2,412115 32,4047249 1,510608339 2,281937553
9 258,0588
2,411719 32,16943078 1,507443376 2,272385533
10 257,7647
2,411223 31,87531314 1,50345446 2,260375313
11 2572,40993
3 31,11060725 1,492908488 2,228775754
12 255,8824 2,40804 29,99296019 1,477019331 2,181586105
13 255,0588 2,40664 29,16943078 1,464927954 2,146013911
14 251,1176
2,399877 25,22825431 1,4018872 1,965287722
15 248,0588
2,394555 22,16943078 1,345754542 1,811055288
Jumlah 36,39208 ~ 23,76966167 38,05749244
1/n 2,426139 ~ 1,584644112 2,537166163
Memperkirakan harga x
Xo = antilog ∑ log Rn
(4.6)
Mencari harga pengamtan dengan nomor urut m dari yang terbesar (Xs) Mencari harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil (Xt) Menhitung nilai bt
Bt = Xs . Xt−(X o2)2 Xo−Xt−Xs
(4.7)
Memperkirakan harga m
m = n
10 (4.8)
Mencari harga konstanta b > 0 sebagai harga minimum variabel kemungkinan (Xo)
b = 1m
x(∑bt ) (4.9)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 19
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
jika nilai b < 0, maka nilai b dianggap b = 0 Menghitung nilai 1/ c
1C = √ 2n
n−1x √ X ²−(Xo) ² (4.10)
Dengan harga variabel normal (C) yang sesuai untuk tiap periode ulang (lampiran pustaka) dan curah hujan untuk periode ulang tertentu didapat dengan :
Log x = (Xo + 1C
ζ ¿−b (4.11)
x = anti log ( Xo + 1C
ζ ¿−b (4.12)
contoh 4.4 : Perhitungan curah hujan maksimum metode Iwai Kadoya
Mencari nilai Xo dari persamaan (4.6)
Xo = anti log 36,39208
15 = 266,77 mm
1. Xs didapat dari tabel 4.102. Xt didapat dari tabel 4.103. = Xs x Xt
= 318,94 x 248,05= 79116,17 mm
4. = Xs + Xt= 318,94 + 248,05= 567
5. = Xs x (Xt – Xo2)6. = 2Xo – (Xt + Xs)
= 2 . 266,77 – 248,05 – 318,94= - 33,45
7. bt dihitung menggunakan persamaan (4.7)hasil selanjutnya dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Nilai bt
No Xs Xt Xs . Xt Xs + Xt Xs . Xt – Xo ^2
2Xo – (Xs +Xt)
bt
1 318,94 248,05 79116,17 567 4255,99 -33,458 -237,59
2 289, 05 251, 11 72587,77 540,17 2938,99 -6,634 -214,18
Jumlah -451,7788
B = -451,7788/ 2 -225,8894
Selanjutnya dapat dihitung perkiraan harga m, seperti dalam persamaan (4.8)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 20
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
m = 15 / 10 = 1,5 ≈ 2 Konstanta b dapat dihitung seperti persamaan (4.9)
4.4.3 Metode Log Pearson III
Metode ini didasarkan pada perubahan data yang ada didalam bentuk logaritma. Cara ini variabel pertama kali diubah dalam bentuk logaritma (dasar 10) dan data log tersebut dianalisa.
Langkah perhitungannya menurut Sosrodarsono dan takeda (2006), yaitu:
Ubah data dalam bentuk logaritma, Xi = log R
Hitung harga rata – rata :
Log X rata – rata = ∑i
n
log X
n(4.13)
Hitung harga simpangan baku :
SD = √∑i
n
¿¿¿¿ (4.14)
Hitung koefisien kemencengan :
G = n∑
i
n
( log Xi− log Xrata2) ³
(n−1 ) (n−2 ) SD ³ (4.15)
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Log XT = Log Xrata-rata + Ks (4.16)
Dimana K adalah variable standar (standardized variable) untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G. nilai K dapat dilihat dalam lampiran pustaka 6. Jika tidak terdapat dalam tabel PUH tersebut, dapat menggunakan rumus interpolasi :
PUHa−PUHbPUHx−PUHb =
Koef .Ga−Koef .GbKoef .Gx−Koef .Gb (4.17)
Contoh 4.5 : Perhitungan curah hujan maksimum metode Log Pearson III
Kita buat perhitungan dengan tabel untuk memudahkan, seperti di bawah ini :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 21
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.13 Perhitungan Nilai X
No. R (mm) Xi = log R Xi - Xrata (Xi - Xrata)^2 (Xi - Xrata)^3
1 255,0588 2,40664 -0,019498263 0,000380182 -7,41289E-062 264,6471 2,422667 -0,003471543 1,20516E-05 -4,18377E-083 271 2,432969 0,006830676 4,66581E-05 3,18707E-074 289,0588 2,460986 0,034847616 0,001214356 4,23174E-055 263,3529 2,420538 -0,005600442 3,13649E-05 -1,75658E-076 318,9412 2,503711 0,077571977 0,006017412 0,0004667837 257 2,409933 -0,016205491 0,000262618 -4,25585E-068 278,4118 2,444688 0,018548968 0,000344064 6,38204E-069 257,7647 2,411223 -0,014915163 0,000222462 -3,31806E-0610 283,4118 2,452418 0,02627926 0,000690599 1,81484E-0511 258,0588 2,411719 -0,014419902 0,000207934 -2,99838E-0612 255,8824 2,40804 -0,018098279 0,000327548 -5,92805E-0613 251,1176 2,399877 -0,026261381 0,00068966 -1,81114E-0514 258,2941 2,412115 -0,014024099 0,000196675 -2,75819E-0615 248,0588 2,394555 -0,031583935 0,000997545 -3,15064E-05
Jumlah 36,39208 ~ 0,01164113 0,000457442Xrata 2,426139 ~ ~ ~
SD 0,028836 ~ ~ ~Cs 1,572373 ~ ~ ~
1. Menggunakan PUH, misal PUH 5, 10, 15, 20, 25
2. Menghitung nilai SD, persamaan (4.14)
SD = √ 0,01114
= 0,02
3. Mencari nilai Ks dapat dicari dalam lampiran pustaka 6. Jika tidak terdapat PUH yang dimaksud menggunakan rumus interpolasi seperti persamaan (4.17)
Tabel 4.14 Metode PUH Log Pearson III
PUH Kx Kx . SD XT RT5 0,675 0,0194642 2,44560285 278,99910 1,329 0,0383229 2,46446153 291,381
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 22
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
15 1,597 0,0460509 2,47218955 296,61320 1,875 0,0540673 2,48020593 302,13825 2,163 0,0623721 2,48851067 307,972
XT adalah curah hujan harian maksimum untuk metode Log Pearson III
Dari perhitungan ketiga metode curah hujan tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut :
Tabel 4.15 Perbandingan Curah Hujan
PUHCurah Hujan Harian Maksimum (mm)
Gumbel Iwai Kadoya Log Pearson Tipe III
5 285,3147 279,0142254 278,9991302
10 298,9792 288,8149231 291,3812017
15 306,6886 294,360731 296,6125702
20 312,0865 298,2572778 302,1384057
25 316,2443 301,2639995 307,9716028
Rata-rata 303,8626 292,3422314 295,4205821
Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah rata – rata terbesar adalah dengan metode Gumbel
4.5 Menghitung Disrtibusi Curah Hujan
Metode yang digunakan adalah Hasper Weduwen. Rumus ini berdasarkan anggapan hujan mempunyai distribusi simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari satu jam dan durasi hujan dari 1 – 24 jam (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Rumusan yang digunakan adalah :
a. 1 ≤ t ≤ 24 jam
RT =[√ 11300 x t
t+3,12 ] x[ Xt100 ]
t
(4.18)
b. 0 ≤ t ≤ 1 jam
RT =[√ 11300 x t
t+3,12 ] x[ Rt100 ]
t
(4.19)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 23
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
RT = [ Xt x (1218 54)Xt (1−t )+(1272 x t) ] (4.20)
Sehingga :
I = R/ T (4.21)
Contoh 4.6 : Perhitungan distribusi curah hujan PUH 5 tahun
1. Durasi 5 menit = 0,08 jam
2. Rt menggunakan persamaan (4.19)
RT =
285(1218x 0,08+54 )285 (1−0,08 )+(1272 x 0,08)
=120,67
t
3. RT menggunakan persamaan (4.20)
RT = [√ 11300 x285285+3,12 ] x [120,67
100 ]=20,69
4. Intensitas menggunakan persamaan (4.21)
I = 20,69/ 0,08 = 248,28
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.16 Distribusi PUH
Untuk PUH 5 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit (jam) (mm) (mm) (mm/
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 24
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
) jam)
285
5 0,0833
120,67 20,69 248,28
10 0,1667
162,95
39,006 234,04
20 0,3333
213,52
70,517 211,55
30 0,5 242,72
95,889 191,78
40 0,6667
261,73
116,74 175,11
60 1 ~ 149,26 149,26
80 1,3333 ~ 165,7
7 124,33
120 2 ~ 189,35 94,675
Untuk PUH 10 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit) (jam) (mm) (mm) (mm/
jam)
299
5 0,0833
122,33
20,973 251,68
10 0,1667
166,63
39,887 239,32
20 0,3333
220,65
72,873 218,62
30 0,5 252,37
99,703 199,41
40 0,6667
273,23
121,87 182,81
60 1 ~ 156,59 156,59
80 1,3333 ~ 173,9
2 130,44
120 2 ~ 198,65 99,325
Untuk PUH 15 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit (jam) (mm) (mm) (mm/
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 25
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
) jam)
307
5 0,0833
123,22
21,127 253,52
10 0,1667
168,65
40,371 242,22
20 0,3333
224,63
74,188 222,56
30 0,5 257,81
101,85 203,7
40 0,6667
279,76
124,78 187,17
60 1 ~ 160,78 160,78
80 1,3333 ~ 178,5
7 133,93
120 2 ~ 203,97 101,98
Untuk PUH 20 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit) (jam) (mm) (mm) (mm/
jam)
312
5 0,0833
123,77 21,22 254,64
10 0,1667
169,88
40,666 244
20 0,3333
227,09
74,999 225
30 0,5 261,18
103,18 206,37
40 0,6667
283,82
126,59 189,89
60 1 ~ 163,4 163,4
80 1,3333 ~ 181,4
8 136,11
120 2 ~ 207,29 103,64
Untuk PUH 25 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit) (jam) (mm) (mm) (mm/
jam)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 26
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
316
5 0,0833
124,19
21,293 255,52
10 0,1667
170,85
40,899 245,39
20 0,3333
229,03
75,641 226,92
30 0,5 263,86
104,24 208,49
40 0,6667
287,05
128,03 192,05
60 1 ~ 165,49 165,49
80 1,3333 ~ 183,8 137,85
120 2 ~ 209,95 104,97
4.6 Menghitung Lengkung Intensitas Hujan
4.6.1 Metode Talbot (1881)
Rumus ini banyak digunakan Karena mudah diterapkan dan tetapan – tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang terukur (Suripin, 2003).
I = at+b (4.22)
Dimana :
I : Intensitas hujan (mm/ jam)
t : Lamanya hujan (jam)
a dan b :Konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
a = (⅀ I .t ) (⅀ I 2 )−(⅀ I 2 x⅀ I2 t ) (⅀ I )
N (⅀ I 2 )−(⅀ I ) ²(4.23)
b = (⅀ I ) (⅀ I .t )−n (⅀ I .2t )
N (⅀ I 2 )−(⅀ I ) ²(4.24)
N : Banyaknya data
Contoh 4.7 : Perhitungan Lengkungan Intensitas Metode Talbot (1881) PUH 5 tahunan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 27
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Intensitas didapat dari perhitungan lengkung intensitas dalam Tabel 4.16
o Konstanta a, persamaan (4.23)
a = (50833,2 x275311 )−(772970 x1429,02 )(8 x 275311)−(1429,02) ² = 1838,89
o Konstanta b, persamaan (4.24)
b = (1429,02 x50833,2 )−(8 x7729790 )(8 x275311 )−(1429,02) ² = 67,35
o Intensitas Talbot menggunakan persamaan (4.22)
I = 1838,895+67,35
=254,106 mm/ jam
Tabel 4.17 Lengkung Intensitas Hujan PUH Talbot
PUH 5 Tahunan
T II.t I^2 I^2.t
I Talbot(meni
t)(mm/jam)
(mm/jam)
5 248,28 1241,4 61643,1
308215,5 254,106
10 234,037 2340,37
54773,5
547735,1 237,681
20 211,551 4231,02
44753,8
895075,8 210,471
30 191,778 5753,35 36779 110336
9 188,851
40 175,109 7004,34 30663 122652
0 171,259
60 149,257 8955,44
22277,7
1336664 144,364
80 124,329 9946,31
15457,7
1236614 124,769
120 94,6747 11361 8963,31
1075597 98,1307
Jumlah 1429,02 50833,
227531
1772979
0 ~
A 18384,89758B 67,35119998
PUH 10 Tahunan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 28
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
T II.t I^2 I^2.t
I Talbot(meni
t)(mm/jam)
(mm/jam)
5 251,682 1258,41
63343,6
316718,2 259,7
10 239,322 2393,22
57275,2
572752,3 243,709
20 218,62 4372,39
47794,6
955891,3 216,987
30 199,406 5982,18
39762,8
1192884 195,546
40 182,806 7312,23
33417,9
1336717 177,962
60 156,589 9395,35
24520,2
1471211 150,834
80 130,436 10434,9
17013,6
1361090 130,883
120 99,3254 11919,1
9865,54
1183865 103,502
Jumlah 1478,19 53067,
729299
4839112
9 ~
A 19789,80074B 71,20255821
PUH 15 Tahunan
T II.t I^2 I^2.t
I Talbot(meni
t)(mm/jam)
(mm/jam)
5 253,524 1267,62
64274,5
321372,3 262,842
10 242,224 2422,24
58672,5
586725,2 247,089
20 222,565 4451,29
49535,1
990701,3 220,641
30 203,704 6111,12
41495,3
1244860 199,307
40 187,17 7486,81
35032,7
1401307 181,735
60 160,779 9646,73
25849,8
1550991 154,494
80 133,926 10714,1
17936,2
1434899 134,354
120 101,983 12238 10400,5
1248063 106,57
Jumla 1505,88 54337, 30319 877891 ~
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 29
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
h 9 7 8A 20613,26642B 73,42458228
PUH 20 Tahunan
T II.t I^2 I^2.t
I Talbot(meni
t)(mm/jam)
(mm/jam)
5 254,641 1273,2 64841,9
324209,3 264,788
10 243,996 2439,96
59534,1
595340,6 249,179
20 224,997 4499,93
50623,5
1012469 222,9
30 206,368 6191,05
42587,9
1277636 201,635
40 189,886 7595,42
36056,5
1442260 184,074
60 163,397 9803,85
26698,7
1601923 156,767
80 136,107 10888,6
18525,2
1482019 136,515
120 103,644 12437,3
10742,1
1289048 108,486
Jumlah 1523,04 55129,
330961
0902490
5 ~
A 21135,25988B 74,81951878
PUH 25 Tahunan
T II.t I^2 I^2.t
I Talbot(meni
t)(mm/jam)
(mm/jam)
5 255,515 1277,58 65288 326440
,2 288,418
10 245,391 2453,91
60216,8
602168,3 270,333
20 226,924 4538,47
51494,4
1029887 240,21
30 208,488 6254,63 43467 130401
1 216,126
40 192,051 7682,04
36883,6
1475343 196,432
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 30
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
60 165,492 9929,54
27387,7
1643261 166,152
80 137,852 11028,2
19003,3
1520263 143,96
120 104,973 12596,7
11019,3
1322312 113,611
Jumlah 1536,69 55761,
131476
0922368
6 ~
A 21556,78736B 69,74153003
4.6.2 Metode Sherman (1905)
Menurut Suripin (2003), rumus ini cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
I = a/ tn (4.25)
Dimana :
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : Lamanya hujan (jam)
a dan n : Konstanta
Log a = (⅀ log I )¿¿ (4.26)
a = anti log a
n = (⅀ log I ) (⅀ log t )−N (⅀ (Lo g I . log t ))
N (⅀ (log t )2)−(⅀ log t )² (4.27)
Contoh 4.8 : Perhitungan Lengkung Intensitas Metode Sherman (1905) PUH 5 Tahunan
Intensitas didapat dari perhitungan lengkung intensitas dalam Tabel 4.16
o Konstanta a, persamaan (4.26)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 31
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
(17,86 x 19,03 ) – (25,99x 11,84)(8 x19,03 )−(11,84) ²
= 2,66
a = anti log 2,66
a = 457,09
o Konstanta n, persamaan (4.27)
n = (17,86 x 11,84 ) – (8 x 25,99)(8 x19,03 )−(11,84 ) ² = 0,28
o Intensitas Sherman menggunakan persamaan (4.25)
I = 457,09/ 50,28
I = 287,16 mm/ jam
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel 4.18 berikut :
Tabel 4.18 lengkung Intensitas Hujan Sherman
PUH 5 Tahunan
t Ilog t log I log t . log
l(log t)^2
I Sherman
(menit)
(mm/jam) (mm/jam)
5 248,28 0,699
2,3949
1,6739928
0,488559
287,160574
10 234,037 1 2,3693
2,3692853 1 235,06127
4
20 211,551 1,301
2,3254
3,0254346
1,692679
192,414306
30 191,778 1,477
2,2828 3,371972 2,18188
7171,15064
4
40 175,109 1,602
2,2433 3,593913 2,56659
6157,50474
1
60 149,257 1,778
2,1739
3,8655861
3,161822
140,098927
80 124,329 1,903
2,0946
3,9861592
3,621751
128,928789
120 94,6747 2,07 1,976 4,108948 4,32299 114,68089
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 32
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
9 2 9 5 7Jumla
h ~ 11,84 17,86 25,99529
219,0362
9 ~
log a 2,660001898n 0,288820812a 457,0901868
PUH 10 Tahunan
t Ilog t log I log t . log
l(log t)^2
I Sherman
(menit)
(mm/jam) (mm/jam)
5 251,682 0,699
2,4009
1,6781232
0,488559
291,664954
10 239,322 1 2,3792,378983
4 1 240,714049
20 218,62 1,301
2,3397
3,0440059
1,692679 198,66375
30 199,406 1,477
2,2997
3,3969926
2,181887
177,559049
40 182,806 1,602 2,262
3,6238433
2,566596 163,95921
60 156,589 1,778
2,1948
3,9026184
3,161822
146,541287
80 130,436 1,903
2,1154
4,0257936
3,621751
135,317202
120 99,3254 2,079
1,9971
4,1522506
4,322995
120,942013
Jumlah ~ 11,8
417,98
826,20261
119,0362
9 ~
log a 2,658493136n 0,276991698a 455,5049867
PUH 15 Tahunan
t Ilog t log I log t . log
l(log t)^2
I Sherman
(menit)
(mm/jam) (mm/jam)
5 253,524 0,699 2,404
1,6803373
0,488559
294,096836
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 33
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
10 242,224 1 2,3842
2,3842174 1 243,83387
5
20 222,565 1,301
2,3475
3,0541112
1,692679
202,161164
30 203,704 1,477 2,309
3,4106725
2,181887
181,169022
40 187,17 1,602
2,2722
3,6402594
2,566596
167,610576
60 160,779 1,778
2,2062
3,9230088
3,161822 150,20612
80 133,926 1,903
2,1269
4,0476167
3,621751
138,964896
120 101,983 2,079
2,0085 4,176093 4,32299
5124,53496
9Jumla
h ~ 11,84
18,059
26,316316
19,03629 ~
log a 2,657486735n 0,270392694a 454,4506565
PUH 20 Tahunan
t Ilog t log I log t . log
l(log t)^2
I Sherman
(menit)
(mm/jam) (mm/jam)
5 254,641 0,699
2,4059
1,6816713
0,488559
295,567262
10 243,996 1 2,3874
2,3873827 1 245,74485
6
20 224,997 1,301
2,3522
3,0602515
1,692679
204,320782
30 206,368 1,477
2,3146
3,4190082
2,181887
183,406613
40 189,886 1,602
2,2785
3,6502806
2,566596
169,879372
60 163,397 1,778
2,2132
3,9354847
3,161822
152,490608
80 136,107 1,903
2,1339
4,0609692
3,621751
141,243592
120 103,644 2,079
2,0155
4,1906809
4,322995
126,785972
Jumlah ~ 11,8
418,10
126,38572
919,0362
9 ~
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 34
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
log a 2,656809701n 0,266325266a 453,7427519
PUH 25 Tahunan
t Ilog t log I log t . log
l(log t)^2
I Sherman
(menit)
(mm/jam) (mm/jam)
5 255,515 0,699
2,4074
1,6827121
0,488559
296,717154
10 245,391 1 2,3899 2,389859 1 247,25269
4
20 226,924 1,301
2,3559
3,0650703
1,692679
206,034245
30 208,488 1,477
2,3191
3,4255624
2,181887
185,186546
40 192,051 1,602
2,2834
3,6581702
2,566596
171,687148
60 165,492 1,778
2,2188
3,9453223
3,161822
154,314881
80 137,852 1,903
2,1394 4,071498 3,62175
1143,06591
1
120 104,973 2,079
2,0211 4,202184 4,32299
5128,58970
1Jumla
h ~ 11,84
18,135
26,440378
19,03629 ~
log a 2,656243127n 0,263102095a 453,1511927
4.6.3 Metode Ishiguro (1953)
Rumus :
I = a√t +b (4.28)
Dimana :
I : Intensitas hujan (mm/ jam)
t : Durasi waktu (menit )
a,b :Konstanta
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 35
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
N : Banyak data
a = (∑ I √ t ) (∑ I 2 )−( ∑I 2 √t )(∑ I )N (∑ I ² )−(∑ I ) ² (4.29)
b = (∑ I ) (∑ I √ t❑)−N ( ∑I 2 √ t )N (∑ I ² )−(∑ I ) ² (4.30)
Contoh 4.9 : Perhitungan Lengkung Intensitas Metode Ishiguro (1953) PUH 5 Tahunan
Intensitas didapat dari perhitungan lengkkung dalam Tabel 4.16
o Konstanta a, persamaan (4.29)
a = (7704,53 x 275311)−(1315577,11 x1429,02)(8x 275311)−(1429,02)² = 1503,48
o Konstanta b, persamaan (4.30)
b = (1429,02 x7704,53 )−(1315577,11)(8 x275311 )−(1429,02) ² = 60,43
o Intensitas Ishiguro menggunakan persamaan (4.28)
I = 1503,48√5+60,43
=732,81 mm/ jam
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel 4.19 berikut :
Tabel 4.19 Lengkung Intensitas Ishiguro
PUH 5 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 248,28 61643,1
2,23607
555,172
137838,157
732,81918
10 234,037 54773,5
3,16228
740,091
173209,061
535,88336
20 211,551 44753,8
4,47214
946,084
200145,042 396,6287
30 191,778 36779 5,47723
1050,41
201446,645
334,93659
40 175,109 30663 6,3245 1107,4 193929,88 298,1607
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 36
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
6 8 5 8
60 149,257 22277,7
7,74597
1156,14
172562,559
254,53788
80 124,329 15457,7
8,94427
1112,03
138257,665
228,53345
120 94,6747 8963,31
10,9545
1037,11 98188,094 197,6874
Jumlah 1429,02 275311 ~ 7704,5
31315577,1
1 ~
a 1503,489565b 60,43821006
PUH 10 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 251,682 63343,6
2,23607
562,777
141640,702
783,20783
10 239,322 57275,2
3,16228
756,804
181120,179
573,03389
20 218,62 47794,6
4,47214
977,697
213743,803
424,41846
30 199,406 39762,8
5,47723
1092,19
217789,807
358,57939
40 182,806 33417,9
6,32456
1156,16
211353,562
319,33149
60 156,589 24520,2
7,74597
1212,93
189932,476
272,77623
80 130,436 17013,6
8,94427
1166,66
152174,497
245,02378
120 99,3254 9865,54
10,9545
1088,06
108071,576
212,10424
Jumlah 1478,19 292994 ~ 8013,2
8 1415826,6 ~
a 1604,554848b 65,62909092
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 37
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
PUH 15 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 253,524 64274,5
2,23607
566,897
143722,081
812,49414
10 242,224 58672,5
3,16228 765,98 185538,78
4594,6557
3
20 222,565 49535,1
4,47214 995,34 221527,54
9440,6207
2
30 203,704 41495,3
5,47723
1115,73 227279,38 372,3806
7
40 187,17 35032,7
6,32456
1183,77
221566,058
331,70151
60 160,779 25849,8
7,74597
1245,39
200232,055
283,44852
80 133,926 17936,2
8,94427
1197,87
160426,551
254,68401
120 101,983 10400,5
10,9545
1117,17
113932,037
220,56398
Jumlah 1505,88 303197 ~ 8188,1
51474224,4
9 ~
a 1663,068509b 68,74729532
PUH 20 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 254,641 64841,9
2,23607
569,394
144990,784
830,96369
10 243,996 59534,1
3,16228
771,583
188263,215
608,30333
20 224,997 50623,5
4,47214
1006,22
226395,031
450,85868
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 38
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
30 206,368 42587,9
5,47723
1130,33 233263,28 381,1081
1
40 189,886 36056,5
6,32456
1200,94
228041,399 339,5285
60 163,397 26698,7
7,74597
1265,67
206807,384 290,2074
80 136,107 18525,2
8,94427
1217,38
165694,726
260,80617
120 103,644 10742,1
10,9545
1135,36
117673,399
225,93089
Jumlah 1523,04 309610 ~ 8296,8
71511129,2
2 ~
a 1699,881274b 70,75366863
PUH 25 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 255,515 65288 2,23607
571,349
145988,478
845,82455
10 245,391 60216,8
3,16228
775,995
190422,343
619,29113
20 226,924 51494,4
4,47214
1014,83 230289,77 459,1078
30 208,488 43467 5,47723
1141,93
238078,794
388,14396
40 192,051 36883,6
6,32456
1214,64
233272,215
345,84109
60 165,492 27387,7
7,74597 1281,9 212144,12
9295,6620
7
80 137,852 19003,3
8,94427
1232,99
169970,543
265,74943
120 104,973 11019,3
10,9545
1149,92
120710,007
230,26751
Jumlah 1536,69 314760 ~ 8383,5
51540876,2
8 ~
a 1729,449884b 72,39105332
Dari ketiga perhitungan metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Kemudian dapat dihitung selisih nilai terkecil yang mendekati nol, dalam tabel 4.20 berikut :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 39
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.20 Perbandingan Lengkung Intensitas
PUH 5 Tahunan
t I TalbotBeda
ShermanBeda
IshiguroBeda(menit
)(mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/
jam)
5 248,2803 254,106 5,826045 287,1606 38,880
3732,8191
8484,53
9
10 234,0374 237,681 3,643411 235,0613 1,0238
5535,8833
6301,84
6
20 211,5509 210,471 -1,07988 192,4143 -
19,137 396,6287 185,078
30 191,7784 188,851 -2,92714 171,1506 -
20,628334,9365
9143,15
8
40 175,1086 171,259 -3,8492 157,5047 -17,604
298,16078
123,052
60 149,2573 144,364 -4,89351 140,0989 -
9,1583254,5378
8105,28
1
80 124,3289 124,769 0,440336 128,9288 4,5998
8228,5334
5104,20
5
120 94,67474 98,1307 3,455927 114,6809 20,006
2 197,6874 103,013
Jml Mutlak ~26,1154
5 ~ 131,037 ~ 1550,1
7
Rata2 Mutlak ~3,26443
1 ~ 16,3796 ~ 193,77
1
PUH 10 Tahunan
t I TalbotBeda
ShermanBeda
IshiguroBeda(menit
)(mm/jam)
(mm/jam)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 251,6816 259,7 8,018313 291,665 39,983
3783,2078
3531,52
6
10 239,3224 243,709 4,386641 240,714 1,3916
1573,0338
9333,71
1
20 218,6197 216,987 -1,63234 198,6637 -19,956 424,41846
205,799
30 199,4061 195,546 -3,85966 177,559 -21,847 358,57939
159,173
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 40
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
40 182,8057 177,962 -4,84398 163,9592 -18,847 319,33149
136,526
60 156,5892 150,834 -5,75524 146,5413 -10,048 272,77623
116,187
80 130,4363 130,883 0,44642 135,3172 4,88091
245,02378
114,587
120 99,32542 103,502 4,176332 120,942 21,616
6212,1042
4112,77
9
Jml Mutlak ~33,1189
4 ~ 138,57 ~ 1710,29
Rata2 Mutlak ~4,13986
8 ~ 17,3212 ~ 213,78
6
PUH 15 Tahunan
t I TalbotBeda
ShermanBeda
IshiguroBeda(menit
)(mm/jam)
(mm/jam)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 253,5241 262,842 9,317804 294,0968 40,572
7812,4941
4 558,97
10 242,2241 247,089 4,864537 243,8339 1,6097
7594,6557
3 352,432
20 222,5647 220,641 -1,92403 202,1612 -
20,404440,6207
2 218,056
30 203,7041 199,307 -4,39684 181,169 -
22,535372,3806
7 168,677
40 187,1702 181,735 -5,43472 167,6106 -19,56 331,7015
1 144,531
60 160,7789 154,494 -6,28511 150,2061 -
10,573283,4485
2 122,67
80 133,9262 134,354 0,428167 138,9649 5,0386
7254,6840
1 120,758
120 101,983 106,57 4,587084 124,535 22,552 220,5639
8 118,581
Jml Mutlak ~ 37,2383 ~ 142,844 ~ 1804,67
Rata2 Mutlak ~4,65478
7 ~ 31,7431 ~ 225,584
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 41
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
PUH 20 Tahunan
t I TalbotBeda
ShermanBeda
IshiguroBeda(menit
)(mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/
jam)
5 254,6406 264,788 10,14749 295,5673 40,926
6830,9636
9576,32
3
10 243,996 249,179 5,183184 245,7449 1,7488
4608,3033
3364,30
7
20 224,9966 222,9 -2,09671 204,3208 -
20,676450,8586
8225,86
2
30 206,3682 201,635 -4,73347 183,4066 -
22,962381,1081
1 174,74
40 189,8855 184,074 -5,81177 169,8794 -
20,006 339,5285 149,643
60 163,3974 156,767 -6,63036 152,4906 -
10,907 290,2074 126,81
80 136,1074 136,515 0,40804 141,2436 5,13616
260,80617
124,699
120 103,6439 108,486 4,842435 126,786 23,142 225,9308
9122,28
7
Jml Mutlak ~39,8534
6 ~ 145,504 ~ 1864,6
7
Rata2 Mutlak ~4,98168
2 ~ 18,188 ~ 233,084
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 42
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
PUH 25 Tahunan
t I TalbotBeda
ShermanBeda
IshiguroBeda(menit
)(mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/
jam)
5 255,5152 288,418 32,90257 296,7172 41,201
9845,8245
5590,30
9
10 245,3912 270,333 24,94207 247,2527 1,8615
1619,2911
3 373,9
20 226,9237 240,21 13,28603 206,0342 -
20,889 459,1078 232,184
30 208,4875 216,126 7,638986 185,1865 -
23,301388,1439
6179,65
6
40 192,051 196,432 4,381385 171,6871 -
20,364345,8410
9 153,79
60 165,4923 166,152 0,659526 154,3149 -
11,177295,6620
7 130,17
80 137,8524 143,96 6,107577 143,0659 5,2135
1265,7494
3127,89
7
120 104,9727 113,611 8,638639 128,5897 23,617 230,2675
1125,29
5
Jml Mutlak ~98,5567
8 ~ 147,626 ~ 1913,2
Rata2 Mutlak ~ 12,3196 ~ 18,4532 ~ 239,15
Metode Sherman
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 43
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
1 2 3 4 5 6 7 80
50
100
150
200
250
300
350
sherman 5 thn I Sherman (mm/jam)sherman 10 thn I Sherman (mm/jam)sherman 15 thn I Sherman (mm/jam)sherman 20 thn I Sherman (mm/jam)sherman 25 thn I Sherman (mm/jam)
Metode Ishiguro
1 2 3 4 5 6 7 80
100
200
300
400
500
600
700
800
900
ishiguro 5 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 10 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 15 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 20 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 25 thn I Ishiguro (mm/jam)
Metode Talbot
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 44
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
1 2 3 4 5 6 7 80
50
100
150
200
250
300
350
talbot 5 thn I Talbot (mm/jam)talbot 10 thn I Talbot (mm/jam)talbot 15 thn I Talbot (mm/jam)talbot 20 thn I Talbot (mm/jam)talbot 25 thn I Talbot (mm/jam)
Dari data diatas, tampak bahwa dengan cara Talbot untuk PUH 5 tahunan diperoleh beda terkecil yang mendekati nol, sehingga cara Talbot digunakan dalam menghitung debit limpasan.
4.7 Perencanaan Jaringan
Dalam perencanaan saluran drainase ini menggunakan sistem drainase utama (Kementrian PU dan Kimpraswil,2003). Saluran dalam sistem ini adalah saluran primer, sekunder, dan tersier. Namun, dalam perencanaan ini menggunakan saluran primer, dan sekunder. Pembuatan jaringan saluran disesuaikan dengan kondisi medan dan jalan yang ada (elevasi muka tanah). Pada saluran ini menggunakan saluran terbuka yang permukaannya terbuat dari beton dengan blok pelayanan (sub area) sebanyak 4 blok (gambar terlampir).
4.7.1 Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran (c) berbeda – beda sesuai tata guna lahan dan faktor – faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan didalam sungai terutama kelembaban tanah. Menetapkan harga koefisien pengaliran (c) sesuai dengan tata guna lahan yang dilewati saluran pada tiap sub blok yang akan dilayani (peta tata guna lahan terlampir dan nilai c lampiran pustaka, 1). Tahapan dalam perhitungannya sebagai berikut :
Menentukan nilai c dari kondisi lahan yang ada
Menghitung luas (A) dalam persen, untuk mempermudah perhitungannya
A% = C1/∑C x 100%
Menghitung luas wilayah setiap koefisien pengalirannya
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 45
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
A = Luas wilayah area yang dilayani x A% / 100
Harga A dan C dikalikan, kemudian dijumlah dan didapat harga C gabungan
Tabel 4.21 Koefisien Pengaliran Saluran Sekunder
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
1--3 54,4Pemukiman 0,55 44 23,936 13,1648
0,474Jasa 0,5 40 21,76 10,88
Perusahaan 0,2 16 8,704 1,7408Jumlah 1,25 100 54,4 25,7856
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
C A A C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
5--4 21,4Pemukiman 0,55 44 9,416 5,1788
0,474Jasa 0,5 40 8,56 4,28
Perusahaan 0,2 16 3,424 0,6848Jumlah 1,25 100 21,4 10,1436
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
3--9 24,4Pemukiman 0,55 44 10,736 5,9048
0,474Jasa 0,5 40 9,76 4,88
Perusahaan 0,2 16 3,904 0,7808Jumlah 1,25 100 24,4 11,5656
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
C A A C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
4--8 69,8Pemukiman 0,55 44 30,712 16,8916
0,474Jasa 0,5 40 27,92 13,96
Perusahaan 0,2 16 11,168 2,2336Jumlah 1,25 100 69,8 33,0852
Tabel 4.22 Koefisien Pengaliran Saluran Primer
JalurLuas Tipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
3--4 54,4 Pemukima 0,55 44 23,936 13,1648 0,474
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 46
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
nJasa 0,5 40 21,76 10,88
Perusahaan 0,2 16 8,704 1,7408Jumlah 1,25 100 54,4 25,7856
JalurLuas Tipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
5--4 24,4
Pemukiman 0,55 44 10,736 5,9048
0,474Jasa 0,5 40 9,76 4,88Perusahaan 0,2 16 3,904 0,7808
Jumlah 1,25 100 24,4 11,5656
JalurLuas Tipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
6--4 21,4
Pemukiman 0,55 44 9,416 5,1788
0,474Jasa 0,5 40 8,56 4,28Perusahaan 0,2 16 3,424 0,6848
Jumlah 1,25 100 21,4 10,1436
JalurLuas Tipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
8--7 69,8
Pemukiman 0,55 44 30,712 16,8916
0,474Jasa 0,5 40 27,92 13,96Perusahaan 0,2 16 11,168 2,2336
Jumlah 1,25 100 69,8 33,0852
4.7.2 Slope Limpasan (So) dan Slope Saluran (Sd)
Slope limpasan adalah jarak terjauh panjang limpasan saluran. Sedangkan slope saluran adalah panjang saluran. Dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
So = ΔET/Lo (4.33)
Keterangan :
So : Slope limpasan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 47
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
ΔET : Elevasi tanah awal – Elevasi tanah akhir
Lo : Panjang limpasan
Sd = ΔET/Ld (4.34)
Keterangan :
Sd : Slope saluran
ΔET : Elevasi tanah awal – Elevasi tanah akhir
Lo : Panjang saluran
4.7.3 Waktu Konsentrasi (Tc)
Menurut Suripin (2003), waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik control) setelah tanah jenuh dan depresi – depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap DAS secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Salah satu metode yang telah dikembangkan oleh Kirpich (1940),
Tc = (0,87 x Ld2 / 1000 x Sd)0,385 (4.35)
4.7.4 Perhitungan Debit Limpasan
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum dipakai adalah metode rasional USSCS (1973). Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al, 1986). Persamaan matematik metode rasional dinyatakan dengan :
Q = 0,002778 x C x I x A
Dimana :
Q : Debit limpasan (m3/s)
C : Koefisien pengaliran (0 ≤ C ≤ 1)
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas daerah tangkapan (ha)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 48
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.23 Debit Limpasan Saluran Sekunder
JalurLo Ld
Elevasi Muka Tanah
So SdTc I
CA Q
Awal Akhir
(m) (m) (m) (m) (menit
(mm/jam) (ha) (m^3/
s)
1--3 1266 1160 118 112,3 0,0045 0,004914 38,22 174,14 0,474 24,18 5,6369
1
5--4 686 527 113 112,5 0,00073
0,000949 48,07 159,28 0,474 10,12 2,1607
4
3--9 949 527 112,3 110,8 0,00158
0,002846 45,81 162,46 0,474 23,3 5,0727
2
4--8 1002 580 112,5 110,6 0,0019 0,003276 44,54 164,31 0,474 31,36 6,9042
1
Tabel 4.24 Debit Limpasan Saluran Primer
JalurLo Ld
Elevasi Tanah
So SdTc I
CA Q
Awal Akhir
(m) (m) (m) (m) (menit
(mm/jam) (ha) (m^3/
s)
3--4 949 685 112,5 112,3 0,00021
0,000292 99,51 112,646 0,474 24,18 3,5866
9--8 1160 738 110,8 110,6 0,00017
0,000271 125,5 97,6032 0,474 53,77 6,9105
86--4 686 422 112,8 112,5 0,0004 0,00071 58,52 148,862 0,474 64,97 12,735
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 49
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4 1 2
8--7 1898 632 110,8 110,6 0,00011
0,000316 221,6 65,3196 0,474 21,07 1,8122
5
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 50
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4.7.5 Perhitungan Dimensi Saluran
Pada perencanaan ini digunakan dimensi saluran berbentuk segi empat. Dengan mengacu pada Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), bentuk saluran penampang efektif perencanaan adalah bentuk segi empat. Urutan dalam perhitungannya adalah sebagai berikut :
h : Kedalaman (m)
h : 0,917( Q / S0,5)3/8 (4.37)
b :Lebar saluran
b : 2 x h (4.38)
A : Luas penampang
A : b x h (4.39)
v : Kecepatan saluran
Kecepatan saluran dihitung menggunakan rumus Manning (1889),
v = (1/n) x R2/3 x Sd1/2 (4.40)
Dimana :
Angka kekasaran (n) menggunakan permukaan beton, n = 0,013
Radius hidrolik (R) = 0,5 x h
Kontrol kecepatan menggunakan rumus kecepatan aliran menurut Metcalf and eddy (1999) :
Q = V/A (4.41)
Tabel 4.25 Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 51
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
SaluranQ
Sdh R b A v v
kontrol(m3/
s) (m) (m) (m) (m2) (m/s) (m/s)
1--3 5,545 0,0049
0,93
0,466
1,865
1,739
3,242
3,24202
5--4 2,123 0,0009
0,89
0,443
1,772
1,569
1,377
1,37676
3--9 4,985 0,0028
0,99
0,496
1,986
1,972
2,573 2,573
4--8 6,785 0,0033
1,09
0,543
2,171
2,357 2,93 2,9295
4
Tabel 4.26 Perhitungan Dimensi Saluran Primer
SaluranQ
Sdh R b A v v
kontrol(m3/
s) (m) (m) (m) m2 (m/s) (m/s)
3--4 3,508 0,0003
1,34
0,668
2,672
3,571
1,004
1,00449
9--8 6,75 0,0003
1,73
0,866
3,465
6,005
1,151
1,15085
6--4 12,3 0,0007
1,82
0,909
3,637
6,615
1,925 1,9251
8--7 1,765 0,0003
1,02
0,509
2,038
2,076
0,873
0,87286
4.8 Perhitungan Elevasi saluran
Tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut:
Mengetahui panjang saluran
Mengetahui elevasi muka tanah awal dan akhir
Slope saluran persamaan (4.34)
Kedalaman saluran
Freeboard saluran (fb) = (c x h)0,5 (4.42)
Kehilangan energy akibat gesekan (Hf)
Sd x Ld (4.43)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 52
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Elevasi dasar saluran awal
Eawal – h – fb (4.44)
Elevasi dasar saluran akhir
Eakhir – h – fb (4.45)
Kedalaman awal = Eawal – Esaluran awal (4.46)
Keadalaman akhir = Eakhir – Esaluran akhir (4.47)
Elevasi muka akhirawal = Esaluran awal – h (4.48)
Elevasi muka akhirakhir = Esaluran akhir – h (4.48)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 53
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.27 Perhitungan Elevasi Saluran Sekunder
Saluran
Ld Elevasi Muka Tanah Sd h
FbHf Elevasi Dasar
Saluran Kedalaman Elevasi Muka Air
(m) Awal Akhir (m) (m) (m) Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1 2 3 4 5 6=(C*h)^0,5 7=1*4 8=2-5-
69=3-5-
610=2
-811=3-
912=8-
5 13=9-5
1--3 1160 118 112,3 0,0049
0,93 0,463 5,7 116,6 110,90
5 1,395 1,395 115,67
109,9721
5--4 527 113 112,5 0,0009
0,89 0,451 0,5 111,66 111,16
3 1,337 1,337 110,78
110,2769
3--9 527 112,3 110,8 0,0028
0,99 0,478 1,5 110,83 109,32
9 1,471 1,471 109,84
108,3364
4--8 580 112,5 110,6 0,0033
1,09 0,5 1,9 110,91 109,01
5 1,585 1,585 109,83
107,9293
Tabel 4.28 Perhitungan Elevasi Saluran Primer
Saluran
Ld Elevasi Tanah Sd hFb Hf
Elevasi Dasar Saluran Kedalaman Elevasi Muka
Air
(m) Awal Akhir (m) (m) Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1 2 3 4 5 6=(C*0,5)^0,5 7=1*4 8=2-5-
69=3-5-
610=2
-811=3-
912=8-
5 13=9-5
3--4 685 112,5 112,3 0,0003
1,34 0,554 0,2 110,61 110,40
9 1,891 1,891 109,27
109,0734
9--8 738 110,8 110,6 0,0003
1,73 0,631 0,2 108,44 108,23
6 2,364 2,364 106,7 106,5032
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 54
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
6--4 422 112,8 112,5 0,0007
1,82 0,647 0,3 110,33 110,03
5 2,465 2,465 108,52
108,2158
8--7 632 110,8 110,6 0,0003
1,02 0,484 0,2 109,3 109,09
7 1,503 1,503 108,28
108,0782
Profil Hidrolis
Tabel 4.29 Profil Hidrolis saluran 1--3
Keterangan SaluranPanjang Saluran Elevasi
(m) (m)Elevasi Muka Tanah 1 0 118
3 1160 112,3Elevasi Dasar Saluran 1 0 116,6
2 1160 110,9
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 55
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
0 200 400 600 800 1000 1200 1400106
108
110
112
114
116
118
120
Profil Hidrolis Pipa Sekunder Jalur 1 - 2
Elevasi Muka TanahElevasi Dasar Saluran
Panjang Pipa (m)
Elev
asi (
m)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 56
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4.9 Bangunan Pelengkap
4.91 Gorong – gorong ( Culvert )
Gorong – gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati
jalan raya, jalan kereta api, ataun timbunan lainnya ( Suripin, 2003)
Tahapan perhitungan gorong – gorong :
Mengetahui debit di saluran tersebut
Slope saluran ( Sd )
Kecepatan saluran (v saluran )
Lebar saluran ( h saluran )
Kecepatan di gorong – gorong, asumsi harus lebih cepat daripada di v saluran, untuk
mencegah terjadinya penyumbatan
Panjang gorong – gorong
Luas gorong – gorong
A = Qsal / Vgor (4.49)
Lebar gorong – gorong ( hgor)
Hgor = (Agor / 2)0,5 (4.50)
Tinggi gorong – gorong ( bgor )
Bgor = 2 x hgor (4.51)
Kehilangan tekanan di inlet gorong – gorong (Hf in )
Hf in = 0,25 x (Vgor – Vsal)2/2 x g (4.52)
Kehilangan tekanan di outlet(Hf out)
Hf out = 0,5 x (Vgor – Vsal)2 / 2 x g (4.53)
Kehilangan tekanan akibat gesekan (Hf gesek)
Hf gesek = Sd x Pgor (4.54)
Kehilangan total (Hf total)
Hf total = Hf in + Hf out + Hf gesek (4.55)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 57
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.29 Perhitungan Gorong – gorong dan Hf Saluran Sekunder
Saluran
QSd
Dimensi Saluran Dimensi Gorong-gorong Kehilangan Tekananv
saluranh
saluranv
gorongP
gorongA
gorongh
gorongb
gorong Hf in Hf out
Hf gesek Hf total
(m3/det) (m/det) (m) (m/det) (m) (m2) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (cm)
1--3 5,637 0,0049 3,24198 0,93239 3,5 8 1,6105
40,8973
7 1,79474 0,0008
0,002
0,03931
0,042
4,186
5--4 2,161 0,0009 1,37675 0,885843 3,5 8 0,6173
50,5555
9 1,11117 0,0574
0,115
0,00759 0,18 17,9
9
3--9 5,073 0,0028 2,57297 0,992855 3,5 8 1,4493
50,8512
8 1,70256 0,011 0,022
0,02277
0,056
5,562
4--8 6,904 0,0033 2,92951 1,085531 3,5 8 1,9726
30,9931
3 1,98627 0,0041
0,008
0,02621
0,039
3,865
Tabel 4.30 Perhitungan Gorong – gorong dan Hf Saluran Primer
Saluran
QSd
Dimensi Saluran Dimensi Gorong-gorong Kehilangan Tekananv
saluran
h saluran
v goron
g
p gorong
A gorong
h gorong
b gorong Hf in Hf
outHf
gesek Hf total
(m3/det) (m/det) (m) (m/
det) (m) (m2) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (cm)
3--4 3,587 0,0003
1,00448
1,336144 3,5 10 1,0247
4 0,7158 1,4316 0,0794 0,159 0,00292 0,24
1 24,1
9--8 6,911 0,0003
1,15083 1,73274 3,5 10 1,9744
50,9935
91,9871
80,070
3 0,141 0,00271 0,214
21,37
6--4 12,74 0,0007
1,92508
1,818702 3,5 10 3,6386
41,3488
22,6976
40,031
6 0,063 0,00711 0,102
10,19
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 58
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
8--7 1,812 0,0003
0,87285
1,018876 3,5 10 0,5177
90,5088
21,0176
30,087
9 0,176 0,00316 0,267 26,7
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 59
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4.9.2 Lubang Pemasukan Air (Street inlet)
Street inlet adalah lubang disisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan yang berada disepanjang jalan menuju kedalam saluran (Modul
Hidrologi,2007).
Rumus : DSL = 280/W x √So
DSL : Distance atau jarak antar street inlet (m), D ≤ 50 m
W : Lebar jalan
So : Slope limpasan
Tabel 4.31 Street Inlet Saluran Sekunder
SaluranLebar Jalan
SoJarak
W (m)
1--3 8 0,0045 2,348
5--4 8 0,0007 0,945
3--9 8 0,0016 1,391
4--8 8 0,0019 1,524
Tabel 4.32 Street Inlet Saluran Primer
Saluran
Lebar JalanSo
JarakW (m)
3--4 10 0,0002 0,4069--8 10 0,0002 0,3686--4 10 0,0004 0,5868--7 10 0,0001 0,287
4.9.3 Lubang Pemeriksaan (Manhole)
Dalam perencanaan drainase, manhole disamakan dengan perhitungan sewerage di
BAB V. Fungsi dari manhole di saluran drainase, yaitu untuk mengecek saluran tersebut,
karena system dalam perencanaan ini adalah saluran terbuka dengan penutup. Sehinggga
perlu dikontrol keadaan di dalam saluran tersebut. Dengan asumsi dalam perencanaan ini,
saluran yang terpisah dengan jarak manhole yang berdekatan.
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 60
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 61
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
BAB V
PERENCANAAN SEWERAGE
5.1 Periode Desain
Perencanaan Sewerage dilakukan dengan selang waktu 20 tahun dengan cakupan
wilayah 80%, dan dimulai dari tahun 2009 – 2029. Untuk itu, diperlukan proyeksi kebutuhan
air di masa mendatang.
Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas – fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk
kepentingan perencanaan, perancangan dan evaluasi penyediaan air bersih . kebutuhan akan
air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk di
masa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk
(termasuk juga fasilitas – fasilitasnya). Walaupun proyeksi bersifat ramalan/ probabilitas,
dimana kebenaran dan ketelitiannya bersifat subjektif, namun bukan berarti tanpa
perhitungan dan metoda.
Data penduduk masa lampau sangat penting untuk menentukan proyeksi penduduk
pada masa yang akan datang. Jadi, pada dasarnya proyeksi penduduk pada masa yang akan
datang sangat tergantung pada data penduduk saat sekarang ataupun pada masa lalu. Analisa
pertambahan penduduk daerah perencanaan dilakukan berdasarkan metode pendekatan
aritmatik, geometrik, dan eksponensial sesuai dengan PERMEN RI (2007). Urutan dalam
perhitungannya adalah sebagai berikut :
5.1.1 Data Statistik
Untuk data statistik kecamatan Jetis dihitung 10 tahun kebelakang, yaitu dari tahun 1998
– 2007. Data diambil dari BPS Kota Yogyakarta (2008). Pertambahan jumlah penduduk
mengikuti aturan PERMEN (2007) :
Pertambahan per-tahun = Jumlah jiwa setelahnya – Jumlah jiwa sebelumnya
= P0 – P1 (5.1)
Jumlah jiwa dalam persen (%) = Jumlah jiwa/ P0 x 100 (5.2)
Persentase pertambahan penduduk rata – rata per tahun (r) =
= Jumlah jiwa (%)/ n – 1 (5.3)
Tabel 5.1 Data Statistik Penduduk Kecamatan Jetis
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 62
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tahun Jumlah PendudukPertumbuhan
PendudukJiwa Persen
2001 37142 193 0,519632002 37335 -464 -1,24282003 36871 271 0,734992004 37142 1126 3,031612005 38268 -14532 -37,9742006 23736 2302 9,698352007 26038 11774 45,21852008 37812 178 0,470752009 37990 564 1,48462010 38554 0
Jumlah ~ 1412 21,4217Selanjutnya untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk menghitung
proyeksi 20 tahun mendatang, terlebih dahulu menghitung proyeksi mundur 10 tahun ke
belakang, kemudian dicari standar deviasi yang paling kecil yang akan digunakan untuk
menghitung proyeksi penduduk 20 tahun mendatang.
5.1.2 Perhitungan Mundur
a. Metode Aritmatik
Menggunakan rumus PERMEN (2007), Pn = P0 – Ka (Ta – T0) (5.4)
Untuk menghitung konstanta aritmatik, Ka = Pn - P0 / Ta - T0 (5.5)
b. Metode Geometrik
Menggunakan rumus PERMEN (2007), Pn = P0 x (1+r)Ta-To (5.6)
c. Metode Eksponensial
Menggunakan rumus PERMEN (2007), Pn = P0 x ern (5.7)
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk tahun ke – n
P0 : Jumlah penduduk pada tahun dasar
Ka : Konstanta aritmatik
Ta : Tahun ke – n
To : Tahun dasar
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 63
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
e : Bil. Eksponensial (2,7182818)
r : Pertambahan penduduk rata – rata
n : Interval waktu
x : Tahun ke – n
Tabel 5.2 Perhitungan Statistik Jumlah Kecamatan Jetis
Tahun Tahun ke (X) Y XY X^2
2001 1 37142 37142 12002 2 37335 74670 42003 3 36871 110613 92004 4 37142 148568 162005 5 38268 191340 252006 6 23736 142416 362007 7 26038 182266 a2008 8 37812 302496 642009 9 37990 341910 812010 10 38554 385540 100
Jumlah 55 350888 1916961 336
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Mundur
Tahun Jumlah Penduduk Hasil Perhitungan Mundur
(X) (Y) Aritmatik Geometrik Exponensial2001 37142 37142 31198,47142 31120,285032002 37335 37298,88889 31940,99504 31869,832032003 36871 37455,77778 32701,19072 32637,432232004 37142 37612,66667 33479,47906 33423,520462005 38268 37769,55556 34276,29066 34228,541992006 23736 37926,44444 35092,06638 35052,952862007 26038 38083,33333 35927,25756 35897,220062008 37812 38240,22222 36782,32629 36761,821832009 37990 38397,11111 37657,74565 37647,247962010 38554 38554 38554 38554
Jumlah 350888
5.1.3 Perhitungan Deviasi Standar
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 64
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Dari perhitungan mundur ketiga metode tersebut, maka dapat dicari harga deviasi terkecil untuk menentukan metode yang digunakan dalam proyeksi 20 tahun mendatang. Mengikuti aturan PERMEN (2007), untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :
Data statistik jumlah penduduk telah diketahui, mencari rata – rata jumlah penduduk ( Y mean), Y mean = ∑Y/n (5.10)
Data hasil perhitungan mundur ( Yi )
Standar deviasi (S)
S=√∑(Yi−Ymean)²n
(5.11)
Tabel 5.4 Deviasi Standar dari Hasil Perhitungan Aritmatik
TahunTahun ke Statistik
JumlahHasil
Perhitungan Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2(X) Penduduk Aritmatik (Yi)
2001 1 37142 37142 2053,2 4215630,242002 2 37335 37298,88889 2210,088889 4884492,8972003 3 36871 37455,77778 2366,977778 5602583,82004 4 37142 37612,66667 2523,866667 6369902,9512005 5 38268 37769,55556 2680,755556 7186450,3492006 6 23736 37926,44444 2837,644444 8052225,9932007 7 26038 38083,33333 2994,533333 8967229,8842008 8 37812 38240,22222 3151,422222 9931462,0232009 9 37990 38397,11111 3308,311111 10944922,412010 10 38554 38554 3465,2 12007611,04
Jumlah 55 350888 ~ ~ 78162511,59Ymean 35088,8 ~ ~ ~
Standar Deviasi ~ ~ ~ 2946,99
Tabel 5.5 Deviasi Standar dari Hasil Perhitungan Geometrik
TahunTahun ke Statistik
JumlahHasil
Perhitungan Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2(X) Penduduk Geometrik
(Yi)2001 1 37142 31198,47142 -3890,328582 15134656,482002 2 37335 31940,99504 -3147,804962 9908676,08
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 65
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
2003 3 36871 32701,19072 -2387,60928 5700678,0752004 4 37142 33479,47906 -1609,320941 2589913,8922005 5 38268 34276,29066 -812,5093396 660171,42692006 6 23736 35092,06638 3,266378121 10,669226032007 7 26038 35927,25756 838,4575579 703011,07642008 8 37812 36782,32629 1693,526288 2868031,2872009 9 37990 37657,74565 2568,945653 6599481,772010 10 38554 38554 3465,2 12007611,04
Jumlah 55 350888 ~ ~ 56172241,79Ymean 35088,8 ~ ~ ~
Standar Deviasi ~ ~ ~ 2498,27
Tabel 5.6 Deviasi Standar dari Hasil Perhitungan Eksponensial
TahunTahun ke Statistik
JumlahHasil
Perhitungan Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2(X) Penduduk Exponensial (Yi)
2001 1 37142 31120,28503-
3968,514973
15749111,09
2002 2 37335 31869,83203-
3218,967969
10361754,79
2003 3 36871 32637,43223-
2451,367765
6009203,921
2004 4 37142 33423,52046-
1665,279542
2773155,954
2005 5 38268 34228,54199-
860,2580068
740043,8382
2006 6 23736 35052,95286-
35,84714125
1285,017535
2007 7 26038 35897,22006 808,4200557
653542,9865
2008 8 37812 36761,82183 1673,021833
2799002,055
2009 9 37990 37647,24796 2558,44796 6545655,964
2010 10 38554 38554 3465,2 12007611,04
Jumlah 55 350888 ~ ~ 57640366,6
6
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 66
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Ymean 35088,8 ~ ~ ~Standar Deviasi ~ ~ ~ 2530,71
Dari perhitungan ketiga metode tersebut, maka dapat dilihat bahwa harga standar deviasi terkecil adalah metode geometrik. Sehingga metode ini digunakan untuk perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan jetis 20 tahun mendatang.
5.1.4 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Menggunakan metode geometrik persamaan (5.6). Perhitungannya dapat dilihat dalam tabel 5.7 berikut :
Tabel 5.7 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang Metode Geometrik
2011 1 39471,58522012 2 40411,008932013 3 41372,790942014 4 42357,463362015 5 43365,570992016 6 44397,671582017 7 45454,336172018 8 46536,149372019 9 47643,709722020 10 48777,630012021 11 49938,537612022 12 51127,07482023 13 52343,899182024 14 53589,683982025 15 54865,118462026 16 56170,908282027 17 57507,77592028 18 58876,460962029 19 60277,720742030 20 61712,330492031 21 63181,08396
5.1.5 Proyeksi Fasilitas Umum (Fasum)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 67
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Dalam perhitungan proyeksi fasilitas umum, jumlah unit diasumsikan dengan alasan untuk memperhitungkan fasum tidak bias diramalkan jumlah tahun mendatang, Karena tidak konstan dalam pertambahannya. Dalam tabel 5.8, macam – macam fasilitas umum dan jumlah unit tahun 2009 berasal dari BPS Kota Yogyakarta (2008) dengan asumsi tidak ada penambahan pada tahun 2009, sedangkan tahun selanjutnya asumsi.
Tabel 5.8 Proyeksi Fasilitas Umum
Fasilitas Umum
Tahun Kapasitas Kebutuhan2011 2016 2021 2026 2031
(Unit) (Jiwa) (L/org/hari)
Masjid 26 26 28 29 30 50 30Pesantren 10 10 13 13 14 100 120Koramil 8 8 8 8 8 60 50SD Negeri 9 10 10 12 12 150 40Kantor Kecamatan 3 3 3 3 3 40 50
SLTP 7 8 9 9 9 200 50Pertokoan 160 163 165 167 170 30 20Pasar Kecamatan 5 5 5 5 5 70 15
Kantor Polisi 9 9 9 9 9 40 50Puskesmas 3 3 4 5 6 50 300Kantor Desa 5 5 5 5 5 40 50
5.2 Perencanaan Pipa
Seperti yang dijelaskan di 3.2.3, perencanaan ini menggunakan sistem gravitasi. Penyalurannya dibagi dalam 6 blok (gambar terlampir). Untuk menghitung debit puncak (Qpeak) air buangan total tahapan perhitungannya sebagai berikut :
5.2.1 Debit Buangan
Dalam perhitungan debit buangan, terbagi menjadi 2 yaitu perhitungan debit air buangan domestik dan non domestik. Untuk debit air buangan domestik berasal dari masyarakat (Sugiarto,1987). Sedangkan non domestik berasal dari fasilitas umum seperti jasa, lembaga, dsb. Dalam menghitungan debit buangan domestik, urutannya adalah :
Menentukan luas wilayah pelayanan (ha)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 68
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Jumlah penduduk daerah pelayanan
¿ Luas daerah pelayanan x penduduk tahun proyeksiLuas total wilayah (5.12)
Debit air bersih
Q air bersih = Jumlah penduduk daerah pelayanan x Keb. Air/ jiwa/ hari (5.13)
Debit air buangan
Q air buangan = Q air bersih x Faktor kebocoran (5.14)
Sedangkan untuk perhitungan debit air buangan non domestik, urutannya :
Jumlah unit fasum
Rata – rata jumlah jiwa/unit
Kapasitas jiwa/unit
Kebutuhan air
Debit air buangan
Q air buangan = Jumlah unit x Rata – rata jumlah jiwa/unit x kapasitas unit (5.15)
Debit total air buangan
Q total = Q air buangan x faktor kebocoran (5.16)
Tabel 5.9 Debit Air Buangan Domestik
Blok Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Q Air Bersih Q Air Buangan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 69
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
(Ha) (Jiwa) (l/hari) (m3/s) (m3/s)
I 54,4 20217,92 3032688
0,0351 0,028080444
II 24,4 9068,331765 1360250
0,0157 0,012594905
III 43,1 16018,24176 2402736
0,0278 0,022247558
IV 48,1 17876,50647 2681476 0,031 0,024828481
Total 170 63181 9477150
0,1097 0,087751389
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 70
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 71
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 5.10 Debit Air Buangan Non Domestik
BLOK I
Fasilitas Umum Jumlah Kapasitas
Kebutuhan Air
DebitAir Bersih Air Buangan
(Unit) (Jiwa) (l/hari) (l/hari) (m3/s) (m3/s)Masjid 5 50 30 7500 8,68056E-05 6,94444E-05
Pesantren 3 100 120 36000 0,000416667 0,000333333Koramil 2 60 50 6000 6,94444E-05 5,55556E-05
SD Negeri 2 150 40 12000 0,000138889 0,000111111Kantor Kecamatan 1 40 50 2000 2,31481E-05 1,85185E-05
SLTP 2 200 50 20000 0,000231481 0,000185185Pertokoan 26 30 20 15600 0,000180556 0,000144444
Pasar Kecamatan 2 70 15 2100 2,43056E-05 1,94444E-05Kantor Polisi 2 40 50 4000 4,62963E-05 3,7037E-05Puskesmas 1 50 300 15000 0,000173611 0,000138889
Kantor Desa 1 40 50 2000 2,31481E-05 1,85185E-05Total 0,001131481
BLOK II
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 72
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Fasilitas Umum Jumlah Kapasitas
Kebutuhan Air
DebitAir Bersih Air Buangan
(Unit) (Jiwa) (l/hari) (l/hari) (m3/s) (m3/s)Masjid 4 50 30 6000 6,94444E-05 5,55556E-05
Pesantren 2 100 120 24000 0,000277778 0,000222222Koramil 1 60 50 3000 3,47222E-05 2,77778E-05
SD Negeri 2 150 40 12000 0,000138889 0,000111111Kantor Kecamatan 0 40 50 0 0 0
SLTP 1 200 50 10000 0,000115741 9,25926E-05Pertokoan 24 30 20 14400 0,000166667 0,000133333
Pasar Kecamatan 2 70 15 2100 2,43056E-05 1,94444E-05Kantor Polisi 1 40 50 2000 2,31481E-05 1,85185E-05Puskesmas 1 50 300 15000 0,000173611 0,000138889
Kantor Desa 0 40 50 0 0 0Total 0,000819444
BLOK III
Fasilitas UmumJumlah Kapasita
sKebutuhan
AirDebit
Air Bersih Air Buangan(Unit) (Jiwa) (l/hari) (l/hari) (m3/s) (m3/s)
Masjid 5 50 30 7500 8,68056E-05 6,94444E-05Pesantren 2 100 120 24000 0,000277778 0,000222222Koramil 2 60 50 6000 6,94444E-05 5,55556E-05
SD Negeri 2 150 40 12000 0,000138889 0,000111111Kantor Kecamatan 0 40 50 0 0 0
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 73
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
SLTP 1 200 50 10000 0,000115741 9,25926E-05Pertokoan 24 30 20 14400 0,000166667 0,000133333
Pasar Kecamatan 2 70 15 2100 2,43056E-05 1,94444E-05Kantor Polisi 2 40 50 4000 4,62963E-05 3,7037E-05Puskesmas 1 50 300 15000 0,000173611 0,000138889
Kantor Desa 1 40 50 2000 2,31481E-05 1,85185E-05Total 0,000898148
BLOK IV
Fasilitas UmumJumlah Kapasita
sKebutuhan
AirDebit
Air Bersih Air Buangan(Unit) (Jiwa) (l/hari) (l/hari) (m3/s) (m3/s)
Masjid 5 50 30 7500 8,68056E-05 6,94444E-05Pesantren 3 100 120 36000 0,000416667 0,000333333Koramil 2 60 50 6000 6,94444E-05 5,55556E-05
SD Negeri 3 150 40 18000 0,000208333 0,000166667Kantor Kecamatan 1 40 50 2000 2,31481E-05 1,85185E-05
SLTP 2 200 50 20000 0,000231481 0,000185185Pertokoan 30 30 20 18000 0,000208333 0,000166667
Pasar Kecamatan 3 70 15 3150 3,64583E-05 2,91667E-05Kantor Polisi 2 40 50 4000 4,62963E-05 3,7037E-05Puskesmas 2 50 300 30000 0,000347222 0,000277778
Kantor Desa 1 40 50 2000 2,31481E-05 1,85185E-05Total 0,00135787
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 74
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Dari perhitungan tersebut maka dapat dilihat debit domestik dan non domestik setiap blok pada tabel 5.11, berikut :
Blok
Debit (Qr) Air BuanganDomestik Non Domestik Qd +
Qnd(Qd) (Qnd)(m3/s) (m3/s)
I 0,028 0,0013 0,0293II 0,012 0,00081 0,01281III 0,022 0,00089 0,02289IV 0,04 0,0011 0,0411
Total 0,08775139 0,001577604 0,089329
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 75
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
5.2.2 Dimensi Pipa
Dalam menentukan dimensi pipa, urutan perhitungannya mengikuti aturan NSPM (2009), sebagai berikut :
Mengetahui daerah pelayanan
Mengetahui jumlah penduduk di daerah pelayanan
Luas area pelayanan
Pemakaian air bersih/jiwa
Faktor kebocoran
Jumlah kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pelayanan = (Qd + Qnd)
Debit infiltrasi
Densitas penduduk
∑ pend. Thn rencana / T luas daerah pelayanan
Factor puncak (Fp)
Menggunakan metode Babbit, Fp = 5/Penduduk0,107
Angka kekasaran Manning (n), diambil dari Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), dimana diasumsikan air limbah = 0,013
Populasi
P = daerah pelayanan x densitas penduduk
Debit rata – rata air limbah (Qr)
Qr = pemakaian air bersih x factor kebocoran x P
Debit kumulatif (Qkumf)
Qkumf = Qr + Qd+nd
Debit puncak (Qpeak)
Qpeak = Fp x Qkumf
d/D, asumsi tinggi air di pipa perencanaan
Qpeak/Qfull, diketahui dengan d/D lalu diplotkan (lampiran)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 76
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Debit full (Qfull)
Qfull = Qpeak / (Qpeak x Qfull)
Slope saluran, seperti persamaan (4.34)
Diameter pipa (d)
Menggunakan pers. Manning pada kondisi saluran penuh (d/D)
Qfull = 0,318 x d8/3 x Sd0,5 x 1/n
d = (Qfull x n /0,318 x Sd0,5)3/8
Luas penampang, luas lingkaran (A)
A = ¼ π . d2
Kecepatan penuh (Vfull) = Qfull / A
Cek Qp/Qf = Qpeak/Qfull
Diplotkan Vp/Vf ke lampiran untuk mencari nilai d/D, hasilnya harus sama dengan d/D asumsi
Memplotkan Vp/Vf ke lampiran
V peak = Vfull / (Vp/Vf)
Dimana kecepatan antara 6 m/s – 3 m/s (OK)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 77
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 5.12 Perhitungan Dimensi Pipa Sekunder
Jalur
Pipa
LdElevasi
Sd
Area Jumlah Luas Area
Qr AB = Q inf
Fp
Q
Awal Akhir Pelayanan Kumulatif Penduduk Qd + Qnd Kumulatif
(m) (m) (m) Blok (Jiwa) (Ha) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
1~2 1160 102,7 101,5 0,001034 I 15463,61 54,4 0,0108509
10,002
2 1,781 0,013021
2~3 527 101,5 100,5 0,001898 II 7591,4 24,4 0,0197901
3 0,004 1,922 0,023748
4~2 685 102,5 101,5 0,00146 III 8717,04 43,1 0,01244381
0,0025 1,894 0,014933
5~4 422 101,7 100,6 0,002607 IV 13943,34 48,1 0,0219864
40,004
4 1,801 0,026384
Qp d/D Qp/Qf
Q fullDiameter
Cek ACek Cek Cek Cek Cek Cek
Hitungan Pendekatan Q full Qp/Qf d/D vp/vf v full v peak(m3/s) (m3/s) (m) (mm) (m2) (m3/s) (m/s) (m/s)
0,02319322 0,8 1 0,02319 0,268781 250 0,049062
5 0,0207771 1,11628821 0,68 1,18 0,423482 0,4997
0,04564629 0,8 1 0,04565 0,309213 350 0,096162
5 0,0676509 0,67473293 0,61 1,12 0,703506 0,7879
0,02828037 0,8 1 0,02828 0,271423 300 0,07065 0,0397012 0,71233088 0,62 1,13 0,561942 0,635
0,04751808 0,8 1 0,04752 0,295768 350 0,096162
5 0,0792901 0,59929398 0,64 1,15 0,824543 0,9482
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 78
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 5.13 Perhitungan Dimensi Pipa Primer
Jalur Pipa
LdElevasi
Sd
Area JumlahLuas Area
Qr AB = Q inf
Fp
Q
Awal Akhir Pelayanan Kumulatif Penduduk Qd + Qnd Kumulatif
(m) (m) (m) Blok (Jiwa) (Ha) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
4~5 513 103,5 102,5 0,001949 V 5100,473831 21,07 0,00728382 0,0015 2,006 0,008741
5~6 540 102,5 101,7 0,001481 I+III+VI 22244,06931 91,89 0,03181589 0,0064 1,713 0,038179
6~7 243 101,7 101 0,002881 I+II+III+IV+V+VI+VII 63181 261 0,0901006
9 0,018 1,532 0,108121
Qpd/D Qp/Qf
Q fullDiameter
Cek ACek Cek Cek Cek Cek Cek
Hitungan Pendekatan Q full Qp/Qf d/D vp/vf v full v peak(m3/s) (m3/s) (m) (mm) (m2) (m3/s) (m/s) (m/s)
0,01753057 0,8 1 0,01753 0,214898 250 0,0490625 0,028521 0,6146553 0,55 1,08 0,581319 0,6278
0,0654099 0,8 1 0,06541 0,370674 400 0,1256 0,0846666 0,77255874 0,65 1,15 0,674097 0,7752
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 79
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
0,16565961 0,8 1 0,16566 0,463629 500 0,19625 0,2112293 0,7842644 0,65 1,15 1,076328 1,2378
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 80
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
5.3 Penanaman Pipa
Untuk menghitung penanaman pipa, urutan dalam perhitungannya adalah sebagai berikut :
Jalur pipa dan panjang jalur (L)
Elevasi tanah awal dan akhir, slope saluran (Sd) persamaan (4.34)
Diameter pipa
Tinggi penanaman pipa awal (Hawal), asumsi
Selisih tinggi (ΔH) = L x Sd
H akhir pipa = D + ΔH
Elevasi pipa awal = elevasi tanah awal – H akhir pipa
Elevasi pipa akhir = elevasi tanah akhir – H akhir pipa
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 81
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 5.15 Perhitungan Penanaman Pipa Saluran Cabang
Jalur Pipa
LdElevasi Tanah
SdD
H awal Delta H
H akhir Elevasi PipaAwal Akhir Pipa Pipa Awal Akhir
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1~2 1160 118 112,3 0,00491 0,25 1 5,7 5,95 117 106,35
2~3 527 112,3 110,8 0,00285 0,35 1 1,5 1,85 111,3 108,95
4~2 685 112,5 112,3 0,00029 0,3 1 0,2 0,5 111,5 111,8
5~4 422 112,8 112,5 0,00071 0,35 1 0,3 0,65 111,8 111,85
Tabel 5.16 Perhitungan Penanaman Pipa Saluran Induk
Jalur Pipa
LdElevasi Tanah
Sd DH awal Delta
HH akhir Elevasi Pipa
Awal Akhir Pipa Pipa Awal Akhir(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
4~IPAL 580 112,5 110,6 0,00328 0,25 1 1,9 2,15 111,5 108,45
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 82
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
5.4 Bangunan Pelengkap
5.4.1 Lubang Kontrol ( Manhole)
Fungsi manhole sebagai lubang periksa, ventilasi dan pembersihan pada sluran air buangan (NSPM,2009).
Peletakkan manhole :
Pada jalur lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter saluran
Tabel 5.17 Jarak Manhole
Diameter Pipa Jarak Manhole
(mm) (m)
150 25 – 50
200 50 - 100
500 100 – 125
1000 125 – 150
2000 150 – 200
>2000 200
Sumber : Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering (1981)
Syarat utama diameter manhole adalah mudah dimasuki oleh pekerja bila akan dilakukan pemeliharaan saluran, diameter manhole bervariasi sesuai kedalaman saluran.
Tabel 5.18 Diameter Manhole
Kedalaman Diameter
(m) (m)
< 0,8 0,75
0,8 – 2,5 1 – 1,2
>2,5 1,2 – 1,8
Sumber : Metcalf & Eddy, Wastewater Eng (1981)
Detail manhole tertera pada lampiran gambar. Berikut jumlah manhole dalam perencanaan di Kecamatan Jetis.
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 83
Top Related