1. Ruang Kelas
Ruang merupakan suatu tempat berbagai komponen lingkungan hidup menempati dan
melakukan proses, sehingga antara ruang dan komponen lingkungan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Sedangkan kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Atau dapat disimpulkan bahwa Ruang kelas adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai
tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
A. Ruang Kelas Sebagai Suatu Sistem
Sebelum membahas mengenai ruang kelas sebagai suatu system, ada baiknya kita terleih
dahulu mengetahui apa itu system. Secara etimologis, kata system merupakan kata serapan
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sistema, sistemos, yang berasal dari kata synistani.
Adapun kata synistani terdiri dari dua suku kata, yaitu syn dan hystanat. Adapun kata syn
bermakna bersama; sedangkan hystanat memiliki arti sebagai menempatkan. Jadi, synistani
memiliki pengertian sebagai menempatkan bersama. Maka systema itu mengandung arti
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
suatu keseluruhan.
Jika dilihat didalam KBBI edisi ketiga kata system mempunyai tiga arti yaitu: 1)
perangkat unsure yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. 2)
susunan teratur dari pandangan, teori, dan sebagainya. 3) metode. Dari ketiga arti tersebut
dapat disimpulkan bahwa system adalah suatu keteraturan hubungan antar unsure-unsur atau
bagian-bagian sehungga membentuk totalitas.
Bagaimana batasan menurut para ahli tentang defenisi system? Berikut beberapa
pendapat para ahli mengenai defenisi system.
1 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
1) Menurut Winardi didalam bukunya Pengantar tentang Teori Sistem mengatakan
bahwa system merupakan suatu kelompok elemen yang interdependen yang antar-
berhubungan atau saling mempengaruhi satu sama lain. System merupakan suat
konglomerat hal-hal tertentu yang secara keseluruhan membentuk suatu keseluruhan
yang menyatu.
2) Batasan menurut Gabriel A. Almond system diartikan sebagai suatu konsep ekologis
yang menunjukkan adanya suatu organisasi yang berinteraksi dengan suatu
lingkuangan, yang mempengaruhinya maupun dipengaruhinya.
3) Robert M.Z. Lawang menjelaskan system adalah suatu saling ketergantungan antara
satu komponen dankomponen lainnya dalam hubungan timbale balik yang konstan.
Konstan artinya apa yang terjadi kemarin merupakn perulangan dari yang
sebelumnya, dan besok akan diulang kembali dengan cara yang sama. Dan karena
sifatnya konstan inilah, maka pola hubungan interaksi ini memiliki system tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli disatas, mak dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan
suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara interdependen (saling
ketergantungan) dan konstan.
Pengalaman di PPL tentang Ruang Kelas sebagai Suatu Sistem
Pada saat saya sedang menjalankan tugas piket guru di sekolah dasar Al-Mukmin, saya
dapat melihat ruang kelas sebagai suatu sistem. Karena saya melihat bahwa siswa yang di
ajar dan guru yang mengajar memiliki saling ketergantungan dan tak dapat dipisahkan.
Ketika ada di salah satu kelas yang gurunya tidak datang, maka para murid dikelas
tersebut akan tak terkendali dan membuat keributan didalam ruangan kelas. Dan pernah
ketika saya telah masuk kedalam kelas namun para murid masih berada diluar kelas, maka
pembelajaran tidak akan berjalan pula.
2 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Berdasarkan pengalaman tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang kelas memang
merupakan suatu sistem.
B. Ruang Kelas sebagai Sistem Sosial
Kata social jika dirujuk asal usulnya, salah satunya dapat berakar dari kata latin, yaitu
socius, yang berarti bersama-sama, bersatu, terikat, sekutu, berteman; atau socio yang
bermakna menyekutukan, menjadikan teman, mengikat atau mempertemukan. Dari
pengertian dua kat ini, maka sosial dapat dipahami sebagai pertemanan atau masyarakat.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut beberapa ahli:
1) Menurut Lewis Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam
interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya
2) Keith Jacobs mengemukakan Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam
sebuah situs komunitas
3) Ruth Aylett mengemukakan Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah
perbedaan namun tetap inheren dan terintegrasi
4) Paul Ernest mengatakan sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu
karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama
5) Menurut Robert.M.Z. Lawang, social adalah arti subjektif yang memperhitungkan
perilaku orang lain yang terlibat dalam suatu tindakan. Arti yang subjektif menunjuk
pada arti yang diberikan oleh orang yang bertindak untuk tindakannya sendiri.
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat saya simpukan bahwa sistem merupakan
fitrah manusia untuk saling berhubungan dengan manusia lainnya dan mencapaisuatu tujuan
bersama.
3 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Ada empat persyaratan yang dibutuhkan didalam suatu sistem yaitu : Adaptation/adaptasi
(A), Goal Attainment/Pencapaian tujuan (G), Integration/ Integrasi (I), dan Latent Pattern
maintenance/ pola pemeliharaan latent (L).
Apabila kata sistem dan social digabungkan, menjadi sistem social dapat dipahami
sebagai saling keterkaitan yang teratur antar individu sehingga membentuk totalitas.
Sekarang bagaiman kita memahami ruang kelas sebagai sistem social? Ruang kelas terdiri
dari beberapa unsur yang saling fungsional antara satu sama lain, yaitu guru, murid, dan
manajemen sekolah. Setiap actor memperhatikan fungsi dan perannya masing-masing, baik
itu sebagai guru, murid atau pun manajemen sekolah. Jadi ruang kelas dikatakan sebagai
suatu sistem social apabila ketiga unsur ruang kelas baik itu guru, murid, dan manajemen
sekolah saling berkaitan dan dapat bersama-sama dalam mencapai satu tujuan.
Pengalaman di PPL tentang Ruang Kelas sebagai Suatu Sistem Sosial
Ketika saya berada disekolah SD Al-Mukmin untuk menjalani PPL, saya telah merasakan
adanya kerja sama antara guru, murid dan manajemen sekolah. Manajemen sekolah disekolah
itu telah menetapkan jadwal saya masuk dikelas mana saja dan kapan saja, lalu saya selaku
guru mengajarkan para murid sesuai dengan jurusan yang saya ambil di perkuliahan, dan
murid mendengarkan dan mengikuti semua proses pembelajaran yang saya ajarkan. Disini
jelas bahwa proses tersebut menunjukkan ruang kelas sebagai suatu sistem social.
4 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
C. Ruang Kelas sebagai Sistem Interaksi
Adapun konsep interaksi (social) diartikan disini sebagai suatu tindakan timbale balik antara
dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi.
Maka dari itu, sistem interaksi merupakan suatu tindakan timbale balik atau saling
berhuungan antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi dalam
ketergantungan satu sama lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Dari defenisi
tersebut maka hubungan guru-murid di ruang kelas dapat dipandang sebagai suatu
masyarakat. Sebab hubungan guru dengan murid merupakan suatu interaksi social, dimana
dalam konsep persahabatan, hubungan guru-murid mengandung suatu timbale balik antara
dua orang atu lebih melalui suatu kontak dan komunikasi. Di samping itu, hubungan guru-
murid dapat dipandang sebagai suatu sistem, yaitu sebagai sekumpulan dari bagian atau
komponen yang saling berhubungan dalam ketergantungan satu sama lain secara teratur dan
merupakan suatu keseluruhan. oleh karena itu, hubungan guru murid dapat dilihat sebagai
sistem interaki (social).
Pengalaman di PPL tentang Ruang Kelas sebagai Suatu Sistem Interaksi
Ketika saya pertama kali berada di sekolah dasar Al-Mukmin untuk menjalani PPL, pihak
manajemen sekolah memberikan satu nama guru yang mengajar di sekolah itu sebagai guru
pamong saya, dan guru pamong tersebut memberi saya jadwal mengajar di kelas 4 SD. Dan
hari itu juga saya mulai masuk mengajar di kelas 4A.
Ketika pembelajaran belum dimulai, saya selalu meminta murid untuk melihat kebersihan
didalam ruangan kelas, apabila masih ada sampah yang berserakan maka pembelajaran tidak
akan dimulai dan murid harus membersihkan sampahnya terlebih dahulu. Dan setelah
ruangan kelas telah terlihat bersih barulah pembelajaran dapat dimulai, tak lupa juga saya
menghimbau kepada mara murid agar tidak ribut atau melakukan sesuatu diluar
pembelajaran. Untuk menghindari adanya keributan, saya mengajak para murid untuk
5 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
membuat suatu kesepakatan. Dimana kesepakatan itu berisi tentang akan dikenakannya denda
sebesar Rp.500 bagi setiap murid yang ribut.
Ketika saya mulai mengajar di kelas, saya sudah merasakan bahwa hubungan guru
dengan murid sudah terjalin dan begitu juga sebaliknya. Karena dikelas para murid sangat
antusias dalam belajar, mereka bertanya tentang apa yang tidak mereka pahami kepada saya
selaku guru, kemudian saya menjelaskan apa yang mereka pertanyakan.
Berdasarkan peristiwa yang pernah saya alami tersebut, maka dapat saya simpulkan
bahwa sistem interaksi telah berjalan di ruang kelas yang saya masuki karena terdapat
hubungan dan interaksi antara ketiga unsur dan terdapat pula kesepakatan didalam kelas.
D. Ruang Kelas sebagai Sistem Pertukaran
Ruang kelas sebagai sisterm pertukaran dianalisis berdasarkan teori pertukaran. Teori
pertukaran dapat ditelusuri dari berbagai tokoh seperti George Homans, Peter M. Blau, Jhon
Thibout dan Harold H. Kelley. Dalam pendekatan ini, para pelaku pertukaran dipandang
sebagai makhluk rasional. Dia mempertimbangkan untung rugi (cost-benefit ratio) dalam
memutuskan sesuatu. Jika untung, dia akan melakukan sesuatu; jika rugi akan meninggalkan
atau tidak melakukan sesuatu.
Untuk memahami ini, George Caspar Homans mengembangkan beberapa proposisi untuk
memahami kenyataan social dari sudut pandang teori pertukaran:
1) Proposisi sukses (the success proposition)
‘’Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh
ganjaran/hadiah, semakin besar kemungkinan orang yang melakukan tindakan itu’’
Pengalaman ketika PPL
Ketika saya sedang mengajar dikelas 4B, saya melihat kurangnya motivasi
siswa dikelas itu. Ketika saya bertanya, hanya ada dua orang siswa yang berusaha
6 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
menjawab pertanyaan saya. Untuk itu saya mengatakan, ‘’siapa yang bias menjawab
pertanyaan bapak ini akan mendapat uang sebesar Rp. 5000.’’ Dan hasilnya adalah,
semua siswa dikelas 4B langsung berebut dan berusaha menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang saya berikan.
Berdasarkan pengalaman tersebut, menunjukkan bahwa sistem pertukaran
telah berlangsung di kelas yang saya masuki. Karena setelah saya memberi hadiah,
para siswa semakin termotivasi untuk melakukan apa yang saya perintahkan.
2) Proposisi Stimulus (the stimulus proposition)
“Bila kejadian dimasa lalu stimulus tertentu atau seperangkat stimuli telah
menyebabkan tindakan orang diberi ganjaran/ hadiah, maka semakin mirip stimuli
yang ada sekarang dengan stimuli dimasa lalu, makin besar kemungkinan orang
melakukan tindakan serupa.”
Pengalaman ketika PPL
Keesokan harinya, saya masuk lagi kekelas 4B. Karena saya pernah
memberikan hadiah bagi yang bisa menjawab pertanyaan saya, hari itu juga ketika
saya memberikan pertanyaan, seluruh siswa kelas 4B semangat untuk dapat
menjawab pertanyaan saya, padahal saya tidak mengatakan akan diberikan hadiah.
Namun karena saya memang pernah memberikan hadiah beberapa kali, itu membuat
para siswa berharap mendapatkan hadiah dengan melakukan yang saya perintahkan.
7 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
3) Proposisi Nilai (The Value Proposition)
“ Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka besar kemungkinan seseorang melakukan
tindakan itu”
Pengalaman ketika PPL
Ketika saya masuk kekelas 4A, saya mengabsen para murid dikelas tersebut, lalu ada
satu murid yang tidak berada didalam kelas. Lalu saya bertanya kepada temannya, dan
temannya berkata bahwa siswa tersebut dating kesekolah namun saat itu sedang
berada di aula untuk berlatih tenis meja bersama guru olahraganya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, dapat saya lihat bahwa siswa ini lebih
memilih berlatih tenis meja bersama guru olahraga dibandingkan ikut hadir dikelas
untuk belajar matematika dengan saya. Itu berarti murid ini menilai lebih penting
berlatih tenis meja bersama guru olahraga dibandingkan ikut hadir dikelas untuk
belajar matematika dengan saya.
4) Proposisi Deprivasi-Satiasi
“Semakin sering seseorang menerima ganjaran/ hadiah tertntu di masa lalu yang
dekat, maka makin kurang bernilai baginya setiap unit ganjaran/ hadiah berikutnya.”
Pengalaman ketika PPL
Pada saat saya masuk ke kelas 4B, saya memberikan pertanyaan tentang
materi yang sedang dipelajari, namun para murid hanya sedikit yang bersedia
menjawabnya, walaupun saya telah mengatakan bahwa yang menjawab akan
mendapatkan uang sebesar Rp.5000 namun para siswa tetap tidak berminat untuk
menjawabnya. Dan ada eorang siswa yang mengatakan “pak tambah lah lagi
hadiahnya, bosan kalau itu aja”.
8 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Bahkan uang sebesar Rp.5000 untuk ukuran anak SD, jika berulang kali di
berikan sebagai hadiah, mereka merasa itu sudah berkurang nilainya dan tidak
berharga lagi.
5) Proposisi Agresi-Persetujuan (The Agression- Approval Proposition)
Proposisi A : “Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran/ hadiah yang ia
harapkan atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah; besar
kemungkinan ia akan melakukan perilaku agresif dan akibatnya perilaku demikian
menjadi lebih bernilai baginya.”
Pengalaman ketika PPL
Ada disaat saya sedang mengajar dikelas 4A, dan dibelakang ada guru pamong
yang duduk dibelakang kelas mengawasi. Saat itu ada dua orang murid yang tiba-tiba
berkelahi, lalu guru pamong saya langsung mendatangi dan memarahi kedua murid
tersebut. Lalu kedua murid tersebut disuruh untuk berdiri di lapangan sambil hormat
ke bendera sebagai hukumannya. Namun salah satu murid tersebut menolak karena
merasa tidak bersalah, ia bahkan melawan dengan duduk kembali ketempat duduknya.
Berdasarkan kejadian itu, jelaslah bila tindakan seseorang tidak memperoleh
ganjaran/ hadiah yang ia harapkan atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia
akan marah.
Proposisi B : “Bila tindakan seseorang memperoleh ganjaran/ hadiah yang
diharapkannya, terutama ganjaran/ hadiah yang lebih besar dari yang ia harapkan,
atau tidak menerima hukuman yang ia bayangkan, maka ia akan merasa senang; ia
makin besar kemungkinannya melaksanakan perilaku yang disetujui dan hasil dari
tindakan seperti ini akan mejadi lebih bernilai baginya.
9 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pengalaman ketika PPL
Ketika saya sedang mengajar di kelas 4A, saya memberikan beberapa
pertanyaan kepada para murid, dan ada satu murid yang saya nilai paling aktif dikelas
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan benar, untuk itu saya
memberikan dia hadiah berupa PIN. Padahal saya di awal tidak mengatakan apa-apa
tentang hadiah yang akan didapat jika banyak menjawab pertanyaan saya dengan
benar. Siswa tersebut tak menduga dan terlihat sangat senang dengan hadiah saya.
Dan di hari-hari berikutnya siswa itu pun lebih semangat lagi untuk menjawab setiap
pertanyaan saya.
6) Proposisi Rasionalitas (The Rationality Proposition)
“Dalam memilih di antara berbagai tindakan alternative, seseorag akan memilih satu
di antaranya yang dia anggap saat itu memiliki nilai/Value (V), sebagai hasil,
dikalikan dengan probabilitas (p), untuk mendapatkan hasil, yang lebih besar”
10 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
2. Teori Ruang Kelas
Ruang kelas telah menjadi kajian menarik bagi para pengkaji pendidikan, termasuk
sosiologi. Terdapat beberapa pendekatan dalam sosioogi tentang ruang kelas, yaitu
pendekatan interaksi, interpretative, dan radikal.
A. Pendekatan Interaksi
Pendekataninteraksi memberikan perhatian yang khusus terhadap pengamatan
pada metode pengajaran dalam mengelola ruang kelas yang efisien.
1) Perilaku Dominatif versus Integratif
Pendekatan interaksi memerhatikan bagaimana pengaruh prilaku dominative
yang diperbandingkan dengan perilaku integrative terhadap anak. Guru, dalam
perspective ini dipandang memiliki prilaku yang berbeda dalam memperlakukan
murid atau peserta didik didalam kelas. Perilaku dominative guru dalam kelas
mengesankan bentuk kediktatoran dalam ruang kelas. Guru juga dipandang
sebagai tokoh penentu tentang benar salah terhadap suatu hal, misalnya sikap,
perilaku, aktivitas, atau kerja. Sebaliknya anak dianggap sebagai makhluk bodoh
yang senantiasa perlu bimbingan dan arahan dari guru.
Pengalaman ketika PPL
Ketika saya sedang memperhatikan guru pamong saya mengajar dikelas, saya
melihat guru pamong saya terlalu sering marah-marah didepan kelas. Murid selalu
di marahi apabila melakukan kesalahan sedikit saja, bahkan ketika disuruh
kedepan kelas untuk mengerjakan soal dan murid tersebut salah mengerjakannya
maka murid itu akan langsung dimarahi. Itu membuat para murid terlalu takut
untuk mencoba menjawab setiap pertanyan guru.
11 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
2) Gaya Kepemimpinan Guru
Gaya kepemimpinan guru dapat mempengaruhi produktivitas anak-anak di
ruang kelas. Gaya kepemimpinan guru di sekolah dapat dibagi sedikitnya dalam
tiga jenis, yaitu autokratik, demokratik, dan laisser-faire.
Pengalaman ketika PPL
Di tempat PPL saya, di SD Al-Mukmin tembung, para guru saya lihat hamper
semuanya menggunakan gaya kepemimpinan autokratik/otoriter, dimana murid
tidak diperkenankan untuk bertukar pendapat dengan guru. Guru selalu merasa
yang paling benar dan tidak member banyak kesempatan kepada murid untuk
membangkan pemikirannya.
3) Teacher Center versus Learner Center
Semakin cenderung hubungan guru-murid kea rah techer center, maka
semakin cenderung pula ketergantungan murid terhadap guru dan semakin kecil
kemandirian murid. Sebaliknya, apabila hubungan guru-murid semakin cenderung
kea rah learner-center, maka semakin kurang ketergantungan terhadap guru dan
semakin tinggi kemandirian murid. Jadi menurut Withal, guru dengan
menggunakan pendekatan learner center lebih efektif pengajarannya di ruang
kelas dibandingkan dengan guru yang menggunakan pendekatan teacher center.
Pengalaman ketika PPL
Di tempat PPL saya, metode teacher center lebih banyak diterapkan
dibandingkan learner center, saya lebih sering melihat para guru kebanyakan
menjeaskan dibandingkkan menyuruh murid aktif belajar, murid tidak
diperkenankan bertanya sebelum penjelasan guru selesai, dan ketika murid
bertanya, guru keseringan menjelaskan dengan jengkel dan marah.
12 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
B. Pendekatan Interpretatif
Merupakan suatu sikap atau tingkah laku yang sesuai dengan sebenarnya.
Pengalaman ketika PPL
Ketika saya sedang mengajar dikelas 4A, saya melihat ada salah satu murid yang
menguap, saya langsung berpikir bahwa murid tersebut mengantuk dan
menyuruhnya keluar kelas untuk membasuh wajahnya.
Berdasarkan pengalaman ini, saya merasa pendekatan interpetatif telah saya
lakukan.
C. Pendekatan Radikal
Salah satu teori yang terpenting dalam pendekatan radikal adalah teori pelabelan
(teori labeling). Teori ini dikatakan radikal karena ia mempertanyakan sesuatu yang
dipandang “memang seharusnya demikian”dan memberikan alternative cara pandang
dalam melihat sesuatu. Teori pelabelan memiliki akar pemikiran yang sama dengan
teori defenisi situasi dari W.I.Thomas, yaitu perspekif interaksionisme simbolik.
13 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
3. Sosialisasi
Berikut beberapa pengertian sosialisasi yang dibuat oleh berbagai pakar:
1) Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Horton dan Hont (1989:100) member batasan sosialisasi sebagai “suatu proses dengan
man seseorang menghayati (mendarah dagingkan, internalize) norma-norma
kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik”.
2) David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White
Brinkerhoft dan Lynn memberikan penekanan yang berbeda dengan apa yang
dikatakan oleh Horton dan Hunt. Bagi Brinkerhoft dan Lynn, sosialisasi diberi
pengertian sebagai “suatu proses belajar peran, status, dan niai yang diperlukan untuk
keikutsertaan (pertisipasi) dalam institusi social.”
3) James W. Vander Zanden
Berbeda dengan kedua defenisi diatas, Zanden mendefenisikan sosialisasi sebagai
“suatu proses interaksi social dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap,
nilai dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.”
Dari ketiga defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting dalam suatu
proses sosialisasi, yaitu satu, tentang proses, yaitu suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai,
norma dan perilaku esensial. Kedua, tentang tujuan, yaitu sesuatu yang diperlukan agar
mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat.
14 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A. Jenis Sosialisasi
1) Sosialisasi berdasarkan kebutuhan
Berdasarkan kebutuhan, sosialisasi diklasifikasi atas sosialisasi primer dan
sekunder. Sosialisasi primer menunjuk pada suatu proses melaluinya seorang anak
manusia mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma, prilaku
esensial, dan harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat dan/
atau menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer merupakan kebutuhan social
primer bagi anak manusia karena apabila mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan social primer ini, maka mereka akan mengalami “kelumpuhan”
berpartisipasi dalam kehidupan social. Dan sosialisasi sekunder menurut Berger
dan Luckman adalah setiap proses selanjutnya yang mengimbas individu yang
telah disosialisasikan itu kedalam sector-sektor baru dari dunia objektif
masyarakatnya.
2) Sosialisasi berdasarkan cara yang dipakai
Kamanto Sunarto menerangkan sosialisasi berdasarkan cara yang digunakan
dapat berlangsung dalam dua bentuk : pertama, sosialisasi represif, ialah
sosialisasi yang menekankan pada kepatuhan anak dan penghukuman terhadap
perilaku yang keliru. Kedua sosialisasi partisipatif, ialah sosialisasi yang
menekankan pada otonomi anak dan memberikan imbalan tehadap perilaku anak
yang baik.
3) Sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan
Bila sosialisasi dilihat berdasarkan keberadaan perencanaan, maka sosialisasi
dapat mengambil bentuk sosialisasi berdasarkan perencanaan dan tanpa
perencanaan. Sosialisasi berdasarkan perencanaan merupakan sosialisasi
dilakukan atas dasar rencana yang berkelanjutan dan sistematis. Sosialisasi jenis
15 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ini dapat ditemukan dalam dunia pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan
tinggi serta pendidikan non formal seperti kursus dan pelatihan. Dalam sosialisasi
berdasarkan perencanaan, semua tujuan pembelajaran, materi,proses, dan
penilaian telah dikonstruksi secara matang, sehingga semua terukur dan dapat di
evaluasi dan moitor.
B. Agen Sosialisasi
Dalam sosialisasi, terdapat beberapa agen yang dipandang memegang peranan
penting, antara lain:
Keluarga
Sekolah
Kelompok teman sebaya
Media massa
Agama
Lingkungan tempat tinggal
Dan tempat kerja
Pengalaman ketika PPL
Di sekolah tempat saya PPL, para murid terbilang memiliki sosialisasi yang
baik. Para murid memiliki keberanian untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan
kepada saya, dan para peserta PPL lainnya. Namun saya melihat, para murid kurang
berani jika mengungkapkan yang mereka pikirkan kepada para guru mereka.
Kemungkinan para murid takut karena sikap para guru yang rata-rata pemarah. Jadi
saya melihat para murid memiliki sosialisasi yang kurang baik kepada guru mereka
namun dapat bersosialisai dengan baik kepada teman sebaya dan kami para peserta
PPL.
16 | TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN