UJIAN AKHIR SEMESTER
APLIKASI KOMPUTER
HUBUNGAN ANTARA UJIAN NASIONAL (UN) SISWA SLTA, GAYA
BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MAHASISWA DIKAMPUS “X”
Oleh:
MUHAMMAD HARLY
NIM. 1308016030
PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS UHAMKA
JAKARTA
2012
HUBUNGAN ANTARA UJIAN NASIONAL (UN) SISWA SLTA, GAYA
BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MAHASISWA DI KAMPUS “X”
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai ujian nasional (UN), gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar mahasiswa di kampus “X”. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Di dalam penelitian ini juga dilihat hubungan antara variabel bebas secara individu terhadap prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan antara UN dengan prestasi belajar mahasiswa; (2) tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan prestasi belajar mahasiswa; (3) tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa; (4) ada hubungan yang signifikan antara UN, gaya belajar dan motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. Nilai kontribusi variabel gaya belajar dengan prestasi belajar praktik instalasi listrik sebesar 10,2%; variabel motivasi berprestasi dengan prestasi belajar praktik instalasi listrik berkontribusi sebesar 9,60%; variabel gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar praktik instalasi listrik berkontribusi sebesar 16,6%.
Kata kunci: Hasil UN Siswa SLTA, gaya belajar, motivasi berprestasi, prestasi belajar (IPK) Mahasiswa di kampus “X”
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Belajar adalah kewajiban bagi setiap manusia, dengan belajar
manusia akan memiliki ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya
sehingga ilmu yang dikuasai akan dapat memberikan manfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Belajar dapat dilakukan sepanjang hidup yaitu
sejak lahir sampai meninggal (long life education), secara formal
pendidikan berawal dari pendidikan dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan sederajat hingga
Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SLTA dan sederajat
seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk menentukan jalur
pendidikan yang dipilih apakah mengambil pendidikan jalur akademik atau
pendidikan jalur professional.
Mahasiswa memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting
dalam dunia kerja yaitu motivasi berprestasi, motivasi berkuasa dan
motivasi berafiliasi. Dari ketiga motivasi dasar tersebut, motivasi
berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia kerja karena
dengan usaha yang terus menerus untuk meraih prestasi. Untuk meraih
sukses, motivasi berprestasi sangat diperlukan.
Selain motivasi berprestasi, prestasi belajar mahasiswa tidak terlepas
juga dari gaya belajar mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran
mata kuliah. Setiap mahasiswa mempunyai kecenderungan pada satu
gaya belajar tertentu. Namun demikian, ada siswa yang cenderung
seimbang antara gaya belajar satu dengan yang lainnya, atau
memadukan berbagai gaya belajar dalam proses belajarnya. Siswa
mempunyai gaya belajar yang berbeda. mahasiswa yang mengenali gaya
belajarnya sendiri akan membantu memahami materi yang diberikan guru
sehingga mudah memproses materi. Jika mudah dalam memproses
materi dan mudah mengingat maka mudah dalam mengerjakan ujian
sehingga prestasi belajar meningkat. Faktor yang paling berpengaruh
pada perkembangan Perguruan Tinggi yaitu pembelajaran. Pembelajaran
merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap
baru pada saat individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses pembelajaran yang baik akan mempengaruhi pencapaian hasil
belajar. Dalam hal ini Pencapaian hasil belajar mahasiswa merupakan
wujud nyata dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa,
sehingga dapat diterapkan pada bidang pekerjaan yang digeluti nantinya.
Mengingat tidak terdapat pengaruh kuat dan begitu pentingnya gaya
belajar mahasiswa dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi
belajar yang dapat dicapai mahasiswa, maka hanya perlu diteliti tentang
pengaruh nilai Ujian Naional (UN) siswa SLTA terhadap prestasi belajar
mahasiswa.
2. KajianTeoretik
A. Kerangka Teori
1. Ujian Nasional
1) Pengertian Ujian Nasional
Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan
pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara
nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. UN
utama adalah ujian nasional yang diselenggarakan bagi seluruh
peserta ujian yang terdaftar sebagai peserta UN tahun pelajaran
2009/2010. UN susulan adalah ujian nasional yang
diselenggarakan bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti
UN utama karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah.
Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian
kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Biasanya istilah ini digunakan
bagi jenjang SMP dan SMA sederajat, sedangkan bagi peserta
didik dalam jenjang SD sederajat digunakan istilah Ujian Akhir
sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Hal ini merupakan
amanat dari Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) Periodesasi Ujian Nasional
Pilihan pada sistem UN setelah pemerintah mempunyai
banyak pengalaman menyelenggarakan evaluasi terhadap hasil
belajar murid. Secara kronologis selalu digambarkan oleh
Pemerintah mengenai perjalanan sistem evaluasi hasil belajar
murid. Pertama adalah Ujian Negara (1950-1971). Kedua, Ujian
Sekolah (1971-1983). Ketiga, EBTANAS (Evaluasi Belajar
Nasional, 1983-2002). Keempat, UAN (Ujian Akhir Nasional,
2003-2004), Kelima, UN (Ujian Nasional, 2005 - sekarang).
3) Tujuan dan Manfaat Ujian Nasional
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75
Tahun 2009 Pasal 2, dijelaskan bahwa Ujian Nasional
bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Diadakannya ujian adalah untuk melihat apakah suatu
gagasan telah diungkapkan dan difahami dengan jelas, dan
apakah metode belajar yang digunakan memang sudah
digunakan dengan baik. Dengan adanya ujian, tingkat
pemahaman siswa dan ketuntutasan pembelajaran dalam
jenjang pendidikan dapat diketahui, salah satunya dengan
menggunakan Ujian Nasional (UN).
Hasil UN digunakan sebagai pertimbangan untuk Pemetaan
mutu satuan dan/atau program pendidikan, seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan, akreditasi satuan pendidikan dan
Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. UN
berfungsi sebagai alat pengendali mutu pendidikan secara
nasional, pendorong peningkatan mutu pendidikan secara
nasional, bahkan dalam menentukan kelulusan peserta didik,
dan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. UN merupakan salah
satu bentuk evaluasi belajar pada akhir tahun pelajaran yang
diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang dianggap
penting, walaupun masih ada perdebatan tentang mengapa
mata pelajaran itu yang penting dan apakah itu berarti yang lain
tidak penting.
2. Gaya Belajar
Gaya belajar atau learning style adalah cara yang konsisten
yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal (S.
Nasution, 2008:94). Gaya belajar juga dapat diartikan sebagai cara
yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari
lingkungan dan memproses informasi tersebut.
De Porter dan Hernacki (2009:112-124) dalam buku Quantum
Learning mengemukakan secara umum gaya belajar terbagi
menjadi 3, yang biasa dikenal dengan VAK (Visual/penglihatan,
Auditori/Pendengaran, dan Kinestetik/Gerakan).
Kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola
dan menyampaikan informasi, cara belajar individu dapat dibagi
dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar
visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri
perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu
hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar yang lain.
Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu
hanya memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol
sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yamg sesuai dalam
belajar maka akan memudahkan untuk menyerap pelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
adalah cara yang cenderung dipilih siswa dalam menangkap
stimulus atau informasi, mengingat, berpikir, dan memecahkan soal
dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.
3. Motivasi Berprestasi
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi
dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya
dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh
seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk
menjalani aktivitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J.
Winardi, 2004):
...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,
memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia
atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin
dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai
performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam
persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil.
Pengertian motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam
Alex Sobur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental manusia
untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan
sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental. Dari pendapat
tersebut Alex Sobur mengartikan bahwa psikis manusia, ada daya
yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat
sehingga dengan daya tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang
teramat cepat. Daya dorong tersebut dinamakan virus mental,
karena apabila terjangkit dalam jiwa manusia, daya tersebut akan
berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut
akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
Motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah suatu
cara berpikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung
membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu
hasil atau prestasi. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa
dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan
menumbuhkan jiwa kompetensi yang sehat, akan menumbuhkan
individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi
berprestasi yang tinggi akan membentuk individu menjadi pribadi
yang kreatif.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi berprestasi adalah suatu daya dalam mental manusia
untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif dan lebih efisien untuk meraih suatu hasil yang atau prestasi
dikehendaki.
McClelland (1953:82) menyatakan bahwa orang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Mempunyai tanggung jawab pribadi
2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan
standar unggulan
3. Berusaha bekerja kreatif
4. Berusaha mencapai cita-cita
5. Memiliki tugas yang moderat
6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
7. Mengadakan antisipasi
4. Prestasi Belajar Mahasiswa
a. Pengertian Prestasi Belajar Mahasiswa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011: 787) prestasi
belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan
dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut
S. Nasution (1996: 17) menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,
merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna
apabila memenuhi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan kurang memuaskan apabila
belum mampu memenuhi target ketiga kategori tersebut.
Suryadi Suryabrata (2002: 23) menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, pengalaman
yang didukung oleh kesadaran.
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan
sekolah pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan
menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan perguruan
tinggi adalah suatu pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan setelah jenjang pendidikan sekolah menengah.
Penyelenggaraan perguruan tinggi menurut PP No. 60
tahun 1999 bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional, yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menyebarluaskan atau memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi atau seni, dan mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kehidupan kebudayaan nasional.
Salah satu upaya untuk melakukan transformasi dalam
rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar
mengajar di perguruan tinggi adalah dengan memanfaatkan
teknologi pengajaran. Proses pembelajaran yang selama ini
berlangsung di masing-masing perguruan tinggi harus
ditransformasi untuk membuka teknologi pembelajaran modern.
jika dapat dilaksanakan maka akan membangkitkan motivasi
mahasiswa dalam proses belajar mengajar sehingga akan
menghasilkan nilai yang maksimal dan secara otomatis indeks
prestasi pun akan bagus.
b. Pengertian Indeks Prestasi
Indeks prestasi berasal dari dua kata yaitu indeks dan
prestasi, indeks berarti daftar menurut abjad, urutan, tanda
sedangkan prestasi berarti hasil yang telah dicapai, biasanya
indeks prestasi itu digunakan untuk mahasiswa sebagai hasil
ulangan. Jadi indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan
tingkat keberhasilan prestasi mahasiswa untuk satu semester
menurut sistem kredit semester.
Indeks prestasi adalah nilai rata-rata yang diperoleh
mahasiswa setelah menyelesaikan satu tahapan atau
kombinasi lebih dari satu tahapan penilaian hasil belajar. Indeks
prestasi terdiri dari indeks prestasi semester, indeks prestasi
kumulatif, dan indeks prestasi akhir.
c. Macam-macam Indeks Prestasi
1) Indeks prestasi semester (IP semesteran)
Indeks prestasi semester yaitu indeks prestasi yang
diperoleh dari penilaian hasil belajar seluruh mata kuliah
dalam satu semester.
2) Indeks prestasi kumulatif (IPK)
Indeks prestasi komulatif yaitu indeks prestasi yang
diperoleh dari penilaian hasil belajar seluruh mata kuliah
yang pernah ditempuh semenjak semester pertama sampai
dengan semester terakhir (saat dilakukan perhitungan IPK)
3) Indeks prestasi akhir (IP akhir)
Indeks prestasi yang diperoleh dari penilaian hasil
belajar dari seluruh mata kuliah yang dilakukan pada akhir
program. Biasanya indeks prestasi ini dihitung dengan
rumus:
K = Banyaknya SKS tiap mata kuliah yang ditempuh
dalam semester yang bersangkutan.
N = Angka mutu tiap mata kuliah yang di peroleh dalam
semester yang bersangkutan.
Dengan belajar yang termotivasi maka akan tercapailah
suatu hasil belajar, hasil belajar dapat dibedakan menjadi
dua yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat
diukur, yang terwujud dalam hasil rapor, nilai akhir ujian
nasional, dan nilai ijazah atau transkrip IP. Sedangkan
dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka
lulus ujian atau merupakan transfer hasil belajar di sekolah.
d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini
tentu saja mempunyai faktor – faktor penyebabnya. Menurut
Muhibbin Syah (2008: 132) dalam bukunya “psikologi
pendidikan” menjelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi
oleh 3 faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor
pendekatan belajar.
Berikut penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 132-139),
antara lain:
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang
berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek
pisiologis dan aspek psikologis.
a) Aspek pisiologis
Aspek pisiologis ini meliputi konsisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organ-
organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah
akan berdampak secara langsung pada kualitas
penyerapan materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi
yang dari makanan dan minuman agar kondisi tetap
terjaga. Selain itu juga perlu memperhatikan waktu istirahat
yang teratur dan cukup tetapi harus disertai olahraga ringan
secara berkesinambungan. Hal ini penting karena
perubahan pola hidup akan menimbulkan reaksi tonus yang
negatif dan merugikan semangat mental.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran,
berikut faktor-faktor dari aspek psikologis seperti
intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.
Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat
diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar.
Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin
besar peluang meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin
rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil
peluang meraih sukses.
Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon
atau mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif ataupun secara
negatif. Sikap (attitude) siswa yang merespon dengan positif
merupakan awal yang baik bagi proses pembelajaran yang
akan berlangsung sedangkan sikap negatif terhadap guru
ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka
akan berdampak pada pencapaian hasil belajar atau prestasi
belajar yang kurang maksimal.
Setiap individu mempunyai bakat dan setiap individu yang
memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-
masing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu. Minat
(interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai contoh siswa yang
mempunyai minat dalam bidang matematika akan lebih fokus
dan intensif kedalam bidang tersebut sehingga memungkinkan
mencapai hasil yang memuaskan.
Motivasi merupakan keadaan internalorganisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya
untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari
dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan
sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah
serta masyarakat. Lingkungan sosial yang paling banyak
berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah
lingkungan orang tua dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu
saja akan banyak meniru dari lingkungan terdekatnya seperti
sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga dan demografi keluarga. Semuanya dapat memberi
dampak dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar
dan prestasi yang dapat dicapai siswa.
Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi
teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di lingkungan
sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Lingkungan masyarakat juga sangat
mempengaruhi karena siswa juga berada dalam suatu
kelompok masyarakat dan teman-teman sepermainan serta
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan
pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar.
Selain faktor sosial seperti dijelaskan di atas, ada juga
faktor non social. Faktor – faktor yang termasuk lingkungan non
sosial adalah gedung sekolah dan bentuknya, rumah tempat
tinggal, alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Selain faktor internal dan faktor eksternal, faktor
pendekatan belajar juga mempengaruhi keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs (1991)
dalam Muhibbin Syah (2008:139) memaparkan bahwa
pendekatan belajar dikelompokkan jadi 3 yaitu pendekatan
surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh
faktor luar), pendekatan deep (mendalam dan datang dari
dalam diri individu), dan pendekatan achieving (pencapaian
prestasi tinggi/ambisi pribadi).
B. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Nilai Ujian Nasional Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa X
Ujian Nasional atau UN adalah kegiatan pengukuran
pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan. Mata pelajaran yang di-UN-kan
untuk tingkat SLTA adalah Bahasa Indoensia, Bahasa Inggris,
Matematika dan IPA.
Bagi peserta didik yang mempunyai nilai ujian nasional SLTA
lebih tinggi akan cenderung lebih cepat dan lebih mampu
mengikuti kegiatan pembelajaran di level pendidikan berikutnya
dibandingkan dengan peserta didik yang nilai ujian nasionalnya
lebih rendah, sehingga peserta didik yang mempunyai nilai ujian
nasional lebih tinggi prestasi belajarnya juga lebih tinggi.
Berdasar alur tersebut dapat diasumsikan bahwa nilai ujian
nasional SLTA mempunyai tingkat prediksi yang signifikan
terhadap prestasi belajar peserta didik di perguruan tinggi.
2. Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar
3. Hubungan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar
Motivasi belajara seseorang yang tinggi merupakan motor
penggerak untuk melakukan aktifitas belajara dan selalu berusaha
untuk mencapai hasil seperti apa yang diinginkan atau cita-citakan.
Misal seorang mahasiswa dengan motivasi yang tinggi untuk
menjadi perawat maka akan termotivasi untuk belajar sehingga
akan memperoleh hasil belajar atau prestasi yang lebih baik.
Mengingat keterikatan yang cukup kuat antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar, timbul dugaan bahwa penyebab prestasi
belajar yang rendah dikalangan mahasiswa adalah kurangnya
motivasi dalam menjalankan kegiatan belajarnya. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agnes Maria (2005) menunjukkan
bahwa setelah mengendalikan faktor intelegensi dan motivasi
intrinsik diperoleh hasil ada pengaruh yang signifikan dari keempat
komponen motivasi belajar ekstrinsik prestasi belajara dengan R2
sebesar 26,5%.
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoretik maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan yang signifikan antara UN dengan prestasi belajar
mahasiswa.
2. Ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa.
3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar mahasiswa.
4. Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara UN,
gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa.
3. Metodologi Penelitian
4. Hasil Analisis Penelitian
A. Hasil Penelitian1. Deskripsi Data Nontes Hasil Penelitian
a. Nilai UN, Gaya Belajar, Motivasi terhadap IPK
Mahasiswa
UN GBMOTIVAS
IIPK
x1 x2 x3 yA 30 1 3 3,92B 21 2 2 2,58C 9 3 3 3,90D 29 8 2 3,82E 29 3 6 3,21F 22 1 2 3,57G 15 2 1 2,00H 27 1 1 3,99I 28 1 3 3,75J 25 2 2 2,80K 15 2 1 1,75L 29 1 3 3,82M 30 3 3 3,98N 23 3 2 3,01O 15 3 1 2,01
b. AngketHasil Angket Gaya Belajar
No
No
Responden
Subyek
Banyaknya Pernyataan Total
TotalDipahami Tidak Dipahami
1 A 30 0 302 B 30 0 303 C 30 0 304 D 30 0 305 E 30 0 306 F 30 0 307 G 30 0 308 H 30 0 309 I 30 0 30
10 J 30 0 3011 K 30 0 3012 L 30 0 3013 M 30 0 3014 N 30 0 3015 O 30 0 30
Hasil Angket Gaya Belajar
No
No
Responden
Subyek
Banyaknya Pernyataan Total
TotalDipahami Tidak Dipahami
1 A 40 0 402 B 40 0 403 C 40 0 404 D 40 0 405 E 40 0 406 F 40 0 407 G 40 0 408 H 40 0 409 I 40 0 40
10 J 40 0 4011 K 40 0 4012 L 40 0 4013 M 40 0 4014 N 40 0 4015 O 40 0 40
Kuantitas Validitas Angket
No
No
Angket
Angket
Banyak Pernyataan
Total
TotalValid Tidak Valid
1 Gaya Belajar 30 0 402 Motivasi 40 0 42
2. Hasil Uji Data Penelitian
1) Prasyarat Uji Statistika
A. Uji Normalitas
H o : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H 1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS IBM versi 22, dan diperoleh tabel sebagai berikut:
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
UN .182 15 .192 .871 15 .035
GB .300 15 .001 .694 15 .000
Motivasi .236 15 .024 .805 15 .004
IPK .218 15 .054 .851 15 .018
a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel dapat dilihat masing-masing nilai sig. dengan
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Tolak H o apabila
nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima H o apabila nilai sig. <
0,05. Berdasarkan tes Shapiro-Wilk, maka data berdistribusi
normal.
B. Uji Homogenitas
H o : varians populasi setiap kelompok data homogen
H 1 : varians populasi setiap kelompok data tidak
homogen
Test of Homogeneity of Variancea
Levene Statistic df1 df2 Sig.
IPK Based on Mean 2.932 2 11 .095
Based on Median 2.880 2 11 .099
Based on Median and with
adjusted df2.880 2
4.81
8.150
Based on trimmed mean 3.079 2 11 .087
a. IPK is constant when GB = 8. It has been omitted.
Terima H o apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya tolak H o
apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai sig. >
0,05, berarti terima H o sehingga varians populasi setiap
kelompok data homogen.
3. Uji Statistika
A. Hipotesis:
1. H o : terdapat korelasi antara nilai UN dengan IPK
H 1 : tidak terdapat korelasi antara nilai UN dengan IPK
Correlations
UN IPK
UN Pearson Correlation 1 .590*
Sig. (2-tailed) .021
N 15 15
IPK Pearson Correlation .590* 1
Sig. (2-tailed) .021
N 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
H o ditolak apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima H o
apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai sig.=
0,021 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara nilai UN dengan
IPK.
2. H o : terdapat korelasi antara GB dengan IPK
H 1 : tidak terdapat korelasi antara GB dengan IPK
Correlations
IPK GB
IPK Pearson Correlation 1 .037
Sig. (2-tailed) .895
N 15 15
GB Pearson Correlation .037 1
Sig. (2-tailed) .895
N 15 15
H o ditolak apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima H o
apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai sig.=
0,895 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat korelasi yang signifikan antara Gaya Belajar (GB)
dengan IPK.
3. H o : terdapat korelasi antara Motivasi dengan IPK
H 1 : tidak terdapat korelasi antara Motivasi dengan IPK
Correlations
IPK Motivasi
IPK Pearson Correlation 1 .444
Sig. (2-tailed) .098
N 15 15
Motivasi Pearson Correlation .444 1
Sig. (2-tailed) .098
N 15 15
H o ditolak apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima H o
apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai sig.=
0,098 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat korelasi yang signifikan antara Motivasi dengan
IPK.
4. H o : terdapat korelasi antara nilai UN, GB dan Motivasi
dengan IPK
H 1 : tidak terdapat korelasi antara nilai UN, GB dan
Motivasi dengan IPK
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .624a .390 .223 .70617
a. Predictors: (Constant), Motivasi, GB, UN
Dari tabel diperoleh nilai R sebesar 0,624, artinya terdapat
korelasi (hubungan) antara nilai UN, GB dan motivasi prestasi
dengan IPK dengan korelasi sedang (moderate).
5. Pembahasan dan Diskusi
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
7. Daftar Pustaka
8. Metode Penelitian
8.1 Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian ini adalah SMK Negeri 2 Yogyakarta. Waktu
penelitian akan dilaksanakan Mei 2011 – Juni 2011.
8.2 Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2
Yogyakarta jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik yang duduk di bangku kelas XI yaitu sebanyak 132 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik propotional random sampling mengingat penelitian ini bersifat homogen. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI SMK Negeri 2 Yogyakarta jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik sebanyak 102 siswa. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu dari rumus yang dikembangkan oleh Krejcie dan Morgan (Sugiyono, 2010: 69).
8.3 Teknik Pengambilan Data Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode sebagai
berikut:1. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung instrumen angket dengan menunjukkan data di lapangan yang sudah ada. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumentasi hasil belajar praktik instalasi listrik yang diambil dari rekapitulasi akhir siswa di sekolah tempat penelitian berlangsung.
2. Angket atau kuesionerInstrumen angket atau kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator tersebut digunakan sebagai titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapan dengan memberi tanda pada pilihan jawaban yang terdiri dari, sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS).
9. Hasil Penelitian dan Pembahasan
9.1 Hasil Penelitian
9.1.1Gaya Belajar
Hasil deskripsi variabel gaya belajar (X1) diterangkan bahwa terdapat 102 responden memiliki gaya belajar dengan rata-rata (mean) sebesar 70,19; simpangan baku (standard deviasi) sebesar 6,67; tingkat penyebaran data gaya belajar (variance) sebesar 44,58; rentang (range)
sebesar 36; skor minimum dalam data gaya belajar siswa adalah sebesar 57; dan skor maksimum dari data gaya belajar siswa adalah sebesar 93. Berdasarkan hasil interpretasi skor variabel, gaya belajar termasuk dalam kategori kuat/tinggi. Hal ini berarti gaya belajar siswa berpotensi baik dalam mendukung prestasi siswa. Identifikasi tinggi rendahnya gaya belajar dapat dilihat pada Gambar 1.
Sangat tinggiTinggiSedangRendah
Fre
kuensi
60
40
20
0
Gambar 1. Grafik Variabel Gaya Belajar (X1)9.1.2Motivasi Berprestasi
Hasil deskripsi variabel motivasi berprestasi (X2) diterangkan bahwa terdapat 102 responden memiliki motivasi berprestasi dengan rata-rata (mean) sebesar 62,78; simpangan baku (standard deviasi) sebesar 7,44; tingkat penyebaran data motivasi berprestasi (variance) sebesar 55,48; rentang (range) sebesar 30; skor minimum dalam data motivasi berprestasi siswa adalah sebesar 45; dan skor maksimum dari data motivasi berprestasi siswa adalah sebesar 75. Berdasarkan hasil interpretasi skor variabel maka motivasi berprestasi termasuk dalam kategori kuat/tinggi. Hal ini berarti motivasi berprestasi siswa berpotensi baik dalam mendukung prestasi siswa. Identifikasi tinggi rendahnya motivasi berprestasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Variabel Motivasi berprestasi (X2)
9.1.3Prestasi Belajar Praktik Instalasi ListrikHasil deskripsi Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik (Y)
diterangkan bahwa terdapat 102 responden memiliki Prestasi Belajar
Praktik Instalasi Listrik dengan rata-rata (mean) sebesar 77,29; simpangan baku (standard deviasi) sebesar 4,32; tingkat penyebaran data motivasi berprestasi (variance) sebesar 18,71; rentang (range) sebesar 21; skor minimum dalam data Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa adalah sebesar 70; dan skor maksimum dari data Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa adalah sebesar 91. Berdasarkan hasil interpretasi skor variabel maka maka Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik termasuk dalam kategori kuat.Identifikasi tinggi rendahnya prestasi belajar praktik instalasi listrik dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Variabel Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik (Y)
9.2 Pembahasan
9.2.1Pengaruh Gaya Belajar pada Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik
di SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Variabel gaya belajar memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik pada pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta.. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,320 lebih besar daripada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%.
Meskipun demikian, variabel gaya belajar berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik hanya sebesar 10,2%, ditunjukkan dengan output hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar 0,102. Sedangkan 89,08 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi bisa meliputi suasana belajar maupun ketersediaan perlengkapan belajar yang memadai. Hal ini berarti bahwa semakin baik gaya belajar siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai siswa
9.2.2Pengaruh Motivasi Belajar pada Prestasi Belajar Praktik Instalasi
Listrik di SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Variabel motivasi berprestasi memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik pada pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,310 lebih besar daripada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%.
Meskipun demikian, variabel motivasi berprestasi berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik hanya sebesar 9,60%, ditunjukkan dengan output hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar 0,096. Sedangkan 90,40 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi bisa meliputi dukungan orang tua maupun dukungan dari guru. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai siswa.9.2.3Pengaruh gaya belajar dan motivasi berprestasi pada prestasi belajar
praktik instalasi listrik di SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Variabel gaya belajar dan variabel motivasi berprestasi memberikan pengaruh yang signifikan serta positif terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik pada pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,408 lebih besar daripada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Variabel gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik sebesar 16,6%, ditunjukkan dengan nilai R2
sebesar 0,166. Sedangkan 83,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Secara statistik, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dan motivasi
berprestasi berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik pada pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta., baik secara parsial maupun bersama-sama. Untuk kebijakan lebih lanjut, pihak sekolah sekirannya meningkatkan semua komponen untuk mendukung proses pembelajaran dan memotivasi siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga dengan orang tua siswa.
Hasil ini sesuai dengan teori Muhibbin Syah (2005:144) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yaitu,
a. faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa
b. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
c. faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
10.Kesimpulan
1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,320. Persamaan regresi bersifat linier
dengan persamaan Y=62,747+0,207 X 1 dengan kontribusi sebesar
10,2% dari gaya belajar siswa. Hal ini berarti bahwa semakin baik gaya belajar siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai siswa.
2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi berprestasi siswa dengan Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,310. Persamaan regresi bersifat linier
dengan persamaan Y=65,983+0,180 X2 dengan kontribusi sebesar
9,60% dari motivasi berprestasi siswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai siswa.
3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya belajar dan motivasi berprestasi siswa dengan Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,310. Persamaan
regresi bersifat linier dengan persamaan Y=55,640+0,175 X1+0,150 X2, dengan kontribusi sebesar 16,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. (2003). Psikologi umum.
Bandung: Pustaka Setia.
Anas Sudijono. 2007. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Barbara Prashnig. 2008. The Power of
Learning Style http://Binakreatif.
blogspot.com/2008/06. Diunduh 27
Oktober 2011
De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2009. Quantum Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:
Kaifa.
Dewa Ketut Sukardi. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Gagne .1985. The Cognitive Psychology of
School Learning. Boston: Little
Brown.
Gellerman, S. W. (1963). Motivation and
Productivity. India: The American
Management Association, Inc.
Hoeda Manis. 2010. Learning is Easy: Tip dan Panduan Praktis agar
Belajar jadi Asyik, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
J. Winardi. 2004. Motivasi; Pemotivasian
dalam Manajemen. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Komarudin. 1994. Ensiklopedia
Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Mc. Clelland, Atkinson, Clark & Lowell.
(1953). The Achievment Motive. NewYork: Halsted Press.
Mc. Clelland, David C. (1961). The
Achieving Society. New York: D. Van Nostrand Company, Inc.
Mc.Clelland, D. C (1985). Human
Motivation. Illinois : Scott,
Foresman & Company.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
M. Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosadakarya.
Richard Bandler, John Grinder dan
Michael Grinder .2008. Neuro
Linguistic Programming (NLP) http://Binakreatif.blogspot.com/
2008/06) Diunduh 27 November 2011.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan
Peneliti Pemula. Cetakan ke 6. Bandung: Alfabeta.
Riduwan & Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Robert A. Reiser & Robert Mills Gagne. 1985. Selecting Media for
Instruction. New Jersey: Educational Technology Publications,
Inc., Englewood Cliffs.
Robert Clarence Beck. 1990. Applying Psychology: Understanding
People. New York: Prentice Hall.
Saifuddin Azwar. 2004. Metode
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sri Rumini. 1995. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta. UPP Universitas Negeri Yogyakarta. Bandung:
ALFABETA
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Cetakan ke 9. Bandung: ALFABETA.
Sumardi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
S. Nasution, M.A. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tapiardi, W. 1996. Motivasi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Top Related